Efektivitas Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Terhadap Hasil

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Asesmen
Perkembangan di seputar penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan
dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan
penilaian merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan
kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu (PP No.19, Th. 2005:3).
Kurikulum
yang
berbasis
kompetensi
sebagaimana
yang
dipergunakan di dunia pendidikan di Indonesia yang bernama Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) komponen penilaian menempati posisi
penting. Ada tiga fokus utama dalam pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi, yaitu penentuan kompetensi, pengembangan silabus, dan
pengembangan penilaian. Komponen penilaian diyakini memberikan
dampak nyata bagi keberhasilan pembelajaran kompetensi kepada siswa,
maka penilaian kini ditempatkan pada posisi yang penting dalam
rangkaian kegiatan pembelajaran. Bentuk dan cara penilaian dalam banyak
hal memberikan pengaruh penting bagi proses pembelajaran, bagaimana
guru harus membelajarkan dan bagaimana siswa harus belajar, dan
karenanya menentukan capaian kompetensi.
Ada banyak definisi penilaian yang dikemukakan orang, walau
berbeda rumusan, pada umumnya menunjuk pada pengertian yang hampir
sama. Penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (PP
No.19 Th 2005:3). Penilaian secara umum dapat diartikan sebagai kegiatan
untuk
mengetahui/mendapatkan
informasi
tentang
keadaan,
perkembangan, kemajuan dan/atau hasil belajar siswa, dalam bentuk
5
6
apapun yang dapat dipergunakan untuk mengambil keputusan (A.
Kosasih, 2010: 39).
Penilaian pendidikan adalah proses untuk mendapatkan informasi
tentang prestasi atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian digunakan untuk
melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan
efektivitas proses pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah
keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi
yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus
dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya
dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) adalah kompetensi yang harus dicapai peserta didik untuk tingkat
satuan pendidikan (BNSP, 2007: 3).
Asesmen adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
mengukur prestasi belajar siswa sebagai hasil dari suatu program
instruksional. Jadi, asesmen bukan hanya menilai siswa melainkan sangat
fungsional untuk menilai sistem pengajaran itu sendiri (Oemar Hamalik,
2010: 146).
Kegiatan penilaian dalam pembelajaran utamanya dilakukan dalam
rangka mengambil keputusan tentang penampilan siswa setelah belajar dan
ketepatan srategi pembelajaran yang digunakan (Sri Wardhani, 2004: 1).
Oleh karena itu tujuan penilaian dalam kegiatan pembelajaran pada
intinya, antara lain adalah untuk umpan balik bagi siswa agar mengetahui
kelemahan dan kelebihannya serta hasil usahanya, umpan balik bagi guru
agar mengetahui tingkat efektifitas dari kegiatan pembelajaran yang
dikelolanya, informasi bagi orang tua, sebagai pertanggungjawaban
sekolah dalam mengelola keegiatannya, memberikan penghargaan dan
motivasi kepada siswa agar meningkat usaha belajarnya.
7
2.1.2. Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Belajar
Istilah asesmen (penilaian) proses dan hasil belajar merupakan suatu
kegiatan guru selama rentang pembelajaran yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi peserta didik yang
memiliki karakteristik individual yang unik (Depdiknas.2006). Data
diperlukan sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung
dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai
dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Proses ini diperoleh
potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing.
Rumusan tentang pengertian asesmen proses dan hasil belajar
tersebut di atas, nampak jelas bahwa ada empat komponen penting dalam
asesmen proses dan hasil belajar, yaitu: 1) pelacakan terhadap kompetensi
siswa mencakup proses dan hasil belajar. Asesmen proses dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan
beberapa pertemuan berikutnya (dilakukan pada awal, pertengahan atau
akhir pertemuan). Hasil asesmen proses memberikan gambaran tentang
kompetensi siswa (sementara) pada pertemuan tersebut. Hasil pemantauan
kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi guru dalam
menentukan langkah pembelajaran berikutnya. Apakah RPP yang telah
direncanakan dapat dilanjutkan atau dilakukan penyesuaian, perbaikan
atau bahkan menyusun RPP baru. Idealnya siklus asesmen proses ini
dilakukan terus menerus pada setiap pertemuan dengan mengacu indikator
yang telah ditetapkan. Pada akhirnya setelah terlaksana beberapa siklus
asesmen pembelajaran diperoleh gambaran pencapaian kompetensi siswa
pada satu kompetensi dasar yang mencakup semua indikator. Sedangkan
asesmen hasil belajar dilakukan minimal setelah satu kompetensi dasar
dipelajari. Bila cakupan kompetensinya cukup luas, asesmen hasil belajar
8
dapat dilakukan lebih dari satu kali, dan tidak perlu semua indikator
diases. Cukup indikator-indikator esensial yang menjadi parameter
pencapaian kompetensi dasarnya. Oleh karena basis asesmen proses dan
hasil belajar adalah sejauhmana sebuah kompetensi telah dicapai oleh
siswa, maka Mulyasa (2002:103) menyamakan terminologi asesmen
proses dan hasil belajar ini sebagai Penilaian Berbasis Kompetensi/PBK
(Competency Based Assesment); 2) kompetensi siswa sebagai tujuan
pembelajaran hakikatnya adalah kesatuan utuh (holistik) pengetahuan,
ketrampilan serta nilai-nilai dan sikap yang dapat ditampilkan siswa dalam
berpikir dan bertindak (bandingkan dengan Mulyasa. 2002:37). Oleh
karena itu asesmen harus mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotor; 3) asesmen dilakukan selama rentang pembelajaran;
maknanya bahwa asesmen merupakan satu kesatuan integral dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran, bukan bagian yang terpisah
dari pembelajaran; dan 4) pengambilan keputusan dalam asesmen
didasarkan pada karakteristik siswa secara individual. Maknanya bahwa
keputusan
tentang
tingkat
pencapaian
kompetensi
siswa
harus
memperhatikan konstruk pengetahuan yang dibangun oleh masing-masing
siswa secara individual, seturut dengan paradigma konstruktivisme. Oleh
karena itu guru harus menggunakan berbagai data/informasi yang
diperoleh dari berbagai teknik dan instrumen asesmen sesuai dengan
karakteristik masing-masing siswa, baik teknik tes maupun non tes.
Individualisasi dalam pelayanan asesmen inilah yang menjadi acuan
Poham (1995) dan Depdiknas (2006) yang menyatakan bahwa terminologi
asesmen proses dan hasil belajar disepadankan dengan Penilaian Kelas
(Classroom Assesment).
9
2.1.3. Tujuan Asesmen Proses dan Asesmen Hasil belajar
Popham (1995:4-13) menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara
lain untuk: 1) mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
2) memonitor kemajuan siswa, 3) menentukan jenjang kemampuan siswa,
4) menentukan efektivitas pembelajaran, dan 5) mempengaruhi persepsi
publik tentang efektivitas pembelajaran.
Sedangkan Balitbang Depdiknas (2006: 3) secara rinci menyatakan
bahwa tujuan asesmen proses dan hasil belajar adalah:
a) Untuk mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah
proses pembelajaran berlangsung.
b) Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui
kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
c) Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang
dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan
remedial.
d) Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
e) Untuk memberikan piliha alternatif penilaian kepada guru.
f) Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah
tentang efektivitas pendidikan.
2.1.4. Prinsip Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Belajar
Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip
asesmen pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani oleh guru
dalam melakukan asesmen proses dan hasil belajar. Ada beberapa prinsip
dasar asesmen pembelajaran yang harus dipedomani seperti berikut ini.
a) Memandang asesmen dan kegiatan pembelajaran secara terpadu,
sehingga
penilaian
berjalan
bersama-sama
dengan
proses
bermakna,
terkait
pembelajaran.
b) Mengembangkan
tugas-tugas
asesmen
langsung dengan kehidupan nyata.
yang
10
c) Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat asesmen
sebagai evaluasi diri siswa.
d) Melakukan berbagai strategi asesmen di dalam program pembelajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar
peserta didik.
e) Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
f) Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi
dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
g) Menggunakan teknik
dan instrument asesmen yang bervariasi.
Asesmen kelas dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk,
portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamatan partisipasi peserta
didik dalam proses pembelajaran sehari-hari sesuai dengan kompetensi
dasar yang harus dikuasai.
h) Melakukan asesmen secara berkesinambungan terhadap semua Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil dalam bentuk tes formatif dan sumatif.
Disamping prinsip-prinsip seperti tersebut di atas, Balitbang Depdiknas
(2006 : 4) dan Slameto (2005) menyatakan bahwa dalam asesmen proses
dan hasil belajar, instrument asesmen harus memenuhi kriteria instrumen
yang baik. Kriteria tersebut yakni:
a. Sahih (valid)
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam
melakukan penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai
dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi”.
Apabila yang diukur sikap, tetapi asesmen mengukur pengetahuan,
maka asesmen tersebut tidak valid. Kesahihan asesmen biasanya
diukur dalam prosentase atau dalam derajat tertentu dengan alat ukur
tertentu.
11
b. Terandalkan (reliable)
Pengertian reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan)
hasil penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan
perbandingan
yang
reliable,
menjamin
konsistensi,
dan
keterpercayaan. Contoh, dalam menguji kompetensi siswa dalam
melakukan eksperimen di laboratorium. Sepuluh peserta didik
melakukan eksperimen dan masing-masing menulis laporannya.
Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf penguasaan
10 peserta didik itu dengan kompetensi eksperimen yang dituntut
dalam kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 peserta didik yang
sama mengulangi eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan
hasilnya ternyata sama. Jika alat asesmen yang sama dilakukan
terhadap kelompok peserta didik yang sama beberapa kali dalam waktu
yang berbeda-beda atau situasi yang berbeda-beda, memberikan hasil
yang sama, maka asesmen dinyatakan terandalkan.
c. Objektif
Objektif dalam konteks penilaian adalah bahwa proses penilaian
yang
dilakukan
harus
meminimalkan
pengaruh-pengaruh
atau
pertimbangan subjektif dari guru. Dalam implementasinya, penilaian
harus dilaksanakan secara objektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus
adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat
dipahami peserta didik, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam
pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor). Asesmen
dikatakan objektif jika tidak mendapat pengaruh subjektif dari pihak
penilai.
12
d. Terfokus pada kompetensi
Seturut dengan hakikat kurikulum tingkat satuan pendidikan,
maka asesmen proses dan hasil belajar harus terfokus pada pencapaian
kompetensi, bukan hanya penguasaan materi pelajaran.
e. Komprehensif
Asesmen proses dan hasil belajar hendaknya menyeluruh,
mengases semua ranah kompetensi siswa, baik kognitif, afektif
maupun psikomotor. Menggunakan beragam teknik dan instrumen
asesmen, sehingga mampu menggambarkan profil kompetensi siswa
secara utuh.
f. Mendidik
Asesmen dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran
bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi siswa.
2.1.5
Teknik Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Belajar
Mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa dapat
dilakukan dengan teknik tes maupun non tes, baik untuk mengases proses
belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut
pada prinsipnya adalah cara asesmen kemajuan belajar peserta didik
terhadap pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Asesmen
suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator
pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Setidaknya ada beberapa ragam teknik yang dapat digunakan,
yaitu :
1. Asesmen Proses
a. Unjuk Kerja
Penilaian
unjuk
kerja
(Performance
assessment
atau
performance-based assessment) merupakan jenis penilaian yang
memberikan
kesempatan
kepada
para
siswa
untuk
13
mendemonstrasikan pengetahuan, dan keterampilan yang mereka
miliki dalam berbagai konteks. Seperti berbicara, berpidato,
membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam
memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik
dalam diskusi; ketrampilan menari; ketrampilan memainkan alat
musik; kemampuan berolah raga; ketrampilan menggunakan
peralatan laboratorium; praktek sholat, bermain peran, bernyanyi,
dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat.
b. Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas
yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai
dalam waktu tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara
bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data,
dan penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk
menilai keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi
pengetahuan
dalam
suatu
penyelidikan,
dan
kemampuan
menginformasikan subjek secara jelas. Penugasan dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok.
c. Portofolio
Portofolio
didasarkan
pada
merupakan
penilaian
berkelanjutan
kumpulan
informasi
yang
yang
menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik,
pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilakukan, beberapa contoh tes
yang telah selesai dilakukan, berbagai keterangan-keterangan yang
diperoleh peserta didik, keselarasan antara pembelajaran dan tujuan
spesifik yang telah dirumuskan, contoh-contoh hasil pekerjaannya
14
sehari-hari, evaluasi diri terhadap perkembangan pembelajaran dan
hasil observasi guru.
d. Penilaian Sikap.
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang
terkait
dengan
kecenderungan
seseorang
dalam
merespon
sesuatu/objek. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku
atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen,
yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah
perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif
adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan caracara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara
umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut. Sikap terhadap
materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap terhadap
proses pembelajaran, sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang
berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Asesmen sikap dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain: observasi perilaku,
pertanyaan langsung, dan laporan pribadi, daftar chek, skala sikap,
buku harian, angket, ungkapan perasaan, catatan anekdot, dan lain
lain.
e. Asesmen Produk
Asesmen produk merupakan ragam penilaian untuk menilai
kemampuan siswa dalam membuat produk tertentu, seperti :
teknologi tepat guna, karya seni, keramik, lukisan dan lain-lain.
Asesmen produk dapat digunakan untuk menilai proses maupun
hasil belajar siswa. Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu
15
tahap persiapan, tahap pembuatan produk dan tahap penilaian
produk.
f. Asesmen diri (self assessment)
Asesmen diri adalah suatu teknik penilaian dimana siswa
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam
mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria yang telah
ditetapkan. Tujuan utama asesmen diri adalah untuk mendukung
atau memperbaiki proses pembelajaran. Ada beberapa jenis asesmen
diri, diantaranya adalah : a) penilaian langsung dan spesifik, yaitu
penilaian langsung pada saat atau setelah siswa melakukan tugas
tertentu, b) penilaian tidak langsung dan holistik, yaitu penilaian
yang dilakukan dalam kurun waktu yang panjang, misalnya satu
semester untuk memberikan penilaian secara keseluruhan, dan c)
penilaian sosia-afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif
atau emosional. Misalnya siswa diminta untuk membuat tulisan
yang memuat curahan perasaannya terhadap obyek tertentu.
g. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan
cara
mencatat
hasil
pengamatan
terhadap
objek
tertentu.
Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara menggunakan
instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis
perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi,
misalnya dalam kelas, waktu bekerja dalam bengkel/laboratorium.
Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali observasi
dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi. Metode ini
digunakan juga untuk memeriksa proses melalui analisis tugas
tentang beroperasinya suatu kegiatan/pekerjaan tertentu maupun
produk yang dihasilkannya. Penilaia atau guru dapat secara
16
langsung mengamati dan mencatat perilaku yang muncul, dan dapat
juga menggunakan lembar observasi atau daftar ceklis mengenai
aspek-aspek tugas atau pekerjaan tertentu yang akan diamati.
Berdasarkan uraian diatas, teknik penilaian proses yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah unjuk kerja, penilaian diri, dan
observasi. Karena penilaian unjuk kerja sebagai penilaian proses
belajar untuk mengetahui ketrampilan dan pengetahuan siswa saat
praktikum, penilaian diri untuk menilai siswa dalam proses
pembelajaran sebagai upaya perbaikan, serta observasi sebagai
penilaian proses untuk melihat siswa dalam berpresentasi.
2. Asesmen Hasil
Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan.
Khusus tes tertulis, ragamnya meliputi : tes essay atau disebut juga tes
subyektif dan tes obyektif, yang terdiri dari tes isian, salah-benar,
menjodohkan dan pilihan ganda. Tes essay atau tes uraian adalah
bentuk tes berupa soal-soal yang masing-masing mengandung
permasalahan dan menuntut penguaraian sebagai jawabannya. Materi
tes yang dipilih adalah materi yang sekiranya cocok untuk tes essay.
Tes ini dibedakan menjadi 2 yaitu: tes uraian jawaban singkat yaitu tes
yang meminta jawaban panjangnya sekitar satu dua kalimat dan tes
uraian jawaban luas/panjang. Tes obyektif terdiri dari pertanyaanpertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang harus dijawab atau dipilih
dari beberapa alternatif jawaban dengan cara menulisnya, atau mengisi
jawaban pendek tanpa menguraikan. Tes ini disebut obyektif karena
skor yang diberikan relatif tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif
penilai. Ragam tes obyektif meliputi tes isian (Completion Test), Tes
Salah-Benar (True False Test), Tes Menjodohkan (Matching Test), dan
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test).
17
2.1.6. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009: 5), hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa
dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum
belajar.
Dari
sisi
guru,
adalah
bagaimana
guru
bisa
menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
Menurut Winkel (dalam Lina, 2009: 5),“mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Sedangkan menurut Arif Gunarso (dalam Lina, 2009: 5),”hasil belajar
adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh
seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh
seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya
dinyatakan dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran.
Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009) menyatakan bahwa proses
penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru
tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk
keseluruhan kelas maupun individu. Setiap keberhasilan belajar diukur
dari seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa. Keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan pengajaran diwujudkan dengan nilai.
Nana Sudjana (dalam techonly13, 2009) menyatakan bahwa hasil
belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang
dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh
18
siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai
siswa.
Berdasarkan
pendapat
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
prestasi/hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau
usaha yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni
penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat
diukur dengan tes tertentu. Penelitian ini yang diungkap adalah hasil
belajar siswa kelas IV di SD N 01 Todanan Blora.
2.1.7. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor
dari
luar siswa.
Adapun
faktor
yang mempengaruhinya
adalah
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan
pembentukan sikap. Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor yang
mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern
meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor
ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Menurut Slameto (2003: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor
tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Faktor-faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor
intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor
psikologis dan faktor kelelahan.
1. Faktor jasmaniah
Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam
keadaan baik segenap badan beseta bagian-bagiannya atau bebas
dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang
19
bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah,
kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta
tubuhnya.
Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh.
Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh
dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu,
hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau
diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan
itu.
2. Faktor psikologis
Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam
faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu
adalah: pertama inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
menggunakan
konsep-konsep
yang
abstrak
secara
efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kedua
perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun sematamata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Ketiga
minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. keempat bakat yaitu kemampuan
untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi
kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. Kelima motif harus
diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif
atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat
belajar. Keenam kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan
seseorang. Ketujuh
kesiapan adalah kesediaan untuk memberi
renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas
mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil
belajar tidak akan baik.
20
3. Faktor kelelahan
Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi
karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh.
Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk
berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan
masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal
yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu
karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan
perhatiannya.
Menurut Slameto (2003: 60) kelelahan baik jasmani
maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut:
tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar, menggunakan
obat-obat yang melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah
teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat lima
sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi sorang ahli.
b) Faktor-faktor ekstern
Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor
ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat
yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:
21
1. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Sebagian
waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu, keluarga
merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab
itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing,
memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik,
memberikan suasana yang mendukung belajar, dan dukungan
material yang cukup.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar
memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus
menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan
dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang
sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode
pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana
penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana
yang lainnya.
3. Faktor masyarakat
Masyarakat
merupakan
faktor
ekstern
yang
juga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena
keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam
mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat,
kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan
terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur
22
waktunya. Kedua multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat
kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar
di masyarakat. Ketiga teman bergaul, teman bergaul siswa lebih
cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman
bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri
siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak baik
misalnya suka begadang, pecandu rokok, keluyuran minumminum, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan lain-lain. Keempat
bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar
siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang
terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka
mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan
berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ.
Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi
hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan
kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar,
dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka
siswa harus memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk
meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki
kebiasaan belajar yang baik.
2.1.8.
Pembelajaran IPA
Pembelajaran Sains mendasarkan kepada bagaimana siswa belajar
secara aktif. Belajar Sains memerlukan pemahaman konsep yang akan
melahirkan rumus, teorema atau dalil. Peranan guru Sains adalah
memberikan motivasi kepada siswa supaya mereka mau belajar serta
mewujudkan tujuan pembelajaran yang juga merupakan tugas yang
23
cukup berat, karena pada umumnya siswa menganggap pelajaran sains
kurang menarik bahkan ada yang beranggapan sangat membosankan.
Berpijak dari uraian tersebut, guru Sains harus dapat memberikan
motivasi serta menggunakan cara-cara yang kreatif dalam menyampaikan
materi di kelas, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari Sains
tanpa adanya rasa takut dan bosan. Hal ini merupakan salah satu usaha
dalam mengajar, dan guru juga bertugas membuat rancangan untuk
memberikan kemudahan mencapai tujuan pembelajaran.
Sains berasal dari bahasa Inggris science yang berarti pengetahuan.
Sains adalah ilmu pengetahuan yang sangat dinamis dan selalu
mengalami perubahan dan perkembangan secara kontinu. Sains banyak
mendiskusikan tentang alam yang terdiri dari ilmu fisika, kimia, dan
biologi. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis,
sehingga
Sains
bukan
hanya
penguasaan
kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
Sains di sekolah menengah pertama diharapkan dapat menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.
Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains
diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu
siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. Oleh karena itu, pendidikan Sains diterapkan dalam menyajikan
pembelajaran. Sains adalah memadukan antara pengalaman proses Sains
dan pemahaman produk Sains dalam bentuk pengalaman langsung.
Secara umum, hakikat Sains menurut model kontemporer adalah
organisasi pengetahuan kita untuk membantu kita mempelajari alam,
bagian dari kemajuan dan kreativitas manusia (Sains itu berkembang),
sebuah pencarian untuk temuan-temuan (Sains adalah sebuah proses),
sains terdiri dari berbagai disiplin dan proses, sains adalah upaya-upaya
24
kompetitif, popularitas pengetahuan ilmiah berkait secara langsung
dengan prestise orang yang menemukan pengetahuan itu, kemudahan
seorang ilmuwan menerima pengetahuan berkaitan secara langsung
dengan seberapa dekat paradigma ilmuwan (program penelitian dll)
dengan paradigma pengetahuan yung satu dengan yang lainnya.
1. Tujuan Pembelajaran IPA
Dalam Permendiknas no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut.
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
25
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat
dan gas
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
2.2
Kajian Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian oleh Suwandi (2005) yang berjudul “Pengaruh Harapan
Guru tentang Prestasi Siswa dan Model Penilaian terhadap Mutu Proses
Pembelajaran dan Prestasi Siswa” menyimpulkan bahwa: harapan guru
tentang prestasi siswa menunjukkan pengaruh terhadap variabel PBM dan
prestasi siswa. Semakin tinggi harapan guru tentang prestasi siswa semakin
tinggi pula mutu proses pembelajarannya, dan hal itu akan mempengaruhi
juga prestasi belajar siswa. Model penilaian mempengaruhi proses
pembelajaran yang selanjutnya mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dengan kata lain, semakin baik model penilaaian guru dalam mengajar akan
meningkatkan mutu proses pembelajaran dan selanjutnya mempengaruhi
variabel prestasi belajar siswa
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nengah Datrini (2007) yang
bejudul “Pengaruh Asesmen Portofolio dan Konsep Diri Siswa terhadap
Kemampuan Menulis dalam Mata Pelajaran Bahasa dan Sasta Indonesia
(Eksperimen pada siswa kelas VIII SMP Saraswati 1 Tabanan)”, bentuk
implikasi penelitian ini: asesmen portofolio merupakan asesmen alternatif
yang cocok untuk pembelajaran menulis. Penerapan asesmen portofolio
hendaknya mempertimbangkan konsep diri siswa. Pembelajaran hendaknya
juga dirancang untuk membantu meningkatkan konsep diri siswa.
Kelebihannya yaitu kemampuan menulis kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan asesmen portofolio lebih tingggi daripada kemampuan
menulis kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen
konvensional, dibuktikan oleh nilai FA = 4,10 dengan p<0,05. Untuk
26
kelompok siswa yang memiliki konsep diri akademik tinggi, kemampuan
menulis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen portofolio
lebih tinggi dari pada kemampuan menulis kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan asesmen konvensional. Hal itu dapat dilihat pada
besaran nilai Q = 7,98 dengan p<0,05. Kelemahannya untuk kelompok
siswa yang memiliki konsep diri akademik rendah, kemampuan menulis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen konvensional lebih
tinggi daripada kemampuan menulis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan asesmen portofolio, yang dapat dilihat dari nilai Q = 3,39 dengan
p<0,05. Ada pengaruh interaksi antara jenis asesmen yang digunakan dan
konsep diri akademik siswa terhadap kemampuan menulis siswa. Hal itu
terlihat pada besaran nilai FAB = 35,43 dengan p<0,05.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hamid yang dipublikasikan
tahun 2008 dengan judul “Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam
Pembelajaran Fisika dengan Model Pembelajaran Inovatif di Sekolah
Menengah Atas (SMA)” menyimpulkan: sistem asesmen otentik yang
dilaksanakan selama ini di SMA Negeri 3 dan 8 Banda Aceh masih belum
optimum. Penilaian paper and pencil test masih mendominasi, sedangkan
penilaian kinerja masih kurang mendapat perhatian. Pembelajaran yang
selama ini dilaksnakan oleh guru masih mendomonasi dengan metode
ceramah, diskusi/tanya jawab, dan latihan soal, sedangan metode praktikum
dan demontrasi mendapat porsi yang sangat minim. Sistem asesmen otentik
yang dikembangkan melalui model inkuiri terbimbing dan pembelajaran
dengan pendekatan starter eksperimen cukup efektif dalam meningkatkan
kompetensi dasar Fisika siswa. Respon siswa terhadap sistem asesmen
otentik melalui pembelajaran dengan pendekatan starter eksperimen sangat
positif.
Kelebihan:
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
pendekatan
pembelajaran yang menarik. Kelemahan: Penelitian ini mengujicobakan
pengembangannya hanya di dua sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Umi Khasanah (2008) dengan judul
“Pengembangan Alternative Assessment dalam Desain Pembelajaran
27
Struktur, Fungsi Organ Manusia dan Hewan dengan Pendekatan Jelajah
Alam Sekitar (JAS)”, yang menguji keefektifan penerapan alternatif
assessment dapat dilihat dari analisis kuesioner yang diberikan kepada guru
biologi SMA sehingga dapat diketahui validitas dan reliabilitasnya.
Kelebihan: Peneliti mengembangkan asesmen alternatif, mengujicobakan
dan menguji keefektifannya pada
10 guru di
6 SMA. Alternative
assessment yang dikembangkan efektif diterapkan dalam pembelajaran
struktur, fungsi organ manusia dan hewan dengan pendekatan jelajah alam
sekitar. Indikator keefektivan alternative assessment yang dikembangkan
yaitu berdasarkan validitas isi, secara keseluruhan alternative assessment
yang
dikembangkan
sesuai
dengan
tujuan,
materi
dan
kegiatan
pembelajaran. Indikator yang kedua dari perhitungan reliabilitas dan didapat
r11 hitung 0,92. Kelemahan: Penelitian ini hanya melihat analisis kuesioner
dari guru dan tidak diobsevasi penerapannya.
2.3
Kerangka Berpikir
Keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi beberapa faktor yakni
guru, siswa, tujuan, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Evaluasi
mencakup asesmen, pengukuran dan tes. Asesmen pembelajaran yang
digunakan adalah asesmen proses dan hasil pembelajaran.
Asesmen proses biasanya menggunakan teknik non tes yaitu unjuk
kerja, observasi, penilaian diri, penilaian antar teman. Penggunaan jenis
asesmen didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru demi kebaikan para
siswa. Asesmen proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
pada setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya (dilakukan
pada awal, pertengahan atau akhir pertemuan). Hasil asesmen proses
memberikan gambaran tentang kompetensi siswa (sementara) pada
pertemuan tersebut. Hasil pemantauan kompetensi sementara ini menjadi
bahan acuan bagi guru dalam menentukan langkah pembelajaran
berikutnya. Apakah RPP yang telah direncanakan dapat dilanjutkan atau
28
dilakukan penyesuaian, perbaikan atau bahkan menyusun RPP baru.
Idealnya siklus asesmen proses ini dilakukan terus menerus pada setiap
pertemuan dengan mengacu indikator yang telah ditetapkan. Pada akhirnya
setelah terlaksana beberapa siklus asesmen pembelajaran diperoleh
gambaran pencapaian kompetensi siswa pada satu kompetensi dasar yang
mencakup semua indikator. Sedangkan asesmen hasil belajar dilakukan
minimal setelah satu kompetensi dasar dipelajari. Bila cakupan
kompetensinya cukup luas, asesmen hasil belajar dapat dilakukan lebih
dari satu kali, dan tidak perlu semua indikator diases. Cukup indikatorindikator esensial yang menjadi parameter pencapaian kompetensi
dasarnya. Oleh karena basis asesmen proses dan hasil belajar adalah
sejauhmana sebuah kompetensi telah dicapai oleh siswa, Mulyasa
(2002:103) .
Manfaat yang akan didapat bagi siswa apabila pembelajaran dengan
penilaian proses dilakukan secara optimal cenderung menunjukan hasil
yang berciri yaitu, 1) kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan
motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. 2) menambah keyakinan akan
dirinya. 3) hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti
akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk
mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh
informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk
belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya. 4) hasil belajar
diperoleh siswa secara menyeluruh
(Komprehensif), yakni mencakup
ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan
apresiasi; serta ranah psikomotor, ketrampilan atau perilaku. 5)
kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya. oleh sebab itu, penilaian
terhadap proses belajar – mengajar tidak hanya bermanfaat bagi guru,
tetapi juga bagi para siswa yang pada saatnya akan berpengaruh terhadap
hasil belajar yang dicapainya, Sudjana (2010 : 56).
29
Asesmen proses dalam penelitian ini yaitu unjuk kerja, penilaian diri,
dan observasi. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA di kelas IV SD N Todanan 01 Blora,dilakukan asesmen hasil
pembelajaran berupa tes pilihan ganda setelah satu pokok bahasan selesai
disampaikan.
Berikut bagan kerangka berfikir Efektivitas Asesmen Proses dan
Asesmen Hasil terhadap Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas
IV SD N 01 Todanan Blora Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 :
Unjuk Kerja
Asesmen
Proses
Penilaian Diri
Penggunaan
Jenis
Asesmen
Hasil
Belajar
Observasi
Asesmen
Hasil
Tes Pilihan
Ganda
Gambar 2.1 Efektivitas Penggunaan Jenis Asesmen Proses dan Asesmen Hasil
terhadap Hasil Belajar
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini, diduga ada
Efektivitas yang diantaranya :
1. Nilai hasil belajar IPA siswa jika diberi assesmen proses dan hasil mencapai
rata – rata > 67
2. Nilai hasil belajar IPA siswa jika diberi assesmen hasil rata – rata > 67
3. Ho = ( Hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Proses dan Asesmen Hasil
sama dengan hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Hasil )
Ha = (Hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Proses dan Asesmen Hasil
tidak sama dengan hasil belajar siswa yang diberi Asesmen Hasil )
Download