BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Asesmen Perkembangan di seputar penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (PP No.19, Th. 2005:3). Kurikulum yang berbasis kompetensi sebagaimana yang dipergunakan di dunia pendidikan di Indonesia yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) komponen penilaian menempati posisi penting. Ada tiga fokus utama dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu penentuan kompetensi, pengembangan silabus, dan pengembangan penilaian. Komponen penilaian diyakini memberikan dampak nyata bagi keberhasilan pembelajaran kompetensi kepada siswa, maka penilaian kini ditempatkan pada posisi yang penting dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Bentuk dan cara penilaian dalam banyak hal memberikan pengaruh penting bagi proses pembelajaran, bagaimana guru harus membelajarkan dan bagaimana siswa harus belajar, dan karenanya menentukan capaian kompetensi. Ada banyak definisi penilaian yang dikemukakan orang, walau berbeda rumusan, pada umumnya menunjuk pada pengertian yang hampir sama. Penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (PP No.19 Th 2005:3). Penilaian secara umum dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengetahui/mendapatkan informasi tentang keadaan, perkembangan, kemajuan dan/atau hasil belajar siswa, dalam bentuk 5 6 apapun yang dapat dipergunakan untuk mengambil keputusan (A. Kosasih, 2010: 39). Penilaian pendidikan adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kompetensi yang harus dicapai peserta didik untuk tingkat satuan pendidikan (BNSP, 2007: 3). Asesmen adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar siswa sebagai hasil dari suatu program instruksional. Jadi, asesmen bukan hanya menilai siswa melainkan sangat fungsional untuk menilai sistem pengajaran itu sendiri (Oemar Hamalik, 2010: 146). Kegiatan penilaian dalam pembelajaran utamanya dilakukan dalam rangka mengambil keputusan tentang penampilan siswa setelah belajar dan ketepatan srategi pembelajaran yang digunakan (Sri Wardhani, 2004: 1). Oleh karena itu tujuan penilaian dalam kegiatan pembelajaran pada intinya, antara lain adalah untuk umpan balik bagi siswa agar mengetahui kelemahan dan kelebihannya serta hasil usahanya, umpan balik bagi guru agar mengetahui tingkat efektifitas dari kegiatan pembelajaran yang dikelolanya, informasi bagi orang tua, sebagai pertanggungjawaban sekolah dalam mengelola keegiatannya, memberikan penghargaan dan motivasi kepada siswa agar meningkat usaha belajarnya. 7 2.1.2. Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Belajar Istilah asesmen (penilaian) proses dan hasil belajar merupakan suatu kegiatan guru selama rentang pembelajaran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi peserta didik yang memiliki karakteristik individual yang unik (Depdiknas.2006). Data diperlukan sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Proses ini diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing. Rumusan tentang pengertian asesmen proses dan hasil belajar tersebut di atas, nampak jelas bahwa ada empat komponen penting dalam asesmen proses dan hasil belajar, yaitu: 1) pelacakan terhadap kompetensi siswa mencakup proses dan hasil belajar. Asesmen proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya (dilakukan pada awal, pertengahan atau akhir pertemuan). Hasil asesmen proses memberikan gambaran tentang kompetensi siswa (sementara) pada pertemuan tersebut. Hasil pemantauan kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi guru dalam menentukan langkah pembelajaran berikutnya. Apakah RPP yang telah direncanakan dapat dilanjutkan atau dilakukan penyesuaian, perbaikan atau bahkan menyusun RPP baru. Idealnya siklus asesmen proses ini dilakukan terus menerus pada setiap pertemuan dengan mengacu indikator yang telah ditetapkan. Pada akhirnya setelah terlaksana beberapa siklus asesmen pembelajaran diperoleh gambaran pencapaian kompetensi siswa pada satu kompetensi dasar yang mencakup semua indikator. Sedangkan asesmen hasil belajar dilakukan minimal setelah satu kompetensi dasar dipelajari. Bila cakupan kompetensinya cukup luas, asesmen hasil belajar 8 dapat dilakukan lebih dari satu kali, dan tidak perlu semua indikator diases. Cukup indikator-indikator esensial yang menjadi parameter pencapaian kompetensi dasarnya. Oleh karena basis asesmen proses dan hasil belajar adalah sejauhmana sebuah kompetensi telah dicapai oleh siswa, maka Mulyasa (2002:103) menyamakan terminologi asesmen proses dan hasil belajar ini sebagai Penilaian Berbasis Kompetensi/PBK (Competency Based Assesment); 2) kompetensi siswa sebagai tujuan pembelajaran hakikatnya adalah kesatuan utuh (holistik) pengetahuan, ketrampilan serta nilai-nilai dan sikap yang dapat ditampilkan siswa dalam berpikir dan bertindak (bandingkan dengan Mulyasa. 2002:37). Oleh karena itu asesmen harus mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor; 3) asesmen dilakukan selama rentang pembelajaran; maknanya bahwa asesmen merupakan satu kesatuan integral dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, bukan bagian yang terpisah dari pembelajaran; dan 4) pengambilan keputusan dalam asesmen didasarkan pada karakteristik siswa secara individual. Maknanya bahwa keputusan tentang tingkat pencapaian kompetensi siswa harus memperhatikan konstruk pengetahuan yang dibangun oleh masing-masing siswa secara individual, seturut dengan paradigma konstruktivisme. Oleh karena itu guru harus menggunakan berbagai data/informasi yang diperoleh dari berbagai teknik dan instrumen asesmen sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa, baik teknik tes maupun non tes. Individualisasi dalam pelayanan asesmen inilah yang menjadi acuan Poham (1995) dan Depdiknas (2006) yang menyatakan bahwa terminologi asesmen proses dan hasil belajar disepadankan dengan Penilaian Kelas (Classroom Assesment). 9 2.1.3. Tujuan Asesmen Proses dan Asesmen Hasil belajar Popham (1995:4-13) menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara lain untuk: 1) mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar, 2) memonitor kemajuan siswa, 3) menentukan jenjang kemampuan siswa, 4) menentukan efektivitas pembelajaran, dan 5) mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran. Sedangkan Balitbang Depdiknas (2006: 3) secara rinci menyatakan bahwa tujuan asesmen proses dan hasil belajar adalah: a) Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung. b) Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi. c) Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial. d) Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan. e) Untuk memberikan piliha alternatif penilaian kepada guru. f) Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan. 2.1.4. Prinsip Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Belajar Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani oleh guru dalam melakukan asesmen proses dan hasil belajar. Ada beberapa prinsip dasar asesmen pembelajaran yang harus dipedomani seperti berikut ini. a) Memandang asesmen dan kegiatan pembelajaran secara terpadu, sehingga penilaian berjalan bersama-sama dengan proses bermakna, terkait pembelajaran. b) Mengembangkan tugas-tugas asesmen langsung dengan kehidupan nyata. yang 10 c) Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat asesmen sebagai evaluasi diri siswa. d) Melakukan berbagai strategi asesmen di dalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik. e) Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik. f) Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik. g) Menggunakan teknik dan instrument asesmen yang bervariasi. Asesmen kelas dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamatan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran sehari-hari sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. h) Melakukan asesmen secara berkesinambungan terhadap semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk tes formatif dan sumatif. Disamping prinsip-prinsip seperti tersebut di atas, Balitbang Depdiknas (2006 : 4) dan Slameto (2005) menyatakan bahwa dalam asesmen proses dan hasil belajar, instrument asesmen harus memenuhi kriteria instrumen yang baik. Kriteria tersebut yakni: a. Sahih (valid) Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi”. Apabila yang diukur sikap, tetapi asesmen mengukur pengetahuan, maka asesmen tersebut tidak valid. Kesahihan asesmen biasanya diukur dalam prosentase atau dalam derajat tertentu dengan alat ukur tertentu. 11 b. Terandalkan (reliable) Pengertian reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang reliable, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan. Contoh, dalam menguji kompetensi siswa dalam melakukan eksperimen di laboratorium. Sepuluh peserta didik melakukan eksperimen dan masing-masing menulis laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf penguasaan 10 peserta didik itu dengan kompetensi eksperimen yang dituntut dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 peserta didik yang sama mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya ternyata sama. Jika alat asesmen yang sama dilakukan terhadap kelompok peserta didik yang sama beberapa kali dalam waktu yang berbeda-beda atau situasi yang berbeda-beda, memberikan hasil yang sama, maka asesmen dinyatakan terandalkan. c. Objektif Objektif dalam konteks penilaian adalah bahwa proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subjektif dari guru. Dalam implementasinya, penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami peserta didik, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor). Asesmen dikatakan objektif jika tidak mendapat pengaruh subjektif dari pihak penilai. 12 d. Terfokus pada kompetensi Seturut dengan hakikat kurikulum tingkat satuan pendidikan, maka asesmen proses dan hasil belajar harus terfokus pada pencapaian kompetensi, bukan hanya penguasaan materi pelajaran. e. Komprehensif Asesmen proses dan hasil belajar hendaknya menyeluruh, mengases semua ranah kompetensi siswa, baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Menggunakan beragam teknik dan instrumen asesmen, sehingga mampu menggambarkan profil kompetensi siswa secara utuh. f. Mendidik Asesmen dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi siswa. 2.1.5 Teknik Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Belajar Mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat dilakukan dengan teknik tes maupun non tes, baik untuk mengases proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara asesmen kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Asesmen suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Setidaknya ada beberapa ragam teknik yang dapat digunakan, yaitu : 1. Asesmen Proses a. Unjuk Kerja Penilaian unjuk kerja (Performance assessment atau performance-based assessment) merupakan jenis penilaian yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk 13 mendemonstrasikan pengetahuan, dan keterampilan yang mereka miliki dalam berbagai konteks. Seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik dalam diskusi; ketrampilan menari; ketrampilan memainkan alat musik; kemampuan berolah raga; ketrampilan menggunakan peralatan laboratorium; praktek sholat, bermain peran, bernyanyi, dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat. b. Penugasan Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan subjek secara jelas. Penugasan dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. c. Portofolio Portofolio didasarkan pada merupakan penilaian berkelanjutan kumpulan informasi yang yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilakukan, beberapa contoh tes yang telah selesai dilakukan, berbagai keterangan-keterangan yang diperoleh peserta didik, keselarasan antara pembelajaran dan tujuan spesifik yang telah dirumuskan, contoh-contoh hasil pekerjaannya 14 sehari-hari, evaluasi diri terhadap perkembangan pembelajaran dan hasil observasi guru. d. Penilaian Sikap. Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan caracara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut. Sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Asesmen sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi, daftar chek, skala sikap, buku harian, angket, ungkapan perasaan, catatan anekdot, dan lain lain. e. Asesmen Produk Asesmen produk merupakan ragam penilaian untuk menilai kemampuan siswa dalam membuat produk tertentu, seperti : teknologi tepat guna, karya seni, keramik, lukisan dan lain-lain. Asesmen produk dapat digunakan untuk menilai proses maupun hasil belajar siswa. Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu 15 tahap persiapan, tahap pembuatan produk dan tahap penilaian produk. f. Asesmen diri (self assessment) Asesmen diri adalah suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan utama asesmen diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses pembelajaran. Ada beberapa jenis asesmen diri, diantaranya adalah : a) penilaian langsung dan spesifik, yaitu penilaian langsung pada saat atau setelah siswa melakukan tugas tertentu, b) penilaian tidak langsung dan holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu yang panjang, misalnya satu semester untuk memberikan penilaian secara keseluruhan, dan c) penilaian sosia-afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau emosional. Misalnya siswa diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap obyek tertentu. g. Observasi Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi, misalnya dalam kelas, waktu bekerja dalam bengkel/laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi. Metode ini digunakan juga untuk memeriksa proses melalui analisis tugas tentang beroperasinya suatu kegiatan/pekerjaan tertentu maupun produk yang dihasilkannya. Penilaia atau guru dapat secara 16 langsung mengamati dan mencatat perilaku yang muncul, dan dapat juga menggunakan lembar observasi atau daftar ceklis mengenai aspek-aspek tugas atau pekerjaan tertentu yang akan diamati. Berdasarkan uraian diatas, teknik penilaian proses yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah unjuk kerja, penilaian diri, dan observasi. Karena penilaian unjuk kerja sebagai penilaian proses belajar untuk mengetahui ketrampilan dan pengetahuan siswa saat praktikum, penilaian diri untuk menilai siswa dalam proses pembelajaran sebagai upaya perbaikan, serta observasi sebagai penilaian proses untuk melihat siswa dalam berpresentasi. 2. Asesmen Hasil Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Khusus tes tertulis, ragamnya meliputi : tes essay atau disebut juga tes subyektif dan tes obyektif, yang terdiri dari tes isian, salah-benar, menjodohkan dan pilihan ganda. Tes essay atau tes uraian adalah bentuk tes berupa soal-soal yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut penguaraian sebagai jawabannya. Materi tes yang dipilih adalah materi yang sekiranya cocok untuk tes essay. Tes ini dibedakan menjadi 2 yaitu: tes uraian jawaban singkat yaitu tes yang meminta jawaban panjangnya sekitar satu dua kalimat dan tes uraian jawaban luas/panjang. Tes obyektif terdiri dari pertanyaanpertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus dijawab atau dipilih dari beberapa alternatif jawaban dengan cara menulisnya, atau mengisi jawaban pendek tanpa menguraikan. Tes ini disebut obyektif karena skor yang diberikan relatif tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif penilai. Ragam tes obyektif meliputi tes isian (Completion Test), Tes Salah-Benar (True False Test), Tes Menjodohkan (Matching Test), dan Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test). 17 2.1.6. Pengertian Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009: 5), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Menurut Winkel (dalam Lina, 2009: 5),“mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan menurut Arif Gunarso (dalam Lina, 2009: 5),”hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009) menyatakan bahwa proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Setiap keberhasilan belajar diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa. Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran diwujudkan dengan nilai. Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009) menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh 18 siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi/hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Penelitian ini yang diungkap adalah hasil belajar siswa kelas IV di SD N 01 Todanan Blora. 2.1.7. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Slameto (2003: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut: a) Faktor-faktor intern Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. 1. Faktor jasmaniah Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang 19 bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya. Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu. 2. Faktor psikologis Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun sematamata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik. 20 3. Faktor kelelahan Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Menurut Slameto (2003: 60) kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan obat-obat yang melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat lima sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi sorang ahli. b) Faktor-faktor ekstern Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut: 21 1. Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing, memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan dukungan material yang cukup. 2. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya. 3. Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur 22 waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar di masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok, keluyuran minumminum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ. Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik. 2.1.8. Pembelajaran IPA Pembelajaran Sains mendasarkan kepada bagaimana siswa belajar secara aktif. Belajar Sains memerlukan pemahaman konsep yang akan melahirkan rumus, teorema atau dalil. Peranan guru Sains adalah memberikan motivasi kepada siswa supaya mereka mau belajar serta mewujudkan tujuan pembelajaran yang juga merupakan tugas yang 23 cukup berat, karena pada umumnya siswa menganggap pelajaran sains kurang menarik bahkan ada yang beranggapan sangat membosankan. Berpijak dari uraian tersebut, guru Sains harus dapat memberikan motivasi serta menggunakan cara-cara yang kreatif dalam menyampaikan materi di kelas, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari Sains tanpa adanya rasa takut dan bosan. Hal ini merupakan salah satu usaha dalam mengajar, dan guru juga bertugas membuat rancangan untuk memberikan kemudahan mencapai tujuan pembelajaran. Sains berasal dari bahasa Inggris science yang berarti pengetahuan. Sains adalah ilmu pengetahuan yang sangat dinamis dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan secara kontinu. Sains banyak mendiskusikan tentang alam yang terdiri dari ilmu fisika, kimia, dan biologi. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Sains di sekolah menengah pertama diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu, pendidikan Sains diterapkan dalam menyajikan pembelajaran. Sains adalah memadukan antara pengalaman proses Sains dan pemahaman produk Sains dalam bentuk pengalaman langsung. Secara umum, hakikat Sains menurut model kontemporer adalah organisasi pengetahuan kita untuk membantu kita mempelajari alam, bagian dari kemajuan dan kreativitas manusia (Sains itu berkembang), sebuah pencarian untuk temuan-temuan (Sains adalah sebuah proses), sains terdiri dari berbagai disiplin dan proses, sains adalah upaya-upaya 24 kompetitif, popularitas pengetahuan ilmiah berkait secara langsung dengan prestise orang yang menemukan pengetahuan itu, kemudahan seorang ilmuwan menerima pengetahuan berkaitan secara langsung dengan seberapa dekat paradigma ilmuwan (program penelitian dll) dengan paradigma pengetahuan yung satu dengan yang lainnya. 1. Tujuan Pembelajaran IPA Dalam Permendiknas no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 2. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 25 b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan Penelitian oleh Suwandi (2005) yang berjudul “Pengaruh Harapan Guru tentang Prestasi Siswa dan Model Penilaian terhadap Mutu Proses Pembelajaran dan Prestasi Siswa” menyimpulkan bahwa: harapan guru tentang prestasi siswa menunjukkan pengaruh terhadap variabel PBM dan prestasi siswa. Semakin tinggi harapan guru tentang prestasi siswa semakin tinggi pula mutu proses pembelajarannya, dan hal itu akan mempengaruhi juga prestasi belajar siswa. Model penilaian mempengaruhi proses pembelajaran yang selanjutnya mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan kata lain, semakin baik model penilaaian guru dalam mengajar akan meningkatkan mutu proses pembelajaran dan selanjutnya mempengaruhi variabel prestasi belajar siswa Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nengah Datrini (2007) yang bejudul “Pengaruh Asesmen Portofolio dan Konsep Diri Siswa terhadap Kemampuan Menulis dalam Mata Pelajaran Bahasa dan Sasta Indonesia (Eksperimen pada siswa kelas VIII SMP Saraswati 1 Tabanan)”, bentuk implikasi penelitian ini: asesmen portofolio merupakan asesmen alternatif yang cocok untuk pembelajaran menulis. Penerapan asesmen portofolio hendaknya mempertimbangkan konsep diri siswa. Pembelajaran hendaknya juga dirancang untuk membantu meningkatkan konsep diri siswa. Kelebihannya yaitu kemampuan menulis kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen portofolio lebih tingggi daripada kemampuan menulis kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen konvensional, dibuktikan oleh nilai FA = 4,10 dengan p<0,05. Untuk 26 kelompok siswa yang memiliki konsep diri akademik tinggi, kemampuan menulis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen portofolio lebih tinggi dari pada kemampuan menulis kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen konvensional. Hal itu dapat dilihat pada besaran nilai Q = 7,98 dengan p<0,05. Kelemahannya untuk kelompok siswa yang memiliki konsep diri akademik rendah, kemampuan menulis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen konvensional lebih tinggi daripada kemampuan menulis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen portofolio, yang dapat dilihat dari nilai Q = 3,39 dengan p<0,05. Ada pengaruh interaksi antara jenis asesmen yang digunakan dan konsep diri akademik siswa terhadap kemampuan menulis siswa. Hal itu terlihat pada besaran nilai FAB = 35,43 dengan p<0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hamid yang dipublikasikan tahun 2008 dengan judul “Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika dengan Model Pembelajaran Inovatif di Sekolah Menengah Atas (SMA)” menyimpulkan: sistem asesmen otentik yang dilaksanakan selama ini di SMA Negeri 3 dan 8 Banda Aceh masih belum optimum. Penilaian paper and pencil test masih mendominasi, sedangkan penilaian kinerja masih kurang mendapat perhatian. Pembelajaran yang selama ini dilaksnakan oleh guru masih mendomonasi dengan metode ceramah, diskusi/tanya jawab, dan latihan soal, sedangan metode praktikum dan demontrasi mendapat porsi yang sangat minim. Sistem asesmen otentik yang dikembangkan melalui model inkuiri terbimbing dan pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen cukup efektif dalam meningkatkan kompetensi dasar Fisika siswa. Respon siswa terhadap sistem asesmen otentik melalui pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen sangat positif. Kelebihan: Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan pembelajaran yang menarik. Kelemahan: Penelitian ini mengujicobakan pengembangannya hanya di dua sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Khasanah (2008) dengan judul “Pengembangan Alternative Assessment dalam Desain Pembelajaran 27 Struktur, Fungsi Organ Manusia dan Hewan dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)”, yang menguji keefektifan penerapan alternatif assessment dapat dilihat dari analisis kuesioner yang diberikan kepada guru biologi SMA sehingga dapat diketahui validitas dan reliabilitasnya. Kelebihan: Peneliti mengembangkan asesmen alternatif, mengujicobakan dan menguji keefektifannya pada 10 guru di 6 SMA. Alternative assessment yang dikembangkan efektif diterapkan dalam pembelajaran struktur, fungsi organ manusia dan hewan dengan pendekatan jelajah alam sekitar. Indikator keefektivan alternative assessment yang dikembangkan yaitu berdasarkan validitas isi, secara keseluruhan alternative assessment yang dikembangkan sesuai dengan tujuan, materi dan kegiatan pembelajaran. Indikator yang kedua dari perhitungan reliabilitas dan didapat r11 hitung 0,92. Kelemahan: Penelitian ini hanya melihat analisis kuesioner dari guru dan tidak diobsevasi penerapannya. 2.3 Kerangka Berpikir Keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi beberapa faktor yakni guru, siswa, tujuan, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Evaluasi mencakup asesmen, pengukuran dan tes. Asesmen pembelajaran yang digunakan adalah asesmen proses dan hasil pembelajaran. Asesmen proses biasanya menggunakan teknik non tes yaitu unjuk kerja, observasi, penilaian diri, penilaian antar teman. Penggunaan jenis asesmen didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru demi kebaikan para siswa. Asesmen proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya (dilakukan pada awal, pertengahan atau akhir pertemuan). Hasil asesmen proses memberikan gambaran tentang kompetensi siswa (sementara) pada pertemuan tersebut. Hasil pemantauan kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi guru dalam menentukan langkah pembelajaran berikutnya. Apakah RPP yang telah direncanakan dapat dilanjutkan atau 28 dilakukan penyesuaian, perbaikan atau bahkan menyusun RPP baru. Idealnya siklus asesmen proses ini dilakukan terus menerus pada setiap pertemuan dengan mengacu indikator yang telah ditetapkan. Pada akhirnya setelah terlaksana beberapa siklus asesmen pembelajaran diperoleh gambaran pencapaian kompetensi siswa pada satu kompetensi dasar yang mencakup semua indikator. Sedangkan asesmen hasil belajar dilakukan minimal setelah satu kompetensi dasar dipelajari. Bila cakupan kompetensinya cukup luas, asesmen hasil belajar dapat dilakukan lebih dari satu kali, dan tidak perlu semua indikator diases. Cukup indikatorindikator esensial yang menjadi parameter pencapaian kompetensi dasarnya. Oleh karena basis asesmen proses dan hasil belajar adalah sejauhmana sebuah kompetensi telah dicapai oleh siswa, Mulyasa (2002:103) . Manfaat yang akan didapat bagi siswa apabila pembelajaran dengan penilaian proses dilakukan secara optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri yaitu, 1) kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. 2) menambah keyakinan akan dirinya. 3) hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya. 4) hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (Komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotor, ketrampilan atau perilaku. 5) kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. oleh sebab itu, penilaian terhadap proses belajar – mengajar tidak hanya bermanfaat bagi guru, tetapi juga bagi para siswa yang pada saatnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya, Sudjana (2010 : 56). 29 Asesmen proses dalam penelitian ini yaitu unjuk kerja, penilaian diri, dan observasi. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD N Todanan 01 Blora,dilakukan asesmen hasil pembelajaran berupa tes pilihan ganda setelah satu pokok bahasan selesai disampaikan. Berikut bagan kerangka berfikir Efektivitas Asesmen Proses dan Asesmen Hasil terhadap Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SD N 01 Todanan Blora Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 : Unjuk Kerja Asesmen Proses Penilaian Diri Penggunaan Jenis Asesmen Hasil Belajar Observasi Asesmen Hasil Tes Pilihan Ganda Gambar 2.1 Efektivitas Penggunaan Jenis Asesmen Proses dan Asesmen Hasil terhadap Hasil Belajar 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini, diduga ada Efektivitas yang diantaranya : 1. Nilai hasil belajar IPA siswa jika diberi assesmen proses dan hasil mencapai rata – rata > 67 2. Nilai hasil belajar IPA siswa jika diberi assesmen hasil rata – rata > 67 3. Ho = ( Hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Proses dan Asesmen Hasil sama dengan hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Hasil ) Ha = (Hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Proses dan Asesmen Hasil tidak sama dengan hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Hasil )