penerapan strategi think talk write (ttw)

advertisement
PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI MUARA BELITI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
YUDI PARADITA
NPM 4012013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2016
2
PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI MUARA BELITI
TAHUN PELAJARANA 2016/2017
Oleh
Yudi Paradita 1
Sukasno 2 dan Reny Wahyuni 3
Email: [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Strategi Think Talk write (TTW) Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri
Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017” . Rumusan masalah dalam penelitian
adalah “Apakah Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah diterapkan strategi
Think Talk Write (TTW) dikategorikan minimal baik?”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti setelah penerapan strategi Think Talk Write
(TTW) dikategorikan baik. Jenis penelitian ini berbentuk eksperimen semu yang
dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Populasinya seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017, yang terdiri dari
245 siswa dan sebagai sampel kelas VIII.1 dengan 30 siswa dan pengambilan
sampel dilakukan secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes.
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t
pada taraf signifikan = 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, di peroleh thitung
(2,894) > ttabel (1,699), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Muara
Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah penerapan strategi Think Talk Write
(TTW). Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika setelah
dilakukan strategi Think Talk Write (TTW) sebesar 58,60 dengan kategori baik.
Kata Kunci: Think Talk Write (TTW), Pemahaman Konsep, Matematika.
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
3
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran, menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI No 22 Tahun 2006 dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di
sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a) memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah; b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika; c) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; d) mengomunisasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah; e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Sebagaimana yang di kemukakan Lerner (dalam Abdurrahman, 2012: 204)
bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen
yaitu : 1) konsep, 2) keterampilan dan 3) pemecahan masalah. Jika dicermati,
salah satu tujuan tersebut menekankan pada kemampuan pemahaman konsep
matematika. Hal ini cukup beralasan mengingat jika pemahaman konsep
matematika tidak sesuai dengan yang semestinya hal ini akan berpengaruh kepada
aplikasi dan pemecahan masalah matematika atau pun aplikasi dan pemecahan
ilmu lainnya.
Pendidikan matematika di Indonesia saat ini sedang mengalami
perubahan paradigma, tujuannya adalah agar pembelajaran matematika lebih
bermakna bagi peserta didik dan dapat memberikan bekal kompetensi yang
memadai baik untuk studi lanjut maupun untuk memasuki dunia kerja. Umumnya
lapangan kerja saat ini lebih menuntut kemampuan menganalisis daripada
melakukan pekerjaan yang bersifat prosedural ataupun mekanistis sehingga pada
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
4
era sekarang ini peserta didik memerlukan lebih banyak matematika untuk
menjawab tantangan hidup dalam arena persaingan global Rohana (2009:93).
Menyadari arti pentingnya matematika tersebut, maka matematika
dirasakan perlu untuk dipahami dan dikuasai oleh segenap lapisan masyarakat,
mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Sebagai ilmu yang
mengedepankan logika berpikir, dalam memahami konsep matematika diperlukan
kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Sedangkan saat ini
penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep matematika masih
lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan Zulkardi
(2003:7) pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam
pembelajaran matematika bahwa ”mata pelajaran matematika menekankan pada
konsep”. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus memahami
konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan
mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata. Konsep-konsep
dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hirarkis dari yang
paling sederhana ke yang paling kompleks. Pemahaman terhadap konsep-konsep
matematika merupakan dasar untuk belajar matematika secara bermakna.
Berhubungan dengan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa,
peneliti melakukan studi pendahuluan dan wawancara tanggal 16 Maret 2016
dengan memberikan 5 soal kepada siswa-siswa kelas VIII SMP Negeri Muara
Beliti, dari 32 siswa hanya 5 siswa yang mampu menyelesaikan 3 soal dari 5 soal
yang diberikan oleh peneliti secara tepat, sedangkan untuk 2 soal lainnnya tidak
terdapat siswa yang menjawab secara tepat untuk memenuhi indikator
pemahaman konsep yang diinginkan, dilihat dari indikator pemahaman konsep
matematika masih banyak siswa merasa bingung sehingga keliru dalam
menyelesaikan soal padahal sebelumnya guru telah memberikan penjelasan
tentang materi tersebut.
Kenyataan di atas mengisyaratkan bahwa siswa masih sulit untuk
menyelesaikan soal karena kurang paham terhadap konsep materi yang diberikan.
Sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi (2006:156) bahwa terdapat banyak
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
5
peserta didik yang setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan
pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami
secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan
banyak memperdayakan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa SMP Negeri Muara Beliti belum baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sariani, S.Pd. guru bidang studi
matematika kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti, rendahnya kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa disebabkan karena yang masih sering di
pakai dalam proses pembelajaran matematika menggunakan model konvesional.
Bahkan Wahyudin (dalam Afrilianto, 2012:193) menegaskan bahwa guru
matematika pada umumnya mengajar dengan metode konvensional. Hal ini sesuai
dengan pendapat Esmonde (dalam Yazid, 2012:32) bahwa belajar matematika
akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari, dari pada
hanya mengetahui secara lisan saja.
Salah satu strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa adalah strategi Think Talk
Write (TTW). Menurut Huinker dan Laughlin (dalam Huda, 2014:218) strategi
Think Talk Write (TTW) adalah strategi yang mendorong siswa untuk berpikir,
berbicara dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Sedangkan menurut
Yazid (2012:32) strategi ini diyakini dapat meningkatkan kemampuan
representasi siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran mengarahkan siswa untuk
mengkonstruk
pemahaman
dengan
penalarannya, sehingga
siswa
dapat
memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajar.
Strategi Think Talk Write (TTW) dengan kemampuan pemahaman konsep
dapat dilihat dari aktivitas siswa pada fase write yaitu siswa menuliskan ide-ide
yang diperolehnya dari fase think dan fase talk. Menurut Hamdayana (2014:218)
aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga
memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Aktivitas siswa
selama fase write ini adalah (1) menulis solusi terhadap masalah, (2)
mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, (3) mengoreksi
semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
6
ketinggalan, (4) menyakini bahwa pekerjaan yang terbaik,lengkap, mudah dibaca
dan terjamin keasliannya Martinis Yamin (dalam Hamdayana, 2014:218).
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran
2016/2017 Setelah diterapkan strategi Think Talk Write (TTW) dikategorikan
minimal baik?”
LANDASAN TEORI
Berikut ini adalah beberapa deskripsi teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1. Hakikat Matematika
Pada hakikatnya matematika merupakan suatu ilmu yang didasarkan atas
akal (rasio) yang berhubungan benda-benda dalam pikiran yang abstrak
Yuhasriati (2012:82). Sedangkan matematika menurut Wittgenstein (dalam
Hasratuddin, 2014:30) Matematika adalah suatu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan
informasi,
menggunakan
menggunakan
pengetahuan
pengetahuan
tentang
tentang
bentuk
menghitung.
dan
ukuran,
Lerner
(dalam
Abdurrahman, 2012:202) mengemukakan bahwa matematika disamping
sebagai
bahasa
simbolis
juga
merupakan
bahasa
universal
yang
memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah suatu ilmu tentang logika mengenai ide ide yang abstrak yang diberi
simbol untuk memudahkan dalam berpikir terhadap masalah bentuk, ukuran
dan hitung yang dihadapi manusia.
Matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang
terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis,
berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai
pada konsep paling kompleks. Menurut Gagne (dalam Shadiq 2015:1) bahwa
objek-objek matematika yaitu materi yang dipelajari siswa menjadi objek
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
7
langsung dan objek tak langsung. Objek langsungnya adalah fakta, konsep,
prinsip, dan keterampilan (FKPK). Sedangkan objek tak langsungnya adalah
kemampuan yang secara tak langsung akan dipelajari siswa ketika mereka
mempelajari objek langsung matematika seperti kemampuan berpikir logis,
kemampuan memecahkan masalah, sikap positif terhadap matematika,
ketekunan dan ketelitian.
Kemampuan-kemampuan yang dapat diperoleh dari matematika antara
lain; 1) kemampuan berhitung, 2) kemampuan berpikir kreatif, dan
kemampuan memecahkan masalah dalam berbagai situasi, 3) kemampuan
mengamati, mengorganisasi, mendeskripsi, menyajikan, dan menganalisis
data, 4) kemampuan melakukan kuantifikasi terhadap berbagai variabel dalam
berbagai bidang kehidupan, sehingga hubungan antara variabel yang satu dan
variabel yang lain dapat diketahui secara lebih eksak, 5) kemampuan
mengamati pola atau struktur dari suatu situasi, 6) kemampuan untuk
membedakan hal-hal yang relevan dan hal-hal yang tidak relevan pada suatu
masalah, 7) kemampuan membuat prediksi atau perkiraan tentang sesuatu hal
berdasarkan data-data yang ada, 8) kemampuan berpikir dan bertindak secara
konsisten, 9) kemampuan berpikir dan bertindak secara mandiri (independen)
berdasarkan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, 10) kemampuan
menalar secara logis, termasuk kemampuan mendeteksi adanya kontradiksi
pada suatu penalaran atau tindakan Hasratuddin (2014:33).
Sejalan dengan pendapat diatas kemampuan-kemampuan yang perlu
dikuasai dalam belajar matematika 1) memahami konsep matematika,
menjelaskan
keterkaitan
(koneksi)
antar
konsep
matematika
dan
mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam
memecahkan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) komunikasi,
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi, 4) komunikasi dan representasi gagasan untuk
memperjelas keadaan dan masalah, dan 5) memiliki sikap saling menghargai
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
8
kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian dan
minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam
komunikasi Depdiknas (dalam Saiman, dkk. 2015:60).
2. Pemahaman Konsep Matematika
Menurut Kilpatrick, dkk (dalam Afrillianto, 2012:196) pemahaman
konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami
konsep, operasi dan relasi dalam matematika, definisi lain dari pemahaman
konsep juga dikemukan oleh pemahaman konsep adalah yang berupa
penguasaan sejumlah materi pembelajaran, dimana siswa tidak sekedar
mengenal dan mengetahui, tetapi mampu mengungkapkan kembali konsep
dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti serta mampu mengaplikasikannya
Rosmawati (dalam Putri, 2012:68). Sehingga pemahaman konsep matematika
adalah kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika
sesuai dengan pembentukan pemahaman yang dimilikinya sehingga mampu
mengungkapkan kembali informasi tersebut kedalam bahasa yang lebih
mudah dipahami.
Indikator dari pemahaman konsep matematika yaitu sebagai berikut: 1)
kemampuan
menyatakan
ulang
sebuah
konsep;
2)
kemampuan
mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep;
3) kemampuan memberi contoh dan bukan contoh; 4) kemampuan
menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika; 5)
kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep; 6) kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur
tertentu; 7) kemampuan mengaplikasikan konsep/algoritma ke pemecahan
matematika.
3. Strategi Think Talk Write (TTW)
Menurut Yamin dan Ansari (2012:84) menyatakan bahwa secara garis
besar strategi Think Talk Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam
berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca
masalah (think), selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya
(talk) untuk menyelesaikan masalah tersebut sebelum menulis (write).
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
9
Menurut Herdian (dalam Yazid, 2012:35) strategi pembelajaran Think
Talk Write (TTW) adalah mengajak siswa untuk dapat menyukai matematika
dengan memperhatikan kepada siswa cara mempelajari matematika, dengan
jalan mengeksplorasi pikiran peserta didik serta mengungkapkan hasil
pemikiran, yang secara tidak langsung memberikan kegiatan positif pada diri
para peserta didik. Strategi ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan
(menyimak,
mengkritisi,
dan
alternatif
solusi),
hasil
bacaannya
dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil
presentasi. Selain itu, Think Talk Write (TTW) merupakan strategi
pembelajaran
yang
memberikan
kesempatan
untuk
berpikir,
mendiskusikannya dengan teman kemudian menuliskan hasil dari suatu
permasalahan yang diberikan (Utami, 2014:265).Langkah-langkah strategi
Think Talk Write (TTW) yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari.
c. Guru membagikan teks bacaan berupa lembar kegiatan siswa yang
memuat soal untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan konsep
yang harus diselesaikan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya..
d. Siswa membaca masalah yang terdapat pada teks bacaan dan membuat
catatan kecil dari hasil bacaan individual apa yang di ketahui dan tidak
diketahui oleh siswa, untuk dibawa ke forum diskusi (think).
e. Guru membentuk siswa dalam kelompok, setiap kelompok terdiri atas 3-5
orang siswa (dikelompokkan secara heterogen).
f. siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompoknya
untuk membahas isi catatan dan menyampaikan ide-ide matematika dalam
diskusi serta memahami permasalahan yang tedapat pada teks bacaan
bersama-sama (talk).
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
10
g. Siswa bediskusi dengan kelompoknya untuk merumuskan pengetahuan
berupa jawaban atas soal berisi landasan dan keterkaitan konsep sebagai
hasil diskusi.
h. Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dari hasil diskusi dengan
menulis sendiri pengetahuan yang diperolehnya sebagai hasil kesepakatan
dengan anggota kelompoknya dalam bentuk tulisan (write).
i.
Perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
j.
Siswa diberikan kesempatan untuk memahami kembali pelajaran yang
telah dipelajari selama proses pembelajaran (refleksi).
k. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa diminta untuk merefleksikan dan
membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelejari.
Think Talk Write (TTW) mempunyai kelebihan dan kelemahan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamdayana (2014:222) yaitu :
1)Kelebihan dari strategi Think Talk Write (TTW) adalah mempertajam
seleruh keterampilan siswa berpikir visual; 2)Mengembangkan pemecahan
yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar; 3)Dengan memberikan
soal open ended, dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa secara
aktif dalam belajar; 4) Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok
akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar; 5) Membiasakan siswa
berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru dan bahkan dengan dirinya
sendiri. Kelemahan Think Talk Write (TTW) : 1)Ketika siswa bekerja dalam
kelompok itu mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan, karena
didominasi oleh siswa yang mampu; 2) Guru harus benar-benar menyiapkan
semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi Think Talk
Write (TTW) tidak mengalami kesulitan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen semu. Eksperimen semu merupakan
suatu eksperimen yang dilakukan tanpa adanya kelas pembanding disebut juga
dengan pre-experimental design.
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
11
Populasinya seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Muara Beliti Tahun
Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 245 siswa. Sampel penelitian ini adalah
kelas VIII.1 sebagai kelas eksperimen.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah
(post-test) siswa diberi perlakuan (treatment) dengan menggunakan strategi Think
Talk Write (kelas eksperimen. Pre-test diberikan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa dan post-test diberikan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
setelah diberikan perlakuan. Materi yang digunakan adalah Statistika. Untuk
menguji hipotesis, data dianalisis menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α
= 0,05 dan dk = 40.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Kemampuan Awal
Pre-test dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang
pemahaman konsep matematika sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan
materi statistika. Berdasarkan perhitungan data hasil pre-test menunjukkan
bahwa secara deskriptif tidak terdapat perbedaan yang berarti kemampuan awal
siswa tentang pemahaman konsep matematika kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebelum diberi perlakuan. Rata-rata skor kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa kelas eksperimen sebesar 22,97 dengan kategori
untuk kelas eksperimen adalah “Kurang”.
2. Kemampuan Akhir
Perhitungan data hasil post-test menunjukkan bahwa secara deskriptif
ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika kelas eksperimen
yang mendapat perlakuan strategi Think Talk Write (TTW). Rata-rata skor
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen sebesar
58,60 dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika kelas
eksperimen yaitu dalam kategori “Baik”.
Berdasarkan hasil pengujian statistik uji-t 1 pihak dapat disimpulkan
bahwa “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
12
Negeri Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah diterapkan Strategi
Think Talk Write (TTW) dikategorikan baik”.
Jika hasil pre-test dibandingkan dengan hasil post-test terdapat
peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika setelah mengikuti
proses pembelajaran. Rata-rata skor pre-test siswa kelas eksperimen adalah
22,97 sedangkan rata-rata skor post-test sebesar 58,60, hal ini berarti terjadi
peningkatan sebesar 35,63,56.
Pembahasan
Pada pertemuan pertama tanggal 30 Agustus 2016 proses pembelajaran
di kelas eksperimen jam pembelajaran pada kelas VIII. 1 sebanyak dua jam
pembelajaran dimaksimalkan peneliti untuk melakukan perlakuan pertama pada
materi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Siswa telah siap mengikuti
proses pembelajaran, peneliti terlebih dahulu memberikan informasi kepada siswa
maksud dan tujuan peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas VIII.1 serta
menjelaskan cara belajar dengan menggunakan strategi Think Talk Write (TTW).
Perlakuan pertama diisi dengan kegiatan penjelasan materi mengenai
penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar oleh peneliti dan pemberian LKS
materi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar untuk mempermudah siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuannya dan memberikan petunjuk dalam
menentukan arah bagi siswa untuk mempelajari suatu materi dan menyelesaikan
soal.
Pada pertemuan pertama di tahap talk,belum terlihat adanya diskusi
(saling menukar ide) dalam kelompok. Hal ini disebabkan karena masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami permasalahan yang ada pada
LKS. Siswa juga masih bingung dalam menuliskan ide dalam catatan kecil.
Sehingga hal tersebut berpengaruh pada tahap diskusi (talk). Tahap talk ini
banyak siswa yang terlihat ramai dan masih ada siswa yang pasif pada saat
berdiskusi. Tetapi suasana masih bisa di kondisikan oleh peneliti. Peneliti
membimbing jalannya diskusi dan memberikan pengarahan, karena banyak siswa
yang banyak mengalami kesulitan. Dari penyelesaian soal diskusi rata-rata setiap
kelompok hanya mampu menjawab 2 soal yang ada pada LKS.
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
13
Pada pertemuan kedua, peneliti memberikan apersepsi kepada siswa dengan
mengingatkan kembali perkalian dan pembagian serta memberi motivasi agar
siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Selanjutnya peneliti memberikan LKS
yang berisi materi perkalian dan pembagian dan mengingatkan siswa menuangkan
ide, berdiskusi dengan teman satu kelompok menuliskan jawaban dan
mepresentasikan jawaban soal yang ada di LKS tersebut. Pada pertemuan kedua
tersebut terlihat bahwa terdpat peningkatan dari pertemuan sebelumnya, anggota
kelompok telah mampu mengembangkan syarat perlu dalam penyajian data yang
merupakan salah satu indikator dalam pemahaman konsep matematika.
Kemudian pada perlakuan terakhir, siswa sudah terbiasa belajar dalam
bentuk tim. Peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu pemfaktoran
bentuk aljabar serta tujuan pembelajarannya. Peneliti melakukan apersepsi dengan
mengingatkan kembali materi pangkat. Sebelum memulai tahap think, peneliti
membagikan LKS kepada setiap siswa. Kegiatan selanjutnya setiap kelompok
diberikan permasalahan dengan masalah sehari-hari yang mereka biasa temui dan
dituntut untuk bekerjasama seperti biasa dan mempresentasikan hasil diskusinya
ke kelas, pada pertemuan ini siswa menemui beberapa simbol dan rumus-rumus
yang dipresentasikan ke dalam bentuk matematika, beberapa kelompok masih
asing dan belum terbiasa menggunakan simbol dan rumus-rumus tersebut, mereka
masih menggunakan bahasa Indonesia untuk menuliskan dan menjelaskannya.
Selama diskusi kelompok peneliti memfasilitasi kelompok pengusaha yang belum
mampu menggunakan prosedur sesuai yang diinginkan, namun untuk tiga
kelompok lainnya tidak terlalu banyak masalah yang berarti dalam penyelesaian
masalah yang diberikan.
Peneliti memberikan waktu untuk setiap kelompok merefleksikan apa yang
telah dipelajari dengan memberi arahan dalam penyelesaian soal agar tidak terjadi
kesalah pahaman konsep ketika menjawab soal kuis pada bagian terakhir
pembelajaran. Siswa diberikan tugas untuk membuat kesimpulan secara mandiri
dari materi pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga, dari 29 siswa yang
masuk pada saat pertemuan ketiga 24 siswa atau 82,74% mampu membuat
kesimpulan dari materi pertama sampai ke pertemuan ketiga.
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
14
Rata-rata skor total setiap indikator kelas eksperimen untuk hasil pre-test
mengalami peningkatan ketika dibandingkan dengan hasil post-tesny hanya saja
untuk indikator keenam hasil post-test kelas eksperimen hanya terdapat sedikit
peningkatan karena pada saat menjawab soal post-test sebagian besar siswa tidak
menjawab soal yang memuat indikator terbanyak salah satunya untuk soal yang
memuat indikator keenam. Peningkatan ketercapaian pemahaman konsep
matematika sesuai dengan indikatornya dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini
Tabel 1
Persentase Keberhasilan Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Setiap Indikator
No
1
Indikator
Persentase Keberhasilan Post-Test
Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Sesudah Mengikuti
Pembelajaran Menggunakan Strategi
Think Talk Write (TTW)
Kelas Ekperimen
Post-test
Menyatakan ulang sebuah konsep
65%
Mengelompokkan objek-objek
2
menurut sifat-sifat tertentu sesuai
80,50%
dengan konsepnya
3
4
5
6
Membuat contoh dan non contoh
Menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis
Mengembangkan suatu konsep dan
operasi tertentu
Mengaplikasikan konsep dalam
menyelesaikan suatu masalah
45,75%
79,50%
43,25%
11,50%
Indikator yang memerlukan banyak latihan untuk pencapaian indikator
pemahaman konsep terlihat pada indikator 6 karena pada kelas eksperimen
memiliki persentase indikator yang cukup jauh berbeda dari persentase indikator
pemahaman konsep yang lain. Untuk indikator 1 , 2, 3, 4 dan 5 pada kelas
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
15
eksperimen memiliki persentase indikator yang cukup tinggi
sesudah diberi
perlakuan menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) dengan persentase
setiap indikator berturut-turut 65%, 80,50%, 45,75%, 75,50% dan 11,50%. Hal ini
yang menyebabkan perbedaaan yang cukup jauh persentase pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen setelah diberi perlakuan pembelajaran
menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) yang diperlihatkan grafik 4.1 yaitu
perbandingan kemampuan pemahaman konsep matematika kelas eksperimen
sebelum diberi perlakuan memperoleh skor rata-rata kemampuan pemahaman
konsep matematika 22,97 (kurang baik) sedangkan setelah diberi perlakuan
memperoleh skor rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika 58,60
(baik).
Pengulangan memiliki peran yang besar untuk melatih ingatan dan
pemahaman siswa, karena dengan adanya repetition
diharapkan informasi
tersebut ditransfer ke dalam memori jangka panjang. Pengulangan yang dilakukan
tidak berarti dengan bentuk pertanyaan atau informasi yang sama, melainkan
dalam bentuk informasi yang bervariatif sehingga tidak membosankan. Dengan
pemberian soal dan tugas siswa akan mengingat informasi-informasi yang
diterimanya dan terbiasa dalam permasalahan-permasalahan matematis (Burhan,
2014:7).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
“Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri
Muara Beliti Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah diterapkan Strategi Think Talk
Write (TTW) dikategorikan baik”. Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep
matematika setelah diterapkan strategi Think Talk Write (TTW) sebesar 58,60.
Saran
Melalui hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan
saran-saran sebagai berikut: 1) Bagi pembaca, hendaknya mencari referensi
yang lebih mendalam mengenai strategi Think Talk Write (TTW) sehingga
tidak mengalami kesulitan pada saat penerapannya di kelas; 2) Bagi siswa,
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
16
dapat menggunakan strategi Think Talk Write (TTW) dalam pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika dan
keaktifan siswa dalam belajar; 3) Bagi guru, dapat menggunakan strategi
Think Talk Write (TTW) sebagai alternatif untuk meningkatkan keaktifan,
imajinasi, dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa; 5) Bagi
sekolah, juga strategi Think Talk Write (TTW) ini sebagai masukan dalam
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Afrilianto, M. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis
Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. Jurnal
Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1,
No.2 Hal. 192-202.
Burhan, Arini Viola, dkk. 2014. Penerapan Model AIR Pada Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VII SMPN 18 Padang. Jurnal Pendidikan
Matematika, Part 1 Vol. 3 No.1 Hal. 6-11.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran:Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Septriani, dkk. 2013. Pengaruh Penerapan Pendekatan Scaffolding Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Pertiwi 2 Padang, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3 No. 3 Part 1 : Hal
17-21.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
Download