1. Document Pokok-Pokok Peraturan Pinjaman dan

advertisement
POKOK -POKOK PERATURAN
PINJAMANDAN HIBAH
LUAR NEGERI :
SEBAGAIPANDUANDALAM
PERENCANAAN,PELAKSANAANDANPEMANTAUAN
PROYEK-PROYEKPHLN
Disusun Oleh :
DIREKTORAT PENDANAAN LUAR NEGERI
BAPPENAS
BILATERAL
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
TIM PENYUSUN
TIM PERUMUS
Ceppie K. Sumadilaga (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)
Ria Widati (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)
Lusiana Murty (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)
Kurniawan Ariadi (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)
Indrajit Kartorejo (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)
Deti Kusmalawati (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)
M. Rifki Akbari (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral)
KELOMPOK DISKUSI
R. M. Dewo Broto J. P. (Biro Hukum)
Sarah Sadiqa (Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik)
Ratna Sri Mawarti (Direktorat Perdagangan Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional)
Tuti Riati (Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral)
Arief Christiono (Direktorat Hukum dan HAM)
Priyanto Rohmattulah (Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Pendanaan Pembangunan)
TENAGA AHLI
Hadiansyah Taufik
Firman Herzal
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
KATA PENGANTAR
Pinjaman luar negeri sampai saat ini masih merupakan salah satu sumber
pembiayaan yang cukup penting dalam struktur Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Namun, dilain pihak, kemampuan Kementerian/
Lembaga maupun pemerintah daerah di tingkat pelaksanaan pinjaman luar
negeri dalam bentuk proyek masih belum optimal. Hal tersebut tercermin
dari masih rendahnya tingkat penyerapan (disbursement) dari berbagai proyek
pinjaman luar negeri.
Belum optimalnya pelaksanaan pinjaman luar negeri tersebut apabila
ditelusuri lebih lanjut akan bermuara pada tahap persiapan yang kurang
memadai. Tahap persiapan menjadi satu tahap yang penting dan kritis
mengingat di tahap tersebut sesungguhnya formulasi suatu proyek pinjaman
luar negeri dimulai, termasuk didalamnya adalah disain dan rencana
pelaksanaan dari proyek tersebut.
Kekurang-memadaian tersebut dapat dicermati sebagai kurangnya atau
minimnya informasi yang terkait dengan ‘rules of the game’ pinjaman luar
negeri yang dituangkan dalam berbagai bentuk peraturan perundangundangan. Sampai Nopember 2006, peraturan perundang-undangan yang
pernah diterbitkan terkait dengan masalah pinjaman luar negeri sejumlah ±
42 buah, baik dalam bentuk Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah
(PP), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan Presiden (Perpres) maupun
Peraturan Menteri. Sehingga pemahaman para pelaku mulai dari tingkat
perencana sampai dengan tingkat pelaksana menjadi kurang lengkap dan
kurang komprehensif.
Kajian yang dilakukan oleh Direktorat Pendanaan Luar Negeri Bilateral ini
dilakukan sebagai upaya untuk menghasilkan suatu pedoman yang dapat
KATA PENGANTAR
i
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
atau kurang terintegrasinya informasi yang terkait dengan masalah
penyusunan proyek pinjaman/hibah luar negeri. Selain itu, pedoman ini juga
dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung pelaksanaan Country
Borrowing Strategy yang saat ini masih dalam tahap finalisasi.
Pedoman yang disusun memuat berbagai ketentuan peraturan perundangundangan baik dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, maupun Keputusan Menteri, serta
bagaimana relevansi peraturan perundang-undangan tersebut di setiap
tahapan proyek.
Penulisan kajian ini dilakukan melalui studi pustaka serta serangkaian
diskusi dengan beberapa pihak yang memiliki pengetahuan dan kompetensi
yang terkait dengan masalah pinjaman/hibah luar negeri.
Dalam pelaksanaan kajian ini, masih banyak ditemukan permasalahan yang
berada di tingkat pengaturan, sehingga pada tahap pelaksanaannya
seringkali ditemukan berbagai kesulitan untuk menerapkan peraturan
perundang-undangan secara pasti dan jelas. Terlepas dari permasalahan
tersebut, kajian yang menghasilkan pedoman ini paling tidak dapat dijadikan
sebagai
referensi
bagi
Kementerian/Lembaga
maupun
Pemerintah
Daerah/BUMN dalam menyiapkan proyek pinjaman/hibah luar negeri.
Akhirnya, Tim Perumus mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut serta dan memberikan dukungan dalam pelaksanaan
kegiatan kajian ini. Tim perumus berharap hasil kajian ini dapat memberikan
sumbangan
bagi
upaya
perbaikan
kualitas
perencanaan
proyek
pinjaman/hibah luar negeri.
Jakarta, Desember 2006
Tim Perumus
ii
KATA PENGANTAR
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................ i
Daftar Isi ....................................................................................................................iii
Daftar Gambar .........................................................................................................vii
Daftar Tabel............................................................................................................ viii
Daftar Box.................................................................................................................. ix
Daftar Singkatan.........................................................................................................x
Bab I
Pendahuluan .............................................................................................I-1
1.1
Latar Belakang.........................................................................................I-1
1.1.1 Peraturan yang berlaku mengenai Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri ......................................................................................I-2
1.1.2 Country Borrowing Strategy..............................................................I-3
Bab II
Perencanaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri................................. II-5
2.1
Arah Kebijakan...................................................................................... II-6
2.2
Penyusunan atau Perumusan Usulan Kegiatan/Proyek yang Akan
Dibiayai dengan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri................ II-8
2.2.1 Prioritas .......................................................................................... II-8
2.2.2 Pola Persyaratan .......................................................................... II-10
2.2.3 Bentuk dan Skema Pinjaman dan Hibah Luar Negeri............ II-13
2.2.4 Tata Cara Pengusulan ................................................................. II-16
2.2.4.1 Tahap Penyusunan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar
Negeri (RKPLN) .................................................................... II-17
DAFTAR ISI
iii
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4.2 Tahap Penyusunan Daftar Rencana Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri Jangka Menengah (DRPHLN-JM)..... II-18
2.2.4.2.1
Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah
Kementrian Negara/Lembaga............................... II-21
2.2.4.2.2
Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah
Pemerintah Daerah................................................. II-24
2.2.4.2.3
Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah
Badan Usaha Milik Negara ................................... II-26
2.2.4.2.4
Penilaian Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek
dan Hibah ................................................................ II-27
2.2.4.3 Tahap Penyusunan Daftar Rencana Prioritas Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN)......................... II-29
2.2.4.3.1
Pengajuan Usulan Pinjaman Program................. II-31
2.2.4.3.2
Sinkronisasi Kegiatan Dengan Program Calon
PHLN dan Penyusunan Rencana Kegiatan
Rinci.......................................................................... II-31
2.2.4.3.3
Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerusan
Pinjaman kepada Pemerintah Daerah ................. II-32
2.2.4.3.4
Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerushibahan
Kepada Pemerintah Daerah .................................. II-33
2.2.4.3.5
Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerusan
Pinjaman Kepada BUMN ..................................... II-35
2.2.4.3.6
Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerushibahan
atau Penyertaan Modal Negara kepada BUMN II-36
2.2.4.3.7
iv
DAFTAR ISI
Penilaian Kesiapan Kegiatan ................................ II-37
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4.4
Ketentuan Khusus Pengajuan Usulan Pinjaman dan/
atau Hibah Luar Negeri dalam Tahap Penyusunan
Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri (DRPPHLN) .................................................. II-39
2.2.4.4.1
Pengajuan Usulan Alokasi Fasilitas Kredit
Ekspor (FKE) dan/atau Pinjaman Komersial ...... II-39
2.2.4.4.2
2.2.4.5
2.3
Hibah Luar Negeri yang Bersifat Khusus ........... II-40
Tahap Penyusunan Daftar Kegiatan................................ II-41
Perundingan dan Penandatanganan Perjanjian Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri.............................................................................. II-42
BAB III Pelaksanaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri ..............................III-45
3.1
Penatausahaan....................................................................................III-47
3.2
Penarikan Pinjaman atau Hibah ......................................................III-52
3.2.1 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan
Pembukaan L/C...........................................................................III-52
3.2.2. Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Cara
Pembayaran Langsung ..............................................................III-54
3.2.3 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Cara
Pembiayaan Pendahuluan.........................................................III-55
3.2.4 Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan
Rekening Khusus ........................................................................III-57
3.3
Pembayaran Pinjaman ......................................................................III-59
3.4
Penerusan Pinjaman dan Penerusan Hibah ...................................III-59
3.4.1 Penerusan Pinjaman kepada Daerah .......................................III-60
3.4.2 Penerusan Hibah kepada Daerah .............................................III-65
DAFTAR ISI
v
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
3.4.3 Penerusan Pinjaman dan Penyertaan Modal Negara
Kepada BUMN............................................................................III-68
3.5
Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa ........................................III-69
3.6
Perpajakan ..........................................................................................III-73
BAB IV Pemantauan dan Evaluasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.......IV-77
4.1
Pemantauan ........................................................................................IV-79
4.2
Evaluasi ...............................................................................................IV-83
4.3
Transparansi dan Akuntabilitas.......................................................IV-85
BAB IV Penutup.................................................................................................. V-89
Daftar Pustaka ..........................................................................................................91
Lampiran ...................................................................................................................95
vi
DAFTAR ISI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
DAFTAR GAMBAR
Gbr 1.1
Siklus Proyek........................................................................................... I-3
Gbr 2.1
Tahapan Penyusunan RKPLN.......................................................... II-18
Gbr 2.2
Tahapan Penyusunan DRPHLN-JM ................................................ II-21
Gbr 2.3
Tahapan Penyusunan DRPPHLN .................................................... II-30
Gbr 2.4
Tahapan Penyusunan NPPLN/NPHLN.......................................... II-44
Gbr 4.1
Tahapan Pemantauan dan Evaluasi PHLN ................................... IV-87
DAFTAR GAMBAR
vii
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
DAFTAR TABEL
Tbl 4.1
viii
Upaya Perbaikan Manajemen Pengelolaan PHLN ke Depan...... IV-86
DAFTAR TABEL
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
DAFTAR BOX
Box 3.1
Masalah Rendahnya Daya Serap Pinjaman Luar Negeri ............. III-50
Box 3.2
Kriteria Kesiapan Proyek..................................................................III-51
DAFTAR BOX
ix
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
DAFTAR SINGKATAN
A
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APD
Aplikasi Penarikan Dana
B
BUMD
Badan Usaha Milik Daerah
BUMN
Badan Usaha Milik Negara
BUN
Bendahara Umum Negara
C
CBS
Country Borrowing Strategy
D
DAU
Dana Alokasi Umum
DIPA
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DPA-SKPD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat
Daerah
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DRPHLN-JM Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka
Menengah
DRPPHLN
Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
DSCR
Debt Service Coverage Ratio
E
EKUIN
Ekonomi, Keuangan dan Industri
F
FGD
Focus Group Discussion
FKE
Fasilitas Kredit Ekspor
x
DAFTAR SINGKATAN
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
K
KPBJ
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
L
L/C
Letter of Credit
N
NPH
Naskah Perjanjian Hibah
NPHLN
Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri
NPPH
Naskah Perjanjian Penerusan Hibah
NPPLN
Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri
NPPP
Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman
O
ODA
Official Development Assistance
OECD
Organization for Economic Cooperation and Development
P
P3
Perjanjian Penerusan Pinjaman
PDB
Produk Domestik Bruto
PHLN
Pinjaman/Hibah Luar Negeri
PIU
Project Implementation Unit
PMU
Project Management Unit
PPA
Pejabat Pembuat Anggaran
PPHLN
Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri
PPLN/PHLN
Pemberi Pinjaman Luar Negeri/ Pemberi Hibah Luar Negeri
PPN
Pajak Pertambahan Nilai
PPn BM
Pajak Penjualan atas Barang Mewah
DAFTAR SINGKATAN
xi
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
R
RK
Rekening Khusus
RKP
Rencana Kerja Pemerintah
RKPLN
Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri
RPJM
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJMN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPK-PHLN
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri
S
SA-PSK
Satuan Anggaran Per Satuan Kegiatan
SBI
Suku Bunga Indonesia
SKP
Surat Kuasa Pembebanan
SLA
Subsidiary Loan Agreement
SP3
Surat Permintaan Pembiayaan Pendahuluan
SPA
Sub Project Appraisal
SPM
Surat Perintah Membayar
SPM-PP
Surat Perintah Membayar-Pembiayaan Pendahuluan
SPM-RK
Surat Perintah Membayar-Rekening Khusus
SPMP
Surat Perintah Membayar Pengesahan
SPP-SKP
Surat Permintaan Penerbitan Surat Kuasa Pembebanan
T
TP4DLN
Tim Pendayagunaan Pelaksanaan Proyek-Proyek
Pembangunan dengan Dana Luar Negeri
TPRK
xii
Tim Perumus Rekomendasi Kebijakan
DAFTAR SINGKATAN
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pinjaman/Hibah
Luar
Negeri
(PHLN)
yang
diupayakan
pemerintah
merupakan salah satu bentuk penerimaan dari luar negeri yang digunakan
untuk membiayai kegiatan pembangunan. PHLN diperlukan karena sumbersumber dalam negeri tidak mencukupi untuk membiayai seluruh investasi
pemerintah yang diperlukan.
Selanjutnya, sumber dana luar negeri adalah sebagai pelengkap dengan
syarat lunak, tidak memberatkan dan tanpa ikatan politik, digunakan untuk
pembiayaan kegiatan pembangunan yang produktif dan yang memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat, serta peranannya harus
dikurangi secara bertahap.
Sumber dana luar negeri saat ini masih diperlukan karena merupakan
sumber pendanaan untuk kegiatan-kegiatan pembangunan yang tidak
menarik bagi sektor swasta seperti pembangunan sumber daya manusia dan
pembangunan prasarana di lokasi yang kurang menarik dari perspektif
investasi swasta.
Pendayagunaan dan pengendalian dana bantuan luar negeri mutlak
diperlukan untuk menjaga stabilitas struktur pembiayaan pembangunan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bantuan luar negeri
tersebut meliputi: project design, pelaksanaan proyek hingga evaluasi hasil
pelaksanaan proyek. Disamping itu, perlu pula meningkatkan project
ownership sehingga proyek tersebut akan tepat sasaran dan tepat kebutuhan.
Dengan demikian, quality project at entry akan dapat tercapai.
PENDAHULUAN
I-1
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
1.1.1
Peraturan yang Berlaku mengenai Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri
Dari identifikasi yang telah dilakukan, terdapat berbagai peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan masalah pinjaman/hibah luar
negeri dalam kurun waktu sebelum tahun 1966 hingga tahun 2006. Peraturan
perundang-undangan tersebut disusun dalam bentuk Undang-Undang,
Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri.
Namun permasalahan yang cenderung dihadapi adalah pada tingkat
implementasi
peraturan perundang-undangan tersebut. Bahkan yang
nampaknya juga agak terabaikan adalah masalah validitas dan konsistensi
substansi dari masing-masing peraturan perundang-undangan tersebut.
Dalam kajian ini, Tim Perumus Rekomendasi Kebijakan (TPRK) dan Focus
Group Discussion (FGD) berusaha untuk melakukan tinjauan bagaimana
penerapan dari peraturan perundang-undangan yang masih berlaku dengan
menggunakan project cycle sebagai wahana untuk melakukan tinjauan
tersebut (lihat gambar 1.1).
I-2
PENDAHULUAN
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
SIKLUS PROYEK
NEGOSIASI DAN
3 PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI
4
PERSIAPAN
EVALUASI
2
5
PERENCANAAN
1
BAB II
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
BAB III
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Gambar 1. 1 Siklus Proyek
1.1.2
Country Borrowing Strategy
Dalam kaitannya dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan
pinjaman/hibah luar negeri, serta untuk menjaga keseimbangan fiskal,
khususnya terhadap sumber pembiayaan luar negeri, Pemerintah dalam
waktu dekat ini akan menerbitkan Country Borrowing Strategy (CBS),
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta
Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Peristilahan yang
digunakan dalam Peraturan Pemerintah tersebut adalah Rencana Kebutuhan
Pinjaman Luar Negeri (RKPLN) yang akan ditetapkan oleh Presiden. Selain
itu, dalam tatanan internasional adanya Paris Declaration on Aid Effectiveness;
PENDAHULUAN
I-3
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2005
dan Rome
Declaration
on
Harmonization;
2003, perlu menjadi
pertimbangan dalam proses pengadaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
I-4
PENDAHULUAN
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
BAB II
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH
LUAR NEGERI
Perencanaan pinjaman dan hibah luar negeri meliputi rangkaian kegiatan
atau proses yang diawali dari penetapan rencana kebutuhan pinjaman dan
hibah luar negeri secara makro, penyusunan atau perumusan usulan kegiatan
atau proyek yang akan dibiayai dengan pinjaman dan hibah luar negeri,
pengusulan kegiatan atau proyek kepada pihak pemberi pinjaman atau hibah
dan negosiasi naskah perjanjian pinjaman atau hibah luar negeri.
Rujukan peraturan-peraturan yang digunakan pada bab ini:
- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
- Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah
Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah serta Jumlah Kumulatif Pinjaman
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri;
- Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984 tentang Penggunaan Kredit Ekspor
Luar Negeri;
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006
tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta penilaian
Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-5
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.1
Arah Kebijakan
Rujukan1: - Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003; pasal 12 ayat 3
beserta penjelasannya.
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004; pasal 38 ayat 1,2
dan 4.
- Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003; pasal 4
beserta penjelasannya.
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 6 ayat
1 dan 2.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 5 ayat 2,
pasal 33.
Rencana kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan suatu rencana yang
memuat kebutuhan dan rencana pemanfaatan pinjaman luar negeri. Hal ini
meliputi
rencana
besaran
pinjaman
tahunan
dan
prioritas
bidang
pembangunan yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri. Dalam penetapan
rencana ini diperhatikan beberapa arahan kebijakan mengenai besaran
pinjaman luar negeri pemerintah, pengelolaan dan defisit APBN serta
mengenai pengadaan pinjaman luar negeri.
Arahan kebijakan mengenai besaran pinjaman luar negeri pemerintah, defisit
APBN, dan pengadaan pinjaman luar negeri tertuang dalam peraturan
perundangan di bawah ini:
a.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian
Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Jumlah Kumulatif
Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
1. Lihat lampiran 1 nomor 2, 3, 6, 11, 41 dan 58.
II-6
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
a.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
b.
Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
Nomor
PER.005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan
Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003, defisit anggaran dibatasi maksimal 3%
dari produk domestik bruto (PDB) dan pinjaman dibatasi maksimal 60% dari
PDB. Pinjaman yang dimaksud dalam kedua peraturan perundang-undangan
tersebut meliputi pinjaman pemerintah yang bersumber dari luar negeri
maupun dalam negeri.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Menteri
Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri
Keuangan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang
berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam Undang-undang APBN. Kemudian utang/hibah
tersebut dapat diteruspinjamkan kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD.
Tata cara untuk pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan utang
atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/BUMD, diatur
dengan peraturan pemerintah.
Sementara itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006,
Presiden menetapkan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN)
selama
lima
tahun
yang
disusun
sesuai
dengan
prioritas bidang
pembangunan yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri berdasarkan
usulan Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-7
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Penyusunan RKPLN dan prioritas bidang pembangunan tersebut dilakukan
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 dan
Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006,
dalam perencanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri
terdapat beberapa dokumen yang perlu disusun/diadakan. Dokumendokumen tersebut adalah:
1)
Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN).
2)
Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka
Menengah (DRPHLN-JM).
3)
Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
(DRPPHLN).
4)
Daftar Kegiatan.
5)
Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
(RPK-PHLN)1.
2.2
Penyusunan atau Perumusan Usulan Kegiatan/Proyek yang Akan
Dibiayai Dengan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
2.2.1
Prioritas
Rujukan: - Country Borrowing Strategy2.
Kebijakan mengenai prioritas bidang pembangunan yang dibiayai dengan
pinjaman luar negeri tertuang dalam Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar
2. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
dilaksanakan setelah ditandatanganinya Naskah Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar
Negeri. Uraian mengenai dokumen ini disampaikan pada bagian Perundingan dan
Penandatanganan Perjanjian Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.
3. Sampai saat laporan ini selesai dibuat, peraturan CBS masih dalam tahap finalisasi.
II-8
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Negeri Pemerintah yang juga merupakan Strategi Pinjaman Luar Negeri
Pemerintah (Country Borrowing Strategy).
Bidang-bidang yang menjadi prioritas untuk dibiayai pinjaman luar negeri
adalah:
a.
Penanggulangan kemiskinan;
b.
Peningkatan kualitas dan akses pada pendidikan dan pelayanan
kesehatan;
c.
Percepatan pembangunan infrastruktur;
d.
Revitalisasi pertanian;
e.
Peningkatan kapasitas pertahanan dan keamanan.
Bidang-bidang prioritas tersebut disusun berdasarkan prioritas Pemerintah
Indonesia yang merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM).
Dalam
pelaksanaannya,
prioritas-prioritas
tersebut
perlu
dipertemukan dengan prioritas dan kebijakan pemberi pinjaman/hibah luar
negeri. Tidak semua pemberi pinjaman/hibah luar negeri mempunyai
kesamaan prioritas dengan Pemerintah Indonesia dalam pembiayaan
pinjaman/hibah. Ketidaksamaan prioritas tersebut mempengaruhi ruang
gerak
Pemerintah
pembiayaan luar
Indonesia
dalam
upaya
mencari
sumber-sumber
negeri1.
Kriteria kegiatan yang dapat dibiayai oleh pinjaman luar negeri diatur dalam
Peraturan
Menteri Negara
Perencanaan
Pembangunan/Kepala
Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006.
4. Sebagian besar pemberi pinjaman/hibah luar negeri mempunyai strategi khusus
dalam pemberian pinjaman/hibah luar negeri kepada Indonesia. Strategi tersebut
disusun bersama dengan Pemerintah Indonesia berdasarkan kebijakan pemberi
pinjaman/hibah luar negeri dan kebijakan Pemerintah Indonesia. Strategi tersebut
antara lain memuat bidang-bidang prioritas yang akan atau dapat dibiayai
pinjaman/hibah luar negeri dari pemberi pinjaman/hibah luar negeri yang
bersangkutan. .
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-9
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.2
Pola Persyaratan
Rujukan1: - Lampiran Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984;
angka 5.
Persyaratan atau terms and conditions pinjaman merupakan komponen yang
sangat penting dalam perencanaan pinjaman luar negeri karena persyaratan
pinjaman dan besarnya jumlah pinjaman yang menentukan seberapa besar
beban pinjaman luar negeri.
Ketentuan mengenai pola persyaratan pinjaman terdapat pada Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1984 tentang Penggunaan
Kredit Ekspor Luar Negeri. Dalam Instruksi Presiden ini aturan mengenai
terms and conditions pinjaman lunak dan perencanaan kredit ekspor luar
negeri adalah:
Ø
Bila terdapat penawaran dana untuk proyek pembangunan dalam
bentuk kredit ekspor luar negeri atau campuran antara dana lunak dan
kredit ekspor luar negeri, maka:
a. Apabila proyek pembangunan tersebut termasuk dalam Daftar
Proyek-proyek pembangunan yang akan dibiayai dengan Kredit
Ekspor yang telah ditetapkan pemerintah setiap tahun anggaran
maka
yang
bersangkutan
dipersilahkan
mengikuti
tender
internasional.
b. Apabila proyek pembangunan tersebut tidak termasuk dalam
Daftar Proyek-proyek pembangunan yang akan dibiayai dengan
kredit ekspor, maka:
i. Tawaran
proyek
tersebut
ditolak
untuk
mendapatkan
pembiayaan dalam bentuk kredit ekspor luar negeri atau
campuran kredit ekspor luar negeri dan dana lunak.
5. Lihat Lampiran 1 nomor 29.
II-10
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
i. Proyek pembangunan tersebut dapat dibiayai bila negara donor
menyediakan
dana
lunak
sepenuhnya
bagi
proyek
pembangunan tersebut dan Pemerintah Indonesia memang
mengusahakan dana lunak untuk proyek pembangunan
tersebut, sepanjang memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
a) Jangka waktu pengembalian
termasuk tenggang waktu
: 25 tahun atau lebih;
b) Tenggang waktu
: 7 tahun atau lebih;
c) Bunga Pinjaman
: 3,5 % atau kurang.
Beberapa bagian dalam Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984 khususnya
yang mengatur mengenai tata cara perencanaan dan pengusulan proyekproyek yang dibiayai kredit ekspor menjadi tidak berlaku lagi dengan
diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 berikut peraturanperaturan pelaksanaannya. Akan tetapi ketentuan mengenai persyaratan
pinjaman dan proses pengadaan yang terkait dengan persyaratan pinjaman
tersebut tetap berlaku karena belum adanya peraturan lain yang mengatur
mengenai persyaratan pinjaman1.
Dalam praktiknya, tidak semua pinjaman lunak yang diterima Pemerintah
Indonesia persyaratannya sama atau lebih lunak daripada ketentuan Instruksi
Presiden Nomor 8/1984 tersebut di atas2. Pada tahun 1999 Pemerintah
Indonesia menerima pinjaman dari Denmark yang persyaratannya berbeda
dengan ketentuan Instruksi Presiden Nomor 8/1984. Hal tersebut berdasarkan
persetujuan Presiden yang disampaikan melalui surat Menteri Sekretaris
Negara nomor B-14/M.Sesneg/1/1999 tanggal 6 Januari 1999 kepada Menteri
6. Ketentuan mengenai mekanisme pengadaan proyek-proyek yang dibiayai
dana/pinjaman lunak dan kredit ekspor diatur juga dalam Keputusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
7. Yang dimaksud dengan lebih lunak adalah bunga pinjaman lebih rendah, tenggang
waktu dan jangka waktu pengembalian pinjaman lebih lama atau panjang.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-11
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Negara
Koordinator
Bidang
EKUIN,
Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan.
Surat Menteri Sekretaris Negara tersebut merupakan tanggapan atas surat
Menteri Keuangan Nomor S-568/MK.03/1998 tanggal 9 November 1998
kepada Presiden RI. Melalui surat tersebut Menteri Keuangan melaporkan
bahwa berdasarkan kenyataan selama ini Pemerintah Indonesia memperoleh
sejumlah penawaran pinjaman dari negara lain yang terms and conditions-nya
sedikit berbeda dengan ketentuan Instruksi Presiden No 8 Tahun 1984
sebagai misal dari Pemerintah Denmark, yaitu:
a.
Jangka waktu pengembalian termasuk tenggang waktu: 17 tahun;
b.
Tenggang waktu : 7 tahun;
c.
Bunga pinjaman : 2,25% per tahun;
d.
Kandungan grant element : 42,3%.;
e.
Biaya manajemen : 0,375%;
f.
Biaya komitmen : 0,25%.
Menteri Sekretaris Negara melalui surat nomor B-14/M.Sesneg/1/1999 tanggal
6 Januari 1999 menyampaikan bahwa sesuai dengan petunjuk Presiden,
pinjaman lunak diluar ketentuan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984
dapat dimanfaatkan tawarannya dengan catatan penggunaannya terbatas
bagi proyek-proyek yang layak untuk dibiayai. Kebijakan ini dapat dipahami
bahwa Pemerintah secara tidak langsung menggunakan indikator grant
element untuk menilai atau mengategorikan terms and conditions suatu
pinjaman termasuk pinjaman lunak atau tidak. Sejak diterimanya pinjaman
Denmark ini, pemerintah mulai menerima pinjaman luar negeri yang
persyaratannya tidak sama dengan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984
sepanjang kandungan grant element-nya termasuk kategori pinjaman lunak
II-12
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
menurut ketentuan OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development)1.
2.2.3
Bentuk dan Skema Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
Rujukan2: - Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 1
nomor 4, 7, 14 sampai dengan 21, pasal 4 dan pasal 5.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 1 nomor
11 sampai dengan nomor 18, dan pasal 2 sampai dengan
pasal 4.
Bentuk dan skema pinjaman dan hibah luar negeri diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor PER.005/M.PPN/06/2006. Bentuk dan skema pinjaman dan hibah luar
negeri sangat penting untuk dipahami karena hal tersebut menjadi salah satu
faktor berpengaruh pada saat perencanaan atau penyiapan usulan kegiatan.
Bentuk dan skema tersebut juga mencerminkan persyaratan atau terms and
conditions pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 dan Peraturan
Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala
Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006, yang
dimaksud dengan:
a.
Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam
bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam
bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari Pemberi Pinjaman Luar
Negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
8. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Arrangement on
Officially Supported Export Credits, TD/PG(2004)12/REV.
9. Lihat lampiran 1 nomor 9, 10, 39 dan 40.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-13
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
b.
Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk
devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk
barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yang
tidak perlu dibayar kembali.
Bentuk dan skema untuk pinjaman dan hibah luar negeri adalah:
a.
Pinjaman dan hibah luar negeri yang dapat diterima adalah yang
bersumber dari Negara asing; Lembaga Multilateral; Lembaga keuangan
dan Lembaga non keuangan asing; dan Lembaga Keuangan non asing
yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah negara
Republik Indonesia.
b.
Pinjaman Luar Negeri dapat berbentuk Pinjaman Program dan/atau
Pinjaman Proyek.
c.
Pinjaman Luar Negeri terdiri atas Pinjaman lunak, Fasilitas Kredit
Ekspor, Pinjaman Komersial dan Pinjaman Campuran.
d.
Pinjaman Bilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari
pemerintah suatu negara melalui suatu lembaga keuangan dan/atau
lembaga non keuangan yang ditunjuk oleh pemerintah negara yang
bersangkutan untuk melaksanakan pemberian pinjaman.
e.
Pinjaman Multilateral adalah pinjaman luar negeri yang berasal dari
lembaga multilateral
f.
Pinjaman Program adalah pinjaman luar negeri dalam valuta asing yang
dapat dirupiahkan dan digunakan untuk pembiayaan APBN.
g.
Pinjaman Proyek adalah pinjaman luar negeri yang digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan tertentu.
h.
Pinjaman Lunak adalah pinjaman yang masuk dalam kategori Official
Development Assistance (ODA) Loan atau Concessional Loan, yang berasal
dari suatu negara atau lembaga multilateral, yang ditujukan untuk
pembangunan ekonomi atau untuk peningkatan kesejahteraan sosial
II-14
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
i.
bagi negara penerima dan memiliki komponen hibah (grant element)
sekurang-kurangnya 35% (tigapuluh lima per seratus).
j.
Fasilitas Kredit Ekspor adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh
lembaga keuangan atau lembaga non-keuangan di negara pengekspor
yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit ekspor.
k.
Pinjaman Komersial adalah pinjaman luar negeri Pemerintah yang
diperoleh dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa adanya
penjaminan dari lembaga penjamin kredit ekspor.
l.
Pinjaman Campuran adalah kombinasi antara dua unsur atau lebih yang
terdiri dari hibah, pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman
komersial.
m. Hibah Luar Negeri terdiri atas Bantuan teknik, Bantuan proyek,
Kerjasama teknik, dan Kerjasama Keuangan.
n.
Hibah Luar Negeri dapat digunakan untuk:
i.
Menunjang peningkatan fungsi pemerintahan;
ii.
Menunjang penyediaan layanan dasar umum;
iii. Menunjang peningkatan kemampuan sumber daya manusia;
iv. Membantu penyiapan rancangan kegiatan pembangunan;
v.
Mendukung pelestarian sumber daya alam, lingkungan hidup, dan
budaya;
vi. Mendukung pengembangan riset dan teknologi;
vii. Bantuan kemanusiaan.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-15
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4
Tata Cara Pengusulan
Rujukan1: - Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 5.
Selain hal-hal yang menyangkut substansi pinjaman dan kegiatan, hal lain
yang terkait dengan penyusunan atau perumusan usulan kegiatan atau proyek
adalah prosedur atau tata cara perencanaannya. Ketentuan mengenai tata cara
perencanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman dan/atau hibah luar negeri
diatur
dalam
Nasional/Kepala
Peraturan
Badan
Menteri
Negara
Perencanaan
Perencanaan
Pembangunan
Pembangunan
Nasional
Nomor
PER.005/M.PPN/06/2006.
Proses pengusulan tersebut pada pokoknya terdiri atas 2 (dua) tahapan. Yang
pertama adalah pengusulan internal Pemerintah Indonesia, dan yang kedua
adalah pengusulan kegiatan dari Pemerintah Indonesia kepada pihak pemberi
pinjaman/hibah luar negeri. Dalam penyiapan usulan kegiatan penting pula
diperhatikan adanya kriteria umum dan kriteria khusus selain itu juga perlu
diperhatikan lembaga yang mengusulkan atau yang akan menjadi pelaksana
kegiatan serta bentuk atau skema pinjaman/hibah yang diusulkan untuk
pembiayaan kegiatan tersebut.
Penyusunan untuk pengusulan pinjaman dan hibah luar negeri ini dapat
dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain:
a.
Tahap penyusunan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN);
b.
Tahap penyusunan Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
Jangka Menengah (DRPHLN-JM);
10.Lihat lampiran 1 nomor 41.
II-16
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4.1
Tahap Penyusunan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri
(RKPLN)
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 6
beserta penjelasan.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 6 dan
pasal 7.
Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN) adalah dokumen
perencanaan yang memuat kebutuhan dan rencana pemanfaatan pinjaman
luar negeri meliputi rencana besaran pinjaman tahunan dan prioritas bidang
pembangunan yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri.
Ketentuan-ketentuan pokok dalam tahapan penyusunan RKPLN, adalah
sebagai berikut:
a.
RKPLN disusun paling lambat 3 bulan setelah Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) ditetapkan.
b.
RKPLN berlaku sesuai dengan periode RPJM dan dapat disempurnakan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan perekonomian nasional.
c.
Rancangan
RKPLN
disusun
oleh
Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan dengan mengacu pada
kerangka ekonomi makro sebagaimana tercantum dalam RPJM dan
kapasitas penyerapan pinjaman luar negeri.
d.
Rancangan RKPLN disampaikan kepada Presiden untuk mendapat
penetapan.
e.
Dalam penyusunan RKPLN, Presiden dapat meminta pertimbangan
Gubernur Bank Indonesia. Gubernur Bank Indonesia dapat memberikan
11. Lihat lampiran 1 nomor 11 dan 42
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-17
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Menteri Keuangan
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJM)
Rancangan Rencana Kebutuhan
Pinjaman Luar Negeri (RKPLN)
Penetapan
RENCANA KEBUTUHAN
PINJAMAN LUAR NEGERI
(RKPLN)
RKPLN disusun paling lambat 3 bulan
setelah RPJM
Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional
Presiden
Gambar 2. 1 Tahapan Penyusunan RKPLN
Dalam penyusunan RKPLN, Menteri Keuangan harus memperhatikan
pokok-pokok manajemen pinjaman yang baik, seperti penargetan pinjaman
(debt targeting), kemampuan membayar kembali (repayment capacity),
pengurangan risiko (risk mitigation), dan kesinambungan fiskal (fiscal
sustainability), serta memperhatikan ketentuan mengenai pembatasan jumlah
kumulatif pinjaman dan jumlah kumulatif defisit APBN.
2.2.4.2
Tahap Penyusunan Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri Jangka Menengah (DRPHLN-JM)
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 7 dan
pasal 10.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 8,
pasal 12, pasal 13 dan pasal 17 ayat 1.
Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Jangka Menengah
(DRPHLN-JM), adalah daftar rencana kegiatan pembangunan Kementerian
Negara/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan BUMN yang layak dibiayai dari
pinjaman dan/atau hibah luar negeri untuk periode 5 (lima) tahun.
12. Lihat lampiran 1 nomor 12 dan 43
II-18
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Ketentuan-ketentuan pokok dalam tahap penyusunan DRPHLN-JM adalah
sebagai berikut:
a.
DRPHLN-JM disusun oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
dengan berpedoman pada RKPLN dan RPJM.
b.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan DRPHLN-JM
paling lambat 6 (enam) bulan setelah RPJM ditetapkan.
c.
Masa berlaku DRPHLN-JM sesuai dengan masa berlaku RPJM.
d.
DRPHLN-JM dapat diperbaharui dan disempurnakan setiap tahun
sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan perekonomian
nasional.
Berdasarkan rencana penyusunan DRPHLN-JM yang disampaikan oleh
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri pada Kementerian
Negara/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN mengajukan
usulan kegiatan untuk dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri
Kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.
Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh Kementerian Negara/Lembaga,
Pemerintah Daerah dan BUMN dalam mengajukan usulan kegiatan Pinjaman
Proyek dan Hibah luar negeri1, adalah sebagai berikut:
a.
Kegiatan sesuai dengan arahan dan sasaran RPJM;
13. Khusus untuk pinjaman luar negeri, sesuai dengan borrowing strategy, dalam
rangka optimalisasi manfaat dari pinjaman luar negeri, maka kegiatan yang akan
diusulkan untuk dibiayai dengan pinjaman luar negeri mengacu pada kriteria
kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan untuk menyediakan fasilitas publik yang menjadi tugas dan tanggung
jawab pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
kementerian/lembaga badan usaha milik negara/daerah, dan badan hukum
milik negara;
b. Pemerintah tidak mempunyai kapasitas yang memadai baik kapasitas
penyediaan pembiayaan maupun kapasitas teknis untuk melaksanakan
kegiatan tersebut;
c. Kegiatan tersebut masih memiliki ketergantungan barang dan jasa serta
teknologi yang belum dihasilkan oleh industri dalam negeri atau belum cukup
tersedia di dalam negeri;
d. Kegiatan yang mempunyai kemudahan dalam penyerapan pinjaman dan secara
teknis mudah untuk dilaksanakan;
e. Kegiatan yang mempunyai rentang manfaat yang luas dan dapat menjadi
model atau rujukan untuk replikasi dan pengembangan.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-19
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
b.
Kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran program yang merupakan
prioritas pembangunan nasional;
c.
Kegiatan harus mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan;
d.
Kegiatan yang secara teknis dan pembiayaan lebih efisien untuk dibiayai
dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri; dan
e.
Hasil kegiatan dapat dioperasikan oleh sumberdaya dalam negeri dan
dapat diperluas untuk kegiatan lainnya.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh Kementerian negara/lembaga,
Pemerintah Daerah dan BUMN dalam mengajukan usulan kegiatan yang
dibiayai oleh pinjaman proyek dan hibah luar negeri, adalah sebagai berikut:
a.
Daftar Isian Pengusulan Kegiatan;
b.
Kerangka Acuan Kerja; dan
c.
Dokumen Studi Kelayakan Kegiatan.
Usulan kegiatan yang akan diajukan ditandatangani oleh:
a.
Menteri untuk usulan yang berasal dari Kementerian Negara;
b.
Pimpinan lembaga untuk usulan yang berasal dari lembaga;
c.
Gubernur/Bupati/Walikota untuk usulan yang berasal dari Pemerintah
Daerah; dan
d.
Direksi untuk usulan yang berasal dari BUMN.
Usulan kegiatan setelah ditandatangani disampaikan kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Untuk kriteria dan persyaratan khusus masing-masing instansi dibahas di
subbab berikut.
II-20
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Menteri PPN
Presiden
Menkeu
K/L
Pemda
BUMN
RPJM
Persetujuan
Men. BUMN
Rancangan
DRPHLN-JM
Persetujuan
DPRD
Usulan
BUMN
Usulan
Pemda
Usulan K/L
Penilaian Usulan
Kegiatan
Kegiatan K/L
Kegiatan
Pemda
Kegiatan
BUMN
DRPHLN-JM
Persetujuan
DPRD&PemDa
Persetujuan
Men. BUMN&
BUMN
DRPHLN-JM disusun paling lambat 6
bulan setelah RPJM
RKPLN
Gambar 2. 1 Tahapan Penyusunan DRPHLN-JM
2.2.4.2.1
Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah Kementerian
Negara/Lembaga
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006, pasal 8
ayat 1 dan pasal 10.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 14 dan
pasal 17 ayat 2 dan 5.
Usulan kegiatan yang dapat diajukan oleh Kementerian Negara/Lembaga,
adalah sebagai berikut:
a.
Usulan kegiatan yang berasal dari Kementerian Negara/Lembaga berupa
kegiatan
dalam
rangka
pelaksanaan
tugas
pokok
dan
fungsi
Kementerian Negara/Lembaga tersebut.
14. Lihat lampiran 1 nomor 12, 13, 44 dan 45.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-21
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Ø
Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran tugas pokok dan
fungsi Kementerian Negara/Lembaga
b.
Kementerian Negara/Lembaga dapat mengusulkan kegiatan untuk
Pemerintah Daerah, berupa usulan kegiatan yang sebagian atau
seluruhnya akan diterushibahkan.
Ø
Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Kegiatan merupakan urusan Pemerintah Daerah, dengan
prioritas untuk Pemerintah Daerah yang memiliki kapasitas
fiskal rendah;
ii.
Kegiatan memberi manfaat langsung bagi masyarakat suatu
Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat pada Pemerintah
Daerah lain;
iii. Untuk kegiatan yang hanya memberikan manfaat langsung
bagi
masyarakat
di
daerah
penerima
penerushibahan,
Pemerintah Daerah harus ikut menanggung sebagian biaya
pelaksanaan kegiatan;
iv. Kegiatan
pendukung
merupakan
kewajiban
Pemerintah
Daerah; dan
v.
Kegiatan dalam bidang tugas Kementerian Negara/Lembaga
pengusul.
Ø
Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Surat
persetujuan
Pemerintah
Daerah
calon
penerushibahan.
II-22
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
penerima
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Ø
Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Kegiatan digunakan untuk memperluas dan meningkatkan
pelayanan yang disediakan BUMN;
ii.
BUMN tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk
mencapai sasaran program, yang dinilai berdasarkan laporan
keuangan BUMN;
iii. Kegiatan dalam bidang tugas Kementerian Negara/Lembaga
pengusul.
Ø
Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Surat persetujuan Direksi BUMN dan surat persetujuan
Menteri yang bertanggung jawab dibidang pembinaan BUMN.
b.
Kementerian Negara/Lembaga dapat menginisiasi kegiatan untuk
Pemerintah Daerah, berupa usulan kegiatan yang sebagian atau
seluruhnya akan diteruspinjamkan, yang selanjutnya akan diusulkan
oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Ø
Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Kegiatan investasi untuk prasarana dan/atau sarana yang
menghasilkan penerimaan pada APBD Pemerintah Daerah
yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana
dan/atau sarana tersebut;
ii.
Kegiatan merupakan urusan Pemerintah Daerah;
iii. Kegiatan memberikan manfaat langsung bagi pelayanan
masyarakat daerah setempat;
iv. Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan fiskal untuk
memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman;
v.
Kegiatan dilaksanakan oleh lebih dari satu pemerintah daerah;
dan
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-23
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
vi. Kegiatan dalam bidang tugas Kementerian Negara/Lembaga
pengusul.
2.2.4.2.2
Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah Pemerintah
Daerah
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 8
ayat 2 dan pasal 10.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 15 dan
pasal 17 ayat 3 dan 5.
Usulan kegiatan yang dapat diajukan oleh Pemerintah Daerah, adalah sebagai
berikut:
a.
Usulan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri untuk
penerusan pinjaman.
Ø
Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:
vi. Kegiatan investasi untuk prasarana dan/atau sarana yang
menghasilkan penerimaan pada APBD yang diperoleh dari
pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut;
vii. Kegiatan merupakan urusan Pemerintah Daerah;
viii. Kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran program yang
merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah dan sejalan dengan program RPJM;
ix. Kegiatan memberikan manfaat langsung bagi pelayanan
masyarakat daerah setempat; dan
x.
Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan fiskal untuk
memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman.
15. Lihat lampiran 1 nomor 12,14 dan 46.
II-24
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Ø
Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
a.
Surat persetujuan DPRD yang bersangkutan.
Usulan kegiatan yang dibiayai dari penerusan pinjaman dan diinisiasi
oleh Kementerian Negara /Lembaga.
Ø
Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Kegiatan investasi untuk prasarana dan/atau sarana yang
menghasilkan penerimaan pada APBD yang diperoleh dari
pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut;
ii.
Kegiatan merupakan urusan Pemerintah Daerah;
iii. Kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran program yang
merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah dan sejalan dengan program RPJM;
iv. Kegiatan memberikan manfaat langsung bagi pelayanan
masyarakat daerah setempat; dan
v.
Pemerintah Daerah mempunyai kemampuan fiskal untuk
memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman.
Ø
Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
b.
Usulan
Surat persetujuan DPRD yang bersangkutan.
kegiatan
yang
dibiayai
dari
hibah luar
negeri
untuk
penerushibahan.
Ø
Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Kegiatan untuk menunjang peningkatan fungsi pemerintahan;
ii.
Kegiatan untuk memberikan layanan dasar umum; dan
iii. Kegiatan untuk pemberdayaan aparatur Pemerintah Daerah.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-25
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4.2.3
Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah Badan Usaha
Milik Negara
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 8
ayat 3 dan pasal 10.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 16 dan
pasal 17 ayat 4 dan 5.
Usulan kegiatan yang dapat diajukan oleh Badan Usaha Milik Negara, adalah
sebagai berikut:
a.
Usulan kegiatan yang berasal dari BUMN hanya merupakan usulan
kegiatan yang dibiayai dari penerusan pinjaman luar negeri melalui
Pemerintah.
Ø
Kriteria khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Kegiatan investasi untuk memperluas dan meningkatkan
pelayanan serta meningkatkan penerimaan BUMN;
ii.
BUMN mempunyai proyeksi kemampuan keuangan untuk
memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman, yang
dinilai berdasarkan laporan keuangan BUMN.
Ø
Persyaratan khusus untuk kegiatan ini adalah:
i.
Surat persetujuan Menteri yang bertanggungjawab di bidang
pembinaan BUMN.
16. Lihat lampiran 1 nomor 12, 15 dan 47.
II-26
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4.2.4
Penilaian Usulan Kegiatan Pinjaman Proyek dan Hibah
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 9
ayat 1 dan 2 dan pasal 10.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 18
sampai dengan pasal 22.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan penilaian atas
usulan kegiatan yang berasal dari Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah
Daerah/BUMN. Penilaian usulan kegiatan ini meliputi, sebagai berikut:
a.
Penilaian administrasi
Penilaian administrasi dilakukan atas dasar kelengkapan dokumen
administrasi.
b.
Penilaian teknis
Penilaian teknis dilakukan setelah usulan kegiatan memenuhi syarat
kelengkapan dokumen administrasi. Dalam melakukan penilaian teknis,
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dapat berkoordinasi
dengan instansi pengusul dan instansi lain yang terkait dengan kegiatan
tersebut.
Penilaian teknis atas usulan kegiatan mencakup aspek-aspek:
i.
Kesesuaian usulan kegiatan dengan sasaran program RPJM;
ii.
Kelayakan Teknis;
iii. Kelayakan Ekonomi;
iv. Kelayakan Finansial untuk:
a)
Usulan kegiatan yang diusulkan Kementerian Negara/Lembaga
untuk BUMN.
17. Lihat lampiran 1 nomor 12, 16 dan 48
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-27
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
b)
Usulan kegiatan yang diusulkan Pemerintah Daerah yang
dibiayai pinjaman luar negeri atau penerusan pinjaman luar
negeri dan iniasi oleh Kementerian negara/lembaga.
c)
ii.
a.
Usulan kegiatan yang diusulkan oleh BUMN.
Kemampuan pelaksanaan instansi pelaksana.
Penilaian pendanaan.
Penilaian pendanaan dilakukan setelah usulan kegiatan memenuhi
syarat kelengkapan dokumen administrasi dan penilaian teknis. Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan penilaian pendanaan
melalui sinkronisasi pendanaan yang dapat dilakukan bersama
Kementerian Keuangan dan instansi lain yang terkait dengan kegiatan
tersebut.
Sinkronisasi pendanaan untuk penilaian pendanaan ini, meliputi aspek:
i.
Keselarasan dengan RKPLN;
ii.
Ketersebaran kegiatan antar wilayah yang dibiayai dari pinjaman
dan/atau hibah luar negeri;
iii. Keterkaitan dengan kegiatan lain dari instansi pengusul;
iv. Keselarasan dengan kegiatan yang terkait secara langsung dari
instansi lain;
v.
Kinerja atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman
dan/atau hibah luar negeri yang sedang berjalan pada instansi
pengusul; dan
vi. Kemampuan penyediaan dana pendamping.
Berdasarkan hasil penilaian ini, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
mencantumkan
kegiatan
dalam
DRPHLN-JM.
Setelah
itu,
Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan DRPHLN-JM kepada
Menteri Keuangan dan Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan
II-28
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN yang usulan kegiatannya tercantum
dalam
DRPHLN-JM
dan
calon
PPLN/PHLN.
DPRHLN-JM
juga
diinformasikan kepada masyarakat.
2.2.4.3
Tahap Penyusunan Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri (DRPPHLN)
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 9
ayat 3 dan pasal 10.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 9, pasal
11, pasal 31 ayat 1 dan 4, dan pasal 32 ayat 1,3 dan 5.
Daftar Rencana Prioritas Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN),
adalah daftar rencana kegiatan pembangunan prioritas yang layak dibiayai
dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri. Daftar ini berisi rencana kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan BUMN yang layak
dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang tercantum dalam
DRPHLN-JM dan telah memiliki indikasi sumber pendanaan pinjaman
dan/atau hibah luar negeri.
Ketentuan-ketentuan pokok dalam penyusunan DRPPHLN, adalah sebagai
berikut:
a.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyusun DRPPHLN
dengan berpedoman pada RKPLN dan DRPHLN-JM.
b.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan DRPPHLN
paling lambat bulan Nopember setiap tahun.
c.
Kegiatan yang telah tercantum dalam DRPPHLN selama 2 (dua) tahun
berturut-turut dan tidak mendapat komitmen pendanaan dari calon
PPLN/PHLN, tidak dicantumkan dalam DRPPHLN tahun berikutnya.
18. Lihat lampiran 1 nomor 12, 17 dan 49.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-29
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Dalam tahap ini yang dapat masuk ke DRPPHLN setelah melalui penilaian
adalah:
a.
Usulan kebijakan pemerintah di bidang tertentu yang akan didukung
dengan pinjaman program.
b.
Usulan Kegiatan yang tercantum dalam DRPHLN-JM yang telah
disepakati sesuai dengan program calon PPLN/PHLN dan telah
ditingkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatannya oleh instansi
pengusul.
c.
Usulan kegiatan oleh Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan
lembaga untuk alokasi Fasilitas Kredit Ekspor dan/atau Pinjaman
Komersial.
d.
Usulan kegiatan oleh Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan
Lembaga yang dibiayai dari Hibah Luar Negeri yang bersifat Khusus.
Calon
PPHLN
Menteri PPN
Menkeu
K/L
Pemda
BUMN
DRPHLN-JM
Kebutuhan Pinjaman
Program
Lending
Program
Koordinasi
Pertemuan berkala
Sinkronisasi
Koordinasi
Rencana Kebijakan Pemerintah yang akan didukung Pinjaman Program
Usulan
FKE/PK
Kegiatan
Pemda/
BUMN
Kesepakatan
Kegiatan K/L
Permintaan
Informasi
Keuangan
Pemda/
BUMN
Kegiat
an K/L
Kegiat
an
BUMN
Usulan
FKE/PK
Informasi kemampuan
Keuangan Pemda/
BUMN
Penilaian Usulan
Kegiatan
Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci
Penilaian Kesiapan
DRPPHLN
Gambar 2. 1 Tahapan Penyusunan DRPPHLN
II-30
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4.3.1
Pengajuan Usulan Pinjaman Program
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 13.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 11.
Berdasarkan kebutuhan Pinjaman Program yang disusun oleh Menteri
Keuangan,
Menteri
koordinasi
dengan
Perencanaan
Menteri
Pembangunan
pada
Nasional
Kementerian
melakukan
Negara/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN untuk mengusulkan kebijakan
pemerintah di bidang tertentu yang akan didukung dengan Pinjaman
Program.
Setelah disepakati bersama Rencana kebijakan Pemerintah yang akan
didukung dengan Pinjaman Program dapat dicantumkan dalam DRPPHLN.
2.2.4.3.2
Sinkronisasi Kegiatan Dengan Program Calon PPLN/PHLN dan
Penyusunan Rencana Kegiatan Rinci
Rujukan2:
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 23 dan
pasal 24
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melaksanakan pertemuan
berkala dengan calon PPLN/PHLN dengan melibatkan Menteri Keuangan,
Menteri Luar Negeri, dan instansi terkait lainnya, dengan maksud untuk
melakukan sinkronisasi dan menghasilkan kesepakatan mengenai kegiatan
dalam DRPHLN-JM yang sesuai dengan program calon PPLN/PHLN.
Berdasarkan hasil kesepakatan ini, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional
melakukan
koordinasi
dengan
instansi
pengusul
untuk
meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan.
19. Lihat lampiran 1 nomor 18 dan 49.
20. Lihat lampiran 1 nomor 50.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-31
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan,
Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
mengkoordinasikan
penyusunan rencana kegiatan rinci dengan instansi pengusul dan/atau
pelaksana kegiatan. Penyusunan rencana kegiatan rinci ini dilakukan oleh
instansi pengusul dan/atau pelaksana kegiatan dan disampaikan kepada
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.
Penyusunan rencana kegiatan rinci
dimaksudkan untuk melakukan
persiapan rancangan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan.
Rencana kegiatan rinci tersebut meliputi jenis kegiatan, lokasi, rencana
alokasi anggaran, satuan kerja, organisasi pelaksanaan, dan jadwal
pelaksanaan, serta mekanisme pengadaan barang dan jasa, termasuk
penyempurnaan studi kelayakan.
2.2.4.3.3
Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerusan Pinjaman kepada
Pemerintah Daerah
Rujukan1:
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 25.
Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan yang
akan diteruspinjamkan dari pinjaman luar negeri yang diinisiasi oleh
Kementerian Negara/Lembaga, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
melakukan, sebagai berikut:
a.
Meminta informasi
kepada Menteri
Keuangan tentang indikasi
kemampuan keuangan Pemerintah Daerah.
b.
Melakukan penilaian penerusan pinjaman kepada Pemerintah Daerah,
yang meliputi:
i.
Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan investasi
prasarana dan/atau sarana yang menghasilkan penerimaan pada
21. Lihat lampiran 1 nomor 51.
II-32
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
APBD Pemerintah Daerah penerima penerusan pinjaman yang
diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau
sarana tersebut;
ii.
Untuk kegiatan yang dibiayai dari penerusan pinjaman dan
diinisiasi oleh Kementerian Negara/Lembaga, penerusan pinjaman
dalam rangka mencapai sasaran program yang merupakan prioritas
pembangunan nasional dan Pemerintah Daerah tidak mempunyai
kemampuan yang memadai untuk mencapai target sasaran program
tersebut;
iii. Adanya persetujuan dari Kepala Daerah dan DPRD pada
Pemerintah Daerah calon penerima penerusan pinjaman;
iv. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan;
v.
Kemampuan Pemerintah Daerah menyediakan dana pendamping;
dan
vi. Kelayakan rencana keuangan pinjaman yang diusulkan.
Atas dasar indikasi dan penilaian di atas, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional mengkoordinasikan penyusunan rencana kegiatan rinci atas
kegiatan penerusan pinjaman kepada Pemerintah Daerah.
2.2.4.3.4
Peningkatan
Kesiapan
Kegiatan
Penerushibahan
kepada
Pemerintah Daerah
Rujukan1:
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 26.
Dalam rangka meningkatkan kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan
yang diusulkan oleh Kementerian negara/lembaga untuk Pemerintah Daerah
22. Lihat lampiran 1 nomor 52.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-33
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
yang akan diterushibahkan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
melakukan, sebagai berikut:
a.
Melakukan konfirmasi dengan Pemerintah Daerah, yang meliputi
kesiapan menjadi pelaksana kegiatan dan kesediaan memenuhi
persyaratan pelaksanaan kegiatan.
b.
Meminta informasi indikasi kemampuan keuangan Pemerintah Daerah
kepada Menteri Keuangan.
c.
Melakukan penilaian penerushibahan kepada Pemerintah Daerah, yang
meliputi :
i.
Penerushibahan digunakan untuk membiayai kegiatan Pemerintah
Daerah dalam rangka mencapai sasaran program yang merupakan
prioritas pembangunan nasional;
ii.
Pemerintah Daerah penerima penerushibahan merupakan daerah
sasaran program yang merupakan prioritas pembangunan nasional;
iii. Pemerintah Daerah tidak mempunyai kemampuan keuangan yang
memadai untuk mencapai target sasaran program yang merupakan
prioritas pembangunan nasional, berdasarkan penilaian atas
indikasi kemampuan keuangan Pemerintah Daerah;
iv. Adanya persetujuan dari Kepala Daerah;
v.
Kemampuan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kegiatan;
dan
vi. Adanya
pernyataan
kesediaan
Pemerintah
Daerah
untuk
menyediakan sebagian biaya pelaksanaan kegiatan, yang ditentukan
berdasarkan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan indikasi, konfirmasi, dan penilaian di atas, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional mengkoordinasikan penyusunan rencana kegiatan
rinci atas kegiatan penerushibahan dengan Pemerintah Daerah.
II-34
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4.3.5
Peningkatan Kesiapan Kegiatan Penerusan Pinjaman kepada
BUMN
Rujukan1:
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 27.
Dalam rangka meningkatkan kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk usulan
kegiatan dari BUMN yang akan diteruspinjamkan, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional melakukan, sebagai berikut:
a.
Meminta informasi kepada Menteri Keuangan mengenai indikasi
kemampuan keuangan BUMN untuk mengembalikan kewajiban
penerusan pinjaman.
b.
Melakukan penilaian penerusan pinjaman kepada BUMN,
yang
meliputi:
i.
Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan dalam
rangka mencapai sasaran program yang merupakan prioritas
pembangunan nasional;
ii.
Penerusan pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan yang
akan memperluas dan meningkatkan pelayanan serta meningkatkan
penerimaan BUMN;
iii. BUMN penerima penerusan pinjaman mempunyai kemampuan
untuk memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman; dan
iv. Adanya persetujuan Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pembinaan BUMN.
Berdasarkan
indikasi
dan
penilaian
di
atas,
Menteri
Perencanaan
Pembangunan Nasional mengkoordinasikan penyusunan rencana kegiatan
rinci atas kegiatan penerusan pinjaman kepada BUMN.
23. Lihat lampiran 1 nomor 53.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
18-35
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4.3.6
Peningkatan
Kesiapan
Kegiatan
Penerushibahan
atau
Penyertaan Modal Negara kepada BUMN
Rujukan1:
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 28.
Dalam rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan untuk
kegiatan yang diusulkan oleh Kementerian Negara/Lembaga untuk BUMN
yang akan menjadi penerushibahan atau penyertaan modal negara, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan, sebagai berikut:
a.
Melakukan konfirmasi dengan BUMN meliputi kesiapan menjadi
pelaksana kegiatan dan kesediaan memenuhi persyaratan pelaksanaan
kegiatan.
b.
Meminta informasi indikasi kemampuan keuangan BUMN kepada
Menteri Keuangan.
c.
Melakukan penilaian penerushibahan atau penyertaan modal negara
kepada BUMN, yang meliputi:
i.
Penerushibahan atau penyertaan modal negara digunakan untuk
membiayai kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program yang
merupakan prioritas pembangunan nasional;
ii.
Penerushibahan atau penyertaan modal negara digunakan untuk
memperluas dan meningkatkan pelayanan dan sumber daya
BUMN;
iii. BUMN penerima penerushibahan atau penyertaan modal negara
tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk melaksanakan
kegiatan dalam pencapaian sasaran program yang merupakan
prioritas pembangunan nasional; dan
24. Lihat lampiran 1 nomor 54.
II-36
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
iv. Adanya persetujuan dari Direksi BUMN dan Menteri yang
bertanggung jawab dibidang pembinaan BUMN.
Berdasarkan konfirmasi, indikasi, dan penilaian di atas, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional mengkoordinasikan penyusunan rencana kegiatan
rinci atas kegiatan penerushibahan atau penyertaan modal negara dengan
BUMN.
2.2.4.3.7
Penilaian Kesiapan Kegiatan
Rujukan1:
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 29 dan
pasal 30.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan penilaian kesiapan
atas rencana pelaksanaan kegiatan. Kriteria penilaian kesiapan pelaksanaan
kegiatan meliputi:
a.
Telah disusun rencana kegiatan rinci;
b.
Telah disusun indikator kinerja pelaksanaan kegiatan untuk keperluan
monitoring dan evaluasi;
c.
Telah ada pernyataan kesediaan dari Pemerintah Daerah/BUMN untuk
menyiapkan dana pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewajiban
Pemerintah
Daerah/BUMN
yang
bersangkutan,
termasuk
dana
pendamping, sesuai dengan rencana jadwal pelaksanaan;
d.
Telah dialokasikan dana pendamping untuk tahun pertama pelaksanaan
kegiatan
yang
disiapkan
dalam
Rencana
Kerja
Kementerian
Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN;
e.
Telah ada rencana pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali,
termasuk ketersediaan dana yang diperlukan dalam Rencana Kerja
Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN;
25. Lihat lampiran 1 nomor 55.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-37
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
f.
Telah disusun rancangan pembentukan Unit Manajemen Proyek dan
Unit Pelaksana Proyek; dan
g.
Telah disusun rencana pengelolaan kegiatan.
Berdasarkan penilaian di atas dan penilaian atas kinerja kegiatan yang
dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang sedang berjalan pada
instansi pengusul dan/atau pelaksana, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional mencantumkan kegiatan yang telah memenuhi kriteria kesiapan ke
dalam DRPPHLN.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan DRPPHLN
kepada Menteri Keuangan; Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN yang usulan kegiatannya tercantum
dalam DRPPHLN; dan calon PPHLN.
Berdasarkan kegiatan yang tercantum dalam DRPPHLN, Kementerian
Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah/BUMN, melakukan penyempurnaan
persiapan pelaksanaan kegiatan.
Pemerintah Daerah/BUMN yang mempunyai rencana kegiatan yang
tercantum dalam DRPPHLN harus melakukan koordinasi dengan Menteri
Keuangan untuk penyusunan rancangan Naskah Perjanjian Penerusan
Pinjaman Luar Negeri (NPPP) dan/atau Naskah Perjanjian Penerushibahan
Luar Negeri (NPPH) untuk kegiatan tersebut.
Setelah difinalisasi, DRPPHLN diinformasikan kepada masyarakat.
II-38
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
2.2.4.4
Ketentuan Khusus Pengajuan Usulan Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri dalam Tahap Penyusunan Daftar Rencana Prioritas
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN)
2.2.4.4.1
Pengajuan Usulan Alokasi Fasilitas Kredit Ekspor (FKE)
dan/atau Pinjaman Komersial
Rujukan1:
- Lampiran Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984;
angka 6.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 31.
Berdasarkan kegiatan yang tercantum dalam DRPHLN-JM, Menteri pada
Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga dapat mengajukan usulan alokasi
FKE dan/atau Pinjaman Komersial kepada Menteri untuk:
a.
Kegiatan yang menjadi tugas pokok Kementerian Negara/Lembaga;
Syarat untuk Kementerian Negara/Lembaga dalam mengajukan usulan
ini, adalah:
Ø
FKE
dan/atau
Pinjaman
Komersial
yang
digunakan
oleh
Kementerian Negara/Lembaga, hanya dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan yang menurut sifatnya kegiatan tersebut tidak
dapat dibiayai melalui Pinjaman Lunak maupun Hibah.
b.
Kegiatan BUMN yang pembinaannya dalam bidang tugas Kementerian
Negara/Lembaga pengusul dengan persetujuan Direksi BUMN dan
Menteri yang bertanggung jawab di bidang pembinaan BUMN.
Syarat untuk BUMN dalam mengajukan usulan ini, adalah:
Ø
FKE dan/atau Pinjaman Komersial yang digunakan oleh BUMN
hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan investasi yang
26. Lihat lampiran 1 nomor 30 dan 56.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-39
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
dapat menghasilkan penerimaan secara langsung kepada BUMN
yang bersangkutan dan/atau kegiatan tersebut tidak dapat dibiayai
melalui Pinjaman Lunak maupun Hibah serta mendukung
keberhasilan program prioritas pembangunan nasional.
Berdasarkan usulan Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga tentang alokasi
FKE dan/atau Pinjaman Komersial ini, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional melakukan penilaian kesiapan kegiatan untuk dimasukkan dalam
DRPPHLN.
Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
menyampaikan
Daftar
Kegiatan yang akan dibiayai dari FKE dan/atau Pinjaman Komersial, kepada
Menteri Keuangan untuk mendapat penetapan alokasi FKE dan/atau alokasi
Pinjaman Komersial.
Langkah-langkah untuk membiayai proyek pembangunan dengan Kredit
Ekspor
Luar
Negeri
ini
hanya
dapat
dimulai
oleh
Kementerian
Negara/Lembaga/BUMN setelah memperoleh penetapan alokasi kredit
ekspor/pinjaman komersial1.
2.2.4.4.2
Hibah Luar Negeri yang Bersifat Khusus
Rujukan2:
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 32.
Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga dapat mengajukan
usulan kegiatan yang dibiayai dari hibah luar negeri yang bersifat khusus
27. Sampai saat buku ini dicetak, ketentuan rinci yang mengatur mengenai
pelaksanaan fasilitas kredit ekspor masih disusun. Karenanya rujukan peraturan
penggunaan Fasilitas Kredit Ekspor masih menggunakan Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1984.
28. Lihat lampiran 1 nomor 57
II-40
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional. Pengertian hibah luar
negeri yang bersifat khusus ini, adalah :
a.
Bersifat mendesak untuk segera dilakukan perjanjian hibahnya;
b.
Waktu pelaksanaan kegiatan kurang dari 6 (enam) bulan; dan
c.
Kegiatan yang diusulkan masih dimungkinkan untuk dicantumkan
dalam
dokumen
Rencana
Kerja
dan
Anggaran
Kementerian
Negara/Lembaga pengusul dan/atau pelaksana.
Berdasarkan usulan kegiatan Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga yang
akan dibiayai dari hibah luar negeri yang bersifat khusus ini, Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
melakukan
penilaian
kesiapan
pelaksanaan kegiatan dan kesiapan pendanaan, yang dikoordinasikan
dengan Menteri Keuangan. Berdasarkan hasil ini Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional menetapkan tambahan kegiatan pada DRPPHLN.
Tambahan kegiatan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
DRPPHLN.
2.2.4.5
Tahap Penyusunan Daftar Kegiatan
Rujukan1:
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 33.
Daftar Kegiatan adalah daftar rencana kegiatan yang telah memiliki indikasi
komitmen pendanaan dari calon PPLN/PHLN, yang mencakup jenis
kegiatan,
instansi
pengusul,
instansi
pelaksana,
rencana
alokasi
pinjaman/hibah, jadwal pelaksanaan, rencana sumber pendanaan luar negeri
dan jenis penerusan pinjaman dan/atau penerushibahan luar negeri
Berdasarkan DRPPHLN, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
melakukan koordinasi dengan calon PPLN/PHLN untuk mendapatkan
indikasi komitmen pendanaan. Setelah indikasi komitmen pendanaan ini,
29. Lihat lampiran 1 nomor 58.
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-41
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
menyampaikan
Daftar
Kegiatan yang diusulkan untuk dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri kepada Menteri Keuangan dan calon PPLN/PHLN.
Berdasarkan Daftar Kegiatan ini, Menteri Keuangan melakukan negosiasi
dengan
calon
PPLN/PHLN
dalam
rangka
penandatanganan
NPPLN/NPHLN.
2.3
Perundingan dan Penandatanganan Perjanjian Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 14
sampai dengan pasal 16 beserta penjelasannya.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 33
ayat 5.
Proses berikutnya setelah pengusulan dari Pemerintah Indonesia kepada
(calon)
pemberi
perundingan
pinjaman/hibah
dengan
(calon)
luar
pemberi
negeri
adalah
negosiasi
pinjaman/hibah
luar
atau
negeri
(PPLN/PHLN). Perundingan tersebut baru dapat dilakukan setelah kriteria
kesiapan kegiatan dipenuhi.
Yang termasuk kriteria kesiapan kegiatan yang harus dipenuhi sebelum
dilaksanakannya perundingan dengan calon PPLN/PPHLN mencakup:
a.
Indikator kinerja pemantauan dan evaluasi, seperti data dasar, harus
telah siap;
b.
Dana pendamping untuk tahun pertama pelaksanaan kegiatan telah
dialokasikan;
c.
Rencana pengadaan tanah dan/atau resettlement telah ada, termasuk
ketersediaan dana yang diperlukan;
30. Lihat lampiran 1 nomor 19, 20 dan 58.
II-42
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
d.
Unit Manajemen Proyek (Project Management Unit/PMU) dan Unit
Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit/PIU) telah dibentuk dan
telah ada personalianya;
e.
Draft
final
pengelolaan
proyek/petunjuk
pengelolaan/administrasi
proyek/ memorandum (yang berisi cakupan organisasi dan kerangka
acuan
kerjanya, dan
pengaturan
tentang pengadaan, anggaran,
disbursement, laporan, dan auditing) telah siap; dan
f.
Pernyataan dari Pemerintah Daerah (bila diperlukan) yang menyatakan
komitmen mereka untuk berpartisipasi dalam penyediaan dana
pendamping.
Perundingan dengan Calon PPLN/PHLN setidaknya harus mencakup aspek
keuangan dan aspek hukum. Aspek-aspek keuangan yang tercakup didalam
perundingan, antara lain:
a.
Pengefektifan pinjaman;
b.
Tingkat suku bunga;
c.
Periode pembayaran bunga;
d.
Cara penghitungan bunga;
e.
Denda bunga;
f.
Biaya-biaya lain;
g.
Pembayaran sebelum jatuh tempo;
h.
Metode penarikan pinjaman;
i.
Lama pinjaman;
j.
Tenggang waktu; dan
k.
Periode pembayaran pokok pinjaman.
Sedangkan aspek hukum yang tercakup, di antaranya:
a.
Kesepakatan;
b.
Janji dan jaminan;
c.
Kepatuhan terhadap hukum;
d.
Penyampaian dokumen peradilan;
e.
Pelepasan hak kekebalan;
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
II-43
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
f.
Hukum yang mengatur.
Naskah
Perjanjian
Pinjaman/Hibah
Luar
Negeri
(NPPLN/NPHLN)
ditandatangani oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi kuasa oleh
Menteri Keuangan. NPPLN/NPHLN sekurang-kurangnya memuat jumlah,
peruntukan
dan
persyaratan
pinjaman
dan/atau
hibah.
Salinan
NPPLN/NPHLN yang telah ditandatangani kemudian disampaikan oleh
Departemen Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan instansi
terkait lainnya.
NPPLN/NPHLN/perjanjian internasional di bidang keuangan lainnya yang
dibuat oleh Menteri Keuangan berlaku sejak ditandatangani, kecuali
ditentukan lain dalam naskah/dokumen yang bersangkutan.
Sebagai
bagian
dari
proses
perencanaan,
setelah
dilakukannya
penandatanganan NPPLN/NPPHLN sesuai dengan ketentuan Peraturan
Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala
Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006 perlu
disusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri.
Calon
PPHLN
Negosiasi
Penandatanganan
oleh
PPLN
Menteri PPN
Menkeu
Daftar kegiatan yang
diusulkan dibiayai oleh PHLN
Penetapan
Alokasi
Rancangan NPPLN/
NPHLN
K/L
Pemda
Koordinasi
NPPLN/
NPHLN
Gambar 2. 4 Tahapan Penyusunan NPPLN/NPHLN
II-44
PERENCANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
BUMN
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
BAB III
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH
LUAR NEGERI
Pinjaman luar negeri pada dasarnya merupakan salah satu alternatif sumber
pendanaan pembangunan. Mengingat pinjaman luar negeri mempunyai
konsekuensi beban ekonomi di masa yang akan datang, pelaksanaan proyekproyek dari pinjaman luar negeri harus dilakukan secara optimal dalam
rangka mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan sehingga dapat
meningkatkan produktifitas sumber daya manusia, memperluas kesempatan
kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebagai salah satu sumber pendanaan, pinjaman luar negeri diharapkan
dapat mendukung pembiayaan bidang prioritas dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang merupakan penjabaran Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Penyusunan strategi pinjaman luar negeri pemerintah (country borrowing
strategy) diharapkan dapat memperbaiki kelemahan dalam sistim manajemen
pengelolaan utang luar negeri Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Nomor PER. 005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara
Perencanaan dan Pengajuan Usulan Serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai
dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri pasal 2 (dua) disebutkan bahwa
rencana pelaksanaan kegiatan sekurang-kurangnya terdiri atas rincian jenis
kegiatan, lokasi, alokasi anggaran, satuan kerja pelaksana kegiatan, jadwal
pelaksanaan, kebutuhan dana pendamping, dan mekanisme pengadaan
barang dan jasa.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-45
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Hal-hal mendasar yang perlu dilaksanakan dalam pelaksanaan PHLN yaitu:
a.
Penatausahaan.
b.
Pembayaran Pinjaman.
c.
Penerusan pinjaman dan penerusan hibah.
d.
Mekanisme pengadaan barang dan jasa.
e.
Perpajakan.
Rujukan peraturan-peraturan yang digunakan pada bab ini:
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;
- Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1955 tentang Peraturan Pembebasan
dari Bea Masuk dan Bea Keluar Umum untuk Keperluan GolonganGolongan Pejabat dan Ahli Bangsa Asing yang Tertentu;
- Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001 tentang perubahan ketiga atas
Peraturan Pemerintah 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk
Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang mewah
dan Pajak Penghasilan dalam rangka pelaksanaan proyek Pemerintah yang
dibiayai dengan hibah dan atau Dana Pinjaman Luar Negeri;
- Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;
- Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah;
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri;
- Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
- Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
- Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984 tentang Penggunaan Kredit Ekspor
Luar Negeri;
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.010/2006 tentang Tata Cara
Pemberian Hibah Kepada Daerah;
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2006 tentang Tata Cara
Pemberian Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang Dananya Bersumber dari
Pinjaman Luar Negeri;
III-46
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006
tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta penilaian
Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 259/KMK.017/1993 tentang Penerusan
Pinjaman, Tingkat Bunga dan Jasa Penatausahaan Penerusan Pinjaman
dalam Rangka Bantuan Luar Negeri;
- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 574/KMK.04/2000 tentang Organisasi
Internasional dan Pejabat Perwakilan Organisasi yang tidak termasuk
sebagai subyek pajak penghasilan;
3.1
Penatausahaan
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 17
beserta penjelasannya dan pasal 18 ayat 1.
- Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002, pasal 45
sampai dengan pasal 47
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 29
ayat 2(e).
Penatausahaan
dilaksanakan
atas
oleh
pinjaman
Menteri
dan/atau
Keuangan.
hibah
luar
negeri
(PHLN)
Ketentuan-ketentuan
dalam
penatausahaan ini adalah sebagai berikut:
a.
Cakupan kegiatan penatausahaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri
adalah sebagai berikut:
b.
i.
Administrasi pengelolaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri; dan
ii.
Akuntansi pengelolaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
Jumlah atau bagian dari jumlah pinjaman dan/atau hibah luar negeri
yang dimuat dalam Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri (NPPLN)
dituangkan dalam dokumen satuan anggaran, untuk selanjutnya
dituangkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran.
31. Lihat lampiran 1 nomor 21, 32 dan 55.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-47
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
c.
Rencana penarikan pinjaman/hibah luar negeri dalam tahun anggaran
yang bersangkutan dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran,
dokumen satuan anggaran, dan dokumen pelaksanaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga.
d.
Apabila APBN telah ditetapkan, jumlah atau bagian dari jumlah
pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang dimuat dalam NPPLN
ditampung dalam APBN perubahan.
e.
Penarikan pinjaman dan/atau hibah luar negeri harus selalu tercatat
dalam realisasi APBN, pencatatan ini mengikuti standar akuntansi
negara.
f.
Kementerian Negara/Lembaga wajib memprioritaskan penyediaan dana
pendamping/ porsi rupiah lainnya yang dipersyaratkan NPPLN/NPHLN
pada dokumen satuan anggaran dan dokumen pelaksanaan anggaran
dalam tahun anggaran berkenaan.
g.
Dalam pengalokasian dana pembangunan agar diutamakan penyediaan
dana pendamping bagi proyek yang sebagian dananya bersumber dari
pinjaman/hibah luar negeri.
h.
Dana pinjaman/hibah luar negeri dan dana pendamping termasuk uang
muka harus dicantumkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran.
i.
Proyek yang dibiayai dengan dana kredit ekspor dapat dilaksanakan
setelah tersedia uang muka bagi proyek dimaksud.
j.
Naskah perjanjian luar negeri untuk kredit ekspor baru dapat
ditandatangani apabila uang muka yang dibutuhkan telah tersedia.
k.
Dana pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang belum selesai digunakan
ditampung dalam dokumen anggaran tahun berikutnya.
l.
Sisa pekerjaan berdasarkan surat perjanjian/kontrak yang belum dibayar
sampai dengan akhir tahun anggaran, ditampung dalam dokumen
III-48
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
anggaran tahun anggaran berikutnya atas beban bagian anggaran
Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan. Sedangkan untuk sisa
pekerjaan yang sumber pembiayaannya berasal dari pinjaman dan/atau
hibah luar negeri, dibiayai dari sisa dana pinjaman dan/atau hibah luar
negeri yang bersangkutan.
m. Dalam hal target/sasaran proyek telah tercapai, sisa alokasi dana proyek
yang bersumber dari pinjaman/ hibah luar negeri tidak dapat
dipergunakan lagi.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-49
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Box 3.1 Masalah Rendahnya Daya Serap Pinjaman Luar Negeri
Dalam beberapa tahun terakhir ini, daya serap (absorption capacity) menjadi masalah
besar dalam pengelolaan utang. Rendahnya daya serap, secara ekonomi sangat
merugikan karena:
a. Menyebabkan kenaikan dalam “commitment fee” yang
berdasarkan presentase atas pinjaman yang belum dicairkan.
harus
dibayar
b. Meningkatkan biaya penyelenggaraan proyek secara keseluruhan.
c. Penundaan proyek dapat mengakibatkan rendahnya kualitas pekerjaan dan
bahkan proyek tersebut kemungkinan gagal diselesaikan.
d. Kemungkinan manfaat sosial dari proyek menjadi berkurang atau bahkan
hilang sama sekali.
Masalah rendahnya realisasi pencairan pinjaman proyek dapat disebabkan oleh
berbagai faktor mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai komplikasi dalam
administrasi. Masalah yang sering dihadapi adalah sebagai berikut:
a. Pada tahap persiapan seringkali eksekusi pinjaman terjadi pada saat proyek
belum dipersiapkan secara matang (low quality of entry), terutama menyangkut:
i. Kelengkapan dokumen proyek.
ii. Terhambatnya pembebasan tanah.
iii. Pengadaan barang dan jasa pada tahun pertama pelaksanaan proyek sering
terhambat.
iv. Pembentukan pengelola proyek belum dilakukan secara matang.
v. Dana pendamping Rupiah sering tidak tersedia.
vi. Lemahnya koordinasi antara pusat dan daerah dan antar sektor/departemen
yang terlibat.
b. Pada tahap pelaksanaan sering terhambat terutama oleh masalah berikut ini:
i. Karena rumitnya administrasi anggaran, masa efektif pengerjaan proyek
hanya sekitar 7-8 bulan saja dan bukan 12 bulan dalam setahun.
ii. Tidak ada jaminan yang penuh bahwa dana pendamping Rupiah akan cair.
iii. Lambannya penunjukkan pimpinan dan panitia proyek.
iv. Terjadinya back-log akibat kesulitan pencairan.
v. Terjadinya mis-procurement.
vi. Kekurangpahaman pengelola proyek terhadap persyaratan yang ditetapkan
oleh kreditur.
vii. Administrasi dan prosedur pencairan berbeda-beda antar kreditur (tidak
standar)1.
32. Dikutip dari Tim Kajian Lintas Direktorat Kedeputian Pendanaan Pembangunan
Bappenas, Kajian Strategi Pendanaan Luar Negeri, 2004, hal 48 sampai dengan 50.
III-50
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Box 3.2 Kriteria Kesiapan Proyek
Untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas proyek-proyek yang dibiayai
pinjaman luar negeri serta untuk menghindari berbagai permasalahan yang kerap
muncul dalam pelaksanaan proyek-proyek tersebut, terdapat kriteria yang perlu
dipenuhi sebelum suatu proyek pinjaman luar negeri dilaksanakan. Kriteria
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Telah disusun rencana kegiatan rinci.
b. Telah disusun rencana pengelolaan kegiatan.
c. Telah disusun rencana pendanaan rinci.
d. Telah dialokasikan dana pendamping untuk tahun pertama pelaksanaan
kegiatan yang disiapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Negara/ Lembaga/
Pemerintah Daerah/BUMN.
e. Telah ada rencana pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali, termasuk
ketersediaan dana yang diperlukan dalam Rencana Kerja Kementerian
Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN.
f.
Telah ada ijin penggunaan lahan dan ijin konstruksi.
g. Telah disusun indikator kinerja pelaksanaan.
h. Telah disusun rancangan pembentukan Unit Manajemen dan Pelaksana
Proyek.
i.
j.
Telah disusun rencana pengadaan untuk tahun pertama pelaksanaan.
Telah dilakukan pembahasan dan dicapai kesepakatan dengan pemangku
kepentingan (stakeholder) terkait.
k. Khusus untuk proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui
mekanisme penerusan pinjaman, ditambah dengan telah ada pernyataan
kesediaan dari Pemda untuk menyiapkan dana pelaksanaan kegiatan yang
menjadi kewajiban Pemda yang bersangkutan, termasuk dana pendamping
sesuai dengan jadwal pelaksanaan.
l.
Khusus untuk proyek yang dilaksanakan oleh BUMN melalui mekanisme
penerusan pinjaman, ditambah dengan:
i. Telah ada pernyataan kesediaan dari BUMN untuk menyiapkan dana
pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewajiban BUMN yang bersangkutan,
termasuk dana pendamping sesuai dengan jadwal pelaksanaan.
ii. Telah ada persetujuan prinsip dari Dewan Komisaris dan RUPS mengenai
penerimaan penerusan pinjaman.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-51
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
3.2
Penarikan Pinjaman atau Hibah
Rujukan1:
- Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua
Bappenas Nomor : 185 /KMK.03 /1995 dan Nomor:
KEP.031 /KET/5/1995; Pasal 11
Penarikan pinjaman/hibah luar negeri, dapat dilaksanakan melalui tata cara
sebagai berikut:
a.
Pembukaan Letter of Credit (L/C) oleh Bank Indonesia
b.
Pembayaran langsung (Direct Payment) oleh PPHLN kepada rekanan
c.
Penggantian Pembiayaan Pendahuluan (Reimbursement)
d.
Rekening Khusus (Special Account) di Bank Indonesia atau bank
pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
3.2.1
Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Pembukaan L/C
Rujukan2:
- Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua
Bappenas Nomor : 459/KMK.03/1999 dan Nomor:
KEP.264/KET/09/1999; Pasal 1
Tata cara untuk penarikan pinjaman/hibah luar negeri dengan pembukaan
Letter of Credit (L/C) adalah sebagai berikut:
a.
Pejabat Pengguna Anggaran (PPA) atau Pejabat yang berwenang
mengajukan Surat Permintaan Penerbitan Surat Kuasa Pembebanan
(SPP-SKP) sebesar bagian nilai Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa
33. Lihat lampiran 1 no 34, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur organisasi
dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku ini.
34. Lihat lampiran 1 no 38, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur organisasi
dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku ini.
III-52
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
b.
Berdasarkan SPP-SKP, Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal
Perbendaharaan menerbitkan Surat Kuasa Pembebanan (SKP) dan
mengirimkan kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal Bea dan Cukai, Pejabat Eselon I yang bersangkutan dan PPA
atau Pejabat yang berwenang.
c.
Berdasarkan SKP, PPA atau Pejabat yang berwenang memberitahukan
kepada rekanan atau importir sebagai kuasa dari rekanan untuk
membuka L/C. Selanjutnya rekanan atau importir sebagai kuasa dari
rekanan yang ditunjuk, mengajukan permintaan pembukaan L/C kepada
Bank Indonesia dengan melampirkan daftar barang yang akan diimpor
(master list) yang dibuat dan atau disetujui PPA serta KPBJ.
d.
Atas dasar SKP dan pemintaan pembukaan L/C dari rekanan atau
importir tersebut, Bank Indonesia mengajukan permintaan kepada
Pemberi Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PPHLN) untuk menerbitkan
pernyataan kesediaan melakukan pembayaran (Letter of Commitment).
e.
Bank Indonesia membuka L/C kepada Bank Koresponden dan tembusan
dokumen pembukaan L/C disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
f.
Berdasarkan pembukaan L/C dari Bank Indonesia, Letter of Commitment
atau dokumen yang disamakan dari PPHLN, dan dokumen realisasi L/C,
Bank Koresponden melakukan penagihan kepada PPHLN untuk
dibayarkan kepada rekanan atau pemasok.
g.
PPHLN melaksanakan pembayaran kepada Bank Koresponden dan
mengirimkan debet advice kepada Bank Indonesia. Selanjutnya, Bank
Indonesia mengirimkan rekaman debet advice kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
h.
Berdasarkan
dokumen
realisasi
L/C
yang
diterima
dari
Bank
Koresponden serta SKP dari Menteri Keuangan, Bank Indonesia
membuat Nota Disposisi L/C dan Nota Perhitungan serta membukukan:
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-53
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Kredit : Rekening BUN
Dalam Nota Perhitungan dicantumkan nomor dan tanggal L/C serta
nomor dan tanggal SKP.
i.
Nota Perhitungan dan Nota Disposisi L/C, disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan dan PPA.
j.
Atas dasar Nota Perhitungan, Direktur Jenderal Perbendaharaan
menerbitkan Surat Perintah Membayar Pengesahan (SPMP).
3.2.2
Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Cara Pembayaran
Langsung
Rujukan1:
- Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua
Bappenas Nomor : 459/KMK.03/1999 dan Nomor:
KEP.264/KET/09/1999; Pasal 1
Tata cara untuk penarikan pinjaman/hibah luar negeri dengan cara
pembayaran langsung (Direct Payment) adalah sebagai berikut:
a.
Berdasarkan KPBJ, PPA atau Pejabat yang berwenang menyampaikan
Aplikasi Penarikan Dana (APD) kepada PPHLN melalui Direktur
Jenderal Perbendaharaan dengan tembusan kepada Bank Indonesia dan
melampirkan
KPBJ.
Berdasarkan
APD
ini,
PPHLN
melakukan
pembayaran langsung kepada rekening rekanan, serta mengirimkan asli
debet
advice
kepada
Menteri
Keuangan
c.q.
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan dan tembusannya kepada Bank Indonesia.
b.
Atas dasar debet advice, Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan
Surat Perintah Membayar (SPM) sebagai dasar pengeluaran dan
penerimaan APBN sebesar nilai ekivalen rupiah kepada Bank Indonesia.
35. Lihat lampiran 1 no 38, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur organisasi
dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku ini.
III-54
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Debet : Rekening BUN
Kredit : Rekening BUN
Dalam Nota Perhitungan dicantumkan nomor dan tanggal SPM.
e.
Nota
Perhitungan,
disampaikan
kepada
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan, PPA atau Pejabat yang berwenang.
3.2.3
Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Cara Penggantian
Pembiayaan Pendahuluan
Rujukan1:
- Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua
Bappenas Nomor : 185 /KMK.03 /1995 dan Nomor:
KEP.031 /KET/5/1995; Pasal 14 dan Pasal 15
Tatacara penarikan pinjaman dengan cara pembiayaan pendahuluan dari
dana Rekening Bendahara Umum Negara (BUN) adalah sebagai berikut:
a.
PPA/Pejabat
yang
berwenang
mengajukan
Surat
Permintaan
Pembiayaan Pendahuluan (SP3), disertai KPBJ dan DIPA dan dokumen
pendukung lainnya sebagai dasar dilakukannya pembayaran, kepada
Direktur Jenderal Perbendaharaan.
b.
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
menerbitkan
Surat
Perintah
Membayar-Pembiayaan Pendahuluan (SPM-PP) dan dikirimkan kepada
Bank Indonesia sebagai dasar pemindahbukuan dari Rekening BUN ke
rekening rekanan atau rekening bendaharawan proyek.
c.
Direktur Jenderal Perbendaharaan mengajukan Aplikasi Penarikan Dana
(APD) kepada PPHLN dilampiri dengan SPM-PP dan dokumen
pendukung sebagaimana yang disyaratkan oleh masing-masing PPHLN,
dengan tembusan kepada Bank Indonesia.
36. Lihat lampiran 1 no 35 dan 36, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur
organisasi dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku
ini.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-55
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
d.
Berdasarkan
APD
tersebut,
PPHLN
melakukan
penggantian
(reimbursement) untuk untung Rekening BUN pada Bank Indonesia, serta
mengirimkan asli debet advice kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Perbendaharaan, dengan tembusan kepada Bank Indonesia.
e.
Berdasarkan debet advice, Direktur Perbendaharaan menerbitkan SPM
dan disampaikan kepada Bank Indonesia. Bank Indonesia berdasarkan
SPM ini, membuat Nota Perhitungan dan membukukan:
Debet : Rekening Bank Koresponden
Kredit : Rekening BUN
Dalam Nota Perhitungan dicantumkan Nomor dan Tanggal SPM. Nota
Perhitungan ini kemudian disampaikan segera kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan dan PPA.
Untuk
dana
pinjaman/hibah
Penerima
luar
Penerusan
negeri
dengan
Pinjaman,
cara
tata
cara
penggantian
Penarikan
pembiayaan
pendahuluan adalah sebagai berikut:
a.
Berdasarkan NPPPP dan dokumen anggaran yang berlaku, PPP
mengajukan bukti-bukti pengeluaran pembayaran pendahuluan, Rincian
Rencana Penggunaan Uang kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Atas dasar bukti pengeluaran tersebut dan dokumen pendukung
sebagaimana disyaratkan oleh masing-masing PPHLN, Direktur Jenderal
Perbendaharaan mengajukan APD kepada PPHLN.
b.
Berdasarkan APD, PPHLN melakukan penggantian (reimbursement)
untuk untung Rekening PPP, serta mengirimkan asli debet advice kepada
Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan
tembusan kepada Bank Indonesia. Atas dasar debet advice ini, Direktur
Jenderal Perbendaharaan menerbitkan SPM dan disampaikan kepada
Bank Indonesia.
c.
Bank Indonesia berdasarkan SPM tersebut membuat Nota Perhitungan
dan membukukan:
Debet : Rekening BUN
III-56
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Kredit : Rekening BUN
Dalam Nota Perhitungan dicantumkan Nomor dan Tanggal SPM. Nota
Perhitungan ini kemudian disampaikan segera kepada Direktur Jenderal
Perbendaharaan dan PPA.
3.2.4
Penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri Dengan Rekening Khusus
Rujukan1:
- Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua
Bappenas Nomor : 185 /KMK.03 /1995 dan Nomor:
KEP.031 /KET/5/1995; Pasal 16
Tata cara Penarikan Pinjaman/Hibah Dengan Rekening Khusus (Spesial
Account) adalah sebagai berikut:
a.
Direktur Jenderal Perbendaharaan membuka Rekening Khusus (RK)
pada Bank Indonesia atau bank pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan untuk selanjutnya mengajukan permintaan penarikan
pertama pinjaman (initial deposit), kepada PPHLN untuk kebutuhan
pembiayaan proyek selama periode tertentu atau sejumlah yang sudah
ditentukan dalam NPPHLN untuk dibukukan ke dalam RK.
b.
Pemimpin
Proyek/pejabat
yang
Permintaan
Pembayaran
(SPP)
berwenang
dengan
mengajukan
dilampiri
Surat
dokumen
pendukungnya kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. Berdasarkan
SPP ini, Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan SPM rekening
Khusus (SPM-RK) dan disampaikan kepada Bank Indonesia atau bank
pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
c.
Atas dasar SPM-RK tersebut, Bank Indonesia atau bank pemerintah
lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan membebani RK untuk
dipindahbukukan
ke
Rekening
Rekanan/Rekening
Bendaharawan
Proyek. Berdasarkan SPM-RK dan Nota Debet, Direktur Jenderal
37. Lihat lampiran 1 no 37, isi sub-bab telah disesuaikan dengan struktrur organisasi
dan tata kerja Departemen Keuangan yang berlaku saat penulisan buku ini.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-57
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Perbendaharaan
membukukan
seluruh
realisasi
SPM-RK
sebagai
pengeluaran dan sekaligus penerimaan pinjaman/hibah luar negeri
d.
Direktur Jenderal Perbendaharaan mengajukan permintaan pengisian
kembali RK (replenishment), kepada PPHLN dilampiri dengan dokumen
pendukung sebagaimana yang disyaratkan masing-masing PPHLN.
e.
Berdasarkan debet advice atas transfer Initial Deposit dan Replenishment yang
diterima dari PPHLN :
i.
Bank Indonesia membuat :
a)
Nota pemindahbukuan uang:
b)
Debet
: Rekening Bank Koresponden
Kredit
: Rekening Khusus
Berdasarkan Surat Kuasa Pembebanan Menteri Keuangan, Bank
Indonesia membukukan Nota Perhitungan PHLN:
Debet
: Rekening BUN
Kredit
: Rekening BUN
Dalam nota perhitungan dicantumkan nomor dan tanggal APD.
Atau
ii.
Bank pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan membuat :
a)
Nota pemindahbukuan uang :
b)
Debet
: Rekening Bank Koresponden
Kredit
: Rekening Khusus
Laporan Nota Perhitungan PHLN disampaikan segera kepada
Direktur Jenderal Perbendaharaan. Kemudian Direktur Jenderal
Perbendaharaan menyampaikan Laporan Nota Perhitungan
kepada Bank Indonesia untuk dibukukan:
III-58
Debet
: Rekening BUN
Kredit
: Rekening BUN
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
f.
Bank Indonesia menyampaikan Nota Perhitungan kepada Direktur
Jenderal Perbendaharaan dan PPA.
3.3
Pembayaran Pinjaman
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 26.
Pembayaran pokok, bunga dan biaya lainnya dari pinjaman luar negeri
Pemerintah dilaksanakan Menteri Keuangan pada saat jatuh tempo sesuai
dengan ketentuan dalam NPPLN. Pembayaran ini dilaksanakan oleh Bank
Indonesia berdasarkan permintaan Menteri Keuangan.
Dana yang dipergunakan untuk membayar pinjaman luar negeri Pemerintah
Indonesia disediakan dalam APBN setiap tahun sampai dengan berakhirnya
kewajiban pembayaran kepada PPLN.
Apabila pembayaran pokok, bunga, dan biaya lainnya dari pinjaman luar
negeri melebihi perkiraan dana yang disediakan dalam APBN, Departemen
Keuangan melakukan pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran
dimaksud kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembahasan perubahan
APBN tahun yang bersangkutan.
3.4
Penerusan Pinjaman dan Penerusan Hibah
Rujukan2:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 20
ayat 1 dan 2, pasal 21 ayat 1,2 dan ayat 4 sampai
dengan ayat 6, dan pasal 22.
Menteri Keuangan menetapkan pinjaman dan/atau hibah luar negeri
Pemerintah yang akan diteruspinjamkan atau diterushibahkan kepada
Pemerintah Daerah dan BUMN sebelum dilakukan negosiasi dengan
PPLN/PHLN.
38. Lihat lampiran 1 no 26.
39. Lihat lampiran 1 no 22.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-59
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang akan diteruspinjamkan
dituangkan dalam Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman (NPPP) sedangkan
Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang diterushibahkan
kepada Pemerintah Daerah dituangkan dalam Naskah Perjanjian Hibah
(NPH). NPPP dan NPH kemudian ditandatangani oleh Menteri Keuangan
dengan Kepala Daerah/Pimpinan BUMN. NPPP dan NPH ditandatangani
selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah NPPLN/NPHLN ditandatangani.
Salinan NPPP dan NPH yang telah ditandatangani disampaikan oleh
Departemen Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan instansi
terkait lainnya.
Jumlah atau bagian dari jumlah pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang
dimuat dalam NPPP dan NPH dituangkan dalam dokumen pelaksanaan
anggaran Pemerintah Daerah atau BUMN.
Pemerintah Daerah atau BUMN wajib melakukan pembayaran kembali atas
penerusan pinjaman seuai dengan ketentuan yang diatur dalam NPPP.
3.4.1
Penerusan Pinjaman kepada Daerah
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005; pasal 12
huruf b beserta penjelasannya, pasal 13 ayat 5 dan 6,
dan pasal 14.
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 20
ayat 3 dan 4 beserta penjelasannya.
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2006;
pasal 11 sampai dengan pasal 19.
Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya berasal dari luar negeri
dilakukan melalui Perjanjian Penerusan Pinjaman.
Dalam menentukan penerusan pinjaman kepada daerah dalam bentuk
pinjaman atau hibah, Menteri Keuangan memperhatikan kemampuan
40. Lihat lampiran 1 nomor 7, 23, 68, 69 dan 70.
III-60
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
membayar kembali daerah dan kapasitas fiskal daerah serta pertimbangan
dari Menteri Dalam Negeri. Ukuran kemampuan membayar daerah, antara
lain Debt Service Coverage Ration (DSCR)1, posisi outstanding pinjaman, dan
tunggakan pembayaran kewajiban pinjaman. Setelah memperhatikan hal-hal
tersebut Menteri Keuangan menetapkan peta kapasitas fiskal daerah.
Ketentuan-ketentuan mengenai penerusan pinjaman kepada daerah ini
adalah:
a.
Perjanjian Penerusan Pinjaman dilakukan antara Menteri Keuangan dan
Kepala Daerah.
b.
Menteri Keuangan menetapkan persyaratan penerusan pinjaman.
c.
Persyaratan pinjaman dalam Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri
(NPPLN) menjadi acuan dalam menetapkan persyaratan pinjaman
dalam Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman (NPPP).
d.
NPPP sekurang-kurangnya memuat ketentuan mengenai:
i.
sumber dan jumlah dana;
ii.
peruntukan;
iii. persyaratan pinjaman;
iv. penarikan dana;
v.
penggunaan dana;
vi. pembayaran kembali;
vii. monitoring dan evaluasi;
viii. pelaporan perkembangan fisik dan keuangan; dan
ix. sanksi.
41. Rumus DSCR:
{PAD + (DBH - DBHDR ) + DAU}- Belanja Wajib ³ 2,5
DSCR =
Angsuran Pokok Wajib + Bunga + Biaya Lain
DSCR = Debt Service Coverage Ratio; PAD = Pendapatan Asli Daerah; DAU = Dana
Alokasi Umum;
DBH = Dana Bagi Hasil; dan DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-61
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
e.
Mata uang Pinjaman dalam NPPP dapat dinyatakan dalam mata uang
Rupiah atau mata uang asing.
f.
Dalam hal NPPP menetapkan bahwa mata uang yang digunakan dalam
pengembalian Pinjaman adalah mata uang Rupiah, Pemerintah c.q.
Menteri Keuangan menanggung risiko atas terjadinya perubahan nilai
tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing yang digunakan
dalam NPPLN.
g.
Dalam hal NPPP menetapkan bahwa mata uang yang digunakan dalam
pengembalian pinjaman adalah mata uang Rupiah, tingkat bunga dalam
NPPP ditetapkan sesuai dengan tingkat bunga dalam NPPLN ditambah
dengan tambahan tingkat bunga Pinjaman yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan berdasarkan usulan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Tambahan nilai tingkat bunga Pinjaman ini dapat ditinjau secara berkala
oleh Menteri Keuangan dengan memperhatikan perkembangan nilai
tukar mata uang Rupiah.
h.
Dalam hal NPPP menetapkan bahwa mata uang yang digunakan dalam
pengembalian Pinjaman adalah mata uang asing, tingkat bunga dalam
NPPP ditetapkan sesuai tingkat suku bunga dalam NPPLN ditambah
sebesar 0,50% (setengah perseratus) per tahun atau ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.
NPPP ditandatangani oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi kuasa
oleh Menteri Keuangan dengan Pemerintah Daerah penerima pinjaman.
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
atas
nama
Menteri
Keuangan
menyampaikan salinan NPPP yang telah ditandatangani kepada Kepala
Badan Pemeriksa Keuangan, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Gubernur Bank
Indonesia dan instansi terkait lainnya. NPPLN merupakan satuan kesatuan
dokumen yang tidak dapat dipisahkan dari NPPP.
III-62
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Tata cara untuk penarikan, penyaluran dan pengembalian pinjaman adalah
sebagai berikut:
a.
Berdasarkan NPPP, Pemerintah Daerah penerima Pinjaman mengajukan
permintaan persetujuan penetapan Satuan Anggaran Per Satuan Kerja
(SA-PSK) Pinjaman kepada Direktur Jenderal Anggaran.
b.
Atas dasar penetapan SA-PSK, Pemerintah Daerah menerbitkan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA ini kemudian diajukan
kepada
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
untuk
mendapatkan
pengesahan. DIPA yang telah disahkan digunakan sebagai dasar
pencairan dan/atau penyaluran Pinjaman.
c.
Penarikan Pinjaman dapat dilakukan melalui tata cara sebagai berikut:
i.
Pembayaran Langsung (Direct Payment);
ii.
Pembiayaan Pendahuluan (Pre-Financing);
iii. Rekening Khusus (Special Account); dan/atau
iv. Pembukaan Letter of Credit (L/C).
d.
Berdasarkan NPPP Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Bank
Penatausaha
menyampaikan
surat
tagihan
pembayaran
kembali
Pinjaman kepada Pemerintah Daerah. Atas dasar surat tagihan
pembayaran kembali Pinjaman ini, Pemerintah Daerah melakukan
pembayaran melalui Bank Penatausaha.
e.
Bank Penatausaha meneruskan pembayaran kembali Pinjaman ke
Rekening Pembangunan Daerah di Bank Indonesia.
f.
Pemerintah Daerah menyampaikan bukti setor pembayaran kembali
pinjaman kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur
Pengelolaan Penerusan Pinjaman.
g.
Dalam
hal
Pemerintah
Daerah
tidak
melaksanakan
kewajiban
pembayaran kembali pinjaman sebagaimana diatur dalam NPPP,
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
setelah
berkoordinasi
dengan
Direktur Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal Perimbangan
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-63
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Keuangan akan melakukan pemotongan terhadap Dana Alokasi Umum
(DAU) dan/atau Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara yang menjadi
hak Daerah bersangkutan.
Ketentuan-ketentuan
perubahan
tentang
terhadap
NPPP
keinginan
tentang
Pemerintah
realokasi,
Daerah
pembatalan
perihal
dan/atau
perpanjangan tanggal penarikan terakhir, adalah sebagai berikut:
a.
Pemerintah Daerah mengajukan usul perubahan NPPP kepada Menteri
Keuangan
dan
Nasional/Kepala
Menteri
Bappenas,
Negara
Perencanaan
dilengkapi
dengan
Pembangunan
dokumen
yang
disyaratkan dan alasan perubahan.
b.
Berdasarkan usul perubahan tersebut, Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala
Bappenas
memberi
pertimbangan
kepada Menteri Keuangan.
c.
Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk, setelah memperoleh
pertimbangan
dari
Menteri
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas, mengusulkan perubahan NPPLN kepada
PPLN, sepanjang dipersyaratkan adanya persetujuan oleh PPLN
dan/atau diperlukan perubahan NPPLN.
d.
Apabila usulan perubahan NPPLN tersebut disetujui oleh PPLN,
Menteri Keuangan akan menerbitkan persetujuan perubahan NPPP.
e.
Dalam hal tidak dipersyaratkan adanya persetujuan oleh PPLN dan/atau
diperlukan perubahan NPPLN, Menteri Keuangan dapat melakukan
perubahan NPPP.
III-64
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
3.4.2
Penerusan Hibah kepada Daerah
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005; pasal 2
ayat 1 dan 3, pasal 4, pasal 5 ayat 2, dan pasal 6.
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.010/2006;
pasal 18 ayat 1,3 dan 4, pasal 19, pasal 20, dan pasal 22
sampai dengan pasal 27.
Menteri Keuangan menetapkan persetujuan pemberian hibah untuk
pendanaan kepada Daerah. Berdasarkan persetujuan pendanaan untuk hibah
yang bersumber dari pinjaman luar negeri dan hibah luar negeri dituangkan
dalam Naskah Perjanjian Penerusan Hibah (NPPH).
NPPH memuat ketentuan antara lain mengenai:
a.
Tujuan hibah;
b.
Jumlah hibah;
c.
Sumber hibah;
d.
Penerima hibah;
e.
Persyaratan hibah;
f.
Tata cara pencairan/penyaluran hibah;
g.
Tata cara penggunaan hibah;
h.
Tata cara pelaporan dan pemantauan hibah;
i.
Hak dan kewajiban pemberi dan penerima hibah; dan
j.
Sanksi.
Penandatanganan NPPH dilakukan antara Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Anggaran dengan Daerah penerima Hibah. Salinan NPPH yang
telah ditandatangani disampaikan Direktur Jenderal Anggaran kepada Badan
Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,
Kementerian
Negara
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Bappenas,
Kementerian Negara/Lembaga terkait serta PPLN dan/atau PHLN. NPPH
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari NPHLN atau NPPLN dan
berlaku efektif setelah persyaratan dalam NPHLN atau NPPLN dipenuhi.
42. Lihat lampiran 1 nomor 8, 65, 66 dan 67
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-65
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Tata cara untuk penarikan, penyaluran dan pengembalian pinjaman adalah
sebagai berikut:
a.
Berdasarkan NPPH, Daerah penerima Hibah mengajukan alokasi dana
kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Anggaran.
Berdasarkan pengajuan alokasi dana tersebut, Menteri Keuangan
menetapkan Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SA-PSK) penerusan
Hibah kepada Direktur Jenderal Anggaran.
b.
Atas dasar penetapan SA-PSK, Daerah menerbitkan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA ini kemudian diajukan kepada
Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk mendapatkan pengesahan.
c.
DIPA yang telah disahkan digunakan sebagai dasar pencairan dan/atau
penyaluran Hibah.
d.
Penarikan Hibah dapat dilakukan melalui tata cara sebagai berikut:
i.
Pembayaran Langsung (Direct Payment);
ii.
Rekening Khusus (Special Account); dan/atau
iii. Pembukuan Letter of Credit (L/C)
e.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penarikan Hibah diatur
dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
f.
Penerimaan Hibah oleh Daerah dikelola dan dilaksanakan secara
transparan dan akuntabel.
g.
Untuk menyatakan komitmen dan tanggung jawab Daerah dalam
pelaksanaan hibah, Daerah penerima Hibah wajib menyediakan dana
pendamping yang dipersyaratkan.
h.
Kegiatan
yang
didanai
dengan
Hibah
dan
dana
pendamping
dianggarkan dalam APBD. Apabila Daerah tidak menganggarkan dana
ini maka pencairan Hibah tidak dapat dilakukan. Dana pendamping ini
dicantumkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan Kerja
Perangkat Daerah (DPA-SKPD).
III-66
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
i.
Dalam hal Hibah berupa barang, pengiriman barang harus dilengkapi
dengan
dokumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
j.
Dalam hal Hibah berupa jasa konsultan dan jasa lainnya, Daerah
menyediakan fasilitas penunjang untuk kelancaran pekerjaan.
k.
Penerimaan Hibah oleh Daerah dicatat sebagai pendapatan Hibah dalam
kelompok Lain-lain Pendapatan yang Sah pada APBD. Penerimaan
Hibah dalam bentuk barang dan/atau jasa dicatat berdasarkan harga
perolehan atau taksiran nilai wajar barang dan/atau jasa tersebut.
Penerimaan Hibah dalam bentuk barang dan/atau jasa selain dicatat
sebagai pendapatan hibah dalam kelompok Lain-lain Pendapatan yang
Sah pada saat yang sama dicatat sebagai belanja dengan nilai yang sama.
l.
Barang yang diterima dari Hibah diakui dan dicatat sebagai barang milik
daerah pada saat diterima.
m. Penerimaan Hibah dalam bentuk uang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas.
n.
Penerimaan Hibah dalam bentuk barang dan/atau jasa dilaporkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran.
o.
Transaksi
penerimaan Hibah
dan
penerusannya
ke
Daerah
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
p.
Dalam hal Hibah tidak termasuk dalam perencanaan Hibah pada tahun
anggaran
berjalan,
Hibah
harus
dilaporkan
dalam
Laporan
Pertanggungjawaban Keuangan.
q.
Tata cara akuntansi dan pelaporan keuangan yang terkait dengan Hibah
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku tentang sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Pemerintah.
Ketentuan-ketentuan usulan perubahan lingkup pekerjaan dan alokasi biaya
sebagaimana telah ditetapkan NPPH, adalah sebagai berikut:
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-67
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
a.
Daerah dapat mengajukan perubahan NPPH disertai alasan perubahan
kepada
Direktur Jenderal Anggaran
dan Perimbangan Keuangan.
Usulan perubahan hanya dapat disetujui apabila tidak menambah
jumlah Hibah dan tujuan penggunaan Hibah.
b.
Direktur Jenderal Anggaran menerbitkan persetujuan perubahan setelah
berkoordinasi
dengan
Kementerian
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Bappenas dan Kementerian Negara/Lembaga terkait serta
PHLN atau PPLN.
3.4.3
Penerusan Pinjaman dan Penyertaan Modal Negara Kepada BUMN
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 22
ayat 1.
- Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 259/KMK.017/1993;pasal 2 dan 3.
Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri yang diteruskan kepada BUMN dan
harus dibayar kembali kepada Pemerintah ditetapkan sebagai berikut:
a.
Dalam hal PHLN diteruskan sebagai pinjaman dalam valuta asing,
pokok pinjaman dihitung dan dibayar dalam valuta asing sesuai dengan
jumlah valuta asing yang telah ditarik sebagaimana tercantum dalam
Perjanjian Penerusan Pinjaman; atau
b.
Dalam hal PHLN diteruskan sebagai pinjaman dalam Rupiah, pokok
pinjaman
dihitung
dan
dibayar
dalam
rupiah
yang
jumlah
keseluruhannya sama besar dengan jumlah nilai lawan rupiah dari
PHLN yang ditarik dan diperhitungkan dengan kurs jual Bank Indonesia
dan atau realisasi rupiah pada setiap tanggal penarikan.
Untuk tingkat bunga penerusan pinjaman luar negeri yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan didasarkan atas penggolongan sebagai berikut:
43. Lihat lampiran 1 nomor 22 dan 62.
III-68
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
a.
Apabila penerusan pinjaman kepada penerima pinjaman dalam valuta
asing maka tingkat bunga yang harus dibayar sesuai dengan tingkat
bunga pinjaman pemerintah kepada PPHLN ditambah 0,50% (persen)
per tahun atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
b.
Apabila penerusan pinjaman kepada penerima pinjaman dalam rupiah,
maka tingkat bunga yang ditetapkan sebagai berikut:
i.
Untuk BUMN yang termasuk kategori sehat/sehat sekali, tingkat
bunga penerusan pinjaman sama dengan tingkat bunga SBI
ditambah 1% (persen) per tahun;
ii.
Untuk BUMN perbankan tingkat bunga penerusan pinjaman sama
dengan tingkat SBI atau ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan
iii. Untuk penerima pinjaman yang tidak termasuk kategori i dan ii di
atas, akan ditetapkan kasus per kasus sesuai dengan kelayakan
proyek.
Pinjaman dan/atau hibah luar negeri Pemerintah yang dijadikan penyertaan
modal
negara pada BUMN dilaksanakan sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan.
3.5
Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa
Rujukan1:
- Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002, pasal 16.
- Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, pasal 7 ayat
1b,pasal 41, pasal 43 ayat 2.
- Lampiran Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 1984;
angka 4.
Mekanisme pengadaan barang dan jasa dalam pelaksanaan proyek pinjaman
dan/atau hibah luar negeri telah diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun
2003
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah.
44. Lihat lampiran 1 nomor 28, 31 dan 33.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-69
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Ketentuan-ketentuan pokok tentang pengadaan barang/jasa yang dibiayai
dengan dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri adalah sebagai berikut:
a.
Pengadaan
barang/jasa
pada
umumnya
dilakukan
setelah
NPPLN/NPHLN disepakati pemerintah RI dan pemberi pinjaman/hibah
kecuali untuk beberapa pinjaman bilateral.
b.
Pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari
pinjaman/hibah luar negeri dan dilakukan setelah penandatangan
NPPLN/NPHLN, pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan-ketentuan
(guidelines) dari pemberi pinjaman dan atau ketentuan lain yang
disepakati oleh Pemerintah RI dengan pemberi Pinjaman/Hibah Luar
Negeri dalam NPPLN/NPHLN beserta dokumen persiapan maupun
dokumen-dokumen proyek dalam rangka pelaksanaan proyek terkait.
c.
Ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tetap
berlaku sepanjang sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuanketentuan (guidelines) dari pemberi pinjaman dan atau ketentuan lain
yang disepakati oleh Pemerintah RI dengan pemberi Pinjaman/Hibah
Luar Negeri dalam NPPLN/NPHLN beserta dokumen persiapan
maupun dokumen-dokumen proyek dalam rangka pelaksanaan proyek
terkait.
d.
Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dengan
pinjaman/hibah luar negeri untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran tidak memerlukan persetujuan Menteri Keuangan.
e.
Perjanjian/kontrak yang dibiayai sebagian maupun seluruhnya dengan
pinjaman/hibah luar negeri untuk masa pelaksanaan pekerjaan melebihi
1 (satu) tahun anggaran, maka di dalam perjanjian/kontrak tersebut
harus mencantumkan tahun anggaran pembebanan dana.
f.
Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapat diubah dalam
bentuk rupiah dan sebaliknya kontrak dalam bentuk rupiah tidak dapat
diubah dalam bentuk valuta asing, Perjanjian/kontrak dalam bentuk
valuta asing tidak dapat membebani dana rupiah murni dan
III-70
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang dan jasa di dalam negeri
tidak dapat dilakukan dalam bentuk valuta asing. Pengecualian untuk
ketentuan ini harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Anggaran.
g.
Perjanjian/kontrak
dengan
dana
kredit
ekspor
yang
sudah
ditandatangani tidak dapat dilaksanakan apabila naskah perjanjian
pinjaman luar negeri (NPPLN) belum ditandatangani.
h.
Apabila pengadaan barang/jasa hanya dapat dilakukan di negara
pemberi pinjaman, agar diusahakan semaksimal mungkin penggunaan
barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan mengikutsertakan penyedia
barang/jasa nasional.
i.
Pengadaan barang/jasa yang akan dibiayai dengan kredit ekspor harus
dilakukan melalui cara pelelangan internasional.
j.
Pengadaan barang/jasa yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dari
kredit ekspor harus merupakan proyek prioritas yang tercantum dalam
DRPPHLN
yang
diterbitkan
Kementerian
Negara
Perencanaan
Pembangunan/Bappenas dan baru dapat dilaksanakan setelah alokasi
pembiayaan kredit ekspor disetujui.
k.
Pembiayaan
yang
diperlukan
untuk
pembelanjaan
lokal
(local
expenditure) yang tidak dibiayai kredit ekspor harus dijamin ketersediaan
dana pendampingnya oleh instansi pelaksana proyek dari bagian
anggarannya.
l.
Pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan pinjaman kredit ekspor
atau kredit lainnya dilakukan dengan persaingan sehat dengan
persyaratan yang paling menguntungkan negara dan mengupayakan
penggunaan komponen dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional.
m. Pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan pinjaman kredit ekspor
atau kredit lainnya harus dilakukan di dalam negeri.
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-71
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
n.
Pengadaan
barang/jasa
melalui
pelelangan
internasional
agar
mengikutsertakan penyedia barang/jasa internasional.
o.
Peserta pelelangan internasional memasukan penawaran administratif,
teknis,
harga
dan
penawaran
sumber
pendanaannya
yang
persyaratannya sesuai dengan ketentuan Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) menyangkut antara lain: jenis
proyek yang memenuhi syarat untuk memperoleh pendanaan dari kredit
ekspor maupun trade-related aid, jangka waktu pengembalian maksimum
yang dapat diberikan; besarnya insurance premium, interest rate dan
sebagainya.
p.
Penawaran:
i.
Tahap-tahap penyiapan pelelangan sepenuhnya mengacu kepada
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003;
ii.
Penawaran disampaikan dalam dua tahap, yaitu persyaratan
administrasi
dan
teknis disampaikan
pada
tahap pertama,
sedangkan harga penawaran dan penawaran sumber pendanaanya
(kondisi dan syarat pinjaman) disampaikan pada tahap kedua
setelah ditetapkan penawar yang memenuhi syarat teknis.
q.
Tender internasional dapat ditiadakan, apabila:
i.
Proyek yang bersangkutan hanya dapat diperoleh dari penyedia
tertentu dan tidak ada alternatif lainnya.
ii.
Pengadaan ulang (repeat order), dengan ketentuan bahwa syaratsyarat teknis, harga dan syarat-syarat pinjaman sama atau lebih baik
daripada pengadaan semula.
r.
Sebelum kontrak ditandatangani oleh pemenang lelang yang telah
ditetapkan, penawaran pembiayaan dievaluasi kembali dan kalau perlu
dinegosiasikan kembali oleh Departemen Keuangan untuk meneliti
komponen-komponen maturity, grace period, repayment period, interest rate,
commitment fee dan management fee dikaitkan kemampuan membayar
III-72
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
kembali dan proyeksi keuangan negara, khususnya berkaitan dengan
besarnya cicilan dan jatuh tempo pinjaman.
s.
Untuk pengadaan barang/jasa internasional yang dibiayai dengan
pinjaman luar negeri, besarnya rujukan harga untuk barang produksi
dalam negeri setinggi-tingginya 15% (lima belas persen) di atas harga
penawaran barang impor, tidak termasuk bea masuk.
3.6
Perpajakan
Rujukan1:
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 pasal 3
- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1955; pasal 1(I)
dan pasal 5.
- Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001; pasal 1.
- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 574/ KMK.04/
2000; pasal 2 ayat 1 dan 2.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 yang tidak termasuk sebagai
subyek pajak adalah sebagai berikut:
a.
Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabat lain
dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan
syarat bukan warga negara Indonesia, dan di Indonesia tidak melakukan
pekerjaan lain atau kegiatan usaha, serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
b.
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan;
c.
Perusahaan Jawatan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.
Organisasi-organisasi
Internasional
tertentu
yang
ditetapkan
dengan
Keputusan Menteri Keuangan bukan merupakan subyek pajak adalah apabila
45. Lihat lampiran 1 nomor 1, 4, 5 dan 63
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-73
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
memenuhi syarat sebagai berikut:
a.
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, dan
b.
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan
dari
Indonesia selain
pemberian
pinjaman
kepada
Pemerintah yang dananya berasal dari iuran anggota
Organisasi internasional yang berbentuk kerjasama teknik dan atau
kebudayaan bukan merupakan subyek pajak penghasilan apabila memenuhi
syarat sebagai berikut:
a.
Kerjasama
tersebut
memberi
manfaat
pada
Negara/Pemerintah
Indonesia, dan
b.
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2001 tentang perubahan ketiga atas
Peraturan Pemerintah 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk
Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dan Pajak Penghasilan dalam rangka pelaksanaan proyek Pemerintah yang
dibiayai dengan hibah dan atau Dana Pinjaman Luar Negeri, antara lain
mengatur:
a.
Bea masuk dan bea masuk tambahan yang terutang sejak 1 April 1995
atas impor dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai
dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri, dibebaskan;
b.
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang
terutang sejak 1 April 1995 atas impor serta penyerahan barang dan jasa
dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan
hibah atau dana pinjaman luar negeri, tidak dipungut;
c.
Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh kontraktor, konsultan dan pemasok (supplier) utama dari
pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek-proyek
III-74
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Pemerintah yang dibiayai dengan hibah dan atau dana pinjaman luar
negeri, ditanggung Pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1955 tentang Pengaturan
Pembebasan Bea Masuk dan Bea Masuk Umum untuk Pegawai dan Tenaga
Ahli Asing Tertentu disebutkan, sebagai berikut:
a.
Pembebasan bea masuk untuk barang-barang yang didatangkan dan
ditujukan untuk tenaga ahli, pejabat, pegawai luar negeri yang bekerja
pada
badan-badan
Pemerintah
asing,
internasional,
dan/atau
yang
dan/atau
bekerja
perwakilan
pada
negara/
proyek-proyek
Pemerintah kerjasama dengan negara/lembaga/organisasi internasional;
b.
Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga/badan asing/internasional
tersebut diatur oleh Menteri Keuangan.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, apabila suatu organisasi
internasional ingin mengajukan status sebagai bukan subyek pajak
penghasilan, harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dengan
mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan.
Fasilitas PPN dan PPn BM tidak dipungut atas impor dan penyerahan barang
dan jasa dalam rangka pelaksanaan proyek bantuan luar negeri, dapat
diberikan apabila proyek tersebut berstatus proyek Pemerintah dan
tercantum dalam DIPA atau dokumen yang dipersamakan dengan DIPA
termasuk proyek yang dibiayai dengan Perjanjian Penerusan Pinjaman (P3)
atau Subsidiary Loan Agreement (SLA).
PELAKSANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-75
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
III-76
PELAKSANANAAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Pemantauan dan evaluasi pinjaman luar negeri adalah merupakan proses
terakhir dari siklus suatu proyek. Untuk mengantisipasi timbulnya
permasalahan dalam pelaksanaan suatu proyek, fungsi pemantauan dan
evaluasi menjadi sangat penting.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, yang
dimaksud dengan Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan
pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi
permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil
tindakan. Sedangkan yang dimaksud dengan Evaluasi adalah rangkaian
kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan
hasil (outcome) terhadap rencana dan standar1.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala
Badan
Perencanaan
005/M.PPN/06/2006,
Pembangunan
Pemantauan
adalah
Nasional
suatu
Nomor:
pengamatan
PER.
dan/atau
pencermatan yang dilakukan secara terus menerus atau berkala untuk
menyediakan
informasi
tentang
status
perkembangan
suatu
program/kegiatan, serta mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan
merumuskan tindak lanjut yang dibutuhkan. Sedangkan yang dimaksud
dengan Evaluasi adalah rangkaian kegiatan yang secara sistematis
46. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Bab I Ketenteuan Umum Pasal 1
angka 2 dan angka 3.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
IV-77
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai
pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja kegiatan1.
Dalam praktiknya, selama ini baru fungsi Pemantauan yang sudah dilakukan
secara aktif yang ditunjang oleh keluarnya beberapa peraturan maupun
Undang-Undang mengenai kegiatan pemantauan. Sementara fungsi evaluasi
sampai saat ini hampir belum banyak dilakukan terhadap suatu proyek
dalam rangka memberi masukan bagi proses perencanaan selanjutnya,
walaupun dalam sedikit peraturan mengenai pengelolaan pinjaman dan
hibah luar negeri kegiatan evaluasi ini juga disinggung.
Rujukan peraturan-peraturan yang digunakan pada bab ini:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri;
- Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1986 tentang Tim Pendayagunaan
Pelaksanaan Proyek-proyek Pembangunan dengan Dana Luar Negeri
- Keputusan Presiden Nomor 74 tahun 1993 tentang perubahan Keputusan
Presiden Nomor 32 tahun 1986 tentang Tim Pendayagunaan Pelaksanaan
Proyek-proyek Pembangunan dengan Dana Luar Negeri
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas Nomor PER.005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara Perencanaan
dan Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri.
47. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: PER. 005/M.PPN/06/2006; Pasal 1
nomor 36 dan 37.
IV-78
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
4.1
Pemantauan
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 23
sampai dengan pasal 25.
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 37
sampai dengan pasal 41.
Proses pemantauan dimulai sejak ditandatanganinya Naskah Perjanjian
Pinjaman Luar Negeri/Loan Agreement (NPPLN) suatu proyek. Dalam proses
pemantauan,
pelaksana
proyek
diminta
untuk
memberikan
laporan
mengenai perkembangan penyelesaian kontrak pengadaan barang dan jasa,
realisasi fisik, penyerapan dana, serta permasalahan-permasalahan yang
dihadapi.
Laporan mengenai pelaksanaan proyek tidak hanya dilaksanakan oleh
pelaksana proyek namun juga oleh Departemen Keuangan, Bappenas, dan
Bank Indonesia yang saling berkoordinasi satu sama lain. Realisasi
penyerapan pinjaman luar negeri dikoordinasikan antara Bappenas dan
Departemen Keuangan, sementara Bank Indonesia melaporkan secara
periodik mengenai realisasi penarikan dana valuta asing dalam rangka
pinjaman luar negeri serta kewajiban pembayaran pemerintah kepada
pemberi pinjaman.
Dalam praktiknya, selama beberapa tahun Tim P4DLN cukup efektif dalam
melakukan tugasnya untuk mendorong kelancaran pelaksanaan suatu proyek.
Akan
tetapi,
banyaknya
perkembangan
serta
terjadinya
perubahan/
pergeseran peran Bappenas dalam pemerintahan dan pengelolaan anggaran
pemerintahan,
kegiatan
Tim
P4DLN
juga
semakin
surut.
Kegiatan
pemantauan saat ini lebih banyak dilakukan oleh Bappenas sebagai institusi
dan bukan merupakan kegiatan dalam kerangka Tim P4DLN yang melibatkan
semua anggota tim. Hal ini berkaitan dengan Keputusan Menteri Negara
48. Lihat lampiran 1 nomor 25, 59 dan 60.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
IV-79
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Ketua
Bappenas
Nomor
KEP-
132/KET/7/1996 tentang Kelompok Kerja dan Sekretariat Tim Pendayagunaan
Pelaksanaan Proyek-Proyek Pembangunan dengan Dana Luar Negeri telah
dibentuk Kelompok Kerja TP4DLN dengan Ketua Deputi Bidang Kerjasama
Luar Negeri Bappenas dan Ketua Sekretariat adalah Kepala Biro Pemantauan
Pelaksanaan Kerjasama Ekonomi Luar Negeri Bappenas.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 mengatur masalah pemantauan dan
evaluasi yang tercakup dalam Bab VII mengenai Pelaporan, Monitoring,
Evaluasi, dan Pengawasan, yaitu sebagai berikut:
a.
Kementerian Negara/Lembaga pelaksana kegiatan menyampaikan laporan
kepada Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional secara triwulan mengenai proses pengadaan barang/jasa,
realisasi penyerapan pinjaman, dan kemajuan fisik kegiatan.
b.
Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga pelaksana kegiatan
melakukan monitoring dan evaluasi triwulan.
c.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional mengeluarkan Laporan
Kinerja Pelaksanaan Kegiatan yang dibiayai pinjaman dan/atau hibah luar
negeri secara triwulan yang memuat perkembangan pelaksanaan kegiatan
dan langkah tindak lanjut yang diperlukan untuk penyelesaian masalah
yang dihadapi.
d.
Menteri
Keuangan setelah
berkoordinasi dengan Gubernur
Bank
Indonesia mengeluarkan Laporan Realisasi Penyerapan pinjaman dan/atau
hibah luar negeri secara triwulan atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai
dari pinjaman/hibah luar negeri.
e.
Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
mengambil langkah penyelesaian pelaksanaan kegiatan yang lambat atau
penyerapan pinjaman.penyerapan pinjaman yang rendah, termasuk
melakukan pembatalan pinjaman.
IV-80
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
f.
Instansi pengawas internal dan eksternal melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan/penggunaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hasil pengawasan ini
kemudian dilaporkan kepada instansi terkait sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Disebutkan dalam paragraf sebelum ini bahwa proses pemantauan dimulai
setelah NPPLN ditandatangani. Walaupun demikian, dalam upaya perbaikan
kinerja suatu kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan hibah luar negeri,
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006,
Bappenas menerbitkan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas Nomor PER.005/M.PPN/06/2006 yang didalamnya
kegiatan pemantauan sudah dimulai sejak tahap perencanaan sampai dengan
berakhirnya suatu kegiatan. Hal-hal yang diatur pada dasarnya sama dengan
peraturan-peraturan sebelumnya dengan beberapa penyempurnaan yaitu:
a.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan koordinasi
pemantauan atas kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah
luar negeri yang meliputi pemantauan perencanaan serta pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
b.
Pemantauan
perencanaan
kegiatan
yang
meliputi
pemantauan
perkembangan atas proses perencanaan kegiatan ini dilakukan untuk
menjaga konsistensi sasaran kegiatan yang direncakan dengan sasaran
kegiatan yang tercantum dalam NPPLN/NPHLN.
c.
Pemantauan perkembangan atas proses perencanaan kegiatan meliputi
penyusunan DRPHLN-JM, sinkronisasi DRPHLN-JM dengan program
calon
PPLN/PHLN,
Kegiatan,
peningkatan
penyusunan
DRPPHLN,
kesiapan
Rencana
penyusunan
Pelaksanaan
Daftar
Kegiatan,
pelaksanaan Negosiasi, penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan, dan
penyusunan dokumen RPK-PHLN.
d.
Pemantauan perencanaan kegiatan dilakukan melalui koordinasi dengan
Menteri Keuangan, instansi pengusul dan calon PPLN/PHLN.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
IV-81
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
e.
Pemantauan
dan
evaluasi
pelaksanaan
kegiatan
mencakup
perkembangan realisasi penyerapan dana, perkembangan pencapaian
pelaksanaan fisik, perkembangan proses pengadaan barang dan jasa,
permasalahan/kendala yang dihadapi dan langkah tindak lanjut yang
diperlukan dengan mengacu pada dokumen RPK-PHLN.
f.
Hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam
Laporan Pelaksanaan Kegiatan.
g.
Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/
Direksi BUMN menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan
secara triwulanan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah
triwulan yang bersangkutan berakhir.
h.
Periode akhir triwulan satu adalah 31 Maret, akhir triwulan dua adalah
30 Juni, akhir triwulan tiga adalah 30 September, dan akhir triwulan
empat adalah 31 Desember.
i.
Petunjuk pelaporan pelaksanaan kegiatan sebagaimana dan petunjuk
pengisiannya ditentukan lebih lanjut oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
j.
Pelaksanaan pemantauan dapat dilakukan melalui rapat berkala,
pelaporan pelaksanaan kegiatan dan kunjungan lapangan.
k.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyelenggarakan rapat
pemantauan pada setiap berakhirnya triwulan yang bersangkutan
dengan pejabat penanggung jawab pelaksana kegiatan, Kementerian
Keuangan dan instansi terkait lainnya.
l.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional melakukan evaluasi atas
hasil pelaksanaan pemantauan dan berdasarkan hasil evaluasi ini
dikeluarkan Laporan Kinerja Pelaksanaan Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri secara triwulan.
IV-82
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
m. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dapat melakukan langkahlangkah
percepatan
pelaksanaan
untuk
kegiatan
yang
lambat
pelaksanaannya dan/atau rendah penyerapan dananya.
n.
Untuk kegiatan yang lambat pelaksanaannya atau rendah penyerapan
dananya sehingga diperkirakan akan mengakibatkan penyimpangan
dari
rencana
pelaksanaan
sebagaimana
tercantum
dalam
NPPLN/NPHLN, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional meminta
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN
penanggung jawab kegiatan untuk mengusulkan langkah-langkah
penyelesaian. Langkah-langkah penyelesaian ini kemudian disampaikan
kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan.
o.
Berdasarkan hasil penilaian atas usulan langkah-langkah penyelesaian
dan/atau hasil penilaian atas kegiatan yang lambat penyelesaiannya atau
rendah penyerapan dananya, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional mengusulkan kepada Menteri Keuangan langkah yang berupa:
i.
perubahan sasaran kegiatan dari sasaran yang tercantum dalam
NPPLN/NPHLN;
ii.
pengurangan alokasi dana pinjaman/hibah dari alokasi dana yang
tercantum dalam NPPLN/NPHLN; dan
iii. pembatalan sebagian atau seluruh kegiatan yang tercantum dalam
NPPLN/NPHLN.
4.2
Evaluasi
Rujukan1:
- Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor PER.005/M.PPN/06/2006; pasal 42
sampai dengan pasal 44.
Sebagaimana disebutkan di atas, fungsi evaluasi sampai saat ini hampir
belum banyak dilakukan terhadap suatu proyek dalam rangka memberi
49. Lihat lampiran 1 nomor 61.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
IV-83
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
masukan bagi proses perencanaan selanjutnya, walaupun dalam sedikit
peraturan mengenai pengelolaan pinjaman dan hibah luar negeri kegiatan
evaluasi ini disinggung, namun belum ada pasal-pasal yang secara jelas
menguraikan kegiatan evaluasi ini.
Peraturan yang menguraikan mengenai kegiatan evaluasi dalam Bab
tersendiri baru terdapat pada Peraturan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor PER.005/M.PPN/06/2006.
Dalam Bab yang berjudul Evaluasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan itu diuraikan
hal-hal sebagai berikut:
a.
Menteri
pada
Kementerian
Negara/Pimpinan
Lembaga/Kepala
Daerah/Direksi BUMN penanggung jawab kegiatan, melakukan evaluasi
akhir atas pencapaian sasaran kegiatan yang telah ditetapkan. Hasil
evaluasi
akhir
ini
disampaikan
Pembangunan Nasional paling
kepada
Menteri
Perencanaan
lambat 6 (enam) bulan setelah
NPPLN/NPHLN berakhir.
b.
Menteri
pada
Kementerian
Negara/Pimpinan
Lembaga/Kepala
Daerah/Direksi BUMN penanggung jawab kegiatan melakukan evaluasi
atas dampak pelaksanaan kegiatan. Hasil evaluasi ini kemudian
disampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
paling lambat 1 (satu) tahun setelah NPPLN/NPHLN berakhir.
c.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional menyusun evaluasi
pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman luar negeri berdasarkan
hasil
evaluasi
Menteri
pada
Kementerian
Negara/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN. Hasil evaluasi ini kemudian
dipergunakan sebagai bahan untuk perencanaan tahap selanjutnya.
IV-84
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
4.3
Transparansi dan Akuntabilitas
Rujukan1:
- Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006; pasal 27.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 terdapat peraturan
mengenai Transparansi dan Akuntabilitas dalam suatu proses pengadaan
pinjaman/hibah luar negeri. Ketentuan ini mengatur bahwa Menteri
Keuangan
menyelenggarakan
publikasi
informasi
mengenai
pinjaman
dan/atau hibah luar negeri. Publikasi informasi ini antara lain meliputi:
a.
Kebijakan pinjaman dan/atau hibah luar negeri;
b.
Jumlah hibah luar negeri, posisi pinjaman luar negeri, termasuk jenis
valuta, struktur jatuh tempo, dan komposisi suku bunga;
c.
Sumber pinjaman dan/atau hibah luar negeri; dan
d.
Jenis pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
50. Lihat lampiran 1 nomor 27.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
IV-85
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Tabel 4. 1 Upaya Perbaikan Manajemen Pengelolaan PHLN ke Depan
4. SARANA PENDUKUNG
3. SUMBER DAYA MANUSIA
2. KELEMBAGAAN
1. KEBIJAKAN
PERMASALAHAN
IV-86
LANGKAH PERBAIKAN
Belum adanya peraturan setingkat Undang-Undang
(UU) yang mengatur secara khusus pengelolaan
Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN).
Percepatan penyusunan UU yang mengatur secara
khusus pengelolaan PHLN.
Belum adanya sinkronisasi antara sistem
perencanaan PHLN dengan sistem
penganggarannya. Banyak ditemukan pengalokasian
anggaran PHLN dalam DIPA tidak sesuai dengan
kebutuhan yang sebenarnya.
Penyusunan buku implementation plan (brown book)
dan perbaikan mekanisme atau koordinasi untuk
memperkuat keterkaitan perencanaan dan
penganggaran.
Belum adanya aturan pemerintah yang khusus
mengatur transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan PHLN.
Menetapkan ketetntuan Keterbukaan Informasi
dalam kebijakan mengenai pengelolaan PHLN.
Belum adanya kebijakan mengenai reward and
punishment terhadap pelaksanaan proyek-proyek
PHLN.
Menyusun kebijakan mengenai reward and punishment
terhadap pelaksanaan proyek-proyek PHLN.
Belum seragam dan belum konsistennya penerapan
Readiness Criteria terhadap seluruh proyek PHLN.
Menetapkan ketentuan Readiness Criteria sehingga
dapat secara seragam dan konsisten diterapkan ke
seluruh proyek proyek PHLN.
Lemahnya koordinasi antar instansi terkait
pengelolaan PHLN yang berpengaruh terhadap
aspek lainnya.
Memperkuat fungsi front office, back office, dan middle
office pengelolaan pinjaman luar negeri pada berbagai
instansi terkait.
Inkonsistensi proses pengusulan proyek akibat tidak
adanya one gate policy (baik lembaga penentu
pinjaman maupun lembaga pengusul) pada tahap
pengusulan proyek.
Mempertegas konsep one gate policy pada aspek
pengusulan proyek.
Lemahnya kapasitas lembaga dalam pengelolaan
risiko.
Memperkuat kemampuan unit lembaga yang
melakukan pengelolaan risiko.
Kurangnya kapasitas SDM dalam hal kemampuan
berbahasa asing (terutama SDM di daerah),
kemampuan administrasi, keahlian diplomasi,
perencanaan subtansi/desain proyek, pemahaman
aspek legal maupun kemampuan monitoring dan
evaluasi
Peningkatan kemampuan SDM melalui programprogram training yang sistematis dan terarah.
Lemahnya dukungan ahli hukum/lawyer untuk
bernegosiasi dengan pihak lender.
Penyediaan ahli hukum/lawyer yang mempunyai
kemampuan dalam bidang hukum internasional dan
mengerti aspek manajemen proyek.
Seringnya rotasi atau pergantian penugasan pejabat
pelaksana proyek pinjaman luar negeri (setingkat
pimpro).
Adanya surat penugasan secara resmi yang menjamin
bahwa staff yang bersangkutan akan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan proyek hingga akhir
proyek.
Belum adanya sistem database yang terintegrasi
untuk membantu proses perencanaan proyek,
pelaksanaan proyek (meliputi monitoring) dan
evaluasi proyek.
Membangun sistem database yang terintegrasi dan
selalu updated sesuai fungsi yang terkait pada tahap
perencanaan, pelaksanaan ataupun evaluasi.
Belum adanya petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis ataupun pedoman rinci lainnya yang dapat
dijadikan acuan bersama baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun tahap evaluasi
proyek pada tingkat operasional.
Menyusun peraturan dan pedoman yang cukup rinci
baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
evaluasi meliputi petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, standar sistematika dan format dokumendokumen yang diperlukan.
Belum tersedianya alokasi dana dari pemerintah
untuk menyiapkan detil suatu usulan proyek.
Menyediakan secara bertahap pendanaan dari APBN
untuk detil penyiapan proyek yang akan dibiayai
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Calon
PPHLN
Menteri PPN
Menkeu
K/L
Pemda
BUMN
NPPLN/NPHLN
Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Rencana Pelaksanaan
Kegiatan
RPK-PHLN
Pemantauan
Koordinasi
Pemantauan
Perencanaan
Pemantauan
dan Evaluasi
Koordinasi
Koordinasi
Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Eval
uasi
LaporanPelaksanaanKegiatan
Laporan Kinerja
Pelaksanaan
PHLN
Gambar 4. 1 Tahapan Pemantauan dan Evaluasi PHLN
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
IV-87
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
IV-88
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
BAB V
PENUTUP
Merencanakan suatu proyek pinjaman/hibah luar negeri tidak cukup hanya
dengan
memahami
bagaimana
proyek
tersebut
diformulasikan
dan
dituangkan dalam suatu proposal. Lebih dari itu, pemahaman yang
komprehensif terhadap keseluruhan proses pinjaman/hibah luar negeri itu
menjadi
suatu hal
yang penting untuk dipahami
pula. Sehingga,
pertimbangan bagi kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah/BUMN
tidak hanya terfokus pada aspek teknis dari proyek yang diusulkan semata,
tetapi juga perlu memahami bagaimana meletakkan proyek tersebut dalam
konteks perencanaan instansi yang bersangkutan secara menyeluruh. Hal ini
penting, mengingat proyek pinjaman/hibah luar negeri tidak dapat
dilepaskan dari pencapaian sasaran pembangunan yang telah ditetapkan
rencana pembangunan nasional yang saat ini dituangkan dalam Peraturan
Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN).
Disamping itu, pemahaman bagaimana pemrosesan proyek pinjaman/hibah
luar negeri dilakukan juga tidak dapat dikesampingkan. Saat ini terdapat
berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait baik secara langsung
atau tidak langsung dengan pinjaman/hibah luar negeri. Demikian pula
dengan muatan atau substansi dari peraturan perundang-undangan tersebut,
mencakup berbagai aspek baik yang memuat aspek kebijakan maupun yang
bersifat mekanisme dan prosedural. Sehingga, apabila digambarkan dalam
suatu siklus proyek dengan model – perencanaan ® persiapan ®
pelaksanaan ® pemantauan akan tampak bagaimana penerapan peraturan
perundang-undangan tersebut di masing-masing tahapan.
PENUTUP
V-89
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Dari pengalaman selama ini, pemahaman yang bersifat parsial tehadap siklus
tersebut serta terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
bagaimana relevansi dari peraturan tersebut dalam konteks siklus diatas
seringkali bermuara pada munculnya berbagai persoalan di tahapan siklus
proyek.
Sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
pemahaman
terhadap
proses
penyusunan proyek pinjaman/hibah luar negeri, Direktorat Pendanaan Luar
Negeri Bilateral menyusun suatu panduan yang dapat digunakan sebagai
referensi bagi berbagai instansi pemerintah di pusat dan di daerah serta
BUMN/BUMD dalam menyusun proyek pinjaman/hibah luar negeri.
Panduan ini
memuat berbagai
peraturan perundang-undangan dan
penerapannya di masing-masing tahapan sesuai siklus yang selama ini
dijadikan sebagai model. Hal yang perlu dicermati selanjutnya adalah proses
pinjaman/hibah luar negeri membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
mencapai tahap pelaksanaan. Secara umum, waktu yang diperlukan antara 12 tahun dari persiapan hingga pelaksanaan.
Diharapkan panduan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih bagi
pihak yang akan melakukan pinjaman/hibah luar negeri, yang pada akhirnya
akan menghasilkan suatu proyek pinjaman/hibah luar negeri yang
berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
IV-90
PENUTUP
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
-, Kumpulan Peraturan Keuangan Keuangan Daerah, APK Production.
Rifa Surya, Rukijo, Joko Tri Haryanto, Kompilasi Undang-Undang Bidang
Keuangan, Perencanaan Pembangunan Dan Pemerintahan Daerah, Jakarta,
PT. Mandhakakya Indonesia Muda.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor
50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1955 tentang Peraturan
Pembebasan dari Bea Masuk dan Bea Keluar Umum untuk Keperluan
Golongan-Golongan Pejabat dan Ahli Bangsa Asing yang Tertentu,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 40,
Tambahan Lembaran Negara Repulbik Indonesia Nomor 821.
DAFTAR PUSTAKA
91
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001 tentang perubahan
ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk,
Bea Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam rangka Pelaksanaan Proyek
Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah dan atau Dana Pinjaman Luar
Negeri, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4092.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2003 tentang
Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Jumlah
Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah
kepada Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4577.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan hibah serta Penerusan Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri, Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4597.
92
DAFTAR PUSTAKA
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663.
Republik Indonesia, Instruksi Presiden No. 8 Tahun 1984 tentang Penggunaan
Kredit Ekspor Luar Negeri.
Republik Indonesia, Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4212.
Republik Indonesia, Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/
Kepala
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
No.
PER.005/M.PPN/06/2006 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pengajuan
Usulan serta penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri.
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
259/KMK.017/1993 tentang Penerusan Pinjaman, Tingkat Bunga dan Jasa
Penatausahaan Penerusan Pinjaman dalam Rangka Bantuan Luar Negeri.
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan No. 574/KMK.04/2000 tentang
Organisasi-Organisasi Internasional dan Pejabat Perwakilan Organisasi
Internasional yang tidak Termasuk sebagai Subjek Pajak Penghasilan.
DAFTAR PUSTAKA
93
POKOK-POKOK PERATURAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 52/PMK.010/2006 tentang
Tata Cara Pemberian Hibah kepada Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan No. 53/PMK.010/2006 tentang
Tata Cara Pemberian Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang Dananya
Bersumber dari Pinjaman Luar Negeri.
94
DAFTAR PUSTAKA
Download