karakteristik bangunan rumah dan bentuk permukiman di wilayah

advertisement
KARAKTERISTIK BANGUNAN RUMAH DAN BENTUK
PERMUKIMAN DI WILAYAH DAS CIANJUR, JAWA
BARAT
Rachmat Mulyana1, Hadi S. Alikodra2, Hadi S. Arifin3 dan Lilik B. Prasetyo4
ABSTRACT
The purpose of the research was to (1) Analyze the characteristic of house building in Cianjur
Watershed, and (2) Analyze the characteristic settlement form (size, building density, and type) in upper,
middle and downstream Cianjur Watershed. This research was conducted in June 2006 - January 2007
at 12 setllements in Cianjur watershed West Java. Standard statistic and GIS was used as a tool to
analyzed data.The result showed that : (1) characteristic of home building in Cianjur watershed consist
of home with permanent construction (58.33%), scaffolding (35.56%) and semi permanent (6.11%).
Average of wide and open space area are 52.4 m2 and 24.3 m2 , (2) settlement in upper stream watershed
Cianjur have character the following as: settlement with medium size (75%),density of building is dense
and included linear-1 settlement.In middle stream watershed has character size small-medium(50%) and
medium settlement(50%), density of building is loose with linear-2 and streetplan settlements. Settlement
In downstream has character small-medium and medium size,density of building is loose and dense with
linear-1type.
Keywords: settlement,watershed, size settlement, density of building, settlement type
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis karakteristik bangunan rumah di DAS Cianjur,
dan (2) menganalisis bentuk permukiman (ukuran, tipe kepadatan bangunan dan tipe) di hulu, tengah dan
hilir DAS Cianjur. Penelitian ini dilakukan bulan Juli 2006 - Januari 2007 pada 12 kawasan permukiman
di wilayah DAS Cianjur, Jawa Barat. Data dianalisis secara spasial dan deskriptif menggunakan standar
statistik dan GIS. Hasil penelitian menunjukkan:1)karakteristik bangunan rumah di wilayah DAS Cianjur
terdiri dari rumah dengan konstruksi permanen (58.33%), rumah panggung (35.56%) dan rumah semi
permanen (6.11%). Rata-rata luas bangunan dan ruang terbuka hijau masing-masing sebesar 52.4 m2 dan
24.3 m2, (2) Permukiman dibagian hulu DAS Cianjur sebagian besar (75%) memiliki karakter sebagai
berikut: permukiman ukuran sedang, kepadatan bangunan padat dan termasuk tipe linier-1. Di bagian
tengah memiliki karakter: permukiman ukuran kecil-sedang (50%) dan sedang (50%), kepadatan
bangunan jarang dengan tipe streetplan dan linier-2. Dibagian hilir memiliki karakter: permukiman
ukuran kecil-sedang dan sedang, kepadatan bangunan jarang dan rapat dengan tipe linier-1.
Kata-kata kunci: Permukiman, DAS, ukuran permukiman, kepadatan bangunan, tipe permukiman
1
2
3
4
Mahasiswa program Doktor PS.PSL Sekolah Pascasarjana IPB, Email: [email protected]
Dosen Sekolah Pascasarjana IPB
Dosen Sekolah Pascasarjana IPB
Dosen Sekolah Pascasarjana IPB
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007
213
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perubahan fungsi lahan dari lahan
sawah, tegalan, kebun campuran dan
hutan ke lahan permukiman dan
perumahan
mengakibatkan
hasil
produksi pangan berkurang dan terjadi
kerusakan
lingkungan.
Kerusakan
lingkungan terjadi mulai dari hulu
sampai hilir DAS Cianjur, yaitu berupa
meningkatnya aliran permukaan dan
menurunnya permukaan air tanah
sebagai akibat meluasnya lahan kedap
air, yang dicerminkan dengan terjadinya
peningkatan debit maksimum rata-rata
harian sungai dan sebagai dampak
berikutnya kecenderungan terjadinya
penurunan debit minimum rata-rata
harian sungai yang menyebabkan
keseimbangan air di wilayah tersebut
menjadi terganggu (Sabar, 2001). Di sisi
lain, pola pengembangan permukiman
yang cenderung tidak terkendali
mengakibatkan bentuk, ukuran dan
tingkat kepadatan permukiman akan
menjadi sumber pencemar terhadap
kualitas air (Basnyat, 2000), yang pada
akhirnya menjadikan permukiman yang
tidak layak dari segi kesehatan maupun
ekologis.
Pertumbuhan pesat permukiman dan
perumahan baru di wilayah Kabupaten
Cianjur yang menyebar mulai dari
ketinggian 275 m dpl (di Kota Cianjur
mencapai 634 Ha) sampai pada
ketinggian 1250 m dpl (di Kecamatan
Pacet mencapai 8 Ha) (Sukri, 2004).
Kecenderungan pertumbuhan khususnya
pada DAS bagian hulu didorong oleh
kecenderungan tingkat urbanisasi yang
tinggi. Dampak yang dapat dirasakan
masyarakat antara lain adalah berupa
penambahan infrastruktur (Syartinilia,
214
2001). Disisi lain menurut hasil
penelitian Arifin (1998) bahwa tingkat
urbanisasi mengakibatkan penurunan
ukuran luas pekarangan, penurunan
spesies tanaman non ornamental dan
penurunan pada stratifikasi struktur
tanaman. Dengan kondisi demikian
kecenderungan kerusakan lingkungan
akan semakin parah, terutama ancaman
terhadap sistem tata air.
Respon dari kerusakan DAS
tersebut adalah semakin sensitifnya
lingkungan terhadap komponen yang ada
dalam sistem lingkungan. Ketika turun
hujan akan mudah banjir, sebaliknya
terjadi kekeringan ketika kemarau.
Berbagai kajian wilayah menyebutkan
bahwa penyelamatan DAS dari bahaya
erosi, banjir dan kekeringan menjadi
amat penting bagi kesejahteraan
penduduk di sekitarnya (Haeruman,
2002).Berbagai
bentuk
usaha
dikembangkan untuk menyelamatkan
DAS, tidak terbatas kepada membuat
bendungan tetapi meluas kearah
pencegahan erosi (Basso,2000) melalui
pola tanam, tataguna tanah, penataan
ruang, serta penataan permukiman dan
perkotaan.
Memahami kerusakan yang terjadi
di DAS Cianjur dan pertumbuhan
permukiman yang pesat, kiranya
diperlukan suatu upaya pencegahan
kerusakan yang lebih parah dengan
mengembalikan fungsi DAS sebagai
kawasan tangkapan air. Oleh karena itu
diperlukan kajian yang khusus tentang
permukiman dan perilaku masyarakat
penghuninya.
1.2. Permasalahan
Kebutuhan rumah sejalan dengan
perkembangan pertambahan jumlah
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007
penduduk, yang mana peningkatan
jumlah penduduk akan berdampak pada
peningkatan kebutuhan rumah. Hasil
Kajian RP4D Kabupaten Cianjur,
diprediksikan
kebutuhan rumah di
wilayah utara Cianjur sebanyak 255.789
unit dengan kebutuhan lahan mencapai
17.574,81 ha atau 16.31 % dari luas
seluruh WPU Kabupaten Cianjur.
Dengan keterbatasan lahan di wilayah
perkotaan, mengakibatkan pertumbuhan
permukiman merambah tidak hanya di
wilayah pinggiran kota tetapi hingga
perdesaan bahkan perbukitan atau
pegunungan.
Hal
tersebut
yang
mengakibatkan terjadinya alih fungsi
lahan dari lahan pertanian dan hutan
menjadi lahan permukiman.
Alih fungsi lahan yang kurang atau
tidak sesuai dengan peruntukannya
melanda DAS, yang berakibat kerusakan
terhadap
komponen-komponen
penyusun DAS. Respon dari kerusakan
DAS tersebut adalah semakin sensitifnya
lingkungan terhadap komponen yang ada
dalam sistem lingkungan. Ketika turun
hujan akan mudah banjir, sebaliknya
terjadi kekeringan ketika kemarau.
Kerusakan lingkungan juga dapat terjadi
sebagai akibat pola perkembangan
permukiman yang melebihi daya dukung
lingkungan seperti tingkat kepadatan,
ukuran dan bentuk permukiman.
Agenda
permukiman
yang
dicanangkan secara global adalah
perumahan yang layak dan permukiman
yang berkelanjutan. Agenda tersebut,
sepenuhnya belum diimplementasikan
oleh
para
stakeholder
sehingga
pembangunan permukiman memiliki
kecenderungan
berdampak
negatif
terhadap lingkungan. Oleh sebab itu
perlu dibangun kesepahaman antara
masyarakat selaku pengguna dan
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007
penghuni
permukiman
dan
para
stakeholder, khususnya para developer
sebagai penyedia permukiman.
Pembangunan
permukiman
seharusnya tidak hanya berorientasi pada
aspek ekonomi, tetapi juga ekologi,
sosial, dan budaya. Dengan demikian
akan
terbentuk
suatu
kawasan
permukiman yang memiliki karakter:
(1)layak dari segi kesehatan; (2)
hubungan
sosial
penghuni
yang
harmonis; (3) dan serasi dengan alam.
Sehubungan dengan itu, permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai
berikut:
(1)
bagaimana
karakteristik bangunan rumah di
permukiman di bagian hulu, tengah, dan
hilir DAS Cianjur ?; dan (2) bagaimana
karakteristik
bentuk
permukiman
(ukuran, tipe kepadatan bangunan, dan
tipe) diwilayah DAS Cianjur ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a.
b.
Menganalisis karakteristik bangunan
rumah di wilayah perdesaan dan
perkotaan dalam wilayah DAS
Cianjur
Menganalisis karakteristik bentuk
permukiman yang meliputi ukuran,
tipe kepadatan bangunan, dan tipe
permukiman di wilayah hulu,
tengah, hilir DAS Cianjur
1.4. Ruang Lingkup
Penelitian ini mengkaji tentang
existing condition bangunan rumah dan
permukiman di bagian hulu, tengah dan
hilir DAS Cianjur. Kajian mengenai
bangunan rumah
meliputi bentuk
konstruksi bangunan, luas lantai, elemen
ruang, luas ruang terbuka hijau, jumlah
penghuni dan bahan bangunan yang
digunakan. Permukiman dalam hal ini
215
dibagi dalam dua kategori yaitu
permukiman tertata (perumahan) dan
permukiman tidak tertata (permukiman
tradisional/kampung). Kajian mengenai
kedua kategori permukiman tersebut
meliputi pola penyebaran dan bentuk
permukiman yang terdiri dari ukuran,
tipe kepadatan bangunan dan tipe
permukiman.
Indonesia produksi BAKOSURTANAL
lembar Cianjur skala 1 : 25.000, Peta
lahan terbangun DAS Cianjur skala 1 :
25.000, dan data curah hujan.Alat-alat
yang digunakan adalah seperangkat
komputer, meja digitasi, scanner, Acr
View versi 3.3, GPS, Kamera digital,
roll meter, kuesioner dan alat tulis.
2.2. Metode Pengumpulan Data
2.
METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Juni
2006 – Januari 2007 di kawasan
permukiman di wilayah DAS Cianjur
(Gambar 1).
2.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah: Peta rupa bumi
Populasi adalah permukiman pada
kawasan DAS Cianjur. DAS Cianjur
mencakup 27 Desa dan 6 Kelurahan
yang terletak di enam wilayah
Kecamatan yaitu Pacet, Cugenang,
Cianjur, Karang Tengah, Sukaluyu, dan
Cilaku. Penentuan sampel dilakukan
dengan metoda transek. Transek
dirancang berdasarkan
konsentrasi
Lokasi Penelitian
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Wilayah DAS Cianjur
216
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007
permukiman
pada
wilayah
hulu
(Ketinggian 700- 1250 m dpl), tengah
(300-700 m dpl), dan hilir (Ketinggian
>300 m dpl) DAS Cianjur. Pemilihan
permukiman dilakukan dengan cara
stratified random sampling berdasarkan
klasifikasi permukiman tertata (komplek
perumahan) dan permukiman tidak
tertata. Jumlah sampel pada masingmasing klasifikasi permukiman sebanyak
15 rumah, sehingga jumlah total sampel
sebanyak
180 rumah dan keluarga
penghuni. Data yang dikumpulkan
berupa data kependudukan, ukuran
permukiman diukur berdasarkan jumlah
rumah dan penduduk, kepadatan
bangunan rumah diukur berdasarkan
jarak
antara
rumah-rumah,
tipe
permukiman dilihat dari susunan tata
letak
bangunan,
dan
jumlah
permukiman. Data diperoleh melalui
survai lapangan.
2.3. Analisis Data
Data secara umum dianalisis secara
deskriptif berdasarkan kriteria dari
masing-masing sub variabel pada aspek
bentuk permukiman. Kriteria untuk
aspek bentuk permukiman seperti
tercantum pada Tabel 1. Data spasial
berupa penyebaran permukiman di
wilayah perdesaan dan perkotaan
dianalisis dengan GIS menggunakan
software ArcView versi 3.3.
3. HASIL PENELITIAN
3.1. Karakteristik Bangunan Rumah
Komposisi kondisi rumah responden
di wilayah DAS Cianjur seperti
diperlihatkan dalam Tabel 2.sebagian
besar didominasi oleh rumah dengan
konstruksi permanen sebanyak 58.33%
selanjutnya rumah panggung sebanyak
35.56% dan rumah semi permanen
sebanyak 6.11%.
Luas lantai rumah di wilayah DAS
Cianjur bervariasi dari luasan < 20 m2
sampai > 150 m2. Di bagian hulu, tengah
dan hilir didominasi oleh rumah dengan
luas lantai antara 20 – 49 m2 (Tabel 3).
Rumah
dengan
luas
lantai
>
Tabel 1. Kriteria pada masing-masing subvariabel bentuk permukiman
No
1.
2.
Subvariabel dari aspek bentuk
Permukiman
Ukuran Permukiman
-Permukiman/perumahan tunggal
-Permukiman/perumahan kecil
-Permukiman/perumahan kecil-sedang
-Permukiman/perumahan sedang
-Permukiman/perumahan besar
-Permukiman/perumahan sangat besar
Kepadatan Bangunan
-Sangat jarang
-Jarang
-Padat
-Sangat padat
-padat-kompak
3.
Tipe Permukiman
-Tipe linier
-Tipe Plaza
-Tipe permukiman dengan pengaturan
area atau streetplan
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007
Kriteria
Satu rumah
2 – 20 rumah
Sampai dengan 500 penduduk
Sampai dengan 2000 penduduk
2000 – 5000 penduduk
Lebih dari 5000 penduduk
Perkarangan rumah berjauhan
Perkarangan rumah bersentuhan tetapi letak rumah
tidak bersentuhan
Jarak antar rumah kecil
Rumah kurang lebih menutupi jalan, dindingdinding rumah saling bersentuhan satu sama lain
Tidak ada ruang terbuka dalam sebuah blok
bangunan
Posisi rumah berjajar linier
Posisi rumah diatur mengelilingi sebuah ruang
bersama (inner common)
Rumah-rumah diatur dalam posisi beraturan atau
direncanakan streetplan dalam suatu wilayah.
217
Tabel 2. Jenis Konstruksi Rumah Responden
Jenis
Konstruksi
Permanen
Semi
Permanen
Panggung
Total
Hulu
%
rumah memiliki kamar mandi dan WC.
Kepemilikan kamar mandi di hulu dan
hilir berturut-turut adalah 65% dan 60%
(Gambar 2).
26
43.3
58.3
Tabel 4. Rata-rata luas per-orang penghuni
rumah di DAS Cianjur
5.0
2
3.3
6.1
1
1.7
32
60
100
60
Tengah
Hilir
n
%
n
%
n
23
38.3
56
93.
3
6
10.0
3
31
51.7
60
100
53.3
35.6
100
150 m2 hanya dijumpai di bagian tengah
DAS yaitu di lingkungan permukiman
tertata.
Tabel 3. Jumlah Rumah Menurut Luas
Lantai
Lokasi Rumah Di DAS Cianjur
Luas Lantai
Rumah (m2)
< 20
20 – 49
50 – 99
100 – 149
> 150
Jumlah
Hulu
n
2
35
20
3
60
%
3.3
58.3
33.3
5.0
100
Tengah
n
%
36
14
4
6
60
60
23.3
6.7
10.0
100
Hilir
n
%
1
1.7
50
83.3
7
11.7
2
3.3
60
100
Luas rumah rata-rata di hulu, tengah
dan hilir DAS Cianjur masing-masing
berturut-turut adalah 47.7 m2, 69.4 m2
dan 40.8 m2 (Tabel 4). Luas rata-rata
RTH di bagian hulu lebih besar (32.8
m2) jika dibandingkan luas rata-rata
RTH di bagian tengah (21.5 m2) dan hilir
(19.9 m2) DAS Cianjur. Sementara itu
jumlah penghuni rata-rata terbesar
berada di rumah-rumah yang berlokasi di
wilayah hilir .
Kondisi
rumah
dari
segi
kelengkapan elemen ruang secara umum
memiliki elemen utama seperti kamar
tidur, ruang tamu dan dapur. Namun
baik di hulu dan hilir DAS tidak semua
218
Posisi Rumah di DAS
Hulu Tengah
Hilir
Rata-rata luas
rumah (m2 )
Rata-rata jumlah
penghuni
Rata-rata luas
perjiwa
Rata-rata luas
RTH (m2 )
47.1
69.4
40.8
4.6
4.7
4.9
10.2
14.8
8.3
32.8
21.5
19.9
Jenis
bahan
bangunan
yang
digunakan di rumah-rumah di wilayah
DAS Cianjur berdasarkan elemen
konstruksi bangunan seperti dinding,
lantai, plapond dan atap (Gambar 3). Di
bagian hulu DAS sebagian besar
mengunakan bahan bangunan untuk
dinding; lantai, plapond, dan atap
berturut-turut adalah tembok (46.7%),
papan ( 28.8%), bilik (51.7%), dan
genteng (100%). Di bagian tengah DAS
untuk bahan dinding, lantai, plapond dan
atap masing-masing didominasi dengan
tembok (93.3%),
keramik (73.3%),
triplek (51.7%), dan genteng (100),
sementara itu di bagian hilir masingmasing didominasi oleh bilik(45%), bilik
(33.3%), bilik (55%), dan genteng
(100%).
3.2. Pola Permukiman
Perkembangan
permukiman
di
bagian hulu DAS Cianjur secara umum
selalu mengalami peningkatan dan
cenderung berkembang secara memusat
disepanjang jalur jalan regional dengan
membentuk kawasan- kawasan permuJurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007
T engah
Hulu
di
W
C
Hilir
120
Persentase Kepemilikan
100
80
60
40
20
/R
TH
ng
m
an
Ta
G
ud
a
at
ng
Sh
al
)
W
at
er
Ru
a
am
ar
K
clo
se
t(
M
an
ap
ur
D
an
ak
M
ng
Ru
a
K
Ru
a
ng
am
ar
Ta
m
u
Ti
du
r
0
Elemen Rumah
Gambar 2. Persentase Kepemilikan Elemen Ruang dalam Rumah di DAS Cianjur
100
90
Persentase (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Hulu
Tengah
Hilir
Jenis Bahan Bangunan
Dinding Tembok
Dinding Tembok-bilik
Lantai Semen
Lantai Bambu dibelah
Plapond Bilik
Dinding Bilik
Dinding Papan
Lantai Papan
Plapond Enternit
Plapond bambu
Dinding Papan-bilik
Lantai Keramik
Lantai Bilik
Plapond Triplek
Atap Genteng
Gambar 3. Persentase Bahan Bangunan yang Digunakan pada Rumah di DAS Cianjur
kiman perdesaan (Gambar 4). Sedangkan
permukiman dibagian tengah dan hilir
berkembang mengikuti pola jalan yang
ada yang membentuk kawasan perkotaan
(Gambar 5).
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007
3.3. Bentuk Permukiman
3.3.1. Ukuran Permukiman
Tabel 5. menunjukkan bahwa ukuran
permukiman yang berada di wilayah
219
Gambar 4. Pola Penyebaran Permukiman Perdesaan dan Perkotaan
Gambar 5. Pola Penyebaran Permukiman Perkotaan
DAS Cianjur sebagian besar (58.34%)
tergolong kedalam permukiman sedang
dengan jumlah penduduk antara 500
sampai dengan 2000 jiwa. Selebihnya
41.66% tergolong dalam permukiman
kecil-sedang dengan jumlah penduduk
220
kurang dari 500 jiwa dan jumlah rumah
lebih dari 20 unit (Van der zee, 1986).
3.3.2. Kepadatan Bangunan
Tipe kepadatan bangunan dari 12
permukiman sebagai sampel diperoleh
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007
bahwa sebagian besar (50%) termasuk
kategori kepadatan bangunan yang
padat. Hal ini berarti bahwa antara
bangunan rumah yang satu dengan
lainnya memiliki jarak yang kecil yaitu
berkisar antara 0.5 – 1 m. Selanjutnya
berturut-turut sebanyak 33.4% dan
16.6% termasuk kategori tipe kepadatan
permukiman yang jarang dan sangat
padat (Tabel 6).
Tabel 5. Ukuran permukiman
922
928
865
465
260
1210
1105
216
142
312
826
600
190
152
245
102
50
464
368
49
32
74
198
188
Total
S
S
S
KS
KS
S
S
KS
KS
KS
S
S
S
KS
25
8.3
16.7
16.7
16.7
16.7
58.4
41.7
Keterangan: S=Sedang; KS=Kecil-Sedang; Hu-1=
Sarongge girang,Hu-2=Cibeureum,Hu-3=Galudra tengah,Hu4= Burangkeng;Te-1=Buniwangi,Te-2=Sayang,Te-3=
Maleber, Te-4=Golebag dua;Hi-1=Pasir peucang,Hi2=Pasinggoong, Hi-3=Kamiran,Hi-4=Cibakung
Tabel 6. Tipe Kepadatan Bangunan
(%)
Posisi
DAS
Kampung
Tipe
kepadatan
P
Bangunan
SP
P
P
J
SP
J
P
J
J
P
P
SR
R
Tengah
Hulu
Hu-1
Hu-2
8.3
25
Hu-3
Hu-4
Te-1
Te-2
8.3
8.3
Te-3
Te-4
Hi-1
Hi-2
16.7
Hi-3
Hi-4
Total
16.6
50
Keterangan: P=Padat,SP=Sangat Padat, J=Jarang
Hilir
Tipe permukiman di wilayah DAS
Cianjur bagian hulu didominasi oleh
permukiman dengan tipe linier -1 yaitu
sebesar 75%. Di bagian tengah DAS
terdiri dua tipe permukiman yaitu tipe
streetplan sebesar 50% dan linier-2
sebesar 50% (Gambar 6).
4.
PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Bangunan Rumah
%
Ukuran
Permukiman
Jumlah
Penduduk
Hu-1
Hu-2
Hu-3
Hu-4
Te-1
Te-2
Te-3
Te-4
Hi-1
Hi-2
Hi-3
Hi-4
Jumlah
Rumah
Kampung
Hilir
Tengah
Hulu
Lokasi
DAS
Kriteria
Ukuran
Permukiman
3.3.3. Tipe Permukiman
J
16.7
16.7
33.4
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007
Komposisi kondisi rumah responden
di wilayah DAS Cianjur seperti
diperlihatkan sebagian besar didominasi
oleh rumah dengan konstruksi permanen
sebanyak 58.33% selanjutnya rumah
panggung sebanyak 35.56% dan rumah
semi permanen sebanyak 6.11%,
Sementara itu persentase komposisi
rumah menurut jenis konstruksi di
Kabupaten Cianjur berturut-turut sebagai
berikut : rumah permanen 66.32%
(397.103 unit); semi permanen 25,41%
(152.117 unit); dan rumah panggung
8,27%
(49.500
unit)
(Bappeda
Kabupaten Cianjur, 2006). Rumah
dengan jenis konstruksi panggung
banyak ditemui di bagian hulu dan hilir
DAS. Hal ini disebabkan ketersediaan
bahan bangunan (bambu dan kayu) yang
cukup banyak, biaya konstruksi minimal
dan kenyamanan huni. Rumah panggung
dengan rangka konstruksi dari bambu
dan kayu, dan dinding bilik tidak hanya
menjadi konstruksi minimal tetapi juga
menjadi bangunan biologis yang murni
(Frick,1996).
Konstruksi
rumah
baik
itu
permanen, semi permanen maupun
panggung memiliki luas rumah rata-rata
di bagian hulu sebesar 47.7 m2, tengah
69.4 m2 dan hilir 40.8 m2. Jika dilihat
tingkat kebutuhan ruang minimum per-
221
Hulu
Tengah
Hilir
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Linier-1
Linier-2
Streetplan
Tipe permukiman
Gambar 6. Persentase Tipe Permukiman di Wilayah DAS Cianjur
orang sesuai dengan standar ukuran
kebutuhan ruang minimum yang
dikeluarkan oleh Menteri Kimpraswil
tahun 2002, maka ukuran kebutuhan
ruang minimum untuk rumah yang
berada di wilayah hilir (luas rata-rata
40.8 m2) dengan rata-rata jumlah
penghuni sebesar 4.7 jiwa dapat
dikategorikan tidak memenuhi standar
minimum ukuran kebutuhan ruang perorang sebesar 9 m2. Hal ini akan
berdampak pada tingkat kenyamanan
huni, yang pada akhirnya dalam jangka
waktu
yang relatif lama akan
mempengaruhi
tingkat
kesehatan
penghuni.
Tingkat kesehatan penghuni juga
dipengaruhi oleh ketersediaan dan tata letak
elemen ruang dalam satu rumah (Sukamto,
2004). Kondisi rumah di wilayah DAS
Cianjur secara umum memiliki elemen
utama seperti kamar tidur, ruang tamu
dan dapur. Namun baik di hulu dan hilir
DAS tidak semua rumah memiliki kamar
mandi dan WC. Kepemilikan kamar
mandi di hulu dan hilir berturut-turut
222
adalah
65% dan 60%. Besarnya
persentase rumah yang tidak memiliki
fasilitas kamar mandi dan WC, hal ini
terjadi disebabkan: (1) keterbatasan luas
lahan
yang
dimiliki
sehingga
pengadaannya berbenturan kebutuhan
ruang lainnya yang dianggap oleh
sebagian besar responden lebih penting,
dan (2) aksesibilitas ke MCK umum
lebih mudah. Disamping itu
untuk
mendapatkan fasilitas kamar mandi dan
WC sebagian kecil menumpang ke
tetangga atau rumah keluarganya.
Kepemilikan ruang terbuka hijau
berupa pekarangan rumah, secara umum
dimasing-masing sub DAS hampir
merata yaitu di bagian hulu 50%, tengah
58.3% dan hilir 66.7%. Besarnya
persentase kepemilikan pekarangan
menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat di wilayah DAS Cianjur
memiliki tingkat kepentingan terhadap
fungsi dan manfaat pekarangan rumah.
Fungsi pekarangan bagi masyarakat
antara lain adalah : sebagai tempat
sosialisasi antar tetangga, arena bermain
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007
anak, dan tempat menjemur hasil
pertanian dan pakaian. Luas rata-rata
pekarangan di bagian hulu lebih besar
(32.8 m2) jika dibandingkan luas ratarata pekarangan di bagian tengah (21.5
m2) dan hilir (19.9 m2) DAS Cianjur.
Kecilnya luasan pekarangan di bagian
hilir disebabkan: (1) lahan untuk rumah
rata-rata diperoleh dari warisan orang
tua, sehingga luas areal lahan yang
dibagikan
terbatas
hanya
untuk
bangunan rumah, dan (2) jumlah anggota
keluarga yang cukup besar yaitu rata-rata
4.9 jiwa/rumah, sehingga diperlukan
penambahan ruang.
Jenis
bahan
bangunan
yang
digunakan di rumah-rumah di wilayah
DAS Cianjur berdasarkan elemen
konstruksi bangunan seperti dinding,
lantai, plapond dan atap. Bahan dasar
untuk dinding tembok menggunakan
batako press yang terbuat dari campuran
pasir dan semen. Sementara itu untuk
dinding, lantai dan plapond dengan
bahan dasar dari papan dan bilik
diperoleh dari bahan bangunan lokal.
Penggunaan bahan bangunan lokal seperti
bambu, bilik dan papan menguntungkan dari
segi kalkulasi energi (Frick,1996), karena
meminimalkan jarak transportasi dan
ketergantungan atas teknologi tinggi
sehingga
menjadi
potensi
bagi
pengembangan ecohousing (Mc Camant
dan Durret ,2001).
4.2. Pola Permukiman
Pola penyebaran pembangunan
permukiman tertata dan permukiman
tidak tertata di wilayah desa dan kota
pembentukkannya berakar dari pola
campuran antara ciri perkotaan dan
perdesaan. Posisinya menyebar mulai
dari ketinggian 275 m dpl (di Kota
Cianjur mencapai 634 Ha) sampai pada
ketinggian 1250 m dpl (di Kecamatan
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007
Pacet mencapai 8 Ha). Kawasan
permukiman perkotaan di wilayah DAS
Cianjur sebagian besar berada di wilayah
bagian tengah DAS Cianjur. Kawasan
permukiman
perkotaan
merupakan
Kecamatan-kecamatan yang pada saat
ini merupakan konsentrasi kegiatan
penduduk dengan indikasi jumlah
penduduk
yang
besar
(Bappeda
Kabupaten Cianjur, 2005) seperti
Kecamatan Pacet (Sub DAS hulu),
Cianjur, dan Karang Tengah (Sub DAS
tengah).
Pola permukiman tertata wilayah
DAS Cianjur memiliki keteraturan
bentuk secara fisik. Artinya sebagian
besar rumah menghadap secara teratur
ke arah kerangka jalan yang ada dan
sebagian besar terdiri dari bangunan
permanen, berdinding tembok dan
dilengkapi dengan penerangan listrik.
Kerangka jalannyapun
ditata secara
bertingkat mulai dari jalan raya,
penghubung hingga jalan lingkungan
atau lokal (Koestoer ,1995). Pola
permukiman tidak tertata di wilayah
DAS Cianjur cenderung berkelompok
membentuk
perkampungan
yang
letaknya tidak jauh dari sumber air
seperti sungai dan jalan.
4.3. Bentuk Permukiman
4.3.1. Ukuran Permukiman
Ukuran permukiman yang berada di
wilayah DAS Cianjur sebagian besar
(58.34%)
tergolong
kedalam
permukiman sedang dengan jumlah
penduduk antara 500 sampai dengan
2000 jiwa. Selebihnya 41.66% tergolong
dalam permukiman kecil-sedang dengan
jumlah penduduk kurang dari 500 jiwa
dan jumlah rumah lebih dari 20 unit
(Van
der
zee,
1986).
Ukuran
permukiman dibagian hulu didominasi
223
oleh permukiman sedang dengan jumlah
rumah rata-rata 196 unit, sedangkan
dibagian tengah dan hilir komposisi
ukuran permukiman kecil-sedang dan
sedang berimbang dengan jumlah rumah
rata-rata untuk permukiman kecil-sedang
49 unit di bagian tengah dan 53 unit di
bagian hilir, sementara permukiman
sedang dibagian tengah dan hilir masingmasing dengan jumlah rumah rata-rata
sebanyak 416 unit dan 193 unit.Hal
tersebut disebabkan pada bagian hulu
DAS Cianjur memiliki: (1) potensi
wisata, sehingga akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat yang berada
di bagian tengah dan hilir untuk pindah
atau bahkan warga yang berasal dari luar
kawasan DAS, dengan demikian
kecenderungan
akan
mengalami
peningkatan jumlah penduduk, (2)
kondisi iklim (suhu) yang memberikan
tingkat kenyamanan yang lebih, (3)
kemudahan memperoleh air bersih dan
(4) fasilitas infrastruktur berupa jalan
yang menghubungkan antar kampung,
desa, kecamatan hingga ke ibukota
kabupaten. hal ini terbukti dengan
jumlah
penduduk
rata-rata
yang
mendiami
permukiman
setingkat
kampung yang berada di wilayah hulu
DAS Cianjur (795 jiwa) lebih besar
dibandingkan dengan jumlah penduduk
rata-rata yang di wilayah tengah (741
jiwa) maupun hilir (470 jiwa).
4.3.2. Tipe Kepadatan Bangunan
Tipe kepadatan bangunan dalam
suatu permukiman sangat ditentukan
oleh banyaknya rumah, jarak antar
rumah dan jumlah penduduk. Kepadatan
bangunan ini akan berdampak pada
minimnya ketersediaan fasilitas umum
dan fasilitas sosial dalam suatu kawasan
permukiman. Tipe kepadatan bangunan
dalam hal ini diukur berdasarkan tingkat
224
kepadatan bangunan dalam satu wilayah
perkampungan. Kepadatan bangunan di
DAS Cainjur bagian hulu didominasi
oleh permukiman dengan tipe kepadatan
bangunan yang padat. Hal ini disebabkan
karena kepemilikan
lahan
untuk
bangunan rumah diperoleh secara turunterumun (warisan) pada satu lokasi lahan
dengan
luasan
terbatas,
yang
mengakibatkan lahan warisan seluruhnya
digunakan untuk membangun rumah.
Dengan demikian jarak antar bangunan
rumah sangat kecil atau bahkan jarak
atap hanya 0.5 m. Sementara di bagian
tengah didominasi oleh tipe kepadatan
bangunan jarang, dan di bagian hilir
DAS terdapat dua tipe kepadatan
bangunan yaitu jarang dan padat.
4.3.3. Tipe Permukiman
Permukiman di wilayah DAS
Cianjur secara umum memiliki dua tipe
yaitu tipe linier dan streetplan.
Selanjutnya agar lebih spesifik tipe
permukiman linier dibagi dalam dua
kategori yaitu linier-1 dan linier-2.
Permukiman dengan tipe linier-1
dimaksudkan dalam hal ini adalah
permukiman yang memiliki beberapa
kelompok rumah dengan posisi rumah
berjajar linier sepanjang jalan setapak
dengan lebar 0.5 – 1 m dan jalan desa
dengan lebar 3 – 4 m. Permukiman
dengan tipe linier-2 adalah permukiman
yang memiliki beberapa kelompok
rumah dengan posisi rumah berjajar
linier sepanjang jalan lingkungan atau
gang dengan lebar 1 m dan jalan desa
dengan lebar 5 m. Streetplan merupakan
tipe permukiman dengan posisi rumah
teratur dan terencana dari awal
keberadaannya.
Tipe permukiman diwilayah DAS
bagian hulu didominasi oleh permu-
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007
kiman dengan tipe linier -1 (75%). Tipe
permukiman linier-1 ini dengan posisi
rumah sejajar dengan jalan setapak
sebagian besar tidak memiliki batas
kepemilikan
yang
jelas,
karena
kecenderungan
pekarangan
rumah
menyatu secara komposit dengan jalan
atau bahkan fungsi pekarangan sebagai
sarana mobilitas warga disekitar
kampung. Di bagian tengah DAS terdiri
dua tipe permukiman yaitu tipe
streetplan (50%) dan linier-2 (50%).
Permukiman di bagian hilir DAS
seluruhnya (100%) memiliki tipe
permukiman linier-1. Antar unit
permukiman (Kampung) dihubungkan
dengan jalan desa, sedangkan dalam
kampung itu sendiri mobilitas penghuni
hanya melalui jalan selebar 0.5 sampai
1 m yang dibangun dengan swadaya.
5.
KESIMPULAN
MENDASI
DAN
REKO-
5.1. Kesimpulan
1. Karakteristik bangunan rumah di
wilayah DAS Cianjur sebagian
besar
memiliki
konstruksi
permanen, dengan luas rata-rata
52.4 m2 dan memiliki ruang terbuka
hijau dengan luas rata-rata 24.3 m2.
2. Permukiman dibagian hulu DAS
Cianjur sebagian besar memiliki
bentuk karakter sebagai berikut:
permukiman
ukuran
sedang,
kepadatan bangunan padat dan
termasuk tipe linier-1. Di bagian
tengah
memiliki
karakter:
permukiman ukuran kecil-sedang
dan sedang, kepadatan bangunan
jarang dengan tipe streetplan dan
linier-2. Dibagian hilir memiliki
karakter: permukiman ukuran kecilsedang dan sedang, kepadatan
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No. 3, Agustus 2007
bangunan jarang dan padat dengan
tipe linier-1.
5.2. Rekomendasi
Dalam upaya mewujudkan kawasan
permukiman yang berkelanjutan dan
terpadu dalam satu hamparan DAS perlu
disusun suatu kebijakan penataan
permukiman berbasis DAS dengan
memperhatikan aspek ekologi, ekonomi
dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.S. (1998), “Effects of
Urbanization on the Vegetation
Structure of the Home Gardens in
West Java, Indonesia,” Japan
J.Trop.Agric. 42(2): 94-102.
Bappeda Kabupaten Cianjur (2005),
RTRW Kabupaten Cianjur tahun
2005-2015, Bappeda,Cianjur
Bappeda Kabupaten Cianjur (2006),
Monografi Kabupaten Cianjur,
Bappeda,Cianjur
Basnyat, P., L.D. Tecter, B.G.
Lockaby, and K.M. Flynn (2000),
“The use of remote Sensing and GIS
in Watershed level Analyses of nonpoint Source Pollution Problems,”
Jurnal
Forest
Ecology
and
Management 128: 65-73.
Basso, F., Bove, E., Dumontet, S.,
Ferrara,
A.,
Pisante,
M.,
Quaranta,G.,
and
Taberner
(2000), “Evaluating environmental
sensitivity at the basin scale through
the use of geographic information
system and remotely sensed data: an
example covering the Agri basin
(Southern Italy),” Jurnal Catena 40:
19-35.
Frick, Heinz (1996), Arsitektur dan
Lingkungan, Kanisius, Yogyakarta
225
Haeruman, H. (2002), Pengelolaan
Ekosistem Kawasan Pegunungan
Sebagai suatu Bioregion yang
penting, Makalah pada Workshop
Pengembangan Konsep Bioregion
sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan
Secara Berkelanjutan CaringinBogor,4-5 Nopember 2002.
Koestoer, R.H. (1995), Perspektif
Lingkungan Desa Kota: Teori dan
Kasus, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Mc Camant dan Durret (2001),
Principles of Cohousing. East Bay
Express,
http://www.eastbayexpress.com/issu
e/feature.html.[15 Agustus 2005].
Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah (2002), Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Sederhana
Sehat
(Rs
SEHAT),
Kantor
Kimpraswil, Jakarta.
Sabar, A. (2001), Kajian Pengaruh Alih
Fungsi Lahan Terhadap Debit
Aliran di DAS Ciliwung-Kawasan
Bopunjur dengan Pendekatan indeks
Konservasi,
226
http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbp
titbpp-gdl-grey-2001-arwin-1252das. [12 Nopember 2005].
Sukri (2004), Aplikasi Sistem Informasi
Geografi (SIG) dalam Mempelajari
Pola Sebaran Permukiman, Studi
Kasus di DAS Cianjur Kabupaten
Cianjur
Jawa
Barat,
Tesis
Pascasarjana IPB, Bogor.
Sukamto (2004), Rumah dan
Lingkungan Sehat : Pegangan untuk
kader dan pendamping masyarakat,
Yayasan Griya Mandiri,
Yogyakarta.
Syartinilia, dan Hadi Susilo Arifin
(2003), Characteristic of Settlements
in the middle stream of Ciliwung
Watershed, Bogor Country-West
Java-Indonesia,
Jurnal
Ilmiah
Pertanian Gokuryoku Vol IX(1):18.
Van der Zee (1986), Human Settlement
Analysis, International Institute for
Aerospace Survey and Earth
Science
(ITC),
Enshede
Netherlands.
Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 17, No.3, Agustus 2007
Download