LAPORAN KHUSUS Kalbe Oncology Forum 2015 S eiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu, PT Kalbe Farma Tbk. berkomitmen untuk melakukan yang terbaik dalam bidang kedokteran. Salah satunya adalah dengan mengadakan event Kalbe Oncology Forum (KOF) pada tanggal 23 Mei 2015 di Hotel Borobudur, Jakarta. Event ini bertujuan untuk menyampaikan update terkini mengenai cancer management, dihadiri oleh 300 peserta, tidak hanya dokter onkologi dari Indonesia, namun juga Asia, antara lain Korea, Vietnam, Filipina, Thailand, dan Malaysia. Acara dibuka oleh sambutan Ibu Irawati Setiady selaku Presiden Direktur Kalbe Farma yang dilanjutkan oleh Dr. dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM dari Perhimpunan Onkologi Indonesia. Topik mengenai implementasi obat onkologi dalam daftar formularium nasional era JKN (jaminan kesehatan nasional) pun juga dibahas oleh Direktur Bina Produksi & Distribusi CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015 Kefarmasian Kementerian Kesehatan Ibu R. Dettie Yuliati. Materi awal diberikan oleh dr. Boenjamin Setiawan, PhD mengenai Cancer Immunotherapy in the Future. Kanker merupakan penyakit nomor 2 dalam top 10 leading cause of death in 2010 di dunia. Mengingat tingginya angka kematian akibat kanker, diperlukan deteksi awal untuk diagnosis, seperti Pap test, mammogram, blood test, ataupun biopsi, sesuai jenis kankernya. Terapi konvensional yang ada selama ini, yaitu kemoterapi, belum sepenuhnya dapat mengobati penyakit kanker. Selain itu, terdapat banyak efek samping kemoterapi yang dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Oleh karena itu, cancer immunotherapy merupakan harapan baru bagi penderita kanker. Cancer immunotherapy sebagai mekanisme pertahanan tubuh yang bekerja melalui 2 cara, yaitu meningkatkan sistem imun itu sendiri dan menghambat tumbuhnya sel kanker. Dr. Boen menyebutkan, “How to improve immune system discover the cancer cell” sesuai yang tercantum pada NCI (National Cancer Institute) 2011 bahwa therapeutic cancer vaccines bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kanker, bahkan memperkecil ukuran tumor yang tidak teratasi oleh jenis pengobatan lainnya. Cancer immunotherapy sendiri meliputi cytokines, monoclonal antibodies, checkpoint inhibitors, dan therapeutic cancer vaccines, yang menekankan pada penguatan sistem imun. Update in Breast Cancer Management diawali oleh Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD(K), KHOM (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo/ RSCM, Jakarta) yang membahas Holistic Approach in Breast Cancer Management. 553 LAPORAN KHUSUS Dalam mengobati pasien, seorang dokter sebaiknya tidak hanya fokus pada penyakit. Pendekatan menyeluruh terhadap penyakit dan pasien akan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pada penderita kanker, selain aspek biologisnya, hal yang tak kalah penting diperhatikan adalah aspek psikologis dan sosialnya. Rasa menyalahkan diri sendiri terkena penyakit kanker terkadang muncul. Oleh karena itu, diperlukan terapi multidimensional pasien kanker. Berkaitan dengan hal tersebut, pola makan pasien pun penting, diperlukan makanan tinggi protein. Menurut suatu penelitian, minuman susu kedelai yang tinggi protein, rendah karbohidrat dan kolesterol dapat menurunkan risiko kanker payudara serta kejadian rekuren. DR. dr. Samuel Haryono, SpB (K) Onk. (RS Kanker Dharmais, Jakarta) membicarakan Genetic in Breast Cancer; genetic testing menjadi faktor penting untuk deteksi awal risiko penyakit kanker. Topik yang tak kalah menarik dibawakan oleh dr. Kim Sung Bae, PhD (Asan Medical Center, Korea) mengenai hasil uji klinik fase 3 Paxus-PM. Paxus-PM adalah paclitaxel polymeric micelle, yang dapat digunakan 554 sebagai terapi kanker payudara metastasis. Paxus-PM terbukti efektif sebagai terapi kanker payudara metastasis dan rekuren. Paxus-PM juga aman diberikan dengan dosis yang lebih tinggi dibanding dosis paclitaxel tanpa meningkatkan risiko efek samping. Pada kesempatan ini, dr. Dato Mohamed Ibrahim A. Wahid (Beacon Hospital Malaysia) juga membagikan pengalamannya dalam menangani pasien kanker payudara metastasis dan NSCLC (non-small cell lung cancer) dengan dosis paxus-PM weekly. Paxus-PM bermanfaat untuk terapi NSCLC, kanker ovarium, kanker pankreas, dan kanker nasofaring. Beliau telah menangani 3 kasus menggunakan paxus-PM, 2 kasus pasien dengan metastasis kanker payudara dan 1 kasus pasien dengan metastasis adenokarsinoma pada paru; evaluasi menggunakan pemeriksaan PET scan menghasilkan perbaikan pada ketiga pasien tersebut. Session kedua dibawakan oleh dr. Ahmad R. Utomo PhD (Stem Cell and Cancer Institute, Jakarta), dr. Heri Fadjari, SpPD, KHOM (RSUP Dr Hasan Sadikin, Bandung), dan Prof. Dr. dr. Andrijono, SpOG(K) (RSCM, Jakarta) mengenai Update in Gastrointestinal & Ovarian Cancer Management. Hingga saat ini, kanker pankreas memiliki prognosis yang tidak baik, oleh karena itu dengan adanya penelitian mengenai cancer immunotherapy, diharapkan dapat menjadi terapi kanker pankreas. Hal menarik yang dikemukakan oleh dr. Andrijono dari studi baru-baru ini, menemukan bahwa kanker peritoneal primer dan kanker ovarium berasal dari tuba falopii. Session terakhir yang tak kalah penting membahas Chemotherapy-induced Nausea Vomiting Management oleh dr. Kartika Widayati, Sp.PD(K), KHOM (RSUP Dr Sardjito Yogyakarta) dan Nutrition in Cancer Management oleh Dr. dr. Noorwati Sutandyo, Sp.PD, KHOM (RS Kanker Dharmais, Jakarta). Salah satu hal penting pada manajemen pasien kanker adalah nutrisi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Tak hanya menyajikan topik-topik menarik dalam simposium, para peserta KOF juga diajak berkunjung ke pabrik produk onkologi Kalbe di kawasan Pulo Gadung, sehingga para peserta simposium, yaitu dokter onkologi baik dari Indonesia maupun dari luar negeri, dapat melihat langsung fasilitas, teknologi yang digunakan, termasuk transfer teknologi dari Samyang Pharmaceutical, sehingga Kalbe dapat memasarkan produk onkologi yang bermutu dan berkualitas baik. (RED) CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015