PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI MUARA BELITI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ARTIKEL ILMIAH Oleh: YUDI PARADITA NPM 4012013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2016 2 PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI MUARA BELITI TAHUN PELAJARANA 2016/2017 Oleh Yudi Paradita 1 Sukasno 2 dan Reny Wahyuni 3 Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Penerapan Strategi Think Talk write (TTW) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017” . Rumusan masalah dalam penelitian adalah “Apakah Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah diterapkan strategi Think Talk Write (TTW) dikategorikan minimal baik?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti setelah penerapan strategi Think Talk Write (TTW) dikategorikan baik. Jenis penelitian ini berbentuk eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Populasinya seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017, yang terdiri dari 245 siswa dan sebagai sampel kelas VIII.1 dengan 30 siswa dan pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada taraf signifikan = 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, di peroleh thitung (2,894) > ttabel (1,699), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah penerapan strategi Think Talk Write (TTW). Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika setelah dilakukan strategi Think Talk Write (TTW) sebesar 58,60 dengan kategori baik. Kata Kunci: Think Talk Write (TTW), Pemahaman Konsep, Matematika. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 3 PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran, menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 Tahun 2006 dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; c) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; d) mengomunisasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sebagaimana yang di kemukakan Lerner (dalam Abdurrahman, 2012: 204) bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen yaitu : 1) konsep, 2) keterampilan dan 3) pemecahan masalah. Jika dicermati, salah satu tujuan tersebut menekankan pada kemampuan pemahaman konsep matematika. Hal ini cukup beralasan mengingat jika pemahaman konsep matematika tidak sesuai dengan yang semestinya hal ini akan berpengaruh kepada aplikasi dan pemecahan masalah matematika atau pun aplikasi dan pemecahan ilmu lainnya. Pendidikan matematika di Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan paradigma, tujuannya adalah agar pembelajaran matematika lebih bermakna bagi peserta didik dan dapat memberikan bekal kompetensi yang memadai baik untuk studi lanjut maupun untuk memasuki dunia kerja. Umumnya lapangan kerja saat ini lebih menuntut kemampuan menganalisis daripada melakukan pekerjaan yang bersifat prosedural ataupun mekanistis sehingga pada Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 4 era sekarang ini peserta didik memerlukan lebih banyak matematika untuk menjawab tantangan hidup dalam arena persaingan global Rohana (2009:93). Menyadari arti pentingnya matematika tersebut, maka matematika dirasakan perlu untuk dipahami dan dikuasai oleh segenap lapisan masyarakat, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Sebagai ilmu yang mengedepankan logika berpikir, dalam memahami konsep matematika diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Sedangkan saat ini penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep matematika masih lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan Zulkardi (2003:7) pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika bahwa ”mata pelajaran matematika menekankan pada konsep”. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata. Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hirarkis dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Pemahaman terhadap konsep-konsep matematika merupakan dasar untuk belajar matematika secara bermakna. Berhubungan dengan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, peneliti melakukan studi pendahuluan dan wawancara tanggal 16 Maret 2016 dengan memberikan 5 soal kepada siswa-siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti, dari 32 siswa hanya 5 siswa yang mampu menyelesaikan 3 soal dari 5 soal yang diberikan oleh peneliti secara tepat, sedangkan untuk 2 soal lainnnya tidak terdapat siswa yang menjawab secara tepat untuk memenuhi indikator pemahaman konsep yang diinginkan, dilihat dari indikator pemahaman konsep matematika masih banyak siswa merasa bingung sehingga keliru dalam menyelesaikan soal padahal sebelumnya guru telah memberikan penjelasan tentang materi tersebut. Kenyataan di atas mengisyaratkan bahwa siswa masih sulit untuk menyelesaikan soal karena kurang paham terhadap konsep materi yang diberikan. Sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi (2006:156) bahwa terdapat banyak Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 5 peserta didik yang setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan banyak memperdayakan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa SMP Negeri Muara Beliti belum baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sariani, S.Pd. guru bidang studi matematika kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti, rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa disebabkan karena yang masih sering di pakai dalam proses pembelajaran matematika menggunakan model konvesional. Bahkan Wahyudin (dalam Afrilianto, 2012:193) menegaskan bahwa guru matematika pada umumnya mengajar dengan metode konvensional. Hal ini sesuai dengan pendapat Esmonde (dalam Yazid, 2012:32) bahwa belajar matematika akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari, dari pada hanya mengetahui secara lisan saja. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa adalah strategi Think Talk Write (TTW). Menurut Huinker dan Laughlin (dalam Huda, 2014:218) strategi Think Talk Write (TTW) adalah strategi yang mendorong siswa untuk berpikir, berbicara dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Sedangkan menurut Yazid (2012:32) strategi ini diyakini dapat meningkatkan kemampuan representasi siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran mengarahkan siswa untuk mengkonstruk pemahaman dengan penalarannya, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajar. Strategi Think Talk Write (TTW) dengan kemampuan pemahaman konsep dapat dilihat dari aktivitas siswa pada fase write yaitu siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari fase think dan fase talk. Menurut Hamdayana (2014:218) aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas siswa selama fase write ini adalah (1) menulis solusi terhadap masalah, (2) mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, (3) mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 6 ketinggalan, (4) menyakini bahwa pekerjaan yang terbaik,lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya Martinis Yamin (dalam Hamdayana, 2014:218). Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah diterapkan strategi Think Talk Write (TTW) dikategorikan minimal baik?” LANDASAN TEORI Berikut ini adalah beberapa deskripsi teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hakikat Matematika Pada hakikatnya matematika merupakan suatu ilmu yang didasarkan atas akal (rasio) yang berhubungan benda-benda dalam pikiran yang abstrak Yuhasriati (2012:82). Sedangkan matematika menurut Wittgenstein (dalam Hasratuddin, 2014:30) Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan menggunakan pengetahuan pengetahuan tentang tentang bentuk menghitung. dan ukuran, Lerner (dalam Abdurrahman, 2012:202) mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu tentang logika mengenai ide ide yang abstrak yang diberi simbol untuk memudahkan dalam berpikir terhadap masalah bentuk, ukuran dan hitung yang dihadapi manusia. Matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep paling kompleks. Menurut Gagne (dalam Shadiq 2015:1) bahwa objek-objek matematika yaitu materi yang dipelajari siswa menjadi objek Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 7 langsung dan objek tak langsung. Objek langsungnya adalah fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan (FKPK). Sedangkan objek tak langsungnya adalah kemampuan yang secara tak langsung akan dipelajari siswa ketika mereka mempelajari objek langsung matematika seperti kemampuan berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, sikap positif terhadap matematika, ketekunan dan ketelitian. Kemampuan-kemampuan yang dapat diperoleh dari matematika antara lain; 1) kemampuan berhitung, 2) kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah dalam berbagai situasi, 3) kemampuan mengamati, mengorganisasi, mendeskripsi, menyajikan, dan menganalisis data, 4) kemampuan melakukan kuantifikasi terhadap berbagai variabel dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga hubungan antara variabel yang satu dan variabel yang lain dapat diketahui secara lebih eksak, 5) kemampuan mengamati pola atau struktur dari suatu situasi, 6) kemampuan untuk membedakan hal-hal yang relevan dan hal-hal yang tidak relevan pada suatu masalah, 7) kemampuan membuat prediksi atau perkiraan tentang sesuatu hal berdasarkan data-data yang ada, 8) kemampuan berpikir dan bertindak secara konsisten, 9) kemampuan berpikir dan bertindak secara mandiri (independen) berdasarkan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, 10) kemampuan menalar secara logis, termasuk kemampuan mendeteksi adanya kontradiksi pada suatu penalaran atau tindakan Hasratuddin (2014:33). Sejalan dengan pendapat diatas kemampuan-kemampuan yang perlu dikuasai dalam belajar matematika 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan (koneksi) antar konsep matematika dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam memecahkan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) komunikasi, memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi, 4) komunikasi dan representasi gagasan untuk memperjelas keadaan dan masalah, dan 5) memiliki sikap saling menghargai Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 8 kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam komunikasi Depdiknas (dalam Saiman, dkk. 2015:60). 2. Pemahaman Konsep Matematika Menurut Kilpatrick, dkk (dalam Afrillianto, 2012:196) pemahaman konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika, definisi lain dari pemahaman konsep juga dikemukan oleh pemahaman konsep adalah yang berupa penguasaan sejumlah materi pembelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengenal dan mengetahui, tetapi mampu mengungkapkan kembali konsep dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti serta mampu mengaplikasikannya Rosmawati (dalam Putri, 2012:68). Sehingga pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika sesuai dengan pembentukan pemahaman yang dimilikinya sehingga mampu mengungkapkan kembali informasi tersebut kedalam bahasa yang lebih mudah dipahami. Indikator dari pemahaman konsep matematika yaitu sebagai berikut: 1) kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep; 2) kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep; 3) kemampuan memberi contoh dan bukan contoh; 4) kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika; 5) kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; 6) kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu; 7) kemampuan mengaplikasikan konsep/algoritma ke pemecahan matematika. 3. Strategi Think Talk Write (TTW) Menurut Yamin dan Ansari (2012:84) menyatakan bahwa secara garis besar strategi Think Talk Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca masalah (think), selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya (talk) untuk menyelesaikan masalah tersebut sebelum menulis (write). Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 9 Menurut Herdian (dalam Yazid, 2012:35) strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) adalah mengajak siswa untuk dapat menyukai matematika dengan memperhatikan kepada siswa cara mempelajari matematika, dengan jalan mengeksplorasi pikiran peserta didik serta mengungkapkan hasil pemikiran, yang secara tidak langsung memberikan kegiatan positif pada diri para peserta didik. Strategi ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Selain itu, Think Talk Write (TTW) merupakan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk berpikir, mendiskusikannya dengan teman kemudian menuliskan hasil dari suatu permasalahan yang diberikan (Utami, 2014:265).Langkah-langkah strategi Think Talk Write (TTW) yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. b. Guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari. c. Guru membagikan teks bacaan berupa lembar kegiatan siswa yang memuat soal untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan konsep yang harus diselesaikan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya.. d. Siswa membaca masalah yang terdapat pada teks bacaan dan membuat catatan kecil dari hasil bacaan individual apa yang di ketahui dan tidak diketahui oleh siswa, untuk dibawa ke forum diskusi (think). e. Guru membentuk siswa dalam kelompok, setiap kelompok terdiri atas 3-5 orang siswa (dikelompokkan secara heterogen). f. siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompoknya untuk membahas isi catatan dan menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi serta memahami permasalahan yang tedapat pada teks bacaan bersama-sama (talk). Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 10 g. Siswa bediskusi dengan kelompoknya untuk merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal berisi landasan dan keterkaitan konsep sebagai hasil diskusi. h. Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dari hasil diskusi dengan menulis sendiri pengetahuan yang diperolehnya sebagai hasil kesepakatan dengan anggota kelompoknya dalam bentuk tulisan (write). i. Perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. j. Siswa diberikan kesempatan untuk memahami kembali pelajaran yang telah dipelajari selama proses pembelajaran (refleksi). k. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa diminta untuk merefleksikan dan membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelejari. Think Talk Write (TTW) mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamdayana (2014:222) yaitu : 1)Kelebihan dari strategi Think Talk Write (TTW) adalah mempertajam seleruh keterampilan siswa berpikir visual; 2)Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar; 3)Dengan memberikan soal open ended, dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa secara aktif dalam belajar; 4) Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar; 5) Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru dan bahkan dengan dirinya sendiri. Kelemahan Think Talk Write (TTW) : 1)Ketika siswa bekerja dalam kelompok itu mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan, karena didominasi oleh siswa yang mampu; 2) Guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi Think Talk Write (TTW) tidak mengalami kesulitan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu. Eksperimen semu merupakan suatu eksperimen yang dilakukan tanpa adanya kelas pembanding disebut juga dengan pre-experimental design. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 11 Populasinya seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 245 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) siswa diberi perlakuan (treatment) dengan menggunakan strategi Think Talk Write (kelas eksperimen. Pre-test diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan post-test diberikan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan. Materi yang digunakan adalah Statistika. Untuk menguji hipotesis, data dianalisis menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,05 dan dk = 40. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Kemampuan Awal Pre-test dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang pemahaman konsep matematika sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan materi statistika. Berdasarkan perhitungan data hasil pre-test menunjukkan bahwa secara deskriptif tidak terdapat perbedaan yang berarti kemampuan awal siswa tentang pemahaman konsep matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan. Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen sebesar 22,97 dengan kategori untuk kelas eksperimen adalah “Kurang”. 2. Kemampuan Akhir Perhitungan data hasil post-test menunjukkan bahwa secara deskriptif ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika kelas eksperimen yang mendapat perlakuan strategi Think Talk Write (TTW). Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen sebesar 58,60 dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika kelas eksperimen yaitu dalam kategori “Baik”. Berdasarkan hasil pengujian statistik uji-t 1 pihak dapat disimpulkan bahwa “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 12 Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah diterapkan Strategi Think Talk Write (TTW) dikategorikan baik”. Jika hasil pre-test dibandingkan dengan hasil post-test terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika setelah mengikuti proses pembelajaran. Rata-rata skor pre-test siswa kelas eksperimen adalah 22,97 sedangkan rata-rata skor post-test sebesar 58,60, hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 35,63,56. Pembahasan Pada pertemuan pertama tanggal 30 Agustus 2016 proses pembelajaran di kelas eksperimen jam pembelajaran pada kelas VIII. 1 sebanyak dua jam pembelajaran dimaksimalkan peneliti untuk melakukan perlakuan pertama pada materi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Siswa telah siap mengikuti proses pembelajaran, peneliti terlebih dahulu memberikan informasi kepada siswa maksud dan tujuan peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas VIII.1 serta menjelaskan cara belajar dengan menggunakan strategi Think Talk Write (TTW). Perlakuan pertama diisi dengan kegiatan penjelasan materi mengenai penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar oleh peneliti dan pemberian LKS materi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar untuk mempermudah siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dan memberikan petunjuk dalam menentukan arah bagi siswa untuk mempelajari suatu materi dan menyelesaikan soal. Pada pertemuan pertama di tahap talk,belum terlihat adanya diskusi (saling menukar ide) dalam kelompok. Hal ini disebabkan karena masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami permasalahan yang ada pada LKS. Siswa juga masih bingung dalam menuliskan ide dalam catatan kecil. Sehingga hal tersebut berpengaruh pada tahap diskusi (talk). Tahap talk ini banyak siswa yang terlihat ramai dan masih ada siswa yang pasif pada saat berdiskusi. Tetapi suasana masih bisa di kondisikan oleh peneliti. Peneliti membimbing jalannya diskusi dan memberikan pengarahan, karena banyak siswa yang banyak mengalami kesulitan. Dari penyelesaian soal diskusi rata-rata setiap kelompok hanya mampu menjawab 2 soal yang ada pada LKS. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 13 Pada pertemuan kedua, peneliti memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengingatkan kembali perkalian dan pembagian serta memberi motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Selanjutnya peneliti memberikan LKS yang berisi materi perkalian dan pembagian dan mengingatkan siswa menuangkan ide, berdiskusi dengan teman satu kelompok menuliskan jawaban dan mepresentasikan jawaban soal yang ada di LKS tersebut. Pada pertemuan kedua tersebut terlihat bahwa terdpat peningkatan dari pertemuan sebelumnya, anggota kelompok telah mampu mengembangkan syarat perlu dalam penyajian data yang merupakan salah satu indikator dalam pemahaman konsep matematika. Kemudian pada perlakuan terakhir, siswa sudah terbiasa belajar dalam bentuk tim. Peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu pemfaktoran bentuk aljabar serta tujuan pembelajarannya. Peneliti melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali materi pangkat. Sebelum memulai tahap think, peneliti membagikan LKS kepada setiap siswa. Kegiatan selanjutnya setiap kelompok diberikan permasalahan dengan masalah sehari-hari yang mereka biasa temui dan dituntut untuk bekerjasama seperti biasa dan mempresentasikan hasil diskusinya ke kelas, pada pertemuan ini siswa menemui beberapa simbol dan rumus-rumus yang dipresentasikan ke dalam bentuk matematika, beberapa kelompok masih asing dan belum terbiasa menggunakan simbol dan rumus-rumus tersebut, mereka masih menggunakan bahasa Indonesia untuk menuliskan dan menjelaskannya. Selama diskusi kelompok peneliti memfasilitasi kelompok pengusaha yang belum mampu menggunakan prosedur sesuai yang diinginkan, namun untuk tiga kelompok lainnya tidak terlalu banyak masalah yang berarti dalam penyelesaian masalah yang diberikan. Peneliti memberikan waktu untuk setiap kelompok merefleksikan apa yang telah dipelajari dengan memberi arahan dalam penyelesaian soal agar tidak terjadi kesalah pahaman konsep ketika menjawab soal kuis pada bagian terakhir pembelajaran. Siswa diberikan tugas untuk membuat kesimpulan secara mandiri dari materi pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga, dari 29 siswa yang masuk pada saat pertemuan ketiga 24 siswa atau 82,74% mampu membuat kesimpulan dari materi pertama sampai ke pertemuan ketiga. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 14 Rata-rata skor total setiap indikator kelas eksperimen untuk hasil pre-test mengalami peningkatan ketika dibandingkan dengan hasil post-tesny hanya saja untuk indikator keenam hasil post-test kelas eksperimen hanya terdapat sedikit peningkatan karena pada saat menjawab soal post-test sebagian besar siswa tidak menjawab soal yang memuat indikator terbanyak salah satunya untuk soal yang memuat indikator keenam. Peningkatan ketercapaian pemahaman konsep matematika sesuai dengan indikatornya dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini Tabel 1 Persentase Keberhasilan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Setiap Indikator No 1 Indikator Persentase Keberhasilan Post-Test Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sesudah Mengikuti Pembelajaran Menggunakan Strategi Think Talk Write (TTW) Kelas Ekperimen Post-test Menyatakan ulang sebuah konsep 65% Mengelompokkan objek-objek 2 menurut sifat-sifat tertentu sesuai 80,50% dengan konsepnya 3 4 5 6 Membuat contoh dan non contoh Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis Mengembangkan suatu konsep dan operasi tertentu Mengaplikasikan konsep dalam menyelesaikan suatu masalah 45,75% 79,50% 43,25% 11,50% Indikator yang memerlukan banyak latihan untuk pencapaian indikator pemahaman konsep terlihat pada indikator 6 karena pada kelas eksperimen memiliki persentase indikator yang cukup jauh berbeda dari persentase indikator pemahaman konsep yang lain. Untuk indikator 1 , 2, 3, 4 dan 5 pada kelas Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 15 eksperimen memiliki persentase indikator yang cukup tinggi sesudah diberi perlakuan menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) dengan persentase setiap indikator berturut-turut 65%, 80,50%, 45,75%, 75,50% dan 11,50%. Hal ini yang menyebabkan perbedaaan yang cukup jauh persentase pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen setelah diberi perlakuan pembelajaran menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) yang diperlihatkan grafik 4.1 yaitu perbandingan kemampuan pemahaman konsep matematika kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan memperoleh skor rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika 22,97 (kurang baik) sedangkan setelah diberi perlakuan memperoleh skor rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika 58,60 (baik). Pengulangan memiliki peran yang besar untuk melatih ingatan dan pemahaman siswa, karena dengan adanya repetition diharapkan informasi tersebut ditransfer ke dalam memori jangka panjang. Pengulangan yang dilakukan tidak berarti dengan bentuk pertanyaan atau informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang bervariatif sehingga tidak membosankan. Dengan pemberian soal dan tugas siswa akan mengingat informasi-informasi yang diterimanya dan terbiasa dalam permasalahan-permasalahan matematis (Burhan, 2014:7). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah diterapkan Strategi Think Talk Write (TTW) dikategorikan baik”. Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika setelah diterapkan strategi Think Talk Write (TTW) sebesar 58,60. Saran Melalui hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1) Bagi pembaca, hendaknya mencari referensi yang lebih mendalam mengenai strategi Think Talk Write (TTW) sehingga tidak mengalami kesulitan pada saat penerapannya di kelas; 2) Bagi siswa, Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika 16 dapat menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika dan keaktifan siswa dalam belajar; 3) Bagi guru, dapat menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) sebagai alternatif untuk meningkatkan keaktifan, imajinasi, dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa; 5) Bagi sekolah, juga strategi Think Talk Write (TTW) ini sebagai masukan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Afrilianto, M. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1, No.2 Hal. 192-202. Burhan, Arini Viola, dkk. 2014. Penerapan Model AIR Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMPN 18 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Vol. 3 No.1 Hal. 6-11. Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran:Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Septriani, dkk. 2013. Pengaruh Penerapan Pendekatan Scaffolding Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Pertiwi 2 Padang, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3 No. 3 Part 1 : Hal 17-21. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika