PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI UJI ANGKA KAPANG – KHAMIR DAN IDENTIFIKASI Salmonella spp PADA JAMU BERAS KENCUR YANG DIJUAL DI PASAR SAMBILEGI MAGUWOHARJO DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Disusun oleh: I Dewa Ayu Sri Angga Dewi NIM : 128114063 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI UJI ANGKA KAPANG – KHAMIR DAN IDENTIFIKASI Salmonella spp PADA JAMU BERAS KENCUR YANG DIJUAL DI PASAR SAMBILEGI MAGUWOHARJO DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Disusun oleh: I Dewa Ayu Sri Angga Dewi NIM : 128114063 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN “Hanya satulah yang sesunguhnya bernama musuh, tak lain hanya kebodohan saja; tidak ada yang menyamai pengaruh kebodohan itu, sebab orang yang dicengkram kebodohan itu, niscaya, ia akan melakuka perbuatan buruk” Sarasamuscaya sloka 399 Karya ini kupersembahkan untuk: “Ida Sang Hyang Widhi Wasa “ “Bapakku I Dewa Nyoman Sudiarta dan Ibuku I Gusti Ayu Nyeri Wati yang selalu mendoakan, mendukung untuk menjadi pribadi yang sukses ” “Kakakku Hendra yang selalu mendukung dan memberikan semangat” “Terkasih I Wayan Wisnawa yang telah memberikan semangat, dukungan, saran, dan doa” “Almamaterku” “Diriku sendiri” iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PRAKATA Puji syukur dan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugerah dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “Uji Angka Kapang – Khamir (AKK) dan Identifikasi Salmonella spp pada Jamu Beras Kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berbagai kesulitan yang dihadapi penulis dalam proses penyelesaian skripsi tidak akan dapat terlewati tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan ungkapan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji skripsi. Terimakasih atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini. vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji skripsi. Terimakasih atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini. 5. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani Apt., selaku Kepala Program Studi Fakultas Farmasi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan. 6. Bapak Enade Perdana Istyastono Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan. 7. Ibu Evina Widi Astuti, SST, Bapak Andi Priono, AMd,A.K dan segenap anggota Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta yang telah membimbing penulis selama penelitian. 8. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Farmasi yang telah memberikan ilmu kefarmasian sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 9. Keluargaku yang telah medoakan, mendukung dan menyemangati dalam proses penyelesaian skripsi ini : Bapakku tercinta I Dewa Nyoman Sudiarta, Ibuku tercinta I Gusti Ayu Nyeri Wati dan kakakku tercinta I Dewa Gede Hendra Yuliarta. 10. Sahabat hidupku I Wayan Wisnawa yang telah memberikan dukungan serta nasehat dalam menyelesaikan skripsi. viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. Teman seperjuangaku Ni Komang Meyla Wulandari atas semangat, dorongan serta kesabaran mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi. 12. Teman – teman FSM B, FKK A dan Angkatan 2012 yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan adanya kritik, saran dan masukan demi kemajuan di masa yang akan datang. Besar harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khsusunya di bidaang kefarmasian, serta semua pihak, bagi mahasiswa, lingkungan akademis, maupun masyarakat. Yogyakarta, Penulis ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi PRAKATA ................................................................................................. vii DAFTAR ISI .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv INTISARI................................................................................................... xvii ABSTRACT ............................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 2. Keaslian Penelitian ......................................................................... 6 3. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7 BAB II PENELAAH PUSTAKA .............................................................. 9 A. Obat tradisional, Jamu dan Cairan Obat Dalam ................................... 9 x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ................................ 11 C. Jamu Gendong Beras Kencur ......................................................... 12 D. Sterilisasi Alat dan Media .............................................................. 14 E. Angka Kapang Khamir .................................................................. 17 F. Salmonella spp ............................................................................... 21 G. Media Pertumbuhan Salmonella .................................................... 24 H. Antibiotik Kloramfenikol ............................................................... 26 I. Identifikasi Slamonella spp ............................................................ 27 J. Landasan Teori ............................................................................... 30 K. Hipotesis......................................................................................... 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 33 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 33 B. Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 33 1. Variabel .................................................................................... 33 2. Definisi Operasional................................................................. 34 C. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 35 1. Bahan ....................................................................................... 35 2. Alat ........................................................................................... 36 D. Tata Cara Penelitian ....................................................................... 36 1. Pemilihan dan Pengumpulan Jamu Beras Kencur ................... 36 2. Penyiapan Sampel Uji .............................................................. 37 3. Persiapan dan Homogenisasi Sampel....................................... 37 4. Pengenceran Sampel ................................................................ 37 5. Uji Angka Kapang Khamir (AKK) .......................................... 37 6. Uji Identifikasi Salmonella spp pada Jamu Beras Kencur. ...... 38 E. Analisis Hasil ................................................................................. 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 46 A. Penentuan dan Pengambilan Sampel Jamu Gendong Beras Kencur ……………………………………………………………………. xi 47 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B. Sterilisasi Media dan Alat .............................................................. 48 C. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel ........................................ 50 D. Pengujian Angka Kapang Khamir ................................................. 51 E. Uji Identifikasi Bakteri Salmonella spp ......................................... 60 1. Uji pengakayaan pada media Selenite Broth ............................ 61 2. Isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur dalam media Hektoen Enteric Agar (HEA) ........................................ 62 3. Uji Konfirmasi Keberadaan Salmonella spp pada Sampel Jamu Gendong Beras Kencur ............................................................ 65 F. Hasil Uji Identifikasi Bakteri pada Sampel Pedagang A dan B ..... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 84 A. Kesimpulan .................................................................................... 84 B. Saran ............................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 85 LAMPIRAN ............................................................................................... 88 BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 115 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel I. Penandaan untuk masing-masing sampel .................................. 35 Tabel II. Hasil uji identifikasi Salmonella spp. ....................................... 45 Tabel III. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang A inkubasi 5 hari ...... 56 Tabel IV. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang B inkubasi 5 hari ...... 57 Tabel V. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang C inkubasi 5 hari ...... 57 Tabel VI. Hasil Identifikasi Escherichia coli ............................................ 80 Tabel VII. Hasil Uji Identifikasi Salmonella spp Pedagang B .................... 81 Tabel VIII. Hasil Uji Identifikasi Salmonella spp Pedagang A ................... 82 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Sampel jamu gendong beras kencur dalam wadah botol steril ..... 48 Gambar 2. Uji pengkayaan dalam media selenite Broth ................................ 62 Gambar 3. Hasil uji isolasi Salmonella spp pada jamu beras kencur dalam media Hektoen Enteric Agar (HEA) ............................................ 64 Gambar 4. Hasil uji identifikasi sulfur pada media Sulphur Indol Motility Agar……………………………………………………………. . 71 Gambar 5. Hasil uji motilitas pada media Sulphur Indol Motility Agar ........ 73 Gambar 6. Hasil uji metil merah pada media MR-VP ................................... 74 Gambar 7. Hasil uji Voges-Proskaeur pada media MR-VP ........................... 76 Gambar 8. Hasil identifikasi uji sitrat pada media Simmons Sitrat Agar ....... 77 Gambar 9. Hasil identifikasi uji katalase ........................................................ 78 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat ijin penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta ............................................................................... Lampiran 2. Sampel jamu beras kencur dari penjual jamu di Pasar Sambilegi Yogyakarta dalam botol steril ................................. Lampiran 3. 97 Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang B setelah 5 hari inkubasi .......................................................... Lampiran 8. 95 Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang A setelah 5 hari inkubasi .......................................................... Lampiran 7. 93 Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang C setelah 5 hari inkubasi .............................................................. Lampiran 6. 91 Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang B setelah 5 hari inkubasi .............................................................. Lampiran 5. 90 Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang A setelah 5 hari inkubasi .............................................................. Lampiran 4. 89 99 Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang C setelah 5 hari inkubasi .......................................................... 101 Lampiran 9. Hasil uji pengkayaan sampel jamu beras kencur pada media Selenite broth inkubasi 24 jam ................................................. 103 Lampiran 10. Hasil isolasi Salmonella pada sampel jamu beras kencur pedagang A dalam media selektif Hektoen Enteric Agar ........ 105 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 11. Hasil isolasi Salmonella pada sampel jamu beras kencur pedagang B dalam media selektif Hektoen Enteric Agar ....... 106 Lampiran 12. Hasil isolasi Salmonella pada sampel jamu beras kencur pedagang C dalam media selektif Hektoen Enteric Agar ........ 107 Lampiran 13. Hasil identifikasi Salmonella pada uji biokimia sampel jamu beras kencur pedagang A ......................................................... 108 Lampiran 14. Hasil identifikasi Salmonella pada uji biokimia sampel jamu beras kencur pedagang B ......................................................... 111 Lampiran 15. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji MR-VP sampel jamu beras kencur pedagang A dan Pedagang B ....................... 114 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI INTISARI Jamu beras kencur merupakan campuran beras dan kencur (Kaempferia galangal L.) yang memiliki khasiat untuk menambah stamina, menghilangkan rasa pegal – pegal dan penambah nafsu makan pada anak-anak sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Angka Kapang Khamir dan keberadaan Salmonella pada jamu beras kencur yang dijual di pasar Sambilegi Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta, kemudian membandingkannya dengan Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa jumlah AKK tidak boleh melebihi 103 koloni/mL dan keberadaan bakteri patogen Salmonella spp harus negatif/mL. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif komparatif. Tahapan yang dilakukan meliputi pemilihan dan penentuan tempat penjual jamu, pemilihan dan pengumpulan sampel beras kencur, pengujian AKK berpedoman pada PPOMN nomor 96/mik/00 tahun 2006, uji keberadaan Salmonella spp pada jamu beras kencur berpedoman pada metode SNI 2897-2008 dan analisis hasil berpedoman pada PPOMN nomor 96/mik/00 tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan jumlah AKK pada jamu gendong beras kencur dari tiga pedagang melebihi batas yang ditentukan oleh KaBPOM Nomor 12 tahun 2014, dengan nilai AKK pada pedagang A adalah 6,9 x 105 koloni/ml, pada pedagang B adalah 2,9 x 106 koloni/ml dan pada pedagang C adalah 2,2 x 106 koloni/ml, serta tidak terdapat cemaran bakteri patogen Salmonella spp. Kata kunci : Jamu beras kencur, Angka Kapang Khamir, cemaran bakteri patogen Salmonella. xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT Jamu beras kencur is a mixture of rice and sand ginger (Kaempferia galanga L.) that have function to increase stamina, disappearing the fatigue muscle, and increase appetite in children so that why many people like it. This research have purpose to know the number of mold yeast and the appearance of Salmonella spp on jamu beras kencur that sold in Sambilegi, Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta’s market, and then compare it with the regulation by the chief of Indonessian Food and Medicine Supervisor (KaBPOM) number 12, years 2014 that said the number of mold yeast couldn’t be more than 103 colony/ml and the appearance of pathogens bacteria Salmonella spp must be negative/ml. This research was a non experimental research with descriptive comparative research plan. The step included selection and choosing the herb seller, selection and gathering of the jamu beras kencur, tested the number of mold yeast based on PPOMN number 96/mik/00, years 2006, checked the appearance of Salmonella spp on the jamu beras kencur based on SNI 2897-2008 and data analysis based on PPOMN number 96/mik/00, years 2006. Research result show the number of mold yeast on jamu beras kencur sample in three sellers are exceeds the limit specified by the KaBPOM number 12, years 2014. The value of the seller A is 6,9 ×105 colony/ml, 2,9 ×106 colony/ml on seller ‘’B’’, 2,2×106 colony/ml at seller “C” and there was no stain of pathogens bacteria Salmonella spp. Key word : Jamu beras kencur, number of mold/yeast, stain of pathogens bacteria Salmonella. xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman obat yang bermanfaat sebagai bahan obat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mengurangi penggunaan obat tradisional di negara – negara berkembang terutama Indonesia. Walaupun obat dengan bahan kimia sintesis banyak beredar dan mudah didapat, namun masih banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi obat tradisional. Masyarakat menggunakan obat tradisional karena obat tradisional memiliki harga yang relatif lebih murah dan memiliki efek samping yang rendah bahkan tidak memiliki efek samping (Latief, 2012). Obat bahan alam dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Pengelompokkan ini berdasarkan peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM, 2004). Jamu merupakan salah satu obat bahan alam yang banyak diminati oleh masyarakat hingga saat ini terutama untuk masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan (Pramuday, 2008). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan bahwa 59,12% penduduk Indonesia menggunakan jamu untuk menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan karena sakit. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan persentase tertinggi tentang kebiasaan mengkonsumsi jamu dalam bentuk cairan yaitu 76,11%. Data Riskesdas ini menunjukkan bahwa, 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 jamu sebagai bagian dari pengobatan tradisional, telah diterima oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor : Hk.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia yaitu dalam pasal 2 disebutkan bahwa jamu harus memenuhi kriteria yaitu aman sesuai persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku (BPOM, 2004). Obat tradisional buatan penjual jamu atau sering disebut jamu gendong termasuk dalam kategori jamu buatan sendiri yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa (Supardi, 2011). Jamu beras kencur merupakan cairan obat dalam yang memiliki khasiat untuk menambah stamina, menghilangkan rasa pegal-pegal dan penambah nafsu makan pada anak-anak (Azwar, 2010). Menurut Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014, cairan obat dalam adalah sediaan obat tradisional berupa emulsi atau suspensi dalam air, bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik, dan digunakan sebagai obat dalam (KaBPOM, 2014). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan tidak memerlukan izin edar. Oleh karena itu, keamanan serta jaminan mutu kualitas jamu gendong masih cukup rendah (Depkes RI, 2012). Salah satu parameter jaminan keamanan dan mutu dari jamu yang diatur dalam Peraturan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 KaBPOM Nomor 12 tahun 2014 adalah Angka Kapang Khamir (AKK) tidak lebih dari 103 koloni/mL dan tidak boleh mengandung mikroba patogen, termasuk Salmonella spp (KaBPOM, 2014). Apabila di dalam cairan obat terdapat AKK yang melebihi dari 103 koloni/mL dan terdapat bakteri patogen, maka cairan obat tersebut tidak layak untuk dikonsumsi karena tidak terjamin keamanan dan kualitasnya (KaBPOM, 2014). Pembuatan jamu gendong dan jamu racikan dapat dilakukan tanpa pengujian dan proses pendaftaran bahan jamu. Oleh karena itu, kualitas jamu yang dihasilkan belum dapat dipastikan karena tidak diketahui ada atau tidaknya cemaran mikroba, khususnya kapang khamir dan Salmonella. Kondisi tanah yang lembab dan kandungan air dalam bahan baku obat tradisional dapat mengakibatkan timbulnya kapang khamir. Adanya kapang juga mempengaruhi keberadaan aflatoksin yang merupakan senyawa toksin yang berasal dari fungi bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia. Kapang akan menembus sel-sel akar tumbuhan dan hifa kapang dapat pula berkumpul ke dalam selubung mengelilingi akar-akar. Pada saat pemanenan akan tetap menempel pada bahan hingga sampai proses pengeringan. Khamir dapat menyebabkan infeksi dan bersifat patogen pada manusia. Pertumbuhan kapang khamir pada bahan baku obat tradisional dapat mengurangi kualitas obat tradisional karena kapang khamir menghasilkan toksin yang berbahaya bagi tubuh manusia (Pratiwi, 2008). Pedagang jamu kurang memperhatikan higienitas dan sanitasi dalam pembuatan jamu beras kencur. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, jamu yang sudah jadi ditempatkan pada botol – botol plastik yang pencucian hanya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 sekali yaitu hanya di celupkan ke dalam air. Kurangnya sanitasi memungkinkan bakteri patogen yang biasa terdapat pada jamu dapat berkembangbiak dalam jamu beras kencur. Salmonella spp merupakan bakteri patogen yang dapat berbahaya terhadap manusia. Angka kesakitan akibat infeksi Salmonella spp sangat tinggi. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi Salmonella spp adalah salmonellosis. Penyakit ini tidak hanya berkembang di negara berkembang, tetapi berkembang juga di negara maju. Angka kejadian infeksi Salmonella spp di seluruh dunia mencapai lebih dari 12,5 juta per tahun dan di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 2 juta per tahun. Salmonella spp dapat mengkontaminasi jamu melalui botol – botol plastik yang kurang hiegenis. Faktor yang menyebabkan kurangnya sanitasi yaitu pencucian wadah yang kurang bersih atau air yang digunakan pada saat pencucian wadah sudah terkontaminasi Salmonella spp dikarenakan Salmonella spp dapat bertahan hidup didalam air selama 4 minggu. Adanya kesuaian pH dan suhu antara jamu dengan habitat Salmonella spp memungkinkan Salmonella spp dapat tumbuh di dalam jamu. Salmonella spp tumbuh pada suasana aerob atau anaerob fakultatif, pada suhu 150C – 410C. Suhu pertumbuhan optimum 37,50C dengan pH 6-8 (Radji, 2010). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang aspek mikrobiologis pada jamu beras kencur. Dalam penelitian ini, peneliti memilih pasar sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. Pasar sambilegi dipilih karena terletak di jalan jogja-solo yang letaknya sangat strategis untuk dikunjungi oleh masyarakat luas untuk berbelanja. Selain itu, cukup banyak terdapat pedagang jamu gendong beras kencur, tiga pedagang diantara pedagang lainnya banyak memiliki PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 pelanggan jamu beras kencur yang biasa digunakan untuk menambah daya tahan tubuh, menghilangkan rasa pegal-pegal, dan penambah nafsu makan. Adanya cemaran mikroorganisme dalam cairan obat dalam tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas dan keamanan jamu beras kencur. Usaha jamu gendong tidak perlu memiliki izin edar sehingga kualitas dan keamanan jamu beras kencur belum sepenuhnya terjamin. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan uji cemaran mikroorganisme yang meliputi uji angka kapang khamir dan identifikasi cemaran mikroba patogen, khususnya Salmonella spp yang merupakan parameter jaminan keamanan dan mutu dari jamu khususnya jamu beras kencur. Dengan adanya penelitian ini, masyarakat diharapkan mengetahui kualitas dan kemanan jamu beras kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo, Depok Sleman Yogyakarta, sehingga status kesehatan masyarakat dapat meningkat. 1. Rumusan Masalah a. Apakah angka kapang khamir yang terdapat dalam jamu beras kencur dari tiga penjual jamu beras kencur di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta memenuhi persyaratan KaBPOM 2014 yang menyatakan bahwa angka kapang khamir yang diperbolehkan <103 koloni/mL ? b. Apakah terdapat cemaran bakteri Salmonella spp dalam jamu beras kencur dari tiga penjual jamu di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta ? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 2. Keaslian penelitian Penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah: a. Uji Eschericia coli Pada Jamu Beras Kencur yang Beredar di 3 Pasar Di Kotamadya Yogyakarta dengan hasil penelitian positif tercemar bakteri Eschericia coli (Jirnawanto, 2008). b. Uji Angka Kapang/Khamir dalam Jamu Gendong Beras Kencur yang Beredar di Tiga Pasar di Kotamadya Yogyakarta dengan hasil penelitian AKK tidak memenuhi persyaratan KaBPOM (Pramuday, 2008). c. Identifikasi Fungi dan Total Bakteri pada Jamu Tradisional di Pasar Kedonganan Kelurahan Jimbaran Kabupaten Badung Provinsi Bali dengan hasil penelitian AKK dan ALT tidak memenuhi persyaratan KaBPOM (Sukmawati, 2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah tempat pengambilan sampel jamu gendong beras kencur, jumlah sampel, metode pengambilan sampel dan uji identifikasi Salmonella spp pada jamu gendong beras kencur yang belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Sejauh penelusuran pustaka penulis, publikasi penelitian tentang “Uji Angka Kapang Khamir dan Identifikasi Salmonella spp pada Jamu Beras Kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta” belum pernah dilakukan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 3. Manfaat penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah angka kapang khamir dan ada tidaknya cemaran bakteri Samonella spp pada jamu beras kencur yang dijual di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi tentang kualitas dan keamanan jamu beras kencur yang dijual di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta dilihat dari Angka Kapang Kamir dan cemaran bakteri patogen Salmonella spp, sehingga kesehatan masyarakat menjadi lebih terjamin. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada penjual jamu di pasar Sambilegi agar lebih memperhatikan kebersihan dalam proses pembuatan jamu. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan keamanan jamu beras kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta berdasarkan jumlah angka kapang khamir dan cemaran Salmonella spp. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 2. Tujuan khusus a. Mengetahui Angka Kapang Khamir (AKK) dalam jamu beras kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta dan apakah nilai AKK jamu beras kencur dari tiga pedagang memenuhi persyaratan berdasarkan KaBPOM Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa AKK yang diperbolehkan <103 koloni/mL. b. Mengetahui keberadaan bakteri Salmonella spp dalam jamu beras kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II PENELAAH PUSTAKA A. Obat Tradisional, Jamu dan Cairan Obat Dalam Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (KaBPOM, 2014). Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Repblik Indonesia Nomor: HK.00.05.42411, obat bahan alam dikelompokkan berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat yang dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka (BPOM, 2004). Obat tradisional telah dimanfaatkan di beberapa negara dalam pelayanan kesehatan formal terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama yaitu Puskesmas. Berdasarkan data WHO pada tahun 2005 di negara Afrika sekitar 90% dan di India sekitar 70% dari populasi pernah menggunakan obat tradisional untuk membantu memelihara kesehatan (WHO, 2005). Di Cina, tercatat 40% menggunakan obat tradisional dan lebih dari 90% dari seluruh rumah sakit yang ada di Cina memiliki unit untuk pengobatan tradisional (WHO, 2005). Pada tahun 2007 tercatat penggunaan obat tradisional di Amerika Serikat sebesar 38% penduduk dewasa dan 12% penduduk anak-anak. Di Indonesia obat tradisional khususnya jamu masih sering digunakan. Data ini didukung dengan hasil Riset 9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 Kesehatan Dasar tahun 2010 tercatat bahwa 59,12% penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi jamu dan 95,6% diantaranya merasakan jamu berkhasiat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan. Daerah Istemawa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan persentase kebiasaan mengkonsumsi jamu tertinggi yaitu 78,50% dengan data konsumsi jamu setiap hari sebesar 4,28% (Riskesdas, 2010). Jamu adalah obat tradisional yang terbuat dari bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Wasito, 2011). Menurut Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014, cairan obat dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi atau suspensi dalam air, bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik dan digunakan sebagai obat dalam (KaBPOM, 2014). Obat tradisional Indonesia telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan, yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut dapat tercapai dengan dilakukannya pengujian ilmiah tentang keamanan, khasiat, dan standar kualitasnya (Soeharsono, 2002). Berdasarkan Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang persyaratan mutu obat tradisional, terutama cairan obat dalam, yaitu keseragaman volume, penentuan kadar alkohol, penentuan BJ dan pH, Cemaran mikroba (Angka Lempeng Total, Angka Kapang Khamir, Eschericia coli, Salmonella spp, Shigella spp, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus), aflatoksin, cemaran logam berat, bahan tambahan (pengawet, pewarna dan pemanis), wadah dan penyimpanan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 Angka lempeng yang diperbolehkan adalah < 104 koloni/mL dan angka kapang khamir yang diperbolehkan adalah adalah < 103 koloni/mL.. Mikroba patogen harus mempunyai nilai negatif/mL. Mikroba patogen yang dimaksud adalah semua mikroba yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit bila kemasukan mikroba tersebut. Obat tradisional untuk penggunaan obat dalam termasuk di dalamnnya cairan obat dalam perlu diwaspadai adanya mikroba seperti: bakteri patogen Eschericia coli, Salmonella spp, Shigella spp, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus (KaBPOM, 2014). B. Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi, pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani, sehingga pembuatan obat tradisional harus mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) yang sudah ditetapkan oleh BPOM. Tujuan dari CPOTB adalah untuk melindungi masyarakat terhadap hal – hal merugikan dari penggunaan obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Badan Pengawas Obat dan Makanan pada tahun 2005 menyatakan bahwa obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya (BPOM, 2005). CPOTB hendaknya wajib diterapkan oleh industri jamu yang memiliki ijin edar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasa 4 ayat 1 disebutkan bahwa obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan tidak memerlukan ijin edar karena lingkup distribusinya yang kecil sehingga pengawasannya dianggap mudah dan tidak diwajibkan untuk menerapkan CPOTB namun, CPOTB dapat menjadi acuan dalam proses pembuatan jamu, sehingga dapat menjamin kualitas mutu dan aman untuk dikonsumsi (Depkes RI, 2012). Berdasarkan CPOTB, pembuat jamu sebaiknya menjaga kebersihan diri sebelum memulai pembuatan jamu dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun atau larutan deterjen dan tidak diperbolehkan bekerja apabila mengalami gatal – gatal dan sedang menderita penyakit kulit. Bahan baku yang digunakan harus dicuci bersih sampai 2 – 3 kali pencucian. Tempat pengolahan harus dijaga kebersihannya baik sebelum maupun sesudah proses pembuatan jamu. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi mikroba yang memungkinan mengkontamiasi jamu (BPOM RI, 2005). C. Jamu Gendong Beras Kencur Jamu gendong adalah obat tradisional yang terbuat dari bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen (Depkes RI, 2012). Jamu gendong beras kencur adalah bahan atau ramuan dengan komposisi utama beras (Oryza sativa ) dan kencur (Kaempheria galanga L.). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 a. Kencur (Kaempheria galanga L.) Kencur adalah salah satu jenis tanaman obat dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang kencur mengandung pati (4,14%); mineral (13,73%); dan minyak atsiri (0,02%). Kencur dapat digunakan sebagai campuran tanaman obat untuk penyakit – penyakit, seperti radang lambung, radang anak telinga, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk, diare, mata pegal, keseleo, kelelahan, menghilangkan darah kotor dan memperlancar haid. Kencur sudah sejak lama diolah menjadi jamu beras kencur yang biasa diminum untuk menambah daya tahan tubuh, menghilangkan masuk angin, dan kelelahan (Azwar, 2010). b. Beras (Oryza sativa) Beras merupakan sumber karbohidrat sebagai sumber utama energi. Selain mengandung karbohidrat, beras mengandung protein yang penting untuk perkembangan otot dan menjaga massa otot. Beras mengandung mangan yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Xiaoming dkk, 2011). Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti, pembuatan jamu beras kencur cukup mudah, yaitu beras direndam selama 5 jam, setelah direndam kemudian disaring dan ditumbuk halus bersama dengan kencur yang sudah dicuci, gula merah, asam jawa, dan garam. Hasil tumbukan di masukkan kedalam air panas dan disaring. Apabila kurang manis bisa ditambahkan dengan gula pasir kemudian diaduk hingga merata. Jamu yang sudah jadi langsung dimasukkan dalam botolbotol plastik bekas untuk dijual dalam bentuk jamu siap minum. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Proses pembuatan jamu beras kencur memungkinkan 14 terjadinya kontaminasi mikroba. Bakteri dapat mengkontaminasi jamu beras kencur melalui bahan baku yang tidak dicuci dengan bersih, pekerja dan lingkungan pengolahan termasuk peralatan produksi yang digunakan oleh pekerja, tahap pengemasan, dan penyajian. Kesehatan dan kebersihan pembuat jamu serta hygienitas dan sanitasi yang terjaga akan menjamin jamu yang dihasilkan terbebas dari mikroba yang dapat mencemari jamu (Zulaikhah, 2005). D. Sterilisasi Alat dan Media Sterilisasi merupakan proses pembebasan alat-alat maupun bahan-bahan dari segala bentuk mikroba. Apabila alat maupun media yang digunakan dalam penelitian tidak steril, kemungkinan akan terkontaminasi mikroba. Sehingga pada media yang terdapat pertumbuhan mikroba tidak dapat dipastikan apakah mikroba yang tumbuh benar-benar berasal dari sampel atau berasal dari kontaminasi alat maupun media, sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk membebaskan alat dan media dari segala macam bentuk kontaminasi (Waluyo, 2008). Proses sterilisasi yang sering dilakukan dalam skala praktikum laboratorium yaitu : 1) Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara pemanasan langsung, melayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan udara panas yaitu menggunakan oven. Sterilisasi kering dibagi menjadi dua yaitu menggunakan api dan menggunakan oven. Api digunakan untuk mesterilisasi peralatan seperti jarum inokulasi, jarum ose, cawan petri, kaca PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 objek, pinset, mulut tabung biakan, spatel dan lain-lain. Sterilisasi kering merupakan sterilisasi dengan udara panas. Alat yang digunakan adalah oven. Cara ini umum dilakukan untuk mesterilkan peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi dan alat-alat gelas lainnya. Prinsip kerja dari alat ini lebih sederhana yaitu pintu oven dibuka dan semua alat-alat yang akan disterilkan disusun rapi. Kemudian pintu oven ditutup dan suhu diseting pada angka 1601800C selam 1-2 jam. Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan. 2) Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan lebih efisien dan penetratif dalam membunuh mikroorganisme. Tekanan yang paling efisien yaitu 103 kpa (15psi) atau sekitar 1 atm dan dengan suhu 1210C (2500F) selama 15 menit yang dapat dilakukan oleh autoklaf. Segala bentuk mikroorganisme dapat dimatikan dengan syarat suhu, tekanan dan waktu tersebut maka. Autoklaf menggunakan uap air murni (lebih ringan dan lebih panas dari udara) untuk sterilisasi, sehingga udara yang terdapat dalam wadah harus dikeluarkan. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap atau udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga sama dengan tekanan atmosfer. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum jarum tekanan menunjukkan angka nol. Adanya udara PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 dalam wadah saat sterilisasi dapat mengakibatkan kurang efisiennya sterilisasi. Autoklaf hanya dapat mencapai suhu maksimal pada kondisi uap air murni. Sebagian besar media sangat terpengaruh oleh pemanasan yang berlebihan, tetapi sterilisasi menggunakan autoklaf adalah cara yang paling tepat untuk sterilisasi media atau bahan yang tahan panas lebih dari 1000C. Kombinasi waktu dan tekanan untuk sterilisasi media umumnya menggunakan suhu 1150C selama 20 menit atu 1210C selama 15 menit. Penetrasi suhu dan tekanan akan semakin menurun pada volume yang besar. Oleh karena itu jika mensterilisasi cairan melebihi 1L disarankan untuk melebihkan waktu sterilisasi. Wadah seperti tabung, Erlenmeyer, botol sebaiknya diberi ruang kosong antara mulut wadah dengan batas cairan. Setelah selesai sterilisasi sebaiknya alat dan bahan dibiarkan dingin sampai 800C di dalam autoklaf sebelum diangkat. Autoklaf juga digunakan untuk dekontaminasi. Dekontaminasi adalah sterilisasi terhadap semua biakan hasil analisa atau yang telah tumbuh pada media. Proses sterilisasi ini diperpanjang waktunya menjadi minimal 30 menit pada 1210C atau 10 menit pada 1260C. Lebih baik dekontaminasi menggunakan autoklaf yang berlainan dengan yang digunakan untuk sterilisasi. Sebaiknya proses penataan dan penyusunan tidak overpacking dan semua tutup harus dilonggarkan. Setiap selesai dekontaminasi autoklaf harus dibersihkan dari sisa media dan bahan lain secara menyeluruh. 3) Sterilisasi gas yaitu dengan sterilisasi dengan menggunakan gas-gas kimia reaktif seperti formalin, methanol dan etilen oksida memiliki aktivitas biosidal. Etillen oksida adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan mudah terbakar. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 Mekanisme kerja antimikroba dari dua gas diasumsikan melalui alkilasi dan sulfhidril, amino, hidroksil dan karboksil pada protein dan gugus amino da rasa nukleat. Rentang konsentrasi yang biasa digunakan yaitu 800-1200 mg/L untuk etilen oksida, 15-100 mg/L untuk formaldehida. Kedua gas ini menjadi agen alkylating yang berpotensi mutagenik dan karsinogenik. Gas tersebut juga memproduksi toksisitas akut termasuk pada kulit, konjungtiva dan mukosa hidung. (Sultana, 2007). E. Angka Kapang Khamir Angka kapang khamir adalah jumlah koloni kapang dan khamir yang ditumbuhkan dalam media yang sesuai selama 5 hari pada suhu 20-250C dan dinyatakan dalam satuan koloni/mL. Perhitungan AKK bertujuan untuk menghitung koloni kapang dan khamir yang terdapat dalam suatu sampel sehingga, dapat memberikan jaminan bahwa sediaan simplisia tidak mengandung cemaran fungi melebihi batas yang sudah ditetapkan (KaBPOM, 2014). Prinsip uji AKK adalah pertumbuhan kapang khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-250C dan diamati mulai hari ketiga sampai hari kelima. Media yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar (PDA). Setelah diinkubasi, kemudian dihitung koloni yang tumbuh dengan colony counter (Radji, 2010). Peptone Dextrose Agar (PDA) meruakan media yang digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan konidia fungi (kapang/khamir). Peptone Dextrose Agar PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 mengandung dektrosa dan ekstrak kentang sebagai sumber nutrisi yang baik untuk pertumbuahn fungi (Bridson, 2006). Fungi adalah organisme kemohetorotrof yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Pada fungi ada dua istilah, yaitu kapang (mold) dan khamir (yeast). Beberapa fungi yang terutama fungi patogen memiliki sifat dimorfisme, yaitu memiliki dua bentuk pertumbuhan, sebagai kapang atau sebagai khamir. Sifat dimorfisme ini tergantung pada temperatur; pada temperatur 370C merupakan fase khamir, sedangkan pada temperature 24-280C merupakan fase kapang (Pratiwi, 2008). Kapang (mold) adalah mikroba bersel tunggal berupa benang-benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak dengan spora atau membelah diri (SNI, 2009). Kapang berukuran lebih besar dibandingkan sel bakteri, dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar 5-30 mm. Tubuh kapang dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora. Meselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa. Bagian dari hifa yang berfungsi mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang berfungsi sebagai alat reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa udara yang pemanjangannya mencapi bagian atas permukaan media tempat fungi ditumbuhkan (Pratiwi, 2008). Penyakit dapat disebabkan oleh kapang (mikosis) atau oleh metababolit toksin yang dihasilkan (mikotoksikosis). Kejadian infeksi dimulai dengan adanya cemaran kapang patogen pada pangan. Dilanjutkan dengan invasi kapang pada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 individu yang konsdisi kesehatan tubuhnya sedang lemah. Mikotoksin merupakan metabolit sekunder hasil metabolisme kapang serta bersifat sitotoksik, merusak struktur sel seperti membran, dan merusak proses pembentukan sel yang penting seperti protein, DNA, dan RNA. Pada umumnya mikotoksin tahan terhadap panas sehingga dengan pengolahan atau pemasakan tidak menjamin hilangnya atau berkurangnya aktivitas toksin tersebut. Mikotoksikosis adalah kejadian keracunan karena menelan makanan yang mengandung toksin yang dihasilkan berbagai jenis kapang (Riza, 2009). Mikotoksin yang berbahaya bagi kesehatan, yaitu aflatoksin, fumonisin, okratoksin, trikotesena, dan zearalenon. Mikotoksin yang dapat mencemari makanan, terutama obat tradisional adalah aflatoksin. Aflatoksin adalah racun yang dihasilkan oleh kapang Aspergilus flavus dan Aspergillus parasiticus. Jenis fungi ini secara alami terdapat didalam tanah sehingga sangat mudah mencemari tanaman yang umumnya tumbuh di dalam tanah. Terdapat enam jenis aflatoksin yang sering dijumpai dan bersifat toksik, yaitu aflatoksin B1, B2, G1, G2, M1 dan M2. Bahan baku yang kurang baik dan proses pengolahan yang tidak tepat dapat meningkatkan kontaminasi aflatoksin pada makanan. Mikotoksikosis terjadi apabila manusia mengkonsumsi toksin yang dihasilkan kapang secara terus – menerus dalam jangka waktu tertentu (singkat atau lama) hingga toksin tersebut terakumulasi di dalam tubuh. Apabila organ penetralisis toksin pada tubuh seperti hati dan ginjal ridak dapat lagi mentoleransi racun pada ambang batas di dalam tubuh maka akan timbul kelainan patologis, yang ditandai oleh gejala klinis hingga kematian bila tidak dikendalikan (Riza, 2009). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 Khamir (yeast) adalah mikroba bersel tunggal berbentuk bulat-lonjong dan memperbanyak diri melalui pembentukan tunas , tetapi tidak membentuk benangbenang miselium (SNI, 2009). Khamir bereproduksi dengan pertunasan. Beberapa khamir menghasilkan tunas yang tidak dapat melepaskan diri sehingga membentuk sel-sel rantai pendek yang disebut pseudohifa. Khamir bersifat fakultatif yaitu khamir dapat hidup dalam suasana aerob atupun anaerob (Pratiwi, 2008). Khamir dapat menyebabkan infeksi dan bersifat patogen pada manusia. Candida albicans adalah khamir yang bersifat patogen dan paling sering menyebabkan infeksi. Candida albicans terdapat dalam lingkungan seperti tanah, makanan, tanaman dan makanan ternak. Candida yang terdapat di dalam tubuh akan dikontrol oleh bakteri baik agar jumlahnya rendah dan seimbang dengan cara memfagositosis candida tersebut. Apabila jumlahnya berlebihan di dalam tubuh, candida akan mengkolonisasi saluran pencernaan dan membentuk struktur seperti rizoid. Rizoid dapat menembus mukosa atau dinding usus dan menyebabkan terbentuknya lubang sehingga dapat masuk ke sistemik Candida yang berada dalam sirkulasi sistemik akan menyebar ke berbagai organ tubuh seperti mulut, sinus, tenggorokan, dan saluran reproduksi sehingga dapat menyebabkan infeksi penyakit (Disable world, 2007). Kapang khamir dapat mencemari obat tradisional, melalui bahan baku yang digunakan dalam pengolahan jamu beras kencur seperti rimpang kencur yang pada umumnya tumbuh di dalam tanah. Kapang khamir terdapat di dalam tanah. Bahan baku yang tumbuh di dalam tanah tersebut memiliki kondisi lingkungan yang menunjang pertumbuhan fungi (kapang khamir), seperti keadaan tanah yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 lembab atau basah dan kandungan air yang terdapat dalam bahan baku obat tradisional. Oleh karena itu, bahan baku yang digunakan harus dicuci bersih sebelum digunakan sehingga dapat mengurangi kontaminasi kapang khamir (Pratiwi, 2008). Selain tumbuh di dalam tanah, kapang khamir dapat tumbuh selama proses penyimpanan bahan baku jamu, peyimpanan makanan dan minuman, serta dalam kondisi tanah yang lembab. Khamir dapat menyebabkan pembusukan dan dekomposisi bahan pangan karena sifatnya, yaitu mikroba fermentative yang dapat menguraikan unsur organik menjadi alkhol dan CO2. Contoh Khamir yang dapat menyebabkan pembusukan bahan pangan adalah Saccaromyces cerevisiae (SNI, 2009). F. Salmonella spp Salmonella spp merupakan bakteri Gram-negatif, tidak berspora, tidak mempunyai simpai, tanpa fimbria, mempunyai flagel peritrik dan merupakan bakteri patogen bagi manusia dan hewan yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonella spp tumbuh pada suasana aerob atau anaerob fakultatif, pada suhu 15-410C. Suhu pertumbuhan optimum 37,50C dengan pH media 6-8. Salmonella spp mati pada suhu 560C dan pada keadaan kering. Salmonella spp dapat bertahan hidup selama 4 minggu didalam air (Radji, 2010). Salmonella spp dapat membentuk fermentasi asam saja atau asam dan gas pada glukosa, maltosa, manitol, dan tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa (sakarosa) dan Salmonella spp tidak membentuk indol (Djajaninggrat, 2014). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 Taksonomi Salmonella spp sebagai berikut ini : Kerajaan : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteibacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Salmonella (Breslow, 2002). Infeksi yang disebabkan oleh Salmonella spp disebut dengan salmonellosis yang dapat masuk kedalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejala salmonellosis yaitu demam, diare, kram perut, pusing, sakit kepala dan rasa mual. Timbulnya gejala setelah 6 sampai 72 jam terinfeksi Salmonella spp dan penyakit berlangsung selama 2 sampai 7 hari. Penderita salmonellosis umumnya dapat sembuh tanpa perawatan dokter. Akan tetapi, sebagian penderita dapat mengalami diare yang sangat parah sehingga harus dirawat di rumah sakit. Beberapa kasus infeksi yang terjadi pada anak-anak dan usia lanjut yang memiliki sistem daya tahan tubuh lemah akan dapat mengancam jiwa dikarenakan dehidrasi (WHO, 2013). Manifestasi klinik salmonellosis terdiri atas beberapa sindrom, antara lain gastroenteritis, demam enterik, septisemia, dan penderita yang tidak menunjukkan gejala sakit. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 a. Gastroenteritis Infeksi ini disebabkan oleh Salmonella typhimirum dan Salmonella enteridis. Gejala yang timbul pertama kali adalah mual dan muntah yang mereda dalam beberapa jam, kemudian diikuti dengan nyeri abdomen dan demam. Diare merupakan gejala yang paling menonjol. Pada kasus yang berat, diare dapat bercampur darah. Diare disebabkan oleh meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit dari intestine. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 12 – 48 jam atau lebih. Penderita dapat sembuh dalam 1 – 5 hari, tetapi dapat menjadi berat apabila terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan dehidrasi (Radji, 2010). b. Demam enterik Demam enterik disebabkan oleh Salmonella typhi, Salmonella schottmuelleri, dan Salmonella paratyphi A. Mekanisme demam enterik didahului oleh pelekatan atau penempelan Salmonella, yang biasanya melalui makanan yang terkontaminasi, pada protein reseptor yang ada pada permukaan sel epitel usus. Setelah terjadi fagositosis bakteri oleh sel inang, bakteri akan berkolonisasi dan bermultiplikasi. Selanjutnya, terjadi invasi bakteri pada lapisan epitel intestine. Bakteri Salmonella akan berkembang biak secara intraseluler dan masuk ke dalam peredaran darah, kemudian menyebar ke banyak organ tubuh. Gejala yang ditimbulkan, seperti demam, sakit perut, pembesaran limfa, kehilangan nafsu makan, ruam pada wajah, dan bintik – bintik merah. Gejala demam enterik umumnya muncul 1 – 3 minggu setelah penderita terinfeksi (Radji, 2010). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 c. Septisemia Septisemia merupakan invansi dini bakteri ke dalam peredaran darah yang biasanya disebabkan oleh Salmonella choleraesuis. Bakteri tersebar luas dan cenderung menyeabkan nanah setempat, abses, meningitis, dan pneumonia khususnya pada penderita yang sistem kekebalannya menurun (Radji, 2010). Angka kesakitan akibat infeksi bakteri Salmonella spp sangat tinggi. Penyakit ini tidak saja terjadi di negara berkembang, tetapi juga terjadi di negara maju. Angka kejadian infeksi Salmonella spp di seluruh dunia mencapai lebih dari 12,5 juta per tahun dan di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 2 juta penderita salmonellosis setiap tahun (Radji, 2010). G. Media Pertumbuhan Samonella Media pertumbuhan merupakan media yang mengandung nutrisi yang disiapkan untuk menumbuhkan bakteri di dalam skala laboratorium. Beberapa bakteri dapat tumbuh dengan baik pada setiap media pertumbuhan, sedangkan yang lain membutuhkan media khusus. Media pertumbuhan harus dapat menyediakan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Media pertumbuhan seharusnya memenuhi syarat sebagai berikut: harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang akan dibiakkan, kelembapan harus cukup, pH sesuai dan kadar oksigen cukup baik, media pembenihan harus steril dan tidak mengandung mirkoba lain, media inkubasi pada suhu tertentu sesuai dengan karakteristik mikroba uji (Radji, 2010). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 Media selektif yang digunakan untuk mengisolasi bakteri salmonella meliputi: 1. Salmonella Shigella Agar (SSA) Salmonella Shigella Agar merupakan media selektif yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella dan beberapa spesies Shigella yang berasal dari spesimen klinik seperti urin, darah, feses maupun yang berasal dari makanan. Salmonella Shigella Agar (SSA) mengandung pepton, laktosa, natrium sitrat, natriium tiosulfat, besi (III) sitrat, brilliant green, natural red dan bile sait. Salmonella yang tumbuh dalam media SSA berupa koloni transparan, berbentuk bulat, kecil dan biasanya terdapat bintik hitam ditengah koloni tersebut (Bridson, 2006). 2. Hektoen Enteric Agar (HEA) Hektoen Enteric Agar merupakan media selektif yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella dan Shigella yang berasal dari spesimen klinik seperti darah, urin, feses maupun berasal dari makanan. Hektoen Enteric Agar mengandung peptone, yeast extract, laktosa, sukrosa, salicin, bile salts no.3, sodium chloride, sodium thiosulphate, ammonium ferric citrate, acid fuchsin, bromothymol blue, agar. Pertumbuhan salmonella pada media Hektoen Enteric Agar terlihat berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam (Bridson, 2006). 3. Brilliant Green Agar Brilliant Green Agar merupakan media selektif yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella kecuali Salmonella Tyhpi. Media ini mengandung PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 ekstrak yeast, laktosa, sukrosa, sodium chloride, phenol red, brilliant green dan agar. Karakteristik koloni Salmonella pada media ini adalah berwarna merah muda hingga merah atau bening hingga buram dengan lingkaran merah muda sampai merah (Bridson, 2006). 4. Selenite Broth Selenite Broth merupakan suatu media pengkaya yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella yang berasal dari feses maupun produk makanan. Media ini mengandung pepton, laktosa dan natrium fosfat yang merupakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Salmonella. Salmonella dapat tumbuh baik dalam media ini, yang ditandai dengan adanya kekeruhan pada media Salenite Broth (Bridson, 2006). H. Antibiotik Kloramfenikol Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik spektrum luas yang berasal dari beberapa jenis Streptomyces misalnya S.venezuelae, S. phaeochromogenes var. chloromyceticus dan S. amiyamensis. Kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik berspektrum luas yang aktif terhadap organisme-organisme aerobik dan anaerobik gram positif maupun negatif. Kloramfenikol efektif terhadap Streptococcus pneumonia, Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridans, Haemophilus, Nisseria, Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Brucella, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia, Treponema, dan kuman anaerob seperti Bacillus fragilities. Sebagian besar bakteri Gram positif dihambat pada konsentrasi 1-10 µg/mL, sementara Gram negatif dihambat pada konsentrasi 0,2-5 µg/mL (Katzung, 2004). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 Mekanisme kerja kloramfenikol sebagai anti bakteri stereospesifik, karena hanya satu stereoisomer yang memiliki aktivitas anti bakteri, yaitu D(-) treo-isomer. Mekanisme kerja kloramfenikol melalui penghambatan terhadap biosentesis protein pada siklus pemanjangan rantai asam amino, yaitu dengan menghambat pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol akan berikatan secara reversible dengan unit ribosom 50-S, sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom, akibatnya terjadi hambatan pembentukan ikatan peptide dan biosintesis protein. Obat ini berikatan secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari amino asil t-RNA) atau bagian peptidil, yang merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai peptida. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik, namun pada konsentrasi tinggi dapat bersifat bakterisidal terhadap bakteri-bakteri tertentu (Susanti, 2009). I. Identifikasi Salmonella spp. Uji identifikasi Salmonella spp. adalah serangkaian uji biokimia berdasarkan karakteristik Salmonella spp. Uji identifikasi menggunakan media dan reagen khusus seperti, uji fermentasi gula – gula (glukosa, laktosa, manitol, maltosa, sukrosa), uji sitrat, uji Sulfur Indol Motility (SIM), uji MR-VP dan uji katalase (Soemarno, 2000). 1. Uji fermentasi gula – gula (glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan sukrosa) Uji fermentasi gula – gula bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menguraikan gula – gula spesifik yang mencerminkan sifat bakteri dan dapat digunakan sebagai salah satu cara identifikasi bakteri. Fermentasi merupakan proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob dimana yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 bertindak sebagai substrat adalah karbohidrat. Hasil dari fermentasi berbeda – beda tergantung dari jenis bakterinya. Uji fermentasi karbohidrat dilihat dari pembentukan asam yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna medium dari merah menjadi kuning dan terbentuknya gas yang terjebak dalam tabung durham (Nugraheni, 2010). Bakteri Salmonella spp. adalah bakteri yang mampu memfermentasikan gula – gula spesifik seperti glukosa, manitol, maltosa. Namun, Salmonella spp. tidak bisa memfermentasikan laktosa dan sakarosa (Soemarno, 2000). 2. Uji Sitrat Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui penggunaan sitrat sebagai satu – satunya sumber karbon dan energi terutama untuk bakteri gram negatif golongan Enterobacter. Uji ini menggunakan media Simmon’s Citrate Agar yang merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu – satunya sumber karbon, NH4 sebagai sumber N, dan indikator pH Brom Thymol Blue. Apabila bakteri mampu menggunakan sitrat, maka akan terjadi peningkatan pH dan warna medium dari hijau menjadi biru. Bakteri Salmonella mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbon yang ditunjukkan dengan perubahan warna medium menjadi warna biru (Williams, 2013). 3. Uji Sulfur Indol Motility (SIM) Uji ini meliputi tiga parameter pengamatan, yaitu uji pembentukan sulfur (H2S), uji pembentukan indol dari hasil penguraian asam amino, dan pengamatan pergerakan pertumbuhan bakteri dalam media tabung. Media yang digunakan adalah media SIM dengan komposisi sebagai berikut : Ferrous PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 ammonium sulphate, Peptone, Tryptone, Sodium thiosulphate, Nutrient agar. Kandungan Ferrous ammonium sulphate dan Sodium thiosulphate digunakan untuk uji sulfur, kandungan Nutrient agar digunakan untuk uji motilitas sedangkan uji Indol perlu penambahan reagen kovacs (Shields, 2013). Uji sulfur bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menguraikan asam amino menjadi sulfur. Sulfur dihasilkan oleh beberapa jenis mikroba melalui pemecahan asam amino yang mengandung unsur belerang. Hasil positif apabila H2S bereaksi dengan senyawa – senyawa ini yang ditandai dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Hasil negatif tidak terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam medium tidak mampu menghidrolisis logam – logam berat yang terkandung dalam medium (Nugraheni, 2010). Menurut Holt dkk (2000), bakteri Salmonella spp. mampu menghasilkan residu sulfur yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam pada medium. Uji indol adalah produksi indol dari triptofan yang merupakan salah satu tes diagnostik untuk mengidentifikasi bakteri enterik. Uji indol ditambahkan dengan reagen kovacks yang ditambahkan setelah pengamatan moitilitas sehingga tidak mengganggu pengamatan motilitas pada media uji. Reagen kovacks terdiri dari amyl alcohol, para-dimethylminobenzaldehyde, dan concentrated hydrochloric acid. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna merah pada permukaan media. Menurut Radji (2010) Salmonella spp. memberikan hasil negatif pada reaksi indol. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 Uji motilitas digunakan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan penyebaran koloni. Adanya kandungan Nutrient agar semisolid dalam media SIM memungkinakan bakteri yang memiliki flagel melakukan pergerakan dalam media. Salmonella spp. memiliki flagel peritrik yang terdapat di seluruh pemukaan tubuhnya. Pertumbuhan bakteri yang tidak hanya tumbuh pada bekas tusukan atau menyebar pada media, maka bakteri yang diidentifikasi tersebut adalah golongan Enterobacter termasuk Salmonella spp. (Holt dkk, 2000). 4. Uji Katalase Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Bakteri yang memerlukan oksigen menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang beracun bagi bakteri sendiri. Namun bakteri tetap dapat hidup dikarenakan menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih (Reiner, 2013). J. Landasan Teori Jamu gendong adalah obat tradisional yang terbuat dari bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan tidak memerlukan izin edar. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 PerMenkes RI No. 003/MENKES/PER/I/2010 menyebutkan bahwa jamu yang diproduksi harus aman sesuai dengan persyaratan mutu kefarmasian. Beberapa persyaratan jaminan keamanan dan mutu dari jamu yang diatur dalam Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 adalah Angka Kapang/Khamir (AKK) tidak lebih dari 103 koloni/mL dan tidak boleh mengandung mikroba patogen, termasuk Salmonella spp. Pasar Sambilegi Maguharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, merupakan salah satu pasar yang cukup banyak terdapat penjual jamu gendong. Jamu yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah jamu beras kencur. Jaminan keamanan dan mutu jamu gendong beras kencur dapat diketahui dari pengujian Angka Kapang/Khamir dan ada tidaknya bakteri patogen Salmonella spp. Kurangnya higieinitas dan sanitasi dari pembuatan jamu gendong beras kencur merupakan faktor yang menyebabkan tingginya jumlah Angka Kapang/Khamir dan memungkinkan terdapatnya bakteri patogen Salmonella spp. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, ketika mencuci rimpang para pembuat jamu hanya melakukan satu kali pencucian. Pembuat jamu juga tidak menggunakan sabun dan air mengalir saat mencuci tangan. Pencucian botol – botol plastik yang digunakan sebagai tempat jamu juga kurang higienis yaitu hanya dicelupkan ke dalam air. Ketidakhigienisan dan kurangnya sanitasi dapat membuat bakteri patogen maupun non patogen serta kapang/khamir dapat berkembangbiak. Adanya cemaran Salmonella spp pada jamu beras kencur dapat menyebabkan terjadinya infeksi, gejala yang dialami yaitu demam, diare, kram perut, skait kepala, pusing dan rasa mual. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya Angka Kapang Khamir (AKK) dan ada tidaknya bakteri Salmonella spp sebagai jaminan keamanan dan mutu dari jamu gendong beras kencur yang dijual oleh penjual jamu di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. K. Hipotesis Jamu gendong beras kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta memiliki Angka Kapang Khamir yang melebihi batas maksimal yang dipersyaratkan oleh Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa angka kapang/khamir tidak boleh melebihi 103 koloni/ml dan tercemar bakteri patogen Salmonella spp. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif komparatif, yaitu mendeskripsikan angka kapang khamir dan identifikasi Salmonella spp. Hasil pengujian angka kapang khamir dan identifikasi Salmonella spp dibandingkan dengan Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa angka kapang khamir yang diperbolehkan kurang dari 103 koloni/mL dan keberadaan Salmonella spp dalam cairan obat harus negatif. Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variable Penelitian a. Variabel bebas Jamu beras kencur dari pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. b. Variabel tergantung Angka Kapang Khamir dan keberadaan Salmonella spp yang terdapat dalam jamu gendong beras kencur yang di jual di pasar tradisional Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. 33 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 c. Variabel pengacau terkendali Media Potato Dextrrose Agar (PDA), waktu inkubasi 5 hari, media pengkayaan (Salenite Broth), media isolasi (Hektoen Enteric Agar), media identifikasi Salmonella (media glukosa, laktosa, manitol, maltose, sukrosa, dan Sulphur Indol Motility (SIM), media Simmons Sitrat Agar, media MRVP, nutrient agar, suhu inkubasi 370C dan waktu inkubasi 24 jam. d. Variabel pengacau tak terkendali Proses pembuatan jamu beras kencur, proses penyimpanan setelah diproduksi jamu beras kencur, waktu penyimpanan jamu beras kencur setelah diproduksi, kualitas bahan dan komposisi bahan yang digunakan dalam produksi jamu beras kencur. 2. Definisi Operasional a. Jamu beras kencur adalah jamu dalam bentuk cairan dengan bahan utama beras dan kencur yang dikemas dengan menggunakan botol plastik yang dijual di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. b. Uji Angka Kapang Khamir adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan dengan menghitung jumlah koloni kapang khamir yang terdapat dalam jamu beras kencur dengan metode dan analisis hasil sesuai dengan PPOMN (2006). c. Uji identifikasi Salmonella spp adalah serangkaian uji untuk mengidentifikasi Salmonella spp yang terdapat dalam jamu beras kencur dengan melihat ada tidaknya Salmonella spp pada media selektif dengan pengujian secara biokimia. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 d. Sampel jamu beras kencur diambil dari tiga pedagang dan masing – masing sampel dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Penandaan untuk masing – masing sampel dan replikasinya adalah sebagai berikut : Tabel I. Penandaan untuk masing-masing sampel Sampel Replikasi I Replikasi II Replikasi III A A1 A2 A3 B B1 B2 B3 C C1 C2 C3 C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan a. Bahan utama yang digunakan yaitu jamu beras kencur yang dijual di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. b. Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah Potato Dextrose Agar (PDA). c. Kloramfenikol, Pepton Dilution Fluid (PDF), aquadest steril, etanol 70%, dan reagen kovacs. d. Media yang digunakan untuk identifkasi Salmonella adalah media pengkayaan (Selinite Broth), media isolasi (Hektoen Enteric Agar), media identifikasi (media glukosa, media laktosa, media manitol, media maltose, media sukrosa, media MR-VP, media Sulphur Indol Motility, media Simmons Sitrat Agar, Nutrient agar). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 e. Bakteri baku sebagai standar pembanding adalah Salmonella typhii ATCC 14028. 2. Alat Alat-alat yang digunakan adalah Autoklaf (KT-40 ALP), Oven, Inkubator, Vortex, Mikroskop, Stomacher Seward, Pipet tetes, Pipet volume, Mikropipet, Tabung reaksi, Plastik steril, Tabung Durham, Cawan petri, Beaker glass, Gelas ukur, Neraca analitik, Erlenmeyer, Jarum ose, Hot Plate and magnetic stirrer. D. Tata Cara Penelitian 1. Pemilihan dan pengumpulan jamu beras kencur Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret 2015, terdapat tiga penjual jamu di Pasar Sambilegi. Sampel diambil dari tiap penjual jamu, sehingga jumlah sampel yang didapatkan sebanyak tiga sampel jamu beras kencur. Pengambilan sampel di tiap penjual jamu hanya dilakukan satu kali saja dan dilakukan tiga kali replikasi pada tiap sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada hari senin pukul 07.00 pagi. Jamu beras kencur yang dijual oleh penjual jamu kemudian dipindahkan kedalam botol steril dan dibawa ke Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi daerah Yogyakarta dan dilakukan pengujian yang meliputi uji Angka Kapang Khamir dan Identifikasi Salmonella spp. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 2. Penyiapan sampel uji Kemasan jamu yang akan dibuka dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% kemudian dibuka secara aseptis di dekat nyala api bunsen. 3. Persiapan dan Homogenasi Sampel Secara aseptis, sampel diambil sebanyak 25 ml, dimasukkan ke dalam plastik steril kemudian ditambahkan 225 ml larutan pengencer Pepton Dilution Fluid (PDF) sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Homogenisasi menggunakan stomacher dengan kecepatan 300 rpm selama 30 detik. 4. Pengenceran sampel Tabung reaksi disiapkan sebanyak 3 buah, masing – masing tabung reaksi diisi dengan 9 ml Pepton Dilution Fluid (PDF). Sebanyak 1 ml pengenceran 10-1 dari hasil homogenisasi pada persiapan sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah berisi 9 ml PDF hingga diperoleh pengenceran 10-2 kemudian dihomogenisasi. Selanjutnya dibuat pengenceran 10 -3 dan 10-4 untuk pengujian AKK. 5. Uji Angka Kapang Khamir (AKK) a. Pembuatan larutan kloramfenikol Sebanyak 1 gram kloramfenikol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest steril. b. Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA) Sebanyak 39 gram serbuk Potato Dextrose Agar dimasukkan kedalam Erlenmeyer ditambahkan 900 ml aquadest, kemudian dilarutkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 dengan pemanasan menggunakan hot plate dan diaduk hingga merata dengan magnetic stirrer. Kemudian ditambahkan kloramfenikol 1g/100 mL kedalam media dicampur hingga merata. Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C. c. Uji AKK Satu milliliter dari masing-masing pengenceran sampel dipipet dan dituangkan ke dalam cawan petri steril secara duplo menggunakan micropipet. Media PDA sebanyak 15 ml dituangkan kedalam ke dalam cawan petri yang sebelumnya telah ditambah dengan larutan kloramfenikol, kemudian cawan petri digoyang sembari diputar sehingga suspensi merata dan biarkan membeku. Setelah membeku, cawan petri diinkubasi secara terbalik pada suhu 250C. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke5. Koloni kapang/khamir dihitung setelah 5 hari. Uji sterilitas media dilakukan dengan menuangkan media PDA dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat. Uji sterilitas pengencer dilakukan dengan cara menuangkan media PDA dan 1 ml pengencer Peptone Dilution Fluid lalu dibiarkan memadat. 6. Uji Identifikasi Salmonella spp pada jamu beras kencur a. Uji pengkayaan pada media Selenite Broth Tabung sebanyak 9 buah dipersiapkan, masing – masing tabung diisi dengan 9 ml Selenite Broth. Secara asepetis, dipipet 1 ml suspensi jamu beras kencur, kemudian diisolasikan pada 9 ml Selenite Broth, diinkubasi pada suhu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 370C selama 24 jam. Media Selenite Broth akan menjadi keruh jika terdapat Salmonella. Pada kontrol positif berupa kultur murni Salmonella thypi ATCC 14028 dilakukan uji yang sama dengan sampel. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari kuning jernih menjadi keruh. Hasil dari pengujian dibandingkan dengan hasil pertumbuhannya berdasarkan kekeruhan. b. Isolasi Salmonella pada media selektif Hektoen Enteric Agar (HEA) Pada permukaan Hektoen Enteric Agar diisolasikan 1 sengkelit dari biakan pengkayaan dengan cara streak Plate Method (4 kuadran), diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Prosedur yang sama dilakukan terhadap kontrol positif, yaitu kultur murni Salmonella thypi ATCC 14028. Hasil dari pengujian dibandingkan dengan hasil pertumbuhan kultur murni Salmonella thypi ATCC 14028. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya koloni berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa tiitk hitam. c. Uji konfirmasi Salmonella dalam jamu beras kencur Koloni spesifik yang terdapat pada media Hektoen Enteric Agar dipilih satu dan diinokulasikan pada Nutrient Agar (NA) secara goresan, kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Dari biakan NA miring dilakukan uji fermentasi gula-gula, uji sulfur, uji indol, uji motilitas, uji sitrat, uji VogesProskauer, uji Methyl Red, dan uji katalase. Prosedur yang sama dilakukan terhadap kontrol positif yang berupa kultur murni Salmonella typhi ATCC 14028. Hasil dari pengujian dibandingkan dengan hasil pertumbuhannya berdasarkan perubahan warna yang terjadi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 1) Uji fermentasi gula-gula a) Uji fermentasi glukosa Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan menjadi kuning. b) Uji fermentasi laktosa Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media laktosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan menjadi kuning. c) Uji fermentasi manitol Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media manitol dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan menjadi kuning. d) Uji fermentasi maltosa Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media maltosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan menjadi kuning. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 e) Uji fermentasi sakarosa Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media sukrosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan menjadi kuning. 2) Uji sulfur Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media Sulphur Indol Motility dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya warna hitam di sepanjang bekas inokulasi. 3) Uji indol Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media Sulphur Indol Motility secara tusukan dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. 1 ml pereaksi indol (kovacs) ditambahkan ke dalam biakan, kemudian digojog dan diamkan beberapa menit. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna merah cherry pada permukaan biakan. 4) Uji motilitas Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media Sulphur Indol Motility secara tusukan pada agar tegak dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan mikroba tidak hanya pada bekas tusukan yang menunjukkan bakteri tersebut bersifat motil. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 5) Uji sitrat Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media Simmon Sitrat Agar dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna media dari hijau menjadi biru. 6) Uji Voges-Proskauer Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media MR-VP dan diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam. Setelah diinkubasi tambahkan 0.6 ml larutan α-naphthol dan 0.2 ml KOH 40%, kemudian digoyang-goyang sampai tercampur dan didiamkan selama 4 jam. Hasil uji positif apabila terjadi perubahan warna pink sampai merah delima. Salmonella memberikan hasil negatif untuk uji VP yaitu tidak terjadi perubahan warna pada media. 7) Uji Methyl Red Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada media MR-VP dan diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam. Setelah diinkubasi tambahkan 5 tetes larutan metil merah dan tabung digoyang-goyang sampai tercampur. Hasil uji positif ditandai dengan adanya difusi warna merah ke dalam media. Hasil negatif ditandai dengan terjadinya warna kuning pada media. Salmonell memberikan hasil positif untuk uji Methyl Red. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 8) Uji katalase Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara aseptis pada gelas objek kemudian ditetesi dengan H2O2. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih. E. Analisis Hasil 1. Analisis hasil pengujian Angka Kapang Khamir Analisis hasil pengujian kapang khamir dilakukan berdasarkan PPOMN (2006), yaitu: Cawan petri dipilih dari suatu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni 10-150 koloni. Jumlah koloni dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah koloni 10-150, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan fakor pengenceran, kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai AKK dalam tiap ml sampel. Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan di atas, maka diikuti petunjuk sebagai berikut: a. Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran yang sama menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 koloni, dihitung jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran (PPOMN, 2006). b. Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran terendah (misal: pada pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 20 koloni, maka dipilih jumlah koloni pada pengenceran 10-2, yaitu 60 koloni). Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni dibawahnya, maka diambil rata-rata dari jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang khamir dalam tiap ml sampel (misal: pada pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 10 koloni, maka angka kapang kamir adalah: 6+10 2 𝑥 103 = 8 x 103 (PPOMN, 2006). c. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai angka kapang khamir perkiraan ( PPOMN, 2006). d. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka angka kapang khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (< 1 x faktor pengenceran terendah) (PPOMN, 2006). e. Bila pada pengenceran 10-1 sampai 10-3 terdapat pertumbuhan koloni kapang khamir yang sangat banyak sehingga tidak dapat dihitung maka jumlah koloni yang dihitung yaitu pada pengenceran 10-4 sebagai nilai angka kapang khamir (BalKes, 2000). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Analisis hasil identifikasi bakteri Salmonella spp. Tabel II. Hasil uji identifikasi Salmonella spp. UJI Salmonella spp. (Holt dkk, 2000; Soemarno, 2000) Glukosa + Laktosa _ Manitol + Maltosa + Sakarosa _ Sulfur + Indol + Motilitas + Sitrat + Methyl Red + Voges-Proskauer _ Katalase + 45 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman obat merupakan sumber daya alam hayati yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan untuk mencegah penyakit dan menjaga kesehatan, serta upaya pengobatan suatu penyakit. Salah satu kelompok obat tradisional adalah jamu. Jamu sudah dikenal di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebagai sarana perawatan kesehatan sehari – hari maupun sarana pemulihan kesehatan dari sakit. Pembuatan jamu gendong dan jamu racikan dapat dilakukan tanpa pengujian dan proses pendaftaran bahan jamu. Oleh karena itu, kualitas jamu yang dihasilkan belum dapat dipastikan karena tidak diketahui ada atau tidaknya cemaran mikroba. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 bahwa, persyaratan obat tradisional terutama cairan obat dalam, yaitu keseragaman volume, penentuan kadar alkohol, penentuan BJ dan pH, cemaran mikroba (Angka Lempeng Total, Angka Kapang Khamir, Eschericia coli, Salmonella spp, Shigella spp, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus), aflatoksin, cemaran logam berat, bahan tambahan (pengawet, pewarna dan pemanis), wadah dan penyimpanan. Angka kapang khamir yang diperbolehkan adalah < 103 koloni/mL. Mikroba patogen harus mempunyai nilai negatif/mL. Uji yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji AKK dan identifikasi bakteri Salmonella spp. 46 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 a. Penentuan dan Pengambilan Sampel Jamu Gendong Beras Kencur Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah jamu beras kencur yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. Jamu beras kencur dipilih karena jamu beras kencur merupakan salah satu jenis jamu yang banyak diminati oleh masyarakat. Jamu beras kencur biasanya digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menghilangkan badan yang pegal – pegal, dan penambah nafsu makan pada anak – anak. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif komparatif yaitu mendeskripsikan angka kapang khamir dan identifikasi Salmonella spp. Hasil pengujian angka kapang khamir dan identifikasi Salmonella spp dibandingkan dengan Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa angka kapang khamir yang diperbolehkan kurang dari 103 koloni/mL dan keberadaan Salmonella spp dalam cairan obat harus negatif. Menurut Serdamayanti dan Hidayat (2011), penggunaan jumlah sampel minimal untuk penelitian deskriptif adalah 10% dari jumlah populasi, namun untuk populasi yang sangat kecil diperlukan minimal 20% dari jumlah populasi. Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti, terdapat lima penjual jamu gendong. Maka, peneliti mengambil sampel dari tiga penjual jamu gendong yang dianggap dapat mempresentasikan pembuatan jamu beras kencur oleh penjual yang lain. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 dimana pada jam tersebut ramai didatangi pembeli. Sampel jamu beras kencur dimasukkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 ke dalam botol steril, kemudian disimpan dalam cool box untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi selama perjalaan menuju Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Hal ini dilakukan supaya hasil Angka Kapang Khamir dan hasil identifikasi bakteri yang diperoleh benar – benar dapat menggambarkan cemaran yang didapat dari tempat pengambilan sampel. Pengambilan sampel jamu beras kencur hanya dilakukan satu kali dan setiap sampel dilakukan tiga kali replikasi. Gambar 1. Sampel jamu beras kencur dalam wadah botol steril b. Sterilisasi Media dan Alat Sterilisasi merupakan proses pembebasan alat-alat maupun bahan-bahan dari segala bentuk mikroba. Apabila alat maupun media yang digunakan dalam penelitian tidak steril, kemungkinan akan terkontaminasi mikroba. Sehingga pada media yang terdapat pertumbuhan mikroba tidak dapat dipastikan apakah mikroba yang tumbuh benar-benar berasal dari sampel atau berasal dari kontaminasi alat maupun media, sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk membebaskan alat dan media dari segala macam bentuk kontaminasi (Waluyo, 2008). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 Metode yang dapat digunakan dalam sterilisasi bahan dan alat yaitu sterilisasi menggunakan pemanasan, filtrasi, radiasi dan secara kimia. Pemilihan metode sterilisasi bahan dan alat berdasarkan pada sifat dan komposisi bahan yang digunakan. Media yang tahan panas lebih dari 1000C dan alat-alat gelas yang digunakan dalam penelitian dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dilakukan pada suhu 1210C selama 15 menit. Dengan dilakukannya sterilisasi diharapkan media dan alat-alat yang digunakan menjadi steril. Prinsip sterilisasi dengan menggunakan autoklaf adalah denaturasi protein yang merupakan komposisi utama dinding sel pada mikroorganisme. Autoklaf dengan uap panas dan bertekanan tinggi akan memecah dinding sel bakteri, sehingga bakteri akan mati (Sultana, 2007). Alat-alat yang telah disterilisasi dengan autoklaf kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan metode panas kering yaitu dengan menggunakan oven. Prinsip kerja dari metode ini dengan aliran udara panas kering, bakteri akan mengalami denaturasi protein terutama enzim-enzim dalam membran sel. Suhu yang digunakan pada metode panas kering adalah 1800C selama 2 jam. Alat-alat yang disterilisasi dibungkus menggunakan alumunium foil untuk menghindari kontaminasi dan menghindari kontak langsung dengan udara maupun benda lain setelah dikeluarkan dari oven (Sultana, 2007). Media-media yang digunakan dalam penelitian disterilisasi dengan metode uap panas bertekanan tinggi menggunakan autoklaf. Prinsip kerja metode ini yaitu uap panas yang bertekanan tinggi akan mengkoagulasikan atau mendenaturasi protein-protein sel mikroba sehingga mikroba akan mati (Sultana, 2007). Pada area kerja dilakukan sterilisasi dengan menyemprotkan etanol 70% pada meja kerja PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 untuk meminimalkan kontaminasi mikroba. Etanol 70% bersifat bakterisidal yang dapat membunuh mikroba dengan cara mendenaturasi protein dan pelarutan lemak sehingga berpengaruh terhadap membran sel bakteri. Etanol 70% merupakan cairan yang mengandung 70% etil alkohol dan 30% air. Protein merupakan salah satu penyusun sel bakteri, protein pada sel bakteri akan bekerja dengan baik jika larut dalam air. Adanya ikatan yang kuat antara etanol dan air maka kelarutan protein dalam air menurun. Sedikit demi sedikit protein mengalami denaturasi, akibatnya sel bakteri akan lisis. Selain melalui denaturasi protein, perusakan sel bakteri juga melalui pelarutan membran lipid. Sel bakteri dikelilingi oleh membran lipid. Adanya etanol yang dapat melarutkan membran lipid akan menyebabkan kerja sel bakteri mulai terhambat. c. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel Homogenisasi sampel merupakan tahap awal penyiapan sampel sebelum dilakukan pengujian selanjutnya, yaitu uji Angka Kapang Khamir dan indentifikasi Salmonella spp. Menurut BPOM (2008), homogenisasi sampel bertujuan untuk memperoleh distribusi mikroba yang seragam di dalam sampel yang akan ditetapkan. Selain itu, tujuan homogenisasi adalah untuk membebaskan sel – sel bakteri atau fungi yang masih terlindungi oleh partikel dari sampel yang akan diperiksa serta untuk mengaktifkan kembali sel – sel dari bakteri ataupun fungi yang kemungkinan pertumbuhannya terganggu karena kondisi yang kurang sesuai di dalam sampel. Tahapan homogenisasi dilakukan secara aseptis dekat nyala api bunsen. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Secara aseptis, sampel diambil sebanyak 25 ml, dimasukkan ke dalam plastik steril kemudian ditambahkan 225 ml Pepton Dilution Fluid sebagai larutan pengencer dan dihomogenisasi dengan menggunakan stomacher, sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. Pada pengenceran 10-1 diambil 1 ml dan diencerkan dengan 9 ml larutan pengencer Pepton Dilution Fluid, sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-2 sampai pengenceran 10-4. Pengenceran suspensi sampel bertujuan untuk memperoleh koloni yang terpisah dan jumlah koloni yang terdapat dalam satu cawan memenuhi range yang telah ditetapkan sehingga mempermudah perhitungan koloni. Apabila tidak dilakukan pengenceran, maka koloni yang tumbuh pada cawan akan sangat pekat sehingga mempersulit proses perhitungan jumlah koloni. Larutan pengencer yang digunakan adalah Peptone Dilution Fluid yang mengandung banyak pepton sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan mikroba. Menurut Bridson (2006), pepton merupakan salah satu sumber nitrogen yang dapat digunakan oleh mikroba untuk dapat hidup dan tumbuh dalam media yang sesuai. PDF juga berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan pH optimum untuk pertumbuhan bakteri atau fungi yaitu antara 6,5 hingga 7,5. d. Pengujian Angka Kapang Khamir Uji angka kapang khamir merupakan salah satu parameter mikrobiologis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar jumlah kapang khamir yang terdapat dalam sediaan obat tradisional dan sebagai penanda kualitas produk obat tradisional. Jumlah angka kapang khamir yang melebihi batas yang sudah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 ditetapkan yaitu >103 koloni/ml, menunjukkan kemunduran mutu obat tradisional dan memungkinkan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan yang mengkonsumsinya. Pertumbuhan kapang khamir pada bahan makanan maupun bahan baku obat tradisional dapat mengurangi kualitas makanan maupun obat tradisional dikarenakan kapang dapat menghasilkan toksin yang berbahaya terhadap tubuh manusia. Menurut Pratiwi (2008), aflatoksin merupakan toksin yang dihasilkan oleh kapang kelas Deuteomycetes genus Aspergilllus. Apabila seseorang mengkonsumsi aflatoksin secara terus menerus dapat menyebabkan keracunan akut dan mengakibatkan terjadinya kerusakan hati, serta pada kasus serius dapat menimbulkan kematian. Khamir dapat menyebabkan infeksi dan bersifat patogen pada manusia. Candida albicans adalah khamir yang bersifat patogen dan paling sering menyebabkan infeksi pada mulut, sinus, tenggorokan, dan saluran reproduksi. Menurut Radji (2010), prinsip pengujian angka kapang khamir adalah pertumbuhan kapang khamir setelah sampel diinokulasikan pada media yang mempunyai nutrisi yang sesuai. Kapang membutuhkan oksigen untuk tetap dapat hidup sedangkan khamir bersifat fakultatif yang berarti dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Suhu optimum pertumbuhan kapang dan khamir adalah 25-300C. Penelitian ini menggunakan suhu inkubasi 250C dan diinkubasi selama 5 hari. Inkubasi dilakukan selama 5 hari dikarenakan kapang khamir memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan bakteri sehingga memerlukan waktu yang relatif lama untuk membentuk spora. Bakteri memiliki struktur sel yang lebih sederhana, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 yaitu materi genetik (DNA) yang tidak terstruktur dalam bentuk nukleus, struktur eksternal sel (glikokaliks, flagella, fimbria, fili), dinding sel (peptidoglikan), dan struktur internal sel (membran sitoplasma, sitoplasma, area nukleus, ribosom, dan mesosom). Sedangkan khamir memiliki morfologi tidak mempunyai flagel dan ukurannya lebih besar dari sel bakteri dengan lebar 1 – 5 mm dan panjang berkisar 5 – 30 mm. Pada kapang terdapat meselium dan spora, diperlukan beberapa hari pada kondisi yang optimal untuk pembentukan spora (Radji, 2010). Media yang digunakan pada pengujian angka kapang khamir adalah media Potato Dextrose Agar (PDA) yang ditambah dengan kloramfenikol. Penggunaan media PDA sebagai media pertumbuhan kapang khamir, dikarenakan media ini mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang khamir. Media PDA mengandung dektrosa dan ekstrak kentang yang berfungsi sebagai sumber energi untuk menstimulasi pertumbuhan konidia kapang khamir. Selain itu, media PDA memiliki pH yang sesuai dengan pH optimum pertumbuhan kapang khamir yaitu 5,6 + 0,2. Menurut Radji (2010), kapang dan khamir dapat tumbuh pada rentang pH pertumbuhan 6,5 – 7,5, sedangkan pertumbuhan optimumnya berada pada pH 5 – 6, sehingga media yang digunakan cocok untuk pertumbuhan kapang dan khamir. Potato Dextrose Agar adalah media yang direkomendasikan untuk menumbuhkan dan menghitung kapang khamir pada produk makanan atau minuman (Bridson, 2006). Media Potato Dextrose Agar yang digunakan ditambah kloramfenikol yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga diharapkan koloni yang tumbuh pada media PDA adalah kapang khamir sebagai parameter uji. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 Menurut Susanti (2009), kloramfenikol digunakan sebagai antibakteri karena kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik spektrum luas sehingga banyak bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya. Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri dengan mengikat sub unit ribosom 50-S dan menghambat pembentukan ikatan peptida bakteri. Ikatan peptida berperan untuk pembentukan dinding sel bakteri. Apabila pembentukan ikatan peptida dihambat, maka pembentukan dinding sel akan terganggu dan sel akan lisis. Kloramfenikol hanya menghambat pertumbuhan bakteri bukan menghambat pertumbuhan kapang khamir dikarenakan kapang khamir merupakan sel eukariotik yang tidak memiliki peptidoglikan sebagai penyusun dinding sel. Dinding sel fungi terbentuk dari kitin, sehingga antibiotik kloramfenikol tidak dapat menghambat pembentukan dinding sel pada fungi. Konsentrasi sel fungi di dalam spesimen tidak diketahui sebelumnya, sehingga perlu dilakukan pengenceran hingga beberapa tingkat. Pengenceran bertujuan untuk memperoleh koloni – koloni yang terpisah diatas permukaan media serta untuk memudahkan perhitungan hasil. Pengenceran dilakukan hingga 10-4, karena pada tingkat pengenceran keempat sudah didapatkan koloni terpisah. Prinsip dari seri pengenceran adalah diperolehnya individu fungi yang tumbuh secara terpisah pada media setelah inkubasi. Uji AKK ini menggunakan metode pour plate agar sampel yang ditanam dapat tersebar merata pada cawan petri, sehingga lebih mudah dalam melakukan pengamatan serta perhitungan jumlah koloni yang tumbuh. Untuk memastikan bahwa kapang khamir yang tumbuh pada media PDA benar – benar berasal dari sampel bukan kontaminan dari cara kerja dan untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 melihat apakah cara kerja yang dilakukan sudah aseptis yaitu dengan cara uji sterilitas media dan uji sterilitas pengencer PDF. Uji sterilisasi media bertujuan untuk memastikan bahwa kapang khamir yang tumbuh bukan berasal dari media, sedangkan uji sterilisasi pengencer berisi media PDA dan pengencer PDF yang bertujuan memastikan bahwa kapang khamir yang tumbuh bukan berasal dari larutan pengencer. Sampel diinkubasi terbalik selama 5 hari pada suhu 250C setelah sampel diencerkan dan ditanam pada media PDA. Semua sampel yang sudah ditaman pada media dalam cawan petri diinkubasi secara terbalik supaya uap air yang terbentuk selama masa inkubasi tidak menetes pada media dan mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Pengamatan angka kapang khamir dilakukan pada hari ke-3 dan hari k-5. Koloni kapang yang dihitung adalah koloni tunggal yang mempunyai serabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula – mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah terbentuk maka akan terjadi perubahan warna tergantung dari jenis kapang. Sedangkan koloni khamir yang dihitung adalah koloni terpisah yang berbentuk bulat dan berwarna putih tanpa berserabut. Jika terdapat koloni yang bertumpuk, maka dianggap sebagai 1 koloni. Pengamatan juga dilakukan pada hari ke-3 untuk menghindari adanya kesalahan perhitungan jumlah koloni yang bertumpuk, maka pengamatan tidak hanya dilakukan pada hari ke-5 yang merupakan puncak pertumbuhan fungi. Pada hari ke-3 pertumbuhan kapang khamir belum maksimal sehingga koloni mudah dihitung. Untuk mengetahui jumlah kapang khamir yang terdapat dalam jamu beras kencur, maka dapat digunakan metode hitungan cawan petri yang didasarkan pada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 anggapan bahwa sel yang hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Perhitungan sel – sel hidup dilakukan dengan metode plate count yaitu menghitung jumlah sel yang mampu membentuk koloni pada media pembenihan yang sesuai. Koloni yang tampak pada media pertumbuhan merupakan suatu indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel dan berkembang menjadi satu koloni. Tabel III. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang A inkubasi 5 hari Sampel Pengenceran 10-1 10-2 10-3 10-4 A 10-1 10-2 10-3 10-4 10-1 10-2 10-3 10-4 Replikasi I II III Jumlah koloni Cawan Cawan Rata-rata 1 2 koloni ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 187 179 183 61 75 68 ∞ ∞ 181 94 ∞ ∞ 168 58 ∞ ∞ 175 76 ∞ ∞ 191 59 ∞ ∞ 187 64 ∞ ∞ 189 61,5 RATA-RATA AKK PEDAGANG A AKK (koloni/ml) 6,8 x 105 7,6 x 105 6,2 x 105 6,9 x 105 koloni/ml Keterangan : data pada kolom yang berwarna kuning adalah data yang digunakan untuk perhitungan angka kapang khamir dalam sampel jamu beras kencur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 Tabel IV. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang B inkubasi 5 hari Sampel Pengenceran 10-1 10-2 10-3 10-4 B Replikasi I Jumlah koloni Cawan Cawan Rata-rata 1 2 kloni ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 250 268 259 ∞ ∞ ∞ 298 ∞ ∞ ∞ 294 10-1 ∞ ∞ III 10-2 ∞ ∞ -3 10 ∞ ∞ -4 10 321 296 RATA-RATA AKK PEDAGANG B ∞ ∞ ∞ 308 10-1 10-2 10-3 10-4 II ∞ ∞ ∞ 291 AKK (koloni/ml) 2,6 x 106 2,9 x 106 3,1 x 106 2,9 x 106 koloni/ml Keterangan : data pada kolom yang berwarna kuning adalah data yang digunakan untuk perhitungan angka kapang khamir dalam sampel jamu beras kencur Tabel V. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang C inkubasi 5 hari Sampel Pengenceran 10-1 10-2 10-3 10-4 C 10-1 10-2 10-3 10-4 10-1 Replikasi I II lJumlah koloni Cawan Cawan Total 1 2 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 198 178 376 ∞ ∞ ∞ 267 ∞ ∞ ∞ 244 ∞ ∞ ∞ 255 ∞ ∞ ∞ AKK (koloni/ml) 1,9 x 106 2,6 x 106 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10-2 III ∞ ∞ 10-3 ∞ ∞ -4 10 233 215 RATA-RATA AKK PEDAGANG C ∞ ∞ 224 58 2,2 x 106 2,2 x 106 koloni/ml Keterangan : data pada kolom yang berwarna kuning adalah data yang digunakan untuk perhitungan angka kapang khamir dalam sampel jamu beras kencur Analisis hasil pengujian kapang khamir dilakukan berdasarkan PPOMN (2006). Nilai Angka Kapang Khamir yang dapat dihitung dari cawan petri yaitu yang menunjukkan 10 – 150 koloni. Pada tabel IV dan V tidak ada satupun jumlah koloni pada cawan petri yang masuk dalam kriteria perhitungan berdasarkan PPOMN 2006, sehingga perhitungan berdasarkan prosedur Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta (2000) dengan ketentuan, apabila pada pengenceran 10-1 sampai 10-3 terdapat pertumbuhan koloni kapang khamir yang sangat banyak sehingga tidak dapat dihitung maka jumlah koloni yang dihitung yaitu pada pengenceran 10-4 sebagai nilai angka kapang khamir. Data yang digunakan adalah jumlah koloni pada pengenceran 10-4 (data yang berwarna kuning pada tabel IV dan tabel V). Pada kontrol media dan kontrol pelarut tidak tumbuh mikroba yang menandakan bahwa tidak ada kontaminan dari pelarut dan media yang digunakan. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh pada tabel III, IV, dan V menunjukkan bahwa nilai Angka Kapang Khamir dari ketiga pedagang jamu beras kencur melebihi batas yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa angka kapang khamir yang diperbolehkan tidak melebihi 103 koloni/mL. Nilai Angka PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 Kapang Khamir pada jamu beras kencur pedagang A adalah 6,9 x 105 koloni/ml, pada pedagang B adalah 2,9 x 106 koloni/ml dan pada pedagang C adalah 2,2 x 106 koloni/ml. Nilai Angka Kapang Khamir yang melebihi batas yang ditetapkan yaitu >103 koloni/ml dipengaruhi oleh cara pembuatan jamu beras kencur, bahan baku yang digunakan, serta cara penyimpanan jamu beras kencur. Berdasarkan observasi dan wawancara pada satu pedagang jamu yang dianggap dapat mewakili pedagang jamu lainnya, pada saat pencucian rimpang kencur dan beras yang merupakan bahan baku pembuatan jamu hanya satu kali dilakukan pencucian. Hal ini memungkinkan kapang khamir masih menempel pada rimpang kencur apabila pada saat pencucian tidak bersih. Menurut Pratiwi (2008), salah satu habitat kapang khamir terdapat di dalam tanah dan bahan baku yang digunakan yaitu berupa rimpang yang tumbuh di dalam tanah. Oleh karena itu, kapang khamir sangat mudah mencemari bahan baku tersebut dan apabila rimpang tidak dicuci dengan bersih, maka kontaminasi kapang khamir semakin tinggi, sehingga nilai angka kapang khamir juga semakin tinggi. Jamu beras kencur setelah pembuatan langsung disimpan pada wadah tertutup yang dapat menimbulkan uap air, sehingga uap yang ditimbulkan menyebabkan kelembaban pada wadah meningkat. Kelembaban yang tinggi dapat memicu pertumbuhan kapang khamir. Kelembaban merupakan tempat yang baik bagi kapang dan khamir untuk tumbuh. Adanya kapang khamir dalam sediaan jamu perlu diwaspadai terutama kapang khamir yang bersifat patogen akan dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia. Menurut Riza (2009), salah satu khamir yang bersifat patogen adalah Candida albicans yang dapat menyebabkan sariawan, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 sedangkan contoh kapang yang bersifat patogen adalah kelas Deuteromycetes genus Aspergillus yang menghasilkan alfatoksin yang bersifat karsinogenik dan hepatotoksik terhadap tubuh. Kapang dan khamir yang bersifat patogen dapat tumbuh pada kondisi yang lembab dan kondisi lingkungan yang tidak bersih. Proses pengolahan jamu yang tidak higienis sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi kontaminasi oleh spora-spora dari kapang dan khamir. Oleh karena itu, diperlukan uji lebih lanjut untuk mengetahui jenis kapang dan khamir yang terdapat dalam jamu beras kencur. e. Uji Identifikasi Bakteri Salmonella spp. Uji identifikasi Salmonella spp bertujuan untuk mengetahui apakah sampel jamu beras kencur mengandung cemaran bakteri Salmonella atau tidak. Uji identifikasi bakteri patogen merupakan salah satu parameter dari keamanan obat tradisional. Menurut Radji (2010), Salmonella merupakan bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia, bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella spp. Salmonellosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Salmonella spp. Orang yang terinfeksi akan mengalami gejala demam, diare, kram perut, pusing, sakit kepala, dan rasa mual. Gejala yang tampak terkadang disertai dengan demam, dimana suhu tubuh antara 37,10- 38,50C. Gejala paling serius adalah dehidrasi yang pada akhirnya akan menimbulkan kematian apabila tidak segera diobati. Uji identifikasi bakteri Salmonella spp dalam sampel jamu beras kencur terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengkayaan, tahap isolasi, dan uji penegasan melalui uji biokimiawi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 1. Uji pengkayaan pada media Selenite Broth Uji pengkayaan merupakan uji yang bertujuan untuk menumbuhkan mikroba dari sampel jamu berus kencur, sehingga dapat tumbuh optimal dalam media pengkaya, yaitu Selenite Broth. Menurut Bridson (2006), Selenite Broth adalah media pengkaya yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella yang berasal dari feses, produk makanan maupun produk minuman. Media ini mengandung pepton, laktosa dan natrium fosfat yang merupakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Salmonella. Pada tahap pengkayaan dilakukan 3 kali replikasi, bertujuan untuk menegaskan hasil yang dilakukan sehingga hasil pengujian yang diperoleh akan lebih valid. Pada uji ini menggunakan kontrol positif yang dibuat dengan menginokulasikan biakan murni Salmonella typhi ATCC 14028 pada media Selenite Broth. Salmonella typhi ATCC 14028 merupakan Salmonella enterica dengan subspesies enterica dan serotype Typhimurium (ATCC, 2015). Kontrol positif sebagai pembanding apakah reaksi dan karakteristiknya sama dengan sampel, apabila sama maka hasilnya adalah positif. Salmonella dapat tumbuh baik dalam media ini, yang ditandai dengan adanya kekeruhan pada media Salenite Broth. Sampel kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Suhu 370C adalah suhu optimum bagi pertumbuhan Salmonella spp. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B A K+ C B C A A 62 B C K+ K+ Pedagang A Pedagang B Pedagang C Gambar 2. Uji pengkayaan dalam media selenite Broth Keterangan : K+: kontrol positif ; A: sampel uji replikasi 1 ; B: sampel uji replikasi 2 ; C: sampel uji replikasi 3. Berdasarkan data yang diperoleh (gambar 2), sampel dari pedagang A yaitu pada replikasi 2 dan replikasi 3 terjadi perubahan warna dari bening menjadi orange keruh, sedangkan pada replikasi 1 kekeruhannya hampir sama dengan kontrol positif. Sampel dari pedagang B dan C juga terjadi perubahan warna dari bening menjadi orange keruh pada replikasi 1, 2, dan 3. Hal ini sesuai dengan Bridson (2006) yang mengatakan bahwa adanya kekeruhan menunjukkan hasil positif. Setelah didapatkan hasil positif pada media Selenite Broth, maka untuk menegaskan hasil dilakukan isolasi sampel dari media Selenite Broth pada media selektif pertumbuhan Salmonella spp. 2. Isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur dalam media Hektoen Enteric Agar (HEA) Isolasi Salmonella spp bertujuan untuk menegaskan bakteri yang tumbuh selama uji pengkayaan adalah Salmonella spp. Pada tahap isolasi ini dilakukan penanaman sampel dari media pengkayaan ke media selektif dan diamati PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 pertumbuhan koloni bakteri yang muncul. Media selektif yang digunakan pada uji isolasi Salmonella spp adalah Hektoen Enteric Agar (HEA). Media HEA merupakan media selektif untuk pertumbuhan Salmonella spp dan Shigella. Menurut Bridoson (2006), Hektoen Enteric Agar mengandung peptone, yeast extract, laktosa, sukrosa, salicin, bile salts , sodium chloride, sodium thiosulphate, ammonium ferric citrate, acid fuchsin, bromothymol blue, agar. Media HEA tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Tiosulfat berfungsi sebagai indikator adanya produksi H2S dimana koloni bakteri yang memproduksi H2S akan tampak warna hitam ditengah koloni. Salmonella tidak dapat memfermentasikan laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol biru. Pertumbuhan salmonella pada media Hektoen Enteric Agar terlihat berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam. Pada tahap isolasi, satu sengkelit dari biakan pengkayaan diinokulasikan pada media HEA dengan metode streak plate dan dinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Metode streak plate digunakan untuk mendapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni. Hal ini juga dilakukan terhadap kontrol positif yaitu menginokulasikan 1 sengkelit kultur murni Salmonella thypi ATCC 14028 sebagai pembanding. Metode streak plate menggunakan jarum ose untuk menggoreskan biakan secara zig-zag. Jarum ose dipijarkan diatas nyala api bunsen sampai berpijar, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 kemudian didinginkan dan selanjutnya diambil satu ose dari media pengkayaan dan digoreskan pada satu ujung di media agar. Penggoresan pada media ada empat tahap (empat kuadran). Tahap pertama penggoresan dilakukan pada permukaan media agar dimulai pada satu ujung sebagai kuadran pertama. Kemudian jarum ose dipijarkan dan didinginkan, selanjutnya dilakukan penggoresan pada kuadran kedua dengan mengenai ujung kuadran pertama, setiap kali menggoreskan ose untuk kuadran berikutnya, ose terlebih dahulu dipijarkan dan biarkan dingin. Tujuan penggoresan dengan empat kuadran, diharapkan masing – masing goresan saling berhubungan sehingga diperoleh koloni terpisah pada titik pertemuan antara kuadran. Salmonella typhi ATCC 14028 Sampel jamu beras kencur Gambar 3. Hasil uji isolasi Salmonella spp pada jamu beras kencur dalam media Hektoen Enteric Agar (HEA) Berdasarkan data (gambar 3), karakteristik pertumbuhan koloni bakteri pada kontrol positif dan sampel jamu beras kencur berbeda. Pada kontrol positif, koloni bakteri yang tumbuh memiliki ciri-ciri koloni terpisah, berbentuk bulat, terlihat berwarna hijau kebiruan dengan titik hitam. Sedangkan pada sampel jamu beras kencur, koloni bakteri yang tumbuh memiliki ciri-ciri koloni terpisah, berbentuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 bulat dan berwarna merah muda. Menurut Bridson (2006), pada media HEA bakteri yang dapat tumbuh adalah bakteri Salmonella spp dan Shigella, pada media HEA juga memungkinkan adanya pertumbuhan bakteri lain, seperti bakteri yang mampu memfermentasikan glukosa. Bakteri yang mampu memfermentasikan glukosa memiliki karakteristik koloni berwarna merah muda atau merah dengan bentuk bulat. Hasil yang diperoleh dari tahap isolasi adalah tidak semua media sampel terdapat pertumbuhan koloni bakteri. Media yang ditumbuhi bakteri yaitu media yang berisi sampel jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B, sedangkan media yang berisi sampel dari pedagang C tidak terdapat pertumbuhan koloni bakteri. Koloni bakteri yang tumbuh pada media tidak sesuai dengan kontrol positif (Lampiran 10,11,12). Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat cemaran Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur dari ketiga pedagang. Maka, perlu dilakukan uji konfirmasi (uji biokimiawi) terhadap koloni yang tumbuh pada media Hektoen Enteric Agar untuk menegaskan hasil tersebut. 3. Uji konfirmasi keberadaan Salmonella pada sampel jamu beras kencur Uji konfirmasi bertujuan untuk memastikan dan menegaskan bahwa koloni bakteri yang tumbuh pada media Hektoen Enteric Agar bukan bakteri Salmonella spp. Tahapan uji konfirmasi yaitu koloni yang tumbuh pada media Hektoen Enteric Agar diambil satu sengkelit, kemudian diinokulasikan pada media NA miring selanjutnya diinokulasikan pada media glukosa, laktosa, manitol, sukrosa, maltosa untuk uji fermentasi gula-gula, pada media Sulphur Indol Motility Agar (SIM) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 untuk uji motilitas, sulfur dan indol serta pada media Simmons sitrat untuk uji sitrat dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hal ini juga dilakukan terhadap kontrol positif yaitu menginokulasikan 1 sengkelit kultur murni Salmonella thypi ATCC 14028 sebagai pembanding. a. Uji fermentasi gula-gula Uji fermentasi gula-gula dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasi karbohidrat seperti glukosa, laktosa, manitol, maltosa, dan sakarosa. Untuk mengetahui adanya pembentukan asam, maka ditambahkan indikator Phenol red. Pada uji fermentasi gula-gula, pembentukan asam ditandai dengan perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Perubahan warna menjadi kuning disebabkan adanya indikator Phenol red yang berubah warna dari warna merah menjadi kuning apabila terjadi penurunan pH menjadi lebih asam. Penurunan pH disebabkan oleh kondisi asam yang dihasilkan mikroba dari proses fermentasi gula yang menghasilkan asam piruvat dan asam laktat. Keadaan asam akan menyebabkan terjadi penurunan pH yang ditandai dengan perubahan warna indikator menjadi warna kuning. Pertumbuhan bakteri Salmonella pada media pembenihan khusus setelah diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam, mempunyai metabolisme aktif dan dapat meragikan karbohidrat seperti glukosa, manitol, maltosa tetapi tidak memfermentasikan sakarosa dan laktosa (Soemarno, 2000). Kemampuan mikroba dalam memfermentasikan berbagai karbohidrat dan produk fermentasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengidentifikasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 mikroba. Menurut Aprilyanto dan Sembiring (2010), mikroba menggunakan molekul karbohidrat sebagai sumber karbon dan sumber energi bergantung pada tipe nutrisi mikroba tersebut. Penggunaan karbohidrat melibatkan proses oksidasi molekul tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi karbon dioksida untuk menghasilkan energi. Secara umum, jalur oksidasi karbohidrat untuk menghasilkan energi dikelompokkan menjadi dua, yaitu oksidasi sempurna menjadi karbondioksida dan oksidasi parisial yang sering disebut sebagai fermentasi. 1) Uji fermentasi glukosa Glukosa merupakan senyawa yang paling sering digunakan oleh mikroba dalam proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob dan yang bertindak sebagai substrat adalah karbohidrat. Uji fermentasi karbohidrat merupakan pembentukan asam yang akan terlihat dari perubahan warna medium menjadi kuning dan pembentukan gas yang terlihat dari adanya gas dalam tabung durham (Nugraheni, 2010). Uji fermentasi glukosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan glukosa. Pengujian dilakukan dengan mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Pada uji fermentasi glukosa ditambahkan tabung durham ke dalam media untuk melihat adanya pembentukan gas. Apabila terbentuk gas, maka gas akan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 masuk ke dalam tabung dan mendesak cairan di dalam tabung, sehingga akan terlihat adanya gelembung udara. Terjadi perubahan warna media dari warna merah menjadi kuning menandakan bakteri dapat memfermentasi glukosa dan terjadi pembentukan gas. Hasil yang didapat setelah diinkubasi 24 jam yaitu pada kontrol positif, sedangkan koloni pada sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan sampel dari pedagang B menunjukkan hasil positif (Lampiran 14), terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan terjadi pembentukan gas. Menurut Soemarno (2000), Salmonella spp dapat memfermentasikann glukosa dan dapat membentuk gas. 2) Uji fermentasi laktosa Uji fermentasi laktosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan laktosa. Pengujian dilakukan dengan mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil yang didapat setelah diinkubasi 24 jam yaitu pada kontrol positif tidak terjadi perubahan warna media menjadi kuning, sedangkan koloni pada sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) terjadi perubahan warna media menjadi kuning. Kontrol positif menunjukkan kesesuaian dengan Soemarno (2000), bahwa Salmonella spp tidak memfermentasikan laktosa. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 3) Uji fermentasi manitol Uji fermentasi manitol bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan manitol. Pengujian dilakukan dengan mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil yang didapat setelah diinkubasi 24 jam yaitu pada kontrol positif, koloni pada sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Hal ini menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan manitol. Menurut Soemarno (2000), Salmonella mampu memfermentasikan manitol. 4) Uji fermentasi maltosa Uji fermentasi maltosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan maltosa. Pengujian dilakukan dengan mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil menunjukkan bahwa kontrol possitif, koloni pada sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) mengalami perubahan warna dari merah menjadi kuning. Perubahan warna menjadi kuning menandakan, bahwa bakteri mampu memfermentasikan maltosa. 5) Uji fermentasi sakarosa Uji fermentasi sakarosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan sakarosa. Pengujian dilakukan dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Pada kontrol positif tidak mengalami perubahan warna dari merah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bahwa Salmonella tidak dapat memfermentasikan sakarosa. Sedangkan pada sampel jamu beras kencur dari pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) mengalami perubahan warna pada media dari merah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bakteri dalam sampel mampu memfermentasikan sakarosa. Menurut Soemarno (2000), Salmonella tidak mampu memfermentasikan sakarosa. b. Uji sulfur Uji sulfur bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghasilkan hydrogen sulfide (H2S) dengan menggunakan sulfur sebagai satu-satunya sumber energi (Cappucino, 2008). Hasil peruraian sulfur dapat diamati dengan penambahan garam-garam logam berat kedalam medium. Media yang digunakan untuk uji sulfur adalah media Sulpfur Indol Motility (SIM). Menurut Bridson (2006), media SIM mengandung peptone dan sodium thiosulfate sebagai substrat sulfur, ferrous sulfate (FeSO4) sebagai indikator H2S yang akan membentuk warna hitam apabila terdapat H2S. Menurut Holt dkk (2000), hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam disepanjang bekas inokulasi. Hasil negatif adalah tidak terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam medium tidak mampu menghidrolisis logam-logam berat yang terkandung dalam medium. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 71 Hasil yang diperoleh setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C yaitu pada kontrol positif menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warna hitam disepanjang bekas inokulasi, yang berarti Salmonella dapat menggunakan sulfur sebagai satu-satunya sumber energi. Hal ini sesuai dengan Holt dkk (2000) yang menyatakan Salmonella dapat mengunakan sulfur sebagai satu-satunya sumber energi. Sedangkan, pada sampel (Lampiran 13 dan 14) tidak terbentuk warna hitam disepanjang bekas inokulasi, hal ini menunjukkan bahwa bakteri dalam jamu beras kencur tidak menggunakan sulfur sebagai satu-satunya sumber energy. K+ Sampel Gambar 4. Hasil uji identifikasi sulfur pada media Sulphur Indol Motility Agar c. Uji indol Uji indol bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menggunakan triptofan sebagai sumber karbon dan menghasilkan indol. Triptofan adalah asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi oleh beberapa bakteri. Konversi dari triptofan menjadi produk metabolik (indol, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 asam piruvat, ammonia) diperantarai oleh enzim tryptophanase. Produksi indol dapat dideteksi dengan penambahan reagen Kovac’s setelah diinkubasi selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya cincin berwarna merah cherry setelah ditetesi reagen Kovac’s. Terbentuknya warna merah cherry dikarenakan terjadinya kompleks dengan p-dimethylaminobenzaldehyde dari reagen. Menurut Holk dkk (2000), Salmonella tidak mampu memecah asam amino triptofan menjadi indol. Pada kontrol positif tidak terbentuk cincin berwarna merah cherry, hal ini menunjukkan bahwa Salmonella tidak membentuk indol dari triptofan sebagi sumber energi. Sedangkan pada sampel terbentuk cincin berwarna merah cherry (Gambar 4), hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur dari pedagang A dan pedagang B dapat menggunakan triptofan sebagai sumber energi untuk membentuk indol. Uji indol dilakukan setelah pengamatan motilitas, sehingga tidak mengganggu pengamatan motilitas pada media SIM. d. Uji motilitas Uji motilitas bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan penyebaran koloni. Salmonella memiliki kemampuan bergerak dalam media SIM. Kandungan NA semisolid dalam media SIM memungkinkan bakteri yang memiliki flagel melakukan pergerakan dalam media SIM. Salmonella memiliki flagel di seluruh badan (peritrich) sebagai alat gerak. Hasil positif menunjukkan adanya pergerakan bakteri yang terjadi tidak hanya pada bekas inokulasi. Menurut Holt dkk (2000), adanya pertumbuhan bakteri yang menyebar, maka PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 dinyatakan bakteri yang diidenifikasi tersebut adalah golongan Enterobacter termasuk Salmnoella. Hasil yang diperoleh setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C yaitu pada kontrol positif, sampel jamu beras kencur dari pedagang A dan pedagang B menunjukkan hasil positif yang ditunjukkan dengan pertumbuhan bakteri yang menyebar dan tidak hanya tumbuh disepanjang bekas inokulasi. Hal ini menunjukkan bakteri yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur memiliki alat gerak. K+ Sampel Gambar 5. Hasil uji motilitas pada media Sulphur Indol Motility Agar e. Uji Methyl Red Uji metil merah bertujuan untuk mengetahui adanya fermentasi asam campuran. Pada penelitian ini dilakukan uji metil merah untuk mengetahui kemampuan bakteri Salmonella dalam memfermentasi glukosa dan menghasilkan berbagai produk asam yaitu asam format, asam laktat, dan asam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 asetat. Berbagai produk asam yang dihasilkan sehingga dapat menurunkan pH media pertumbuhan. Indikator yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan pH akibat asam yang dihasilkan adalah terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan indikator metil merah. Indikator metil merah berubah warna menjadi merah pada suasana asam dengan pH 4,4 dan menjadi kuning pada suasana basa dengan pH 6,2. Media yang digunakan yaitu media MR-VP yang mengandung fosfat, dextrosa, dan pepton. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna media dari kuning menjadi merah. Setelah diinkubasi 48 jam dan ditambahkan metil merah pada sampel dan kontrol terjadi perubahan warna media dari kuning keruh menjadi merah. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur dari pedagang A dan pedagang B dapat memfermentasikan asam campuran. K+ Sampel Gambar 6. Hasil uji metil merah pada media MR-VP PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 f. Uji Voges Proskaeur Uji Voges-Proskauer bertujuan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam menghasilkan produk akhir yang tidak bersifat asam. Produk akhir yang tidak bersifat asam seperti asetilmetilcarbinol atau asetoin dari asam-asam organik yang dihasilkan dari proses metabolisme glukosa. Asetoin adalah suatu senyawa awal dalam sintesis 2,3-butanadiol. Media yang digunakan pada uji Voges-Proskauer adalah media MRVP yang mengandung dextrosa, pepton,dan fosfat. Menurut Sylvia (2013), penambahan larutan KOH 40% dan larutan α-naftol dapat menunjukkan terbentuknya asetoin pada media. Adanya asetoin yang merupakan perkusor 2,3butanadiol ditunjukkan dengan perubahan warna media menjadi merah setelah penambahan KOH 40%, kemudian ditambahkan dengan α-naftol untuk memperjelas warna merah yang terbentuk. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna merah pada media, sedangkan hasil negatif tidak terjadi perubahan warna. Berdasarkan hasil uji voges proskaeur (Gambar 7), tidak terjadi perubahan warna merah pada media yang berisi sampel pedagang A dan pedagang B. Hasil uji pada kontrol positif tidak menunjukkan perubahan warna merah pada media. Hasil ini menunjukkan bakteri yang terdapat dalam sampel tidak menghasilkan produk 2,3-butanadiol dalam proses fermentasi glukosa. Berdasarkan Soemarno (2000), Salmonella memberikan hasil negatif untuk uji Voges-Proskauer yang ditandai tidak terjadi perubahan warna pada media. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI K+ 76 Sampel Gambar 7. Hasil uji Voges-Proskaeur pada media MR-VP g. Uji Sitrat Uji Sitrat bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri Enterobacteriaceae menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Menurut Williams (2013), Salmonella dapat menggunakan sitrat sebagai satusatunya sumber karbon. Pada uji sitrat menggunakan media Simmon’s Citrate Agar yang merupakan medium sintetik dengan komposisi NH4 sebagai sumber N, Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, dan Brom Tyhmol Blue sebagai indikator pH. Bakteri yang dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon akan menunjukkan perubahan warna media dari warna hijau menjadi warna biru. Menurut Williams (2013), terbentuknya warna biru dikarenakan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon akan menghilangkan asam dari medium biakan sehingga terjadi peningkatan pH. Proses metabolisme bakteri dapat menghasilkan asam priuvat dan CO2 sehingga terjadi peningkatan pH. Na sitrat pada media akan berinteraksi dengan asam piruvat dan CO2 menjadi Na karbonat. Adanya Na karbonat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 mengakibatkan perubahan pH menjadi lebih basa sehingga indikator Brom Tyhmol Blue akan berubah warna dari hijau menjadi biru. Berdasarkan hasil uji sitrat pada kontrol positif terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi biru, hal ini menandakan Salmonella typhi ATCC 14028 menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Sedangkan pada sampel dari pedagang A (Lampiran 10) dan sampel dari pedagang B (Lampiran 11) tidak terjadi perubahan warna pada media (Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa bakteri dalam sampel jamu beras kencur tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. K+ Sampel Gambar 8. Hasil identifikasi uji sitrat pada media Simmons Sitrat Agar h. Uji Katalase Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Menurut Reiner (2013), bakteri yang memerlukan oksigen menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat toksik bagi bakteri sendiri. Namun bakteri tetap dapat hidup dikarenakan menghasilkan enzim PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 katalase yang dapat mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang merupakan hasil dari O2 yang menguap dari penguraian H2O2. Uji katalase dilakukan dengan menginokulasikan satu sengkelit biakan murni bakteri sampel pada gelas objek yang ditetesi dengan H2O2. Menurut Reiner (2013), Salmonella memiliki enzim katalase. Pada kontrol positif dan sampel jamu beras kencur terbentuk buih (Gambar 9 ) setelah ditetesi H2O2. Hal ini menunjukkan Salmonella dan bakteri yang terdapat dalam jamu beras kencur memiliki enzim katalase yang dapat mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2. K+ Sampel Gambar 9. Hasil identifikasi uji katalase f. Hasil Uji Identifikasi Bakteri pada Sampel Pedagang A dan B Pada sampel jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B, koloni bakteri yang tumbuh pada media Hektoen Enteric Agar dengan ciri-ciri koloni terpisah, berbentuk bulat dan berwarna merah muda. Sedangkan pada kontrol positif karakterstik koloni bakteri yang tumbuh berbentuk bulat, berwarna hitam dengan perubahan media menjadi biru kehijauan (Lampiran 10 dan Lampiran 11). Karakteristik pertumbuhan bakteri pada sampel jamu beras kencur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 pedagang A dan pedagang B berbeda dengan kontrol positif Salmonella thypi ATCC 14028, sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri yang terdapat pada jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B bukan bakteri Salmonella spp. Hektoen Enteric Agar merupakan media selektif untuk pertumbuhan Salmonella dan Shigella, namun bakteri-bakteri lainnya juga dapat tumbuh dalam media HEA. Menurut Bridson (2006), bakteri yang dapat tumbuh adalah bakteri Coliforms yang dapat memfermentasikan laktosa, sakarosa, dan salisin dengan karakteristik pertumbuhan koloninya berwarna pink atau merah. Koloni bakteri pada sampel jamu beras kencur yang tumbuh pada media HEA memiliki karakteristik berbentuk bulat dan berwarna merah muda. Koloni bakteri yang tumbuh pada media HEA dilakukan uji biokomiawi untuk mengetahui spesies bakteri yang tumbuh. Berdasarkan hasil uji biokimiawi yang dibandingkan dengan karakteristik bakteri menurut Soemarno (2000) dan Holt dkk (2000), bakteri yang terdapat pada jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B adalah Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri Coliforms. Menurut Soemarno (2000) dan Holt dkk (2000), Escherichia coli adalah bakteri yang mampu menghasilkan asam piruvat dan laktat dalam proses penguraian gula-gula, sehingga uji biokimia dapat digunakan sebagai penegasan karakteristik Escherichia coli. Uji Methyl-Red dan uji Voges Proskauer dianjurkan untuk tes diferensiasi kelompok Coli aerogenes. Menurut Cappuccino (2008), bakteri E.coli mampu memfermentasikan glukosa dan menghasilkan asam berupa asam laktat, asam format dan asam asetat yang ditandai dengan perubahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 warna merah pada media setelah ditambahkan indikator phenol-red. Menurut Soemarno (2000), E.coli memberikan hasil negatif pada uji Voges Proskauer yang ditunjukkan tidak terjadi perubahan warna pada media MR-VP. E.coli tidak menghasilkan produk 2,3-butanadiol dalam proses fermentasi glukosa. Tabel VI. Hasil identifikasi Escherichia coli Sampel Jamu beras kencur dari pedagang A dan pedagang B Glukosa Escherichia coli (Soemarno, 2000; Holt dkk, 2000) + Manitol + + Sakarosa + + Maltosa + + Laktosa + + Sulfur _ _ Indol + + Motilitas + + Sitrat _ _ Methyl Red + + Voges _ _ + + Uji + Proskauer Katalase PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 Berikut ini merupakan rangkuman hasil uji biokimiawi (tabel VII dan tabel VIII) yang menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat pada sampel jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B bukan Salmonella spp. Tabel VII. Hasil Uji Identifikasi Bakteri pada Sampel Jamu Beras Kencur Pedagang A Salmonella typhi ATCC 14028 + Replikasi I Glukosa Salmonella (Soemarno, 2000; Holt dkk, 2000) + + + + Manitol + + + + + Sakarosa _ _ + + + Maltosa + + + + + Laktosa _ _ + + + Sulfur + + _ _ _ Indol _ _ + + + Motilitas + + + + + Sitrat + + _ _ _ Methyl + + + + + _ _ _ _ _ + + + + + Uji Replikasi Replikasi II III Red VogesProskauer Katalase Keterangan : Kolom yang berwarna kuning menunjukkan ketidaksesuaian terhadap hasil kontrol positif biakan Salmonella typhi ATCC 14028. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 Tabel VIII. Hasil Uji Identifikasi Bakteri pada Sampel Jamu Beras Kencur Pedagang B Salmonella typhi ATCC 14028 + Replikasi I Glukosa Salmonella (Soemarno, 2000; Holt dkk, 2000) + + + + Manitol + + + + + Sakarosa _ _ + + + Maltosa + + + + + Laktosa _ _ + + + Sulfur + + _ _ _ Indol _ _ + + + Motilitas + + + + + Sitrat + + _ _ _ Methyl + + + + + _ _ _ _ _ + + + + + Uji Replikasi Replikasi II III Red VogesProskauer Katalase Keterangan : Kolom yang berwarna kuning menunjukkan ketidaksesuaian terhadap hasil kontrol positif biakan Salmonella typhi ATCC 14028. Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti, adanya cemaran Escherichia coli dalam sampel jamu beras kencur disebabkan oleh adanya kontaminasi Escherichia coli dari air yang digunakan dan sanitasi yang kurang baik. Menurut Radji (2010), habitat Escherichia coli adalah di air, tanah dan tinja. Berdasarkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 observasi, pencucian bahan baku dan alat yang digunakan untuk pembuatan jamu beras kencur pencuciannya kurang bersih dan dilakukan di dekat kamar mandi yang merupakan habitat dari Escherichia coli. Rimpang kecur merupakan bahan baku jamu beras kencur yang tumbuhnya didalam tanah, pencucian yang kurang bersih menyebabkan tanah masih menempel pada rimpang kencur sehingga dimungkinkan adanya cemaran Escherichia coli, dikarenakan tanah merupakan salah satu habitat Escherichia coli. Pada saat proses pembuatan jamu beras kencur tidak direbus melainkan hanya dicampur dengan air panas dan disaring, sedangkan alat-alat yang digunakan tidak terjamin kebersihannya sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi Escherichia coli. Suharmiati (2000), menyatakan bahwa sanitasi berperan penting dalam pengolahan dan penjualan jamu. Dengan peningkatan sanitasi lingkungan dan tempat serta alat-alat produksi yang lebih baik dapat meningkatan mutu dan kebersihan jamu. Sistem pengolahan dan penyajian yang kurang higienis menyebabkan pencemaran mikroba pada jamu gendong. Menurut Jawetz (2007), menyatakan bahwa pencemaran oleh Escherichia coli dapat menyebabkan terganggunya kesehatan konsumen PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Nilai Angka Kapang Khamir pada jamu gendong beras kencur dari tiga pedagang melebihi batas yang ditentukan oleh KaBPOM Nomor 12 tahun 2014, dengan nilai AKK pada pedagang A adalah 6,9 x 105 koloni/ml, pada pedagang B adalah 2,9 x 106 koloni/ml dan pada pedagang C adalah 2,2 x 106 koloni/ml. 2. Pada jamu beras kencur yang dijual di di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta tidak tercemar bakteri Salmonella spp. B. Saran 1. Perlu dilakukan pembinaan dan pemberian edukasi terhadap produsen jamu gendong oleh pihak yang berwenang terkait cara pembuatan obat tradisional yang baik, sehingga mutu jamu gendong dapat lebih ditingkatkan dan manfaatnya bagi kesehatan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji mikrobiologi jamu gendong sebelum diberikan edukasi dan sesudah diberikan edukasi terkait cara pembuatan obat tradisional yang baik untuk mengetahui apakah ada peningkatan mutu jamu gendong. 3. Pengambilan sampel untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengampilan sampel. 84 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 DAFTAR PUSTAKA Azwar Agoes, 2010, Tanaman Obat Indonesia, Salemba, Jakarta, hal.57-61. Badan POM RI, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.4.2411, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1) dan (2). Badan POM RI, 2005, Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 48-50. Badan POM RI, 2006, Metode Analisis PPOM, MA PPOMN nomor 97/mik/00, Uji Angka Kapang/Khamir dalam Obat Tradisional, Jakarta, hal. 108-110. Badan POM RI, 2008, Metode Pengujian Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, hal.5-6. Badan POM RI, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Balkes, 2000, Metode Analisis Pengujian Pangan, Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Yogyakarta. Breslow, L., 2002, Ecyclopedia of Public Health, New York: Macmillan Reference USA/Gale Group Thomson Learning. Bridson, E., Y., 2006, Bridson Manual, 9th Edition, Bridson Limited, 17, 188, England. Cappuccino, J,G, and Natalie Sherman, 2008, Microbiology a Laboratory Manual, eight edition, Pearson education, USA, pp. 155-170. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan nomor 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Disable world, 2007, Candida Yeast Infection-Foods to Eat and Avoid, http://www.disabled-world.com/artman/publish/candida_.shtml, diakses pada tanggal 20 September 2015. Djajaninggrat, H., 2014, Mikrobiologi untuk Klinik dan laboratorium, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 48-49. Finegold, S.M., dan E.J.Brandon, 1996, Bailey and Scott Diasnogtic Microbiology, 7th edition, Saint Louis, CV Mostby, pp.110 – 113. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T., Williams, S.T., 2000, Bergey’s Manual Determinative BacteriologyI, 9th edition, Lippincott Williams and Wilkins Company, USA, pp. 93, 184, 186-187. Jawetz, 2007, Mikrobiologi Kedokteran, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 256. Jirnawanto, 2008, Uji Eschericia coli pada Jamu Beras Kencur yang Beredar di 3 Pasar di Kotamadya Yogyakarta, Skripsi, 62, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Katzung, B., G., 2007, Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition, United States : Lange Medical Publications. Latief, A., 2012, Obat Tradisional, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.1-2. Nugraheni, R., 2010, Pengujian Mikrobiologi Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Yogyakarta, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, hal.44. Poeloengan, M., Komala, I., dan Noor, S. M., 2012, Bahaya Salmonella terhadap Kesehatan, Laporam Penelitian, Balai Penelitian Venteriner, Bogor. Pramudya, 2008, Uji Kapang/Khamir dalam Jamu Gendong Beras Kencur yang beredar di Tiga Pasar di Kotamadya Yogyakarta, Skripsi, 39, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal. 38-43. Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, 27, 28, 31, 130, 131, 133, 135, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Reiner Karen, 2013, Catalase Test Protocol, http://www.microbelibrary. org/library/laboratory+test/3226-catalase-test-protocol, diakses pada tanggal 20 September 2015. Riskesdas, 2010, Profil Penggunaan Jamu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010, Jakarta. Riza Ahmad, 2009, Cemaran Kapang pada Pakan dan Pengendaliannya, Bogor, Balai Besar Penelitian Veteriner, hal.15-16. Serdamayanti, M.Pd., APU dan Hidayat Syarifudin, M.Si., 2011, Metodologi Penelitian, hal. 144-145. Shields, 2013, Motility Test Salmonella Medium Protocol, http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-test/3658-motility-testmedium-protocol, diakses tanggal 19 September 2015. SNI, 2008, Metode Pengujian Cemaran Mikroba, SNI 2897:2008, Jakarta, hal. 1432. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 SNI, 2009, Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan, SNI 7388:2009, Jakarta, hal. 6. Soeharsono, 2002, Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia, Volume 1, 65, 68, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Soemarmo, 2000, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik, Akademi Analisis Kesehatan Yogyakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Yogyakarta, hal. 38-39. Suharmiati, L. Handayani. 2000, Bahan Baku, Khasiat dan Cara Pengolahan Jamu Gendong: Studi Kasus di Kotamadya Surabaya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Sultana, Y., 2007, Pharmaceutical Microbiology and Biotechnology: Sterilization Methods and Principles, Departement of Pharmaceutics Faculty of Pharmacy Jamia Hamdard Nagar New Delhi, pp. 3-8. Supardi, Herman, M.J., Yuniar., 2010, Penggunaan Jamu Buatan Sendiri di Indonesia, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol.14, hal.375-381. Susanti, M., Isnaeni, Poedjiarti, S., 2009, Validasi Metode Bioautografi untuk Determinasi Kloramfenikol, Jurnal Kedokteran Indonesia, 1 (1), 15-24. Sylvia, 2013, Methyl Red and Voges-Proskauer Test Protocols, http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/3204methyl-red-and-voges-proskauer-test-protocols, diakses pada tanggal 18 september 2015. Waluyo, 2008, Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi, UMM Press, Malang, hal. 23-70, 112-124. Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 13-14. WHO, 2005, National policy on traditional medicine and regulation of herbal medicines, World Health Organization, pp.16 – 20. WHO, 2013, Salmonella non-typhoidal, http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs139/en/, diakses pada tanggal 18 September 2015. Williams,2013,CitrateTestProtocol,http://www.microbelibrary.org/component/res ource/laboratory-test/3203-citrate-test-protocol, diakses pada tanggal 18 september 2015. Xiaoming Li, Hui Bai, Xianyun Wang, 2011, Identification and Validation of Rice Reference Proteins for Western Blotting, Journal of Experimental Botany, Volume 62, 4763-4772. Zulaikhah, S.T., 2005, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pencemaran Mikroba Mikroba Pada Jamu Gendong, Majalah Kesehatan, Vol.2 No. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 88 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 1. Surat ijin penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta 89 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 Lampiran 2. Sampel jamu beras kencur dari penjual jamu gendong di Pasar Sambilegi Yogyakarta dalam botol steril A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 Keterangan gambar : A1 : Sampel jamu beras kencur dari pedagang A replikasi 1 A2 : Sampel jamu beras kencur dari pedagang A replikasi 2 A3 : Sampel jamu beras kencur dari pedagang A replikasi 3 B1 : Sampel jamu beras kencur dari pedagang B replikasi 1 B2 : Sampel jamu beras kencur dari pedagang B replikasi 2 B3 : Sampel jamu beras kencur dari pedagang B replikasi 3 C1 : Sampel jamu beras kencur dari pedagang C replikasi 1 C2 : Sampel jamu beras kencur dari pedagang C replikasi 2 C3 : Sampel jamu beras kencur dari pedagang C replikasi 3 C2 C3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 Lampiran 3. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang A setelah 5 hari inkubasi Kontrol media Kontrol pelarut Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-1 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-3 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 Lampiran 3. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang A setelah 5 hari inkubasi Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-3 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-1 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 Lampiran 4. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang B setelah 5 hari inkubasi Kontrol media Kontrol pelarut Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-1 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-3 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 Lampiran 4. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang B setelah 5 hari inkubasi Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-1 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-3 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-4 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 Lampiran 5. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang C setelah 5 hari inkubasi Kontrol media Kontrol pelarut Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-1 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 1 pengenceran 10-3 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 Lampiran 5. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang C setelah 5 hari inkubasi Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-4 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 2 pengenceran 10-2 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-1 Cawan 1 Cawan 2 Replikasi 3 pengenceran 10-3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 Lampiran 6. Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang A setelah 5 hari inkubasi Sampel Pengenceran Replikasi 10-1 10-2 10-3 10-4 I 10-1 10-2 10-3 10-4 A 10-1 10-2 10-3 10-4 II Cawan 1 ∞ ∞ 187 61 Jumlah koloni Cawan Rata-rata 2 koloni ∞ ∞ ∞ ∞ 179 183 75 68 ∞ ∞ 181 94 ∞ ∞ 191 59 RATA-RATA AKK III ∞ ∞ 168 58 ∞ ∞ 175 76 ∞ ∞ 187 64 ∞ ∞ 189 61,5 AKK (koloni/ml) 6,8 x 105 7,6 x 105 6,2 x 105 6,9 x 105 koloni/ml a. Sampel A1 : Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1 sampai dengan 10-2 sangat banyak dan menyebar, sehingga dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Pada pengenceran 10-3 koloni yang tumbuh pada kedua cawan melebihi range. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 61 koloni pada cawan 1 dan 75 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang diperoleh pada sampel A1 adalah x 105. (61 + 75) 2 x 104 = 680.000 = 6,8 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98 b. Sampel A2 : Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1 sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Pada pengenceran 10-3 koloni yang tumbuh pada kedua cawan melebihi range. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 61 koloni pada cawan 1 dan 75 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang diperoleh pada sampel A2 adalah (94 + 58) 2 x 104 = 760.000 = 7,6 x 105. c. Sampel A3 : Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1 sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Pada pengenceran 10-3 koloni yang tumbuh pada kedua cawan melebihi range. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 61 koloni pada cawan 1 dan 75 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang diperoleh pada sampel A3 adalah 6,2 x 105. (59 + 64) 2 x 104 = 615.000 = PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 Lampiran 7. Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang B setelah 5 hari inkubasi Sampel Pengenceran Replikasi 10-1 10-2 10-3 10-4 I 10-1 10-2 10-3 10-4 B 10-1 10-2 10-3 10-4 II Cawan 1 ∞ ∞ ∞ 250 Jumlah koloni Cawan Rata-rata 2 kloni ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 268 259 ∞ ∞ ∞ 291 ∞ ∞ ∞ 321 RATA-RATA AKK III ∞ ∞ ∞ 298 ∞ ∞ ∞ 294 ∞ ∞ ∞ 296 ∞ ∞ ∞ 308 AKK (koloni/ml) 2,6 x 106 2,9 x 106 3,1 x 106 2,9 x 106 koloni/ml Perhitungan : a. Sampel B1 : Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1 sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 148 koloni pada cawan 1 dan 182 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang diperoleh pada sampel B1 adalah 2,6 x 106. (250 + 268) 2 x 104 = 2.590.000 = PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100 b. Sampel B2 : Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1 sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 291 koloni pada cawan 1 dan 298 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang diperoleh pada sampel B2 adalah (291 + 298) 2 x 104 = 2.945.000 = 2,9 x 106. c. Sampel B3 : Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1 sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 61 koloni pada cawan 1 dan 75 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang diperoleh pada sampel A1 adalah = 3,1 x 106. (321 + 296) 2 x 104 = 3.085.000 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101 Lampiran 8. Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang C setelah 5 hari inkubasi Sampel Pengenceran Replikasi 10-1 10-2 10-3 10-4 I ∞ ∞ ∞ 267 ∞ ∞ ∞ 244 ∞ ∞ ∞ 255 ∞ ∞ ∞ 233 RATA-RATA AKK ∞ ∞ ∞ 215 ∞ ∞ ∞ 224 10-1 10-2 10-3 10-4 C 10-1 10-2 10-3 10-4 lJumlah koloni Cawan Cawan Total 1 2 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 198 178 376 II III AKK (koloni/ml) 1,9 x 106 2,6 x 106 2,2 x 106 2,2 x 106 koloni/ml Perhitungan : a. Sampel C1 : Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1 sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 198 koloni pada cawan 1 dan 178 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang diperoleh pada sampel B1 adalah = 1,9 x 106. (198 + 178) 2 x 104 = 1.880.000 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 102 b. Sampel C2 : Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1 sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 267 koloni pada cawan 1 dan 244 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang diperoleh pada sampel C2 adalah (267 + 244) 2 x 104 = 2.555.000 = 2,6 x 106. c. Sampel C3 : Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1 sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 233 koloni pada cawan 1 dan 215 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang diperoleh pada sampel C3 adalah 2,2 x 106. (233 + 215) 2 x 104 = 2.240.000 = PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103 Lampiran 9. Hasil uji pengkayaan sampel jamu beras kencur pada media Selenite broth inkubasi 24 jam B C A D F G A Sampel A1, A2, A3 I E J K Sampel B1, B2, B3 L Sampel C1, C2, C3 Keterangan Gambar : A : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) B : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 1 C : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 2 D : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 3 H PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 104 Lampiran 9. Hasil uji pengkayaan sampel jamu beras kencur pada media Selenite broth inkubasi 24 jam E : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) F : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 1 G : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 2 H : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 3 I : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) J : Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 1 K : Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 2 L : Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105 Lampiran 10. Hasil isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur pedagang A dalam media selektif Hektoen Enteric Agar (HEA) A B C D Keterangan gambar : A : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) B : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 1 C : Sampel jamu beras kencur pedagang Areplikasi 2 D : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 106 Lampiran 11. Hasil isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur pedagang B dalam media selektif Hektoen Enteric Agar (HEA) A B C D Keterangan gambar : A : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) B : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 1 C : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 2 D : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107 Lampiran 12. Hasil isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur pedagang C dalam media selektif Salmonella Shigella Agar (SSA) A B C D Keterangan gambar : A : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) B : Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 1 C : Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 2 D : Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 13. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel jamu beras kencur pedagang A A B C D Hasil pertumbuhan Salmonella pada media NA miring Keterangan gambar : A : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) B : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 1 C : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 2 D : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 3 108 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 13. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel jamu beras kencur pedagang A B A C D A Media glukosa A B Media maltosa B C D Media laktosa C D A B Media manitol C D 109 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 13. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel jamu beras kencur A B C Media sakarosa A B C Media simmon sitrat agar B A D C Media SIM D A B C D Uji Katalase Keterangan gambar : A : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) B : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 1 C : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 2 D : Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 3 D 110 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 14. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel jamu beras kencur pedagang B A B C D Hasil pertumbuhan Salmonella spp pada media NA miring Keterangan gambar : A : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) B : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 1 C : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 2 D : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 3 111 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112 Lampiran 14. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel jamu beras kencur pedagang B A B C D A B Media glukosa A B C Media maltose C D Media Laktosa D A B C Media manitol D PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 14. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel jamu beras kencur pedagang B A B C A D Media sakarosa A B C B C D Media simmon sitrat agar A B C D D Uji Katalase Media SIM Keterangan gambar : A : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) B : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 1 C : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 2 D : Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 3 113 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 114 Lampiran 15. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji MR-VP sampel jamu beras kencur pedagang A dan Pedagang B A C B D Uji MR pada Sampel Pedagang A A B C A C D Uji MR pada Sampel Pedagang B A D Uji VP pada Sampel Pedagang A B B C D Uji VP pada Sampel Pedagang B Keterangan gambar : A : Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028) B : Sampel jamu beras kencur replikasi 1 C : Sampel jamu beras kencur replikasi 2 D : Sampel jamu beras kencur replikasi 3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115 BIOGRAFI PENULIS Penulis skripsi dengan judul “Uji Angka KapangKhamir dan Identifikasi Salmonella spp pada Jamu Beras Kencur yang di Jual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta” memiliki nama lengkap I Dewa Ayu Sri Angga Dewi. Penulis dilahirkan di Bali, 31 Agustus 1994 dan merupakan putri kedua dari pasangan I Dewa Nyoman Sudiarta dan I Gusti Ayu Nyeri Wati. Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu tahun 1999-2000 penulis menempuh pendidikan di TK Dharma Kumara, Tulikup. Kemudian pada tahun 2000-2006, penulis melanjutkan studi ke SD Negeri 4 Tulikup, Gianyar. Pada tahun 2006-2009 penulis duduk di bangku SMP Negeri 3 Gianyar. Selepas dari pendidikan SMP penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Gianyar pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Semasa menempuh kuliah penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Penulis pernah menjadi anggota divisi acara Pharmacy Performance and Road to School. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Botani Farmasi (2014 dan 2015), Mikrobiologi (2015), Compounding (2015). Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang pengabdian masyararakat pada tahun 2012 dan proposal yang diajukan berhasil lolos dan didanai oleh Direktorat Pedidikan Perguruan Tinggi (Dikti).