BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Menurut Baharuddin (2010: 11) hakikat belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Sedangkan menurut Bell-Gredler (Baharuddin, 2010:11-12) belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Melalui perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bias menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 17), secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Sehingga memiliki arti bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Menurut Fudyartanto (Baharuddin, 2010:13) Melalui belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Kepandaian atau ilmu 10 merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sedangkan menurut Hilgard dan Bower dalam Fudyartanto (Baharuddin, 2010: 13) belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melelui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Senada dengan Hilgard dan Bower menurut Lefton (Sri Rumini, 1998: 156) belajar adalah terjadinya perubahan perilaku dalam diri organisme yang bersifat relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman.Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tertentu berdasarkan pengalaman. Definisi tersebut ialah penjelasan secara etimologis, sedangkan secara terminologis ada banyak devinisi belajar yang lebih mendalam. Beberapa ahli mengemukakan definisi belajar secara lebih mendalam seperti Menurut Cronbach (Baharuddin, 2010: 14) belajar terbaik adalah melalui pengalaman, melalui pengalaman tersebut siswa akan menggunakan seluruh pancaindranya. Pendapat tersebut sesuai dengan Spears (Baharuddin, 2010: 14) yang menyatakan bahwa Belajar adalah mengamati, membaca, menirukan, untuk mencoba segala sesuatunya yang di dengar dan di ikuti petunjuknya. Selanjutnya menurut Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya 11 sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Senada dengan teori sebelumnya menurut Iskandarwassid & Dadang Sunendar (2009: 5) kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan. Berdasar pada pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu suatu perubahan tingkah laku yang menggunakan seluruh pancaindranya yang diikuti peserta didik sehingga berdampak pada interaksi antara individu dan lingkungannya. Sehingga belajar merupakan perubahan tingkah laku yang berdampak baik pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Berdasar penegasan tersebut penegasan lebih diperdalam lagi pada pendapat dari Slameto belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan perubahan baik dari tingkah laku maupun cara berpikirnya, sebagai hasil dari pengalaman yang di dapat dari lingkungan sekitar. a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Sugihartono, dkk. (2007: 76) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, 12 sedang faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor internal meliputi: 1) Faktor Jasmaniah a) Kesehatan Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu, seperti pusing, ngantuk, dan kurang bersemangat. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah istirahat, tidur cukup, makan teratur, olahraga, rekreasi dan ibadah. b) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Siswa yang cacat belajarnya terganggu. Siswa ini hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus agar dapat mengurangi pengaruh kecacatanya. 2) Faktor Psikologis a) Intelegensi Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. b) Perhatian Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika 13 bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga tidak lagi suka belajar. c) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang manarik minat siswa lebih mudah dipelajari karena minat menambah kegiatan belajar. d) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena senang belajar dan selanjutnya lebih giat lagi dalam belajar. e) Motif Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Dorongan atau motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar. Membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan. 14 f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuh sudah siap untuk melaksanakan tugas baru. Kemajuan baru untuk memiliki kacakapan tergantung dari kematangan dan belajar. g) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan. Kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Jika siswa belajar sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik. h) Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan. Kelelahan sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit berkonsentrasi. 2. Faktor-faktor Ekstern a. Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana 15 rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pendidikan, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2003: 54-71). Berdasarkan faktor internal dan eksternal melalui penggunaan media video maka penelitian ini akan merangsang siswa untuk terlibat pembelajaran dari sisi eksternal. Hal tersebut dipilih karena dalam latar belakang masalah penyebab dari rendahnya hasil belajar yaitu dari kurang bervariasi media yang digunakan. Faktor mendasar dalam penelitian ini adalah mengenai faktor sekolah mengenai alat pendidikan. 16 3. Pengertian Hasil Belajar Menurut Dimyati & Mujiono (2006: 3-4) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Dan pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Senada dengan pendapat di atas menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 102-103) hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapankecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk pengguasaan pengetahuan, ketarampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Senada dengan pendapat tersebut memurut Purwanto (2008: 48) ranah hasil belajar ialah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam 3 ranah, yaitu : Ranah Kognitif, Ranah Afektif, Ranah Psikomotor. a. Ranah Kognitif Hasil belajar kognitif yaitu perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan, dan pengolahan dalam otak menjadi informasi 17 hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Bloom (Purwanto, 2008: 50) membagi dan menyusun secara hierarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya. Dalam ranah kognitif ada enam tingkat yaitu hafalan (C1), pemahaman (C2), Penerapan (C3), Analisis (C4), Sintesis (C5), dan Evaluasi (C6). b. Ranah Afektif Menurut Krathwohl (Purwanto, 2008: 51) membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar ranah afektif ini disusun secara hierarkis mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks. Penerimaan (kesediaan menerima rangsang), Partisipasi (kesediaan menerima respons), penilaian (kesediaan untuk menentukan pilihan suatu nilai), organisasi (menghubungkan nilai-nilai yang telah dipelajari) dan internalisasi nilai (menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk menjadi pedoman perilaku). c. Ranah Psikomotor 18 Beberapa ahli mengklasifikasi dan menyusun hierarki hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun dalam urutan mulai yang rendah dan sederhana sampai yang tinggi dan kompleks. Hasil belajar tingkat yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Menurut Simpson (Purwanto, 2008: 53) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam : persepsi (kemampuan membedakan suatu gejala), kesiapan (kemampuan menempatkan diri), gerakan terbimbing (kemampuan melakukan gerakan meniru model, gerakan terbiasa (kemampuan melakukan gerakan tanpa model), gerakan kompleks (kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, dan kreativitas (kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru) Ketiga ranah di atas merupakan objek dalam hasil belajar. Sehingga dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu proses belajar yang dialami siswa dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar dapat dilihat melalui tingkah laku baik dalam berpikir maupun tingkah laku perbuatan atau bersikap. Hasil belajar dapat berupa kompetensi akademik, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Namun dalam sekolah pada umumnya hanya dibatasi pada kompetensi akademik dan kompetensi sosial. Dengan begitu setiap manusia memiliki potensi jiwa yang dapat diubah melalui pendidikan meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 19 Dari uraian di atas hasil belajar ialah hasil yang dicapai melalui proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar tersebut diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar yang baik merupakan hasil belajar yang dapat mencapai tujuan pendidikan dan mencakup tiga ranah kecerdasan siswa yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini hasil belajar yang ditekankan dan difokuskan ialah pada ranah kognitif, khususnya pada tingkatan ingatan atau hafalan (C1) dan tingkatan pemahaman (C2). Peneliti memilih ranah kognitif saja dikarenakan materi yang dibahas lebih menekanankan pada ranah kognitif tingkatan ingatan (C1) dan tingkatan pemahaman (C2). Hasil belajar kognitif lebih menekankan pada penguasaan materi yang telah diberikan guru selama proses pembelajaran. Tes hasil belajar diukur menggunakan tes evaluasi setelah melihat tayangan media video. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini ialah setelah siswa mendapatkan materi IPS melalui penggunaan media video. Hasil belajar tersebut berupa nilai dari ranah kognitif tipe C1 dan C2. Sedangkan pengamatan akan ditekankan pada aspek yang mendukung pengajaran atau selama proses pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Dorothy Rich (2008: 2) yaitu berupa keberanian, tanggung jawab, ketekunan/ keseriusan, dan keaktifan. Sedangkan menurut Slameto (2003:76) salah satu yang mempengaruhi seseorang 20 dalam belajar yaitu keadaan emosional dan sosial dimana keadaan takut akan kegagalan, yang mengalami kegoncangan karena emosiemosi yang tidak kuat dapat mempengaruhi efektifitas dari belajar. Sehingga dalam penelitian ini peneliti juga akan meneliti mengenai proses pembelajaran melalui siswa. B. Kajian Mata Pelajaran IPS 1. Pengertian IPS Menurut Fikih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1998: 1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial (ilmu sejarah, ilmu geografi, ilmu ekonomi, ilmu sosiologi) yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komperhensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan KTSP (2006: 621). 21 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan pelajaran yang menganalisis berbagai peristiwa fakta, konsep, dan generalisasi yang ada di lingkungan masyarakat. Sehingga mata pelajaran IPS sangat penting untuk peserta didik, dalam kaitannya mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat. 2. Tujuan dan Mata Pelajaran IPS Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global. KTSP (2006: 621) Berdasarkan tujuan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat mengenalkan konsep disekitar siswa, mampu membuat siswa berpikir kritis dan logis serta mencari solusi terhadap kejadian disekitarnya, mempunyai rasa tanggung jawab dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial, dan mempunyai kemampuan dalam bekerjasama dengan seluruh masyarakat dunia. 22 3. Ruang Lingkup IPS Ruang lingkup untuk mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan, c) Sistem Sosial dan Budaya, d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. (Saadun Akbar & Hadiwijaya, 2010:78) Menurut Isjoni (2007: 22) peranan pendidikan sejarah merupakan salah satu tiang atau landasan utama bagi pendidikan IPS, terutama untuk pendidikan IPS, terutama untuk penanaman nilai-nilai seperti pengenalan jati diri, empati, toleransi yang akan menumbuhkan sense of belonging dan sense of solidarity (rasa memiliki dan rasa persaudaraan). Dari pendapat tersebut pendidikan sejarah atau IPS dirasa penting untuk diberikan pada peserta didik. Selanjutnya Menurut Fikih Samlawi & Bunyaamin Maftuh (1998: 11-12) Sejarah merekam sejumlah aspek kejadian, baik aspek sosial, budaya, geografi, ekonomi maupun politik. Oleh karena itu sejarah sering dipandang sebagai fondasi atau komponen dari semua ilmu sosial. Sebagai akibatnya, maka konsep utama dalam sejarah adalah waktu dan kejadian. Sehingga materi menghargai jasa dan perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan dan menghargai perjuangan 23 para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan, merupakan materi Ilmu Pendidikan Sosial lingkup sejarah. 4. Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester 2 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang dimulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Tabel 2. Silabus Materi Standar Kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Kompetensi Dasar Indikator 2.3 Menghargai jasa dan 2.3.1 Menceritakan peranan tokoh peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di sekitar perjuangan dalam proklamasi memproklamasikan 2.3.2 Mengidentifikasi tugas kemerdekaan tokoh-tokoh penting dalam peristiwa proklamasi 2.3.3 Menjelaskan peranan tokohtokoh penting dalam proklamasi 2.3.4 Memberi contoh cara menghargai jasa tokohtokoh perjuangan 2.3.5 Menunjukan sikap menghargai jasa tokohtokoh perjuangan 2.4 Menghargai perjuangan 2.4.1 Menceritakan peristiwa 10 November 1945 di para tokoh dalam Surabaya mempertahankan 2.4.2 Mengidentifikasi peristiwa kemerdekaan 10 November 1945 di Surabaya 2.4.3 Menjelaskan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya 2.4.4 Menceritakan peranan beberapa tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan 2.4.5 Memberi contoh cara menghargai perjuangan 24 para tokoh mempertahankan kemerdekaan dalam Berdasarkan silabus IPS kelas V semester 2, maka materi yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; Materi : Menghargai Jasa dan Perjuangan dalam Memproklamasikan Kemerdekaan Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebetulnya merupakan bagian dari pidato proklamasi yang disampaikan oleh Ir. Soekarno sebagai wakil bangsa Indonesia. Proklamasi tersebut dibacakan tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB bertempat di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui proses yang panjang. Sejarah mencatat bahwa sebelum kedatangan bangsa penjajah, di wilayah Nusantara ini telah berdiri negara-negara yang dikenal dengan kerajaan-kerajaan yang berdaulat. Namun, karena adanya politik adu domba dari pihak penjajah, wilayah Nusantara dapat dikuasai. Sebagai akibatnya, rakyat Indonesia hidup dalam alam penderitaan. Reaksi dari rakyat adalah melakukan perlawanan terhadap penjajah. Setelah melalui waktu yang sangat lama disertai pengorbanan besar dari seluruh rakyat Indonesia, akhirnya kemerdekaan dapat diwujudkan. Adapun saat menjelang diproklamasikannya kemerdekaan 25 Indonesia bias ditegaskan dimulai pada tanggal 16 Agustus 1945. Pada waktu itu terjadi penculikan terhadap 2 tokoh bangsa Indonesia yang paling terkemuka, yaitu Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta oleh para pemuda pejuang Indonesia dari Jakarta ke Rengasdengklok Karawang Jawa Barat. Maksud mereka agar kedua tokoh ini terhindar dari pengaruh ancaman dan tekanan pemerintah pendudukan Jepang. Kedua tokoh itupun menegaskan bahwa tidak akan ada tekanan yang mampu menggoyahkan perjuangan bangsa Indonesia. Akhirnya, mereka dikembalikan lagi ke Jakarta dan diamankan di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda sebagai penguasa Jepang di daerah Jawa (yang simpati terhadap perjuangan rakyat Indonesia untuk merdeka). Di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda itulah naskah proklamasi dirumuskan oleh 3 orang pemimpin golongan tua, yaitu Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta, dan Mr. Achmad Soebardjo. Perumusan naskah proklamasi juga disaksikan 3 orang wakil golongan muda, yaitu Sukarni, B.M. Diah, dan Mbah Diro. Setelah selesai ditulis, naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Kemudian, Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia. 1. Tokoh-Tokoh Bangsa dalam Berperan dalam Kemerdekaan Perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia untuk kemerdekaan bangsa telah melahirkan tokoh-tokoh pejuang. Mulai dari tokoh-tokoh yang berjuang melawan kekuasaan Belanda sampai 26 tokoh-tokoh yang mempersiapkan kemedekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945. Adapun tokoh-tokoh bangsa yang terlibat langsung dalam mempersiapkan kemerdekaan itu, antara lain sebagai berikut: a. Ir. Soekarno Gambar 1. Soekarno Ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator dengan sapaan akrabnya Bung Karno. Beliau dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Beliau mulai aktif berjuang pada masa pergerakan nasional dengan memimpin Partai Nasional Indonesia (PNI). Pada masa pendudukan Jepang, beliau menjadi salah seorang pemimpin organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Di dalam keanggotaan BPUPKI, beliau menjadi ketua Panitia Sembilan. Selanjutnya menjadi ketua PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai pengganti BPUPKI. b. Drs. Moh Hatta Gambar 2. Drs Moh Hatta 27 Ditetapkan sebagai Pahlawan Proklamator. Panggilan akrabnya adalah Bung Hatta. Dilahirkan di Sumatra Barat pada tanggal 12 Agustus 1902. Beliau berjuang sejak zaman pergerakan nasional, dimulai di negeri Belanda. Beliau mendirikan organisasi Perhimpunan Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, beliau dikenal dengan julukan Dwi Tunggal bersama Bung Karno. Beliau aktif dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, menghadiri rapat PPKI di rumah Laksamana Maeda, dan mendampingi Bung Karno dalam pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. c. Mr. Achmad Soebardjo Gambar 3. Mr. Achmad Soebarjo Merupakan golongan tua pada saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia dilahirkan tanggal 23 Maret 1897 di Karawang Jawa Barat. Ia aktif dalam perjuangan pergerakan nasional, termasuk anggota PPKI, serta terlibat dalam perumusan 28 rancangan Undang-Undang Dasar.132 Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI Kelas V d. Laksamana Muda Tadashi Maeda Gambar 4. Laks Muda Tadashi Maeda Seorang Perwira Angkatan Laut Jepang dengan jabatan Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang di Jakarta. Ia merupakan teman baik Mr. Akhmad Soebardjo dan bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Untuk itu, rumahnya dijadikan sebagai tempat pertemuaan para pejuang Indonesia untuk merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945. e. Fatmawati Gambar 5. Fatmawati Fatmawati adalah istri Bung Karno, dilahirkan di Bengkulu pada tahun 1923. Ia berjasa menjahitkan Bendera Pusaka Merah Putih. Bendera tersebut dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di 29 halaman rumahnya yang sekaligus tempat dibacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. f. Latif Hendraningrat Gambar 6. Latif Hendraningrat Latif Hendraningrat seorang pejuang kemerdekaan. Pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Peta (Pembela Tanah Air). Beliau adalah penggerek Bendera Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945. Beliau membawa Ir Soekarno dan Drs. M. Hatta ke Rengasdengklok Karawang. g. Chaerul Saleh Gambar 7. Chaerul Saleh Seorang aktivis pemuda dalam pergerakan nasional. Ia dilahirkan tanggal 13 September 1916 di Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia menjadi anggota Angkatan Muda Indonesia pada saat 30 pendudukan Jepang, tetapi akhirnya ia sangat dibenci oleh pihak Jepang. Ia menjadi pemimpin pertemuan di gedung Bakteriologi Jakarta (sekarang Universitas Indonesia) yang menginginkan kemerdekaan tanpa ada peran dari PPKI. Menurutnya, PPKI merupakan bentukan Jepang. h. Wikana Gambar 8. Wikana Wikana aktif dalam organisasi kepemudaan pada masa Jepang. Ia dilahirkan tanggal 13 September 1916 di Sumedang Jawa Barat. Ia merupakan wakil dari golongan muda yang menghadap Ir. Soekarno bersama Darwis untuk menyampaikan hasil rapat para pemuda Indonesia di gedung Bakteriologi. Ia juga ikut mengusulkan agar proklamasi diadakan di Jakarta. i. Sukarni Gambar 9. Sukarni Dilahirkan tanggal 14 Juli 1916 di Blitar, Jawa Timur. Ia aktif sebagai anggota organisasi pemuda Angkatan Baroe 31 Indonesia dan Gerakan Rakyat Baru yang bertujuan Indonesia Merdeka. Selama pendudukan Jepang, ia bekerja di kantor berita Domei, Sandenbu, dan kantor pusat Seinendan. Ia juga mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia. Djodjo Suradisastro, dkk. (1991: 4) mengemukakan bahwa kajian Ilmu Pengetahuan Sosial ialah tentang kehidupan manusia dan dunia mengajarkan sekelilingnya. siswa agar, Sehingga sebagai mata pelajaran IPS manusia kadang kala menemukan permasalahan di sekitar. Selain itu kaitannya dengan dunia sekelilingnya yaitu sebagai manusia sebaiknya mempelajari asal usul atau masa lalu bangsanya seperti mempelajari terjadinya kemerdekaan RI dsb. Sehubungan dengan pembelajaran IPS tersebut, hasil belajar dapat dilihat melalui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu yang digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai bahan yang di ajarkan oleh guru. Pengetahuan siswa diwujudkan dalam nilai hasil belajar yang merupakan titik untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa menguasai materi tersebut. Hasil belajar juga dipandang sebagai perubahan tingkah laku pada siswa yang mencakup 32 pengetahuan, informasi dan pengalaman belajar yang dapat diamati melalui perubahan sikap dan tindakan. Dalam sebuah proses interaksi edukasi. Dalam pembelajaran IPS diajarkan pula keterampilan sosial untuk saling menghargai dan bertanggung jawab pada kemampuan akademiknya. Kaitannya dengan hasil belajar kognitif siswa diharapkan mengingat dan memahami materi di atas sebagai bentuk menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memperjuangkan kemerdekaan. Materi: Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Gambar 10. Bung Tomo Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dimulai tanggal 25 Oktober 1945, tentara sekutu mendarat di Surabaya. Tujuan sekutu datang untuk melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang. Tindakan sekutu menimbulkan kemarahan pada rakyat sehingga terjadi baku tembak. Pada 33 tanggal 30 Oktober 1945 Jenderal terbaik sekutu, A.W.S Mallaby tewas tertembak. Hal tersebut membuat sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya pemimpin dan rakyat Indonesia menyerahkan senjatanya selambat-lambatnya pukul 06.00 WIB tanggal 10 November 1945. Rakyat Surabaya menolak ultimatum dan kota Surabaya digempur tentara sekutu. Bung Tomo melalui pidatonya membakar semangat juang rakyat Surabaya. Kota Surabaya yang diperkirakan dapat dihancurkan selama 3 hari rupanya keliru dan pertempuran berlangsung selama 21 hari. Dalam pertempuran tersebut banyak pejuang yang gugur dan tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. 34 C. Kajian Media Video 1. Pengertian Media Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut akan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat di sekitar dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan ketrampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Menurut Hamalik (Azhar Arsyad, 2011:2) untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi : a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektif proses belajar mengajar b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan c. Seluk-beluk proses belajar d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran i. Usaha pendidikan dalam media pendidikan Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar demi tercapainya 35 tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Menurut Arief S. Sadiman (2011: 197) penggunaan media juga bertujuan untuk mencapai tujuan instruksional antara lain yaitu cara memilih media supaya sesuai dengan tujuan agar efektif dan efisien berikut tiga langkah dalam menggunkan media : a) Persiapan sebelum menggunakan video b) Pelaksanaan/Kegiatan selama menggunakan video c) Penutup/Kegiatan Tindak lanjut Ketiga langkah tersebut akan diterapkan pada pengamatan pada guru mengenai langkah-langkah penggunaan video. Setiap aspek diatas akan dijabarkan menjadi variable yang lebih kecil lagi dalam bentuk pernyataan. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟,‟perantara‟ atau pengantar‟. Menurut Gerlach & Ely (Azhar Arsyad, 2011: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. 36 Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) (Azhar Arsyad, 2011: 3) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sependapat dengan AECT menurut Fleming (Azhar Arsyad, 2011: 3) kata mediator adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukan fungsi atau peranannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Dengan demikian media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Menurut Heninich, dkk. (Azhar Arsyad, 2011: 4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetak, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2011: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset , video camera, video recorder, film, slide (gambar rangkai), foto, gambar, grafik, televise, dan computer. Sependapat dengan ahli di atas Criticos (Daryanto, 2011: 4) menyimpulkan bahwa media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju 37 komunikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam proses pembelajaran. 2. Pengertian Media Audio-Visual Menurut Azhar Arsyad (2011: 29) berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Berdasarkan perkembangan teknologi di atas maka akan dibahas lebih mendalam mengenai definisi media hasil teknologi audio-visual. Menurut Azhar Arsyad (2011: 30) teknologi audio-visual cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesinmesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Jadi pengajaran melalui audiovisual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau symbol-simbol yang serupa. Sedangkan menurut Daryanto (2011:80) media video merupakan segala sesuatu yang memungkinkan signal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. 38 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Kata “video” merupakan bahasa Latin yang berarti, “Saya lihat”. Istilah video juga digunakan sebagai singkatan dari videotape, dan juga perekam video serta pemutar video . Menurut Andi Prastowo (2012: 300) yang tergolong dalam kategori video ialah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuesialat digolongkan sebagai video. Dari pengertian di atas video adalah berbagai bentuk gabungan gambar bergerak dan bersuara melalui teknologi pengiriman sinyal elektronik. Pengiriman sinyal elektronik dapat melalui televisi, komputer, laptop, baik yang di transmisikan lewat LCD, Proyektor. a. Karakteristik Video Video bersifat interaktif tutoial membimbing peserta didik untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Video juga mempunyai karakteristik diantaranya adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, Dapat diulang untuk menambah kejelasan, Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat, Mengembangkan pikiran, imajinasi dan pendapat siswa, Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih relistis, Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang, Sangat baik menjelaskan suatu proses dan ketrampilan, mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa, 39 8) Semua siswa dapat belajar baik yang pandai ataupun yang kurang pandai, 9) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar, 10) Penampilan dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi. (Joko Purwanto, 2011) Sedangkan menurut Daryanto (2011: 79) video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran hal ini karena karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada siswa, di samping suara yang menyertainya. Dengan demikian, siswa merasa seperti berada di suatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan video. Menurut ahli di atas karakteristik video memiliki keunikan tersendiri dalam penyampaian pesannya, selain itu video merupakan penggabungan antara komponen audio (suara) dan visual (gambar). Sehingga membuat video semakin memberikan pengalaman yang baru bagi siswa. Karena karakteristik video yang beragam, video dapat digunakan sebagai media pembelajaran. b. Tujuan Penggunaan Video Menurut Alim Sumarno (2011) penggunaan media video dalam proses pembelajaran bertujuan untuk: 1) Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas pengertian dan konsep yang abstrak kepada siswa, 2) Mengembangkan sikap-sikap yang dikendaki, 3) Mendorong siswa untuk melakukan kegiatan lebih lanjut. 40 Senada dengan Alim Sumarno menurut Anderson (Andi Prastowo, 2012: 405) mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran, bahan ajar video dapat digunakan untuk tiga tujuan utama, yakni kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pertama, untuk tujuan kognitif. Melalui penggunaan video, beberapa tujuan ranah kognitif dapat dikembangkan pada peserta didik, diantaranya sebagai berikut: 1) Mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Misalnya, pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu benda yang bergerak, serta penyimpangan dalam gerak interaksi antara objek dan benda. 2) Mengajarkan kepada peserta didik pengetahuan tentang hukumhukum dan prinsip-prinsip tertentu. 3) Menunjukan daftar kata yang dianggap penting, walaupun dianggap kurang ekonomis. 4) Menunjukan contoh cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi manusiawi. 5) Peserta didik dapat langsung mendapat koreksi terhadap penampilan yang belum memenuhi persyaratan, jika mereka mencobakan keterampilan atau kemampuan itu untuk menerapkan hukum dan prinsip tertentu. Kedua, untuk tujuan psikomotorik. Dalam hal ini, video merupakan bahan ajar yang tepat untuk memperlihatkan contoh ketrampilan yang menyangkut gerak. Melalui video dapat mengajarkan koordinasi antara alat tertentu, seperti memanjat, berenang dan lain sebagainya. Ketiga, untuk tujuan afektif dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi. Selain itu tujuan penggunaan media video menurut Daryanto (2011: 82) yaitu: 1) Pesan yang disampaikan lebih menarik perhatian. Unsur perhatian inilah yang penting dalam proses belajar. Karena dari adanya perhatian inilah yang penting dalam proses belajar. Karena dari adanya perhatian akan timbul rangsangan/motivasi untuk belajar. 2) Pesan yang disampaikan lebih efisien. Gambaran visual dapat mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan nyata. Oleh karena itu, dapat mempercepat pemahaman pesan secara lebih komprehensif. 3) Pesan visual lebih efektif, dalam arti penyajian melalui visual dapat membuat anak didik lebih berkonsentrasi. 41 Dari beberapa pendapat diatas maka media video merupakan media yang dapat menyampaikan materi dari yang rendah atau sederhana sampai yang tinggi atau kompleks. Selain itu penyampaian video juga dapat mempersingkat waktu, meningkatkan perhatian dan meningkatkan konsentrasi siswa. c. Kelebihan Media Video Kelebihan video menurut Azhar Arsyad (2011: 48) adalah: 1) Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek dll, 2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu, 3) Video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya, 4) Video yang menagndung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dn pembahasan dalam kelompok siswa, 5) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar dingin, gunung berapi dan binatang buas, 6) Video dapat ditujukkan kepada kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan. Berdasarkan kelebihan ahli yang dikemukan di atas maka dapat disimpulkan kelebihan video sebagai berikut: a) Video dapat menambah pengalaman siswa, meskipun siswa tidak mengalaminya sendiri, b) Video dapat di hentikan sejenak (pause) maupun diulang apabila siswa kurang paham, c) Video dapat membantu siswa memahami nilai sikap yang terkandung dalan materi, 42 d) Video dapat membantu siswa memahami peristiwa yang berbahaya ataupun telah lampau, e) Video dapat mengatasi masalah jarak dan waktu. d. Prosedur Penggunaan Media Video Selain karakteristik yang harus diperhatikan, maka prosedur penggunaan media video juga tidak kalah penting karena dalam pelaksanaannya sebaiknya peneliti juga mengetahui hal-hal yang perlu merencanakan. Menurut Arief S. Sadiman (2011: 185) penggunaan media video hendaknya memperhatikan karakteristik siswa (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran. Berikut ini adalah prosedur pelaksanaannya : 1) 2) 3) 4) Mula-mula pilih siswa yang benar-benar mewakili populasi target. Usahakan aga mereka mewakili berbagai tingkat kemampuan dan ketrampilan siswa yang ada. Tes kemampuan awal (pre test) perlu dilakukan jika karakteristik siswa belum diketahui. Atas dasar itu pemilihan siswa dilakukan. Akan tetapi, jika kita kenal benar-benar siswa yang akan dipakai dalam uji coba tes itu tak perlu dilakukan. Jelaskan kepada siswa maksud uji lapangan tersebut dan apa yang anda harapkan pada akhir kegiatan. Pada umumnya, siswa tak terbiasa untuk mengkritik bahan-bahan atau media yang diberikan. Hal itu karena siswa beranggapan sudah benar dan efektif. Usahakan siswa bersikap rileks dan berani mengemukakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin perasaan bahwa uji coba ini menguji kemampuan siswa. Berikan tes awal (pre test) untuk mengukur sejauh aman pengetahuan dan ketrampilan siswa terhadap topik yang dimediakan. Sajikan media tersebut kepada siswa. Bentuk penyajiannya tentu sesuai dengan rencana pembuatannya; untuk prestasi kelompok besar, untuk kelompok kecil atau belajar mandiri. 43 5) 6) 7) Catat semua respon yang muncul dan siswa selama sajian. Begitu pula waktu yang diperlukan. Berikan tes (post test) untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa setelah sajian media tersebut. Hasil tes ini (post test) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pre test) akan menunjukan seberapa efektif dan efisien media yang dibuat. Ringkas dan analisislah data-data yang diperoleh dengan kegiatan-kegiatan tadi. Hal ini meliputi kemampuan awal, skor tes awal, dan tes akhir, waktu yang diperlukan, perbaikan bagianbagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian, dan sebagainya. Dari prosedur penggunaan video di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penggunaan media untuk siswa kelas V SD N Kalinegoro 6 adalah sebagai berikut: a) Mengenal karakteristik siswa kelas 5 SD N Kalinegoro 6 dengan cara observasi dan wawancara terhadap guru untuk mengetahui latar belakang permasalahan dan menentukan video yang tepat. Serta membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Jika diperlukan adanya kelompok kecil maka minta petunjuk guru untuk mengelompokan siswa secara heterogen. b) Kemudian waktu penelitian, peneliti ataupun guru kelas menjelaskan kepada siswa bahwa kali ini mereka akan belajar dan mereka menjadi subjek penelitian. Setelah itu guru menjelaskan tata cara pelaksanaan pembelajaran pada hari tersebut. Guru meminta siswa untuk belajar seperti biasa dan seakan-akan tidak sedang diteliti. 44 c) Sebelum menggunakan media hendaknya guru memberikan soal tes awal (pre test) untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum menggunakan media video. d) Berdasarkan hasil tes awal (pre test) peneliti mempersiapkan media video sesuai dengan materi hari tersebut. Dengan pengamatan secara berkelompok dan mendiskusikan. Setelah itu siswa diminta mempreaentasikan. e) Semua respon yang muncul saat diskusi berlangsung dicatat melalui lembar observasi. f) Setelah itu berikan tes evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa setelah sajian media video. Hasil tes ini (post test) dibandingkan dengan hasil tes awal (pre test). g) Kemudian setelah ditemukan data tes awal (pre test) dan data tes akhir (post test) maka data akan di analisis. Jika nantinya masih ditemukan nilai yang belum sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal maka dapat dilanjutkan pada tahap selanjutnya untuk memperbaiki dengan langkah-langkah yang sama dan penyempurnaan media. Maka dengan penggunaan media video diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V SD N Kalinegoro 6. D. Kajian Karakteristik Anak Didik. 45 Menurut Jean Piaget (Rita Eka Izzaty, 2008: 35) tahapan perkembangan kogitif menguraikan cirri khas perkembangan kognitif tiap tahap dan merupakan suatu perkembangan yang saling berkaitan dan berkesinambungan. Maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan anak didik. Piaget membagi tahap perkembangan anak menjadi 4 tahap yaitu : 1. Tahap Sensori motor (0-2 tahun). Kegiatan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat anak mencapai kematangan dan mulai memperoleh ketrampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya dengan menerapkan pada objek-objek yang nyata. Anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut. 2. Tahap Praoperasional (2-6 tahun). Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang- lambang bahasa yang dipergunakan untuk menunjukan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi, bukan berdasar analisis rasional. 3. Tahap Operasional Konkrit (6-12 tahun). Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan konkret. 4. Tahap Operasional Formal (12-15 tahun). 46 Tahap ini ditandai dengan pola pikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berfikir terhdap permasalahan dari semua kategori, baik abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak dapat membentuk ide-ide maupun berpikir tentang masa depan secara realistis. Dari uraian di atas kelas V usia 11-12 tahun memiliki pemikiran logis dan sistematis. Sehingga media video sesuai untuk diberikan pada siswa kelasV. Media video sesuai diberikan karena melalui media video siswa dapat mengamati hal-hal dari yang rendah atau sederhana ke halhal yang lebih tinggi atau kompleks dan penyajiannya lebih teroganisasi. Sehingga dari karakteristik dan strateginya semua dapat mendukung penggunaan media video. Sedangkan menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116) masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase: a. Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6-7 tahun – 9-10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar. b. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 910 tahun – 12-13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Beberapa ciri-ciri khas atau menonjol pada masa anak kelas tinggi Sekolah Dasar adalah : 1) Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, 47 2) Ingin tahu, ingin belajar dan realistis, 3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. (Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 116) Selain itu menurut Marsh (Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 118) strategi guru dalam pembelajaran pada masa kanak-kanak akhir adalah: a) Menggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya barang/benda konkret, b) Gunakan alat visual, missal OHP, transparan, LCD, c) Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal yang bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks, d) Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik, e) Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan. Jadi, karakteristik siswa kelas V sekolah dasar adalah siswa mempunyai ketertarikan untuk kehidupan praktis sehari- hari,mempunyai keingintahuan yang tinggi mengenai sesuatu hal, senang belajar, dan timbul minat terhadap pelajaran-pelajaran khusus. Pada masa ini lingkungan sangat berperan dalam perkembangan kognitif siswa. Selain itu strategi guru dalam pembelajaran sebaiknya semakin mengacu pada perkembangan anak pada masa kanak-kanak akhir yaitu lebih banyak menggunakan barang disekitar, pemakaian alat-alat visual, permasalahan yang ditimbulkan dari yang sederhana ke kongkret, penyajian sudah terperinci dengan baik, dan latihan yang diberikan berkaitan dengan masalah yang diberikan. Media video 48 merupakan media yang dapat menampilkan pengalaman yang beru sehingga dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa yang merupakan karakteristik siswa kelas V. Dengan media video siswa diharapkan dapat memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata melalui tayangan. E. Kerangka Berpikir Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar dapat dilihat melalui tingkah laku baik dalam berpikir maupun tingkah laku perbuatan atau bersikap. Salah satu hasil belajar yang harus dicapai siswa adalah hasil belajar kognitif. Hasil belajar merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mengetahui tingkat pemahaman dan mutu pembelajaran. Faktor-faktor dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) dapat menjadi penghambat dalam terwujudnya pembelajaran. Adanya hambatan-hambatan tersebut harus segera dicari solusinya. Sering kali dalam pembelajaran IPS guru hanya menekankan pada aspek hafalan dan hal tersebut berlangsung setiap harinya. Belum lagi pembelajaran yang monoton tanpa adanya variasi media. Jika hal tersebut berlangsung setiap harinya dikhawatirkan akan berdampak pada hasil belajar yang rendah dan menjadikan mata pelajaran ini kurang diminati oleh siswa. Maka berbagai faktor penghambat tersebut harus segera dicari solusinya. 49 Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai KTSP (2006:621). Menurut Kosasih (Etin Solihatin & Raharjo, 2007: 15) bahwa kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan tugas guru dalam memecahkan faktor-faktor penghambat dalam proses pembelajaran sebagai pendidik selaku faktor eksternal dari siswa. Guru harus mampu mengatasi pemasalahan yang timbul baik dari kurikulum maupun cara mengajar pembelajaran IPS di kelas. Guru harus memperhatikan tahapan perkembangan siswa terutama kelas V SD yaitu operasional kongkret (612 tahun). Tahapan ini mengarah pada pembelajaran IPS yang mudah dipahami, dan menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan salah satunya dapat dilakukan melalui penggunaan media visual-audio (video). Media ini menekankan pada indera pengelihatan dan pendengaran. Berdasarkan istilah Confucius (Andi Prastowo, 2012: 301) apa yang saya dengar, saya lupa apa yang saya lihat, saya ingat apa yang saya lakukan, saya paham. Sehingga jika siswa hanya menerima penjelasan materi auditif semata, sangat dimungkinkan meteri kurang dipahami. Berbeda halnya jika penjelasan melalui suara dikombinasikan dengan gambar, maka siswa akan lebih meningkat kemampuan mengingatnya. Hal serupa juga dikemukakan oleh 50 Mell Silberman (Andi Prastowo, 2012: 302) yang mengungkapkan suatu hasik penelitian bahwa dengan menambahkan visual pada pelajaran, dapat meningkatkan ingatan dari 14% menjadi 38%. Media video yaitu media yang memadukan 2 unsur, yaitu unsur gambar (visual) dan suara (audio) yang digabungkan menjadi satu kesatuan yang harmonis. Melalui media video guru dapat mendayagunakan kemampuan pendengaran dan pengelihatan secara lebih optimal. Selain itu dengan adanya gabungan gambar yang bergerak disertai suara, siswa diharapkan tidak bosan dan dapat terlibat langsung dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Melalui media video ini diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa dapat mengamati kejadian yang pernah terjadi pada jaman dahulu dalam bentuk visual. Hal tersebut akan terasa berbeda dan menimbulkan rasa keingintahuan siswa. Selain diminta mengamatu siswa juga diajak berdiskusi dan mempersentasikan di depan kelas. Melalui media video tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Media video ini dirancang untuk membentuk pola berpikir siswa dan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik siswa. Dengan menggunakan media video ini diharapkan siswa, dapat lebih mudah memahami materi IPS. Sehingga melalui media video juga dapat meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam proses belajar di kelas sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat. 51 F. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini yaitu bahwa penerapan media pembelajaran video dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Kalinegoro 6 Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 52