3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pandan Pandan

advertisement
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pandan
Pandan merupakan segolongan tumbuhan monokotil dari genus Pandanus.
Sebagian besar anggotanya tumbuh di pantai-pantai daerah tropika. Anggota
tumbuhan ini dicirikan dengan daun yang memanjang (seperti daun palem atau
rumput), seringkali tepinya bergerigi. Akarnya besar dan memiliki akar tunjang
yang menopang tumbuhan ini. Buah pandan tersusun dalam karangan berbentuk
membulat. Ukuran tumbuhan ini bervariasi, mulai dari 50 cm hingga 5 m
(Anonim 2008b).
Bagian pandan yang dimanfaatkan selama ini adalah daunnya. Di Jawa
dikenal anyaman pandan berupa topi dan tikar dari pandan sehingga ada beberapa
industri yang dibangun. Jenis yang digunakan untuk bahan baku anyaman di Jawa
adalah Pandan Duri (Pandanus tectorius), sedang di beberapa daerah di Indonesia
lainnya digunakan jenis Pandanus artocarpus dan Pandanus furcatus (Widjaja et
al 1989).
2.1.1
Jenis-jenis Pandan
Jenis-jenis pandan yang dipakai pada umumnya adalah pandan putih dan
pandan hijau (Widjaja et al 1989). Jenis-jenis pandan yang lain diantaranya adalah
sebagai berikut :
2.1.1.1 Pandan Duri (Pandanus tectorius)
Salah satu jenis pandan yang hidup tersebar luas di daerah-daerah terbuka
di dataran rendah adalah pandan duri.
Sumber : Thomson et al 2006 (www.traditionaltree.org)
Gambar 1 Pandanus tectorius.
4
Ukuran tinggi batang mencapai 4 – 14 m dan memiliki diameter penutupan tajuk
yang sama, biasanya tumbuh pada ketinggian 20 – 600 mdpl, dan menghasilkan
daun 10 – 300 lembar per batang per tahun (Thomson et al 2006).
Pandan ini memiliki banyak cabang, daunnya berwarna hijau dengan
panjang 90 – 150 cm dan lebarnya mencapai 4 cm (Purseglove 1972). Di daerah
Jawa, jenis ini di kenal ada empat macam yaitu jenis samak, litoralis, laevis, dan
variegates (Widjaja et al 1989). Lebih lanjut Widjaja et al (1989) menyatakan
jenis pandan yang termasuk jenis samak adalah pandan betook, pandan jaksi,
pandan jaraim, pandan kapur, pandan duri, pandan tikar, pandan cucuk, pandan
semak dan pandan ijo yang masing-masing terdapat di Pulau Bawean,
Tasikmalaya, dan Tangerang.
2.1.1.2 Mengkuwang (Pandanus artocarpus)
Jenis pandan ini tumbuh mencapai 20 m, biasanya terdapat di sebelah
selatan Malaya dan pada bagian yang berdekatan dengan Indonesia. Panjang
daunnya mencapai 600 cm dan lebarnya 15 cm serta digunakan untuk membuat
tikar (Purseglove 1972).
Mengkuwang banyak tumbuh di dataran rendah, terutama daerah yang
dekat laut. Daunnya sudah umum digunakan untuk membuat tikar dan topi di
Sumatra dan Bangka (Widjaja et al 1989)
2.1.1.3 Pandan Kowang (Pandanus furcatus)
Pandanus furcatus Roxb dikenal juga dengan Pandanus houlettii Carriere,
Pandanus lais Kurz, dan Pandanus pseudolais Warb (Anonim 2008c). Tumbuhan
ini terdapat di Jawa, Sumatera dan pulau-pulau lain di Indonesia serta di gunakan
oleh penduduk sebagai bahan baku anyaman (Widjaja et al 1989).
Lebih lanjut Widjaja et al (1989) menyatakan bahwa jenis pandan ini
tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi, dan biasanya di tempat-tempat
yang agak rindang di tengah hutan.
5
Sumber : Anonim 2008c (www.wikipedia.com)
Gambar 2 Pandanus furcatus.
Pandan ini memiliki tinggi batang mencapai ± 11 m, tegak, berwarna putih
kotor, memiliki daun tunggal berwarna hijau dan berbentuk lanset dengan ujung
daun lancip dan tepi daunnya bergerigi serta panjang daun mencapai 75 – 90 cm
dan lebar 3 – 5 cm (Anonim 2008c).
2.1.1.4 Pandan Sepejam (Pandanus bicornis)
Panjang daun pandan ini mencapai 120 cm dengan lebar 5 cm, dan
digunakan untuk membuat anyaman tikar dan topi (Widjaja et al 1989). Lebih
lanjut Widjaja et al (1989) menyatakan bahwa daun yang digunakan untuk
anyaman pandan biasanya daun yang tua dan akan menghasilkan anyaman yang
berwarna hijau kotor sehingga jenis anyaman ini tidak banyak disukai.
2.1.1.5 Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb)
Nama lain dari pandan ini adalah Pandanus odorus. Tumbuhan pandan yang
tingginya tidak lebih dari 1,5 m dan banyak ditanam oleh orang Melayu untuk
mengambil daunnya yang wangi (Purseglove 1972).
Daun pandan yang tua panjangnya mencapai 80 – 110 cm dan lebar daunnya
6 – 8 cm (Selvam 2007). Tumbuhan ini dikembangkan dengan cara dipotong dan
tidak pernah berbunga (Purseglove 1972). Jenis pandan ini tidak digunakan
sebagai bahan baku anyaman. Selvam (2007) menyatakan bahwa pandan ini
merupakan jenis pandan dengan daun yang beraroma wangi.
6
Sumber : Anonim 2008d (http://www.hear.org/starr/plants/images/sp )
Gambar 3 Pandanus amaryllifolius.
2.1.2 Pemanfaatan Daun Pandan
Daun pandan digunakan untuk atap dan untuk membuat tikar, karung, tali,
topi, payung, dan benda lain. Daun dipotong, dikeringkan, duri marginalnya di
buang dan dibelah menjadi dua untuk menghilangkan tulang daunnya (Purseglove
1972). Selanjutnya Purseglove (1972) menyatakan bahwa sebelum dianyam, daun
pandan dipukul agar lemas lalu direndam dalam air, setelah itu dijemur di bawah
terik matahari.
Proses pembuatan anyaman pandan adalah dengan cara membelah daun
pandan tersebut menjadi dua bagian dengan membuang tulang daunnya. Setelah
daun terbelah dua, pinggir daun yang berduri di buang lalu di belah-belah kecil
sesuai dengan keinginan kemudian daun dihaluskan dengan sepotong bambu
sehingga daun menjadi lemas dan halus, dan terakhir daun di jemur di bawah terik
matahari (Widjaja et al 1989).
2.2
Papan komposit
Menurut Rowell et al (1997), bahan baku papan komposit pada masa
mendatang sangat bervariasi. Bagi negara-negara yang memiliki sumberdaya kayu
yang cukup banyak dapat mengandalkan kayu sebagai bahan bakunya, tetapi bagi
negara-negara yang tidak atau kurang memiliki potensi kayu dapat menggunakan
berbagai sumber bahan baku selain kayu. Penggunaan berbagai macam bahan
baku pada masa datang seiring dengan timbulnya berbagai isu lingkungan,
kelangkaan sumberdaya, tuntutan konsumen akan kualitas produk yang semakin
tinggi, pengetahuan dan penguasaan ilmu yang semakin tinggi serta berbagai
faktor lain yang merangsang terciptanya produk komposit tinggi dari bahan baku
yang berkualitas rendah.
7
2.3
Perekat
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan mengikat
dua benda melalui ikatan permukaan. Menurut Vick (1999) yang diacu dalam
Dewi (2008), perekat adalah substansi yang memiliki kemampuan untuk
mempersatukan bahan sejenis/tidak sejenis melalui ikatan permukaannya.
Dalam penggunaan perekat, harus dipilih perekat yang dapat memberikan
ikatan yang baik dalam jangka waktu yang panjang pada suatu struktur. Perekat
yang ideal untuk kayu mempunyai persyaratan tertentu yaitu harganya murah,
mempunyai waktu kadaluwarsa yang panjang, cepat mengeras, dan cepat matang
hanya dengan temperatur rendah, mempunyai ketahanan tinggi terhadap
kelembaban, tahan panas dan mikroorganisme, serta dapat digunakan untuk
berbagai keperluan (Ruhendi et al 2007).
2.3.1 Epoxy
Epoxy atau polyepoxide adalah sebuah polimer epoxide thermosetting yang
bertambah bagus bila dicampur dengan sebuah agen katalis atau "pengeras".
Kebanyakan resin epoxy diproduksi dari reaksi antara epichlorohydrin dan
bisphenol-A (Anonim 2008e).
Sifat perekat bergantung sistem tertentu, misalnya modifikasi atau zat
curing yang digunakan, ikatan perekat epoxy menunjukkan sifat yang berbeda.
Ikatan epoxy menghasilkan kekuatan yang sangat bagus dan tahan lama terhadap
berbagai macam lingkungan (Fadli 2006). Lebih lanjut Fadli (2006) menyatakan
bahwa ikatan yang terbentuk biasanya tahan beberapa tahun jika berhubungan
dengan minyak, lemak, bahan bakar hidrokarbon, alkali, pelarut aromatis, asam,
alkohol, air, dan cuaca panas atau dingin.
2.3.2 PVAc (Polyvinyl Acetate)
Polivinil asetat (Bahasa Inggris: Polyvinyl acetate, PVA atau PVAc) adalah
suatu polimer karet sintetis (Anonim 2008f). PVAc dijual dalam bentuk emulsi
yang larut dalam air, sebagai bahan perekat untuk bahan-bahan berpori,
khususnya kayu. PVAc juga umum dipakai dalam percetakan buku karena
fleksibilitasnya dan tidak bersifat asam seperti banyak polimer lain (Anonim
2008f).
8
Perekat Polivinil asetat digunakan untuk tujuan non-struktural dan semistruktural seperti furniture. Polivinil asetat merupakan jenis perekat thermoplastic,
yang akan kembali menjadi lunak ketika dipanaskan dan mengeras kembali ketika
didinginkan. Kelebihan polivinil asetat yaitu mudah penanganannya, storage lifenya tidak terbatas, tahan terhadap mikroorganisme, tidak mengakibatkan bercak
noda pada kayu, tekanan kempanya rendah (Ruhendi et al 2007).
Ruhendi et al (2007) menjelaskan lebih lanjut bahwa kekurangan polyvinyl
asetat yaitu sangat sensitif terhadap air sehingga penggunaannya hanya untuk
interior saja, kekuatan rekatnya menurun cepat dengan adanya panas dan air serta
sifat visco-elastisitasnya yang tidak baik.
Download