10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Hasil Belajar 1. Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut Baharuddin (2010: 11) hakikat belajar merupakan proses
manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan
sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Sedangkan
menurut Bell-Gredler (Baharuddin, 2010:11-12) belajar mempunyai
keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu,
kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan
kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi
masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan
budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Dengan demikian,
belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Melalui perubahan-perubahan
tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan
permasalahan hidup dan bias menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 17), secara
etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu”. Sehingga memiliki arti bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk
mencapai kepandaian atau ilmu. Menurut Fudyartanto (Baharuddin,
2010:13) Melalui belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti,
dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Kepandaian atau ilmu
10
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan
ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sedangkan
menurut Hilgard dan Bower dalam Fudyartanto (Baharuddin, 2010: 13)
belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melelui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan
mendapatkan informasi atau menemukan. Senada dengan Hilgard dan
Bower menurut Lefton (Sri Rumini, 1998: 156) belajar adalah terjadinya
perubahan perilaku dalam diri organisme yang bersifat relatif permanen
sebagai hasil dari pengalaman.Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar
adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tertentu berdasarkan
pengalaman.
Definisi tersebut ialah penjelasan secara etimologis, sedangkan
secara terminologis ada banyak devinisi belajar yang lebih mendalam.
Beberapa ahli mengemukakan definisi belajar secara lebih mendalam
seperti Menurut Cronbach (Baharuddin, 2010: 14) belajar terbaik adalah
melalui
pengalaman,
melalui
pengalaman
tersebut
siswa
akan
menggunakan seluruh pancaindranya. Pendapat tersebut sesuai dengan
Spears (Baharuddin, 2010: 14) yang menyatakan bahwa Belajar adalah
mengamati, membaca, menirukan, untuk mencoba segala sesuatunya yang
di dengar dan di ikuti petunjuknya. Selanjutnya menurut Slameto (2003: 2)
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya
11
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya. Senada dengan teori sebelumnya menurut Iskandarwassid
& Dadang Sunendar (2009: 5) kata belajar berarti proses perubahan tingkah
laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan
lingkungannya melalui pengalaman dan latihan.
Berdasar pada pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar yaitu suatu perubahan tingkah laku yang menggunakan seluruh
pancaindranya yang diikuti peserta didik sehingga berdampak pada
interaksi antara individu dan lingkungannya. Sehingga belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang berdampak baik pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan di sekitarnya.
Berdasar penegasan tersebut penegasan lebih diperdalam lagi pada
pendapat dari Slameto belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan
perubahan baik dari tingkah laku maupun cara berpikirnya, sebagai hasil
dari pengalaman yang di dapat dari lingkungan sekitar.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Sugihartono, dkk. (2007: 76) terdapat 2 faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
12
sedang faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor
internal meliputi:
1)
Faktor Jasmaniah
a) Kesehatan
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu, seperti
pusing, ngantuk, dan kurang bersemangat. Agar seseorang dapat
belajar dengan baik haruslah istirahat, tidur cukup, makan teratur,
olahraga, rekreasi dan ibadah.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Siswa yang cacat
belajarnya terganggu. Siswa ini hendaknya belajar pada lembaga
pendidikan khusus agar dapat mengurangi pengaruh kecacatanya.
2) Faktor Psikologis
a) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih
berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
b) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika
13
bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah
kebosanan sehingga tidak lagi suka belajar.
c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap
belajar. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang
manarik minat siswa lebih mudah dipelajari karena minat
menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Apabila bahan pelajaran
yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil
belajarnya lebih baik karena senang belajar dan selanjutnya lebih
giat lagi dalam belajar.
e) Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Dorongan atau
motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar. Membentuk motif
yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan atau
kebiasaan-kebiasaan.
14
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang di mana alat-alat tubuh sudah siap untuk melaksanakan
tugas baru. Kemajuan baru untuk memiliki kacakapan tergantung
dari kematangan dan belajar.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesediaan timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan.
Kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Jika
siswa belajar sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik.
h) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang dibedakan menjadi dua macam yaitu
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat terlihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan. Kelelahan sangat terasa
pada
bagian
kepala
dengan
pusing-pusing
sehingga
sulit
berkonsentrasi.
2. Faktor-faktor Ekstern
a. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
15
rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan
latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pendidikan, waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh terjadi karena keberadaanya siswa
dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar
mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2003: 54-71).
Berdasarkan faktor internal dan eksternal melalui penggunaan
media video maka penelitian ini akan merangsang siswa untuk terlibat
pembelajaran dari sisi eksternal. Hal tersebut dipilih karena dalam latar
belakang masalah penyebab dari rendahnya hasil belajar yaitu dari
kurang bervariasi media yang digunakan. Faktor mendasar dalam
penelitian ini adalah mengenai faktor sekolah mengenai alat
pendidikan.
16
3. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati & Mujiono (2006: 3-4) hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses
belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu
pencapaian tujuan pengajaran. Dan pada bagian lain, merupakan
peningkatan kemampuan mental siswa. Senada dengan pendapat di atas
menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 102-103) hasil belajar atau
achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapankecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan
hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku
dalam bentuk pengguasaan pengetahuan, ketarampilan berpikir maupun
ketrampilan motorik. Senada dengan pendapat tersebut memurut
Purwanto (2008: 48) ranah hasil belajar ialah perilaku-perilaku kejiwaan
yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi
dalam 3 ranah, yaitu : Ranah Kognitif,
Ranah Afektif, Ranah
Psikomotor.
a. Ranah Kognitif
Hasil belajar kognitif yaitu perubahan perilaku yang terjadi
dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi
meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh
sensori, penyimpanan, dan pengolahan dalam otak menjadi informasi
17
hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Menurut Bloom (Purwanto, 2008: 50)
membagi dan menyusun secara hierarkis tingkat hasil belajar kognitif
mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai
yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat
maka
makin
kompleks
dan
penguasaan
suatu
tingkat
mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya. Dalam ranah
kognitif ada enam tingkat yaitu hafalan (C1), pemahaman (C2),
Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6).
b. Ranah Afektif
Menurut Krathwohl (Purwanto, 2008: 51) membagi hasil
belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi,
penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar ranah afektif ini
disusun secara hierarkis mulai dari tingkat yang paling rendah dan
sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks. Penerimaan
(kesediaan menerima rangsang), Partisipasi (kesediaan menerima
respons), penilaian (kesediaan untuk menentukan pilihan suatu nilai),
organisasi (menghubungkan nilai-nilai yang telah dipelajari) dan
internalisasi nilai (menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk
menjadi pedoman perilaku).
c. Ranah Psikomotor
18
Beberapa ahli mengklasifikasi dan menyusun hierarki hasil
belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun dalam urutan mulai yang
rendah dan sederhana sampai yang tinggi dan kompleks. Hasil belajar
tingkat yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah
menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Menurut Simpson
(Purwanto, 2008: 53) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik
menjadi enam : persepsi (kemampuan membedakan suatu gejala),
kesiapan (kemampuan menempatkan diri), gerakan terbimbing
(kemampuan melakukan gerakan meniru model, gerakan terbiasa
(kemampuan melakukan gerakan tanpa model), gerakan kompleks
(kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, dan
kreativitas (kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru)
Ketiga ranah di atas merupakan objek dalam hasil belajar.
Sehingga dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil dari suatu proses belajar yang dialami siswa
dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam
proses belajar dapat dilihat melalui tingkah laku baik dalam berpikir
maupun tingkah laku perbuatan atau bersikap. Hasil belajar dapat
berupa kompetensi akademik, kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadian. Namun dalam sekolah pada umumnya hanya dibatasi
pada kompetensi akademik dan kompetensi sosial. Dengan begitu
setiap manusia memiliki potensi jiwa yang dapat diubah melalui
pendidikan meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
19
Dari uraian di atas hasil belajar ialah hasil yang dicapai
melalui proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Hasil belajar tersebut diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan
pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan
pendidikan. Hasil belajar yang baik merupakan hasil belajar yang
dapat mencapai tujuan pendidikan dan mencakup tiga ranah
kecerdasan siswa yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam
penelitian ini hasil belajar yang ditekankan dan difokuskan ialah pada
ranah kognitif, khususnya pada tingkatan ingatan atau hafalan (C1)
dan tingkatan pemahaman (C2). Peneliti memilih ranah kognitif saja
dikarenakan materi yang dibahas lebih menekanankan pada ranah
kognitif tingkatan ingatan (C1) dan tingkatan pemahaman (C2). Hasil
belajar kognitif lebih menekankan pada penguasaan materi yang telah
diberikan guru selama proses pembelajaran. Tes hasil belajar diukur
menggunakan tes evaluasi setelah melihat tayangan media video.
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini ialah setelah siswa
mendapatkan materi IPS melalui penggunaan media video. Hasil
belajar tersebut berupa nilai dari ranah kognitif tipe C1 dan C2.
Sedangkan pengamatan akan ditekankan pada aspek yang mendukung
pengajaran
atau
selama
proses
pembelajaran
seperti
yang
dikemukakan oleh Dorothy Rich (2008: 2) yaitu berupa keberanian,
tanggung jawab, ketekunan/ keseriusan, dan keaktifan. Sedangkan
menurut Slameto (2003:76) salah satu yang mempengaruhi seseorang
20
dalam belajar yaitu keadaan emosional dan sosial dimana keadaan
takut akan kegagalan, yang mengalami kegoncangan karena emosiemosi yang tidak kuat dapat mempengaruhi efektifitas dari belajar.
Sehingga dalam penelitian ini peneliti juga akan meneliti mengenai
proses pembelajaran melalui siswa.
B. Kajian Mata Pelajaran IPS
1. Pengertian IPS
Menurut Fikih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1998: 1) Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan
konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial (ilmu sejarah, ilmu
geografi, ilmu ekonomi, ilmu sosiologi) yang disusun melalui
pendekatan
pendidikan
dan
psikologis
serta
kelayakan
dan
kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata
pelajaran IPS disusun secara sistematis, komperhensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan
dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih
luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan KTSP (2006:
621).
21
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan
pelajaran yang menganalisis berbagai peristiwa fakta, konsep, dan
generalisasi yang ada di lingkungan masyarakat. Sehingga mata
pelajaran IPS sangat penting untuk peserta didik, dalam kaitannya
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat.
2.
Tujuan dan Mata Pelajaran IPS
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya,
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam
kehidupan sosial,
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
kemanusiaan,
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan
global.
KTSP (2006: 621)
Berdasarkan tujuan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat mengenalkan konsep disekitar
siswa, mampu membuat siswa berpikir kritis dan logis serta mencari
solusi terhadap kejadian disekitarnya, mempunyai rasa tanggung jawab
dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial, dan mempunyai kemampuan
dalam bekerjasama dengan seluruh masyarakat dunia.
22
3. Ruang Lingkup IPS
Ruang lingkup untuk mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan,
b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan,
c) Sistem Sosial dan Budaya,
d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
(Saadun Akbar & Hadiwijaya, 2010:78)
Menurut Isjoni (2007: 22) peranan pendidikan sejarah merupakan
salah satu tiang atau landasan utama bagi pendidikan IPS, terutama
untuk pendidikan IPS, terutama untuk penanaman nilai-nilai seperti
pengenalan jati diri, empati, toleransi yang akan menumbuhkan sense of
belonging dan sense of solidarity (rasa memiliki dan rasa persaudaraan).
Dari pendapat tersebut pendidikan sejarah atau IPS dirasa penting untuk
diberikan pada peserta didik.
Selanjutnya Menurut Fikih Samlawi & Bunyaamin Maftuh
(1998: 11-12) Sejarah merekam sejumlah aspek kejadian, baik aspek
sosial, budaya, geografi, ekonomi maupun politik. Oleh karena itu
sejarah sering dipandang sebagai fondasi atau komponen dari semua
ilmu sosial. Sebagai akibatnya, maka konsep utama dalam sejarah adalah
waktu dan kejadian. Sehingga materi menghargai jasa dan perjuangan
dalam memproklamasikan kemerdekaan dan menghargai perjuangan
23
para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, merupakan materi
Ilmu Pendidikan Sosial lingkup sejarah.
4. Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester 2
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang dimulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB.
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial.
Tabel 2.
Silabus Materi
Standar Kompetensi
2. Menghargai peranan
tokoh pejuang dan
masyarakat dalam
mempersiapkan dan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia
Kompetensi Dasar
Indikator
2.3 Menghargai jasa dan 2.3.1 Menceritakan
peranan
tokoh peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi
di
sekitar
perjuangan
dalam
proklamasi
memproklamasikan
2.3.2
Mengidentifikasi
tugas
kemerdekaan
tokoh-tokoh penting dalam
peristiwa proklamasi
2.3.3 Menjelaskan peranan tokohtokoh
penting
dalam
proklamasi
2.3.4 Memberi contoh cara
menghargai jasa tokohtokoh perjuangan
2.3.5
Menunjukan
sikap
menghargai jasa tokohtokoh perjuangan
2.4 Menghargai perjuangan 2.4.1 Menceritakan peristiwa 10
November
1945
di
para
tokoh
dalam
Surabaya
mempertahankan
2.4.2 Mengidentifikasi peristiwa
kemerdekaan
10 November 1945 di
Surabaya
2.4.3 Menjelaskan peristiwa 10
November
1945
di
Surabaya
2.4.4
Menceritakan
peranan
beberapa tokoh dalam
mempertahankan
kemerdekaan
2.4.5 Memberi contoh cara
menghargai
perjuangan
24
para
tokoh
mempertahankan
kemerdekaan
dalam
Berdasarkan silabus IPS kelas V semester 2, maka materi yang
akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
Materi
:
Menghargai
Jasa
dan
Perjuangan
dalam
Memproklamasikan Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebetulnya merupakan
bagian dari pidato proklamasi yang disampaikan oleh Ir. Soekarno
sebagai wakil bangsa Indonesia. Proklamasi tersebut dibacakan tanggal
17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB bertempat di Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56 Jakarta.
Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui proses
yang panjang. Sejarah mencatat bahwa sebelum kedatangan bangsa
penjajah, di wilayah Nusantara ini telah berdiri negara-negara yang
dikenal dengan kerajaan-kerajaan yang berdaulat. Namun, karena adanya
politik adu domba dari pihak penjajah, wilayah Nusantara dapat
dikuasai. Sebagai akibatnya, rakyat Indonesia hidup dalam alam
penderitaan. Reaksi dari rakyat adalah melakukan perlawanan terhadap
penjajah.
Setelah melalui waktu yang sangat lama disertai pengorbanan
besar dari seluruh rakyat Indonesia, akhirnya kemerdekaan dapat
diwujudkan. Adapun saat menjelang diproklamasikannya kemerdekaan
25
Indonesia bias ditegaskan dimulai pada tanggal 16 Agustus 1945. Pada
waktu itu terjadi penculikan terhadap 2 tokoh bangsa Indonesia yang
paling terkemuka, yaitu Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta oleh para
pemuda pejuang Indonesia dari Jakarta ke Rengasdengklok Karawang
Jawa Barat. Maksud mereka agar kedua tokoh ini terhindar dari
pengaruh ancaman dan tekanan pemerintah pendudukan Jepang.
Kedua tokoh itupun menegaskan bahwa tidak akan ada tekanan
yang mampu menggoyahkan perjuangan bangsa Indonesia. Akhirnya,
mereka dikembalikan lagi ke Jakarta dan diamankan di rumah
Laksamana Muda Tadashi Maeda sebagai penguasa Jepang di daerah
Jawa (yang simpati terhadap perjuangan rakyat Indonesia untuk
merdeka).
Di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda itulah naskah
proklamasi dirumuskan oleh 3 orang pemimpin golongan tua, yaitu Ir.
Soekarno, Drs. M. Hatta, dan Mr. Achmad Soebardjo. Perumusan
naskah proklamasi juga disaksikan 3 orang wakil golongan muda, yaitu
Sukarni, B.M. Diah, dan Mbah Diro. Setelah selesai ditulis, naskah
proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Kemudian, Ir. Soekarno dan Drs.
M. Hatta menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia.
1. Tokoh-Tokoh Bangsa dalam Berperan dalam Kemerdekaan
Perlawanan
yang
dilakukan
rakyat
Indonesia
untuk
kemerdekaan bangsa telah melahirkan tokoh-tokoh pejuang. Mulai
dari tokoh-tokoh yang berjuang melawan kekuasaan Belanda sampai
26
tokoh-tokoh yang mempersiapkan kemedekaan Indonesia, tanggal 17
Agustus 1945. Adapun tokoh-tokoh bangsa yang terlibat langsung
dalam mempersiapkan kemerdekaan itu, antara lain sebagai berikut:
a. Ir. Soekarno
Gambar 1. Soekarno
Ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator dengan sapaan
akrabnya Bung Karno. Beliau dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901
di Blitar, Jawa Timur. Beliau mulai aktif berjuang pada masa
pergerakan nasional dengan memimpin Partai Nasional Indonesia
(PNI). Pada masa pendudukan Jepang, beliau menjadi salah
seorang pemimpin organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Di
dalam keanggotaan BPUPKI, beliau menjadi ketua Panitia
Sembilan. Selanjutnya menjadi ketua PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) sebagai pengganti BPUPKI.
b. Drs. Moh Hatta
Gambar 2. Drs Moh Hatta
27
Ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator. Panggilan
akrabnya adalah Bung Hatta. Dilahirkan di Sumatra Barat pada
tanggal 12 Agustus 1902. Beliau berjuang sejak zaman pergerakan
nasional, dimulai di negeri Belanda. Beliau mendirikan organisasi
Perhimpunan Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, beliau
dikenal dengan julukan Dwi Tunggal bersama Bung Karno. Beliau
aktif dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, menghadiri
rapat PPKI di rumah Laksamana Maeda, dan mendampingi Bung
Karno dalam pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
c. Mr. Achmad Soebardjo
Gambar 3. Mr. Achmad Soebarjo
Merupakan golongan tua pada saat menjelang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Ia dilahirkan tanggal 23 Maret 1897 di
Karawang Jawa Barat. Ia aktif dalam perjuangan pergerakan
nasional, termasuk anggota PPKI, serta terlibat dalam perumusan
28
rancangan Undang-Undang Dasar.132 Ilmu Pengetahuan Sosial
SD dan MI Kelas V
d. Laksamana Muda Tadashi Maeda
Gambar 4. Laks Muda Tadashi Maeda
Seorang Perwira Angkatan Laut Jepang dengan jabatan
Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang di Jakarta. Ia merupakan
teman baik Mr. Akhmad Soebardjo dan bersimpati terhadap
perjuangan bangsa Indonesia. Untuk itu, rumahnya dijadikan
sebagai tempat pertemuaan para pejuang Indonesia untuk
merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16
Agustus 1945.
e. Fatmawati
Gambar 5. Fatmawati
Fatmawati adalah istri Bung Karno, dilahirkan di Bengkulu pada
tahun 1923. Ia berjasa menjahitkan Bendera Pusaka Merah Putih.
Bendera tersebut dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di
29
halaman rumahnya yang sekaligus tempat dibacakan naskah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56 Jakarta.
f. Latif Hendraningrat
Gambar 6. Latif Hendraningrat
Latif Hendraningrat seorang pejuang kemerdekaan. Pada masa
pendudukan Jepang menjadi anggota Peta (Pembela Tanah Air).
Beliau adalah penggerek Bendera Merah Putih tanggal 17 Agustus
1945. Beliau membawa Ir Soekarno dan Drs. M. Hatta ke
Rengasdengklok Karawang.
g. Chaerul Saleh
Gambar 7. Chaerul Saleh
Seorang aktivis pemuda dalam pergerakan nasional. Ia
dilahirkan tanggal 13 September 1916 di Sawahlunto, Sumatera
Barat. Ia menjadi anggota Angkatan Muda Indonesia pada saat
30
pendudukan Jepang, tetapi akhirnya ia sangat dibenci oleh pihak
Jepang. Ia menjadi pemimpin pertemuan di gedung Bakteriologi
Jakarta (sekarang Universitas Indonesia) yang menginginkan
kemerdekaan tanpa ada peran dari PPKI. Menurutnya, PPKI
merupakan bentukan Jepang.
h. Wikana
Gambar 8. Wikana
Wikana aktif dalam organisasi kepemudaan pada masa
Jepang. Ia dilahirkan tanggal 13 September 1916 di Sumedang
Jawa Barat. Ia merupakan wakil dari golongan muda yang
menghadap Ir. Soekarno bersama Darwis untuk menyampaikan
hasil rapat para pemuda Indonesia di gedung Bakteriologi. Ia juga
ikut mengusulkan agar proklamasi diadakan di Jakarta.
i. Sukarni
Gambar 9. Sukarni
Dilahirkan tanggal 14 Juli 1916 di Blitar, Jawa Timur. Ia
aktif sebagai anggota organisasi pemuda Angkatan Baroe
31
Indonesia dan Gerakan Rakyat Baru yang bertujuan Indonesia
Merdeka. Selama pendudukan Jepang, ia bekerja di kantor berita
Domei, Sandenbu, dan kantor pusat Seinendan. Ia juga
mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh Ir.
Soekarno dan Drs. Moh Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia.
Djodjo Suradisastro, dkk. (1991: 4) mengemukakan bahwa
kajian Ilmu Pengetahuan Sosial ialah tentang kehidupan manusia
dan
dunia
mengajarkan
sekelilingnya.
siswa
agar,
Sehingga
sebagai
mata
pelajaran
IPS
manusia
kadang
kala
menemukan permasalahan di sekitar. Selain itu kaitannya dengan
dunia sekelilingnya yaitu sebagai manusia sebaiknya mempelajari
asal usul atau masa lalu bangsanya seperti mempelajari terjadinya
kemerdekaan RI dsb.
Sehubungan dengan pembelajaran IPS tersebut, hasil
belajar dapat dilihat melalui tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan
skor yang diperoleh melalui tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu yang digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh siswa menguasai bahan yang di ajarkan
oleh guru. Pengetahuan siswa diwujudkan dalam nilai hasil belajar
yang merupakan titik untuk mengetahui peningkatan kemampuan
siswa menguasai materi tersebut. Hasil belajar juga dipandang
sebagai perubahan tingkah laku pada siswa yang mencakup
32
pengetahuan, informasi dan pengalaman belajar yang dapat
diamati melalui perubahan sikap dan tindakan. Dalam sebuah
proses interaksi edukasi. Dalam pembelajaran IPS diajarkan pula
keterampilan sosial untuk saling menghargai dan bertanggung
jawab pada kemampuan akademiknya. Kaitannya dengan hasil
belajar kognitif siswa diharapkan mengingat dan memahami
materi di atas sebagai bentuk menghargai jasa dan peranan tokoh
dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Materi:
Menghargai
perjuangan
para
tokoh
dalam
mempertahankan kemerdekaan
Gambar 10. Bung Tomo
Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dimulai tanggal
25 Oktober 1945, tentara sekutu mendarat di Surabaya. Tujuan
sekutu datang untuk melucuti senjata tentara Jepang dan
membebaskan tawanan perang. Tindakan sekutu menimbulkan
kemarahan pada rakyat sehingga terjadi baku tembak. Pada
33
tanggal 30 Oktober 1945 Jenderal terbaik sekutu, A.W.S Mallaby
tewas tertembak. Hal tersebut membuat sekutu mengeluarkan
ultimatum
yang
isinya
pemimpin
dan
rakyat
Indonesia
menyerahkan senjatanya selambat-lambatnya pukul 06.00 WIB
tanggal 10 November 1945. Rakyat Surabaya menolak ultimatum
dan kota Surabaya digempur tentara sekutu. Bung Tomo melalui
pidatonya membakar semangat juang rakyat Surabaya. Kota
Surabaya yang diperkirakan dapat dihancurkan selama 3 hari
rupanya keliru dan pertempuran berlangsung selama 21 hari.
Dalam pertempuran tersebut banyak pejuang yang gugur dan
tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
34
C. Kajian Media Video
1. Pengertian Media
Perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
semakin
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut akan berkembang sesuai
dengan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan
alat di sekitar dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga
dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan membuat media
pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum
tersedia. Menurut Hamalik (Azhar Arsyad, 2011:2) untuk itu guru harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pembelajaran, yang meliputi :
a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektif proses belajar
mengajar
b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
c. Seluk-beluk proses belajar
d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan
e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran
f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran
i. Usaha pendidikan dalam media pendidikan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian
yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar demi tercapainya
35
tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah
pada khususnya.
Menurut Arief S. Sadiman (2011: 197) penggunaan media juga
bertujuan untuk mencapai tujuan instruksional antara lain yaitu cara
memilih media supaya sesuai dengan tujuan agar efektif dan efisien
berikut tiga langkah dalam menggunkan media :
a) Persiapan sebelum menggunakan video
b) Pelaksanaan/Kegiatan selama menggunakan video
c) Penutup/Kegiatan Tindak lanjut
Ketiga langkah tersebut akan diterapkan pada pengamatan pada guru
mengenai langkah-langkah penggunaan video. Setiap aspek diatas akan
dijabarkan menjadi variable yang lebih kecil lagi dalam bentuk
pernyataan.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti „tengah‟,‟perantara‟ atau pengantar‟. Menurut Gerlach & Ely
(Azhar Arsyad, 2011: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
36
Menurut AECT (Association of Education and Communication
Technology) (Azhar Arsyad, 2011: 3) memberi batasan tentang media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Sependapat dengan AECT menurut Fleming
(Azhar Arsyad, 2011: 3) kata mediator adalah penyebab atau alat yang
turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan
istilah mediator media menunjukan fungsi atau peranannya, yaitu
mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses
belajar siswa dan isi pelajaran. Dengan demikian media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Menurut Heninich, dkk. (Azhar Arsyad, 2011: 4) mengemukakan
istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara
sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio,
gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetak, dan sejenisnya adalah
media komunikasi. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh
Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2011: 4) secara implisit mengatakan
bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain
buku, tape recorder, kaset , video camera, video recorder, film, slide
(gambar rangkai), foto, gambar, grafik, televise, dan computer.
Sependapat dengan ahli di atas Criticos (Daryanto, 2011: 4)
menyimpulkan bahwa media merupakan salah satu komponen
komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
37
komunikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa media pembelajaran
merupakan sarana perantara dalam proses pembelajaran.
2. Pengertian Media Audio-Visual
Menurut Azhar Arsyad (2011: 29) berdasarkan perkembangan
teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam empat
kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil
teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan
komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Berdasarkan perkembangan teknologi di atas maka akan dibahas
lebih mendalam mengenai definisi media hasil teknologi audio-visual.
Menurut Azhar Arsyad (2011: 30) teknologi audio-visual cara
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesinmesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan
visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian
perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape
recorder, dan proyektor visual yang lebar. Jadi pengajaran melalui audiovisual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya
melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung
kepada pemahaman kata atau symbol-simbol yang serupa. Sedangkan
menurut Daryanto (2011:80) media video merupakan segala sesuatu
yang memungkinkan signal audio dapat dikombinasikan dengan gambar
bergerak secara sekuensial.
38
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1119) mengartikan
video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat
televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat
televisi. Kata “video” merupakan bahasa Latin yang berarti, “Saya lihat”.
Istilah video juga digunakan sebagai singkatan dari videotape, dan juga
perekam video serta pemutar video . Menurut Andi Prastowo (2012:
300) yang tergolong dalam kategori video ialah segala sesuatu yang
memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar
bergerak secara sekuesialat digolongkan sebagai video.
Dari pengertian di atas video adalah berbagai bentuk gabungan
gambar bergerak dan bersuara melalui teknologi pengiriman sinyal
elektronik. Pengiriman sinyal elektronik dapat melalui televisi,
komputer, laptop, baik yang di transmisikan lewat LCD, Proyektor.
a. Karakteristik Video
Video bersifat interaktif tutoial membimbing peserta didik
untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Video juga
mempunyai karakteristik diantaranya adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu,
Dapat diulang untuk menambah kejelasan,
Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat,
Mengembangkan pikiran, imajinasi dan pendapat siswa,
Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran
yang lebih relistis,
Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang,
Sangat baik menjelaskan suatu proses dan ketrampilan, mampu
menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon
yang diharapkan dari siswa,
39
8)
Semua siswa dapat belajar baik yang pandai ataupun yang kurang
pandai,
9) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar,
10) Penampilan dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.
(Joko Purwanto, 2011)
Sedangkan menurut Daryanto (2011: 79) video menambah suatu
dimensi baru terhadap pembelajaran hal ini karena karakteristik
teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada siswa,
di samping suara yang menyertainya. Dengan demikian, siswa merasa
seperti berada di suatu tempat yang sama dengan program yang
ditayangkan video.
Menurut ahli di atas karakteristik video memiliki keunikan
tersendiri dalam penyampaian pesannya, selain itu video merupakan
penggabungan antara komponen audio (suara) dan visual (gambar).
Sehingga membuat video semakin memberikan pengalaman yang baru
bagi siswa. Karena karakteristik video yang beragam, video dapat
digunakan sebagai media pembelajaran.
b. Tujuan Penggunaan Video
Menurut Alim Sumarno (2011) penggunaan media video dalam
proses pembelajaran bertujuan untuk:
1) Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas
pengertian dan konsep yang abstrak kepada siswa,
2) Mengembangkan sikap-sikap yang dikendaki,
3) Mendorong siswa untuk melakukan kegiatan lebih lanjut.
40
Senada dengan Alim Sumarno menurut Anderson (Andi Prastowo,
2012: 405) mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran, bahan
ajar video dapat digunakan untuk tiga tujuan utama, yakni kognitif,
psikomotorik, dan afektif.
Pertama, untuk tujuan kognitif. Melalui penggunaan video,
beberapa tujuan ranah kognitif dapat dikembangkan pada peserta didik,
diantaranya sebagai berikut:
1) Mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan
berupa gerak yang serasi. Misalnya, pengamatan terhadap
kecepatan relatif suatu benda yang bergerak, serta penyimpangan
dalam gerak interaksi antara objek dan benda.
2) Mengajarkan kepada peserta didik pengetahuan tentang hukumhukum dan prinsip-prinsip tertentu.
3) Menunjukan daftar kata yang dianggap penting, walaupun
dianggap kurang ekonomis.
4) Menunjukan contoh cara bersikap atau berbuat dalam suatu
penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi manusiawi.
5) Peserta didik dapat langsung mendapat koreksi terhadap
penampilan yang belum memenuhi persyaratan, jika mereka
mencobakan keterampilan atau kemampuan itu untuk menerapkan
hukum dan prinsip tertentu.
Kedua, untuk tujuan psikomotorik. Dalam hal ini, video
merupakan bahan ajar yang tepat untuk memperlihatkan contoh
ketrampilan yang menyangkut gerak. Melalui video dapat mengajarkan
koordinasi antara alat tertentu, seperti memanjat, berenang dan lain
sebagainya.
Ketiga, untuk tujuan afektif dengan menggunakan berbagai teknik
dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk
mempengaruhi sikap dan emosi.
Selain itu tujuan penggunaan media video menurut Daryanto
(2011: 82) yaitu:
1) Pesan yang disampaikan lebih menarik perhatian. Unsur
perhatian inilah yang penting dalam proses belajar. Karena dari
adanya perhatian inilah yang penting dalam proses belajar.
Karena dari adanya perhatian akan timbul rangsangan/motivasi
untuk belajar.
2) Pesan yang disampaikan lebih efisien. Gambaran visual dapat
mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan nyata. Oleh
karena itu, dapat mempercepat pemahaman pesan secara lebih
komprehensif.
3) Pesan visual lebih efektif, dalam arti penyajian melalui visual
dapat membuat anak didik lebih berkonsentrasi.
41
Dari beberapa pendapat diatas maka media video merupakan
media yang dapat menyampaikan materi dari yang rendah atau
sederhana sampai yang tinggi atau kompleks. Selain itu penyampaian
video juga dapat mempersingkat waktu, meningkatkan perhatian dan
meningkatkan konsentrasi siswa.
c. Kelebihan Media Video
Kelebihan video menurut Azhar Arsyad (2011: 48) adalah:
1) Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa
ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek dll,
2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat
disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu,
3) Video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya,
4) Video yang menagndung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dn pembahasan dalam kelompok siswa,
5) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat
secara langsung seperti lahar dingin, gunung berapi dan binatang
buas,
6) Video dapat ditujukkan kepada kelompok kecil, kelompok yang
heterogen maupun perorangan.
Berdasarkan kelebihan ahli yang dikemukan di atas maka dapat
disimpulkan kelebihan video sebagai berikut:
a) Video dapat menambah pengalaman siswa, meskipun siswa
tidak mengalaminya sendiri,
b) Video dapat di hentikan sejenak (pause) maupun diulang
apabila siswa kurang paham,
c) Video dapat membantu siswa memahami nilai sikap yang
terkandung dalan materi,
42
d) Video dapat membantu siswa memahami peristiwa yang
berbahaya ataupun telah lampau,
e) Video dapat mengatasi masalah jarak dan waktu.
d. Prosedur Penggunaan Media Video
Selain karakteristik yang harus diperhatikan, maka prosedur
penggunaan media video juga tidak kalah penting karena dalam
pelaksanaannya sebaiknya peneliti juga mengetahui hal-hal yang
perlu merencanakan. Menurut Arief S. Sadiman (2011: 185)
penggunaan media video hendaknya memperhatikan karakteristik
siswa (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia,
kemajuan belajar, dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik
populasi sasaran. Berikut ini adalah prosedur pelaksanaannya :
1)
2)
3)
4)
Mula-mula pilih siswa yang benar-benar mewakili populasi
target. Usahakan aga mereka mewakili berbagai tingkat
kemampuan dan ketrampilan siswa yang ada. Tes kemampuan
awal (pre test) perlu dilakukan jika karakteristik siswa belum
diketahui. Atas dasar itu pemilihan siswa dilakukan. Akan tetapi,
jika kita kenal benar-benar siswa yang akan dipakai dalam uji
coba tes itu tak perlu dilakukan.
Jelaskan kepada siswa maksud uji lapangan tersebut dan apa
yang anda harapkan pada akhir kegiatan. Pada umumnya, siswa
tak terbiasa untuk mengkritik bahan-bahan atau media yang
diberikan. Hal itu karena siswa beranggapan sudah benar dan
efektif. Usahakan siswa bersikap rileks dan berani
mengemukakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin perasaan
bahwa uji coba ini menguji kemampuan siswa.
Berikan tes awal (pre test) untuk mengukur sejauh aman
pengetahuan dan ketrampilan siswa terhadap topik yang
dimediakan.
Sajikan media tersebut kepada siswa. Bentuk penyajiannya tentu
sesuai dengan rencana pembuatannya; untuk prestasi kelompok
besar, untuk kelompok kecil atau belajar mandiri.
43
5)
6)
7)
Catat semua respon yang muncul dan siswa selama sajian. Begitu
pula waktu yang diperlukan.
Berikan tes (post test) untuk mengukur seberapa jauh pencapaian
hasil belajar siswa setelah sajian media tersebut. Hasil tes ini
(post test) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pre test) akan
menunjukan seberapa efektif dan efisien media yang dibuat.
Ringkas dan analisislah data-data yang diperoleh dengan
kegiatan-kegiatan tadi. Hal ini meliputi kemampuan awal, skor
tes awal, dan tes akhir, waktu yang diperlukan, perbaikan bagianbagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan
sajian, dan sebagainya.
Dari prosedur penggunaan video di atas dapat disimpulkan
bahwa langkah-langkah penggunaan media untuk siswa kelas V SD N
Kalinegoro 6 adalah sebagai berikut:
a)
Mengenal karakteristik siswa kelas 5 SD N Kalinegoro 6 dengan
cara observasi dan wawancara terhadap guru untuk mengetahui
latar belakang permasalahan dan menentukan video yang tepat.
Serta membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Jika
diperlukan adanya kelompok kecil maka minta petunjuk guru
untuk mengelompokan siswa secara heterogen.
b)
Kemudian waktu penelitian, peneliti ataupun guru kelas
menjelaskan kepada siswa bahwa kali ini mereka akan belajar
dan mereka menjadi subjek penelitian. Setelah itu guru
menjelaskan tata cara pelaksanaan pembelajaran pada hari
tersebut. Guru meminta siswa untuk belajar seperti biasa dan
seakan-akan tidak sedang diteliti.
44
c)
Sebelum menggunakan media hendaknya guru memberikan soal
tes awal (pre test) untuk mengukur kemampuan awal siswa
sebelum menggunakan media video.
d)
Berdasarkan hasil tes awal (pre test) peneliti mempersiapkan
media video sesuai dengan materi hari tersebut. Dengan
pengamatan secara berkelompok dan mendiskusikan. Setelah itu
siswa diminta mempreaentasikan.
e)
Semua respon yang muncul saat diskusi berlangsung dicatat
melalui lembar observasi.
f)
Setelah itu berikan tes evaluasi untuk mengukur kemampuan
siswa setelah sajian media video. Hasil tes ini (post test)
dibandingkan dengan hasil tes awal (pre test).
g)
Kemudian setelah ditemukan data tes awal (pre test) dan data tes
akhir (post test) maka data akan di analisis.
Jika nantinya masih ditemukan nilai yang belum sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal maka dapat dilanjutkan pada
tahap selanjutnya untuk memperbaiki dengan langkah-langkah
yang sama dan penyempurnaan media. Maka dengan penggunaan
media video diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V SD N Kalinegoro 6.
D. Kajian Karakteristik Anak Didik.
45
Menurut Jean Piaget (Rita Eka Izzaty, 2008: 35) tahapan
perkembangan kogitif menguraikan cirri khas perkembangan kognitif tiap
tahap dan merupakan suatu perkembangan yang saling berkaitan dan
berkesinambungan. Maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa
disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan anak didik. Piaget membagi
tahap perkembangan anak menjadi 4 tahap yaitu :
1. Tahap Sensori motor (0-2 tahun).
Kegiatan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup
gejala yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat anak
mencapai kematangan dan mulai memperoleh ketrampilan berbahasa,
mereka mengaplikasikannya dengan menerapkan pada objek-objek
yang nyata. Anak mulai memahami hubungan antara benda dengan
nama yang diberikan kepada benda tersebut.
2. Tahap Praoperasional (2-6 tahun).
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang- lambang
bahasa yang dipergunakan untuk menunjukan benda-benda nyata
bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang diambil berdasarkan
intuisi, bukan berdasar analisis rasional.
3. Tahap Operasional Konkrit (6-12 tahun).
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat
berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada
tahap ini permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan konkret.
4. Tahap Operasional Formal (12-15 tahun).
46
Tahap ini ditandai dengan pola pikir orang dewasa. Mereka dapat
mengaplikasikan cara berfikir terhdap permasalahan dari semua
kategori, baik abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak dapat
membentuk ide-ide maupun berpikir tentang masa depan secara
realistis.
Dari uraian di atas kelas V usia 11-12 tahun memiliki pemikiran
logis dan sistematis. Sehingga media video sesuai untuk diberikan pada
siswa kelasV. Media video sesuai diberikan karena melalui media video
siswa dapat mengamati hal-hal dari yang rendah atau sederhana ke halhal yang lebih tinggi atau kompleks dan penyajiannya lebih
teroganisasi. Sehingga dari karakteristik dan strateginya semua dapat
mendukung penggunaan media video.
Sedangkan menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116) masa
kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase:
a. Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6-7
tahun – 9-10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3
Sekolah Dasar.
b. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 910 tahun – 12-13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6
Sekolah Dasar.
Beberapa ciri-ciri khas atau menonjol pada masa anak kelas
tinggi Sekolah Dasar adalah :
1) Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari,
47
2) Ingin tahu, ingin belajar dan realistis,
3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
(Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 116)
Selain itu menurut Marsh (Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 118)
strategi guru dalam pembelajaran pada masa kanak-kanak akhir
adalah:
a) Menggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya
barang/benda konkret,
b) Gunakan alat visual, missal OHP, transparan, LCD,
c) Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal
yang bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks,
d) Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan
baik,
e) Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau
kegiatan.
Jadi, karakteristik siswa kelas V sekolah dasar adalah siswa
mempunyai
ketertarikan
untuk
kehidupan
praktis
sehari-
hari,mempunyai keingintahuan yang tinggi mengenai sesuatu hal,
senang belajar, dan timbul minat terhadap pelajaran-pelajaran
khusus. Pada masa ini lingkungan sangat berperan dalam
perkembangan kognitif siswa. Selain itu strategi guru dalam
pembelajaran sebaiknya semakin mengacu pada perkembangan
anak pada masa kanak-kanak akhir yaitu lebih banyak
menggunakan barang disekitar, pemakaian alat-alat visual,
permasalahan yang ditimbulkan dari yang sederhana ke kongkret,
penyajian sudah terperinci dengan baik, dan latihan yang
diberikan berkaitan dengan masalah yang diberikan. Media video
48
merupakan media yang dapat menampilkan pengalaman yang
beru sehingga dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa yang
merupakan karakteristik siswa kelas V. Dengan media video siswa
diharapkan dapat memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi
secara nyata melalui tayangan.
E. Kerangka Berpikir
Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar dapat dilihat
melalui tingkah laku baik dalam berpikir maupun tingkah laku perbuatan
atau bersikap. Salah satu hasil belajar yang harus dicapai siswa adalah
hasil belajar kognitif. Hasil belajar merupakan salah satu alat ukur yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam mengetahui tingkat pemahaman dan
mutu pembelajaran. Faktor-faktor dari dalam (internal) maupun dari luar
(eksternal) dapat menjadi penghambat dalam terwujudnya pembelajaran.
Adanya hambatan-hambatan tersebut harus segera dicari solusinya.
Sering kali dalam pembelajaran IPS guru hanya menekankan pada
aspek hafalan dan hal tersebut berlangsung setiap harinya. Belum lagi
pembelajaran yang monoton tanpa adanya variasi media. Jika hal tersebut
berlangsung setiap harinya dikhawatirkan akan berdampak pada hasil
belajar yang rendah dan menjadikan mata pelajaran ini kurang diminati
oleh siswa. Maka berbagai faktor penghambat tersebut harus segera dicari
solusinya.
49
Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung
jawab, serta warga dunia yang cinta damai KTSP (2006:621). Menurut
Kosasih (Etin Solihatin & Raharjo, 2007: 15) bahwa kemampuan dan
keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model,
metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan.
Pembelajaran yang menyenangkan merupakan tugas guru dalam
memecahkan faktor-faktor penghambat dalam proses pembelajaran
sebagai pendidik selaku faktor eksternal dari siswa. Guru harus mampu
mengatasi pemasalahan yang timbul baik dari kurikulum maupun cara
mengajar pembelajaran IPS di kelas. Guru harus memperhatikan tahapan
perkembangan siswa terutama kelas V SD yaitu operasional kongkret (612 tahun). Tahapan ini mengarah pada pembelajaran IPS yang mudah
dipahami, dan menyenangkan.
Pembelajaran yang menyenangkan salah satunya dapat dilakukan
melalui penggunaan media visual-audio (video). Media ini menekankan
pada indera pengelihatan dan pendengaran. Berdasarkan istilah Confucius
(Andi Prastowo, 2012: 301) apa yang saya dengar, saya lupa apa yang
saya lihat, saya ingat apa yang saya lakukan, saya paham. Sehingga jika
siswa hanya menerima penjelasan materi auditif semata, sangat
dimungkinkan meteri kurang dipahami. Berbeda halnya jika penjelasan
melalui suara dikombinasikan dengan gambar, maka siswa akan lebih
meningkat kemampuan mengingatnya. Hal serupa juga dikemukakan oleh
50
Mell Silberman (Andi Prastowo, 2012: 302) yang mengungkapkan suatu
hasik penelitian bahwa dengan menambahkan visual pada pelajaran, dapat
meningkatkan ingatan dari 14% menjadi 38%. Media video yaitu media
yang memadukan 2 unsur, yaitu unsur gambar (visual) dan suara (audio)
yang digabungkan menjadi satu kesatuan yang harmonis. Melalui media
video guru dapat mendayagunakan kemampuan pendengaran dan
pengelihatan secara lebih optimal. Selain itu dengan adanya gabungan
gambar yang bergerak disertai suara, siswa diharapkan tidak bosan dan
dapat terlibat langsung dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
Melalui media video ini diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam
proses belajar mengajar. Siswa dapat mengamati kejadian yang pernah
terjadi pada jaman dahulu dalam bentuk visual. Hal tersebut akan terasa
berbeda dan menimbulkan rasa keingintahuan siswa. Selain diminta
mengamatu siswa juga diajak berdiskusi dan mempersentasikan di depan
kelas. Melalui media video tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar IPS siswa.
Media video ini dirancang untuk membentuk pola berpikir siswa
dan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik siswa. Dengan
menggunakan media video ini diharapkan siswa, dapat lebih mudah
memahami materi IPS. Sehingga melalui media video juga dapat
meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam proses belajar di kelas
sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat.
51
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis
dalam penelitian ini yaitu bahwa penerapan media pembelajaran video
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Kalinegoro
6 Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
52
Download