1 hubungan usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu

advertisement
HUBUNGAN USIA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL
DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PEMBANTU KANDANGAN BAWEN
Rista Feny Setyaningrum*)
Dr. Sugeng Maryanto, M.Kes.**)
Sukarno, S.Kep., Ns**)
*) Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo
**) Dosen STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Kehamilan merupakan babak baru dalam kehidupan wanita. Banyak perubahan yang terjadi, yakni
perubahan fisik dan perubahan psikologis. Sejak saat hamil, ibu sudah mengalami kecemasan. Kecemasan
akan meningkat menjelang persalinan terutama pada trimester III. Bila kecemasan ini tidak segera ditangani
maka akan berpengaruh terhadap proses persalinan yang mengakibatkan lemahnya kontraksi uterus, partus
lama, fetal distres, naiknya tekanan darah ibu yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu
hamil dalam menghadapi persalinan.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Jumlah
sampel penelitian sebanyak 35 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.
Teknik analisa yang dilakukan yaitu analisa Kendall’s tau. Instrumen yang digunakan untuk mengukur
tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III dalam menghadapi persalinan adalah Hamilton Rating Scale
for Anxiety (HRS-A).
Secara statistik diperoleh nilai korelasi  = -0,395 dengan p-value 0,033. Oleh karena p-value =
0,033 < α (0,05), maka ada hubungan yang signifikan antara usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan
ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Pustu Kandangan Bawen.
Lebih meningkatkan peran serta tenaga kesehatan (bidan) dalam memberikan promosi kesehatan
pada ibu hamil pada saat antenatal care tentang proses kehamilan dan persalinan. Serta meningkatkan
perhatian dan empati pada ibu hamil terutama bagi primigravida yang sangat membutuhkan informasi lebih
mengenai kehamilan dan persalinan agar ibu hamil siap secara fisik dan mental dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan dan dapat mengatasi kecemasannya.
Kata Kunci : Usia, Kehamilan, Kecemasan
Kepustakaan : 24 literatur (2003 – 2013)
Kata kunci
Kepustakaan
:
:
Pendidikan Kesehatan, Perawatan Organ Genetalia,
29 ( 2002-2012 )
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
1
ABSTRACT
Pregnancy is a new phase in a woman’s life. It causes many changes both physically and
psychologically. The psychological changes can crease maternal anxiety during pregnancy. The anxiety
often happens from the beginning of pregnancy. The level of anxiety will increase a long with the
approaching time of birth especially on the 3rd trimester. If this anxiety do not hurry to handle, it will
influence on the childbirth process, that will effect on the weakness of uterine muscle contractions, long
childbirth process, fetal distress, increasing blood pressure that caused the mortality and morbidity. The
objective of this study is to know the relation between the age of primigravida women and the level of
maternal anxiety in facing childbirth.
The research was an analytical research using cross sectional design. The samples of this research
were 35 people. The sampling technique used in Total Sampling. The analysis technique of this research was
Kendall Tau. The instrument used in this research to measure the level of maternal anxiety during pregnancy
on the 3rd trimester as facing the childbirth was Hamilton Rating Scale for Anxiety(HRS-A).
Statistically, the writer ands the correlation value of
= -0,395 with p-value 0,033 < α (0,05). It
shows a significant correlation between the age of primigravida women and the level of maternal anxiety in
facing the childbirth at Kandangan health center, Bawen.
The results of this research hopefully can motivate midwifes as the health personnel to give health
promotion for the pregnant woman during antenatal care about pregnancy process and childbirth. The
midwives also have to increase their caring and empathy to the pregnant woman particularly to the
primigravida women that need more information about pregnancy, labor and delivery. Therefore they will be
ready both physically and mentally for facing pregnancy, labor and delivery, and also can overcome their
anxiety.
Key words : Age, Pregnancy, Anxiety
References : 24 literatures (2003 – 2013)
PENDAHULUAN
Mempersiapkan kehamilan yang sehat,
diperlukan kematangan fisik, emosional, dan
psikososial sebelum menikah dan menjadi hamil.
Namun, beberapa wanita kurang memperhatikan
hal tersebut. Sehingga di saat ibu hamil, ibu
masuk dalam faktor resiko, yaitu : 4 T (terlalu
banyak anak, terlalu sering melahirkan dengan
jarak kelahiran yang rapat, terlalu muda
melahirkan (dibawah 20 tahun), terlalu tua
melahirkan (diatas 35 tahun) (Dahlan, 2003).
Secara umum seorang wanita akan mulai
merencanakan menikah pada usia dewasa awal
(sekitar 20-21 tahun), kecuali untuk beberapa
daerah di wilayah pedesaan, pada umumnya
wanita menikah pada usia yang lebih muda (Dede
Rahmat, 2013). Walaupun begitu tidak menutup
kemungkinan pula masih dijumpai beberapa
wanita yang melakukan pernikahan di usia yang
tidak muda lagi dan keluar dari batas reproduksi
sehat, diatas usia 35 tahun (Sarwono, 2005).
Namun, masa kesuburan terbaik wanita hanya
berlangsung dalam satu periode tertentu, terbatas
hanya dalam rentang usia reproduksi sehat, karena
jika sudah keluar dari batas reproduksi sehat
dianggap beresiko. Resiko tersebut akan
membawa ancaman bagi wanita (calon ibu) untuk
2
menghadapi masa kehamilan dan persalinan yang
secara mutlak dipengaruhi oleh faktor psikis dan
fisik (Uripmi, 2011).
Menghadapi dan menjalani masa kehamilan
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Ibu mengalami banyak perubahan, yang saling
mempengaruhi antara psikis dan fisik akibat
perubahan hormon (Rahmat, 2013). Perubahan
yang membawa ibu pada sebuah harapan dan
pengalaman yang mempengaruhi cara ibu dalam
menghadapi masalah dan beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi (Boston, 2011). Bagi
keluarga pemula, ibu yang baru hamil pertama
kalinya (primigravida), kehamilan merupakan
periode transisi dari masa kanak-kanak menjadi
orang tua dengan karakteristik yang menetap dan
memiliki tanggung jawab (Nengah Susanti, 2008).
Kehamilan pertama menjadi peristiwa yang sangat
penting bagi wanita, mereka akan menerima
dengan penuh kegembiraan dan harapan, bila
dibandingkan dengan kehamilan berikutnya.
Kegembiraan pada kehamilan pertama akan
mengembangkan rasa kepuasan dan kebanggaan,
karena
mampu menjalankan tugas
dan
kewajibannya sebagai wanita pencetak generasi
penerus (Uripmi, 2011). Namun, kehamilan
pertama biasanya juga akan membuat seorang
calon ibu mengalami kecemasan, kekhawatiran,
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
ketakutan bercampur was-was, tetapi merasa
bahagia. Kecemasan yang dirasakan ibu hamil
adalah seputar kehamilannya dan masa persalinan.
Satu sisi kehamilan dapat menyebabkan
kelelahan, tetapi juga memberikan perasaan
bahagia (Rahmat, 2013).
Kehamilan itu sendiri, dikelompokkan
menjadi tiga (III) trimester, yaitu trimester I (0-12
minggu), trimester II (13-27 minggu), dan
trimester III (28-40 minggu). Pada trimester I,
biasanya seorang ibu mengalami ambivalen, takut,
fantasi, dan khawatir. Ketika masuk trimester II
ibu akan mengalami perubahan dari trimester
sebelumnya meliputi perasaan lebih nyaman, serta
kebutuhan memelajari perkembangan dan
pertumbuhan janin meningkat, dan kadang ibu
tampak egosentris, berpusat pada diri sendiri.
Pada trimester III perubahan yang terjadi meliputi
memiliki perasaan aneh, merasa dirinya jelek, dan
menjadi lebih tertutup. Di trimester III ini
gangguan yang terjadi mulai timbul ketakutan
menjelang persalinan, merasakan kehamilannya
menjadi beban tubuhnya (Bahiyatun, 2010).
Rasa cemas dan khawatir pada trimester III,
semakin meningkat memasuki usia kehamilan
tujuh bulan ke atas dan menjelang persalinan,
dimana ibu mulai membayangkan proses
persalinan yang menegangkan, rasa sakit yang
dialami, bahkan kematian pada saat bersalin
(Bahiyatun, 2010). Di samping itu ibu juga
merasa cemas kalau-kalau bayinya lahir cacat,
selain itu perubahan hormonal dalam tubuh,
membesarnya janin dalam kandungan yang
mengakibatkan ibu letih, tidak nyaman, kurang
istirahat (Uripmi, 2011). Untuk itu perlu adanya
orang yang memotivasi, membesarkan hati, dan
membantu ibu, seperti dengan adanya suami yang
siaga, tenaga kesehatan (bidan) yang tidak hanya
memastikan kondisi kehamilan tetapi juga dapat
menentramkan hati, dan membuat ibu lebih
tenang sehingga siap melakukan persalinan
nantinya (Rahmat, 2013).
Kecemasan dan kekhawatiran pada ibu hamil
apabila tidak ditangani secara serius akan
membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik
dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Ibu yang
mengalami kecemasan atau stres, akan
mempengaruhi hipotalamus untuk merangsang
kelenjar endokrin yang mengatur kelenjar hipofise
(Suliswati, 2005). Reaksi in menyebabkan
peningkatan
produksi
hormon
yang
mempengaruhi sebagian besar organ tubuh,
seperti jantung yang berdebar, denyut nadi dan
nafas yang cepat, keringat berlebih, dll (Dadang
Hawari, 2006). Selain itu, juga akan
mengakibatkan terjadinya vasokontriksi yang
menyebabkan gangguan aliran darah ke dalam
rahim, sehingga oksigen yang diterima janin akan
minim atau terganggu (Suliswati, 2005).
Gangguan akibat kecemasan yang dialami
ibu akan menjadi kegawatdaruratan baik bagi ibu
sendiri maupun janin dalam proses persalinannya,
yang dapat menyebabkan lepasnya hormon stres
antara lain Adreno Cortico Tropin Hormone
(ACTH), kortisol, katekolamin, ß-Endorphin,
Growth Hormone (GH), prolaktin dan Lutenizing
Hormone (LH) / Folicle Stimulating Hormone
(FSH). Lepasnya hormon-hormon stres tersebut
mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi sistemik,
termasuk diantaranya konstriksi vasa utero
plasenta yang menyebabkan gangguan aliran
darah di dalam rahim, sehingga penyampaian
oksigen ke dalam miometrium terganggu dan
mengakibatkan lemahnya kontraksi otot rahim
(Suliswati, 2005). Kejadian tersebut menyebabkan
makin lamanya proses persalinan (partus lama)
sehingga janin dapat mengalami kegawatan (fetaldistress). Disamping itu dengan meningkatnya
plasma kortisol, berakibat menurunkan respon
imun ibu dan janin. Kondisi tersebut bisa
mengarah pada kematian ibu dan janin. Jika
kondisi ini dibiarkan maka angka mortalitas dan
morbiditas pada ibu hamil akan semakin
meningkat.
Sebagai tenaga kesehatan, bidan memiliki
peranan yang sangat penting dalam kesehatan dan
kelangsungan hidup ibu dan bayi yang sangat
dipengaruhi faktor pelayanan, antara lain
pedekatan kebidanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan (bidan) melalui menajemen kebidanan,
karena setiap ibu hamil memerlukan asuhan
selama
menjalani
masa
kehamilannya
(Permenkes, 2010). Bidan harus dapat mengenali
gejala kecemasan dan mengurangi kecemasan ibu
hamil dengan memberikan penjelasan mengenai
kehamilan, persalinan, kecemasan serta efeknya
bagi ibu dan janin. Dukungan emosional sangat
dibutuhkan ibu untuk mempersiapkan diri baik
fisik maupun mental dalam menghadapai
kehamilan dan persalinan sebagai salah satu
proses yang alamiah.
Berdasarkan data yang diperoleh di wilayah
kerja Puskesmas Pembantu (Pustu) Kandangan
terdapat ibu hamil primigravida yang usia
kehamilannya memasuki trimester III pada bulan
Juli dan Agustus 2013 sebanyak 35 ibu hamil
(58,3%) dari keseluruhan ibu hamil sebanyak 60
orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan beberapa ibu hamil primigravida
didapatkan bahwa masih banyak ibu hamil yang
merasa bingung, takut, cemas, dan khawatir
terhadap kehamilan dan proses persalinan
nantinya. Ditambah lagi dengan berbagai cerita
dari beberapa kerabat ibu hamil yang menjadikan
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
3
ibu menjadi semakin cemas menghadapi
persalinan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan
judul “Hubungan Usia Ibu Primigravida dengan
Tingkat Kecemasan Ibu Hamil dalam Menghadapi
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu
Kandangan Bawen”.
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Kerangka Teori
Faktor instrinsik :
-
Usia
- Pengalaman pasien
menjalani pengobatan
- Konsep diri dan peran
Kecemasan
Faktor ekstrinsik :
- Kondisi medis
- Tingkat pendidikan
- Akses informasi
- Nilai budaya dan
spiritual
- Tingkat sosial
ekonomi
- Komunikasi
terapeutik
Keterangan :
: tidak diteliti
: diteliti
Gambar 2. Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Umi (2008) dan Alimul (2009)
Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kecemasan
Usia
Gambar 2. Kerangka Konsep
primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan”.
Hipotesis
kerangka konsep dapat diambil satu hipotesis
sebagai berikut “Ada hubungan usia ibu
4
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan saat ini
menggunakan
penelitian
analitik
dengan
melakukan pendekatan cross sectional yaitu suatu
penelitian untuk memelajari dinamika korelasi
antara faktor – faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012).
Populasi
Populasi dari penelitian ini yaitu ibu hamil
primigravida trimester III periode Juli –Agustus
2013 di wilayah kerja Pustu Kandangan sebanyak
35 orang.
Sampel
Pada penelitian ini menggunakan tehnik
Total Sampling. Sampel dalam penelitian ini
adalah semua ibu hamil primigravida trimester III
yang di wilayah kerja Pustu Kandangan, yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu: 1) Ibu hamil
primigravida trimester III dalam wilayah kerja
Pustu Kandangan; 2) Ibu hamil yang bersedia
menjadi responden.
Adapun kriteria eksklusinya adalah: 1) Ibu
hamil dengan multigravida; 2) Ibu hamil yang
menderita penyakit tertentu seperti DM, jantung
atau mengalami komplikasi kehamilan seperti pre
eklamsi, perdarahan antepartum.
Analisis data
terikat sesuai dengan tujuan penelitian dan skala
data variabel tersebut, maka uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Kendall’s
tau untuk mencai hubungan dan menguji hipotesis
antara variabel bebas dan variabel terikat maka
menggunakan p value yang dibandingkan dengan
tingkat kesalahan yaitu 5% atau 0,05. Apabila
nilai value < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti
ada hubungan yang signifikan antara variabel
bebas dan variabel terikat.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini
digunakan untuk menyajikan gambaran tentang
usia ibu hamil primigravida trimester III dan
tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan
di wilayah kerja Pustu Kandangan.
Usia Ibu
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
Ibu Hamil Primigravida di Wilayah
Kerja Pustu Kandangan Bawen, 2013
Usia
< 20
Tahun
20-35
Tahun
Jumlah
Frekuensi
5
30
Persentase (%)
14,3
85,7
35
100,0
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa dari
35 responden ibu hamil primigravida
trimester III di wilayah kerja Pustu
Kandangan Bawen, sebagian besar
berusia 20-35 tahun, yaitu sejumlah 30
orang (85,7%) sedangkan yang berusia <
20 tahun ada sejumlah 5 orang (14,3%).
Analisa Univariat
Analisis
univariat
dilakukan
untuk
menyederhanakan,
untuk
memudahkan
interpretasi data kedalam bentuk penyajian bila
bentuk tesktuler maupun tabuler dari tamplan
distribusi frekuensi responden menurut variabel
yang diteliti. Selain itu analisis univarian juga
bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi dari setiap variabel yang diteliti melalui
usia ibu hamil primigravida.
Analisa Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dan variabel
Tingkat Kecemasan
Tabel 4. Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Tingkat Kecemasan
Ibu Hamil
Primigravida
dalam
Menghadapi
Persalinan di Wilayah Kerja Pustu
Kandangan Bawen, 2013
Tingkat
Kecemasan
Tidak Cemas
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Cemas Berat
Jumlah
Frekuensi
5
15
11
4
35
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
Persentase
(%)
14,3
42,9
31,4
11,4
100,0
5
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa
dari tingkat kecemasan ibu hamil primigravida
trimester III dalam menghadapi persalinan di
wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen, paling
banyak dalam kategori cemas ringan, yaitu
sejumlah 15 orang (42,9%), cemas sedang
sejumlah 11 orang (31,4%), tidak cemas sejumlah
5 orang (143%), dan cemas berat sejumlah 4
orang (11,4%).
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini
digunakan untuk menganalisis hubungan antara
usia ibu primigravida dengan tingkat kecemasan
ibu hamil trimester III dalam menghadapi
persalinan di wilayah kerja Pustu Kandangan
Bawen, dimana hasilnya disajikan berikut ini.
Tabel 5. Hubungan antara Usia Ibu Primigravida dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil
Trimester III dalam Menghadapi Persalinan di Wilayah Kerja Pustu Kandangan, 2013
Umur
< 20 tahun
20-35 tahun
Jumlah
Tingkat Kecemasan
Cemas
Cemas
Tdk Cemas
Ringan
Sedang
f
%
f
%
f
%
0
0,0
1
20,0
1 20.0
5
16,7 14
46,7 10 33.3
5
14,3 15
42,9 11 31.4
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa
ibu hamil dengan umur < 20 tahun sebagian besar
mengalami cemas berat sejumlah 3 orang
(60,0%), cemas sedang sejumlah 1 orang (20,0%),
cemas ringan sejumlah 1 orang (20,0%).
Sedangkan ibu hamil dengan umur 20-35 tahun
sebagian besar mengalami cemas ringan sejumlah
14 orang (46,7%), cemas sedang sejumlah 10
orang (33,3%), tidak cemas sejumlah 5 orang
(16,7%), dan cemas berat sejumlah 1 orang
(3,3%).
Berdasarkan uji korelasi Kendall’s tau
diperoleh nilai korelasi  = -0,395 dengan p-value
0,033. Oleh karena p-value = 0,033 < α (0,05),
maka ada hubungan yang signifikan antara usia
ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu
hamil trimester III dalam menghadapi persalinan
di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen.
PEMBAHASAN
Analisis univariat
Usia ibu
Berdasarkan tabel 2, maka dapat diketahui
bahwa dari 35 responden ibu hamil primigravida
trimester III di wilayah kerja Pustu Kandangan
Bawen, sebagian besar berusia 20-35 tahun, yaitu
sejumlah 30 orang (85,7%). Sedangkan yang
berusia < dari 20 tahun ada sejumlah 5 orang
(14,3%). Dimana dari usia dapat diketahui bahwa
sebagian besar ibu – ibu hamil primigravida di
wilayah kerja Pustu Kandangan berada pada usia
reproduksi sehat, antara 20 – 35 tahun. Peneliti
menyimpulkan
bahwa
tingkat
kesadaran
6
Cemas
Berat
f
%
3 60.0
1 3.3
4 11.4
Total
f
5
30
35

pvalue
%
100 -0,395 0.033
100
100
masyarakat (para wanita), calon ibu sudah baik
dalam memandang, dan menyikapi status
kesehatan reproduksinya dalam merencanakan
usia pernikahan dan kehamilan. Karena usia ibu
saat hamil sangat berkaitan erat dengan kesiapan
rahim ibu, psikis ibu, dan juga kesehatan ibu
maupun bayi yang dikandung. Hal ini sesuai
dengan Wiknjosastro (2005) yang menyatakan di
rentang usia 20 – 35 tahun ini kondisi fisik wanita
dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu
memberi perlindungan, mental pun siap untuk
merawat dan menjaga kehamilannya secara hatihati. Sedangkan untuk usia ibu kurang dari 20
tahun dapat menimbulkan masalah karena kondisi
fisik belum 100 % siap, dimana sel – sel rahim
masih belum matang, hal ini dapat menyebabkan
ancaman terjadinya abortus, prematuritas, bahkan
kematian maternal. Selain itu diluar urusan
kehamilan dan persalinan, dapat menimbulkan
risiko terjadinya kanker leher rahim, seperti
pernyataan Aminati (2013) yang menyatakan
beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan
di usia ibu muda (< 20 th) ini adalah
kecenderungan naiknya tekanan darah dan
kematian maternal. Selain itu, jika sel – sel rahim
belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan
sel yang tumbuh tidak seimbang dengan sel yang
mati, dengan begitu maka kelebihan sel ini bisa
berubah sifat menjadi sel kanker. Wanita segala
usia selama masa kehamilannya akan beradaptasi
untuk berperan sebagai ibu, yang merupakan
proses belajar yang kompleks. Kehamilan
merupakan krisis maturasi, yang jika tidak
ditanggulangi maka akan kesulitan dalam
mengemban tanggung jawab, beradaptasi dengan
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
kondisinya dan merawat kehamilannya seperti
kebanyakan yang dialami ibu hamil usia < 20 th.
Tingkat kecemasan
Menurut Peplau dalam Suliswati (2005)
klasifikasi tingkat kecemasan dibedakan menjadi
empat, yaitu tingkat kecemasan ringan,
kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik.
Tingkat kecemasan ibu hamil primigravida
trimester III dalam menghadapi persalinan di
wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen,
berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa ibu
hamil yang mengalami kecemasan ringan, yaitu
sejumlah 15 orang (42,9%), sedangkan untuk
yang mengalami kecemasan sedang ada sejumlah
11 orang (31,4%), untuk yang tidak mengalami
kecemasan ada sejumlah 5 orang (14,3%), dan
yang mengalami kecemasan berat ada sejumlah 4
orang (11,4%). Data tersebut menunjukkan bahwa
sebagian dari ibu hamil mengalami kecemasan
dalam menghadapi persalinan.
Kecemasan menurut Stuart dan Sundeen
(2003) menyatakan bahwa masing – masing dari
kecemasan memiliki tanda fisiologis, perilaku,
dan kognitif. Untuk kecemasan ringan tanda
fisiologisnya meliputi : sesekali nafas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar. Tanda
perilakunya meliputi : tidak dapat duduk tenang,
tremor halus, suara kadang – kadang meninggi.
Tanda kognitifnya meliputi : mampu menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada
masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.
Untuk kecemasan sedang tanda fisiologisnya
meliputi : sering nafas pendek, tekanan darah
naik, mulut kering, anorekia, diare/konstipasi,
gelisah. Tanda perilakunya : gerakan tersentak –
sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih
sedikit, perasaan tidak nyaman. Tanda kognitifnya
: lapang presepsi menyempit, rangsang luar tidak
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya.
Kecemasan
berat
tanda
fisiologisnya meliputi : sering nafas pendek, nadi
dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit
kepala, penglihatan kabur. Tanda perilaku
meliputi:
perasaan
ancaman
meningkat,
verbalisasi cepat, blocking. Tanda kognitif
kecemasan berat meliputi : lapang presepsi sangat
menyempit, tidak mampu menyelesaikan masalah.
Masing – masing tanda yang ada tersebut tidak
semua dialami oleh responden, maka terjadi
ketidaksesuaian karena ada beberapa tanda dari
masing – masing tingkat kecemasan yang tidak
dialami oleh responden.
Peneliti melihat kecemasan dan kegelisahan
selama kehamilan merupakan kejadian yang tidak
terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan,
dan merupakan bagian dari suatu proses
penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik
dan psikologis yang terjadi selama kehamilan.
Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian
dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu
yang dianggap klimaks, sehingga kecemasan,
kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil
akan semakin intensif saat menjelang persalinan.
Hal ini sesuai Stuart & Sundeen dalam Suliswati
(2005) yang menyatakan stresor predisposisi yang
mempengaruhi
kecemasan
ada
delapan,
diantaranya banyak dialami ibu hamil trimester III
yaitu gangguan fisik yang akan menimbulkan
kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri
individu.
Gangguan
fisik
atau
ketidaknyamanan menurut Bahiyatun (2011), di
usia kehamilan ibu yang semakin tua yaitu,
konstipasi, edema, pegal pada kaki, sesak nafas,
sakit pinggang dan punggung, gatal pada bagian
perut. Dan menurut Pieter (2010) respon
psikologis yang ibu rasakan menjelang persalinan
yaitu perasaan takut mati, ketakutan konkret, rasa
bersalah, halusinasi hipnagogik.
Analisis bivariat
Hubungan usia ibu primigravida dengan tingkat
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi
persalinan
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa
ibu hamil dengan umur < 20 tahun sebagian besar
mengalami cemas berat sejumlah 60,0%,
sedangkan ibu hamil dengan umur 20-35 tahun
sebagian besar mengalami cemas ringan sejumlah
14 orang (46,7%).
Berdasarkan uji korelasi Kendall’s tau
diperoleh nilai korelasi  = -0,395 dengan p-value
0,033. Oleh karena p-value = 0,033 < α (0,05),
maka ada hubungan yang signifikan antara usia
ibu primigravida dengan tingkat kecemasan ibu
hamil trimester III dalam menghadapi persalinan
di wilayah kerja Pustu Kandangan Bawen.
Seorang ibu hamil diharapkan memiliki usia
yang matang, baik secara fisik
maupun
psikologis. Selain itu diperlukan pula pola
mekanisme koping yang efektif dalam
mempersiapkan kehamilan dan menghadapi
persalinan
(Suliswati,
2005).
Penelitian
menunjukkan bahwa persentase umur ibu yang <
20 tahun sebagian besar mengalami kecemasan
berat, dan yang berusia 20 - 35 tahun sebagian
besar mengalami kecemasan ringan.
Primigravida adalah seseorang wanita yang
hamil untuk pertama kalinya (Wiknjosastro,
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
7
2005). Menurut peneliti bagi primigravida,
kehamilan yang dialaminya merupakan pengalaman
pertama kali dan ketidaktahuan menjadi faktor
penunjang terjadinya kecemasan sehingga trimester
III dirasakan semakin mencemaskan karena semakin
dekat dengan proses persalinan. Seorang ibu
primigravida biasanya akan mendapatkan
kesulitan dalam mengenali perubahan-perubahan
yang terjadi dalam dirinya dan tubuhnya yang
menyebabkan
ketidaknyamanan
selama
kehamilannya berlangsung. Hal ini menimbulkan
konflik psikologi dalam diri ibu yaitu perasaan
kuat untuk menanggung segala rasa lelah, rasa
cinta, keragu – raguan dan kepastian, kegelisahan,
dan rasa tenang atau bahagia, harapan penuh
kegembiraan dan kecemasan yang menjadi
semakin intensif mendekati kelahiran.
Adapun faktor yang mempengaruhi respon
terhadap kecemasan menurut Kaplan dan Sadock
(1997) dalam Umi 2008 adalah faktor instrinsik
dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi
usia, pengalaman pasien menjalani pengobatan,
konsep diri dan peran. Usia mempengaruhi
psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin
baik tingkat kematangan emosi seseorang serta
kemampuan
dalam
menghadapi
berbagai
persoalan. Menurut Kaplan dan Sadock (1997)
gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua
usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih
banyak pada wanita. Sedangkan besar kecemasan
terjadi pada usia 21 – 45 tahun. Pada penelitian
yang dilakukan peneliti, besar kecemasan
(kecemasan berat) yang dialami ibu hamil
primigravida justru terjadi pada ibu yang berusia
< 20 tahun. Maka dari hal tersebut terjadi
ketidaksesuaian, karena ibu yang hamil di usia 20
– 35 tahun sebagian besar hanya mengalami
kecemasan ringan.
Kecemasan berat pada ibu yang berusia < 20
tahun sangat mengurangi lahan presepsi
seseorang.
Seseorang
cenderung
untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik,
dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain
(Suliswati, 2005). Kecemasan berat ditandai
dengan adanya rasa sakit dan gelisah yang hebat.
Reaksi ini timbul dalam periode yang relatif
singkat dan tanpa sebab yang jelas. Pasien
mengeluh sesak nafas, telinga berdegung, jantung
berdebar, penglihatan kabur, rasa melayang, takut
mati atau merasa tidak akan tertolong lagi. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan, ibu hamil gelisah
dan ketakutan, wajah pucat, pandangan liar,
perafasanan pendek dan cepat, serta takikardi. Hal
ini dapat terjadi saat ibu hamil mendengar kabar
8
yang mengerikan atau terlibat hal-hal yang
mempengaruhi perasaannya (Bahiyatun, 2011).
Sedangkan pada ibu yang berusia 20 – 35
tahun mengalami kecemasan ringan. Kecemasan
ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan
sehari-hari
dan
menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan presepsinya. Kecemasan memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas
(Suliswati, 2005). Cemas ringan menurut
Bahiyatun (2011) ditandai dengan rasa cemas dan
kebutuhan yang berlebihan terutama sekali pada
hal-hal yang masih tergolong wajar. Kecemasan
baru terlihat bila ibu tersebut mengungkapkannya
karena gejala klinis yang ada sangat tidak spesifik
(tremor, berdebar-debar, kaku otot, gelisah,
mudah lelah dan imsonia). Gejala somatik muncul
akibat hiperaktivitas otonom (palpitasi, sesak
nafas, rasa dingin ditelapak tangan, berkeringat,
pusing dan lain-lain).
Berdasarkan hasil penelitian Hidayatul
(2007) tingkat kecemasan primigrvida dalam
menghadapi kelahiran bayi pada wanita yang
hamil untuk pertama kali lebih tinggi dari pada
wanita yang sudah hamil untuk kedua kalinya.
Timbulnya kecemasan pada primigravida
dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi
selama kehamilannya. Primigravida tidak terbiasa
dengan perut yang semakin membesar dan badan
yang bertambah gemuk. Perubahan fisik tersebut
menyebabkan kondisi psikis dan emosi menjadi
tidak stabil sehingga menumbuhkan kekhawatiran
yang terus menerus sampai akhir kehamilannya.
Kalra et al (2005) mengungkapkan bahwa periode
kehamilan
dan
pasca
bersalin
sangat
mempengaruhi timbulnya gangguan kejiwaan
seperti kecemasan maupun gangguan mood.
Selain faktor tersebut diatas, banyak faktor yang
mempengaruh timbulnya kecemasan yaitu status
pernikahan, status sosial dan ekonomi, usia,
tingkat pengetahuan tentang kehamilan dan
persalinan serta kepercayaan diri. Moshman et al
(1987) mengungkapkan bahwa indivdu yang
cukup umur dan memiliki kematangan
kepribadian lebih sukar mengalami gangguan
akibat stres. Individu yang matur mempunyai
daya adaptasi yang besar terhadap stres yang
timbul. Dalam penelitiannya memperoleh hasil
bahwa terdapat hubungan antara tingkat
kecemasan dengan usia ibu dan secara statistik
hubungan ini bermakna.
Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa
kekurangan yang disebabkan adanya keterbatasan,
yaitu hanya meneliti usia ibu primigravida saja.
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
Pada kecemasan yang dialami ibu hamil dalam
menghadapi persalinan ada banyak faktor yang
mempengaruhi seperti tingkat pendidikan,
pekerjaan, dukungan keluarga (suami) yang tidak
diteliti.
keluarga, pengetahuan, kepercayaan, keyakinan,
perubahan fisiologis, dan psikologis) yang diduga
berhubungan erat dengan kecemasan dalam
menghadapi persalinan.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Usia ibu hamil primigravida < 20 tahun ada
sejumlah 5 responden (14,3%) dan yang berusia
20 – 35 tahn ada sejumlah 30 orang (85,7%).
Tingkat kecemasan yang dialami ibu hamil
dalam menghadapi persalinan, yaitu yang tidak
mengalami kecemasan sejumlah 5 responden
(14,3%), yang mengalami kecemasan ringan
sejumlah 15 responden (42,9%), yang mengalami
kecemasan sedang sejumlah 11 responden
(31,4%), dan yang mengalami kecemasan berat
sejumlah 4 responden (11,4%).
Ada hubungan yang bermakna antara usia ibu
primigravida dengan tingkat kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan di wilayah kerja
Pustu Kandangan Bawen. Uji statistik yang
digunakan ialah Kendall’s tau dan α 0,05
diperoleh p-value = 0,033 < α (0,05).
Saran
Bagi Pustu Kandangan, diharapkan agar
menyadiakan jasa konsultasi yang berguna bagi
ibu hamil untuk menghindarkan ibu dari
kecemasan dalam menghadapi persalinan. Dan,
lebih meningkatkan peran serta tenaga kesehatan
(bidan) dalam memberikan promosi kesehatan
pada ibu hamil pada saat antenatal care tentang
proses kehamilan dan persalinan. Serta
meningkatkan perhatian dan empati pada ibu
hamil terutama bagi primigravida yang sangat
membutuhkan
informasi
lebih
mengenai
kehamilan dan persalinan agar ibu hamil siap
secara fisik dan mental dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan dan dapat mengatasi
kecemasannya.
Bagi institusi pendidikan, diharapkan dapat
menambah ilmu pengetahuan mahasiswa di
institusi mengenai kecemasan yang dialami ibu
hamil pada usia primigravida dalam menghadapi
persalinan.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sarana penerapan ilmu yang diperoleh
selama mendapatkan pendidikan. Selain itu, untuk
lebih lanjut tentang kecemasan ibu hamil trimester
III dalam menghadapi persalinan dengan desain
yang berbeda dan variabel - variabel yang belum
diteliti dalam penelitian ini (misalnya dukungan
Alimul, A. (2009). Metode penelitian kebidanan
dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika.
Aminati, D. (2013). Cara bijak menghadapi dan
mencegah kanker leher rahim. Yogyakarta :
Brilliant Books.
Bahiyatun. (2010). Buku ajar bidan psikologi ibu
dan anak. Jakarta : EGC.
Baston, H. (2011). Midwifery essentials antenatal
vol. 2. Jakarta : EGC.
C. Lia, U. (2011). Psikologi kebidanan. Jakarta :
EGC.
Dahlan, M. Fitriani, N. Mucharom, M. Hadidjah,
E. Pandi, S. dkk. (2003). Gerakan partisipatif
penyelamatan ibu hamil, menyusui, dan bayi.
Jakarta : Aliansi Pita Putih Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(2010). Peraturan menteri kesehatan
republik
indonesia
No.
HK.02.02/MENKES/149/I/2010 tentang izin
dan praktik bidan. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Hanifa, W. (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta :
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo.
Hawari, D. (2006). Manajemen stres, cemas, dan
depresi. Jakarta : FKUI
Hidayatul, K. & Alfaina, W. (2007). Perbandingn
tingkat kecemasan primigravida dan
multigravida dalam menghadapi persalinan
di wilayah kerja puskesmas wirobrajan.
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/penddok
ter/article/view/4771/4078
Janaah, N. (2012). Buku ajar asuhan kebidanan
kehamilan. Yogyakarta : ANDI.
Januadi, J. (2003). Mempersiapkan kehamilan
sehat. Jakarta : Puspa Swara
Nengah, N. (2008). Psikologi kehamilan. Jakarta
: EGC.
Rahmat, D. & Karyawati, Y. (2013). Psikologi
utuk bidan. Padang : Akademia Permata.
Riyadi, S. (2009). Asuhan keperawatan jiwa.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
9
Salmah, Rusmiati, Maryanah, & Ni Nengah
Susanti. (2006). Asuhan kebidanan antenatal.
Jakarta : EGC.
Saminem. (2008). Kehamilan normal. Jakarta :
EGC.
Soekidjo, N. (2012). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian.
Bandung : Alfabeta
Suliswati, Tjie, A. Jeremia, M. Yenny, S.
Sumijatun.
(2005).
Konsep
dasar
keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC.
10
Umi, L. & Arina, M. (2008). Faktor –faktor yang
mempengaruhi kecemasan pasien dalam
tindakan kemoterapi di rumah sakit Dr.
Moewardi
Surakarta.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/ha
ndle/123456789/509/4g.pdf.
Wibisono, H. Ayu, B. (2008). Solusi sehat seputar
kehamilan. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Yanti. (2010). Buku ajar asuhan kebidanan
persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Zan, H. (2010). Pengantar psikologi untuk
kebidanan. Jakarta : Kencana.
Hubungan Usia Ibu Primigravida Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pembantu Kandangan Bawen
Download