Korelasi short form-36 dengan skala eastern cooperative oncology

advertisement
Karangan Asli
Korelasi short form-36 dengan skala eastern cooperative oncology
group dalam menilai kualitas hidup pada pasien limfoma non
hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen cyclophosphamide,
doxorubicin, vincristine, dan prednisone
Dika Iyona Sinulingga, Savita Handayani, Dairion Gatot
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Abstrak
Pendahuluan : Penilaian kualitas hidup telah menjadi peralatan yang vital. Pada penelitian ini, kami menganalisis dua
instrumen kualitas hidup yang bersifat umum - Skala ECOG dan SF-36 pada pasien LNH yang mendapat kemoterapi regimen
CHOP. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi SF-36 dengan skala ECOG pada pasien LNH yang mendapat
kemoterapi regimen CHOP.
Metode : Penelitian cross sectional dilakukan pada bulan Oktober 2012 hingga Desember 2013. Pengambilan sampel
dilakukan secara konsekutif dan dilakukan penilaian kualitas hidup dengan menggunakan SF-36 dan skala ECOG setelah
kemoterapi siklus keenam.
Hasil : Didapatkan 21 penderita LNH, 12 pria, 9 wanita, rentang umur: 20-64 tahun, mean 47.95 (SD 10.85), rentang skor SF36: 23.9-95.9, mean 75.31 (SD 17.93), rentang skala ECOG 0-4, mean 0.81 (SD 1.12). Pada korelasi Spearman diperoleh
korelasi yang signifikan antara SF-36 dengan skala ECOG (r = - 0.744, p = 0.0001). Dengan nilai cut-off •'3d 54.66 SF-36
menunjukkan performa diagnostik yang baik untuk memprediksi skala ECOG yang baik dengan sensitifitas 94.7%,
spesifisitas 100%, PPV 100%, NPV 66.67%, LR (+) ~, LR (-) 0.05, akurasi diagnostik 95.23%, dan AUC 98.7% (95% CI: 0% 100%; p = 0.027). Kesimpulan : SF-36 berkorelasi dengan skala ECOG dan memiliki diagnostik yang sangat baik dalam
memprediksi skala ECOG. Kata kunci : SF-36; Skala ECOG; kualitas hidup; limfoma non hodgkin; kemoterapi CHOP
Abstract
Introduction : Health-related quality of life’s (HRQOL) assessment has become a vital tool. In this study, we analyze two
generic instruments ECOG Scale and SF-36 in NHL patients receiving CHOP chemotherapy. This study intends to find out
the the correlation between SF-36 and ECOG scale in NHL patients receiving CHOP chemotherapy.
Method : Cross sectional research was conducted from October 2012 up to December 2013. Samples were selected
consecutively to NHL patients. SF-36 and ECOG scale was assessed after CHOP chemotherapy cycle 6.
Results : There were 21 patients of NHL, 12 male, 9 female, age 20 – 64 years old, mean 47.95 (SD 10.85). The range score
of SF-36: 23.9 – 95.9, mean 75,3 (SD 17.93). The range scale of ECOG 0 – 4, mean 0.81 (SD 1.12). By using Spearman
correlation, we found a significant correlation between SF-36 and ECOG scale (r = - 0.744, p = 0.0001). SF-36 showed good
diagnostic performance to predict good ECOG scale with cut-off •'3d 54.66, with sensitivity 94.7%, specificity 100%, PPV
100%, NPV 66.67%, LR (+) ~, LR (-) 0.05, accuracy 95.23%, and AUC 98.7% (95% CI: 0% - 100%; p = 0.027).
Conclusion : SF-36 correlates with ECOG scale and has a very good diagnostic in predicting ECOG scale.
Key word : SF-36; ECOG scale; Quality of life; Non Hodgkin Lymphoma; CHOP chemotherapy
PENDAHULUAN
Penilaian kualitas hidup terkait kesehatan adalah penting,
sebagaimana ia menentukan seberapa dekat modalitas terapi
mencapai prinsip fundamental dalam memperpanjang hidup,
menghilangkan tekanan, mengembalikan fungsi dan mencegah
disabilitas, yang secara konsekuen akan menyebabkan hidup
yang lebih produktif dan efektif.
Skala Status Performa ECOG merupakan skala peringkat
yang digunakan dokter yang menjamin penilaian objektif status
klinis pasien. Skala status performa ECOG secara original
didesain untuk menilai progresivitas penyakit pasien, menilai
bagaimana penyakit mempengaruhi kemampuan aktivitas
sehari-hari pasien, dan menentukan terapi yang paling
cocok serta prognosisnya.
Saat ini ECOG kemungkinan merupakan instrumen kualitas
hidup terkait kesehatan yang paling sering digunakan,
bersamaan dengan Karnofsky. ECOG terdiri dari 6 skala, mulai
dari 0 hingga 5. Skala 0 berarti aktif secara penuh. Skala 5
berarti meninggal.1-4
Short Form-36 (SF-36) merupakan salah satu kuesioner
The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara |
23
23
Dika Iyona Sinulingga
untuk mengukur fungsi kesehatan fisik dan mental. SF-36
terdiri dari 36 butir pertanyaan yang menggambarkan 8 sub
skala, yaitu fungsi fisik, hambatan kerja yang dialami oleh
karena masalah fisik, nyeri pada tubuh, persepsi kesehatan
secara umum, vitalitas, fungsi sosial, hambatan kerja oleh
karena masalah emosional, dan kesehatan mental.
Dua skor kesimpulan yang digambarkan oleh SF-36 adalah
komponen fisik dan komponen mental. SF-36 biasa digunakan
untuk mengukur kualitas hidup di antara pasien-pasien dengan
penyakit kronik, membandingkan antara pasien-pasien penyakit
kronik dengan tingkat keparahan tertentu, serta mengukur
kualitas hidup setelah terapi tertentu.5-8
Beberapa penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh
Sutrisno, dkk di Bali, mendapatkan korelasi yang kuat antara
kualitas hidup yang dinilai dengan menggunakan EORTC
QLQ C-30 dan skala ECOG. Yost, dkk mendapatkan korelasi
yang sedang antara kualitas hidup yang dinilai dengan FACTG dan skala ECOG.9-12
Pada penelitian ini, kami menganalisis korelasi SF-36
dengan skala ECOG, sehingga diharapkan jika ditemukan
korelasi yang kuat, SF-36 dapat digunakan bersama dengan
ECOG dalam menilai kualitas hidup pada pasien limfoma
non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen CHOP
secara lebih komprehensif.
METODE
Penelitian cross sectional dilakukan terhadap penderita
Limfoma Non Hodgkin (LNH) yang memenuhi kriteria inklusi,
yaitu penderita berusia •18 tahun yang baru terdiagnosis LNH
dan mendapat kemoterapi regimen CHOP sebanyak 6 siklus.
Penderita yang sudah pernah mendapat kemoterapi
sebelumnya dan yang hanya menjalani kemoterapi regimen
CHOP < 6 siklus dikeluarkan dari penelitian.
Pada subjek penelitian yang telah mendapat kemoterapi
regimen CHOP sebanyak 6 kali, dilakukan pendataan usia,
jenis kelamin, pendidikan, stadium, dan respon terapi.
Penilaian skala ECOG dan SF 36 dilakukan pada 21 hingga
28 hari setelah siklus keenam kemoterapi selesai.
Data karakteristik dasar populasi ditampilkan dalam tabulasi
dengan deskripsi masing-masing parameter. Uji korelasi
Spearman dilakukan untuk menilai korelasi SF 36 dengan skala
ECOG dan korelasi SF 36 dengan usia. Korelasi SF 36 dengan
jenis kelamin dilihat dengan uji T test independen, sedang
korelasi SF 36 dengan tingkat pendidikan, stadium, dan respon
terapi dilihat dengan uji Kruskal Wallis. Untuk melihat
kemampuan SF 36 dalam memprediksi skala ECOG digunakan
analisis Receiver Operating Characteristic (ROC).
Pada penelitian ini juga dilakukan uji diagnostik dengan
mencari nilai sensitifitas, spesifisitas, Positive Predictive Value
(PPV), Negative Predictive Value (NPV), Positive Likelihood
Ratio (LR+), Negative Likelihood Ratio (LR-), rasio kemungkinan
positif, dan rasio kemungkinan negatif.
Analisa statistik diolah dengan software SPSS versi 19.0.
Semua uji statistik dianggap bermakna jika nilai p <0.05.
Ethical clearence (izin untuk melakukan penelitian) diperoleh
dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran
24 | Majalah Kedokteran Nusantara • Volume 47 • No. 1 • April 2014
Universitas Sumatera Utara.
HASIL
Selama periode penelitian di ruang rawat penyakit dalam
RSUP H. Adam Malik Medan dan RS Pirngadi Medan
diperoleh dua puluh satu subjek penelitian dengan diagnosis
LNH yang memenuhi kriteria. Subjek berjenis kelamin pria
sebanyak dua belas pasien (57.1%), berjenis kelamin wanita
sebanyak sembilan pasien (42.9%) dengan rerata usia 47.95
± 10.85 tahun.
Stadium limfoma non hodgkin pada pasien yang terbanyak
adalah stadium 2 sebanyak 10 orang (47.6%). Rerata skor SF
36 adalah 75,31 (SB = 17.93). Hasil skala ECOG terbanyak
adalah skala 0 yaitu sebanyak 11 orang (52,4%). Sebagian
besar responden merupakan pasien yang complete response
sebanyak 17 orang (81%). (Tabel 1).
Tabel 1. Data karakteristik dasar subjek penelitian
Karakteristik
Usia, rerata (SB), tahun
Pendidikan, n (%)
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
Jenis Kelamin, n (%)
Laki-laki
Perempuan
Stadium, n (%)
1
2
3
SF 36, rerata (SB)
Skala ECOG, n (%)
0
1
2
3
4
5
Respon Terapi, n (%)
Complete response
Partial response
Stable disease
Progressive disease
n = 21
47.95 (10.85)
7 (33.3)
3 (14.3)
6 (28.6)
2 (9.5)
3 (14.3)
12 (57.1)
9 (42.9)
0 (0)
10 (47.6)
7 (33.3)
75.31 (17.93)
11 (52.4)
6 (28.6)
2 (9.5)
1 (4.8)
1 (4.8)
0 (0)
17 (81)
3 (14.3)
0 (0)
1 (4.8)
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan
uji korelasi Spearman diperoleh korelasi yang signifikan
antara SF36 dan ECOG (p =0.0001, p <0.05). Nilai korelasi
(r) menunjukkan -0.744 yang berarti terdapat korelasi yang
kuat antara skor SF36 dan ECOG. Nilai r yang bertanda
negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi skor SF36 maka
akan semakin rendah ECOG.
Untuk menentukan korelasi usia dengan SF 36, digunakan
uji korelasi Spearman. Dari hasil analisis menggunakan uji
korelasi Spearman ditemukan tidak ada korelasi yang signifikan
antara usia dan SF 36 dengan nilai p = 0.218 (p > 0.05).
Korelasi short form-36 dengan skala eastern cooperative oncology group dalam menilai kualitas hidup pada pasi en
limfoma non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine, dan prednisone
Tabel 2. Korelasi SF 36 dengan skala ECOG dan korelasi
usia dengan SF 36
p
SF36 - ECOG
Usia – SF36
R
0.0001
0,218
-0.744
-0,280
Hubungan karakteristik-karakteristik dengan SF 36 dapat
dilihat pada tabel 2 dimana skor SF 36 pada perempuan lebih
tinggi dibanding laki-laki yaitu 78.56 (SB 16.31) berbanding
72.92 (SB 19.40). Namun, tidak ada perbedaan signifikan
rerata skor SF 36 berdasarkan jenis kelamin (p=0.490) dengan
uji t independent.
Bila dilihat skor SF 36 berdasarkan pendidikan, maka
skor SF 36 tertinggi berada pada kelompok responden
dengan pendidikan S1 yaitu sebesar 87.20 (SB 12.48), tapi
tidak berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan
rerata skor dengan tingkat pendidikan yang lain (p=0.552).
Berdasarkan stadium limfoma non hodgkin ditemukan
perbedaan yang signifikan untuk rerata skor SF 36 (p=0.015).
Skor SF 36 tertinggi berada pada kelompok pasien pada
stadium 2 dengan skor sebesar 85.23 (SB 10.23) dan terendah
pada kelompok pasien stadium 4 yaitu 55.10 (SB 25.06). Rerata
skor SF 36 terlihat signifikan berdasarkan respon terapi
(p=0.014). Skor tertinggi pada kelompok pasien yang
mengalami complete response yaitu sebesar 81.97 (SB 9.04).
Tabel 3. Hubungan karakteristik dengan SF 36
Karakteristik
Jenis Kelamin, n (%)
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan, n (%)
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
Stadium, n (%)
2
3
4
Respon Terapi, n (%)
Complete response
Partial response
Progressive disease
a
n
SF 36, rerata (SB)
p
12
9
72.92 (19.40)
78.56 (16.31)
0.490a
7
3
6
2
3
68.91 (25.45)
68.20 (20.40)
81.13 (5.17)
73.30 (14.01)
87.20 (12.48)
0.552b
10
7
4
85.23
(10.23)
72.76 (12.53)
55.10 (25.06)
81.97 (9.04)
54.90 (15.50)
23.90
0.015b
17
3
1
0.014b
T test independent, b Kruskal Wallis
Untuk melihat kemampuan SF 36 dalam memprediksi
ECOG digunakan analisis kurva ROC. Skor SF36 dalam studi
ini memiliki kemampuan untuk memprognosis skor ECOG.
Dari hasil analisis menggunakan kurva ROC diperoleh bahwa
area di bawah kurva (AUC) ROC adalah 98.7% (95% CI: 0%
- 100%; p = 0.027).
Nilai Diagnostik Skor SF 36 untuk Memprediksi ECOG
Pada penelitian ini juga dinilai sensitivitas dan spesifisitas
SF 36. Berdasarkan kurva sensitifitas dan spesifisitas maka
diperoleh nilai Cut Off untuk Skor SF36 adalah 54.66. Dengan
menggunakan cut off point 54.66 maka didapatkan nilai
sensitivitas skor SF36 adalah 94.7% dan spesifisitas 100%.
Selain sensitivitas dan spesifisitas, juga dilakukan penilaian
lain yaitu, Nilai Prediksi Positif (PPV) dan Nilai Prediksi Negatif
(NPV). PPV SF36 adalah sebesar 100% dan NPV adalah
66.7%. Sedangkan untuk rasio kemungkinan positif adalah ~
dan rasio kemungkinan negatif adalah 0.05. Akurasi diagnostik
sebesar 95.23%. (Tabel 4)
Tabel 4. Sensitivitas, spesifisitas, positive dan negative
predictive value dari skor SF36 terhadap Skala ECOG
E C O G Sensi Spesi
B a i k Buruk tifitas fisitas N P P N P N R K P R K N A c c
S k or S F 3 6 • 5 4. 6 6 1 8 0
9 4. 7 % 1 0 0 % 1 0 0 % 6 6 .6 7 % ~ 0 . 05 9 5. 2 3%
< 54.66
1
2
PEMBAHASAN
Kualitas hidup pasien merupakan topik yang saat ini
banyak diteliti dan diminati dalam praktek dan penelitian klinis.
Penilaian kualitas hidup pada penyakit keganasan menjadi
alat yang vital, tidak hanya dalam mengevaluasi hasil terapi,
tetapi juga secara signifikan dapat mempengaruhi morbiditas
dan mortalitas.1
Pengukuran kualitas hidup dapat menggunakan
berbagai macam instrumen. Beberapa instrumen bersifat
umum, sedang beberapa instrumen lainnya bersifat khusus
yang digunakan hanya pada penyakit tertentu.
Pengukuran bisa dilakukan oleh dokter maupun pasien.
Skala yang sudah sering digunakan dalam penilaian kualitas
hidup pada penyakit keganasan oleh dokter adalah skor
Karnofsky dan skala ECOG. Skala ECOG lebih disukai
mengingat penggunaannya yang mudah dan simpel sehingga
tidak memakan waktu lama. Sensitifitas dan spesifisitas kedua
skala ini juga hampir sama, sebagaimana dikemukakan oleh
Hollen dkk.1,2
Kualitas hidup bersifat multidimensional sehingga dalam
sebuah studi yang dilakukan oleh Bottomley dkk menyatakan
bahwa skala ECOG ternyata tidak cukup sensitif dalam
menilai kualitas hidup. Hal ini dimungkinkan oleh karena skala
ECOG sangat tergantung oleh penilaian dokter, dan hanya
melihat kemampuan fisik saja.2
Pada penelitian ini kami menggunakan survey kesehatan
SF 36 dalam menilai kualitas hidup pasien limfoma non hodgkin
yang mendapat kemoterapi regimen CHOP sebanyak 6 siklus.
Pada penelitian ini ditemukan korelasi yang kuat antara SF 36
dengan skala ECOG. Semakin tinggi SF 36 maka akan semakin
rendah skala ECOG.
Korelasi yang kuat ini ditemukan pada kedua komponen,
yaitu komponen fisik dan komponen mental. Hasil yang serupa
juga dikemukakan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno,
dkk di Bali yang mendapatkan korelasi yang kuat antara kualitas
hidup yang dinilai dengan menggunakan EORTC QLQ C-30 dan
skala ECOG. Yost, dkk mendapatkan korelasi yang sedang
antara kualitas hidup yang dinilai dengan FACT-G dan skala
The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara |
25
Dika Iyona Sinulingga, dkk
ECOG.6,13
Usia dinyatakan sebagai salah satu indeks prognostik
untuk pasien limfoma non hodgkin, dimana usia < 60 tahun
skornya 0, sedangkan • 60 tahun, skornya 1. Semakin kecil
skor maka resiko semakin rendah. Smith, dkk melaporkan
bahwa usia berkorelasi negatif dengan komponen fisik SF36, dimana semakin tua usia maka komponen fisik akan
semakin rendah. Sebaliknya, usia berkorelasi positif dengan
komponen mental SF-36, dimana semakin muda usia maka
komponen mental akan semakin rendah.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kouroukis, dkk melaporkan bahwa umur tidak secara nyata mempengaruhi penilaian
pasien limfoma non hodgkin terhadap kualitas hidupnya yang
diukur dengan menggunakan skala SELF. Pada penelitian ini
setelah diuji secara statistik didapatkan tidak adanya korelasi
usia dengan kualitas hidup yang dinilai dengan SF 36.
Hasil yang didapat kemungkinan disebabkan oleh karena
pada penelitian ini hanya dua orang subjek yang berusia • 60
tahun, sehingga tidak didapatkan hasil yang bermakna, tetapi
sebagaimana diketahui, seperti yang juga dikemukakan oleh
Kouroukis, dkk, usia tua biasanya cenderung untuk lebih bisa
menerima keadaan apa adanya dibandingkan usia muda yang
cenderung memiliki pengharapan yang lebih tinggi akan kualitas
hidup yang baik, sehingga hasil yang menunjukkan bahwa
seharusnya usia muda mempunyai kualitas hidup yang lebih
baik tidak didapat.14
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno, dkk mendapati bahwa
jenis kelamin tidak berhubungan dengan kualitas hidup yang
diukur dengan menggunakan instrumen EORTC QLQ C-30. Hal
ini sesuai dengan penelitian ini, dimana setelah diuji secara
statistik didapatkan skor SF 36 pada perempuan lebih tinggi
dibanding laki-laki. Namun, tidak berbeda secara signifikan.12
Penilaian kualitas hidup sangat terkait dengan tingkat
pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
kualitas hidup seseorang akan semakin baik. Smith, dkk
melaporkan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi dengan
komponen fisik SF-36 dimana pasien yang tidak kuliah didapati
skor komponen fisiknya lebih rendah. Pada penelitian ini
didapatkan skor SF 36 tertinggi berada pada kelompok
responden dengan pendidikan S1, tetapi tidak berbeda secara
signifikan bila dibandingkan dengan rerata skor SF 36 dengan
tingkat pendidikan yang lain. Hal ini mungkin disebabkan bahwa
kualitas hidup yang dinilai dengan SF 36 tidak hanya tergantung
kepada tingkat pendidikan saja, tetapi juga hal-hal lain, seperti
stadium, respon terapi, dan lain-lain.12
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno, dkk mendapatkan bahwa
stadium penyakit limfoma non hodgkin berkorelasi negatif dengan
kualitas hidup yang diukur dengan menggunakan EORTC QLQ
C-30. Hal yang memang sudah established, dimana stadium
penyakit berbanding terbalik dengan kualitas hidup, dimana makin
rendah stadium penyakit, maka kualitas hidup pasien semakin
baik. Balderas Pena, dkk melaporkan, tanpa melihat pemberian
kemoterapi atau tidak, penurunan kualitas hidup yang berkaitan
dengan semakin tingginya stadium adalah penurunan fungsi
emosional dan fungsi kognitif. Balderas Pena, dkk menggunakan
instrumen Global Health
26 | Majalah Kedokteran Nusantara • Volume 47 • No. 1 • April 2014
Status. Pada penelitian ini, ditemukan perbedaan yang
signifikan untuk rerata skor SF 36. Skor SF 36 tertinggi berada
pada kelompok pasien pada stadium 2 dan terendah pada
kelompok pasien stadium 4.12,15
Doorduijn, dkk melaporkan bahwa selama follow up kualitas
hidup secara signifikan lebih baik pada pasien lanjut usia
dengan complete response atau partial remission dibandingkan
pasien yang progressive disease. Doorduijn, dkk
menggunakan instrumen EuroQol 5D, EORTC QLQ C-30, dan
MFI-20. Pada penelitian ini didapatkan perbedaan rerata skor
SF 36 yang terlihat signifikan berdasarkan respon terapi.
Rerata skor tertinggi pada kelompok pasien yang mengalami
complete response. Hal ini merupakan suatu hal yang sesuai,
oleh karena penilaian respon terapi dimaksudkan untuk melihat
perubahan kondisi pasien sebelum dan sesudah kemoterapi,
yang mana hasilnya sejalan dengan perubahan kualitas hidup
yang dinilai dengan SF 36 sesudah kemoterapi.16 Yost dkk
melaporkan bahwa FACT-G memiliki kemampuan untuk
mendiferensiasi pasien berdasarkan skala ECOG. Hlubocky
dkk melaporkan bahwa seluruh subskala FACT-Lym
menunjukkan perbedaan berdasarkan skala ECOG. Pada studi
penelitian ini, SF 36 dengan nilai cut-off 54,66 mampu
mengidentifikasi skala ECOG > 3 yang menyatakan kualitas
hidup yang buruk. Nilai prediktif SF-36 cut-off •'3d 54,66 dalam
mendiagnosis ECOG < 3 didapati sensitifitas 94,7%,
spesifisitas 100%, nilai prediksi positif 100%, nilai prediksi
negatif 66.67%, rasio kemungkinan positif ~, dan rasio
kemungkinan negatif 0.05. Akurasi diagnostik sebesar 95.23%.
Hal ini menunjukkan bahwa SF 36 memiliki diagnostik yang
baik. Area Under Curve 98.7% menunjukkan bahwa kekuatan
nilai diagnostik SF 36 sangat baik.13,17
Studi ini memiliki keterbatasan antara lain: Pertama, populasi
penelitian yang kecil, hanya dilakukan pada 2 rumah sakit pusat.
Kedua, penelitian ini tidak menggunakan instrumen yang
spesifik untuk penderita kanker. Oleh karena itu diperlukan
penelitian lebih lanjut yang dilakukan secara multicenter, dan
menggunakan instrumen yang spesifik untuk penderita kanker.
KESIMPULAN DAN SARAN
SF 36 berkorelasi dengan skala ECOG dan memiliki
diagnostik yang sangat baik dalam memprediksi skala ECOG,
sehingga SF 36 dapat menjadi pilihan alternatif dalam menilai
kualitas hidup pada pasien limfoma non hodgkin yang mendapat
kemoterapi regimen CHOP. Sebagai saran adalah perlunya
penelitian lebih lanjut yang dilakukan secara multicenter serta
menggunakan skala khusus untuk pasien kanker.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arogundade FA, Zayed B, Daba M, Barsoum RS. Correlation between karnofsky performance status scale and
short form health survey in patients on maintenance hemodialysis. Journal of the National Medical Association 2004
December; 96(12): 1661-1667.
2. Bottomley A. The cancer patient and quality of life. The
Oncologist 2002; 7: 120-125.
3. Lin T, Guan Z. Limfoma Malignum. Dalam: Wan Desen,
Korelasi short form-36 dengan skala eastern cooperative oncology group dalam menilai kualitas hidup pada pasien
limfoma non hodgkin yang mendapat kemoterapi regimen cyclophosphamide, doxorubicin, vincristine, dan prednisone
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
editor. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2008. h. 547 - 563.
Harryanto R, Cosphiadi I. Limfoma Non Hodgkin. Dalam:
Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 717-724
Hensing T, Cella D, Yount S. The impact of ECOG performance status on quality of life symptoms in patients with
advanced lung cancer. J Clin Oncol (Meeting Abstracts)
June 2005; 23(16): 8099.
Blagden SP, Charman SC, Sharples LD, Magee LRA,
Gilligan D. Performance status score: do patients and
their oncologists agree? British Journal of Cancer 2003;
89: 1022-1027.
Schnadig ID, Fromme EK, Loprinzi CL, Sloan JA, Mori
M, Li H, et al. Patient-physician disagreement regarding
performance status is associated with worse survivorship
in patients with advanced cancer. Cancer 2008; 113(8):
2205-2214.
Suh SY, LeBlanc TW, Shelby RA, Samsa GP, Abernethy
AP. Longitudinal patient-reported performance status
assessment in the cancer clinic is feasible and prognostic.
Journal of Oncology Practice 2011; 7(6): 374-381.
Montazeri A. Quality of life data as prognostic indicators
of survival in cancer patients: an overview of the
literature from 1982 to 2008. Health and Quality of Life
Outcomes 2009; 7(102): 1-21.
Shadbolt B, Barresi J, Craft P. Self-rated health as a
predictor of survival among patients with advanced cancer.
Journal of Clinical Oncology 2002; 20(10): 2514-2519.
11. Floortje M, Neil KA, Jan-Willem WC, Gerard V, Marnix
LML, Lonneke VP, et al. Quality of Life Among LongTerm Non-Hodgkin Lymphoma Survivors, A Populationbased Study. Cancer April 2007; 109 (8): 1659 – 1667
12. Sutrisno H, Dharmayuda GT, Rena RA. Gambaran kualitas
hidup pasien kanker limfoma non hodgkin yang dirawat di
RSUP Sanglah Denpasar (Studi Pendahuluan). J Peny
Dalam 2010 Mei; 11 (2): 96-103.
13. Yost KJ, Thompson CA, Eton DT, Allmer C, Ehlers SL,
Habermann TL, et al. The Functional Assessment of Cancer
Therapy – General (FACT-G) is valid for monitoring quality
of life in non-hodgkin lymphoma patients. Leuk Lymphoma
2013; 54 (2): 280-297.
14. Kouroukis CT, Meyer RM, Benger A, Marcellus D, Foley
R, Browman GP. An evaluation of age-related differences
in quality of life preferences in patients with non-hodgkin’s
lymphoma. Leukemia & Lymphoma 2004 Dec; 45 (12):
2471-2476.
15. Balderas-Pena LMA, Contreras-Hernandez I, MouldQuevedo J, Garduno-Espinosa J, Morgan-Viella G. Health
related quality of life in the different stages of non-hodgkin
lymphoma in patients attended in the social security
Mexican institute. Value in Health 2009 May; 12 (3): A51.
16. Doorduijn J, Buijt I, Steijaert M, Uyl-de Groot C, Sonneveld
P. Self-reported quality of life in elderly patients with
aggressive non-hodgkin’s lymphoma treated with CHOP
chemotherapy. Eur J Haematol 2005 Aug; 75 (2): 116-123.
17. Hlubocky FJ, Webster K, Cashy J, Beaumont J, Cella D.
The development and validation of a measure of healthrelated quality of life for non hodgkin’s lymphoma: The
functional assessment of cancer therapy – lymphoma
(FACT-lym). Lymphoma 2013; 1-9. **
The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara |
27
Download