KARAKTERISTIK BANGUNAN RUMAH DAN BENTUK PERMUKIMAN DI WILAYAH DAS CIANJUR, JAWA BARAT Rachmat Mulyana1, Hadi S. Alikodra2, Hadi S. Arifin3 dan Lilik B. Prasetyo4 ABSTRACT The purpose of the research was to (1) Analyze the characteristic of house building in Cianjur Watershed, and (2) Analyze the characteristic settlement form (size, building density, and type) in upper, middle and downstream Cianjur Watershed. This research was conducted in June 2006 - January 2007 at 12 setllements in Cianjur watershed West Java. Standard statistic and GIS was used as a tool to analyzed data.The result showed that : (1) characteristic of home building in Cianjur watershed consist of home with permanent construction (58.33%), scaffolding (35.56%) and semi permanent (6.11%). Average of wide and open space area are 52.4 m2 and 24.3 m2 , (2) settlement in upper stream watershed Cianjur have character the following as: settlement with medium size (75%),density of building is dense and included linear-1 settlement.In middle stream watershed has character size small-medium(50%) and medium settlement(50%), density of building is loose with linear-2 and streetplan settlements. Settlement In downstream has character small-medium and medium size,density of building is loose and dense with linear-1type. Keywords: settlement,watershed, size settlement, density of building, settlement type ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis karakteristik bangunan rumah di DAS Cianjur, dan (2) menganalisis bentuk permukiman (ukuran, tipe kepadatan bangunan dan tipe) di hulu, tengah dan hilir DAS Cianjur. Penelitian ini dilakukan bulan Juli 2006 - Januari 2007 pada 12 kawasan permukiman di wilayah DAS Cianjur, Jawa Barat. Data dianalisis secara spasial dan deskriptif menggunakan standar statistik dan GIS. Hasil penelitian menunjukkan:1)karakteristik bangunan rumah di wilayah DAS Cianjur terdiri dari rumah dengan konstruksi permanen (58.33%), rumah panggung (35.56%) dan rumah semi permanen (6.11%). Rata-rata luas bangunan dan ruang terbuka hijau masing-masing sebesar 52.4 m2 dan 24.3 m2, (2) Permukiman dibagian hulu DAS Cianjur sebagian besar (75%) memiliki karakter sebagai berikut: permukiman ukuran sedang, kepadatan bangunan padat dan termasuk tipe linier-1. Di bagian tengah memiliki karakter: permukiman ukuran kecil-sedang (50%) dan sedang (50%), kepadatan bangunan jarang dengan tipe streetplan dan linier-2. Dibagian hilir memiliki karakter: permukiman ukuran kecil-sedang dan sedang, kepadatan bangunan jarang dan rapat dengan tipe linier-1. Kata-kata kunci: Permukiman, DAS, ukuran permukiman, kepadatan bangunan, tipe permukiman 1 2 3 4 Mahasiswa program Doktor PS.PSL Sekolah Pascasarjana IPB, Email: [email protected] Dosen Sekolah Pascasarjana IPB Dosen Sekolah Pascasarjana IPB Dosen Sekolah Pascasarjana IPB Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007 213 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan fungsi lahan dari lahan sawah, tegalan, kebun campuran dan hutan ke lahan permukiman dan perumahan mengakibatkan hasil produksi pangan berkurang dan terjadi kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan terjadi mulai dari hulu sampai hilir DAS Cianjur, yaitu berupa meningkatnya aliran permukaan dan menurunnya permukaan air tanah sebagai akibat meluasnya lahan kedap air, yang dicerminkan dengan terjadinya peningkatan debit maksimum rata-rata harian sungai dan sebagai dampak berikutnya kecenderungan terjadinya penurunan debit minimum rata-rata harian sungai yang menyebabkan keseimbangan air di wilayah tersebut menjadi terganggu (Sabar, 2001). Di sisi lain, pola pengembangan permukiman yang cenderung tidak terkendali mengakibatkan bentuk, ukuran dan tingkat kepadatan permukiman akan menjadi sumber pencemar terhadap kualitas air (Basnyat, 2000), yang pada akhirnya menjadikan permukiman yang tidak layak dari segi kesehatan maupun ekologis. Pertumbuhan pesat permukiman dan perumahan baru di wilayah Kabupaten Cianjur yang menyebar mulai dari ketinggian 275 m dpl (di Kota Cianjur mencapai 634 Ha) sampai pada ketinggian 1250 m dpl (di Kecamatan Pacet mencapai 8 Ha) (Sukri, 2004). Kecenderungan pertumbuhan khususnya pada DAS bagian hulu didorong oleh kecenderungan tingkat urbanisasi yang tinggi. Dampak yang dapat dirasakan masyarakat antara lain adalah berupa penambahan infrastruktur (Syartinilia, 214 2001). Disisi lain menurut hasil penelitian Arifin (1998) bahwa tingkat urbanisasi mengakibatkan penurunan ukuran luas pekarangan, penurunan spesies tanaman non ornamental dan penurunan pada stratifikasi struktur tanaman. Dengan kondisi demikian kecenderungan kerusakan lingkungan akan semakin parah, terutama ancaman terhadap sistem tata air. Respon dari kerusakan DAS tersebut adalah semakin sensitifnya lingkungan terhadap komponen yang ada dalam sistem lingkungan. Ketika turun hujan akan mudah banjir, sebaliknya terjadi kekeringan ketika kemarau. Berbagai kajian wilayah menyebutkan bahwa penyelamatan DAS dari bahaya erosi, banjir dan kekeringan menjadi amat penting bagi kesejahteraan penduduk di sekitarnya (Haeruman, 2002).Berbagai bentuk usaha dikembangkan untuk menyelamatkan DAS, tidak terbatas kepada membuat bendungan tetapi meluas kearah pencegahan erosi (Basso,2000) melalui pola tanam, tataguna tanah, penataan ruang, serta penataan permukiman dan perkotaan. Memahami kerusakan yang terjadi di DAS Cianjur dan pertumbuhan permukiman yang pesat, kiranya diperlukan suatu upaya pencegahan kerusakan yang lebih parah dengan mengembalikan fungsi DAS sebagai kawasan tangkapan air. Oleh karena itu diperlukan kajian yang khusus tentang permukiman dan perilaku masyarakat penghuninya. 1.2. Permasalahan Kebutuhan rumah sejalan dengan perkembangan pertambahan jumlah Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007 penduduk, yang mana peningkatan jumlah penduduk akan berdampak pada peningkatan kebutuhan rumah. Hasil Kajian RP4D Kabupaten Cianjur, diprediksikan kebutuhan rumah di wilayah utara Cianjur sebanyak 255.789 unit dengan kebutuhan lahan mencapai 17.574,81 ha atau 16.31 % dari luas seluruh WPU Kabupaten Cianjur. Dengan keterbatasan lahan di wilayah perkotaan, mengakibatkan pertumbuhan permukiman merambah tidak hanya di wilayah pinggiran kota tetapi hingga perdesaan bahkan perbukitan atau pegunungan. Hal tersebut yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian dan hutan menjadi lahan permukiman. Alih fungsi lahan yang kurang atau tidak sesuai dengan peruntukannya melanda DAS, yang berakibat kerusakan terhadap komponen-komponen penyusun DAS. Respon dari kerusakan DAS tersebut adalah semakin sensitifnya lingkungan terhadap komponen yang ada dalam sistem lingkungan. Ketika turun hujan akan mudah banjir, sebaliknya terjadi kekeringan ketika kemarau. Kerusakan lingkungan juga dapat terjadi sebagai akibat pola perkembangan permukiman yang melebihi daya dukung lingkungan seperti tingkat kepadatan, ukuran dan bentuk permukiman. Agenda permukiman yang dicanangkan secara global adalah perumahan yang layak dan permukiman yang berkelanjutan. Agenda tersebut, sepenuhnya belum diimplementasikan oleh para stakeholder sehingga pembangunan permukiman memiliki kecenderungan berdampak negatif terhadap lingkungan. Oleh sebab itu perlu dibangun kesepahaman antara masyarakat selaku pengguna dan Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007 penghuni permukiman dan para stakeholder, khususnya para developer sebagai penyedia permukiman. Pembangunan permukiman seharusnya tidak hanya berorientasi pada aspek ekonomi, tetapi juga ekologi, sosial, dan budaya. Dengan demikian akan terbentuk suatu kawasan permukiman yang memiliki karakter: (1)layak dari segi kesehatan; (2) hubungan sosial penghuni yang harmonis; (3) dan serasi dengan alam. Sehubungan dengan itu, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) bagaimana karakteristik bangunan rumah di permukiman di bagian hulu, tengah, dan hilir DAS Cianjur ?; dan (2) bagaimana karakteristik bentuk permukiman (ukuran, tipe kepadatan bangunan, dan tipe) diwilayah DAS Cianjur ? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. b. Menganalisis karakteristik bangunan rumah di wilayah perdesaan dan perkotaan dalam wilayah DAS Cianjur Menganalisis karakteristik bentuk permukiman yang meliputi ukuran, tipe kepadatan bangunan, dan tipe permukiman di wilayah hulu, tengah, hilir DAS Cianjur 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ini mengkaji tentang existing condition bangunan rumah dan permukiman di bagian hulu, tengah dan hilir DAS Cianjur. Kajian mengenai bangunan rumah meliputi bentuk konstruksi bangunan, luas lantai, elemen ruang, luas ruang terbuka hijau, jumlah penghuni dan bahan bangunan yang digunakan. Permukiman dalam hal ini 215 dibagi dalam dua kategori yaitu permukiman tertata (perumahan) dan permukiman tidak tertata (permukiman tradisional/kampung). Kajian mengenai kedua kategori permukiman tersebut meliputi pola penyebaran dan bentuk permukiman yang terdiri dari ukuran, tipe kepadatan bangunan dan tipe permukiman. Indonesia produksi BAKOSURTANAL lembar Cianjur skala 1 : 25.000, Peta lahan terbangun DAS Cianjur skala 1 : 25.000, dan data curah hujan.Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat komputer, meja digitasi, scanner, Acr View versi 3.3, GPS, Kamera digital, roll meter, kuesioner dan alat tulis. 2.2. Metode Pengumpulan Data 2. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Juni 2006 – Januari 2007 di kawasan permukiman di wilayah DAS Cianjur (Gambar 1). 2.2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: Peta rupa bumi Populasi adalah permukiman pada kawasan DAS Cianjur. DAS Cianjur mencakup 27 Desa dan 6 Kelurahan yang terletak di enam wilayah Kecamatan yaitu Pacet, Cugenang, Cianjur, Karang Tengah, Sukaluyu, dan Cilaku. Penentuan sampel dilakukan dengan metoda transek. Transek dirancang berdasarkan konsentrasi Lokasi Penelitian Gambar 1. Lokasi Penelitian di Wilayah DAS Cianjur 216 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007 permukiman pada wilayah hulu (Ketinggian 700- 1250 m dpl), tengah (300-700 m dpl), dan hilir (Ketinggian >300 m dpl) DAS Cianjur. Pemilihan permukiman dilakukan dengan cara stratified random sampling berdasarkan klasifikasi permukiman tertata (komplek perumahan) dan permukiman tidak tertata. Jumlah sampel pada masingmasing klasifikasi permukiman sebanyak 15 rumah, sehingga jumlah total sampel sebanyak 180 rumah dan keluarga penghuni. Data yang dikumpulkan berupa data kependudukan, ukuran permukiman diukur berdasarkan jumlah rumah dan penduduk, kepadatan bangunan rumah diukur berdasarkan jarak antara rumah-rumah, tipe permukiman dilihat dari susunan tata letak bangunan, dan jumlah permukiman. Data diperoleh melalui survai lapangan. 2.3. Analisis Data Data secara umum dianalisis secara deskriptif berdasarkan kriteria dari masing-masing sub variabel pada aspek bentuk permukiman. Kriteria untuk aspek bentuk permukiman seperti tercantum pada Tabel 1. Data spasial berupa penyebaran permukiman di wilayah perdesaan dan perkotaan dianalisis dengan GIS menggunakan software ArcView versi 3.3. 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Karakteristik Bangunan Rumah Komposisi kondisi rumah responden di wilayah DAS Cianjur seperti diperlihatkan dalam Tabel 2.sebagian besar didominasi oleh rumah dengan konstruksi permanen sebanyak 58.33% selanjutnya rumah panggung sebanyak 35.56% dan rumah semi permanen sebanyak 6.11%. Luas lantai rumah di wilayah DAS Cianjur bervariasi dari luasan < 20 m2 sampai > 150 m2. Di bagian hulu, tengah dan hilir didominasi oleh rumah dengan luas lantai antara 20 – 49 m2 (Tabel 3). Rumah dengan luas lantai > Tabel 1. Kriteria pada masing-masing subvariabel bentuk permukiman No 1. 2. Subvariabel dari aspek bentuk Permukiman Ukuran Permukiman -Permukiman/perumahan tunggal -Permukiman/perumahan kecil -Permukiman/perumahan kecil-sedang -Permukiman/perumahan sedang -Permukiman/perumahan besar -Permukiman/perumahan sangat besar Kepadatan Bangunan -Sangat jarang -Jarang -Padat -Sangat padat -padat-kompak 3. Tipe Permukiman -Tipe linier -Tipe Plaza -Tipe permukiman dengan pengaturan area atau streetplan Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007 Kriteria Satu rumah 2 – 20 rumah Sampai dengan 500 penduduk Sampai dengan 2000 penduduk 2000 – 5000 penduduk Lebih dari 5000 penduduk Perkarangan rumah berjauhan Perkarangan rumah bersentuhan tetapi letak rumah tidak bersentuhan Jarak antar rumah kecil Rumah kurang lebih menutupi jalan, dindingdinding rumah saling bersentuhan satu sama lain Tidak ada ruang terbuka dalam sebuah blok bangunan Posisi rumah berjajar linier Posisi rumah diatur mengelilingi sebuah ruang bersama (inner common) Rumah-rumah diatur dalam posisi beraturan atau direncanakan streetplan dalam suatu wilayah. 217 Tabel 2. Jenis Konstruksi Rumah Responden Jenis Konstruksi Permanen Semi Permanen Panggung Total Hulu % rumah memiliki kamar mandi dan WC. Kepemilikan kamar mandi di hulu dan hilir berturut-turut adalah 65% dan 60% (Gambar 2). 26 43.3 58.3 Tabel 4. Rata-rata luas per-orang penghuni rumah di DAS Cianjur 5.0 2 3.3 6.1 1 1.7 32 60 100 60 Tengah Hilir n % n % n 23 38.3 56 93. 3 6 10.0 3 31 51.7 60 100 53.3 35.6 100 150 m2 hanya dijumpai di bagian tengah DAS yaitu di lingkungan permukiman tertata. Tabel 3. Jumlah Rumah Menurut Luas Lantai Lokasi Rumah Di DAS Cianjur Luas Lantai Rumah (m2) < 20 20 – 49 50 – 99 100 – 149 > 150 Jumlah Hulu n 2 35 20 3 60 % 3.3 58.3 33.3 5.0 100 Tengah n % 36 14 4 6 60 60 23.3 6.7 10.0 100 Hilir n % 1 1.7 50 83.3 7 11.7 2 3.3 60 100 Luas rumah rata-rata di hulu, tengah dan hilir DAS Cianjur masing-masing berturut-turut adalah 47.7 m2, 69.4 m2 dan 40.8 m2 (Tabel 4). Luas rata-rata RTH di bagian hulu lebih besar (32.8 m2) jika dibandingkan luas rata-rata RTH di bagian tengah (21.5 m2) dan hilir (19.9 m2) DAS Cianjur. Sementara itu jumlah penghuni rata-rata terbesar berada di rumah-rumah yang berlokasi di wilayah hilir . Kondisi rumah dari segi kelengkapan elemen ruang secara umum memiliki elemen utama seperti kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Namun baik di hulu dan hilir DAS tidak semua 218 Posisi Rumah di DAS Hulu Tengah Hilir Rata-rata luas rumah (m2 ) Rata-rata jumlah penghuni Rata-rata luas perjiwa Rata-rata luas RTH (m2 ) 47.1 69.4 40.8 4.6 4.7 4.9 10.2 14.8 8.3 32.8 21.5 19.9 Jenis bahan bangunan yang digunakan di rumah-rumah di wilayah DAS Cianjur berdasarkan elemen konstruksi bangunan seperti dinding, lantai, plapond dan atap (Gambar 3). Di bagian hulu DAS sebagian besar mengunakan bahan bangunan untuk dinding; lantai, plapond, dan atap berturut-turut adalah tembok (46.7%), papan ( 28.8%), bilik (51.7%), dan genteng (100%). Di bagian tengah DAS untuk bahan dinding, lantai, plapond dan atap masing-masing didominasi dengan tembok (93.3%), keramik (73.3%), triplek (51.7%), dan genteng (100), sementara itu di bagian hilir masingmasing didominasi oleh bilik(45%), bilik (33.3%), bilik (55%), dan genteng (100%). 3.2. Pola Permukiman Perkembangan permukiman di bagian hulu DAS Cianjur secara umum selalu mengalami peningkatan dan cenderung berkembang secara memusat disepanjang jalur jalan regional dengan membentuk kawasan- kawasan permuJurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007 T engah Hulu di W C Hilir 120 Persentase Kepemilikan 100 80 60 40 20 /R TH ng m an Ta G ud a at ng Sh al ) W at er Ru a am ar K clo se t( M an ap ur D an ak M ng Ru a K Ru a ng am ar Ta m u Ti du r 0 Elemen Rumah Gambar 2. Persentase Kepemilikan Elemen Ruang dalam Rumah di DAS Cianjur 100 90 Persentase (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Hulu Tengah Hilir Jenis Bahan Bangunan Dinding Tembok Dinding Tembok-bilik Lantai Semen Lantai Bambu dibelah Plapond Bilik Dinding Bilik Dinding Papan Lantai Papan Plapond Enternit Plapond bambu Dinding Papan-bilik Lantai Keramik Lantai Bilik Plapond Triplek Atap Genteng Gambar 3. Persentase Bahan Bangunan yang Digunakan pada Rumah di DAS Cianjur kiman perdesaan (Gambar 4). Sedangkan permukiman dibagian tengah dan hilir berkembang mengikuti pola jalan yang ada yang membentuk kawasan perkotaan (Gambar 5). Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007 3.3. Bentuk Permukiman 3.3.1. Ukuran Permukiman Tabel 5. menunjukkan bahwa ukuran permukiman yang berada di wilayah 219 Gambar 4. Pola Penyebaran Permukiman Perdesaan dan Perkotaan Gambar 5. Pola Penyebaran Permukiman Perkotaan DAS Cianjur sebagian besar (58.34%) tergolong kedalam permukiman sedang dengan jumlah penduduk antara 500 sampai dengan 2000 jiwa. Selebihnya 41.66% tergolong dalam permukiman kecil-sedang dengan jumlah penduduk 220 kurang dari 500 jiwa dan jumlah rumah lebih dari 20 unit (Van der zee, 1986). 3.3.2. Kepadatan Bangunan Tipe kepadatan bangunan dari 12 permukiman sebagai sampel diperoleh Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007 bahwa sebagian besar (50%) termasuk kategori kepadatan bangunan yang padat. Hal ini berarti bahwa antara bangunan rumah yang satu dengan lainnya memiliki jarak yang kecil yaitu berkisar antara 0.5 – 1 m. Selanjutnya berturut-turut sebanyak 33.4% dan 16.6% termasuk kategori tipe kepadatan permukiman yang jarang dan sangat padat (Tabel 6). Tabel 5. Ukuran permukiman 922 928 865 465 260 1210 1105 216 142 312 826 600 190 152 245 102 50 464 368 49 32 74 198 188 Total S S S KS KS S S KS KS KS S S S KS 25 8.3 16.7 16.7 16.7 16.7 58.4 41.7 Keterangan: S=Sedang; KS=Kecil-Sedang; Hu-1= Sarongge girang,Hu-2=Cibeureum,Hu-3=Galudra tengah,Hu4= Burangkeng;Te-1=Buniwangi,Te-2=Sayang,Te-3= Maleber, Te-4=Golebag dua;Hi-1=Pasir peucang,Hi2=Pasinggoong, Hi-3=Kamiran,Hi-4=Cibakung Tabel 6. Tipe Kepadatan Bangunan (%) Posisi DAS Kampung Tipe kepadatan P Bangunan SP P P J SP J P J J P P SR R Tengah Hulu Hu-1 Hu-2 8.3 25 Hu-3 Hu-4 Te-1 Te-2 8.3 8.3 Te-3 Te-4 Hi-1 Hi-2 16.7 Hi-3 Hi-4 Total 16.6 50 Keterangan: P=Padat,SP=Sangat Padat, J=Jarang Hilir Tipe permukiman di wilayah DAS Cianjur bagian hulu didominasi oleh permukiman dengan tipe linier -1 yaitu sebesar 75%. Di bagian tengah DAS terdiri dua tipe permukiman yaitu tipe streetplan sebesar 50% dan linier-2 sebesar 50% (Gambar 6). 4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Bangunan Rumah % Ukuran Permukiman Jumlah Penduduk Hu-1 Hu-2 Hu-3 Hu-4 Te-1 Te-2 Te-3 Te-4 Hi-1 Hi-2 Hi-3 Hi-4 Jumlah Rumah Kampung Hilir Tengah Hulu Lokasi DAS Kriteria Ukuran Permukiman 3.3.3. Tipe Permukiman J 16.7 16.7 33.4 Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007 Komposisi kondisi rumah responden di wilayah DAS Cianjur seperti diperlihatkan sebagian besar didominasi oleh rumah dengan konstruksi permanen sebanyak 58.33% selanjutnya rumah panggung sebanyak 35.56% dan rumah semi permanen sebanyak 6.11%, Sementara itu persentase komposisi rumah menurut jenis konstruksi di Kabupaten Cianjur berturut-turut sebagai berikut : rumah permanen 66.32% (397.103 unit); semi permanen 25,41% (152.117 unit); dan rumah panggung 8,27% (49.500 unit) (Bappeda Kabupaten Cianjur, 2006). Rumah dengan jenis konstruksi panggung banyak ditemui di bagian hulu dan hilir DAS. Hal ini disebabkan ketersediaan bahan bangunan (bambu dan kayu) yang cukup banyak, biaya konstruksi minimal dan kenyamanan huni. Rumah panggung dengan rangka konstruksi dari bambu dan kayu, dan dinding bilik tidak hanya menjadi konstruksi minimal tetapi juga menjadi bangunan biologis yang murni (Frick,1996). Konstruksi rumah baik itu permanen, semi permanen maupun panggung memiliki luas rumah rata-rata di bagian hulu sebesar 47.7 m2, tengah 69.4 m2 dan hilir 40.8 m2. Jika dilihat tingkat kebutuhan ruang minimum per- 221 Hulu Tengah Hilir 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Linier-1 Linier-2 Streetplan Tipe permukiman Gambar 6. Persentase Tipe Permukiman di Wilayah DAS Cianjur orang sesuai dengan standar ukuran kebutuhan ruang minimum yang dikeluarkan oleh Menteri Kimpraswil tahun 2002, maka ukuran kebutuhan ruang minimum untuk rumah yang berada di wilayah hilir (luas rata-rata 40.8 m2) dengan rata-rata jumlah penghuni sebesar 4.7 jiwa dapat dikategorikan tidak memenuhi standar minimum ukuran kebutuhan ruang perorang sebesar 9 m2. Hal ini akan berdampak pada tingkat kenyamanan huni, yang pada akhirnya dalam jangka waktu yang relatif lama akan mempengaruhi tingkat kesehatan penghuni. Tingkat kesehatan penghuni juga dipengaruhi oleh ketersediaan dan tata letak elemen ruang dalam satu rumah (Sukamto, 2004). Kondisi rumah di wilayah DAS Cianjur secara umum memiliki elemen utama seperti kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Namun baik di hulu dan hilir DAS tidak semua rumah memiliki kamar mandi dan WC. Kepemilikan kamar mandi di hulu dan hilir berturut-turut 222 adalah 65% dan 60%. Besarnya persentase rumah yang tidak memiliki fasilitas kamar mandi dan WC, hal ini terjadi disebabkan: (1) keterbatasan luas lahan yang dimiliki sehingga pengadaannya berbenturan kebutuhan ruang lainnya yang dianggap oleh sebagian besar responden lebih penting, dan (2) aksesibilitas ke MCK umum lebih mudah. Disamping itu untuk mendapatkan fasilitas kamar mandi dan WC sebagian kecil menumpang ke tetangga atau rumah keluarganya. Kepemilikan ruang terbuka hijau berupa pekarangan rumah, secara umum dimasing-masing sub DAS hampir merata yaitu di bagian hulu 50%, tengah 58.3% dan hilir 66.7%. Besarnya persentase kepemilikan pekarangan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di wilayah DAS Cianjur memiliki tingkat kepentingan terhadap fungsi dan manfaat pekarangan rumah. Fungsi pekarangan bagi masyarakat antara lain adalah : sebagai tempat sosialisasi antar tetangga, arena bermain Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007 anak, dan tempat menjemur hasil pertanian dan pakaian. Luas rata-rata pekarangan di bagian hulu lebih besar (32.8 m2) jika dibandingkan luas ratarata pekarangan di bagian tengah (21.5 m2) dan hilir (19.9 m2) DAS Cianjur. Kecilnya luasan pekarangan di bagian hilir disebabkan: (1) lahan untuk rumah rata-rata diperoleh dari warisan orang tua, sehingga luas areal lahan yang dibagikan terbatas hanya untuk bangunan rumah, dan (2) jumlah anggota keluarga yang cukup besar yaitu rata-rata 4.9 jiwa/rumah, sehingga diperlukan penambahan ruang. Jenis bahan bangunan yang digunakan di rumah-rumah di wilayah DAS Cianjur berdasarkan elemen konstruksi bangunan seperti dinding, lantai, plapond dan atap. Bahan dasar untuk dinding tembok menggunakan batako press yang terbuat dari campuran pasir dan semen. Sementara itu untuk dinding, lantai dan plapond dengan bahan dasar dari papan dan bilik diperoleh dari bahan bangunan lokal. Penggunaan bahan bangunan lokal seperti bambu, bilik dan papan menguntungkan dari segi kalkulasi energi (Frick,1996), karena meminimalkan jarak transportasi dan ketergantungan atas teknologi tinggi sehingga menjadi potensi bagi pengembangan ecohousing (Mc Camant dan Durret ,2001). 4.2. Pola Permukiman Pola penyebaran pembangunan permukiman tertata dan permukiman tidak tertata di wilayah desa dan kota pembentukkannya berakar dari pola campuran antara ciri perkotaan dan perdesaan. Posisinya menyebar mulai dari ketinggian 275 m dpl (di Kota Cianjur mencapai 634 Ha) sampai pada ketinggian 1250 m dpl (di Kecamatan Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007 Pacet mencapai 8 Ha). Kawasan permukiman perkotaan di wilayah DAS Cianjur sebagian besar berada di wilayah bagian tengah DAS Cianjur. Kawasan permukiman perkotaan merupakan Kecamatan-kecamatan yang pada saat ini merupakan konsentrasi kegiatan penduduk dengan indikasi jumlah penduduk yang besar (Bappeda Kabupaten Cianjur, 2005) seperti Kecamatan Pacet (Sub DAS hulu), Cianjur, dan Karang Tengah (Sub DAS tengah). Pola permukiman tertata wilayah DAS Cianjur memiliki keteraturan bentuk secara fisik. Artinya sebagian besar rumah menghadap secara teratur ke arah kerangka jalan yang ada dan sebagian besar terdiri dari bangunan permanen, berdinding tembok dan dilengkapi dengan penerangan listrik. Kerangka jalannyapun ditata secara bertingkat mulai dari jalan raya, penghubung hingga jalan lingkungan atau lokal (Koestoer ,1995). Pola permukiman tidak tertata di wilayah DAS Cianjur cenderung berkelompok membentuk perkampungan yang letaknya tidak jauh dari sumber air seperti sungai dan jalan. 4.3. Bentuk Permukiman 4.3.1. Ukuran Permukiman Ukuran permukiman yang berada di wilayah DAS Cianjur sebagian besar (58.34%) tergolong kedalam permukiman sedang dengan jumlah penduduk antara 500 sampai dengan 2000 jiwa. Selebihnya 41.66% tergolong dalam permukiman kecil-sedang dengan jumlah penduduk kurang dari 500 jiwa dan jumlah rumah lebih dari 20 unit (Van der zee, 1986). Ukuran permukiman dibagian hulu didominasi 223 oleh permukiman sedang dengan jumlah rumah rata-rata 196 unit, sedangkan dibagian tengah dan hilir komposisi ukuran permukiman kecil-sedang dan sedang berimbang dengan jumlah rumah rata-rata untuk permukiman kecil-sedang 49 unit di bagian tengah dan 53 unit di bagian hilir, sementara permukiman sedang dibagian tengah dan hilir masingmasing dengan jumlah rumah rata-rata sebanyak 416 unit dan 193 unit.Hal tersebut disebabkan pada bagian hulu DAS Cianjur memiliki: (1) potensi wisata, sehingga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang berada di bagian tengah dan hilir untuk pindah atau bahkan warga yang berasal dari luar kawasan DAS, dengan demikian kecenderungan akan mengalami peningkatan jumlah penduduk, (2) kondisi iklim (suhu) yang memberikan tingkat kenyamanan yang lebih, (3) kemudahan memperoleh air bersih dan (4) fasilitas infrastruktur berupa jalan yang menghubungkan antar kampung, desa, kecamatan hingga ke ibukota kabupaten. hal ini terbukti dengan jumlah penduduk rata-rata yang mendiami permukiman setingkat kampung yang berada di wilayah hulu DAS Cianjur (795 jiwa) lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk rata-rata yang di wilayah tengah (741 jiwa) maupun hilir (470 jiwa). 4.3.2. Tipe Kepadatan Bangunan Tipe kepadatan bangunan dalam suatu permukiman sangat ditentukan oleh banyaknya rumah, jarak antar rumah dan jumlah penduduk. Kepadatan bangunan ini akan berdampak pada minimnya ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial dalam suatu kawasan permukiman. Tipe kepadatan bangunan dalam hal ini diukur berdasarkan tingkat 224 kepadatan bangunan dalam satu wilayah perkampungan. Kepadatan bangunan di DAS Cainjur bagian hulu didominasi oleh permukiman dengan tipe kepadatan bangunan yang padat. Hal ini disebabkan karena kepemilikan lahan untuk bangunan rumah diperoleh secara turunterumun (warisan) pada satu lokasi lahan dengan luasan terbatas, yang mengakibatkan lahan warisan seluruhnya digunakan untuk membangun rumah. Dengan demikian jarak antar bangunan rumah sangat kecil atau bahkan jarak atap hanya 0.5 m. Sementara di bagian tengah didominasi oleh tipe kepadatan bangunan jarang, dan di bagian hilir DAS terdapat dua tipe kepadatan bangunan yaitu jarang dan padat. 4.3.3. Tipe Permukiman Permukiman di wilayah DAS Cianjur secara umum memiliki dua tipe yaitu tipe linier dan streetplan. Selanjutnya agar lebih spesifik tipe permukiman linier dibagi dalam dua kategori yaitu linier-1 dan linier-2. Permukiman dengan tipe linier-1 dimaksudkan dalam hal ini adalah permukiman yang memiliki beberapa kelompok rumah dengan posisi rumah berjajar linier sepanjang jalan setapak dengan lebar 0.5 – 1 m dan jalan desa dengan lebar 3 – 4 m. Permukiman dengan tipe linier-2 adalah permukiman yang memiliki beberapa kelompok rumah dengan posisi rumah berjajar linier sepanjang jalan lingkungan atau gang dengan lebar 1 m dan jalan desa dengan lebar 5 m. Streetplan merupakan tipe permukiman dengan posisi rumah teratur dan terencana dari awal keberadaannya. Tipe permukiman diwilayah DAS bagian hulu didominasi oleh permu- Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007 kiman dengan tipe linier -1 (75%). Tipe permukiman linier-1 ini dengan posisi rumah sejajar dengan jalan setapak sebagian besar tidak memiliki batas kepemilikan yang jelas, karena kecenderungan pekarangan rumah menyatu secara komposit dengan jalan atau bahkan fungsi pekarangan sebagai sarana mobilitas warga disekitar kampung. Di bagian tengah DAS terdiri dua tipe permukiman yaitu tipe streetplan (50%) dan linier-2 (50%). Permukiman di bagian hilir DAS seluruhnya (100%) memiliki tipe permukiman linier-1. Antar unit permukiman (Kampung) dihubungkan dengan jalan desa, sedangkan dalam kampung itu sendiri mobilitas penghuni hanya melalui jalan selebar 0.5 sampai 1 m yang dibangun dengan swadaya. 5. KESIMPULAN MENDASI DAN REKO- 5.1. Kesimpulan 1. Karakteristik bangunan rumah di wilayah DAS Cianjur sebagian besar memiliki konstruksi permanen, dengan luas rata-rata 52.4 m2 dan memiliki ruang terbuka hijau dengan luas rata-rata 24.3 m2. 2. Permukiman dibagian hulu DAS Cianjur sebagian besar memiliki bentuk karakter sebagai berikut: permukiman ukuran sedang, kepadatan bangunan padat dan termasuk tipe linier-1. Di bagian tengah memiliki karakter: permukiman ukuran kecil-sedang dan sedang, kepadatan bangunan jarang dengan tipe streetplan dan linier-2. Dibagian hilir memiliki karakter: permukiman ukuran kecilsedang dan sedang, kepadatan Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007 bangunan jarang dan padat dengan tipe linier-1. 5.2. Rekomendasi Dalam upaya mewujudkan kawasan permukiman yang berkelanjutan dan terpadu dalam satu hamparan DAS perlu disusun suatu kebijakan penataan permukiman berbasis DAS dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. DAFTAR PUSTAKA Arifin, H.S. (1998), “Effects of Urbanization on the Vegetation Structure of the Home Gardens in West Java, Indonesia,” Japan J.Trop.Agric. 42(2): 94-102. Bappeda Kabupaten Cianjur (2005), RTRW Kabupaten Cianjur tahun 2005-2015, Bappeda,Cianjur Bappeda Kabupaten Cianjur (2006), Monografi Kabupaten Cianjur, Bappeda,Cianjur Basnyat, P., L.D. Tecter, B.G. Lockaby, and K.M. Flynn (2000), “The use of remote Sensing and GIS in Watershed level Analyses of nonpoint Source Pollution Problems,” Jurnal Forest Ecology and Management 128: 65-73. Basso, F., Bove, E., Dumontet, S., Ferrara, A., Pisante, M., Quaranta,G., and Taberner (2000), “Evaluating environmental sensitivity at the basin scale through the use of geographic information system and remotely sensed data: an example covering the Agri basin (Southern Italy),” Jurnal Catena 40: 19-35. Frick, Heinz (1996), Arsitektur dan Lingkungan, Kanisius, Yogyakarta 225 Haeruman, H. (2002), Pengelolaan Ekosistem Kawasan Pegunungan Sebagai suatu Bioregion yang penting, Makalah pada Workshop Pengembangan Konsep Bioregion sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan Secara Berkelanjutan CaringinBogor,4-5 Nopember 2002. Koestoer, R.H. (1995), Perspektif Lingkungan Desa Kota: Teori dan Kasus, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Mc Camant dan Durret (2001), Principles of Cohousing. East Bay Express, http://www.eastbayexpress.com/issu e/feature.html.[15 Agustus 2005]. Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002), Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT), Kantor Kimpraswil, Jakarta. Sabar, A. (2001), Kajian Pengaruh Alih Fungsi Lahan Terhadap Debit Aliran di DAS Ciliwung-Kawasan Bopunjur dengan Pendekatan indeks Konservasi, 226 http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbp titbpp-gdl-grey-2001-arwin-1252das. [12 Nopember 2005]. Sukri (2004), Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam Mempelajari Pola Sebaran Permukiman, Studi Kasus di DAS Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Tesis Pascasarjana IPB, Bogor. Sukamto (2004), Rumah dan Lingkungan Sehat : Pegangan untuk kader dan pendamping masyarakat, Yayasan Griya Mandiri, Yogyakarta. Syartinilia, dan Hadi Susilo Arifin (2003), Characteristic of Settlements in the middle stream of Ciliwung Watershed, Bogor Country-West Java-Indonesia, Jurnal Ilmiah Pertanian Gokuryoku Vol IX(1):18. Van der Zee (1986), Human Settlement Analysis, International Institute for Aerospace Survey and Earth Science (ITC), Enshede Netherlands. Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007