BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsultan Secara umum yang dimaksudkan dengan konsultan profesional atau disingkat dengan konsultan menurut Shenson(1990) adalah sebagai berikut. “Konsultan profesional adalah perorangan atau perusahaan yang memiliki keahlian, kecakapan dan bakat khusus dan tersedia bagi yang memerlukan (klien), dengan imbalan sejumlah upah.Konsultan profesional memberikan nasehat dan seringkali membantu melaksanakan nasehat tersebut dengan dan untuk klien.” 2.1.1 Kualitas dan Kredibilitas Beberapa syarat minimal yang dianggap perlu dimiliki dan diperhatikan oleh konsultan dalam upaya menjaga mutu hasil-hasil pekerjaannya, antara lain menurut Soeharto (1995): 1. Pendekatan bersifat menyeluruh (comprehensive). Berarti melihat permasalah dari segala segi. Kemudian menyuguhkan alternatife pemecahannya. 2. Didasarkan atas kenyataan. Segala sesuatu diusahakan berdasarkan fakta, bukan perasaan kemudian dikaji ulang akan kebenaran dan akurasinya. 3. Adanya keterkaitan (relevansi) terhadap permasalahan. Kemampuan untuk mengenal hal-hal yang betul-betul ada hubungannya dengan masalah yang sedang dibahas dengan menjauhi penjelasan atau keterangan yang tidak relevan. 4. Kecakapan melihat kedepan. Dapat mengantisipasi dan memperkirakan akibat dan dampak dari keputusan-keputusan yang diambil. 5. Menguasai perbendaharaan bahas yang diperlukan. Kecakapan merumuskan dan mengkomunikasikan pendapatnya dengan baik. 6. Bersifat ulet. Konsultan seringkali diserahi tugas yang kompleks. Untuk itu perlu keuletan dan kepandaian menguraikan tugas tersebut dan menentukan lingkup yang mempunyai posisi kunci, kemudian mencari cara pendekatan dan metode yang tepat untuk menanganinya. 4 7. Kreatif. Dalam banyak hal tidak perlu menunggu, bahkan harus mendahului menyuguhkan ide atau gagasan yang baru dan segar, untuk menyelesaikan tugas yang diserahkan kepadanya. 8. Penguasaan teknis secara prima atas disiplin ilmu atau profesi yang ditawarkan. 2.1.2 Jasa Konsultansi dalam kegiatan Proyek Jasa Konsultansi dalam kegiatan proyek menurut Soeharto (1995) adalah sebagai berikut. 1. Menyiapkan paket kerja. Merupakan bagian atau komponen lingkup kerja proyek, seperti paket pekerjaan arsitektur, engineering, analisis tanah untuk tiang pancang dan pondasi dan lain-lain. Terdiri dari hasil perhitungan dan analisis, gambar rancangan, hasil testing dan lain-lain. 2. Survei. Salah satau jenis proyek E-MK yang selalu memerlukan survey adalah membangun jaringan radio telekomunikasi. Untuk proyek industri sering dibutuhkan survey tenga kerja, misalnya perihal penawaran dan permintaan tenaga kerja di sekitar daerah proyek yang akan dibangun. 3. Studi dan Penelitian. Studi dan penelitian tidak jarang dibutuhkan untuk mendukung bagian-bagian tertentu kegiatan proyek. Misalnya bagi lokasi proyek di daerah terpencil dan belum tersedia data yang cukup, seringkali pemilik atau kontraktor meminta jasa konsultan untuk mempelajari dan meneliti keadaan iklim, curh hujan, arah dan kecepatan angin, persediaan air dan lain-lain. 4. Bantuan Manajemen. Bantuan ini meliputi sebagian atau seluruh lingkup proyek. Salah satu kegiatan yang telah dipraktekan secara luas adalah Konsultan Manajemen Konstruksi –KMK (construction management-CM). Konsultansi menejemen untuk aspek lainnya berupa paket usulan restrukturisasiorganisasi, peningkatan efisiensi dan lain-lain. 5. Program Pelatihan. Untuk memenuhi disipakan program pendidikan dan pelatihan khusus, mencakup antara lain merekrut, menyeleksi, melatih di kelas dan di lapangan untuk calon operator dan mekanik. 6. Pengendalian Mutu. Pengendalian mutu merupakan pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan proyek. Sifat pekerjaannya memerlukan 5 prosedur yang khusus, menuntut ketelitian dan pengalaman. Perusahaan konsultan yang menyediakan jasa dalam bidang tersebut, umumnya telah melengkapi diri dengan personil yang terlatih dan peralatan yang cukup sehingga mampu melakukan tugasnya dengan efisiendan terpercaya. 7. Prakomisi, Uji Coba dan Start-up. Bidang konsultansi untuk proyek meliputi pula pekerja-pekerja inspeksi, prakomisis, uji coba dan start-up peralatan, bagian instalasi ataupun keseluruhan. Jenis pekerjaan di atas umumnya amat beragam, dan seringkali memerlukan judgment yang berbobot dalam mengambil keputusan. 8. Administrasi, Perizinan dan Hukum. Contoh untuk ini adalah pengelolaan administrasi pinjaman dana (loan administration), mempersiapkan sistem akuntansi perusahaan dengan kode akuntansi yang dipakai untuk pembebanan biaya dalam pengendalian proyek (project cost control), catatan asset (asset record) dan lain lain. Mengenai perizinan, seringkali menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan masalah izin bangunan, impor barang, pemebebasan bea masuk bagi proyek pemerintah, penggunaan tenaga asing, izin survei lokasi ke daerah-daerah terpencil, misalnya untuk mendirikan repeater proyek telekomunikasi dan lain-lain. Sedangkan untk konsultan hokum umumnya diperlukan untuk memepersiapkan rancangan kontrak ikatan pembelian (PO) untuk barang barang dengan harga yang tetinggi, dan pada waktu negoisasi dengan kontraktor utama, kontraktor ataupun konsultan. 9. Pengadaan Dana. Mengusahakan terpenuhinya jumlah dana untuk proyek bukan termasuk hal yang rutin untuk sebuah perusahaan. Sumber dana dapat berasal dari bank, pemilik proyek. Subsidipemerintah atau institusi keuangan yang lain. 10. Paket Kerja untuk Konsultan. Berbagai macam paket kerja proyek E-MK yang acapkali diserahkan kepada konsultan untuk mengerjakannya terlihat seperti di Gambar 2.1 berikut.Konsultansi butir-butir 1 sampai dengan 6 dikerjakan pada tahap sebelum implementasi fisik, sedangkan 7 sampai dengan 14 umumnya menjelang atau selama implementasi fisik berlangsung. 6 1 STUDI KELAYAKAN 8 SURVEI KELAUTAN & HIDROLOGI 2 PENDANAAN 3 ANALISIS DAMPAK 5 LINGKUNGAN 10 INSPEKSI 4 ARSITEK 11 STUDI KELAYAKAN 5 DESAIN DAN ENGINEERING 12 AKUNTANSI 6 PEMERIKSAAN TANAH (SOIL TEST) LATIHAN & PENDIDIKAN TENAGA KERJA 13 AUDIT 9 REKAYASA NILAI 7 14 MANAJEMEN PROYEK (CM) Gambar 2.1 Macam-macam paket kerja bagian lingkup proyek yang dapat diserahkan kepada konsultan Sumber :Soeharto, (1995) “Manajemen Proyek” 2.1.3 Konsultan Manajemen Konstruksi Satu bentuk jasa konsultansi yang memiliki hubungan unik dengan kegiatan proyek adalah konsultan manajemen konstruksi – KMK atau dikenal sebagai construction management-CM.dalam rangka mendapatkan kejelasan arti maupun fungsinya, maka menarik untuk diperhatikan definisi yang dikemukakan oleh Adrian serta AIA dalam buku Soeharto (1995) berikut ini. Menurut Adrian: “Manajemen Konstruksi adalah suatu proses dimana pemilik proyek membuat ikatan kerja dengan agen yang disebut manajer konstruksi, dengan tugas mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh kegiatan penyelenggaraan proyek, termasuk studi kelayakan, desain engineering, perencanaan, persiapan kontrak, konstruksi dan lain-lain kegiatan proyek, dengan tujuan meminimalkan biaya dan jadwal, serta menjaga mutu proyek.” 7 Menurut AIA (American Institute of Architects) : “… mengelola desain dan konstruksi proyek untuk mencapai program arsitektur dan konstruksi, dengan biaya yang minimal bagi pemilik dan keuntungan yang wajar bagi (organisasi) peserta yang lain. Tugas utama mengelola desain dan konstruksi di atas adalah memadukan (integrasi) sebagai kegiatan peserta melalui perencanaan, organisasi dan pengendalian. Adapun fungsinya adalah bertindak sebagai agen dari pemilik proyek…” Meskipun, masih terdapat pandangan yang berbeda, namun definisidefinisi di atas dapat dianggap sebagai kerangka yang memberikan pengertian dasar tentang arti dan fungsi manajemen konstruksi.Bertitik tolak dari definisidefinisi di atas maka arti dan fungsi CM serta dampak kehadirannya, dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut (Soeharto,1995). 1. Tidak Terbatas Konstruksi Meskipun lingkup kegiatan sering diasosiasikan dengan istilah yang dipakainya yaitu “konstruksi”, tetapi sesungguhnya mencakup spectrum yang lebih luas, yaitu keseluruhan penyelenggaraan proyek, mulai dari pelayanan prakonstruksi, yang dilanjutkan pada tahap konstruksi, sampai dengan masalah-masalah setelah konstruksi. 2. Agen Mewakili Kepentingan Pemilik Fungsi Konsultan Manajemen Konstruksi yang amat penting dan membedakan dari kontraktor atau konsultan lainnya, adalah Konsultan Manajemen Konstruksi bertindak sebagai agen yang dalam kegiatannya harus selalu “memperjuangkan” kepentingan pemilik. 3. KMP Tidak Mengerjakan Paket Meskipun lingkup kerja Konsultan Manajemen Konstruksi meliputi berbagai aspek kegiatan terentang mulai dari prakonstruksi smapai penutupan proyek, tetapi pada dasarnya Konsultan Manajemen Konstruksi tidak mengerjakan sendiri paket kerja yang merupakan komponen lingkup proyek, seperti arsitektur, engineering, maupun konstruksi. Pekerjaan – pekerjaan tersebut berikut integritas dan keandalan hasil-hasilnya, tetap merupakan tugas dan tanggung jawab dari para konsultan professional dan kontraktor yang 8 bersangkutan.Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest) antara Konsultan Manajemen Konstruksi dengan pemilik. 4. Bermanfaat Bagi Peserta Lain Bila dilihat dari fungsi Konsultan Manajemen Konstruksi, yaitu mengkoordinasikan pekerjaan peserta proyek dan meningkatkan kualitas pekerjaan-pekerjaan yang erat kaitannya dengan mereka, maka mudah dimengerti bila keberhasilan pelaksanaan tugas Konsultan Manajemen Konstruksi tergantung sekali atas kerjasama yang diperoleh dari pesertapeserta tersebut. Juga bila diingat bahwa sebagaian dari lingkup kerja Konsultan Manajemen Konstruksi, dulu atau bahkan sampai “lahan” dari konsultan lain, maka pendekatannya harus hati-hati, dengan menunjukkan bahwa dengan kehadiran Konsultan Manajemen Konstruksi, berbagai manfaat akan diperoleh, selain untuk pemilik juga untuk peserta lainnya seperti Arsitek, Konsultan Engineering dan lain-lain, Kontraktor Utama dan atau Kontraktor. 2.2 Peranan Berikut akan dijelaskan pengertian peranan. 2.2.1 Pengertian Peranan Secara Umum Pengertian peranan menurut Soekanto, (2002;243) adalah sebagai berikut. “Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan (status).Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan”. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994:768) dalam buku “Ensiklopedia Manajemen” mengungkapkan sebagai berikut. 1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen. 2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status 3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok ata pranata. 4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya, 5. Fungsi setiap variable dalam hubungan sebab akibat. 9 Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan adalah suatu penilaian tentang sejauh mana fungsi dari seseorang dalam menunjang kegiatan usaha dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan. 2.2.2 Peranan Konsultan Manajemen Konstruksi Peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi : (http://karniadewi.wordpress.com/2013/03/11/manajemen-konstruksi/) 1. Agency Construction Manajement (ACM) Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator penghubung (interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan. 2. Extended Service Construction Manajemen (ESCM) Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi konflik-kepentingan karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada tipe yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/ Kontraktor 3. Owner Construction Management (OCM) Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan 4. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM) Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik.Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor). 10 2.3 Proyek Berikut akan dijelaskan pengertian proyek. 2.3.1 Pengertian Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah ditentukan dengan jelas.Tugas tersebut dapat berupa membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan penelitian dan pengembangan. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa ciri-ciri proyek adalah : 1. memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir, 2. jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan di atas telah ditentukan, 3. bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas, 4. nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. Di dalam mencapai tujuan telah ditentukan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi.Menurut Dispohusodo (1996), ketiga batasan di atas disebut tiga kendala (triple constraint). 2.3.2 Jenis – Jenis Proyek Menurut Kirkham (2003) dalam jurnal Jaya, (2013) yang mengacu pada proses konstruksi, proyek konstruksi yang dikategorikan menjadi dua jenis yaitu 1. Konstruksi Bangunan dan 2. Bangunan Sipil. Sedangkan menurut Hendrickson dan Au (1989) memperkenalkan empat jenis utama dari proyek-proyek konstruksi yang didasarkan pada kepentingan klien dan kekuasaan, diperoleh jenis bangunan tertentu berdasarkan fasilitas: 1. Pembangunan perumahan, 2. Kelembagaan dan komersial bangunan, 3. Infrastruktur dan konstruksi berat, dan 4. Industri konstruksi yang khusus. Ostwald (2001) konstruksi proyek memiliki empat jenis proses yang berbeda: 1.rumah tinggal, 2. gedung komersial, 3. rekayasa berat dan infrastruktur, dan 4. bangunan industri. Selanjutnya, Gould (2005); Sears et al (2008); dan Gould dan Joyce (2009) diklasifikasikan konstruksi proyek ke dalam 11 empat jenis proyek yang senada dengan apa diperkenalkan oleh Hendrickson dan Au (1989), dan Swiss (2001), seperti: 1. proyek-proyek perumahan, 2. membangun proyek-proyek konstruksi, 3. proyek konstruksi berat, dan proyekproyek industri. Jenis empat proyek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Bangunan Perumahan (Residential Building) Bangunan rumah tinggal yang dipengaruhi oleh peran pemerintah tentang pajak , kebijakan fiskal , dan hukum , dan yang dikembangkan untuk tempat tinggal dari tiap-tiap orang atau keluarga; misalnya , individu di rumah , multifamily tempat tinggal , kondominium , apartemen sederhana dan kecil , dan lain sebagainya. 2. Bangunan Komersial(Commercial Building) Bangunan komersial adalah bangunan yang cenderung bersifat teknis yang kompleks, dimana diperlukan control yang lebih terhadap keuangan untuk mengatur praktek manajemen dalam perencanaan pembangunan konstruksi dan operasi. Bentuk bangunan komersial misalnya, bangunan pemerintah, kantor, stadion olahraga, hotel, resort, apartemen dan kompleks besar, rumah sakit, universitas, sekolah, gereja, mall perbelanjaan, toko eceran, bioskop, dan gudang, dan lain-lain.. 3. Bangunan Infrastruktur (Infrastructure and Heavy Engineering) Infrastruktur dan rekayasa berat biasanya melayani kebutuhan masyarakat, cenderung lama selama konstruksi, dan sebagian besar dipublikasikan dan didanai oleh pemerintah, seperti bandara, jalan raya, jembatan, bendungan, sistem pengendalian banjir, pembangkit listrik hidro, kanal, terowongan, sistem irigasi, air badai koleksi, pengolahan air dan distribusi, dan sistem angkutan cepat perkotaan, dan lain-lain. 4. Bangunan Industri (Industrial Building) Bangunan industri dibangun untuk mempertahankan produksi industri rumah kegiatan yang didanai swasta dan atau pribadi, misalnya pabrik, kilang minyak, tanaman nuklir, tanaman fossil-fuel, tanaman synthetic-fuel, tanaman oxygen-fuel, tugas berat, dan produksi tanaman dan lain-lain. 12 2.3.3 Aspek Biaya Anggaran proyek/biaya harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan untuk total proyek tapi dipecah bagi komponen-komponen atau per periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagianbagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode (Soeharto,1995:297).Berikut beberapa pengertian menurut narasumber. 1. Menurut Mulyadi (2008): Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. 2. Menurut Supriyono (1999): Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan. 3. Menurut Miller (2000): Biaya dalam ekonomi adalah Opportunity Cost, sebagai salah satu nilai suatu sumber dalam penggunaan. 4. Menurut Mulyadi (2008): Manajemen biaya/ akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu nilai yang diukur dalam bentuk uang dan berfungsi untuk tujuan tertentu.Dengan demikian dapat dijelaskan peranan konsultan manajemen konstruksi pada aspek biaya yang harus dipenuhi adalah merencanakan dan menyusunestimasi biaya (Cost Estimating), pengendalian biaya/pengawasan biaya (Cost Controlling) dan pengendalian perubahan terhadap budget proyek. 13 2.3.4 Aspek Mutu Dalam arti yang luas mutu atau kualitas bersifat subyektif. Suatu barang yang amat bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu, dunia usaha dan idustri mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh kalangan yang berkepentingan (Soeharto, 1995:297).Berikut beberapa pengertian menurut narasumber. 1. Menurut ISO 8402 (1956): Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers). 2. Menurut Soeharto(1995): Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipesyaratkan. 3. Menurut Whidya (2004): Mutu secara umum dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan satu atau lebih karakteristik yang diharapkan terdapat dalam barang atau jasa tertentu. 4. Menurut Nasution (2001): Manajemen mutu adalah perpaduan semua fungsi ke dalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan. 5. Menurut Gaspersz (2005): Manajemen mutu terpadu merupakan pendekatan Manajemen sistimatik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan dan pasar melalui kombinasi menciptkan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas manajemen adalah merupakan antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas dan kinerja lain dari organisasi. Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mutu merupakan suatu sifat/ hasil dari sesuatu produk yang harus memenuhi kualitas yang dipersyaratkan. Dengan demikian dapat dijelaskan peranan konsultan manajemen konstruksi pada aspek mutu yang harus dipenuhi adalah merencanakan standar dan spesifikasi pada setiap pekerjaan, pengawasan terhadap 14 setiap pekerjaan di lapangan serta pengawasan terhadap bahan/ material yang digunakan, dan membuat laporan secara detail terhadap semua pelaksanaan teknis di lapangan . 2.3.5 Aspek Waktu Waktu/Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir hasil adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan.Berikut beberapa pengertian menurut narasumber. 1. Menurut Choan-Seng Song (2008): Waktu adalah suatu ruang yang di dalamnya mereka melakukan segala usaha yang memperluasnya agar dapat memenuhinya dengan sebanyak mungkin hal. (https://carapedia.com/pengertian_definisi_waktu_info3404.html) 2. Menurut Atkinson (Tanpa Tahun): Manajemen waktu didefinisikan sebagai suatu jenis keterampilan yang berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang individu yang dilakukan secara terencana agar individu tersebut dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya. 3. Menurut Forsyth (2000): Manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga produktifitas. Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa waktu merupakan lamanya rangkaian proses tersebut terjadi. Dengan demikian dapat dijelaskan peranan konsultan manajemen konstruksi pada aspek waktu yang harus dipenuhi adalahmelakukan merencanakan penjadwalan proyek, mengendalikan dan mengatur perubahan jadwal proyek. 2.4 Pengendalian Proyek Proses Pengendalian proyek terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan berurutan. Dalam hal ini, Soeharto(1995), memberikan definisi bahwa pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, 15 membandingkan standar dengan pelaksanaan, kemudian mengadakan tindakan pembetulan yangmdiperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Proses pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menentukan sasaran. Sasaran berguna untuk menghasilkan produk dengan batasan mutu yang ditentukan, jadwal dan biaya.Sasaran merupakan tonggak dari pengendalian. 2. Definisi lingkup kerja. Untuk memperjelas sasaran maka lingkup proyek didefinisikan lebih lanjut yaitu mengenai ukuran, batas dan jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan lingkup proyek secara keseluruhan. 3. Menentukan standar dan kriteria patokan. Dalam rangka mencapai sasaran secara efektif dan efisien perlu disusun suatu standar, kriteria dan spesifikasi yang dipakai sebagai tolok ukur untuk membandingkan dan menganalisa hasil pekerjaan.Standar, kriteria dan patokan yang dipilih dan ditentukan harus bersifat kuantitatif, demikian pula dengan metode pengukuran dan perhitungan harus dapat memberikan indikasi terhadap pencapaian sasaran. 4. Memantau dan melaporkan. Pada kurun waktu tertentu diadakan pemeriksaan, pengukuran, pengumpulan data dan informasi hasil pelaksanaan kegiatan proyek. 5. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan. Langkah ini berarti mengkaji segala sesuatu yang dihasilkan pada butir 4. Disini diadakan analisis terhadap indikator yang diperoleh dan mencoba membandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan. 6. Mengadakan tindakan pembetulan. Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang cukup berarti maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan. Jadi pengendalian merupakan proses pengukuran, evaluasi dan pembetulan kinerja proyek. Untuk proyek konstruksi, ada tiga unsur yang selalu dikendalikan dan diukur yaitu kemajuan dibandingkan dengan kesepakatan kontrak, 16 pembiayaan terhadap rencana anggaran dan mutu hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknik. Sehingga proses pengendalian dasar dalam setiap kegiatan konstruksi pada umumnya terdiri dari 3 langkah pokok yaitu : a. Menetapkan standar kinerja. b. Mengukur kinerja terhadap standar. c. Membetulkan penyimpangan terhadap standard yang diberlakukan, bila terjadi penyimpangan. Pemeriksaan kegiatan untuk menghindarkan penyimpangan Perencanaan dan pengoordinasi an proyek Pelaksanaan Proyek Tindakan korektif Pengendalian - Pengukuran - Evaluasi - Pembandinga n kinerja Pencapaian jadwal Proyek berhasil Analisa penyimpangan Gambar 2.2 Langkah-Langkah Operasi Proses Pengendalian Sumber : Dipohusodo, “Manajemen Proyek Konstruksi”, 1996 2.5 Metode Analisis Data Analisis Data menurut Hasan (2006:29) adalah memperkirakan atau dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu (beberapa) kejadian terhadap suatu (beberapa) kejadian lainnya, serta memperkirakan/ meramalkan kejadian lainnya.Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel. 2.5.1 Kuisioner Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian mencatat jawaban yang berikan (Sulistyo dan Basuki, 2006:110). Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat responden, sedangkan kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan 17 menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah mudah diselesaikan, mudah dianalisis, dan mampu memberikan jangkauan jawaban. 2.5.2 Pemberian skor atau nilai Dalam pemberian skor digunakan skala Likert yang merupakan salah satu cara untuk menentukan skor. Kriteria penilaian ini digolongkan dalam empat tingkatan dengan penilaian sebagai berikut(Sudjana, 2001: 106): a. Jawaban Sangat , diberi skor 5 b. Jawaban menerapkan , diberi skor 4 c. Jawaban cukup, diberi skor 3 d. Jawaban kurang, diberi skor 2 e. Jawaban tidak, diberi skor 1 2.5.3 Statistical Package for Service Solution (SPSS) Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan komputasi program Statistical Package for Service Solution (SPSS) karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu dekriptif 18 dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007:1). 18