PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA
DI KELAS V SD NEGERI 032 SINONOAN
AMAN EFENDI
Guru SD Negeri 032 Sinonoan Kabupaten Mandailing Natal
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa
setelah menerapkan model pembelajaran think talk write pada mata pelajaran IPA di kelas V SD
Negeri 032 Sinonoan tahun pembelajaran 2013/2014. Model pembelajaran think talk write
berdampak positif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa hal ini ditadai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I aktivitas siswa yang
paling dominan adalah menulis/membaca yaitu 36% mengalami penurunan menjadi 33% pada
siklus II. Aktivitas mengerjakan LKS 19% meningkat menjadi 32%. Bertanya pada teman 16%
menurun menjadi 14%. Bertanya pada guru 11% meningkat menjadi 13%. Yang tidak relepan
dengan KBM 18% menurun menjadi 8%. Dari preetes diketahui hasil belajar rata-rata siswa
37,8 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah 30. Peningktan hasil belajar siswa dari formatif
siklus I dan formatif siklus II rata-rata 74,4 menjadi 87,5. Ketuntasan klasikal pada siklus I
sebesar 53,13% dan pada siklus II sebesar 90,63%.
Kata kunci : Model Think Talk Write, hasil belajar, IPA
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan
yang sangat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup negara dan bangsa,
karena pendidikan merupakan wahana
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan kualitas sumber daya
manusia.
Mengacu
pada sistem
pendidikan nasional (Undang-undang
nomor 20 tahun 2003) dinyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif
mengembangkan
potensi
diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan bagi
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam sistem pembelajaran
modern saat ini, siswa tidak hanya
berperan sebagai komunikan atau
penerima pesan, bisa saja siswa
bertindak sebagai komunikator atau
penyampai pesan. Dalam kondisi seperti
itu, maka terjadi komunikasi dua arah,
bahkan dapat juga menjadi komunikasi
banyak arah.
Pelajaran sains merupakan suatu
pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta, yang berarti
materi pelajaran adalah hal yang nyata.
Pendidikan IPA di sekolah diharapkan
dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di
kehidupan sehari-hari. Untuk itu dalam
membelajarkan sains tidak dapat
disampaikan hanya dengan kata-kata
dan berjalan satu arah dari guru kepada
siswa yang hanya akan menjadikan
pemahaman konsep tidak tercapai.
Akan tetapi pada kenyataannya,
di sekolah-sekolah penggunaan model
pembelajaran masih sangat minim
dilakukan. Guru hanya menggunakan
53
metode ceramah dan berfokus pada
buku paket ketika menyampaikan
pelajaran. situasi seperti ini menjadikan
proses pembelajaran cenderung pasif,
siswa tidak fokus pada penjelasan guru,
dan tidak konsentrasi. Selain itu
penyampaian pelajaran yang bersifat
verbalisme dapat menyulitkan siswa
memahami materi apabila kata yang
digunakan banyak mengandung bahasa
asing yang tidak dipahami siswa, sifat
pengalaman, dan kosa kata yang
berbeda pada tiap anak tentu menjadi
masalah
dalam
pembelajaran.
Kurangnya
pemanfaatan
model
pembelajaran yang dilakukan oleh guru
menyebabkan siswa menjadi bosan
dalam mengikuti pelajaran. Situasi
seperti ini jika dibiarkan terus menerus
akan menjadi masalah bagi guru untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Untuk mengatasi masalah tersebut
hendaknya guru berusaha menggunakan
berbagai macam cara dan metode
pembelajaran untuk mendukung proses
pembelajaran yang baik.
Hal diatas juga terjadi di SD
Negeri 032 Sinonoan khususnya dalam
mata pelajaran IPA. Berdasarkan
observasi yang peneliti lakukan
menunjukkan bahwa hasil belajar IPA
masih rendah, pada pembelajaran IPA
masih didominasi oleh guru dengan
penggunaan metode ceramah dan
kegiatan lebih terpusat pada guru yang
mengakibatkan hasil belajar siswa
rendah sehingga pembelajaran IPA
belum
tercapai.
Dari
jumlah
keseluruhan siswa hanya 30% siswa
yang tuntas dan 70% yang belum tuntas.
Hasil dari observasi dan
pengamatan di SD Negeri 032
Sinonoan, menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa rendah dan faktor
utamanya
diakibatkan
karena
banyaknya konsep dasar yang harus
dihapal dan sangat membosankan bagi
siswa. Hal ini akan membawa dampak
yang kurang baik bagi pemahaman
siswa akan konsep-konsep IPA. Apabila
keseluruhan materi diajarkan guru
secara konvensional dan tidak bervariasi
maka siswa akan merasa sulit
memahami materi tersebut.
Dalam pembelajaran, kurangnya
keterampilan guru dalam menggunakan
strategi pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif, yang mana aktivitas
siswa hanya mendengarkan dan menulis
apa yang disampaikan oleh guru.
Sehingga siswa merasa bosan dan jenuh
yang berakibat siswa kurang merespon
materi yang disampaikan oleh guru. Hal
ini dapat dilihat dari cara belajar siswa
dan nilai tugas yang diberikan oleh
guru.
Dari
masalah
tersebut
diperlukan strategi pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif, dan dapat
mengembangkan mental siswa. Salah
satu strategi yang digunakan untuk
mengatasi kesulitan siswa adalah
metode Think Talk Write (TTW) yang
merupakan segala bentuk belajar yang
langsung menghadapkan siswa dengan
sejumlah sumber belajar secara
individual atau kelompok dengan segala
kegiatan yang bertalian dengan itu. Jadi
bukan dengan cara konvensional ,
dimana guru menyampaikan bahan
pelajaran pada siswa, tetapi setiap
komponen yang dapat memberikan
informasi seperti perpustakaan, kebun
54
sekolah dan guru bukan merupakan
sumber belajar satu-satunya.
Think Talk Write merupakan
model
pembelajaran
yang
dikembangkan oleh Huinker dan
Laughlin. Model pembelajaran TTW
didasarkan pada pemahaman bahwa
belajar adalah sebuah perilaku sosial.
Dalam model pembelajaran ini, peserta
didik didorong untuk berfikir, berbicara
dan kemudian menuliskan berkenaan
dengan suatu topik. Metode ini
merupakan metode yang dapat melatih
kemampuan berfikir dan berbicara
peserta didik.
Secara garis besar TTW
merupakan metode pembelajaran yang
menuntut siswa untuk berperan aktif
dalam proses belajar mengajar melalui
tiga tahapan yatu: 1) Think, merupakan
proses berfikir yang dimulai dari
penemuan informasi dari diri siswa
sendiri, pengolahan, penyimpanan dan
pemanggilan kembali informasi dari
ingatan siswa. Pada tahap ini peserta
didik akan membaca sejumlah masalah
yang diberikan pada lembar kegiatan
peserta didik (LKS) kemudian setelah
membaca,
peserta
didik
akan
menuliskan hal –hal yang diketahui dan
tidak diketahui mengenai masalah
tersebut. 2) Talk, yaitu berkomunikasi
dengan kata-kata yang mereka pahami.
Pada tahap talk memungkinkan peserta
didik untuk terampil berbicara, pada
tahap ini peserta didik akan berlatih
melakukan komunikasi dengan anggota
kelompok
secara
lisan
untuk
mendiskusikan masalah yang telah
peserta didik pikirkan sebelumnya pada
tahap think. 3) Write, menuliskan dan
mengkonstruksi ide setelah berdiskusi
dan berdialog antar teman dan
kemudian mengungkapkannya melalui
tulisan. Aktivitas menulis peserta didk
pada tahap ini meliputi menulis solusi
terhadap masalah/ pertanyaan yang
diberikan. Pada tahap ini peserta didik
akan
belajar
untuk
melakukan
komunikasi secara tertulis.
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian terhadap
penggunaan model pembelajaran Think
Talk Write pada pelajaran IPA yang
berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Melalui Model Pembelajaran
Think Talk Write Pada Mata Pelajaran
IPA Di Kelas V SD Negeri 032
Sinonoan”.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD
Negeri 032 Sinonoan Jalan Medan
Padang dan pelaksanaannya pada bulan
Maret sampai dengan Juli 2014.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri
032 Sinonoan. Pemilihan kelas V
dikarenakan peneliti merupakan guru
kelas V SD Negeri 032 Sinonoan.
Banyak subjek penelitian yakni 32
siswa.
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam
penelitian ini antara lain:
a. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran
55
dengan strategi think talk write (TTW).
Tes hasil belajar disusun dalam bentuk
pilihan berganda yang mengacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) untuk kelas V SD Negeri 032
Sinonoan bidang studi IPA. Tes hasil
belajar siswa yang digunakan sebanyak
10 item dan terdiri dari 4 opsion
Kisi-kisi tes hasil belajar siswa
tersebut dituangkan dalam bentuk Tabel
spesifikasi seperti tercantum pada Tabel
1.
Tabel 1 : Tabel Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar
Klasifikasi / Kategori
Butir Soal
C1
C2
C3
C4
1
√
2
√
3
√
4
√
5
√
6
√
7
√
8
√
9
√
10
√
Jumlah
1
5
1
3
Keterangan :
C1 : Pengetahuan
C2 : Pemahaman
b. Lembar Aktivitas Belajar Siswa
Lembar aktivitas belajar siswa
digunakan oleh pengamat. Pengamat
adalah guru-guru teman sejawat peneliti
yaitu Ratnawati dan Irmaria Waktu
bekerja dalam kelompok peneliti/guru
yang sedang melaksanakan kegiatan
belajar mengajar (KBM) memberi
isyarat pada ke dua pengamat,
kelompok mana yang diamati oleh ke
dua pengamat. Kedua pengamat tidak
boleh duduk berdekatan agar data yang
direkam tidak bias. Satu kali kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh
peneliti, maka ada dua kelompok yang
diamati oleh pengamat.
Jumlah
soal
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
C3 : Aplikasi
C4 : Analisis
Instrumen aktivitas belajar siswa
terdiri dari 5 aktivitas antara lain;
membaca, bekerja, bertanya sesama
siswa, bertanya sama guru, dan yang
tidak relevan denga KBM. Waktu siswa
belajar sesuai dengan di RPP
berkelompok
selama
20
menit
ditentukan oleh peneliti/guru maka ada
10 ceklis yang dilakukan oleh pengamat
dalam lembar aktivitas belajar siswa.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang
56
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
serta memperbaiki kondisi dimana
praktek
pembelajaran
tersebut
dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sesuai dengan jenis penelitian
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan
model penelitian tindakan dari Kemmis
dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6),
Refleksi
yaitu berbentuk spiral dari sklus yang
satu ke siklus yang berikutnya. Setiap
siklus meliputi planning (rencana),
action
(tindakan),
observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah
perencanaan yang sudah direvisi,
tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Sebelum masuk pada siklus I dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa
identifikasi permasalahan. Siklus spiral
dari tahap-tahap penelitian tindakan
kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Rencana Awal
Tindakan / Observasi
Rencana Yang Direvisi
Refleksi
Tindakan / Observasi
Rencana Yang Direvisi
Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart (Tim Pelatih Proyek
PGSM, 1999 : 27)
Prosedur Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang
peneliti kumpulkan, bahwa hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA masih
rendah yang diakibatkan rendahnya
aktivitas belajar siswa, maka prosedur
penelitian yang penulis rencanakan
dalam menuntaskan hasil belajar
tersebut adalah sebagai berikut :
A. Siklus I
Kegiatan pada siklus I meliputi:
1) Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti membuat
kegiatan perencanaan meliputi:
57
a) Penyusunan
rencana
pelaksanaan pembelajaran dan
lembar kegiatan siswa yang
telah dibuat oleh guru tentang
sub materi “proses daur air”
untuk KBM 1 dengan sub materi
“perlunya penghematan air”
untuk KBM 2. Selanjutnya
diubah atau ditambah sesuai
dengan strategi think talk write
(TTW).
b) Penyusunan
instrumen
penelitian
berupa
lembar
observasi aktivitas siswa melalui
penerapan strategi think talk
write
(TTW)
dan
tes
pemahaman
siswa
tentang
proses daur air dan penghematan
air.
2) Pelaksanaan
Tindakan
dan
Observasi (Action and Observation)
Melaksanakan
tindakan
pembelajaran ke-1 dan ke-2 sesuai
dengan RPP oleh peneliti sebagai
guru IPA di kelas V SD Negeri 032
Sinonoan.
Selama
proses
pembelajaran dilakukan observasi
oleh observer (guru sejawat) untuk
mengamati aktivitas siswa dan
pengelolaan pembelajaran oleh
guru. Diakhir siklus I dilakukan pula
tes hasil belajar siswa untuk
mengetahui
pemahaman
siswa
tentang proses daur air dan
penghematan air sebagai formatif I.
3) Refleksi (Reflective)
Kegiatan refleksi dilakukan oleh
peneliti berdasarkan hasil observasi
dan evaluasi hasil pembelajaran IPA
dengan strategi think talk write
(TTW). Dari hasil refleksi kemudian
peneliti dengan dua orang pengamat
teman sejawat untuk memperbaiki
dan menguatkan rencana tindakan
siklus II.
B. Siklus II
Kegiatan pada Siklus II meliputi:
1) Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi terhadap
proses pembelajaran pada siklus I
maka pada siklus II disusun
skenario strategi think talk write
(TTW) dengan revisi tindakan untuk
memperbaiki
proses.
Peneliti
berdiskusi secara kolaboratif dengan
guru mata pelajaran sejenis dengan
kegiatan perencanaan meliputi:
a) Penyusunan
rencana
pelaksanaan pembelajaran dan
lembar kegiatan siswa yang
telah dibuat oleh guru tentang
sub materi “peristiwa alam”
untuk KBM 3 dengan sub materi
“mengidentifikasi kegiatan yang
dapat mengubah permukaan
bumi” untuk KBM 4.
b) Penyusunan
instrumen
penelitian
berupa
lembar
observasi aktivitas siswa serta
pengelolaan
guru
terhadap
proses pembelajaran dengan
menerapkan strategi think talk
write
(TTW)
dan
tes
pemahaman
siswa
tentang
peristiwa
alam
dan
mengidentifikasi kegiatan yang
dapat mengubah permukaan
bumi.
2) Pelaksanaan
Tindakan
dan
Observasi (Action and Observation)
Melaksanakan
tindakan
pembelajaran ke-3 dan ke-4 sesuai
dengan RPP strategi think talk write
(TTW) dengan topik “peristiwa
58
alam dan mengidentifikasi kegiatan
yang dapat mengubah permukaan
bumi” oleh peneliti sebagai guru
IPA di Kelas V SD Negeri 032
Sinonoan.
Selama
proses
pembelajaran dilakukan observasi
oleh observer (guru sejawat) untuk
mengamati aktivitas siswa. Diakhir
siklus II dilakukan pula tes hasil
belajar
untuk
mengetahui
pemahaman siswa sebagai formatif
II.
3) Refleksi (Reflective)
Setelah
kegiatan
pembelajaran
siklus II dilaksanakan, dilanjutkan
dengan kegiatan refleksi oleh
peneliti berkolaborasi guru mata
pelajaran sejenis. Berdasarkan hasil
observasi aktivitas siswa dalam
pembelajaran dan ketuntasan hasil
belajar siswa ditelaah.
Teknik Analisis Data
Metode analisis data pada
penelitian ini digunakan metode
deskriptif dengan membandingkan hasil
belajar siswa sebelum tindakan dengan
hasil belajar siswa setelah tindakan.
Langkah-langkah
pengolahan
data sebagai berikut:
1) Merekapitulasi
nilai
pretes
sebelum tindakan dan nilai tes
akhir siklus I dan siklus II
2) Menghitung nilai rata-rata atau
persentase hasil belajar siswa
sebelum dilakukan tindakan
dengan hasil belajar setelah
dilakukan tindakan pada siklus I
dan siklus II untuk mengetahui
adanya
peningkatan
hasil
belajar.
3) Penilaian
a. Data nilai hasil belajar
(kognitif) diperoleh dengan
menggunakan rumus:


Jumlah jawaban benar
 100 
 Nilai Siswa 
Jumlah seluruh soal


(Slameto, 2001:189)
b. Nilai rata-rata siswa dicari
dengan rumus sebagai berikut:
X
X
N
(Subino,1987:80)
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
Σ = Jumlah nilai X
N = Jumlah peserta tes
c. Untuk penilaian aktivitas
digunakan rumus sebagai
berikut:
Setelah data aktivitas siswa
terkumpul sesuai dengan
jumlah
kegiatan
belajar
mengajar, maka data tersebut
disusun
kemudian
data
tersebut dirubah menjadi data
prosntase.
Untuk
menganalisis
data-data
tersebut kemudian dianalisis
dengan proporsi aktivitas.
%
=
ℎ
ℎ
ℎ
100%
(Majid, 2009:268)
d. Ketentuan
persentase
ketuntasan belaja rkelas

 Sb 100%
 Ketuntasan belajar kelas 
K


59
ΣSb =Jumlah siswa yang mendapat
nilai ≥ 70 (kognitif)
ΣK = Jumlah siswa dalam sampel
Sebagai tolak ukur keberhasilan
penelitian tindakan kelas ini dapat
dilihat dari hasil tes, jika hasil belajar
siswa mencapai nilai ≥ 70 maka disebut
tuntas individu, dan bila ada 85% nilai
≥ 70 disebut tuntas kelas.
IndikatorKeberhasilan
Yang
menjadi
indikator
keberhasilan guru mengajar digunakan
KKM mata pelajaran IPA di SD Negeri
032 Sinonoan dengan nilai ≥ 70 maka
disebut tuntas individu, dan bila ada
85% nilai ≥ 70 disebut tuntas kelas
HASIL
ASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
a) Data Pretes (Ujiawal)
Untuk melihat kemampuan awal
siswa maka dilakukan tes hasil belajar
(Ujiawal), dengan jumlah 10 soal, data
terkumpul kemudian dianalisis dan
disajikan
Pada
Tabel
2.
Tabel 2. Distribusi Hasil Pretes
Nilai
Frekunsi
Rata-rata
S.D
30
20
40
5
50
3
37,8
12,4
60
2
70
2
Jumlah
32
Merujuk pada Tabel 2,
2 nilai
terendah untuk pretes adalah 20 dan
tertinggi adalah 70 dengan KKM
sebesar 70 maka dua orang mendapat
nilai diatas ketuntasan atau ketuntasan
klasikal adalah 6,25%. Nilai
kelas adalah 37,8 dengan
deviasi 12,4. Data hasil pretes
disajikan
kembali
dalam
histogram
rata
rata-rata
standar
in
ini dapat
grafik
berikut.
Grafik Pretes
25
20
15
10
5
0
Frekuensi
30
40
50
60
70
20
5
3
2
2
Gambar 2 Grafik Hasil Pretes
60
b) Data Postes I
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat
kegiatan perencanaan meliputi:
a) Penyusunan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b) Membuat lembar kegiatan siswa
pertemuan 1 dan pertemuan 2
c) Membuat tes pemahaman siswa
siklus I
d) Membuat lembar observasi
aktivitas
siswa
melalui
penerapan strategi think talk
write (TTW)
e) Menyediakan
media
pembelajaran
IPA di kelas V SD Negeri 032
Sinonoan. Selama proses pembelajaran
dilakukan observasi oleh observer (guru
sejawat) untuk mengamati aktivitas
siswa dan pengelolaan pembelajaran
oleh guru. Diakhir siklus I dilakukan
pula tes hasil belajar siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang
proses daur air dan penghematan air
sebagai formatif I.
Hasil
diskusi
dengan
pembimbing dalam pelaksanaan Siklu
Siklus
I, dapat dilakukan sesuai dengan materi
yang telah disusun untuk pengambilan
data dalam penelitian ini. Akhir KBM
pada Siklus I dilakukan tes hasil belajar
(Formatip I), hasil analisis data dapat
dilihat pada Tabel 3.
Pelaksanaan pembelajaran/observasi
jaran/observasi
Melaksanakan
tindakan
pembelajaran ke-1
1 dan ke-2
ke
sesuai
dengan RPP oleh peneliti sebagai guru
Tabel 3. Distribusi Hasil Postes 1
Nilai
Frekuensi Rata-rata
S.D
60
15
80
11
74,4
15,4
100
6
Jumlah
32
Hasil analisis pada Tabel 3
tentang distribusi Formatip I dapat
dirubah menjadi grafik histogram, untuk
memudahkan membaca hasil belajar
siswa dan grafiknya
nya dapat dilihat pada
Gambar 3.
Grafik Postes I
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Frekuensi
60
80
100
15
11
6
Gambar 3. Grafik Formatif I
61
Selama proses pembelajaran
mengamati aktivitas siswa observer
dilakukan
peneliti,
peneliti
telah dikode oleh peneliti tentang
berkolaborasi dengan dua guru lain
kelompok mana yang akan di amati.
untuk mengamati aktivitas belajar
Masing-masing observer mengamati
siswa. observasi oleh observer (guru
kelompok
yang
berbeda.
Hasil
sejawat) dilakukan dengan cara
pengamatan observer pada siklus I
menceklis lembar observasi yang telah
seperti pada tabel berikut :
disiapkan
oleh
peneliti. Selama
Tabel 4 Aktivitas belajar siswa siklus I
Siklus I
No
Aktivitas
Jumlah
Skor
Proporsi
1 Menulis/membaca
57
14.25
36%
2 Mengerjakan
31
7.75
19%
3 Bertanya pada teman
25
6.25
16%
4 Bertanya pada guru
18
4.5
11%
Yang tidak relevan dengan
5 KBM
29
7.25
18%
JUMLAH
160
40
100%
Refleksi
Dari pengamatan dan analisis
hasil belajar siswa pertemuan 1 dan
pertemuan 2 pada siklus I rata-rata hasil
belajar siswa adalah 74,4. Sejumlah 17
orang siswa telah tuntas belajar pada
batas KKM, sejumlah 15 orang siswa
lainnya masih belum tuntas menurut
batas KKM. Nilai tertinggi adalah 100
dan nilai terendah 60. Ketuntasan
klasikal 53,13%. Analisis data hasil
belajar siklus I ini belum membuat hasil
belajar siswa tuntas secara klasikal
karena ketuntasan masih dibawah >
85% hal ini disebabkan oleh beberapa
hal diantaranya :
1. Masih banyak siswa yang pasif
2. Siswa masih sungkan bertanya baik
bertanya sama guru ataupun
bertanya sama teman
3. Masih ada siswa yang jalan kesanakemari meninggalkan kelompoknya
4.
Media pembelajaran perlu dibuat
lebih menarik lagi
Data Postes II
Perencanaan
Berdasarkan
hasil
refleksi
terhadap proses pembelajaran pada
siklus I maka pada siklus II disusun
skenario strategi think talk write (TTW)
dengan
revisi
tindakan
untuk
memperbaiki proses. Peneliti berdiskusi
secara kolaboratif dengan guru mata
pelajaran sejenis dengan kegiatan
perencanaan meliputi:
c) Penyusunan
rencana
pelaksanaan pembelajaran RPP
d) Penyusunan Lembar Kegiatan
siswa
pertemuan
3dan
pertemuan 4
e) Penyusunan
instrumen
penelitian
berupa
lembar
observasi aktivitas siswa serta
pengelolaan
guru
terhadap
62
proses pembelajaran dengan
menerapkan strategi think talk
write
(TTW)
dan
tes
pemahaman siswa.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Melaksanakan
tindakan
pembelajaran ke-3
3 dan ke-4
ke
sesuai
dengan RPP strategi think talk write
(TTW) dengan topik “peristiwa alam
dan mengidentifikasi kegiatan yang
dapat mengubah permukaan bumi” oleh
peneliti sebagai guru IPA di Kelas V
SD Negeri 032 Sinonoan.
Hasil belajar siswa pada pretes
dan Formatif I didiskusikan antara
a
pembimbing dan guru (sesama peneliti).
Melihat gambaran data
data-data hasil
belajar siswa perlu ada perubahan
pembelajaran pada Siklus II. Media
pembelajaran harus menarik dengan
alat-alat peraga
raga yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran IPA. Selama siswa
bekerja dalam kelompok peneliti/guru
hadir sebagai fasilitator..
Setelah melaksanakan KBM
pada Siklus II, maka akhir KBM II
dilakukan tes hasil belajar atau disebut
Postes II, hasil analisisnya dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Distribusi Hasil Postes II
Nilai
Frekuensi Rata-rata
S.D
60
3
80
14
87,5
13,2
100
15
Jumlah
32
Merujuk pada Tabel 4,
4 nilai
terendah untuk Postes II adalah 70 dan
tertinggi adalah 100 dengan kriteria
ketuntasan minimal 70 maka ada 3
orang mendapat nilai dibawah kriteria
ketuntasan namun ketuntasan klasikal
adalah sebesar 90,63%. Mengacu pada
kriteria ketuntasan klasikal
klasika minimum
sebesar 85% maka nilai ini berada pada
kriteria keberhasilan sehingga dapat
dikatakan KBM siklus II telah berhasil
memberi ketuntasan belajar dalam kelas
secara menyeluruh. Nilai rata
rata-rata kelas
adalah 87,55 yang juga dalam kategori
tuntas dengan standar deviasi 113,2. Data
hasil potes II ini dapat disajikan kembali
dalam grafik histogram, dan dapat
dilihat pada Gambar 4
Grafik Formatip II
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Frekuensi
60
80
100
3
14
15
Gambar 4. Grafik Hasil Formatip II
63
pembelajaran
Think
Talk
Write
meningkat menjadi 74,4 pada siklus I
dan 87,5 pada siklus II.
Merujuk pada Tabel-Tabel
Tabel
hasil
tes yang telah dipaparkan sebelumnya,
dapat dilihat nilai rata-rata
rata tes siswa
sebelum
diterapakan
model
pembelajaran Think Talk Write adalah
37,8, dan setelah diterapkan model
Peningkatan hasil tes siswa dapat dilihat
melaui Tabel dan histogram berikut:
Tabel 5.. Rekapitulasi Pretes, Postes I dan Postes II
No
1
2
3
4
Hasil Tes
Nilai Tertinggi
Nilai terendah
Rata-rata
rata nilai tes
Ketuntasan klasikal
Data Awal Siklus I
70
100
30
60
37.8
74.4
6,25%
53,13%
Siklus II
100
60
87.5
90,63%
Grafik Hasil Belajar Kognitif
120
100
80
60
40
20
0
Nilai Tertinggi
Nilai terendah
Rata-rata nilai
tes
Ketuntasan
klasikal (%)
Data Awal
70
30
37,8
6,25
Siklus 1
100
60
74,4
53,13
siklus 2
100
60
87,5
90,63
Gambar 6. Grafik Hasil Belajar Kognitif
Selama proses pembelajaran
dilakukan observasi oleh observer (guru
sejawat) untuk mengamati aktivitas
siswa. Pengamatan kegiatan siswa
dilakukan dengan cara menceklis
lembar observasi yang telah disiapkan
oleh peneliti. Hasil pengamatan oleh
kedua observer pada siklus
klus II ini sesuai
pada tabel 6 berikut :
64
Tabel 6. Rekapitulasi Aktivitas Siswa Siklus II
No
1
2
3
4
5
Aktivitas
Menulis/membaca
Mengerjakan
Bertanya pada teman
Bertanya pada guru
Yang tidak relevan dengan KBM
JUMLAH
Refleksi
Penerapan model pembelajaran
think talk write (TTW) pada
pembelajaran IPA siklus II telah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
belajar pada siklus II rata-rata 87,5 nilai
terendah 60 dan nilai tertinggi 100.
Ketuntasan kelas telah melampaui batas
minimal > 85% yaitu sebesar 90,63%.
Dengan demikian hasil ini dapat
dianggap bahwa pembelajaran dengan
model pembelajaran think talk write
(TTW) telah dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Beberapa catatan
perbaikan selama proses pembelajaran
diketahui :
1. Tampilan media yang
digunakan peneliti lebih
menarik dari sebelumnya
2. Dalam pelaksanaan proses
pembelajaran siswa sudah
mulai aktif
3. Siswa mulai membiasakan
diri bertanya baik pada
teman ataupun pada guru
4. Peneliti memberi perhatian
lebih pada siswa yang
sebelumnya dianggap kurang
disiplin selama proses
belajar
Siklus II
Jumlah Skor Proporsi
52
13
33%
51
12.75
32%
23
5.75
14%
21
5.25
13%
13
3.25
8%
160
40
100%
Pembahasan
Merujuk pada Tabel 4.5 dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata sebelum
penerapan model pengajaran Think Talk
Write pada mata pelajaran IPA yaitu
berupa nilai pretes adalah 37,8 dengan
ketuntasan belajar yang dicapai 6,25%,
setelah penerapan model pengajaran
Think Talk Write nilai siswa mengalami
peningkatan. Berdasarkan hasil tes pada
Siklus I, nilai rata-rata hasil belajar
yang dicapai siswa adalah 74,4 dengan
persentasi 53,13%, untuk nilai rata-rata
hasil belajar dan persentasi ketuntasan
klasikal yang dicapai belum mencapai
indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Merujuk pada Tabel yang sama,
hasil tes pada Siklus II menunjukkan
nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai
siswa adalah 87,5 dengan persentasi
mencapai yaitu 90,63%. Hasil belajar
tersebut sudah mencapai indikator yang
ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya
85% hasil belajar siswa sudah mencapai
nilai minimal 70.
Secara keseluruhan hasil belajar
siswa mengalami peningkatan dari pra
pembelajaran, Siklus I sampai akhir
Siklus II. Namun hasil pembelajaran
diakhir Siklus I masih ada 15 orang
siswa
memperoleh nilai di bawah
ketuntasan. Hal ini terjadi karena
65
disebabkan beberapa faktor diantaranya
adalah sebagai berikut.
a. Beberapa
siswa
belum
memahami peran dan tugasnya
dalam bekerja kelompok karena
belum terbiasa dengan model
pembelajaran yang diterapkan.
b. Interaksi antar siswa belum
berjalan dengan baik karena
siswa belum terbiasa untuk
menyampaikan
pendapatnya
kepada sesama teman lainnya
dalam menyelesaikan masalah.
c. Adanya siswa yang pasif dan
menggantungkan permasalahan
yang
dihadapi
kepada
kelompoknya.
Uraian di atas menyatakan
bahwa pada Siklus I meski sebagian
indikator keberhasilan telah tercapai
namun terdapat 15 siswa belum tuntas
nilainya. Oleh karena itu perlu adanya
suatu tindakan pada Siklus II agar hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan dan
mencapai indikator keberhasilan dengan
ketuntasan
klasikal
mencapai
maksimum. Tindakan yang diberikan
berupa menampilkan media untuk
mempermudah siswa memahami materi
pembelajaran dan memberikan variasivarisi
penugasan
yang
bersifat
memotivasi semua anggota kelompok.
Hasil belajar siswa diakhir
Siklus II telah mencapai ketuntasan
klasikal 90,63% yang berarti seluruh
siswa telah memperoleh nilai tuntas.
Dengan demikian tindakan yang
diberikan pada Siklus II telah berhasil
memberikan perbaikan hasil belajar
pada siswa. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Siswa telah terbiasa dengan
bekerja secara kelompok.
b. Keberanian
siswa
untuk
berinteraksi berjalan dengan
baik karena siswa sudah mulai
terbiasa untuk bertanya dan
menyampaikan
pendapatnya
kepada sesama teman lainnya
dalam menyelesaikan masalah.
c. Siswa mulai aktif dan tahu akan
tugasnya
sehingga
tidak
menggantungkan permasalahan
yang dihadapi kepada teman
dalam kelompoknya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dan
melalui model pembelajaran ThinkTalk-Write pada mata pelajaran IPA di
kelas V SD Negeri 032 Sinonoan
sebagai berikut : Hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA dengan
menerapkan model pembelajaran ThinkTalk-Write pada Siklus I awalnya ratarata 74,4 dengan ketuntasan klasikal
53,13% dan hasil ini meningkat pada
Siklus II mencapai rata-rata 87,5 dengan
ketuntasan klasikal 90,63%.
Saran
Setelah melakukan kegiatan
belajar mengajar selama empat kali atau
disebut dua siklus maka perlu saran agar
pengguna atau yang memanfaatkan
model pembelajaran Think Talk Write di
sekolah benar-benar bermanfaat sesuai
dengan tujuan penelitian.
66
a. Setting kelas sebaiknya mudah
untuk mengatur meja-meja di dalam
kelas,
sehingga
membentuk
kelompok dapat dilaksanakan dalam
waktu yang singkat.
b. Selama kerja kelompok perlu
diarahkan agar terjadi saling bekerja
sesama siswa dalam satu kelompok.
c. Dalam
menerapkan
model
pembelajaran sebaiknya siswa telah
paham keuntungan dan fungsi posisi
dirinya dalam kelompok sehingga
siswa mudah mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
RUJUKAN
Aqib, Zainal. (2006). Penelitian
Tindakan Kelas. Yrama
Widya. Bandung.
Djamarah, S.B. (2002). Psikologi
Belajar. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta
Fathurrohman, Pupuh. (2007). Strategi
Belajar Mengajar. PT
Refika
Aditama.
Bandung.
Haryanto, (2006), Sains Untuk Sekolah
Dasar Kelas V Jilid 5.
Penerbit
Erlangga.
Jakarta
Haryanto, (1994). Sains Untuk Sekolah
Dasar Kelas V. PT
Gelora Aksara Pratama.
Jakarta
Purwanto, Ngalim. (1994). Prinsipprinsip
dan
Teknik
Evaluasi Pengajaran. PT
Rosdakarya. Bandung.
Slameto, (2003). Belajar dan Faktorfaktor
yang
Mempengaruhiny.
PT
Rineka Cipta. Jakarta
Sudjana, N. (2008). Penilaian Hasil
Belajar Mengajar. PT
Remaja
Rosdakarya.
Bandung.
67
Download