BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat terhadap pertanian berubah menjadi industri karena kemajuan IPTEK sehingga lahan pertanian menjadi sempit. Jumlah penduduk yang bertambah juga membawa pengaruh bagi kondisi masyarakat itu sendiri. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan perluasan wilayah mengakibatkan banyak areal pertanian diubah menjadi daerah pemukiman. Untuk mengatasi semakin menyempitnya lahan pertanian serta kebutuhan pangan semakin meningkat maka diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu solusinya adalah dengan pemanfaaatan lahan pasir yang belum optimal sebagai lahan pertanian. Walaupun lahan pasir pantai cukup luas, tetapi pemanfaatan lahan pasir pantai masih banyak ditemukan permasalahan. Berbagai permasalahan yang dapat terjadi pada lahan pasir yaitu lahan pasir memiliki beberapa keterbatasan diantaranya kemampuan menahan airnya sangat rendah, miskin akan zat hara, daya ikat antar partikel juga rendah, intensitas cahaya matahari dan kadar garam juga sangat tinggi. Berkaitan dengan permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara memanipulasi pada lahan pasir. Cara manipulasi yang dapat dilakukan dengan pengairan yang cukup, penambahan bahan organik berupa pupuk kompos, pemberian plastik sebagai alas dasar atau penggunaan polibag sehingga di dalam lahan pasir terdapat penampungan air serta pemilihan jenis tanaman yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim. Kawasan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki lahan yang cukup luas. Lahan berpasir di bagian selatan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki panjang kira-kira 60 km dan lebar 1-1,5 km yang merupakan 13 % dari luas total wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai Pandansari yang berlokasi di Kabupaten Bantul merupakan salah satu pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki kondisi mikroklimat dan edafik yang sangat khas. Seluruh area kawasan pantai merupakan lahan berpasir dengan topografi yang tidak rata. Kawasan ini mendapatkan pemanasan langsung, suhu udara yang tinggi, kelembaban udara rendah, angin yang kencang dan membawa uap garam sehingga berakibat pada kandungan garam dalam tanah (Sri Handayani, 2005: 3). Melihat kondisi mikroklimat dan edafik kawasan pantai tersebut mengakibatkan lahan berpasir di kawasan pantai ini mempunyai beberapa kelemahan jika digunakan untuk bercocok tanam. Kelemahan itu antara lain lahan pasir memiliki kemampuan menahan air sangat kecil. Selain itu tanah pasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena kandungan garamnya yang tinggi dan kurangnya bahan organik. Berdasarkan penelitian tim Fakultas Pertanian UGM bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi DIY (2000) diketahui bahwa tanah di kawasan pantai didominasi fraksi pasir yang mencapai 95 %. Kandungan lempung, debu dan zat hara sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air sekitar 150 cm/jam. Sebaliknya kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah yaitu 1,6-3 % dari total air yang tersedia. Pemberian perlakuan mulsa, pupuk kandang dan penyerap air, hasilnya menyebutkan bahwa tanah berpasir dapat menjadi lahan pertanian sayur mayur dan produktivitasnya tidak jauh berbeda dibandingkan sawah (Budi Arwana, 2003: 33). Kacang hijau merupakan tanaman Leguminoceae peringkat ketiga setelah kacang kedelai dan kacang tanah yang dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini lebih banyak hidup di dataran rendah hingga 500 m di atas permukaan laut. Tanaman ini mempunyai potensi pasar yang cukup menjanjikan karena masih dapat dikembangkan lebih lanjut. Bentuk komoditasnya sebagai biji merupakan salah satu keuntungan yang bisa disimpan dengan mudah dan tahan lama. Permintaan kacang hijau terus meningkat dari tahun ke tahun sementara lahan untuk kacang hijau tidak begitu berkembang pesat (Andrianto dan Indarto, 2004: 98). Penambahan kompos dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dan dapat menyebabkan tanah berpasir menjadi lebih pekat. Tanah akan lebih banyak menahan air dan zat-zat yang terkandung dalam tanah tidak mudah tercuci. Selain itu juga dapat menambah kandungan bahan organik tanah yang dapat meningkatkan kesuburan tanah itu sendiri. Adanya peningkatan bahan organik tersebut akan berpengaruh terhadap khemis tanah yaitu menurunkan keasaman tanah sehingga tanah tersebut menjadi lingkungan yang baik bagi tanaman (Mul Mulyani Sutejo, 1995: 60). Bahan organik dalam tanah akan diuraikan oleh organisme tanah melalui proses mineralisasi yang akhirnya dapat meningkatkan dan menyediakan unsur hara dalam bentuk tersedia. Unsur tersebut dapat diserap langsung oleh akar tanaman dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Penambahan mulsa bermanfaat untuk menurunkan suhu media tanam, meningkatkan ketersediaan air dalam tanah dan menghalangi pertumbuhan gulma (Andry Harits Umboh, 2002: 9). Selain itu, mulsa juga berfungsi memperbaiki sifat kimia tanah, misalnya yaitu mengurangi kehilangan bahan organik akibat erosi. Ini dapat diperoleh dari hasil pelapukan mulsa organik misalnya jerami padi, alang-alang dan sisa tanaman-tanaman lain yang dapat menambah kadar bahan organik dalam tanah. B. Identifikasi Masalah Melihat banyaknya kendala yang harus dihadapi dalam bercocok tanam di lahan berpasir seperti yang telah disebutkan di atas, maka lahan berpasir ini perlu dilakukan beberapa manipulasi lingkungan. Salah satunya dengan penyiraman yang cukup karena kemampuan tanah pasir dalam menahan air sangat kecil. Di samping itu, tanah berpasir juga perlu dilakukan penambahan bahan organik lebih banyak. Prinsip dalam pengolahan lahan pasir yaitu dengan memperbaiki kemampuan lahan mengikat air dan mengikat bahan organik sehingga mampu memberikan dukungan bagi kehidupan tanaman yang akan dibudidayakan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menambahkan pupuk kompos dan mulsa jerami. Kompos Biologi Pro Alam (BioPA) merupakan bahan organik yang berasal dari daun-daun tanaman dari sekitar green house Biologi Universitas Negeri Yogyakarta yang dikomposkan dengan metode indore heap. Kompos ini berfungsi untuk membantu mengikat air dalam tanah. Mulsa merupakan penutup tanah yang diletakkan di atas permukaan tanah yang berfungsi mencegah penguapan sehingga kelembaban media tanam lebih tinggi. Mulsa organik lebih baik digunakan daripada mulsa anorganik karena penggunaan mulsa organik dapat menambah bahan organik tanah (Andry Harits Umboh, 2002: 2). Mulsa jerami menjadi alternatif yang dapat digunakan sebagai mulsa pada lahan pasir yang miskin unsur hara. Selain itu penggunaan mulsa akan menurunkan suhu dan menambah kelembaban tanah sehingga tanah pasir menjadi ideal untuk pertanian. Langkah yang perlu diperhatikan dalam bercocok tanam di lahan pasir yaitu pemilihan tanaman-tanaman yang (toleran) terhadap uap garam dan mampu bertahan pada kondisi yang ekstrim. Di kawasan pantai Pandansari Bantul banyak dijumpai tanaman orok-orok (Crotalaria juncea). Tanaman ini menghasilkan bintil pada akarnya. Kebanyakan tanaman yang berbintil akar lebih tahan terhadap lahan yang tandus. Kacang hijau termasuk tanaman yang memiliki bintil sehingga dapat bertahan hidup di daerah berpasir (Sri Handayani, 2005: 3). Selain itu kacang hijau termasuk tanaman yang mudah ditumbuhkan karena tanaman ini tidak terlalu menuntut tanah yang khusus. Kacang hijau dapat tumbuh di berbagai macam tanah yang penting tanah itu dapat menyerap dan menyimpan air dengan baik seterusnya mengalirkannya kembali dengan lancar. Selain itu tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang berumur pendek sehingga masa panennya cukup singkat (Andrianto dan Indarto, 2004: 99). Pemberian mulsa jerami dan variasi proporsi penambahan kompos BioPA yang berbeda-beda akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau. Permasalahan yang muncul karena kondisi tersebut diantaranya adalah masalah pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang hijau sendiri. Berdasarkan uraian di atas muncul beberapa permasalahan di antaranya: 1. Bagaimana pertumbuhan tanaman kacang hijau yang ditanam pada lahan berpasir dengan pemberian kompos dan mulsa jerami yang ditanam di kawasan pantai Pandansari Bantul ? 2. Bagaimana pengaruh pemberian kompos dan mulsa jerami terhadap serapan hara Na dan Mg ditanam di kawasan pantai Pandansari Bantul? 3. Bagaimana kandungan klorofil pada tanaman kacang hijau yang ditanam dilahan pasir dengan variasi pemberian kompos dan mulsa jerami sebagai media tanamnya? C. Pembatasan Masalah Mengingat kompleksnya masalah yang ada, maka dilakukan berbagai upaya-upaya untuk mengatasi yaitu dengan melakukan budidaya tanaman. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana respon fisiologis yang terjadi pada tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.), kaitannya dengan cara adaptasi fisiologis terhadap kondisi ekstrim dilahan pasir kawasan pantai dengan cara memberikan perlakuan proporsi penambahan kompos BioPA dan mulsa jerami padi. Proses fisiologis yang dikaji dibatasi pada serapan hara Na dan Mg serta klorofil daun tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.). D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang hendak diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh proporsi penambahan kompos BioPA terhadap serapan hara Na, Mg serta kandungan klorofil daun tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) yang ditanam pada lahan pasir di kawasan pantai Pandansari, Bantul? 2. Bagaimana pengaruh pemberian mulsa jerami padi terhadap serapan hara Na, Mg serta kandungan klorofil daun tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) yang ditanam pada lahan pasir di kawasan pantai Pandansari, Bantul? 3. Adakah efek interaksi antara proporsi penambahan kompos BioPA dan mulsa jerami padi terhadap serapan hara Na, Mg serta kandungan klorofil daun tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) yang ditanam pada lahan pasir di kawasan pantai Pandansari, Bantul? E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh proporsi penambahan kompos BioPA terhadap serapan hara Na, Mg serta kandungan klorofil daun tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) yang ditanam pada lahan pasir di kawasan pantai Pandansari, Bantul 2. Mengetahui pengaruh pemberian mulsa jerami padi terhadap serapan hara Na, Mg serta kandungan klorofil daun tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) yang ditanam pada lahan pasir di kawasan pantai Pandansari, Bantul 3. Mengetahui interaksi antara proporsi penambahan kompos BioPA dan mulsa jerami padi terhadap serapan hara Na, Mg serta kandungan klorofil daun tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) yang ditanam pada lahan pasir di kawasan pantai Pandansari, Bantul F. Manfaat Penelitian 1. Memberikan kontribusi terhadap ilmu fisiologi tumbuhan dengan memberikan tambahan informasi dalam khasanah pengetahuan khususnya bidang ilmu biologi sehingga mendukung perkembangan ilmu tersebut. 2. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan peneliti lain untuk pengembangan penelitian lebih lanjut pada permasalahan ini sehingga memberikan kontribusi yang lebih besar lagi. 3. Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya pada petani berkaitan dengan alternatif lahan yang berpotensi sebagai lahan pertanian dan penambahan kompos serta mulsa jerami. G. Batasan Operasional 1. Proporsi Penambahan Kompos BioPA : Kompos BioPA yang ditambahkan ke dalam pasir . Proporsi yang digunakan yaitu : kompos:pasir = 0:1, 1:1, 2:1 dan 3:1. 2. Kompos BioPA : Salah satu pupuk organik hasil pengomposan yang saat ini sedang dikembangkan di pusat pengolahan sampah FMIPA UNY yang berupa zat akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah atau seresah tanaman dari lingkungan sekitar UNY. 3. Kandungan klorofil adalah kandungan klorofil total baik klorofil a maupun klorofil b daun yang dinyatakan dalam mg/gr 4. Kandungan Na dan Mg adalah jumlah total Na dan Mg dalam jaringan daun yang dinyatakan dalam persen (%). 5. Kawasan pantai : kawasan daratan di pantai dari batas pasang tertinggi sampai daerah daratan yang normal (sangat jarang terkena gelombang dan air laut pasang).