XML - Jurnal Mahasiswa Sosiologi

advertisement
Pilihan Rasional dan Modal Sosial Petani
(Studi Kasus Penyewaan Lahan di Dusun Krajan Desa Pandan Sari Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang)
JURNAL
Oleh
Eko Hariyanto
NIM. 0911210038
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
ABSTRAKSI
Eko Hariyanto. (2014). Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Brawijaya, Malang. PILIHAN RASIONAL dan MODAL SOSIAL
PETANI. (Studi Kasus penyewaan lahan di Dusun Krajan Desa Pandan Sari Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang). Pembimbing: Iwan Nurhadi, S.Sos., M.Si dan Nike
Kusumawanti, S.Sos., M.A
Penelitian ini membahas tentang proses terbentuknya pilihan rasional dalam
penyewaan lahan yang dilakukan oleh petani di Desa Pandan Sari. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan tindakan penyewaan lahan petani di Desa Pandan Sari dan
motif atau faktor-faktor yang menjadi pendorong penyewaan lahan serta tujuan yang ingin
dicapai melalui tindakan penyewaan lahan tersebut.
Penelitian ini menggunakan teori pilihan rasional dari Coleman yang menjelaskan
bahwa tindakan seseorang mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan tindakan tersebut akan
memanfaatkan sumber daya yang dia miliki. Ada 2 unsur utama dalam teori pilihan rasional
Coleman yaitu aktor dan sumber daya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Hasil dari penelitian ini adalah penyewaan lahan dilakukan oleh petani di Desa
Pandan Sari karena beberapa hal yaitu: pertama Lahan yang tidak tergarap karena pemilik
lahan sibuk dengan pekerjaannya diluar petani. kedua Keterbatasan modal yang dimiliki oleh
petani sehingga petani lebih memilih untuk menyewakan lahannya daripada harus
menanggung kerugian yang lebih besar jika menggarapnya dan dengan menyewakan lahan
tersebut petani juga bisa mendapatkan modal untuk bertani kembali. ketiga Penyewaan lahan
dilakukan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya seperti pendidikan dan
kesehatan. Norma atau peraturan yang terbentuk dalam penyewaan lahan di Desa Pandan Sari
yaitu berupa surat perjanjian yang ditanda tangani oleh pihak pemilik dan penyewa, selain itu
penyewaan lahan di Desa Pandan Sari juga tidak ada kaitannya dengan perpindahan hak
waris lahan. Kepercayaan bagi warga Desa Pandan Sari sangat penting karena kepercayaan
ini sebagian besar dari mereka menyewakan lahannya tanpa memakai surat perjanjian hanya
lewat perjanjian lisan saja.
Modal sosial atau relasi yang terbentuk dalam praktik sewa-menyewa lahan di Desa
Pandan Sari yaitu hubungan antara pihak pemilik lahan dan penyewa yang mempunyai
kepentingan masing-masing dan melakukan transaksi untuk memenuhi kepentingannya
tersebut. Modal sosial ada untuk mempermudah adanya transaksi sewa-menyewa lahan di
Desa Pandan Sari.
Kata kunci: Aktor, Sumber Daya, Alternatif Pekerjaan, Alternatif Tanaman.
1
ABSTRACT
Eko Hariyanto. (2014). Department of Sociology. Faculty of Social and Politics Science.
Brawijaya Universty. RATIONAL CHOICE AND SOCIAL CAPITAL OF PEASANT.
(Case Studies Land Lease in Krajan Sub Village Pandan Sari Village Poncokusumo
District Malang Regency). Advisor: Iwan Nurhadi, S.Sos., M.Si and Nike Kusumawanti,
S.Sos., M.A.
This research discussed the process of rational the formation in land lease mechanism
by peasant in Pandan Sari Village. The purpose of the research are to describe about land
leasing act peasant in Pandan Sari Village and to analyze motives and the factors its being
thruster land leasing and the purpose wants to achieve through in the leasing land act.
This research applicated rational choice theory by James Coleman who is that
individual act have purpose to be achieve and the action will utilize their resources that they
have. There are 2 main context ini the rational choice theory by Coleman that is actors and
resources. The methods use in this research is qualitative methods with a case study
approach.
The result of the research are leasing of land doing by peasant in Pandan Sari Village
because several things are: first, the land is not explored because land owner busy with they
work in off farm. Second, capital limitations own by peasant leads them to leasing their land
rather than suffer losses bigger. Third, land leasing by peasant has purposed to satisfing
basic needs, like education and health. Norms or rules that formed in leasing their land in
Pandan Sari Village in the form of a letter of agreement which was signed by land owner
and tenant. Moreover land leasing in Pandan Sari Village is nothing to do with displacement
land inheritance rights. Trust for Villagers Pandan Sari is very important because this trust
also most of them leasing of land without a letter of agreement just verbal agreement only.
Social capital or relation formed in practice of land lease in Pandan Sari Village that
is relationship between land owner and tenant who have their own interest and transact for
accomplishing that interest. Social capital is to facilitate the transaction of lease land in
Pandan Sari Village.
Keyword: Actors, Resources, Alternative Crops, Alternative Work.
2
Pertanian di Dusun Krajan Desa Pandan Sari
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang masih digeluti oleh sebagian besar rakyat
Indonesia terutama di desa-desa. Desa Pandan Sari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang merupakan desa yang seluruh masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani
karena wilayahnya yang berkarakteristik pegunungan sehingga mayoritas warganya adalah
petani. Desa Pandan Sari yang dulu terkenal sebagai penghasil apel sekarang sudah berganti
menjadi sayur-mayur meskipun masih ada apel tapi jumlahnya sudah sedikit. Hal ini
merupakan imbas dari krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1997 silam yang
menyebabkan runtuhnya perekonomian negara ini. Setelah krisis belum tentu semuanya
kembali pada awal sebelum krisis terutama harga akan kebutuhan pokok yang terus
melambung tinggi hingga sekarang pun demikian dengan harga pupuk dan pestisida untuk
tanaman apel yang membuat petani Desa Pandan Sari tidak mampu untuk membelinya karena
harganya yang mahal serta mereka juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan yang paling
utama yaitu konsumsi keluarganya.
Pertanian di Desa Pandan Sari masih dalam skala yang kecil. Hal ini karena petani di
Desa Pandan Sari merupakan petani-petani kecil atau dalam bahasanya Eric R. Wolf peasant
yaitu petani yang hanya melakukan kegiatan pertaniannya hanya untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya saja (Wolf, 1985:2). Menurut Hayami dan Kikuchi di atas keluarga petani itu
merupakan keluarga yang kompleks karena di dalamnya terdapat aspek produksi, distribusi
dan konsumsi menjadi satu sehingga semua keputusan atau tindakan yang diambil oleh
keluarga petani akan meliputi ketiga aspek tersebut terutama keputusan dalam aktivitas
pertaniannya (Hayami dan Kikuchi, 1987:11). Petani di Desa Pandan Sari yang skalanya
masih kecil karena dalam pertaniannya hanya dibantu oleh anggota keluarga maka hasilnya
pun tidak terlalu besar. Berbeda dengan petani farmer yang mempunyai modal besar dan bisa
3
membayar tenaga kerja atau buruh untuk bekerja di lahannya sehingga hasilnya pun juga
sangat besar terutama dalam hal pendapatan karena usaha farmer bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga saja melainkan untuk bisnis.
Pasar merupakan tempat pertukaran dimana petani menjual produk pertaniannya
sekaligus tempat untuk membeli barang kebutuhan keluarganya. Pasar juga memberikan
kesempatan kepada petani untuk memperoleh pendapatan dan membelanjakan pendapatannya
tersebut. Akan tetapi, pasar tidak terlalu “ramah” terhadap petani karena selalu
“mempermainkan” harga jual produk pertanian yang telah mereka hasilkan sehingga
pendapatan yang mereka peroleh pun tidak pernah menentu tergantung pada “keramahan”
pasar tersebut (Ellis, 2003:3). Distribusi produk pertanian dari Desa Pandan Sari juga tidak
lepas dari adanya pasar karena tanaman yang dibudi dayakan merupakan tanaman komersil
yang tidak bisa dikonsumsi sebagai makanan pokok sehingga harus menjualnya terlebih
dahulu dan uang hasil penjualannya kemudian dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Ternyata terjadi realitas antara pasar dan petani yang mana pendapatan petani di
Desa Pandan Sari tidak pernah menentu karena harga produk pertaniannya yang tergantung
dengan harga pasar. Hal ini terutama dipengaruhi oleh stok produk pertanian di pasar jika
banyak maka harganya akan murah sedangkan jika stoknya sedikit maka harganya akan
mahal. Disinilah realitas “keramahan” pasar kepada petani kecil atau peasant yang tidak
pernah ada/nyata.
Penjualan hasil pertanian di Dusun Krajan Desa Pandan Sari tidak terlepas dari
adanya tengkulak yang membeli hasil panen mereka dan kemudian dibawa ke pasar. Secara
tidak langsung harganya juga diatur oleh tengkulak tersebut sesuai harga pasar namun
kadang-kadang juga dibawah harga pasar karena tengkulak tersebut juga mencari
keuntungan. Sehingga kadang-kadang harga yang dipakai adalah harga tengkulak itu dan itu
menjadi acuan petani-petani di Dusun Krajan Desa Pandan Sari. Pasar ternyata masih belum
4
“ramah” terhadap petani-petani kecil atau peasant yang berada di Dusun Krajan Desa Pandan
Sari karena pasar masih sering mempermainkan harga komoditas-komoditas pertanian yang
dihasilkan oleh petani-petani kecil di Dusun Krajan Desa Pandan Sari.
Secara keseluruhan kerugian yang dialami petani di Dusun Krajan Desa Pandan Sari
tidak secara langsung mengancam kebutuhan konsumsi keluarganya akan tetapi lambat laun
hal itu juga akan menjadi ancaman yang serius. Hal ini disebabkan pendapatan mereka yang
sepenuhnya berada dibawah kuasa pasar sehingga menjadi tidak menentu. Kerugian pertama
mungkin masih bisa diatasi oleh petani akan tetapi ketika mereka mengalami kerugian terusmenerus dari hasil pertaniannya maka hal itu akan mengancam kebutuhan konsumsi keluarga
mereka karena mereka tidak mendapatkan apa-apa dari hasil pertanian mereka. Kerugian
pertama masih bisa diatasi dengan cara mengurangi modal mereka untuk bertani kemudian
dialihkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarganya dan ketika mereka mengalami
kerugian kembali maka modal dan kebutuhan keluarganya sama-sama terancam sehingga
ketika melakukan tindakan terutama menyangkut produksi dan konsumsi mereka akan
mengutamakan keamanan konsumsi keluarganya.
Di Dusun Krajan Desa Pandan Sari juga banyak terjadi penyewaan lahan yang
dilakukan oleh masyarakat. Penyewaan ini merupakan hal yang biasa dilakukan oleh petani
di Desa Pandan Sari tentunya dengan alasan dan tujuan tertentu kenapa lahan tersebut
disewakan. Penyewa dari luar desa juga lumayan banyak yang terkenal adalah Haji Bambang
dan Haji Nasuha. Kedua orang ini telah banyak menyewa lahan di Dusun Krajan Desa
Pandan Sari. Perbedaan diantara keduanya adalah kalau Haji Bambang hanya mau menyewa
lahan minimal 1 hektar sedangkan Haji Nasuha tidak ada batas minimal luas lahan meskipun
¼ hektar tetap beliau sewa. Adanya penyewa dari luar desa ini secara tidak langsung juga
mempengaruhi petani di Desa Pandan Sari untuk menyewakan lahannya.
5
Penyewaan lahan juga berpengaruh terhadap luas lahan secara keseluruhan di Dusun
Krajan Desa Pandan Sari secara tidak langsung membuat lahan pertanian yang dimiliki oleh
masyarakatnya menjadi sempit. Meskipun hal ini hanya terjadi beberapa tahun saja karena
dalam penyewaan ada kesepakatan tentang lamanya penyewaan akan tetapi imbasnya
semakin sempit lahan pertanian maka semakin sedikit produk pertanian yang dihasilkan oleh
petani Desa Pandan Sari khususnya Dusun Krajan. Sesuai dengan pernyataan dari Clifford
Geertz tentang involusi pertanian yang mana produksi pertanian mengalami penurunan
karena disebabkan semakin sempitnya lahan pertanian sehingga pendapatan yang dihasilkan
dari lahan yang sempit itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarganya
saja (Geertz dalam Scott, 1981:20).
Tindakan seseorang tentunya mempunyai alasan tertentu. Begitu juga dengan
penyewaan lahan oleh petani di Dusun Krajan Desa Pandan Sari tentunya dengan beberapa
alasan mengapa mereka menyewakan lahannya serta beberapa hal yang mendorong mereka
menyewakan lahannya. Coleman dengan teori pilihan rasionalnya menjelaskan bahwa
seseorang melakukan tindakan dengan memanfaatkan suatu barang atau sumber daya untuk
memenuhi tujuannya. Dalam teori pilihan rasional ada 2 unsur penting yaitu aktor dan
sumber daya. Aktor yang dimaksud disini adalah petani sedangkan sumber daya adalah lahan
pertanian yang mereka miliki (Ritzer dan Goodman, 2008:394). Jadi, bagaimana petani
tersebut memanfaatkan lahannya untuk mencapai tujuannya. Hal inilah yang menarik minat
peneliti untuk meneliti secara lebih mendalam tentang penyewaan lahan di Dusun Krajan
Desa Pandan Sari terutama tentang proses terbentuknya pilihan rasional dalam penyewaan
lahan pertanian karena suatu tindakan itu tidak akan terjadi begitu saja melainkan ada faktorfaktor pendorong atau latar belakang dalam melakukan suatu tindakan berupa penyewaan
lahan ini. Sehingga peneliti sangat tertarik untuk menganalisis penyewaan lahan tersebut.
6
Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut rumusan masalah yang bisa diangkat adalah
Bagaimana proses terbentuknya pilihan rasional petani di Dusun Krajan Desa Pandan Sari
dalam penyewaan lahan pertanian dan Bagaimana modal sosial terbentuk pasca pilihan
rasional petani dalam penyewaan lahan?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan proses
terbentuknya pilihan rasional masyarakat petani Desa Pandan Sari dalam menyewakan
lahannya serta motif atau faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong bagi petani tersebut
untuk menyewakan lahan yang dia miliki. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
tujuan apa yang ingin dicapai oleh petani dengan menyewakan lahan pertanian yang dia
miliki.
Metode penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang meneliti sebuah
permasalahan dari seorang informan sebagai subyek penelitian dalam lingkungan hidupnya
sehari-hari (Idrus, 2009:23). Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah adalah studi
kasus yaitu strategi di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program,
peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan
aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Creswell,
2010:20). Teknik pengumpulan data melalui 1. Observasi 2. Wawancara dan 3. Dokumentasi.
Teknik analisa data memakai penjodohan pola. Logika analisis penjodohan pola ini
didasarkan atas data empirik dengan pola yang telah diprediksi sebelumnya yang tentunya
dengan berbagai alternatif prediksi yang telah disediakan oleh peneliti. Jika kedua pola ini
ada persamaan, maka hasilnya dapat memperkuat validitas internal studi kasus yang
bersangkutan. Keabsahan data dianalisis melalui triangulasi sumber yaitu dengan cara
membandingkan hasil observasi dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara
antar informan baik yang dikatakan secara umum maupun pribadi (Bungin, 2010:256-257).
7
Pilihan Rasional James Coleman
Menurut Coleman yang mengembangkan teori pilihan rasional yang mana individu
tersebut membuat sebuah tindakan atau pilihan untuk memenuhi sebuah tujuan yang ingin dia
capai. Tujuan tersebut bisa tercapai dengan menggunakan sumber daya yang dia miliki dan
memaksimalkan kegunaan dari sumber daya tersebut. rasionalitas sendiri menurut Coleman
antara individu yang satu dengan individu yang lain itu tidak sama karena dipengaruhi oleh
cara memandang suatu permasalahan yang berbeda. Rasional menurut seseorang dan tidak
rasional menurut orang lain. Semua itu seharusnya dikembalikan kepada pelaku tersebut
jangan mengukurnya dari sudut pandang orang lain (Coleman, 2011:21).
Coleman juga menyebutkan dua elemen dalam teori pilihan rasionalnya yaitu pelaku
dan benda/sumber daya yang mana hubungan keduanya adalah kuasa dan kepentingan
(Coleman, 2011:37-38). Misalnya, petani memiliki sebuah lahan pertanian sebagai sumber
daya yang dia miliki dan dia menjalankan kuasa atas kepemilikan terhadap lahan tersebut
untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi, terkadang pelaku tersebut tidak sepenuhnya
menguasai kegiatan yang dapat memenuhi kepentingannya yang lain dan menyadari kalau
sebagian atau sepenuhnya sumber daya yang dia inginan berada pada kuasa pelaku lain dan
dia harus melakukan transaksi pertukaran sumber daya untuk memenuhi kepentingannya
tersebut yaitu dengan menyewakan lahan pertaniannya dan dia mendapatkan uang dari orang
yang menyewa lahannya tersebut dan nantinya uang tersebut akan dia gunakan untuk
memenuhi kepentingannya.
8
Proses Terbentuknya Pilihan Rasional Petani Terkait Penyewaan Lahan
Teori Pilihan Rasional Coleman menekankan bahwa seorang individu melakukan
sebuah tindakan yang mana tindakan tersebut akan memanfaatkan sumber daya yang dia
miliki untuk mencapai sebuah tujuan. Artinya, tindakan seseorang itu merupakan tindakan
purposif atau bertujuan. Ada 2 hal penting dalam teori pilihan rasional Coleman yang
pertama adalah aktor dan yang kedua adalah sumber daya. Sumber daya yang dimaksud
adalah suatu barang atau benda yang akan digunakan oleh aktor tersebut untuk mendukung
tindakannya dalam mencapai sebuah tujuan. Biasanya, sumber daya ini kadang-kadang belum
dimanfaatkan secara penuh oleh pemiliknya. Namun, tindakan rasional seseorang kadang
dipandang tidak rasional menurut orang lain. Tindakan rasional seseorang tidak bisa diukur
dari sudut pandang orang lain tapi dari sudut pandang orang yang melakukan tindakan
tersebut (Coleman, 2011:17-18). Dalam kasus ini sumber daya tersebut berupa lahan
pertanian yang mana petani memiliki kuasa dan kepentingan terhadap lahan tersebut. Kuasa
dalam kasus penyewaan lahan ini berupa pendayagunaan lahan tersebut untuk memenuhi
kepentingan dari petani sebagai pemiliknya (Coleman, 2011:36-37). Kepentingan maksudnya
adalah tujuan yang ingin dicapai oleh petani tersebut dengan menyewakan lahannya.
Dusun Krajan Desa Pandan Sari yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian
sebagai petani masing-masing memiliki lahan pertanian yang biasa mereka tanami dengan
sayur-mayur seperti tomat dan cabe. Kedua tanaman tersebut sangat familiar dan rata-rata
semua petani menanamnya. Memang masih ada kubis, brokoli, kopi, tebu, jagung, kayukayuan seperti sengon dan garum tapi hanya sedikit orang yang menanamnya. Petani
tentunya memiliki pertimbangan-pertimbangan tanaman apa yang akan dia tanam pada
musim tanam yang berikutnya. Hal ini sangat vital karena penghasilan petani dari produk
pertanian yang mereka tanam tidak pernah bisa diprediksi. Ditambah lagi dengan ladang
tadah hujan yang mereka kelola menambah sulit hidup mereka karena tidak bisa menanam
9
tanaman pokok berupa padi yang menjadi makanan pokok bukan hanya warga Dusun Krajan
Desa Pandan Sari saja tapi juga warga Indonesia.
Dulu Desa Pandan Sari memang terkenal dengan buah apelnya. Sebagian besar
petani pernah mengalami masa kejayaan bersama buah yang banyak mengandung antioksidan
tersebut sampai tahun 1998 ketika krisis ekonomi menghantam Indonesia yang juga
berdampak terhadap harga pestisida dan pupuk untuk merawat tanaman apel sehingga
menyebabkan petani mengalami kerugian karena biaya perawatan tidak sebanding dengan
pendapatan mereka dari penjualan buah apel. Lambat laun tanaman apel mereka mati karena
tidak terawat dan mereka beralih menanam sayur-mayur.
Meskipun masih ada yang menanam apel itu tidak sebanyak dulu. Dari segi
penghasilan memang tidak bisa menandingi apel tapi setidaknya mereka tetap bertani karena
memang petani adalah mata pencaharian mereka dari dulu sampai sekarang. Selain menjadi
petani banyak warga Dusun Krajan Desa Pandan Sari yang memiliki pekerjaan lain seperti
peternak, pedagang, buruh tani, guru, sopir dan lain sebagainya. Hal itu mereka lakukan
untuk menambah pendapatan keluarga, karena menurut petani di Dusun Krajan Desa Pandan
Sari kalau hanya bergantung pada hasil pertanian saja maka kebutuhan sehari-hari
keluarganya tidak akan terpenuhi sehingga dengan memiliki pekerjaan diluar petani
pendapatannya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Hal ini
disebabkan harga jual produk pertanian seperti tomat dan cabe kriting yang tidak pernah
stabil dipasaran, sehingga pendapatan mereka dari sektor pertanian tidak pernah menentu.
Pekerjaan mereka di luar tani membuat mereka tidak bisa fokus sepenuhnya
menggarap lahan pertanian mereka sehingga mereka juga dibantu oleh istri mereka dalam
mengelola pertanian keluarga. Untuk memudahkan pekerjaan mereka dalam bertani mereka
menanam tebu atau jagung karena tanaman tersebut tidak membutuhkan perawatan yang
intens seperti sayur-mayur. Selain itu, lahan mereka yang lain juga tidak tergarap karena
10
mereka sibuk dalam pekerjaannya. Seperti Pak Nuril Huda yang sibuk mengajar di MI Al
Hidayah Desa Pandan Sari, Pak Kasyono yang sibuk menjadi sopir mengirim barang bahkan
sampai ke luar pulau dan Pak Muslimin yang bekerja di perusahaan distributor PT. Panah
Mas Karang Lo semuanya sibuk pada pekerjaan mereka sekarang dan tidak sempat untuk
mengelola pertaniannya. Hal ini mereka lakukan karena pendapatan mereka dari pekerjaan
mereka tersebut lebih terjamin dan bisa memenuhi kebutuhan keluarga mereka jadi tani
hanya menjadi pekerjaan sampingan bagi mereka. Makanya, mereka hanya menanam tebu
dan jagung dalam pertaniannya.
Pekerjaan sampingan sebagai alternatif pilihan rasional petani di Dusun Krajan Desa
Pandan Sari bertujuan untuk mendapatkan penghasilan dari sektor lain. Petani di Dusun
Krajan Desa Pandan Sari beranggapan bahwa kalau hanya bersandar pada hasil dari pertanian
maka kebutuhan keluarganya tidak akan pernah terpenuhi. Penyebabnya adalah harga jual
produk-produk pertanian yang dihasilkan oleh petani di Dusun Krajan Desa Pandan Sari tidak
pernah menentu. Harga tersebut ditentukan oleh stok produk yang tersedia di pasar. Tanaman
yang selama ini dibudidayakan seperti tomat dan cabe kriting harganya sangat murah bahkan
ketika peneliti masih di lapangan harganya berkisar antara Rp 200 – Rp 700 per kg. Melihat
keadaan seperti itu maka petani harus mempunyai pekerjaan lain untuk mendapatkan
penghasilan yang bisa menjamin pemenuhan akan kebutuhan konsumsi keluarganya. Jadi,
pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh petani-petani di Dusun Krajan Desa Pandan Sari
merupakan alternatif pilihan rasional untuk mendapatkan penghasilan dan memenuhi
kebutuhan keluarganya.
Alasan mereka menyewakan lahan tersebut kalau dianalisis menurut pilihan rasional
Coleman jika dilihat dari tujuan mereka itu merupakan sebuah tindakan rasional meskipun
mereka sudah melepas sumber daya yang selama ini menunjang perekonomian keluarga
mereka. Tapi, tidak semua lahan yang mereka sewakan hanya sebagian kecil saja dan sisa
11
lahannya masih mereka garap sendiri, disamping itu mereka juga mempunyai pekerjaan
selain petani yang bisa menjamin kebutuhan pokok keluarga mereka sehari-harinya. Jadi,
sebenarnya Pak Kasyono, Pak Nuril Huda dan Pak Muslimin mempunyai lahan yang tidak
tergarap karena kesibukan mereka masing-masing, mereka mulai berpikir bahwa lahan yang
mereka miliki tidak akan produktif jika tidak digarap akan tetapi mau menggarapnya mereka
tidak ada waktu akhirnya mereka memilih menyewakan lahannya kepada orang lain dan uang
hasil penyewaan tersebut bisa mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti
Pak Muslimin yang butuh sepeda motor untuk anaknya sekolah. Dari ketiga orang yang
disebutkan tadi semuanya mempunyai kepentingan atau tujuan dibalik penyewaan lahannya
yaitu untuk memanfaatkan lahan yang sebelumnya belum dimanfaatkan secara penuh karena
daripada lahan tersebut terlantar tidak ada yang menggarapnya maka mereka memilih untuk
menyewakannya.
Petani sebagai aktor dan lahan sebagai sumber daya yang mana petani memiliki kuasa
dan kepentingan. Jadi, hubungan diantara keduanya adalah kuasa dan kepentingan (Coleman,
2011:37). Sumber daya yang dimiliki oleh seorang petani memiliki daya tarik sendiri bagi
orang lain untuk memiliknya. Dalam hal ini akan terjadi transaksi sewa-menyewa lahan
karena petani membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sedangkan pihak
penyewa ingin memiliki lahan tersebut meskipun tidak secara permanen. Transaksi ini terjadi
karena setiap aktor tidak bisa memiliki semua sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya.
Adakalanya sumber daya tersebut dimiliki oleh orang lain dan dia harus melakukan transaksi
dengan cara menawarkan sumber daya yang tidak dimiliki oleh aktor lain yang diajak
bertransaksi sebagai alat tukar sehingga kepentingan keduanya bisa dipenuhi. Seperti petani
pemilik lahan yang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan pihak
penyewa yang membutuhkan lahan keduanya kemudian melakukan transaksi sewa-menyewa
12
lahan. hal inilah yang disebut merealisasikan semua kepentingan dengan sumber daya yang
dimiliki olah masing-masing aktor lewat transaksi pertukaran sumber daya tersebut.
Meskipun masih mempunyai lahan pertanian mereka kadang juga menjadi buruh tani
harian seperti yang dilakukan Pak Iksan dan Pak Munawar. Karena kalau hanya tani menurut
mereka kebutuhan sehari-harinya tidak akan terpenuhi. Tentunya kalau ditelisik dari tindakan
rasional hal itu sangat jauh melenceng karena mereka punya lahan pertanian yang seharusnya
mereka kerjakan yang nantinya hasilnya bisa mereka nikmati untuk memenuhi kebutuhan
keluarga mereka. Akan tetapi, rasionalitas seseorang tidak bisa dilihat dari sudut pandang
orang lain melainkan dari sudut pandang orang yang melakukan tindakan tersebut terutama
faktor pendorongnya. Karena rasionalitas seseorang harus dinilai seobyektif mungkin dari
sudut pandang pelaku bukan orang lain. Inilah yang harus dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan
sosial yang seharusnya melihat kehidupan masyarakat yang terdiri atas individu-individu
kemudian individu-individu tersebut melakukan tindakan yang dianggap tidak rasional oleh
individu yang lain, padahal tindakan tersebut sangat rasional jika dilihat dari sudut pandang
pelaku. Maka, sebagai ilmuwan-ilmuwan sosial seharusnya memandang tindakan rasional
tersebut dari sudut pandang pelaku yang melakukan tindakan (Coleman, 2011:21). Jadi,
tindakan Pak Iksan dan Pak Munawar bisa dikatakan tindakan rasional karena mereka bekerja
menjadi buruh tani harian sedangkan mereka juga memiliki lahan juga yang sedang mereka
garap tapi mereka berpendapat kalau hanya mengandalkan dari tani saja sehari-harinya nanti
mereka dapat uang dari mana untuk konsumsi keluarga. Jika mereka jadi buruh tani harian
setidaknya mereka mendapatkan upah dari pekerjaanya tersebut. Tujuan mereka adalah
mendapatkan uang untuk kebutuhan konsumsi keluarganya sehari-hari. Inilah alasan dan latar
belakang mereka melakukan keputusan atau tindakan berupa penyewaan lahan. Mungkin
bagi orang lain itu bukan tindakan rasional tapi tindakan rasional dalam konteks penelitian ini
13
adalah tindakan yang mempunyai sebuah tujuan dari individu yang melakukan tindakan
tersebut.
Tindakan rasional dalam kasus ini terletak pada pengambilan keputusan oleh
informan yang menyewakan lahannya karena tidak tergarap, modalnya yang menyisih dari
modal untuk menggarap lahan yang lain, untuk memenuhi kebutuhan yang penting misal
pendidikan dan kesehatan. Petani-petani tersebut telah melihat bahwa lahan mereka tidak
tergarap dan daripada hal itu terjadi terus-menerus akhirnya mereka sewakan saja karena
dengan disewakan mereka bisa mendapatkan uang dan lahan mereka yang tidak tergarap tadi
bisa digarap oleh orang lain. Mereka telah memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki
untuk memenuhi tujuan mereka dan sebelumnya sumber daya tersebut belum dimanfaatkan
secara keseluruhan. Pak Madini yang memilih menyewakan lahannya karena dia berpikir
kalau semua lahan ditanami yang ada malah rugi karena harga sayur seperti tomat dan cabe
yang beliau tanam harganya tidak menentu di pasaran. Jadi, beliau berpikir dengan
menyewakan lahan tersebut berarti sudah menyelamatkan modal sekaligus perekonomian
keluarganya dari kerugian yang lebih besar. Jadi, sebelum Pak Madini menyewakan lahannya
beliau terlebih dahulu mengeliminasi beberapa pilihan yang ada kemudian mengambil satu
pilihan tadi untuk dijadikan sebuah tindakan yaitu menyewakan lahannya. Karena tidak
mungkin seseorang itu melakukan sebuah tindakan tanpa adanya alasan yang membuat
seseorang tersebut melakukannya.
Tindakan rasional petani juga didukung oleh keadaan pertanian yang tidak bisa
menjamin kehidupan petani Desa Pandan Sari. Berangkat dari kasus inilah mereka mencari
pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Penyewaan lahan di Desa Pandan
Sari juga dilatar belakangi oleh kebutuhan untuk memenuhi biaya pendidikan seperti yang
dilakukan oleh Pak Ustadzul dan Pak Muslimin. Mereka menyewakan lahannya sebagai
biaya untuk anaknya yang akan melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi.
14
Meskipun sudah mendapatkan pendidikan yang lumayan tinggi Pak Muslimin tetap berpesan
kepada anaknya untuk tidak melupakan tani karena dari tani lah kebutuhan mereka selama ini
bisa terpenuhi. Ini merupakan pesan moral dari Pak Muslimin kepada anaknya jika suatu saat
nanti anak-anaknya mendapatkan pekerjaan di luar pertanian untuk tidak melupakan tani.
Secara tersirat dalam pesan tersebut bahwa suatu saat nanti Pak Muslimin sebagai orang tua
akan mewariskan lahan pertaniannya kepada anak-anaknya Sehingga wewenang untuk
menggarap lahannya suatu saat nanti akan beralih kepada anak-anak Pak Muslimin.
Banyak sekali lahan yang disewa oleh orang luar karena petani memerlukan banyak
pertimbangan untuk mengeluarkan modal terutama untuk menanam sayur yang
membutuhkan modal cukup besar jika dibandingkan dengan tebu dan jagung. Pertimbangan
disini dalam hal kerugian yang akan mereka dapatkan karena harga produk pertanian yang
tidak pernah stabil. Jika, harga jualnya sudah anjlok modal yang mereka keluarkan tidak akan
kembali sehingga untuk bertani kembali pada musim berikutnya mereka sudah tidak punya
modal lagi dan harus meminjam atau menyewakan lahannya seperti yang dilakukan Bu
Masrukah. Bu Masrukah selain untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari penyewaan lahan
yang beliau lakukan juga sebagai modal untuk menanam sayur yang musim sebelumnya
sudah gagal. Mereka juga lebih senang bekerja sebagai buruh tani harian sedangkan lahan
miliknya sebagian disewakan dan sebagian lagi dibagi hasil dengan tetangga atau temannya
seperti yang dilakukan oleh Pak Iksan. Pak Iksan juga masih punya lahan sedikit yang beliau
garap sendiri dengan ditanami jagung untuk konsumsi keluarganya sendiri.
Terbentuknya Modal Sosial Pasca Pilihan Rasional Petani
Norma yang Terbentuk
Norma adalah hak untuk melakukan tindakan. Jadi, individu memiliki norma untuk
melakukan suatu tindakan. Untuk membatasi tindakan ini maka masyarakat membuat norma
sosial atau peraturan yang mana norma sosial ini sebagai pedoman masyarakat untuk
15
melakukan tindakan yang mana yang benar dan yang mana yang salah (Coleman, 2011:333335). Penyewaan lahan yang dilakukan petani di Dusun Krajan Desa Pandan Sari merupakan
hak pemiliknya. Dalam masalah sewa-menyewa ini tentu ada peraturan dalam masyarakat
Dusun Krajan Desa Pandan Sari yaitu surat perjanjian sewa-menyewa yang bertujuan
mencegah kedua belah pihak (pemilik dan penyewa) melakukan kecurangan seperti meminta
kembali lahannya sebelum masa sewanya selesai, menambah masa sewa tanpa kompensasi
kepada pemilik dan lain sebagainya. Didalam surat perjanjian terdapat nama pemilik dan
penyewa, luas lahan, harga dan masa sewa sehingga sudah jelas bahwa pemilik telah
memberikan wewenang kepada penyewa untuk menggarap lahan yang telah disewakannya
dengan waktu yang telah disepakati bersama.
Kepercayaan
Kepercayaan adalah penilaian terhadap seseorang. Seseorang diberi sebuah
kepercayaan bukan tanpa alasan karena memang dia bisa menjaga kepercayaan yang
diberikan kepadanya. Dalam kepercayaan ada 2 unsur penting yaitu trustor (yang
mempercayai) dan trustee (yang dipercayai). Kedua belah pihak ini memiliki tujuan masingmasing (Coleman, 2011:130). Dalam sewa-menyewa lahan trustor adalah pemilik dan trustee
adalah penyewa atau perantara dalam sewa-menyewa lahan dan mereka punya tujuan
masing-masing. Di Dusun Krajan Desa Pandan Sari peraturan seperti surat perjanjian jarang
mereka patuhi karena di Dusun Krajan Desa Pandan Sari penyewaan lahan lebih banyak
dilakukan dengan perjanjian lisan saja. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan antar
individu di Dusun Krajan Desa Pandan Sari sangatlah besar. Akan tetapi, bukan berarti surat
perjanjian tidak berguna di Desa Pandan Sari. Surat perjanjian juga merupakan simbol
kepercayaan bagi pemilik dan penyewa sehingga penyewa-penyewa dari luar desa selalu
memakai surat perjanjian disetiap transaksi penyewaan lahan di Dusun Krajan Desa Pandan
Sari.
16
Modal Sosial
Modal sosial adalah relasi yang terbangun antar individu dalam masyarakat. Modal
sosial itu tidak mempunyai wujud, karena diwujudkan dalam relasi diantara orang-orang
dalam rangka untuk memudahkan tindakan mereka (Coleman, 2011:420). Modal sosial bisa
muncul ketika norma dan kepercayaan antara individu dalam masyarakat selalu ditaati atau
tidak pernah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh orang lain. Dengan kata
lain, modal sosial merupakan realisasi dari norma-norma dan kepercayaan dalam masyarakat
(Coleman, 2011:415). Penyewaan lahan merupakan kesepakatan yang diambil oleh pihak
pemilik dan penyewa yang tentunya berlandaskan norma dan kepercayaan. Norma disini
adalah hak melakukan penyewaan lahan, sedangkan kepercayaan berupa surat perjanjian atau
hanya perjanjian lisan saja. Surat perjanjian merupakan simbol kepercayaan antara pihak
pemilik dan penyewa. Tanpa adanya norma dan kepercayaan maka modal sosial juga tidak
akan pernah ada dalam masyarakat. Penyewaan lahan merupakan kerja sama antara pemilik
dan penyewa atau dalam bahasanya Coleman adalah contjoint. Dalam kerja sama tentunya
dibutuhkan norma untuk mengatur tindakan individunya dan kepercayaan antar individunya
jika kedua hal tersebut tidak ada maka tidak akan ada kerja sama atau diskjoint dalam
bahasanya Coleman. Modal Sosial ada untuk mempermudah tindakan masyarakat dalam
merealisasikan kepentingan atau tujuannya. Jadi, penyewaan lahan di Dusun Krajan Desa
Pandan Sari mudah dilakukan karena norma dan kepercayaan yang selalu dijaga oleh
masyarakat kemudian membentuk modal sosial untuk mempermudah tindakan penyewaan
lahan di Dusun Krajan Desa Pandan Sari (Coleman, 420-422).
17
Kesimpulan
Proses terbentuknya pilihan rasional dalam konteks ini yaitu ketika seorang petani
menyewakan lahannya untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya seperti biaya
pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Lahan merupakan sumber daya yang dimiliki
oleh petani yang mana petani memiliki kuasa dan kepentingan. Kuasa disini maksudnya
petani pemilik lahan berhak untuk menggarap, menyewakan, atau bahkan menjual lahan
tersebut untuk memenuhi kepentingan atau tujuannya. Ketika berbicara kepentingan, maka
tidak semua sumber daya yang dimiliki petani bisa memenuhi kepentingannya. Masih ada
beberapa sumber daya yang tidak dimiliki oleh petani dan dimiliki oleh orang lain sehingga
untuk memilikinya diperlukan adanya pertukaran (transaksi) untuk memenuhi kepentingan
dari masing-masing individu. Penyewaan lahan dilakukan karena petani sebagai pemilik
lahan membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sedangkan pihak
penyewa membutuhkan lahan untuk memperluas lahan pertaniannya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana
Coleman, James. 2011 Dasar-Dasar Teori Sosial Bandung : Nusa Media
Creswell, W. John. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan Mixed
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ellis, Frank. 2003. Peasant Economics. Terjemahan Adi Sutanto, dkk. Malang: UMM Press
Hayami dan Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa. Jakarta : Yayasan Obor
Hefner, R. W. (1999). Geger Tengger Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik.
Yogyakarta: LKis
18
Hanani, Nuhfil. AR, dkk. (2003). Strategi Pembangunan Pertanian . Yogyakarta: Pustaka
Jogja Mandiri
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Moleong, J. Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Ritzer, George dan Barry Smart. 2012. Handbook Teori Sosial. Bandung : Nusa Media
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2008 Teori Sosiologi Modern Jakarata : Kencana
Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana
Scoot C James. 1981. Dilema Ekonomi Petani. Jakarta : LP3ES
Soetomo, Greg. 1997. Kekalahan Manusia Petani. Yogyakarta : Kanisius
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2010. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan Jakarta : Kencana
Wolf R. Eric. 1985. Petani Suatu Tinjauan Antropologi. Jakarta : Rajawali
Yin, K. Robert. 2008. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta : Grafindo Persada
SKRIPSI
Muharimeka, Dwi Nur. 2011. Sripsi. Analisis Modal Sosial Terhadap Pendapatan Petani
Apel di Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Malang:
Universitas Brawijaya
Ristanto, Nur Muhammad. 2008 Skripsi. Analisis Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani
Dalam Aspek Produksi dan Konsumsi (Studi Kasus di Desa Curahtatal Kecamatan
Arjasa Kabupaten Situbondo). Malang: Universitas Brawijaya
R. Fitria, Dwi. 2013. Skripsi. Strategi Survival Petani Tambak di Tengah Bencana Industri
Lumpur Lapindo di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo. Malang: Universitas Brawijaya
19
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae
Photo
Data Pribadi
Nama Lengkap
:
Eko Hariyanto
Alamat Asal
:
Desa Sumber Suko RT/RW: 01 No. 29
Kode Post
:
67271
Nomor Telepon
:
085258500080
Email
:
[email protected]
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Tanggal Kelahiran
:
Probolinggo, 03 Juni 1990
Warga Negara
:
Indonesia
Agama
:
Islam
20
Riwayat Pendidikan
Periode
Sekolah/Universitas
Jurusan
Jenjang
2009
-
2014
Universitas Brawijaya
Sosiologi
S1
2006
-
2009
SMAN 1 Dringu
IPS
SMA
2003
-
2006
SMPN 1 Tegal Siwalan
-
SMP
1997
-
2003
SDN 1 Sumber Suko
-
SD
Riwayat Pengalaman Organisasi
Periode
Organisasi
2010
-
2011
HIMASIGI
2011
-
2012
HIMASIGI
Jabatan
Staf Divisi
Eksternal
Kadiv Eksternal
Biro
2012
-
2013
PMII Komisariat Universitas
Brawijaya
Pendayagunaan
Aparatur dan
Potensi
Organisasi
Badan Fungsional
2013
-
sekarang
PMII Cabang Malang
dan Pengabdian
Masyarakat
Pengalaman Kepanitian
Kepanitiaan
Studi Ekskursi HIMASIGI ke
Posisi
Tahun
Ketua Pelaksana
2011
Anggota Pengawas
2012
Bali
Panitia Pengawas Pemilwa
Fisip
21
Riwayat Pengalaman Kerja Lapang
Tahun
Lembaga
Posisi
2013
Averroes Community
Enumerator
Lokasi
Kota Probolinggo,
Jawa Timur
Kecakapan Berbahasa
Kemampuan
No.
Bahasa
1.
Indonesia
2.
Inggris
3.
Jawa
Membaca
Menulis
Berbicara
√
√
√
√
√
√
√
x
√
Mendenga
r
√
√
√
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Malang, 14 September 2014
Eko Hariyanto
22
Download