HUBUNGAN USIA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBANTU KANDANGAN BAWEN Rista Feny Setyaningrum*) Dr. Sugeng Maryanto, M.Kes.**) Sukarno, S.Kep., Ns**) *) Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Kehamilan merupakan babak baru dalam kehidupan wanita. Banyak perubahan yang terjadi, yakni perubahan fisik dan perubahan psikologis. Sejak saat hamil, ibu sudah mengalami kecemasan. Kecemasan akan meningkat menjelang persalinan terutama pada trimester III. Bila kecemasan ini tidak segera ditangani maka akan berpengaruh terhadap proses persalinan yang mengakibatkan lemahnya kontraksi uterus, partus lama, fetal distres, naiknya tekanan darah ibu yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 35 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Teknik analisa yang dilakukan yaitu analisa Kendall’s tau. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan adalah Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Secara statistik diperoleh nilai korelasi = -0,395 dengan p-value 0,033. Oleh karena p-value = 0,033 < α (0,05), maka ada hubungan yang signifikan antara usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Pustu Kandangan Bawen. Lebih meningkatkan peran serta tenaga kesehatan (bidan) dalam memberikan promosi kesehatan pada ibu hamil pada saat antenatal care tentang proses kehamilan dan persalinan. Serta meningkatkan perhatian dan empati pada ibu hamil terutama bagi primigravida yang sangat membutuhkan informasi lebih mengenai kehamilan dan persalinan agar ibu hamil siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan dan dapat mengatasi kecemasannya. Kata Kunci : Usia, Kehamilan, Kecemasan Kepustakaan : 24 literatur (2003 – 2013) Kata kunci Kepustakaan : : Pendidikan Kesehatan, Perawatan Organ Genetalia, 29 ( 2002-2012 ) Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen 1 ABSTRACT Pregnancy is a new phase in a woman’s life. It causes many changes both physically and psychologically. The psychological changes can crease maternal anxiety during pregnancy. The anxiety often happens from the beginning of pregnancy. The level of anxiety will increase a long with the approaching time of birth especially on the 3rd trimester. If this anxiety do not hurry to handle, it will influence on the childbirth process, that will effect on the weakness of uterine muscle contractions, long childbirth process, fetal distress, increasing blood pressure that caused the mortality and morbidity. The objective of this study is to know the relation between the age of primigravida women and the level of maternal anxiety in facing childbirth. The research was an analytical research using cross sectional design. The samples of this research were 35 people. The sampling technique used in Total Sampling. The analysis technique of this research was Kendall Tau. The instrument used in this research to measure the level of maternal anxiety during pregnancy on the 3rd trimester as facing the childbirth was Hamilton Rating Scale for Anxiety(HRS-A). Statistically, the writer ands the correlation value of = -0,395 with p-value 0,033 < α (0,05). It shows a significant correlation between the age of primigravida women and the level of maternal anxiety in facing the childbirth at Kandangan health center, Bawen. The results of this research hopefully can motivate midwifes as the health personnel to give health promotion for the pregnant woman during antenatal care about pregnancy process and childbirth. The midwives also have to increase their caring and empathy to the pregnant woman particularly to the primigravida women that need more information about pregnancy, labor and delivery. Therefore they will be ready both physically and mentally for facing pregnancy, labor and delivery, and also can overcome their anxiety. Key words : Age, Pregnancy, Anxiety References : 24 literatures (2003 – 2013) PENDAHULUAN Mempersiapkan kehamilan yang sehat, diperlukan kematangan fisik, emosional, dan psikososial sebelum menikah dan menjadi hamil. Namun, beberapa wanita kurang memperhatikan hal tersebut. Sehingga di saat ibu hamil, ibu masuk dalam faktor resiko, yaitu : 4 T (terlalu banyak anak, terlalu sering melahirkan dengan jarak kelahiran yang rapat, terlalu muda melahirkan (dibawah 20 tahun), terlalu tua melahirkan (diatas 35 tahun) (Dahlan, 2003). Secara umum seorang wanita akan mulai merencanakan menikah pada usia dewasa awal (sekitar 20-21 tahun), kecuali untuk beberapa daerah di wilayah pedesaan, pada umumnya wanita menikah pada usia yang lebih muda (Dede Rahmat, 2013). Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan pula masih dijumpai beberapa wanita yang melakukan pernikahan di usia yang tidak muda lagi dan keluar dari batas reproduksi sehat, diatas usia 35 tahun (Sarwono, 2005). Namun, masa kesuburan terbaik wanita hanya berlangsung dalam satu periode tertentu, terbatas hanya dalam rentang usia reproduksi sehat, karena jika sudah keluar dari batas reproduksi sehat dianggap beresiko. Resiko tersebut akan membawa ancaman bagi wanita (calon ibu) untuk 2 menghadapi masa kehamilan dan persalinan yang secara mutlak dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik (Uripmi, 2011). Menghadapi dan menjalani masa kehamilan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ibu mengalami banyak perubahan, yang saling mempengaruhi antara psikis dan fisik akibat perubahan hormon (Rahmat, 2013). Perubahan yang membawa ibu pada sebuah harapan dan pengalaman yang mempengaruhi cara ibu dalam menghadapi masalah dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Boston, 2011). Bagi keluarga pemula, ibu yang baru hamil pertama kalinya (primigravida), kehamilan merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak menjadi orang tua dengan karakteristik yang menetap dan memiliki tanggung jawab (Nengah Susanti, 2008). Kehamilan pertama menjadi peristiwa yang sangat penting bagi wanita, mereka akan menerima dengan penuh kegembiraan dan harapan, bila dibandingkan dengan kehamilan berikutnya. Kegembiraan pada kehamilan pertama akan mengembangkan rasa kepuasan dan kebanggaan, karena mampu menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai wanita pencetak generasi penerus (Uripmi, 2011). Namun, kehamilan pertama biasanya juga akan membuat seorang calon ibu mengalami kecemasan, kekhawatiran, Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen ketakutan bercampur was-was, tetapi merasa bahagia. Kecemasan yang dirasakan ibu hamil adalah seputar kehamilannya dan masa persalinan. Satu sisi kehamilan dapat menyebabkan kelelahan, tetapi juga memberikan perasaan bahagia (Rahmat, 2013). Kehamilan itu sendiri, dikelompokkan menjadi tiga (III) trimester, yaitu trimester I (0-12 minggu), trimester II (13-27 minggu), dan trimester III (28-40 minggu). Pada trimester I, biasanya seorang ibu mengalami ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Ketika masuk trimester II ibu akan mengalami perubahan dari trimester sebelumnya meliputi perasaan lebih nyaman, serta kebutuhan memelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat, dan kadang ibu tampak egosentris, berpusat pada diri sendiri. Pada trimester III perubahan yang terjadi meliputi memiliki perasaan aneh, merasa dirinya jelek, dan menjadi lebih tertutup. Di trimester III ini gangguan yang terjadi mulai timbul ketakutan menjelang persalinan, merasakan kehamilannya menjadi beban tubuhnya (Bahiyatun, 2010). Rasa cemas dan khawatir pada trimester III, semakin meningkat memasuki usia kehamilan tujuh bulan ke atas dan menjelang persalinan, dimana ibu mulai membayangkan proses persalinan yang menegangkan, rasa sakit yang dialami, bahkan kematian pada saat bersalin (Bahiyatun, 2010). Di samping itu ibu juga merasa cemas kalau-kalau bayinya lahir cacat, selain itu perubahan hormonal dalam tubuh, membesarnya janin dalam kandungan yang mengakibatkan ibu letih, tidak nyaman, kurang istirahat (Uripmi, 2011). Untuk itu perlu adanya orang yang memotivasi, membesarkan hati, dan membantu ibu, seperti dengan adanya suami yang siaga, tenaga kesehatan (bidan) yang tidak hanya memastikan kondisi kehamilan tetapi juga dapat menentramkan hati, dan membuat ibu lebih tenang sehingga siap melakukan persalinan nantinya (Rahmat, 2013). Kecemasan dan kekhawatiran pada ibu hamil apabila tidak ditangani secara serius akan membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Ibu yang mengalami kecemasan atau stres, akan mempengaruhi hipotalamus untuk merangsang kelenjar endokrin yang mengatur kelenjar hipofise (Suliswati, 2005). Reaksi in menyebabkan peningkatan produksi hormon yang mempengaruhi sebagian besar organ tubuh, seperti jantung yang berdebar, denyut nadi dan nafas yang cepat, keringat berlebih, dll (Dadang Hawari, 2006). Selain itu, juga akan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi yang menyebabkan gangguan aliran darah ke dalam rahim, sehingga oksigen yang diterima janin akan minim atau terganggu (Suliswati, 2005). Gangguan akibat kecemasan yang dialami ibu akan menjadi kegawatdaruratan baik bagi ibu sendiri maupun janin dalam proses persalinannya, yang dapat menyebabkan lepasnya hormon stres antara lain Adreno Cortico Tropin Hormone (ACTH), kortisol, katekolamin, ß-Endorphin, Growth Hormone (GH), prolaktin dan Lutenizing Hormone (LH) / Folicle Stimulating Hormone (FSH). Lepasnya hormon-hormon stres tersebut mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi sistemik, termasuk diantaranya konstriksi vasa utero plasenta yang menyebabkan gangguan aliran darah di dalam rahim, sehingga penyampaian oksigen ke dalam miometrium terganggu dan mengakibatkan lemahnya kontraksi otot rahim (Suliswati, 2005). Kejadian tersebut menyebabkan makin lamanya proses persalinan (partus lama) sehingga janin dapat mengalami kegawatan (fetaldistress). Disamping itu dengan meningkatnya plasma kortisol, berakibat menurunkan respon imun ibu dan janin. Kondisi tersebut bisa mengarah pada kematian ibu dan janin. Jika kondisi ini dibiarkan maka angka mortalitas dan morbiditas pada ibu hamil akan semakin meningkat. Sebagai tenaga kesehatan, bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi yang sangat dipengaruhi faktor pelayanan, antara lain pedekatan kebidanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (bidan) melalui menajemen kebidanan, karena setiap ibu hamil memerlukan asuhan selama menjalani masa kehamilannya (Permenkes, 2010). Bidan harus dapat mengenali gejala kecemasan dan mengurangi kecemasan ibu hamil dengan memberikan penjelasan mengenai kehamilan, persalinan, kecemasan serta efeknya bagi ibu dan janin. Dukungan emosional sangat dibutuhkan ibu untuk mempersiapkan diri baik fisik maupun mental dalam menghadapai kehamilan dan persalinan sebagai salah satu proses yang alamiah. Berdasarkan data yang diperoleh di wilayah kerja Puskesmas Pembantu (Pustu) Kandangan terdapat ibu hamil primigravida yang usia kehamilannya memasuki trimester III pada bulan Juli dan Agustus 2013 sebanyak 35 ibu hamil (58,3%) dari keseluruhan ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa ibu hamil primigravida didapatkan bahwa masih banyak ibu hamil yang merasa bingung, takut, cemas, dan khawatir terhadap kehamilan dan proses persalinan nantinya. Ditambah lagi dengan berbagai cerita dari beberapa kerabat ibu hamil yang menjadikan Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen 3 ibu menjadi semakin cemas menghadapi persalinan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul “Hubungan Usia Ibu Primigravida dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil dalam Menghadapi Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen”. KERANGKA KERJA PENELITIAN Kerangka Teori Faktor instrinsik : - Usia - Pengalaman pasien menjalani pengobatan - Konsep diri dan peran Kecemasan Faktor ekstrinsik : - Kondisi medis - Tingkat pendidikan - Akses informasi - Nilai budaya dan spiritual - Tingkat sosial ekonomi - Komunikasi terapeutik Keterangan : : tidak diteliti : diteliti Gambar 2. Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Umi (2008) dan Alimul (2009) Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Kecemasan Usia Gambar 2. Kerangka Konsep primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan”. Hipotesis kerangka konsep dapat diambil satu hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan usia ibu 4 Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan saat ini menggunakan penelitian analitik dengan melakukan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk memelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012). Populasi Populasi dari penelitian ini yaitu ibu hamil primigravida trimester III periode Juli –Agustus 2013 di wilayah kerja Pustu Kandangan sebanyak 35 orang. Sampel Pada penelitian ini menggunakan tehnik Total Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil primigravida trimester III yang di wilayah kerja Pustu Kandangan, yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: 1) Ibu hamil primigravida trimester III dalam wilayah kerja Pustu Kandangan; 2) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden. Adapun kriteria eksklusinya adalah: 1) Ibu hamil dengan multigravida; 2) Ibu hamil yang menderita penyakit tertentu seperti DM, jantung atau mengalami komplikasi kehamilan seperti pre eklamsi, perdarahan antepartum. Analisis data terikat sesuai dengan tujuan penelitian dan skala data variabel tersebut, maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kendall’s tau untuk mencai hubungan dan menguji hipotesis antara variabel bebas dan variabel terikat maka menggunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan yaitu 5% atau 0,05. Apabila nilai value < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menyajikan gambaran tentang usia ibu hamil primigravida trimester III dan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Pustu Kandangan. Usia Ibu Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu Hamil Primigravida di Wilayah Kerja Pustu Kandangan Bawen, 2013 Usia < 20 Tahun 20-35 Tahun Jumlah Frekuensi 5 30 Persentase (%) 14,3 85,7 35 100,0 Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa dari 35 responden ibu hamil primigravida trimester III di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen, sebagian besar berusia 20-35 tahun, yaitu sejumlah 30 orang (85,7%) sedangkan yang berusia < 20 tahun ada sejumlah 5 orang (14,3%). Analisa Univariat Analisis univariat dilakukan untuk menyederhanakan, untuk memudahkan interpretasi data kedalam bentuk penyajian bila bentuk tesktuler maupun tabuler dari tamplan distribusi frekuensi responden menurut variabel yang diteliti. Selain itu analisis univarian juga bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti melalui usia ibu hamil primigravida. Analisa Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel Tingkat Kecemasan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida dalam Menghadapi Persalinan di Wilayah Kerja Pustu Kandangan Bawen, 2013 Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Jumlah Frekuensi 5 15 11 4 35 Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen Persentase (%) 14,3 42,9 31,4 11,4 100,0 5 Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa dari tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen, paling banyak dalam kategori cemas ringan, yaitu sejumlah 15 orang (42,9%), cemas sedang sejumlah 11 orang (31,4%), tidak cemas sejumlah 5 orang (143%), dan cemas berat sejumlah 4 orang (11,4%). Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen, dimana hasilnya disajikan berikut ini. Tabel 5. Hubungan antara Usia Ibu Primigravida dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III dalam Menghadapi Persalinan di Wilayah Kerja Pustu Kandangan, 2013 Umur < 20 tahun 20-35 tahun Jumlah Tingkat Kecemasan Cemas Cemas Tdk Cemas Ringan Sedang f % f % f % 0 0,0 1 20,0 1 20.0 5 16,7 14 46,7 10 33.3 5 14,3 15 42,9 11 31.4 Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa ibu hamil dengan umur < 20 tahun sebagian besar mengalami cemas berat sejumlah 3 orang (60,0%), cemas sedang sejumlah 1 orang (20,0%), cemas ringan sejumlah 1 orang (20,0%). Sedangkan ibu hamil dengan umur 20-35 tahun sebagian besar mengalami cemas ringan sejumlah 14 orang (46,7%), cemas sedang sejumlah 10 orang (33,3%), tidak cemas sejumlah 5 orang (16,7%), dan cemas berat sejumlah 1 orang (3,3%). Berdasarkan uji korelasi Kendall’s tau diperoleh nilai korelasi = -0,395 dengan p-value 0,033. Oleh karena p-value = 0,033 < α (0,05), maka ada hubungan yang signifikan antara usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen. PEMBAHASAN Analisis univariat Usia ibu Berdasarkan tabel 2, maka dapat diketahui bahwa dari 35 responden ibu hamil primigravida trimester III di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen, sebagian besar berusia 20-35 tahun, yaitu sejumlah 30 orang (85,7%). Sedangkan yang berusia < dari 20 tahun ada sejumlah 5 orang (14,3%). Dimana dari usia dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu – ibu hamil primigravida di wilayah kerja Pustu Kandangan berada pada usia reproduksi sehat, antara 20 – 35 tahun. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kesadaran 6 Cemas Berat f % 3 60.0 1 3.3 4 11.4 Total f 5 30 35 pvalue % 100 -0,395 0.033 100 100 masyarakat (para wanita), calon ibu sudah baik dalam memandang, dan menyikapi status kesehatan reproduksinya dalam merencanakan usia pernikahan dan kehamilan. Karena usia ibu saat hamil sangat berkaitan erat dengan kesiapan rahim ibu, psikis ibu, dan juga kesehatan ibu maupun bayi yang dikandung. Hal ini sesuai dengan Wiknjosastro (2005) yang menyatakan di rentang usia 20 – 35 tahun ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan, mental pun siap untuk merawat dan menjaga kehamilannya secara hatihati. Sedangkan untuk usia ibu kurang dari 20 tahun dapat menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum 100 % siap, dimana sel – sel rahim masih belum matang, hal ini dapat menyebabkan ancaman terjadinya abortus, prematuritas, bahkan kematian maternal. Selain itu diluar urusan kehamilan dan persalinan, dapat menimbulkan risiko terjadinya kanker leher rahim, seperti pernyataan Aminati (2013) yang menyatakan beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia ibu muda (< 20 th) ini adalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan kematian maternal. Selain itu, jika sel – sel rahim belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati, dengan begitu maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Wanita segala usia selama masa kehamilannya akan beradaptasi untuk berperan sebagai ibu, yang merupakan proses belajar yang kompleks. Kehamilan merupakan krisis maturasi, yang jika tidak ditanggulangi maka akan kesulitan dalam mengemban tanggung jawab, beradaptasi dengan Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen kondisinya dan merawat kehamilannya seperti kebanyakan yang dialami ibu hamil usia < 20 th. Tingkat kecemasan Menurut Peplau dalam Suliswati (2005) klasifikasi tingkat kecemasan dibedakan menjadi empat, yaitu tingkat kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik. Tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen, berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa ibu hamil yang mengalami kecemasan ringan, yaitu sejumlah 15 orang (42,9%), sedangkan untuk yang mengalami kecemasan sedang ada sejumlah 11 orang (31,4%), untuk yang tidak mengalami kecemasan ada sejumlah 5 orang (14,3%), dan yang mengalami kecemasan berat ada sejumlah 4 orang (11,4%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian dari ibu hamil mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (2003) menyatakan bahwa masing – masing dari kecemasan memiliki tanda fisiologis, perilaku, dan kognitif. Untuk kecemasan ringan tanda fisiologisnya meliputi : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar. Tanda perilakunya meliputi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus, suara kadang – kadang meninggi. Tanda kognitifnya meliputi : mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif. Untuk kecemasan sedang tanda fisiologisnya meliputi : sering nafas pendek, tekanan darah naik, mulut kering, anorekia, diare/konstipasi, gelisah. Tanda perilakunya : gerakan tersentak – sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih sedikit, perasaan tidak nyaman. Tanda kognitifnya : lapang presepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. Kecemasan berat tanda fisiologisnya meliputi : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur. Tanda perilaku meliputi: perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking. Tanda kognitif kecemasan berat meliputi : lapang presepsi sangat menyempit, tidak mampu menyelesaikan masalah. Masing – masing tanda yang ada tersebut tidak semua dialami oleh responden, maka terjadi ketidaksesuaian karena ada beberapa tanda dari masing – masing tingkat kecemasan yang tidak dialami oleh responden. Peneliti melihat kecemasan dan kegelisahan selama kehamilan merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan merupakan bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan. Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kecemasan, kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat menjelang persalinan. Hal ini sesuai Stuart & Sundeen dalam Suliswati (2005) yang menyatakan stresor predisposisi yang mempengaruhi kecemasan ada delapan, diantaranya banyak dialami ibu hamil trimester III yaitu gangguan fisik yang akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. Gangguan fisik atau ketidaknyamanan menurut Bahiyatun (2011), di usia kehamilan ibu yang semakin tua yaitu, konstipasi, edema, pegal pada kaki, sesak nafas, sakit pinggang dan punggung, gatal pada bagian perut. Dan menurut Pieter (2010) respon psikologis yang ibu rasakan menjelang persalinan yaitu perasaan takut mati, ketakutan konkret, rasa bersalah, halusinasi hipnagogik. Analisis bivariat Hubungan usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa ibu hamil dengan umur < 20 tahun sebagian besar mengalami cemas berat sejumlah 60,0%, sedangkan ibu hamil dengan umur 20-35 tahun sebagian besar mengalami cemas ringan sejumlah 14 orang (46,7%). Berdasarkan uji korelasi Kendall’s tau diperoleh nilai korelasi = -0,395 dengan p-value 0,033. Oleh karena p-value = 0,033 < α (0,05), maka ada hubungan yang signifikan antara usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen. Seorang ibu hamil diharapkan memiliki usia yang matang, baik secara fisik maupun psikologis. Selain itu diperlukan pula pola mekanisme koping yang efektif dalam mempersiapkan kehamilan dan menghadapi persalinan (Suliswati, 2005). Penelitian menunjukkan bahwa persentase umur ibu yang < 20 tahun sebagian besar mengalami kecemasan berat, dan yang berusia 20 - 35 tahun sebagian besar mengalami kecemasan ringan. Primigravida adalah seseorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya (Wiknjosastro, Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen 7 2005). Menurut peneliti bagi primigravida, kehamilan yang dialaminya merupakan pengalaman pertama kali dan ketidaktahuan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan sehingga trimester III dirasakan semakin mencemaskan karena semakin dekat dengan proses persalinan. Seorang ibu primigravida biasanya akan mendapatkan kesulitan dalam mengenali perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya dan tubuhnya yang menyebabkan ketidaknyamanan selama kehamilannya berlangsung. Hal ini menimbulkan konflik psikologi dalam diri ibu yaitu perasaan kuat untuk menanggung segala rasa lelah, rasa cinta, keragu – raguan dan kepastian, kegelisahan, dan rasa tenang atau bahagia, harapan penuh kegembiraan dan kecemasan yang menjadi semakin intensif mendekati kelahiran. Adapun faktor yang mempengaruhi respon terhadap kecemasan menurut Kaplan dan Sadock (1997) dalam Umi 2008 adalah faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi usia, pengalaman pasien menjalani pengobatan, konsep diri dan peran. Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan. Menurut Kaplan dan Sadock (1997) gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sedangkan besar kecemasan terjadi pada usia 21 – 45 tahun. Pada penelitian yang dilakukan peneliti, besar kecemasan (kecemasan berat) yang dialami ibu hamil primigravida justru terjadi pada ibu yang berusia < 20 tahun. Maka dari hal tersebut terjadi ketidaksesuaian, karena ibu yang hamil di usia 20 – 35 tahun sebagian besar hanya mengalami kecemasan ringan. Kecemasan berat pada ibu yang berusia < 20 tahun sangat mengurangi lahan presepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik, dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain (Suliswati, 2005). Kecemasan berat ditandai dengan adanya rasa sakit dan gelisah yang hebat. Reaksi ini timbul dalam periode yang relatif singkat dan tanpa sebab yang jelas. Pasien mengeluh sesak nafas, telinga berdegung, jantung berdebar, penglihatan kabur, rasa melayang, takut mati atau merasa tidak akan tertolong lagi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, ibu hamil gelisah dan ketakutan, wajah pucat, pandangan liar, perafasanan pendek dan cepat, serta takikardi. Hal ini dapat terjadi saat ibu hamil mendengar kabar 8 yang mengerikan atau terlibat hal-hal yang mempengaruhi perasaannya (Bahiyatun, 2011). Sedangkan pada ibu yang berusia 20 – 35 tahun mengalami kecemasan ringan. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan presepsinya. Kecemasan memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas (Suliswati, 2005). Cemas ringan menurut Bahiyatun (2011) ditandai dengan rasa cemas dan kebutuhan yang berlebihan terutama sekali pada hal-hal yang masih tergolong wajar. Kecemasan baru terlihat bila ibu tersebut mengungkapkannya karena gejala klinis yang ada sangat tidak spesifik (tremor, berdebar-debar, kaku otot, gelisah, mudah lelah dan imsonia). Gejala somatik muncul akibat hiperaktivitas otonom (palpitasi, sesak nafas, rasa dingin ditelapak tangan, berkeringat, pusing dan lain-lain). Berdasarkan hasil penelitian Hidayatul (2007) tingkat kecemasan primigrvida dalam menghadapi kelahiran bayi pada wanita yang hamil untuk pertama kali lebih tinggi dari pada wanita yang sudah hamil untuk kedua kalinya. Timbulnya kecemasan pada primigravida dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi selama kehamilannya. Primigravida tidak terbiasa dengan perut yang semakin membesar dan badan yang bertambah gemuk. Perubahan fisik tersebut menyebabkan kondisi psikis dan emosi menjadi tidak stabil sehingga menumbuhkan kekhawatiran yang terus menerus sampai akhir kehamilannya. Kalra et al (2005) mengungkapkan bahwa periode kehamilan dan pasca bersalin sangat mempengaruhi timbulnya gangguan kejiwaan seperti kecemasan maupun gangguan mood. Selain faktor tersebut diatas, banyak faktor yang mempengaruh timbulnya kecemasan yaitu status pernikahan, status sosial dan ekonomi, usia, tingkat pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan serta kepercayaan diri. Moshman et al (1987) mengungkapkan bahwa indivdu yang cukup umur dan memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat stres. Individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stres yang timbul. Dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan usia ibu dan secara statistik hubungan ini bermakna. Keterbatasan penelitian Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan yang disebabkan adanya keterbatasan, yaitu hanya meneliti usia ibu primigravida saja. Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen Pada kecemasan yang dialami ibu hamil dalam menghadapi persalinan ada banyak faktor yang mempengaruhi seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, dukungan keluarga (suami) yang tidak diteliti. keluarga, pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, perubahan fisiologis, dan psikologis) yang diduga berhubungan erat dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Kesimpulan Usia ibu hamil primigravida < 20 tahun ada sejumlah 5 responden (14,3%) dan yang berusia 20 – 35 tahn ada sejumlah 30 orang (85,7%). Tingkat kecemasan yang dialami ibu hamil dalam menghadapi persalinan, yaitu yang tidak mengalami kecemasan sejumlah 5 responden (14,3%), yang mengalami kecemasan ringan sejumlah 15 responden (42,9%), yang mengalami kecemasan sedang sejumlah 11 responden (31,4%), dan yang mengalami kecemasan berat sejumlah 4 responden (11,4%). Ada hubungan yang bermakna antara usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen. Uji statistik yang digunakan ialah Kendall’s tau dan α 0,05 diperoleh p-value = 0,033 < α (0,05). Saran Bagi Pustu Kandangan, diharapkan agar menyadiakan jasa konsultasi yang berguna bagi ibu hamil untuk menghindarkan ibu dari kecemasan dalam menghadapi persalinan. Dan, lebih meningkatkan peran serta tenaga kesehatan (bidan) dalam memberikan promosi kesehatan pada ibu hamil pada saat antenatal care tentang proses kehamilan dan persalinan. Serta meningkatkan perhatian dan empati pada ibu hamil terutama bagi primigravida yang sangat membutuhkan informasi lebih mengenai kehamilan dan persalinan agar ibu hamil siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan dan dapat mengatasi kecemasannya. Bagi institusi pendidikan, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan mahasiswa di institusi mengenai kecemasan yang dialami ibu hamil pada usia primigravida dalam menghadapi persalinan. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan ilmu yang diperoleh selama mendapatkan pendidikan. Selain itu, untuk lebih lanjut tentang kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan dengan desain yang berbeda dan variabel - variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini (misalnya dukungan Alimul, A. (2009). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika. Aminati, D. (2013). Cara bijak menghadapi dan mencegah kanker leher rahim. Yogyakarta : Brilliant Books. Bahiyatun. (2010). Buku ajar bidan psikologi ibu dan anak. Jakarta : EGC. Baston, H. (2011). Midwifery essentials antenatal vol. 2. Jakarta : EGC. C. Lia, U. (2011). Psikologi kebidanan. Jakarta : EGC. Dahlan, M. Fitriani, N. Mucharom, M. Hadidjah, E. Pandi, S. dkk. (2003). Gerakan partisipatif penyelamatan ibu hamil, menyusui, dan bayi. Jakarta : Aliansi Pita Putih Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan menteri kesehatan republik indonesia No. HK.02.02/MENKES/149/I/2010 tentang izin dan praktik bidan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Hanifa, W. (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hawari, D. (2006). Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta : FKUI Hidayatul, K. & Alfaina, W. (2007). Perbandingn tingkat kecemasan primigravida dan multigravida dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja puskesmas wirobrajan. http://publikasi.umy.ac.id/index.php/penddok ter/article/view/4771/4078 Janaah, N. (2012). Buku ajar asuhan kebidanan kehamilan. Yogyakarta : ANDI. Januadi, J. (2003). Mempersiapkan kehamilan sehat. Jakarta : Puspa Swara Nengah, N. (2008). Psikologi kehamilan. Jakarta : EGC. Rahmat, D. & Karyawati, Y. (2013). Psikologi utuk bidan. Padang : Akademia Permata. Riyadi, S. (2009). Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen 9 Salmah, Rusmiati, Maryanah, & Ni Nengah Susanti. (2006). Asuhan kebidanan antenatal. Jakarta : EGC. Saminem. (2008). Kehamilan normal. Jakarta : EGC. Soekidjo, N. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Suliswati, Tjie, A. Jeremia, M. Yenny, S. Sumijatun. (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC. 10 Umi, L. & Arina, M. (2008). Faktor –faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien dalam tindakan kemoterapi di rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/ha ndle/123456789/509/4g.pdf. Wibisono, H. Ayu, B. (2008). Solusi sehat seputar kehamilan. Jakarta : Agro Media Pustaka. Yanti. (2010). Buku ajar asuhan kebidanan persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Zan, H. (2010). Pengantar psikologi untuk kebidanan. Jakarta : Kencana. Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen