KONSEPSI INTERGRITAS PEMERINTAH PROVINSI RIAU Modul Diseminasi Gugus Depan Integritas Tahun 2017 KATA PENGANTAR Era globalisasi dengan ciri utama kompetitif dan kemajuan teknologi telah menimbulkan pergeseran dalam tatanan kehidupan, sehingga nilai-nilai dasar dalam kehidupan tergerus oleh waktu. Salah satu nilai dasar tersebut adalah nilai-nilai integritas dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Menyadaria= akan hal tersebut diperlukan upaya dan langkah-langkah untuk membangun budaya integritas, baik melalui pendekatan strukural maupun kultural. Pegawai negeri sipil sebagai aparatur sipil negara, memiliki posisi penting dan strategis dalam pembangunan budaya integritas individu, organisasi dan nasional. Sehubungan dengan itu salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membekali pemahaman dan implemetasi nilai-nilai integritas dalam pelaksanan tugas pokok dan fungsi. Pelaksanaan Gugus Depan Integritas merupakan upaya pembekalan pemahaman dan implementasi nilai-nilai integritas bagi pegawai negeri sipil. Agar pemahaman akan nilai tersebut lebih optimal keberadaan modul, sehingga para pegawai negeri sipil lebih dapat memahami dan menjelaskan konsep-konsep Integritas dalam membangun Integritas dari aspek Individu, Organisasi dan Nasional, budaya melayu berintegritas, serta menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara sebagai kewajiban dan bentuk kongkrit implementasi nilai-nilai integritas. Selanjutnya kami atas Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia mengucapkan terima kasil kepada tim penulis yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk pengayaan terhadap isi modul ini. Kami mengharapkan pengembangan akan materi modul ini berkelanjutan seiring dengan pelaksanaan Desiminasi Gugus ii Depan Integritas pembelajaran dan serta modul membetuk ini dapat karakter mencapai pegawai tujuan negeri sipil berintegritas dalam membangun budaya integritas di Provinsi Riau. Pekanbaru, Juli 2017 KEPALA BPSDM PROVINSI RIAU, Drs. ASRIZAL, M.Pd iii TIM PENYUSUN Mohamad Zainuri, S.ST., MP Widyaiswara Muda Ir. Mahfayeri, M.Pd Widyaiswara Utama Suparman, A.Ks, S.Pd.I., M.Si Widyaiswara Madya Dany Setyawan, AP, M.Si Widyaiswara Muda NARA SUMBER Drs. Kasiaruddin Jalil Drs. H. Arlizman Agus, MM Ir. A. Patrianov iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................ ii BAB PENDAHULUAN ................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................. 1 B. Maksud dan Tujuan ..................................... 2 C. Ruang Lingkup ............................................ 3 II KONSEP INTEGRITAS ....................................... 4 A. Dasar Hukum ............................................... 4 B. Konsep Integritas ........................................ 4 1. Kejujuran ................................................ 6 2. Konsistensi ............................................. 8 3. Keberanian ............................................. 12 BAB BAB BAB I III PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS .......... 13 A. Integritas Individu .................................... 13 B. Integritas Organisasi ................................. 16 C. Integritas Nasional .................................... 18 IV PENUTUP ......................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya dalam pengembangan sumber mengembangkan daya kemampuan manusia terutama intelektual dan untuk kepribadian manusia yang sesuai dengan definisi pengembangan yaitu proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral peserta melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pengembangan pegawai diperlukan program pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan analisa jabatan agar pegawai mengetahui tujuan pendidikan dan pelatihan yang dijalankannya. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa “Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil”. Pegawai menjalankan negeri tugas dan sipil merupakan kewajiban abdi negara yang sesuai peraturan yang berlaku, kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil pada setiap negara adalah penting dan menentukan karena Pegawai Negeri Sipil merupakan aparatur pelaksana dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan tujuan Pemerintah. Tercapainya tujuan tersebut ditentukan oleh kualitas dan kinerja Pegawai Negeri Sipil, dengan posisi yang demikian maka diperlukan manajemen Pegawai Negeri sipil yang mampu 1 secara komprehensif dan terperinci menjelaskan posisi, peran, hak dan kewajiban para Pegawai Negeri Sipil tersebut. Namun pada kondisi pada saat ini terjadi fenomena dimana pegawai negeri sipil kurang memiliki integritas, hal tersebut dapat dilihat dari penurunan kesadaran pegawai negeri sipil untuk melakukan kewajiban seperti disiplin waktu dalam bekerja dan semangat kerja yang cenderung menurun, penurunan tersebut dapat disebabkan dari berbagai aspek dan tidak menutup kemungkinan aspek yang bersifat pemenuhan kebutuhan pegawai negeri sipil tersebut. Untuk itu perlu stimulus bagi pegawai negeri sipil dalam menimbulkan kembali semangat disiplin bekerja. Untuk dapat membentuk sosok pegawai negeri sipil yang memiliki Integritas dan profesional seperti tersebut di atas perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan. Selama ini, belum ada diklat teknis tentang integritas di Provinsi Riau sebagai media edukasi dalam menyampaikan pengertian integritas terhadap pegawai Negeri Sipil. Hal tersebut merupakan salah satu titik tolak dimana seharusnya ada pembekalan pemahaman integritas terhadap pegawai Negeri Sipil di Lingkup Pemerintah Provinsi Riau dalam bentuk Diseminasi Gugus Depan Integritas Provinsi Riau. B. Maksud dan Tujuan Maksud Pembelajaran Modul Konsepsi Integritas pada Diklat Diseminasi Gugus Depan Integritas Provinsi Riau ini adalah terwujudnya pegawai negeri sipil yang mampu memahami dan menjelaskan konsep-konsep integritas dalam membangun integritas. Tujuan pembelajaran modul Konsepsi Integritas Diseminasi Gugus Depan Integritas Provinsi Riau ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada peserta yang terdiri dari 2 Pejabat Struktural khususnya Eselon III dan Eselon IV agar dapat: 1. Menjelaskan pengertian integritas. 2. Menjelaskan pembangunan Integritas. C. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pembelajaran Modul Konsepsi Integritas pada Diklat Diseminasi Gugus Depan Integritas Provinsi Riau ini meliputi integritas pemahaman dan pegawai pembangunan negeri sipil budaya tentang konsep integritas untuk membangun karakter pegawai negeri sipil yang berintegritas dalam meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil Provinsi Riau yang dilakukan melalui pembelajaran Diseminasi Gugus Depan Integritas Provinsi Riau. 3 BAB II KONSEP INTEGRITAS A. Dasar Hukum Dalam modul onsepsi Integritas terdapat beberapa dasardasar hukum yang menjadi pedoman pemahaman dan pembangunan budaya integritas di Provinsi Riau, yaitu: 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil; 6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah; B. Konsep Integritas Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan (Pedoman Simposium, 2016). Integritas juga dapat diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengertian tentang integritas ini menunjukan kepada kita bahwa integritas pada diri 4 seorang manusia memegang peranan penting pada kemuliaannya sebagai seorang manusia. Kemudian bagi kehidupan bermasyarakat, adanya integritas pada orang-orangnya akan menjamin adanya tatanan masyarakat yang baik. Ini berarti integritas adalah salah satu penentu keberadaban dan kehebatan suatu bangsa. Integritas merupakan sebuah standar moralitas dan etika seseorang, tidak ada hubungannya dengan situasi yang kebetulan ada di sekitar Anda dan tidak mendorong kecepatan. Konsep integritas itu sendiri di dalamnya mengidentikkan dengan kata hati, akuntabilitas moral, komitmen moral, dan konsistensi moral seseorang (Paine, 1994) antara perilaku yang ditunjukkannya dan nilai-nilai atau prinsip-prinsip tertentu (Yukl dan Van Fleet, 1992; Mayer, Davis, & Schoorman, 1995; Becker, 1998). Konsep integritas pada Executive Brain Assessment diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) konsistensi, dan dimensi yaitu kejujuran, keberanian yaitu: kejujuran, konsistensi dan keberanian. Kejujuran (honesty) adalah dimensi potensi integritas yang menunjukkan aspek komponen integritas pada kesadaran kebenaran dalam sikap kejujuran, yang terdiri dari aspek empati (empathy), tidak mudah untuk menuduh orang lain bersalah (lack of blame) (concistency) dan adalah rendah dimensi hati (humility). potensi Konsistensi integritas yang menunjukkan komponen integritas pada konsistensi dalam perbuatan, (emotional yang mastery), terdiri dari akuntabel aspek pengendalian emosi (accountability), dan fokus menyeluruh (focus on the whole). Keberanian (courage) adalah dimensi potensi integritas yang menunjukan komponen integritas pada keberanian 5 menegakan kebenaran secara terbuka, yang terdiri dari aspek keberanian (courage), dan percaya diri (self confidence). 1. Kejujuran Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Sikap jujur merupakan salah satu sikap positif yang diperlukan untuk dapat meningkatkan karier di masa yang akan datang. Kebiasaan untuk bersikap jujur menimbulkan ketenangan dalam diri. Seseorang memperoleh kepercayaan dari orang lain adalah suatu dorongan dan keinginan setiap orang. Namun, memperoleh kepercayaan tanpa didasari oleh nilai-nilai kebenaran, tetap membuahkan sesuatu yang tidak baik, bahkan berakhir dengan sebuah kegagalan. Kejujuran berkaitan dengan pengakuan. Dalam hal ini kita melihat persoalan kesesuaian antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan. Kejujuran merupakan kualitas manusiawi melalui mana manusia mengomunikasikan diri dan bertindak secara benar (truthfully). Karena itu, kejujuran sesungguhnya berkaitan erat dengan nilai kebenaran, termasuk di dalamnya kemampuan mendengarkan, sebagaimana kemampuan berbicara, serta setiap perilaku yang bisa muncul dari tindakan manusia. Secara sederhana, kejujuran bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk mengekpresikan fakta-fakta dan keyakinan pribadi sebaik mungkin sebagaimana adanya. 6 Sikap ini terwujud dalam perilaku, baik jujur terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri (tidak menipu diri), serta sikap jujur terhadap motivasi pribadi maupun kenyataan batin dalam diri seorang individu. Kualitas kejujuran seseorang meliputi seluruh perilakunya, yaitu, perilaku yang termanifestasi keluar, maupun sikap batin yang ada di dalam. Keaslian kepribadian seseorang bisa dilihat dari kualitas kejujurannya. Konsep tentang kejujuran bisa membingungkan dan mudah dimanipulasi karena sifatnya yang lebih interior. Perilaku jujur mengukur kualitas moral seseorang di mana segala pola perilaku dan motivasi tergantung pada pengaturan diri (self-regulation) seorang individu. Meskipun tergantung pada proses penentuan diri, kita tidak bisa mengklaim bahwa pendapat diri kita sematalah yang benar. Seandainya toh kita telah meyakini bahwa pendapat kita merupakan pendapat yang menurut kita paling baik, perlulah tetap mendengarkan pendapat orang lain. Setiap keyakinan pribadi menyisakan bias subjektivitas yang bisa saja mengaburkan diri kita dalam memahami realitas sebagaimana adanya. Sikap jujur dengan demikian bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk senantiasa bersikap selaras dengan nilai-nilai kebenaran (to be thrutful), sebuah usaha hidup secara bermoral dalam kebersamaan dengan orang lain. Seseorang dalam mengupayakan nilai kejujuran tidak sama dengan memperjuangkan ideologi yang sifatnya lentur dan bisa berubah setiap saat. Inilah mengapa, meskipun kita tahu bahwa kejujuran itu sangat penting bagi kehidupan, nilai kejujuran sulit untuk menjadi norma sebuah 7 kultur masyarakat. Ideologi senantiasa mencari pendukung yang memperkuat gagasannya dan mendukung sudut pandangnya sendiri sementara menolak dan mengabaikan pandangan orang lain. Pendekatan demikian mengikis praksis perilaku jujur dan meningkatkan konflik bagi setiap relasi antar manusia. Nilai kejujuran memiliki hubungan yang erat dengan kebenaran dan moralitas dan etika. Bersikap jujur merupakan salah satu tanda kualitas moral dan etika seseorang. Dengan menjadi seorang pribadi yang berkualitas, kita mampu membangun sebuah masyarakat ideal yang lebih otentik dan khas manusiawi. Seseorang semakin jauh dari kebenaran dan karena itu dishonest jika ia tidak menyadari bahwa perilakunya itu sesungguhnya keliru. Kesadaran diri bahwa setiap manusia bisa salah dan mengakuinya merupakan langkah awal bertumbuhnya nilai kejujuran dalam diri seseorang. Oleh karena itu, jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi dengan fenomena. Dalam agama Islam sikap seperti yang dinamakan shiddiq. Dengan keikhlasan, tidak dengan keterpaksaan, kepercayaan, merupakan fakta dan tidak berdusta. 2. Konsistensi Konsistensi diartikan kemantapan (dalam pemerintah mencerminkan sebagai bertindak); ketetapan ketaatasasan: suatu dalam dan kebijakan menghadapi pembangunan yang sedang kita laksanakan. Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi. Konsistensi 8 merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif. konsistensi dalam aspek perbuatan, pengendalian akuntabel Komponen emosi (accountability), integritas yang terdiri (emotional dan fokus pada dari mastery), menyeluruh (focus on the whole). Pengendalian emosi sangat penting bagi semua orang. Terutama para pegawai negeri sipil. Emosi pegawai negeri sipil harus diterkendali untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Emosi adalah aspek penting yang mempunyai pengaruh besar dalam sikap manusia. Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu: a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosi nya matang mampu mengontrol ekpresi yang tidak dapat diterima secara sosial 9 atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial. b. Pemahaman memahami diri. Individu seberapa yang banyak matang, belajar kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat. c. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut. Beberapa cara mengendalikan emosi yaitu: a. merasakan yang orang lain rasakan; b. tenangkan hati di tempat yang nyaman; c. mencari kesibukan yang disukai; d. curahan hati/curhat pada orang lain yang bisa dipercaya; e. mencari penyebab dan mencari solusi; f. ingin menjadi orang baik; g. cuek dan melupakan masalah yang ada; h. berpikir rasional sebelum bertindak; i. diversifikasi tujuan, cita-cita dan impian hidup; j. kendalikan emosi dan jangan mau diperbudak amarah; k. ubah posisi tubuh anda; l. olahraga; m. jaga asupan nutrisi; n. hindari kebiasaan buruk; o. jalin komunikasi; p. berpikirlah bahwa anda tidak sendirian; q. hindari stress. 10 Pengertian akuntabel adalah dapat dipertanggungjawabkan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik sumber inputnya, prosesnya, maupun peruntukan/ pemanfaatan outputnya. Akuntabel adalah pembuktian para pegawai negeri sipil. Akuntabel menjadi tolok ukur keberhasilan tugas yang diembannya. Pegawai negeri sipil yang akuntabel adalah yang dapat mempertanggung jawabkan tugasnya yang telah dilaksanakannya. Akuntabilitas pegawai negeri sipil adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/ institusi dituntut untuk bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal. Pegawai negeri sipil melaksanakan tugas harus fokus menyeluruh. Fokus menyeluruh memiliki beberapa pemahaman antara lain: komprehensif, inklusif, dan utuh. Oleh karena itu, pegawai negeri sipil dalam menjalankan tugas harus komprehensif (dari perencanaan hingga evaluasi). pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas inklusif. Pemahaman inklusif adalah menempatkan dirinya ke dalam cara pandang orang lain/ kelompok lain dalam melihat dunia, dengan kata lain berusaha menggunakan sudut pandang orang lain atau kelompok lain dalam memahami masalah. Sedang utuh adalah sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, tidak berkurang, dsb). 11 3. Keberanian Komponen integritas pada keberanian menegakan kebenaran secara terbuka, yang terdiri dari aspek keberanian (courage), dan percaya diri (self confidence). Berani menyampaikan sesuatu yang benar, benar berarti sudah sesuai aturan dan nilai. Sedangkan percaya diri menurut Lauter (2002:4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster mempunyai menggambarkan kepercayaan diri bahwa memiliki orang yang ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis dan gembira. Sikap percaya diri pegawai negeri sipil adalah keyakinan akan kemampuannya sendiri untuk bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkannya sebagai suatu perasaan yang yakin pada tindakannya, bertanggung jawab terhadap tindakannya dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Orang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri: toleransi, tidak memerlukan dukungan orang lain dalam setiap mengambil keputusan atau mengerjakan tugas, selalu bersikap optimis dan dinamis, serta memiliki dorongan prestasi yang kuat. 12 BAB III PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS Integritas Nasional adalah kondisi ketika seluruh komponen bangsa melakukan tindakan sesuai dengan nilai, aturan, budaya dan tugas yang diemban melalui keselarasan dan pengendalian untuk mencapai tujuan nasional. Untuk mencapai kondisi tersebut, pembangunan integritas nasional ditempuh melalui pembangunan integritas individu, integritas organisasi, integritas pilar dan nasional. A. Integritas Individu Dalam sistem integritas, kata kuncinya adalah integritas. Kata integritas berasal dari bahsaa latin, yang berarti tidak terpengaruh, utuh, tegak atau dapat diandalkan. Dalam bahasa Inggris disebut integrity, dalam Kiamus Besar Bahasa Indonesia , integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy kata Integritas mengacu pada keutuhan, kelengkapan dan kemurnian. Dalam Oxford Dictionary, Integritas didefinisikan: “the quality of being honest and having strong moral principles”. Hasil kajian terhadap berbagai literatur menemukan beragam definisi tentang integritas, diantaranya : 1. Seseorang berpegang pada apa yang menurut orang tersebut berharga atau dianggap etis (Harcourt, 1998). 2. Sejauh mana berbagai komitmen yang kita miliki selaras, utuh secara menyeluruh (Furrow, 2005). 13 3. Ketika berbicara tentang integritas, kita berbicara tentang menjadi orang yang utuh, yang terpadu, dan seluruh bagian diri kita yang berlainan bekerja dengan baik dan berfungsi sesuai rancangan (Henry Cloud, 2007). 4. Integritas adalah “maining social, ethical, and organizational norm, firmly adherring to code of conduct and a ethical principle”. Dengan pengertian tersebut integritas diterjemahkan menjadi tiga tindakan kunci (key action) yang dapat diamati (observable). Pertama, menunjukkan kejujuran (demonstrate honesty), yaitu bekerja dengan orang lain secara jujur dan benar menyajikan informasi secara lengkap dan akurat. Kedua, memenuhi komitmen (keeping commitment), yaitu melakukan apa yang telah dijanjikan, tidak membocorkan rahasia. Ketiga, berperilaku secara konsisten (behave consistently), yaitu menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara kata dan prbuatan (Andreas Harefa, 2000). 5. I = C1 + A + E – C2 ; I : Integrity, C1 : Competency, A : Accountability, E : Ethics, C2 : Corruption (Fredrick Galtung, 2005). 6. Integritas adalah integrasi dario sifat-sifat dan kemampuan yang dikagumi kedalam sebuah sistem kebijakan yang berfungsi (Puka, 2005). 7. Seseorang/Institusi dikatakan berintegritas, jika seseorang/institusi tersebut ketika melakukan tindakan konsisten sesuai dengan nilai, tujuan dan tugas yang diemban oleh seseorang/institusi tersebut (Brown et al, 2005). 8. Integritas bukanlah suatu kebajikan atau suatu ciri karakter dalam arti sempit, tetapi merupakan konsep 14 formulasi makro yang mencakup kumpulan nilai kebajikan, integritas mengacu pada hubungan diantara serangkain/suatu set nilai moral, dimana nilai moral ini konsisten dengan serangkan/satu set dengan nilai sosial, dan integritas lebih jauh membutuhkan keselarasan antara perilaku dengan serangkan/satu set nilai moral/sosial disepanjang waktu dan berbagai konteks sosial (Dunn, 2009). 9. Nilai yang mengacu pada konsep kebajikan (virtue theotery) dari Aristoteles dan moral theory dari Kant. Aristoteles mendefenisikan kebahagiaan sebagai aktivitas jiwa yang mengikuti atau diakibatkan dari prinsip rasional, yang berhubungan erat dengan kesempurnaan. Kant menyatakan bahwa niat baik adalah sumber dari nilai, dan tanpa niat baik segala seseuatunta tidak ada artinya (C.Korsgaard;1986). Berdasarkan hasil diskusi terfokus yang melibatkan stake holder integritas di Indonesia dirumuskan konsep kadar integritas yang terdiri dari 3(tiga) tingkat yaitu: 1. Rendah : Jujur mengikuti nurani, yang selalu pasti mengarahkan pada kebaikan dan kebenaran (nilai-nilai universal) 2. Sedang : Konsisten untuk jujur mengikuti nurani walaupun datang godaan 3. Tinggi : Berani untuk konsisten jujur mengikuti nurani walaupun harus menanggung risiko Berdasarkan konsep kadar integritas, Indonesia sudah mengembangkan konsep penilaian potensi integritas yang efektif dan efisien melalui instrumen identifikasi potensi integritas melalui EBA (Executive Brain Assessment). Pada 15 konsep EBA terdapat delapan aspek yang dinilai kemudian diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) cluster yaitu integritas primer, integritas skunder, dan integritas tersier. Dengan pendekatan EBA, proses assessment untuk seleksi penggerak integritas, agen pengeerak integritas serta duta integritas menjadi lebih terukur. B. Integritas Organisasi Teori-teori yang membahas integritas tidak hanya dalam konteks individu tetapi berkembang juga dalam konteks lebih luas lagi yaitu organisasi, meskipun integritas individu dan integritas organisasi saling terkait, dalam mendefinisikan integritas organisasi terdapat perbedaan antara definisi integritas individual dan integritas organisasi: 1. Integritas organisasi diartikan sebagai :1) usaha-usaha dan kebijakan organisasi untuk mendukung tercapainya integritas personal/ individu; 2)bahwa dalam membentuk integritas organisasi harus dilihat juga pengaruh dari interaksi personal/individu satu sama lain(Vandekerckhove, 2008); 2. Organisasi dikatakan berintegritas jika institusi tersebut ketika melakukan tindakan konsisten sesuai dengan nilai, tujuan dan tugas yang diemban oleh organisasi tersebut (Brown et al,2005); 3. Integritas dalam kerangka institusi layanan publik diartikan sebagai:1) Perilaku pemberi layanan yang sejalan dengan tujuan organisasi dimana mereka bekerja; 2) Operasi layanan publik sehari-hari dapat diandalkan; 3) Warga menerima layanan tanpa pembedaan berdasarkan keadilan dan aspek legalitas; 4) Sumber daya publik digunakan secara efektif, efisien dan tepat; 5) Prosedur pengambilan 16 keputusan transparan kepada publik dan pengukuran dilakukan agar publik dapat melihat (OECD, 2000). 4. Integritas dan etika didefinisikan sebagai sebuah komitmen pada pemikiran dan tindakan moral di semua aspek mengenai bagaimana organisasi dikelola dan dijalankan(Dubinsky dan Richter, 2009). Integritas organisasi akan terbentuk jika dibangun oleh individu yang memiliki integritas kadar tinggi yang disebut sebagai tunas integritas. Sesuai dengan konsep pareto 20/80, diharapkan jumlah mereka mencapai 20% dari total individu yang ada di organisasi. Dengan kadar integritas yang tinggi dari para tunas integritas akan menjamin terwujudnya integritas organisasi (pendekatan inside out). Integritas organisasi yang sudah terbangun akan membuat 80% anggota organisasi lain akan terkondisikan berintegritas (pendekatan outside in). Integritas organisasi yang dibangun oleh para tunas integritas terdiri dari penyelarasan (alignment) dan pengendalian yang semakin menjamin sampai pada tujuan (assurance). Berdasarkan proses penyelarasan berbagai sistem yang dijalankan di Indonesia diperoleh 16 komponen sistem integritas yang terdiri dari: 1. Selesksi dan keteladaan pimpinan 2. Revitalisasi kode etik dan pedoman perilaku 3. Manajemen risiko 4. Peran pengawasan internal 5. Pengelolaan gratifikasi dan hadiah 6. Revitalisasi pelaporan harta kekayaan 7. Whistle Blower System (WBS) 17 8. Evaluasi eksternal integritas 9. Post Employment 10. Pengungkapan isu dan uji integritas 11. Manajemen SDM 12. Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja 13. Pengadaan Barang dan Jasa 14. Kehandalan SOP 15. Keterbukaan Informasi Publik 16. Pengelolaan Aset Untuk menjamin keberlangsungan, sitematika dan integrasi proses pembangunan sistem integritas organisasi perlu dibentuk komite integritas, yang merupakan forum khusus para pemilik posisi strategis di organisasi. Melalui forum tersebut pemangku posisi strategis dapat saling menjaga agar terhindar dar KKN dan mendukung tunas integritas dalam pembangunan integritas Nasional serta memastikan kesinambungan upaya pencapaian tuuan organisasi. C. Integritas Nasional Kata kunci integrits nasional dan pilar adalah sinergi dari organisasi-organisasi berintegritas yang berkolaborasi untuk mewujudkan tujuan nasional. Salah satu kolaborasi itu memastikan korupsi turun, turunnya korupsi sebagai dampak dari naiknya budaya integritas di Indonesia. Mengingat bahwa yang melakukan sinergi adalah organisasi-organisasi yang berintegritas maka hubungan timbal balik atau sinergi bukan merupakan kolusi melainkan hubungan yang membangun sistem akuntabilitas horizontal sebagai komplementer sistem akuntabilitas vertikal yang diatur oleh konstitusi, dam berbagai ketentuan. 18 Sistem Integritas Nasional berdasarkan teori Jeremy Pope (2000) mengilustarasikan Integritas Nasional dengan gambar bangunan yang bertujuan menopang tatanan hukum, pembangunan berkelanjutan, dan kualitas hidup. Dalam konsep road map KPK bangunan tersebut ditopang oleh pilarpilar institusi yaitu:Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Legislatif, Eksekutif, Yudikatif, Layan Publik, Penegak Hukum, Penyelenggara Pemilu, Ombudsman, Lembaga Audit, KPK, Partai Politik, Media, Masyarakat Sipil, dan Swasta/Binis. Pilar-pilar tersebut berdiri di atas pondasi Politik, Ekonomi, Sosoal, dan Budaya. Harold Travor (2012) menyatakan pemberantasan korupsi adalah sarana bahwa untuk mencapai tujuan nasinal suatu negara. Pemberantasan korupsi untuk kondisi yang sudah sistemik dan merupakan praktek tradisi yang berkelanjutan memerlukan pendekatan yang komprehensif baik dari aspek pribadi, sistem dan budaya. Sehingga diskusi terkait korupsi tidak lagi hanya sebatas pendekatan kejahatan, tetapi bergeser pula pada pendekatan budaya, yang pada intinya lebih terkait pada standar kebaikan (standard of goodness). Alain sham (2012) menyatakan bahwa upaya pemberantasan korupsi perlu disesuaikan dengan yuridiksi, kondisi dan budaya masing-masing negara. Kesadaran Bangsa Indonesia akan pendekatan structure follow strategy menyebabkan pilar-pilar Integritas Nasional bukan berupa institusi (struktur) namun berupa sasaran yang akan menjadi fokus bersama dalam melakukan kolaborasi. Dalam hal ini sasaran tersebut sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. 19 Selama ini pemahaman yang berkembang adalah power tend to corrupt (kekuasaan cenderung korup) diharapkan dengan terbangunnya komite integritas disetiap organisasi maka yang akan berkembang adalah pemahaman power to integrity (kekuasaan cenderung berintegritas). Kolaborasi orang-orang strategis yang memiliki kadar integritas tinggi (komite integritas) akan melahirkan: 1)Akuntabilitas horizontal yang dapat menjaga organisasi dan pilar dari korupsi; 2) Organisasi yang saling mendukung untuk mencapai tujuan nasional. Kolaborasi berintegritas yang untuk dilakukan antar mewujudkan organisasi sasaran (pilar) yang sistem integritas nasional, mencakup tiga ruang lingkup sebagai berikut: 1. Peran/konstribusi (role), yaitu memastikan setiap pilar menjalankan tugas pokok dan fungsi secara berintegritas, dengan berbasiskan keunggulan masing-masing, untuk selanjutnya dikolaborasikan dengan pilar lainnya, dalam pembanguna Sistem Integritas Nasional. 2. Peran dan kontribusi masing-masing pilar, diindetifikasikan, saling diketahui, saling memberdayakan agar pencapaian tujuan berjalan secara efektif. Aspekaspek yang perlu saling diketahui: Peran organisasi mendistribusikan lainnya dalam mendistribusikan sebagai integritas satu pilar, integritas bagian kepada atau pada yang organisasi pilar pilar yang lainnya, hingga mecapai kesetaraan. 20 Jenis hubungan apakah sebagai mandat konstitusi, kebijakan dan operasional. 3. Integritas organisasi: Kolaborasi dalam kerangka pembanguna sistem integritas dilakukan dengan saling menilai dan memberikan masukan terkait integrity dash board masing-masing organisasi untuk saling (studi belajar serta ditindaklanjuti banding), pendampingan, magang, peyediaan tenaga ahli (coaching). Integrity dash board yang dimaksud adalah tingkatan pembangunan integritas yang dicapai oleh masing-masing organisasi yang terdiri dari: a) Level of sharing: Kapasitas (kekuatan) dan jenis keunggulan untuk berkontribusi dalam pembangunan Sistem Integritas Nasional. b) Tingkat Keterlibatan (Level of engagement) organisasi dalam pembangunan integritas organisasi, pilar, dan nasional. c) Kemampuan organisasi untuk penyelarasan (level of alignment) dan pengendalian yang semakin menjamin sampai pada tujuan (level of assurance). d) Kapasitas (capacity) agar dapat membangun sistem integritas, budaya organisasi, dan menjalankan perannya secara berintegritas, maka masing-masing organisasi harus memiliki kapasitas untuk menjalankan kedua hal tersebut. Kapasitas yang perlu dibangun masing-masing organisasi adalah kapasitas SDM, Dana, Teknologi dan Informasi Komunikasi. Berdasarkan pendekatan konsep hukum capital, yang menitikberatkan peranan SDM kompetensi dalam pencapaian tujuan organisasi maka terkait kapasitas 21 perlu dipastikan tersedianya SDM yang kompeten. Bentuk konkritnya untuk menjamin tersedianya SDM yang kompeten maka setiap organisasi menjalankan pendekatan corporate university. Keseluruhan aspek di atas perlu dikelola dan ditindaklanjuti dalam bentuk kolaborasi yang efektif melalui proses bertahap secara gradual melalui pendekatan Indonesia Corporate University (I-CORPU). Andi Hamzah (2007) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya korupsi disebabkan oleh latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang cukup permisif terhadap perbuatan korupsi. Soejono Dirdjosisworo (1983) juga menyatakan bahwa faktor sosial budaya berpengaruh terhadap psikologi perilaku, misalnya kultur malu pada suatu keluarga. Suatu keluarga termasuk berkedudukan dan terpandang, tetapi tidak mampu menampung dan memberi kesenangan kepada saudaranya, keadaan ini akan mendorong orang dalam keluarga tersebut melakukan korupsi. Menurut Syed Hussein Alatas (1986) terjadinya korupsi di antaranya disebabkan oleh:1) ketiadaan dan kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci, yang mampu mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi, 2) kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika. Begitu banyak definisi dan konsep integritas serta kaitannya dengan budaya, sistem dan perilaku, sehingga penting untuk dapat membuat defenisi yang cocok dan dapat diterima oleh semua elemen bangsa, serta sangat penting pula untuk membuat sistem integritas nasional yang cocok dan efektif untuk konteks bangsa dan negara Indonesia, khususnya terkait pemberantasan korupsi. 22 Berbagai konsep dan definisi yang ada dapat dijadikan bahan eksplorasi untuk mewujudkan impian masa depan Indonesia yang lebih baik, sebagaimana diamanahkan dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia, dan dengan partisipasi seluruh elemen bangsa akan diwujudkan menjadi kenyataan. 23 BAB IV PENUTUP Semangat membangun nilai-nilai integritas dalam era globalisasi dan bermasyarakat kondisi kehidupan memiliki arti berbangsa, penting bernegara dan strategis dan untuk mewujudkan tujuan sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Implementasi nilai-nilai integritas akan membangun jati diri bangsa. Bagi pegawai negeri sipil sebagai aparatur sipil negara yang melaksanakan fungsi pemerintah yaitu: penyelanggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat tentunya sangatlah diperlukan, sehingga tugas pokok dan fungsi dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku. Tinggi rendahnya capaian kinerja individu dan organisasi sangatlah ditentukan sampai sejauhmana nilai-nilai integritas dapat diimplementasinya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Untuk itu melalui modul desiminasi gugus depan integritas diharapkan pegawai negeri sipil dalam memberikan kontribusi yang signifikan untuk pencapaian tujuan bangsa Indonesia. 24 DAFTAR PUSTAKA Arbuthnot & Faust, 1980. Teaching Moral Reasoning : Theory and Practice. Brown et al, 2005. Nutrition Trough The life cycle. Elizabeth B., Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Gramedia. Foster, E. M. dalam Kohlberg, L. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral, diterjemahkan oleh Drs. John de Santo dan Drs. Agus Cremers SVD, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Cetakan Pertama. Haji, Raja Ali. Gurindam Dua Belas. http://kpk.go.id Paine. 1994. managing for organizational integrity. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010. Grand Design Reformasi Birokrasi yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi birokrasi. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 52 Tahun 2014. Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, Tentang Aparatur Sipil Negara. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Tentang Pemerintahan Daerah, W. Amann,A. Stachowicz-Stanusch. 2012. Integrity in Organizations: Building the Foundations for Humanistic Management Wisesa, Anggara. 2009. Integritas Moral dalam Konteks Pengambilan Keputusan Etis