Seminar Nasional Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis 6 Agustus 2008, Gedung Prof Soedarto, SH Kampus UNDIP Tembalang Semarang Perubahan Lingkungan Permukiman Pasca Tsunami dan Implikasi Kebijakan untuk Penataan Kota dan Permukiman Syahyudesrina, Wiwik D Pratiwi, Samsirina, dan Kiki Z Solihah Abstrak— Tulisan ini adalah hasil awal dari analisis penelitian transformasi permukiman pasca tsunami di Pangandaran 2008. Penelitiannya dilaksanakan untuk mengetahui faktor-faktor pendorong terjadinya perubahan fisik pada permukiman pasca tsunami, serta isu pendorong dan permasalahan perubahan tersebut. Pembahasannya akan menjadi dasar penyimpulan penelitian yang memberi masukan untuk kebijakan perencanaan permukiman pasca tsunami yang lebih tanggap terhadap lingkungan dan iklim tropis. Perancangan kota dan kawasan di masa datang akan banyak dihadapkan pada masalah pengurangan resiko bencana seperti ini. Analisis awal data empiris yang dilakukan menunjukkan bahwa dampak perubahan akibat tsunami di suatu permukiman akan terkait dengan perubahan kualitas lingkungan, pengendalian perkembangan lingkungan dan pemeliharaan lingkungan permukiman. Meskipun perubahan berjalan relatif lambat, tetapi potensi untuk berubah ke arah yang negatif selalu ada. Untuk itu dalam pelaksanaannya dibutuhkan kajian kebijakan penataan kawasan dan kota di tingkat lokal, untuk lingkungan permukiman pasca tsunami. Implikasi kebijakan yang diusulkan pada tulisan ini merupakan hasil dari penelitian empiris sebelumnya di lokasi-lokasi yang terkena tsunami, seperti Aceh dan Pangandaran. Kajiannya menunjukkan bahwa lokasi permukiman pasca tsunami dapat dikategorikan menjadi tiga karakteristik menurut tingkat kerusakannya low damage, medium damage dan high Syahyudesrina, Asisten Peneliti, Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, Telp. 022-2504962, Fax 2530705, email: [email protected]. Wiwik D Pratiwi, Staf Pengajar, Program Studi Arsitektur Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, Telp. 022-2504962, Fax 2530705, email : [email protected]. Samsirina, Asisten Peneliti Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Institut Teknologi Bandung 40132,, Jl. Ganesha No. 10 Bandung, Telp. 022-2504962, Fax 2530705, email: [email protected]. Kiki Z Solihah, Mahasiswa Magister Arsitektur Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, Telp. 022-2504962, Fax 2530705, [email protected]. damage. Kategori ini juga memiliki implikasi pada jenis penataan kota dan kawasan permukiman sebagai respon pada perubahan iklim global yang menjadi awal penyebab berbagai bencana yang diindikasikan oleh banyak penelitian akan makin sering muncul di masa datang. Kata Kunci : pasca bencana, perubahan permukiman, kebijakan dan program I. PENDAHULUAN Perubahan iklim global merupakan fenomena yang menyebabkan meningkatnya suhu lautan, naiknya permukaan air laut, banjir besar-besaran, dan gelombang badai besar. Kemungkinan pemanasan global akan menimbulkan kekeringan dan curah hujan yang lebih parah, yang pada gilirannya akan menimbulkan resiko bencana iklim yang lebih besar (Trenberth dan Houghton, 1996). Negara-negara tropis termasuk Indonesia yang sebagian besar sebaran wilayah penduduknya berada di daerah pesisir dan dataran rendah serta merupakan posisi yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim tersebut (berdasarkan laporan United Nations Office for the Coordination of Human Humanitarian Affairs, 2006). Informasi dan latar belakang ini menunjukkan, bahwa penataan kawasan, khususnya kota-kota di kawasan pesisir Indonesia perlu mulai mempertimbangkan mitigasi bencana karena perubahan iklim global dalam perencanaannya. Pembahasan tentang bencana biasanya diawali dengan adanya suatu fenomena yang berpotensi mengancam kehidupan, kesejahteraan dan aset manusia (Smith, 1992:63; Carter, 1991:34). Bencana yang terjadi dapat mengubah lingkungan fisik maupun sosial di daerah tersebut akibat kerusakan yang ditimbulkannya. Perubahan yang paling jelas terlihat terjadi adalah pada rusak atau hancurnya lingkungan fisik dan lingkungan alam. Setelah bencana terjadi aktivitas yang dilakukan adalah pemulihan lingkungan yang terkena dampak bencana tersebut. Aktivitas pemulihan dapat dilakukan oleh pemerintah atau lembaga terkait, inisiatif masyarakat sendiri, atau gabungan keduanya. Upaya pemulihan ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan (transformasi) lingkungan fisik dan lingkungan alam dari sebelum tsunami. Pelaku-pelaku aktivitas pemulihan yang berbeda menyebabkan bentuk transformasi yang berbeda. Selain itu tingkat kerusakan terhadap bencana yang berbeda dapat menimbulkan transformasi yang berbeda pula. D:\WDP\ARSITEKTUR\_pangandaran-pasca-tsunami\artikel-jurnal\wdp-semarang-2juni\Syahyudesrina-Makalah SemNas ArsUndip 2008.doc Page 1 of 9