Menjadi Bagian dari solusi

advertisement
Dari Redaksi
Suasana Pulau Bali yang
menawan menjadi tempat
pelaksanaan ACG Cross Train­
ing Seminar ke-10 tahun ini.
KSEI dan KPEI kali ini menjadi
tuan rumah penyelenggaraan
event tahunan yang dihadiri
para lembaga kustodian
sentral serta lembaga kliring
dari berbagai negara. Buat
Indonesia, ini kesempatan ke-2
menjadi tuan rumah.
Apa yang dibicarakan
dalam pertemuan bergengsi
ini, dan siapa saja yang hadir,
bisa disimak dalam liputan
utama Fokuss. Informasi lainnya, kami uraikan soal Fasilitas
Pemblokiran Efek. Melalui
layanan baru ini, Pemegang
Rekening akan dimudahkan
ketika ingin melakukan pemblokiran Efeknya. Simak pula
pengembangan fasilitas antar
muka sistem untuk menjembatani koneksi dan komunikasi data secara langsung
dari sistem C-BEST ke sistem
pemakai jasa.
Tak lupa kami sampaikan berbagai aktivitas yang
diselenggarakan KSEI dan
informasi statistik terkait Efek
yang disimpan di KSEI.
Selamat Membaca
Redaksi
“The 10th ACG Cross Training Seminar”
Menjadi Bagian
dari Solusi
Menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari problem. Itulah yang
diharapkan para peserta The 10th ACG Cross Training Seminar untuk
industri pasar modal dunia. Meskipun penerapan konsep cross border
linkage masih memiliki banyak hambatan, diharapkan melalui
seminar akan ada sharing pengalaman dari institusi yang sudah
menerapkannya agar bisa segera diikuti anggota lainnya.
K
�������������
��������������
���������������
�����������������
������������������
daftar isi
1
“The 10th ACG Cross Training Seminar”
5
6
8
Pemblokiran Saldo Efek
Menjadi Bagian dari Solusi
‘Welcome SWIFT’
aktivitas & Statistik
SEI bersama KPEI tahun ini mendapat
kehormatan menjadi penyelenggara
kegiatan ACG Cross Training Seminar
ke-10. Event global ini berlangsung pada
1 - 5 Juni 2008 di Bali. Kegiatan yang me­riah
ini diikuti 70 orang peserta dari 25 institusi
yang berasal dari 14 negara.
Bagi Indonesia, ini adalah penyelenggaraan ACG Cross Training Seminar ke-2,
yang sebelumnya diselenggarakan tahun
2000. ACG Cross Training Seminar tahun ini
membahas hasil ACG General Meeting yang
dilaksanakan pada 2 - 4 September 2007 di
Beijing.
03
Edisi
Tahun 2008
�������������
����������
Edisi 03, 2008
Fokuss
ACG Cross Training Seminar dibuat untuk memfasilitasi pertukaran informasi
dan meningkatkan kerjasama antar anggota ACG. Diharapkan para peserta akan
memperoleh kesempatan untuk mempelajari alur bisnis dari beragam layanan
jasa dan meningkatkan kerjasama antar berbagai anggota. ACG yang dibentuk
pada November 1997 ini,
merupakan suatu bentuk organisasi internasional tidak
resmi yang bertujuan untuk
memfasilitasi pertukaran informasi dan meningkatkan
kerja sama antar anggota­
nya yang terdiri dari lembaga depositori dan lembaga
kliring di negara-negara kawasan Asia-Pacific. Saat ini
anggota ACG terdiri dari 30
institusi dari 21 negara.
Kali ini, materi pembahasan dalam
ACG Cross Training Seminar adalah Straight
Through Processing yang mengacu pada
materi yang diusulkan oleh The Secre­
tariat of the Exchange of Information Task
Force, dengan Japan Securities Depository
Center (JASDEC) sebagai convenyor-nya,
The Secretariat of the New Business Initiati­
“Bagi Indonesia, ini
adalah penyelenggaraan
ACG Cross Training
Seminar ke-2,
yang sebelumnya
diselenggarakan tahun
2000.”
ve, dengan Korean Securities Depository
(KSD) sebagai convenyor-nya, dan the
secre­tarist of ACG yang saat ini dipegang
oleh China Securities Depository & Clearing
Corp. Ltd (SD&C).
Perhelatan itu dimulai dengan acara
cocktail party pada Minggu sore, sekali­gus
membuka kegiatan ACG Cross Training de­
ngan sambutan oleh Bapak Syafruddin
(KSEI) sebagai Ketua Panitia Penyeleng­
gara yang menyampaikan selamat datang
pada para peserta yang telah menempuh
perjalanan ribuan mil untuk hadir di acara
tersebut. Peserta mulai saling berkenalan
diiringi oleh musik dari tiap negara yang
hadir. Acara semakin seru setelah bebera­
pa peserta ikut berpartisipasi dengan
bernyanyi dan menari.
Hari berikutnya, 2 Juni 2008, acara dibuka Bapak Hoesen, Direktur KPEI yang
menyampaikan bagaimana STP sudah
menjadi mekanisme penting pada industri pasar modal. STP membuat semua
proses penyelesaian transaksi dapat dilakukan secara otomatis tanpa intervensi
manual sehingga menjadi lebih cepat,
efektif dari segi biaya dan mengurangi
kesalahan yang terjadi.
Selanjutnya, Bapak Arif Baharudin,
Kepala Biro Transaksi Lembaga Efek
(Bapepam-LK) menyampaikan keynote
speech yang mengungkapkan bahwa
sistem settlement yang berfungsi dengan
baik bukanlah merupakan pilihan tetapi
merupakan suatu keharusan. Pengembangan pasar membutuhkan peningkat­
an kapasitas proses dan integrasi sistem.
Pengembangan ini akan mengekspos be-
berapa kegagalan, baik terhadap perantara perdagangan maupun pada pasar
tersebut sehingga membutuhkan strategi
manajemen krisis yang menyeluruh, baik
oleh pelaku pasar maupun dari regulator
untuk menjamin keberlangsungan proses
settlement.
Pada ajang ini, diha­
dir­­kan pembicara tamu,
Bapak Rudy Ingkiriwang,
Regional Network Mana­
ger, Securities and Fund
Services CitiBank N.A
Singa­pore, yang berbagi
pengalaman penerap­
an STP di beberapa
negara. Menurut beliau,
penerapan STP memiliki
keunggulan seperti pe­
ngurangan biaya, proses
transaksi dengan kapasitas yang lebih besar, pengurangan risiko akibat manual input dan
meningkatkan kepuasan pelanggan.
Pembicara tamu selanjutnya adalah
Bapak Ahmad Faris Abidin, Advisor Policy
and Market Development Bapepam-LK.
Dalam presentasinya, beliau memaparkan
sudut pandang regulator tentang STP dan
inisiatif dari Indonesia dengan melihat
beberapa peluang yang dapat dilakukan
menuju Post Trade Processing seperti integrasi antara institusi kustodian dan central
custody serta investor, membangun pusat
referensi data serta fasilitas pemrosesan
pajak. Dipaparkan pula mengenai tantangan yang dihadapi, seperti back office
broker, kurangnya informasi nasabah dan
faktor biaya.
Selanjutnya, presentasi oleh para
delegasi dimulai dari National Securities
Depository Ltd (NSDL) dengan judul
”Automation and STP Initiative”. Pada presentasinya, dipaparkan langkah-langkah
yang sudah dilakukan oleh NSDL di India
seperti online trading, T+2 settlement, fast
banking channel dan keterhubungan antara partisipan, kustodian dan client-nya.
Kemudian dilanjutkan oleh delegasi
dari The Central Securities Depository Ka­
zakhstan yang menyampaikan proses
settlement yang dapat diselesaikan dalam
waktu 10 menit termasuk perpindahan
efek dan dana. Dengan STP ini, intervensi
Penerbit: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) • Penasihat: Direksi KSEI • Dewan Redaksi:
Zylvia Thirda, Dharma Setyadi, Susiyanti, Astanti P. Mulyani, Novian Harry Wibowo, Rachmat Irfan
• Penanggung Jawab: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI • Alamat Redaksi: Gedung
Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta 12190, Telp. 52991099,
Fax. 52991199 • Sirkulasi: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI
yang berjudul ”Central Matching Facilities”,
yang berisi proses otomasi pre-matching
mirip seperti yang terdapat pada C-BEST,
yaitu pada modul pre-matching dan post
trade processing. Disampaikan pula beberapa keuntungan penggunaan CMF
ini, diantaranya meningkatkan kapasitas
proses, mengurangi proses manual, me­
ngurangi risiko, dan lebih hemat waktu,
serta meningkatkan efisiensi.
Sebagai penutup rangkaian presentasi pada hari pertama ini, delegasi dari
Central Depository (India) Limited memaparkan keuntungan penerapan STP
pada proses settlement T+2, baik pay in
maupun pay out. Disampaikan pula ber-
Edisi 03, 2008
“ACG Cross Training
Seminar dibuat
untuk memfasilitasi
pertukaran informasi
dan meningkatkan
kerjasama antar
anggota ACG.”
bagai manfaat penerapan STP, seper­ti
menghilangkan risiko default, menghi­
langkan intervensi manual, mampu me­
nga­tasi volume transaksi yang besar dan
kemungkinan mempercepat proses settle­
ment hingga T+1 bahkan memungkinkan
untuk penerapan T+0.
Pada hari kedua, presentasi dibuka
oleh delegasi dari Central Depository Com­
pany of Pakistan Limited yang dibawakan
oleh Mr. Faisal Parekh. Dalam presentasinya, Mr. Parekh memaparkan bah­wa nasabah di Pakistan memiliki unique ID yang
memungkinkan nasabah tersebut dapat
membuka account pada broker atau langsung ke Central Depository Company. Saat
ini, untuk penyelesaian transaksi masih
membutuhkan beberapa proses yang
manual, sehingga harus dibuat suatu
mode baru agar setiap transaksi dapat selesai tanpa ada pekerjaan manual lagi.
Dari Thailand Securities Depository
Co. Ltd (TSD) disampaikan soal penggu­
na­an SWIFT message untuk semua instruksi over the counter (OTC) sehingga
semua instruksi dari nasabah dapat
diterima langsung oleh TSD system. Da­
lam rangka STP, TSD sedang memper­siap­
kan modul Pre-matching dan Corporate
Action de­ngan menggunakan instruksi
SWIFT message.
Fokuss
oleh manusia diminimalisir. Untuk keterhubungan antar entity, Kazakhstan menggunakan message mirip SWIFT.
Delegasi dari Bursa Malaysia Depository Sdn Bhd kemudian juga menyampaikan penerapan STP di Bursa Malaysia
melalui aplikasi eRapid dan SPEEDS. Aplikasi eRapid ini menggantikan proses
pengirim­an dokumen manual yang sebelumnya menggunakan disket menjadi
otomatis. SPEEDS membantu memperbaiki proses corporate action seperti stock
split dan pembagian saham bonus dimana
sebe­lum­nya membutuhkan proses yang
panjang dan lama.
Tim dari Hong Kong Securities Clearing Company Ltd (HKSCC) memberikan
presentasi mengenai ”STP-CCASS Participant Gateway”, yang menyampaikan
implementasi konsep STP yang ternyata
menyerupai aplikasi realtime interface
yang sedang dikembangkan oleh KSEI.
Participant gateway ini memungkinkan
back office participant dapat terhubung
end to end dengan CCASS. Ada lima cara
oleh partisipan untuk dapat mengakses
CCASS, yaitu: CCASS terminal, melalui par­
ticipant gateway, CCASS internet system,
CCASS phone system dan service counter.
Berikutnya, delegasi dari Bursa Malaysia kembali menyampaikan presentasi
Edisi 03, 2008
Fokuss
Delegasi dari Korean Securities Deposi­
tory (KSD) kemudian melanjutkan presentasi dengan judul ”STP in Korean Securities
Market”, bagaimana INSET System yang
mulai dikembangkan pada tahun 1990 ini
mengalami beberapa kali enhancement
hingga tahun 2005. Pemaparan mereka
adalah tentang pro­ses yang melibatkan
INSET dengan institutional investor, fund,
non resident baik untuk stock maupun
bond. Pengemba­ng­a­n INSET masih te­
rus mereka lakukan dan release terakhir
direncanakan pada tahun 2010.
Presentasi dari The China Government
Securities Depository Trust and Clearing Co.
Ltd dibawakan oleh Mr. Hwei Zang yang
memperkenalkan sistem yang dipakai,
yaitu CFETS dan CBBS, dimana investor
dapat melakukan transaksi langsung lewat CFETS dan transaksi yang sudah done
akan langsung dikirim ke sistem CBBS untuk dilakukan proses settlement setiap 10
menit. Hal tersebut dapat meminimalisir
terjadinya risiko human error pada waktu
settlement, mengurangi biaya dan mempercepat proses operasional.
Mr. Yosuke Kagawa dari Japan Securi­
ties Depository Center (JASDEC) kemudian
melanjutkan presentasi dengan judul ”STP
Initiative in Securities Market – improving
efficiency and reducing cost”. Menurut tim
“Meskipun penerapan
konsep cross border
linkage ini masih
memiliki banyak
hambatan, tetapi
diharapkan melalui
ajang seminar ini,
pengalaman dari
institusi yang sudah
menerapkan akan
menjadi informasi
tambahan jika suatu
waktu cross border ini
akan diterapkan oleh
institusi lainnya.”
JASDEC, penerapan STP diimplementasikan pada PSMS (Pre Settlement Matching
System) dengan menggunakan beberapa
standar internasional, seperti pada kode
Efek dan syntax message. Selain itu disediakan juga berbagai macam koneksi ke
user seperti koneksi web dan online direct
connection.
Selanjutnya peserta melakukan diskusi kelompok dengan topik penerapan
STP yang ideal secara global bagi negara
peserta ACG. Salah satu grup memberi-
Sebagai penutup, tampil Korea Securities
Depository (KSD) menyampaikan presentasi mengenai transaksi cross border dengan KSD sebagai perantaranya, dimana
KSD sebagai global custodian menyiapkan satu sistem yang untuk penye­lesaian
transaksi secara cross border.
Kesimpulan pembahasan cross bor­
der linked disampaikan delegasi dari KSD.
Ia mengutip petuah dari cuplikan film
Prison Break yang ingin menjadi bagian
dari solusi bukan dari problem, dengan
kan presentasi, yang menyebutkan, ideal­
nya STP dapat dilakukan secara global.
Sehingga investor dapat melakukan trans­
aksi di bursa manapun di dunia. Dengan
demikian, transaksi bursa dapat dilakukan hanya oleh satu broker, satu bank
pembayar dan satu Central Securities De­
pository, sehingga penyelesaian transaksi
dapat selesai pada T+0.
Setelah melakukan diskusi per kelompok, peserta kembali mendengarkan
presentasi dengan topik “CSD Linkage”
sebagai inisiatif pelayanan baru. Delegasi
China Securities Depository & Clearing Corp
(SD&C) memaparkan mengenai lingkage
antara SD&C Shanghai dan Shenzhen, dimana semua data transaksi dari Shanghai
Stock Exchange dan Shenzhen Stock Exchange dapat diterima oleh kedua SD&C
tersebut secara cepat dan realtime dan
untuk menghindari short selling maka
SD&C memberikan data kepada stock ex­
change secara real time.
Presentasi berikutnya giliran Hong
Kong Securities Clearing Company Limi­ted
(HKSCC) mengenai linkage antara HKSCC
dengan Depository Trust Corporation of the
US dan Central Moneymarkets Unit (CMU).
berupaya untuk menerapkan prinsip ini
di kehidupan keluarga, pekerjaan dan
lingkungan sehari-hari. Dinyatakan pula
bahwa meskipun penerapan konsep cross
border linkage ini masih memiliki banyak
hambatan, tetapi diharapkan melalui
ajang seminar ini, pengalaman dari institusi yang sudah menerapkan akan menjadi informasi tambahan jika suatu waktu
cross border ini akan diterapkan oleh institusi lainnya.
Rangkaian acara ACG Cross Training
Seminar berakhir pada 3 Juni 2008 malam
di Rumah Bali, Tanjung Benoa pada acara
farewell dinner dengan nuansa tradisional
Bali, menampilkan tarian serta iringan
musik yang berlangsung meriah.
Selain kegiatan seminar, panitia
KSEI - KPEI juga menyelenggarakan ke­
giatan tour ke Tanah Lot, Bedugul dan raft­
ing di Ayung River. Diharapkan, kegiat­an
ini dapat membawa kenangan tak terlupakan bagi para peserta akan keindahan
alam Bali, the Island of God. Sampai jumpa
dalam ACG Cross Training tahun depan. l
[ M. Ichsan Fahreza & Nina Rizalina ]
Pemblokiran Saldo Efek
Fasilitas pemblokiran Efek sangat penting bagi nasabah dan Pemegang Rekening
dalam menjalankan aktivitasnya di pasar modal. Apa saja tujuannya?
Edisi 03, 2008
A
Fokuss
kan lepas blokir seluruh posisi Efek yang
da berbagai tujuan pemblokiran
Efek serta tanggal efektif pemblokiran.
terblokir (750,000 ABCD), setelah dilakuEfek. Nah, KSEI membaginya menSatu permohonan pemblokiran balance
kan lepas blokir, maka posisi ABCD akan
jadi dua jenis, yaitu pemblokiran
Efek hanya dapat digunakan untuk satu
kembali menjadi 1,000,000 Available. SeEfek untuk gadai (pledge), dan untuk alaSub Rekening Efek. Khusus permohonan
dangkan jika Pemegang Rekening meng­
san lain sesuai instruksi nasabah.
pemblokiran Efek untuk kepentingan
ajukan sebagian untuk lepas blokir,
Selama ini, dalam melakukan pemgadai, harus disebutkan pula pihak pemmisalnya 50,000 ABCD, maka saldo Efek
blokiran saldo Efek untuk kedua tujuan di
beri dan penerima gadai.
ABCD akan menjadi: 300,000 Available
atas, maka Efek yang akan diblokir terseProses pemblokiran balance Efek yang
dan 700,000 Blocked.
but harus terlebih dahulu ditempatkan
dilakukan di dalam sistem adalah dengan
Pada proses corporate action seperti
di Sub Rekening Efek lain yang terpisah.
memindahkan (mengubah) status balance
distribusi cash dividend (DIV), stock divi­
Sehingga, tidak tercampur dengan Efek
Efek tertentu dari status ’Available’ menjadi
dend (STO), Rights/Warrants distribution
lainnya yang tidak ingin diblokir.
status ’Blocked’ dalam Sub Rekening Efek
(DISTR) dan mix dividend (MIX), Efek/dana
Pemegang Rekening harus menga­
yang sama. Sebaliknya, pada proses
hasil corporate action tersebut akan otojukan permohonan kepada KSEI untuk
UnBlocking (lepas blokir), yang dilakukan
matis dikreditkan dengan status balance
memblokir Sub Rekening Efek tersebut.
dalam sistem adalah memindahkan atau
Available. Namun untuk distribusi
Dengan pemblokiran Sub Rekening
Efek akibat aktivitas corporate action
Efek tersebut, maka Efek yang ada di
Contoh: Proses pemblokiran balance Efek
dengan tipe mandatory conversion
dalamnya otomatis akan terblokir.
(MCONV) seperti stock split atau Re­
Untuk lebih memudahkan Pe­
Posisi Saldo Efek sebelum pemblokiran:
verse stock split, sistem C-BEST secara
me­gang Rekening dalam melakuSub Rekening Efek
Kode Efek Balance
Balance Type
otomatis akan me­lakukan distribusi
kan pemblokiran Efek, KSEI telah
XYZ01-9999-001-99 ABCD
1,000,000 Available
langsung ke dalam Sub Rekening
me­ngembangkan suatu fasilitas
EFGH
2,000,000 Available
Efek tersebut dengan status balance
pem­­blokiran sejumlah saldo Efek da­
Pemegang Rekening tersebut mengajukan
sesuai ba­lance Efek induknya.
lam jumlah tertentu dalam satu Sub
pemblokiran Efek ABCD sejumlah 750,000 unit.
Untuk Efek induk dengan status
Rekening Efek milik nasabah. Hal ini
Available, maka hasil MCONV juga
dilakukan mengingat ba­nyak­nya
Posisi Saldo Efek setelah pemblokiran:
Available. Sebaliknya, untuk Efek
per­mohonan pemblokir­an Efek unSub Rekening Efek
Kode Efek Balance
Balance Type
induk yang sedang di-blok, maka
tuk posisi balance (sal­­do) tertentu
XYZ01-9999-001-99 ABCD
250,000
Available
hasil MCONV juga akan otomatis
sa­ja, tanpa harus me­mindahkan Efek
750,000
Blocked
dalam status Blocked.
tersebut ke rekening lain.
EFGH
2,000,000 Available
Implementasi dari pemblokiran
Dengan fasilitas ini, apabila Peme­
ba­lan­ce Efek ini masih menunggu
gang Rekening ingin melakukan pemefektifnya peraturan baru KSEI tentang
blokiran sejumlah Efek tertentu dalam
mengembalikan status balance Efek dari
Jasa Kustodian Sentral yang mencantumSub Rekening Efek miliknya, sementa­ra
status ’Blocked’ menjadi status ’Availakan fasilitas baru tersebut. Untuk selanjutterdapat beberapa posisi Efek lain dalam
ble’. Proses lepas blokir dapat dilakukan
nya, KSEI akan menginformasikan kepada
Sub Rekening Efek tersebut, maka Pe­
partial (sebagian) atau seluruhnya.
seluruh Pemegang Rekening apabila fasilmegang Rekening tidak perlu lagi me­min­
Sama seperti pengajuan pemblokir­
itas ini siap untuk diimplementasikan. l
dahkan Efek itu ke dalam Sub Re­kening
an balance Efek, untuk mengajukan per[ Dharma Setyadi ]
mohonan lepas blokir, Pemegang Reke­
Efek khusus, melainkan dapat langsung
melakukan pemblokiran posisi Efek tersening wajib mengajukan permohonan ke
but di Sub Rekening Efek yang sama.
KSEI melalui surat permohonan. Dalam
Untuk melakukan pemblokiran ba­
satu permohonan lepas blokir Efek, Pelance Efek, terlebih dahulu Pemegang
megang Rekening dapat mengajukan
Reke­ning mengajukan permohonan
lepas blokir seluruh Efek atau sejumlah
tertulis kepada KSEI dengan format yang
Efek tertentu yang sedang diblokir. Satu
telah ditetapkan. Dalam surat permoho­n­
permohonan lepas blokir hanya diguna­
an pemblokiran Efek, perlu disebut­kan
kan untuk satu Sub Rekening Efek saja.
detail data Efek, seperti: kode dan jumMelanjutkan contoh di samping ini,
lah Efek, nomor dan nama Sub Rekening
apabila Pemegang Rekening mengaju-
‘Welcome Swift’
Edisi 03, 2008
Untuk menunjang aktivitas pemakai jasa, yaitu Broker dan Bank Kustodian
pada sistem C-BEST, KSEI tengah mengembangkan fasilitas antar muka
sistem untuk menjembatani koneksi dan komunikasi data secara langsung
dari sistem C-BEST ke sistem pemakai jasa.
Fokuss
S
ebagaimana lazimnya di negara
lain di berbagai belahan dunia,
para pelaku dan pemodal di pa­
sar modal Indonesia secara umum tidak
hanya berasal dari dalam negeri, tetapi
juga datang dari mancanegara. Dengan
perkembangan teknologi saat ini, para
pemodal global dapat dengan mudah
dan cepat berkomunikasi dan mengakses
informasi dari berbagai bursa dunia, serta
cukup leluasa menetapkan pilihan tempat investasinya.
Sejak dimulainya era perdagangan
scripless pada tahun 2000, pasar modal Indonesia terus berkembang dengan pesat.
Bursa Indonesia merupakan salah satu
bursa yang sangat menarik bagi pemodal
asing. Sejalan dengan semakin banyaknya
pemodal asing, makin banyak pula perwakilan Bank Kustodian dan Perusahaan Efek
asing maupun Global Investment sebagai
fasilitator bagi pemodal asing tersebut.
Semakin maraknya pasar modal Indonesia tentunya sangat menggembirakan,
namun di sisi lain membawa konsekuensi
meningkatnya aktivitas dan proses serta
aliran informasi atau instruksi yang melibatkan beragam entitas di pasar modal.
Ditambah lagi dengan trend siklus perdagangan di masa datang yang semakin
singkat. Semua konsekuensi tersebut harus tetap dapat dilakukan secara aman,
cepat dan efisien.
Secara singkat, kebutuh­an akan aktivitas dan proses yang aman, cepat serta
efisien dapat dicapai bila intervensi dan
aktivitas manual bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, banyak pelaku pasar yang sudah
mengembangkan dan memanfaatkan sistem yang serba otomatis dan terintegrasi
untuk mendukung kebutuhan operasionalnya masing-masing.
Walaupun terlihat sederhana dan
mampu meningkatkan efisiensi, ternyata
dengan banyaknya ragam sistem yang
dikembangkan dan digunakan oleh berbagai institusi sesuai perannya masingmasing juga dapat memicu kesulitan lain,
yaitu ketika sistem-sistem tersebut diperlukan untuk saling berkomunikasi secara
terintegrasi. Intervensi manual atau semi
manual kembali diperlukan pada titik-titik yang merupakan antar muka sistem
karena belum adanya standar komunikasi
antar sistem, dan pada akhirnya bermuara kambali pada ketidakefisienan, rentan
risiko dan memakan waktu lebih lama.
Sebagai Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian (LPP), KSEI telah banyak me­
lakukan pengembangan sistem C-BEST
agar dapat terintegrasi dengan siste­m
milik pemakai jasa dan institusi lain yang
terkait layanan jasa KSEI. Koneksi dan
komunikasi data dengan sistem Bank
Pembayaran, sistem eClears yang dimi-
Selain untuk efisiensi, keamanan dan
kecepatan proses, fasilitas ini diharapkan dapat mengurangi biaya komunikasi
konvensional via telepon atau fax. Sangat
dimungkinkan juga untuk memanfaatkan fasilitas ini guna menjembatani alir­
an in­formasi kepada pelaku pasar dari
institu­si-institusi yang merupakan infrastruktur pasar seperti KPEI dan BEI serta
Ba­pepam-LK sebagai regulator. Tentu
saja se­mua rencana pengem­bang­an ter­­
sebut memerlukan kajian lebih lanjut
dan mendalam. Demikian juga de­ngan
ke­­­­­­mungki­nan-kemungkinan pengem­­
bang­­­­an la­in­­­­­­nya, KSEI akan selalu terbuka
untuk ber­diskusi dengan para pelaku di
pa­­sar modal. ”Saran dan usulan Anda ka­
mi tunggu”. l
[ Syafruddin ]
“Selain untuk
efisiensi, keamanan
dan kecepatan
proses, fasilitas
SWIFT diharapkan
dapat mengurangi
biaya komunikasi
konvensional via
telepon atau fax.
Sangat dimungkinkan
juga untuk
memanfaatkan fasilitas
ini guna menjembatani
aliran in­formasi kepada
pelaku pasar dari
KPEI dan BEI serta
Ba­pepam-LK sebagai
regulator.”
Edisi 03, 2008
standar messaging yang berlaku internasional, yaitu format ISO 15022 oleh De­
pository dan Bursa untuk meningkatkan
pemrosesan corporate action.
Walaupun rekomendasi AGC tidak
spesifik menyebut SWIFT, namun format
ISO 15022 telah secara umum digunakan
oleh SWIFT. Sampai saat ini, di Asia Pasifik
implementasi rekomendasi AGC dengan
menggunakan SWIFT telah diterapkan di
Singapura oleh CDP dan di Australia oleh
ASX. Sedangkan di beberapa negara yaitu
China (SSE), Malaysia (Bursa Depository),
New Zealand (NZX) dan Indonesia (KSEI)
masih dalam tahap rencana dan proses
implementasi.
Di masa datang secara bertahap, KSEI
juga akan menggunakan koneksi SWIFT
pengiriman instruksi dan konfirmasi terkait layanan kliring dan settlement Efek
sebagaimana yang telah dilakukan di
Australia (Austraclear), Hongkong (CMU
on FIN), New Zealand (NZCSD), Singapura
(MAS) dan Thailand (TSD fixed income).
Bersama KSEI, infrastruktur pasar modal
yang juga memiliki rencana yang sama
antara lain adalah CHESS Australia, JASDEC Jepang, CDP Singapura, TSCD Taiwan
dan TSD equities Thailand.
Proses aktivasi keanggotaan SWIFT
dan persiapan infrastruktur telah dilakukan KSEI sejak bulan April 2008 dan dijadwalkan pada kuartal ketiga tahun 2008,
KSEI dapat mulai aktif menggunakan
SWIFT. Berdasarkan data yang ada, memang hanya sebagian kecil pemakai jasa
KSEI yang sudah memiliki koneksi SWIFT.
Fakta tersebut tentunya memicu pertanyaan mengenai manfaat inisiatif ini
bagi mayoritas pemakai jasa KSEI yang
bukan anggota SWIFT. Pertanyaan lain
juga dapat muncul terkait utilitas penggunaan SWIFT oleh KSEI yang tidak akan
seoptimal penerapan SWIFT oleh bank di
industri perbankan.
Ada beberapa pengembangan lanjut­
an yang direncanakan KSEI terkait penggunaan SWIFT ini agar utilitasnya bisa
meningkat. Salah satu hal yang mungkin
diterapkan adalah pengembangan fasilitas di sistem C-BEST yang dapat menjembatani komunikasi antara pemodal
mancanegara yang sudah terhubung ke
SWIFT dengan institusi lokal antara lain
Emiten/BAE, Broker dan Bank Kustodian
yang tidak memiliki koneksi SWIFT.
Fokuss
liki PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI) serta sistem BI-RTGS dan BI-SSSS
milik Bank Indonesia sehari-hari cukup dimonitor, karena sudah sepenuhnya berjalan secara otomatis tanpa perlu intervensi
manual.
Untuk menunjang aktivitas pemakai jasa, yaitu Broker dan Bank Kustodian
pada sistem C-BEST, saat ini sedang dikembangkan juga fasilitas antar muka
sistem untuk menjembatani koneksi dan
komunikasi data secara langsung dari sistem C-BEST ke sistem pemakai jasa. Fasilitas antar muka sistem tersebut nantinya
diharapkan dapat menggantikan semi
manual yang digunakan saat ini melalui
proses upload dan download file.
Walaupun dalam perannya sebagai
LPP, KSEI hanya berhubungan langsung
dengan Broker dan Bank Kustodian seba­
gai pemakai jasa, KSEI juga berusaha me­m­
fasilitasi kebutuhan peningkatan efi­­siensi
proses dalam lingkup yang lebih luas. Inisiatif yang muncul dari pelaku pasar modal dunia dan juga berbagai re­komendasi,
antara lain G30 untuk pe­­­nerapan suatu
standar internasional mengenai format
data dan jaringan komunikasi sela­lu menjadi perhatian serius KSEI. Salah satu standar yang akan di­adopsi untuk diterapkan
dan dikembangkan KSEI sebagai standar
komunikasi data yang berlaku secara internasional adalah The Society for World­
wide Interbank Financial Telecommunica­
tion (SWIFT).
KSEI menyadari bahwa secara umum
dan luas SWIFT telah digunakan oleh
institusi pemodal mancanegara untuk
berkomunikasi dengan Broker dan Bank
Kustodian. Penerapan SWIFT diharapkan
dapat mengoptimalkan fasilitas yang telah ada di sistem milik pemakai jasa KSEI
yang sudah terhubung dengan SWIFT.
Informasi dari KSEI kepada pemakai jasa
akan lebih mudah diteruskan kepada
pemodal global yang juga sudah terhubung ke SWIFT, demikian pula sebaliknya
instruksi dari para pemodal kepada pemakai jasa dapat lebih mudah diproses
untuk diteruskan ke sistem C-BEST.
Pada tahap awal, KSEI akan menggunakan koneksi ke SWIFT untuk mendistribusikan informasi corporate action
kepada pemakai jasa. Hal ini sesuai
dengan rekomendasi Association of Glo­
bal Custodian (AGC) mengenai penerapan
aktivitas
‘Team Building’ Pemakai Jasa 2008
KSEI kembali menyelenggarakan kegiatan Team Building Pemakai
Jasa pada tanggal 25 - 27 April 2008 di Nusa Penida, Bali. Kegiatan bertema “Carnaval on the Beach” ini diselenggarakan untuk mempererat
hubungan dan kerja sama di antara KSEI dan pemakai jasa, sekaligus sebagai bentuk apresiasi dan ucapan terima kasih KSEI terhadap para pemakai jasanya atas segala hasil yang telah dicapai selama ini. Kegiatan ini
diikuti oleh 187 peserta yang berasal dari perwakilan Perusahaan Efek,
Bank Kustodian, Biro Administrasi Efek, Bank Pembayaran, PT Bursa Efek
Indonesia dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. Acara ini dikemas
dalam suasana yang bersifat santai, akrab dan menyenangkan dalam
kegiatan Team Building di Nusa Penida. Rangkaian kegiatan ditutup
dengan Gala Dinner
di hotel yang menyajikan pemutaran
film hasil kegiatan
team building, berbagai performance
dan pembagian door
prize. Selamat dan
sukses kepada seluruh tim panitia KSEI
dan seluruh pemakai
jasa KSEI. l
RUPS Tahunan 2008
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan KSEI
Rabu (11/6) di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, menyepakati
seluruh agenda yang dibahas. Mulai dari persetujuan atas
Laporan Tahunan Perseroan dan pengesahan Laporan
Keuangan Perseroan tahun 2007, pemberian bonus bagi
karyawan, direksi dan dewan komisaris, persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan, pengangkatan wakil
Pemegang Saham sebagai anggota Komite Kerja Perseroan periode 2008-2010, pengangkatan lima wakil Pemegang Saham sebagai Komite Anggaran Perseroan tahun
buku 2009 dan penunjukan Akuntan Publik untuk meng­
audit buku perseroan tahun buku 2007. l
Edisi 03, 2008
statistik
Fokuss
�����������������������������������������
����������������������������
Total Distribusi “Corporate Action”
Periode Januari - Mei 2008
Jan - Mei 2008
Dana
Equity (Dividen dan Exercise)
Debt (Bunga dan Pokok)
Total Dana
Efek
Rp (miliar)
USD (juta)
10.612,72
22,10
8.536,17
7,05
19.148,89
29,16
������
������
������
������
������
������
������
������
������
�������
(Jumlah/Unit Efek)
Saham
87.477.691.936
Waran
1.456.436.114
626.608.199
HMETD
����������������������������������
����������������������������
�����������������������������������������������
����������������������������
�����������������������
��������
��������
�������
�������
�������
��������
�������
�������
��������
��������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
������
Download