plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
UJI ANGKA KAPANG – KHAMIR DAN IDENTIFIKASI Salmonella spp
PADA JAMU BERAS KENCUR YANG DIJUAL DI PASAR SAMBILEGI
MAGUWOHARJO DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Disusun oleh:
I Dewa Ayu Sri Angga Dewi
NIM : 128114063
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
UJI ANGKA KAPANG – KHAMIR DAN IDENTIFIKASI Salmonella spp
PADA JAMU BERAS KENCUR YANG DIJUAL DI PASAR SAMBILEGI
MAGUWOHARJO DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Disusun oleh:
I Dewa Ayu Sri Angga Dewi
NIM : 128114063
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Hanya satulah yang sesunguhnya bernama musuh, tak lain
hanya kebodohan saja; tidak ada yang menyamai pengaruh
kebodohan itu, sebab orang yang dicengkram kebodohan itu,
niscaya, ia akan melakuka perbuatan buruk”
Sarasamuscaya sloka 399
Karya ini kupersembahkan untuk:
“Ida Sang Hyang Widhi Wasa “
“Bapakku I Dewa Nyoman Sudiarta dan Ibuku I Gusti Ayu Nyeri Wati
yang selalu mendoakan, mendukung untuk menjadi pribadi yang sukses ”
“Kakakku Hendra yang selalu mendukung dan memberikan semangat”
“Terkasih I Wayan Wisnawa yang telah memberikan semangat,
dukungan, saran, dan doa”
“Almamaterku”
“Diriku sendiri”
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
atas
anugerah
dan berkat-Nya
sehingga
penulis dapat
menyelesaikan
penyusunan skripsi berjudul “Uji Angka Kapang – Khamir (AKK) dan Identifikasi
Salmonella spp pada
Jamu Beras Kencur yang dijual di Pasar Sambilegi
Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta” ini dengan baik. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Berbagai kesulitan yang dihadapi penulis dalam proses penyelesaian
skripsi tidak akan dapat terlewati tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, kritik
dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis hendak
menyampaikan ungkapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah sabar membimbing dan menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji skripsi.
Terimakasih atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan
skripsi ini.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji
skripsi. Terimakasih atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi
kemajuan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani Apt., selaku Kepala Program Studi Fakultas
Farmasi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
6. Bapak Enade Perdana Istyastono Ph.D., Apt., selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis selama masa
perkuliahan.
7. Ibu Evina Widi Astuti, SST, Bapak Andi Priono, AMd,A.K dan segenap
anggota Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta yang telah
membimbing penulis selama penelitian.
8. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Farmasi yang telah
memberikan ilmu kefarmasian sehingga membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
9. Keluargaku yang telah medoakan, mendukung dan menyemangati
dalam proses penyelesaian skripsi ini : Bapakku tercinta I Dewa
Nyoman Sudiarta, Ibuku tercinta I Gusti Ayu Nyeri Wati dan kakakku
tercinta I Dewa Gede Hendra Yuliarta.
10. Sahabat hidupku I Wayan Wisnawa yang telah memberikan dukungan
serta nasehat dalam menyelesaikan skripsi.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11. Teman seperjuangaku Ni Komang Meyla Wulandari atas semangat,
dorongan serta kesabaran mendampingi penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
12. Teman – teman FSM B, FKK A dan Angkatan 2012 yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapakan adanya kritik, saran dan masukan
demi kemajuan di masa yang akan datang. Besar harapan penulis semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khsusunya
di bidaang kefarmasian, serta semua pihak, bagi mahasiswa, lingkungan
akademis, maupun masyarakat.
Yogyakarta,
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
vi
PRAKATA .................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xv
INTISARI...................................................................................................
xvii
ABSTRACT ...............................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
1. Rumusan Masalah ..........................................................................
5
2. Keaslian Penelitian .........................................................................
6
3. Manfaat Penelitian .........................................................................
7
B. Tujuan Penelitian ................................................................................
7
BAB II PENELAAH PUSTAKA ..............................................................
9
A. Obat tradisional, Jamu dan Cairan Obat Dalam ...................................
9
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ................................
11
C. Jamu Gendong Beras Kencur .........................................................
12
D. Sterilisasi Alat dan Media ..............................................................
14
E. Angka Kapang Khamir ..................................................................
17
F. Salmonella spp ...............................................................................
21
G. Media Pertumbuhan Salmonella ....................................................
24
H. Antibiotik Kloramfenikol ...............................................................
26
I. Identifikasi Slamonella spp ............................................................
27
J. Landasan Teori ...............................................................................
30
K. Hipotesis.........................................................................................
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................
33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .....................................................
33
B. Variabel dan Definisi Operasional .................................................
33
1. Variabel ....................................................................................
33
2. Definisi Operasional.................................................................
34
C. Bahan dan Alat Penelitian ..............................................................
35
1. Bahan .......................................................................................
35
2. Alat ...........................................................................................
36
D. Tata Cara Penelitian .......................................................................
36
1. Pemilihan dan Pengumpulan Jamu Beras Kencur ...................
36
2. Penyiapan Sampel Uji ..............................................................
37
3. Persiapan dan Homogenisasi Sampel.......................................
37
4. Pengenceran Sampel ................................................................
37
5. Uji Angka Kapang Khamir (AKK) ..........................................
37
6. Uji Identifikasi Salmonella spp pada Jamu Beras Kencur. ......
38
E. Analisis Hasil .................................................................................
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
46
A. Penentuan dan Pengambilan Sampel Jamu Gendong Beras Kencur
…………………………………………………………………….
xi
47
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Sterilisasi Media dan Alat ..............................................................
48
C. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel ........................................
50
D. Pengujian Angka Kapang Khamir .................................................
51
E. Uji Identifikasi Bakteri Salmonella spp .........................................
60
1. Uji pengakayaan pada media Selenite Broth ............................
61
2. Isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur dalam
media Hektoen Enteric Agar (HEA) ........................................
62
3. Uji Konfirmasi Keberadaan Salmonella spp pada Sampel Jamu
Gendong Beras Kencur ............................................................
65
F. Hasil Uji Identifikasi Bakteri pada Sampel Pedagang A dan B .....
79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
84
A. Kesimpulan ....................................................................................
84
B. Saran ...............................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
85
LAMPIRAN ...............................................................................................
88
BIOGRAFI PENULIS ...............................................................................
115
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Penandaan untuk masing-masing sampel ..................................
35
Tabel II.
Hasil uji identifikasi Salmonella spp. .......................................
45
Tabel III. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang A inkubasi 5 hari ......
56
Tabel IV. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang B inkubasi 5 hari ......
57
Tabel V.
Nilai AKK jamu beras kencur pedagang C inkubasi 5 hari ......
57
Tabel VI. Hasil Identifikasi Escherichia coli ............................................
80
Tabel VII. Hasil Uji Identifikasi Salmonella spp Pedagang B ....................
81
Tabel VIII. Hasil Uji Identifikasi Salmonella spp Pedagang A ...................
82
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sampel jamu gendong beras kencur dalam wadah botol steril ..... 48
Gambar 2. Uji pengkayaan dalam media selenite Broth ................................ 62
Gambar 3. Hasil uji isolasi Salmonella spp pada jamu beras kencur dalam
media Hektoen Enteric Agar (HEA) ............................................ 64
Gambar 4. Hasil uji identifikasi sulfur pada media Sulphur Indol Motility
Agar……………………………………………………………. . 71
Gambar 5. Hasil uji motilitas pada media Sulphur Indol Motility Agar ........ 73
Gambar 6. Hasil uji metil merah pada media MR-VP ................................... 74
Gambar 7. Hasil uji Voges-Proskaeur pada media MR-VP ........................... 76
Gambar 8. Hasil identifikasi uji sitrat pada media Simmons Sitrat Agar ....... 77
Gambar 9. Hasil identifikasi uji katalase ........................................................ 78
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat ijin penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta ...............................................................................
Lampiran 2.
Sampel jamu beras kencur dari penjual jamu di Pasar
Sambilegi Yogyakarta dalam botol steril .................................
Lampiran 3.
97
Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang
B setelah 5 hari inkubasi ..........................................................
Lampiran 8.
95
Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang
A setelah 5 hari inkubasi ..........................................................
Lampiran 7.
93
Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang C
setelah 5 hari inkubasi ..............................................................
Lampiran 6.
91
Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang B
setelah 5 hari inkubasi ..............................................................
Lampiran 5.
90
Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang A
setelah 5 hari inkubasi ..............................................................
Lampiran 4.
89
99
Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang
C setelah 5 hari inkubasi .......................................................... 101
Lampiran 9.
Hasil uji pengkayaan sampel jamu beras kencur pada media
Selenite broth inkubasi 24 jam ................................................. 103
Lampiran 10. Hasil isolasi Salmonella pada sampel jamu beras kencur
pedagang A dalam media selektif Hektoen Enteric Agar ........ 105
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 11. Hasil isolasi Salmonella pada sampel jamu beras kencur
pedagang B dalam media selektif Hektoen Enteric Agar ....... 106
Lampiran 12. Hasil isolasi Salmonella pada sampel jamu beras kencur
pedagang C dalam media selektif Hektoen Enteric Agar ........ 107
Lampiran 13. Hasil identifikasi Salmonella pada uji biokimia sampel jamu
beras kencur pedagang A ......................................................... 108
Lampiran 14. Hasil identifikasi Salmonella pada uji biokimia sampel jamu
beras kencur pedagang B ......................................................... 111
Lampiran 15. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji MR-VP sampel
jamu beras kencur pedagang A dan Pedagang B ....................... 114
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Jamu beras kencur merupakan campuran beras dan kencur (Kaempferia
galangal L.) yang memiliki khasiat untuk menambah stamina, menghilangkan rasa
pegal – pegal dan penambah nafsu makan pada anak-anak sehingga banyak diminati
oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Angka Kapang Khamir dan
keberadaan Salmonella pada jamu beras kencur yang dijual di pasar Sambilegi
Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta, kemudian membandingkannya dengan
Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2014 yang menyatakan bahwa jumlah AKK tidak boleh melebihi 103
koloni/mL dan keberadaan bakteri patogen Salmonella spp harus negatif/mL.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif komparatif. Tahapan yang dilakukan meliputi pemilihan dan
penentuan tempat penjual jamu, pemilihan dan pengumpulan sampel beras kencur,
pengujian AKK berpedoman pada PPOMN nomor 96/mik/00 tahun 2006, uji
keberadaan Salmonella spp pada jamu beras kencur berpedoman pada metode SNI
2897-2008 dan analisis hasil berpedoman pada PPOMN nomor 96/mik/00 tahun
2006.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah AKK pada jamu gendong beras
kencur dari tiga pedagang melebihi batas yang ditentukan oleh KaBPOM Nomor
12 tahun 2014, dengan nilai AKK pada pedagang A adalah 6,9 x 105 koloni/ml,
pada pedagang B adalah 2,9 x 106 koloni/ml dan pada pedagang C adalah 2,2 x 106
koloni/ml, serta tidak terdapat cemaran bakteri patogen Salmonella spp.
Kata kunci : Jamu beras kencur, Angka Kapang Khamir, cemaran bakteri patogen
Salmonella.
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Jamu beras kencur is a mixture of rice and sand ginger (Kaempferia galanga
L.) that have function to increase stamina, disappearing the fatigue muscle, and
increase appetite in children so that why many people like it.
This research have purpose to know the number of mold yeast and the
appearance of Salmonella spp on jamu beras kencur that sold in Sambilegi,
Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta’s market, and then compare it with the
regulation by the chief of Indonessian Food and Medicine Supervisor (KaBPOM)
number 12, years 2014 that said the number of mold yeast couldn’t be more than
103 colony/ml and the appearance of pathogens bacteria Salmonella spp must be
negative/ml.
This research was a non experimental research with descriptive comparative
research plan. The step included selection and choosing the herb seller, selection
and gathering of the jamu beras kencur, tested the number of mold yeast based on
PPOMN number 96/mik/00, years 2006, checked the appearance of Salmonella spp
on the jamu beras kencur based on SNI 2897-2008 and data analysis based on
PPOMN number 96/mik/00, years 2006.
Research result show the number of mold yeast on jamu beras kencur
sample in three sellers are exceeds the limit specified by the KaBPOM number 12,
years 2014. The value of the seller A is 6,9 ×105 colony/ml, 2,9 ×106 colony/ml on
seller ‘’B’’, 2,2×106 colony/ml at seller “C” and there was no stain of pathogens
bacteria Salmonella spp.
Key word :
Jamu beras kencur, number of mold/yeast, stain of pathogens
bacteria Salmonella.
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman
obat yang bermanfaat sebagai bahan obat. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak mengurangi penggunaan obat tradisional di negara
– negara berkembang terutama Indonesia. Walaupun obat dengan bahan kimia
sintesis banyak beredar dan mudah didapat, namun masih banyak masyarakat
Indonesia mengkonsumsi obat tradisional. Masyarakat menggunakan obat
tradisional karena obat tradisional memiliki harga yang relatif lebih murah dan
memiliki efek samping yang rendah bahkan tidak memiliki efek samping (Latief,
2012).
Obat bahan alam dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu jamu, obat
herbal terstandar dan fitofarmaka. Pengelompokkan ini berdasarkan peraturan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM, 2004). Jamu
merupakan salah satu obat bahan alam yang banyak diminati oleh masyarakat
hingga saat ini terutama untuk masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan
(Pramuday, 2008). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan
bahwa 59,12% penduduk Indonesia menggunakan jamu untuk menjaga kesehatan
maupun untuk pengobatan karena sakit. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan
salah satu provinsi dengan persentase tertinggi tentang kebiasaan mengkonsumsi
jamu dalam bentuk cairan yaitu 76,11%. Data Riskesdas ini menunjukkan bahwa,
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
jamu sebagai bagian dari pengobatan tradisional, telah diterima oleh masyarakat
Indonesia.
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor : Hk.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang pengelompokan dan Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia yaitu dalam pasal 2 disebutkan bahwa jamu harus memenuhi
kriteria yaitu aman sesuai persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan
berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku (BPOM,
2004). Obat tradisional buatan penjual jamu atau sering disebut jamu gendong
termasuk dalam kategori jamu buatan sendiri yang banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa (Supardi, 2011).
Jamu beras kencur merupakan cairan obat dalam yang memiliki khasiat
untuk menambah stamina, menghilangkan rasa pegal-pegal dan penambah nafsu
makan pada anak-anak (Azwar, 2010). Menurut Peraturan Kepala Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014, cairan obat dalam adalah
sediaan obat tradisional berupa emulsi atau suspensi dalam air, bahan bakunya
berasal dari serbuk simplisia atau sediaan galenik, dan digunakan sebagai obat
dalam (KaBPOM, 2014). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 4 ayat 1
disebutkan bahwa obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu gendong dan usaha
jamu racikan tidak memerlukan izin edar. Oleh karena itu, keamanan serta jaminan
mutu kualitas jamu gendong masih cukup rendah (Depkes RI, 2012). Salah satu
parameter jaminan keamanan dan mutu dari jamu yang diatur dalam Peraturan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
KaBPOM Nomor 12 tahun 2014 adalah Angka Kapang Khamir (AKK) tidak lebih
dari 103 koloni/mL dan tidak boleh mengandung mikroba patogen, termasuk
Salmonella spp (KaBPOM, 2014). Apabila di dalam cairan obat terdapat AKK yang
melebihi dari 103 koloni/mL dan terdapat bakteri patogen, maka cairan obat tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi karena tidak terjamin keamanan dan kualitasnya
(KaBPOM, 2014).
Pembuatan jamu gendong dan jamu racikan dapat dilakukan tanpa
pengujian dan proses pendaftaran bahan jamu. Oleh karena itu, kualitas jamu yang
dihasilkan belum dapat dipastikan karena tidak diketahui ada atau tidaknya cemaran
mikroba, khususnya kapang khamir dan Salmonella. Kondisi tanah yang lembab
dan kandungan air dalam bahan baku obat tradisional dapat mengakibatkan
timbulnya kapang khamir. Adanya kapang juga mempengaruhi keberadaan
aflatoksin yang merupakan senyawa toksin yang berasal dari fungi bersifat
karsinogenik bagi tubuh manusia. Kapang akan menembus sel-sel akar tumbuhan
dan hifa kapang dapat pula berkumpul ke dalam selubung mengelilingi akar-akar.
Pada saat pemanenan akan tetap menempel pada bahan hingga sampai proses
pengeringan. Khamir dapat menyebabkan infeksi dan bersifat patogen pada
manusia. Pertumbuhan kapang khamir pada bahan baku obat tradisional dapat
mengurangi kualitas obat tradisional karena kapang khamir menghasilkan toksin
yang berbahaya bagi tubuh manusia (Pratiwi, 2008).
Pedagang jamu kurang memperhatikan higienitas dan sanitasi dalam
pembuatan jamu beras kencur. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti,
jamu yang sudah jadi ditempatkan pada botol – botol plastik yang pencucian hanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
sekali yaitu hanya di celupkan ke dalam air. Kurangnya sanitasi memungkinkan
bakteri patogen yang biasa terdapat pada jamu dapat berkembangbiak dalam jamu
beras kencur. Salmonella spp merupakan bakteri patogen yang dapat berbahaya
terhadap manusia. Angka kesakitan akibat infeksi Salmonella spp sangat tinggi.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi Salmonella spp adalah salmonellosis.
Penyakit ini tidak hanya berkembang di negara berkembang, tetapi berkembang
juga di negara maju. Angka kejadian infeksi Salmonella spp di seluruh dunia
mencapai lebih dari 12,5 juta per tahun dan di Amerika Serikat diperkirakan sekitar
2 juta per tahun. Salmonella spp dapat mengkontaminasi jamu melalui botol – botol
plastik yang kurang hiegenis. Faktor yang menyebabkan kurangnya sanitasi yaitu
pencucian wadah yang kurang bersih atau air yang digunakan pada saat pencucian
wadah sudah terkontaminasi Salmonella spp dikarenakan Salmonella spp dapat
bertahan hidup didalam air selama 4 minggu. Adanya kesuaian pH dan suhu antara
jamu dengan habitat Salmonella spp memungkinkan Salmonella spp dapat tumbuh
di dalam jamu. Salmonella spp tumbuh pada suasana aerob atau anaerob fakultatif,
pada suhu 150C – 410C. Suhu pertumbuhan optimum 37,50C dengan pH 6-8 (Radji,
2010).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang aspek
mikrobiologis pada jamu beras kencur. Dalam penelitian ini, peneliti memilih pasar
sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta. Pasar sambilegi dipilih karena
terletak di jalan jogja-solo yang letaknya sangat strategis untuk dikunjungi oleh
masyarakat luas untuk berbelanja. Selain itu, cukup banyak terdapat pedagang jamu
gendong beras kencur, tiga pedagang diantara pedagang lainnya banyak memiliki
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
pelanggan jamu beras kencur yang biasa digunakan untuk menambah daya tahan
tubuh, menghilangkan rasa pegal-pegal, dan penambah nafsu makan.
Adanya cemaran mikroorganisme dalam cairan obat dalam tersebut dapat
menyebabkan penurunan kualitas dan keamanan jamu beras kencur. Usaha jamu
gendong tidak perlu memiliki izin edar sehingga kualitas dan keamanan jamu beras
kencur belum sepenuhnya terjamin. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk
melakukan uji cemaran mikroorganisme yang meliputi uji angka kapang khamir
dan identifikasi cemaran mikroba patogen, khususnya Salmonella spp yang
merupakan parameter jaminan keamanan dan mutu dari jamu khususnya jamu beras
kencur. Dengan adanya penelitian ini, masyarakat diharapkan mengetahui kualitas
dan kemanan jamu beras kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo,
Depok Sleman Yogyakarta, sehingga status kesehatan masyarakat dapat meningkat.
1. Rumusan Masalah
a. Apakah angka kapang khamir yang terdapat dalam jamu beras kencur dari
tiga penjual jamu beras kencur di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok
Sleman Yogyakarta
memenuhi
persyaratan
KaBPOM 2014
yang
menyatakan bahwa angka kapang khamir yang diperbolehkan <103
koloni/mL ?
b. Apakah terdapat cemaran bakteri Salmonella spp dalam jamu beras kencur
dari tiga penjual jamu di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman
Yogyakarta ?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini adalah:
a. Uji Eschericia coli Pada Jamu Beras Kencur yang Beredar di 3 Pasar Di
Kotamadya Yogyakarta dengan hasil penelitian positif tercemar bakteri
Eschericia coli (Jirnawanto, 2008).
b. Uji Angka Kapang/Khamir dalam Jamu Gendong Beras Kencur yang
Beredar di Tiga Pasar di Kotamadya Yogyakarta dengan hasil penelitian
AKK tidak memenuhi persyaratan KaBPOM (Pramuday, 2008).
c. Identifikasi Fungi dan Total Bakteri pada Jamu Tradisional di Pasar
Kedonganan Kelurahan Jimbaran Kabupaten Badung Provinsi Bali
dengan hasil penelitian AKK dan ALT tidak memenuhi persyaratan
KaBPOM (Sukmawati, 2010).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah
tempat pengambilan sampel jamu gendong beras kencur, jumlah sampel, metode
pengambilan sampel dan uji identifikasi Salmonella spp pada jamu gendong
beras kencur yang belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.
Sejauh penelusuran pustaka penulis, publikasi penelitian tentang “Uji
Angka Kapang Khamir dan Identifikasi Salmonella spp pada Jamu Beras Kencur
yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta” belum
pernah dilakukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah
angka kapang khamir dan ada tidaknya cemaran bakteri Samonella spp pada
jamu beras kencur yang dijual di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman
Yogyakarta.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi
tentang kualitas dan keamanan jamu beras kencur yang dijual di pasar
Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta dilihat dari Angka
Kapang Kamir dan cemaran bakteri patogen Salmonella spp, sehingga
kesehatan masyarakat menjadi lebih terjamin. Penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan informasi kepada penjual jamu di pasar Sambilegi agar
lebih memperhatikan kebersihan dalam proses pembuatan jamu.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas dan
keamanan jamu beras kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo
Depok Sleman Yogyakarta berdasarkan jumlah angka kapang khamir dan
cemaran Salmonella spp.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui Angka Kapang Khamir (AKK) dalam jamu beras kencur yang
dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta dan
apakah nilai AKK jamu beras kencur dari tiga pedagang memenuhi
persyaratan berdasarkan KaBPOM Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan
bahwa AKK yang diperbolehkan <103 koloni/mL.
b. Mengetahui keberadaan bakteri Salmonella spp dalam jamu beras kencur
yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAH PUSTAKA
A. Obat Tradisional, Jamu dan Cairan Obat Dalam
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (KaBPOM, 2014).
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Repblik
Indonesia Nomor: HK.00.05.42411, obat bahan alam dikelompokkan berdasarkan
cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat yang
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan
fitofarmaka (BPOM, 2004).
Obat tradisional telah dimanfaatkan di beberapa negara dalam pelayanan
kesehatan formal terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama yaitu
Puskesmas. Berdasarkan data WHO pada tahun 2005 di negara Afrika sekitar 90%
dan di India sekitar 70% dari populasi pernah menggunakan obat tradisional untuk
membantu memelihara kesehatan (WHO, 2005). Di Cina, tercatat 40%
menggunakan obat tradisional dan lebih dari 90% dari seluruh rumah sakit yang
ada di Cina memiliki unit untuk pengobatan tradisional (WHO, 2005). Pada tahun
2007 tercatat penggunaan obat tradisional di Amerika Serikat sebesar 38%
penduduk dewasa dan 12% penduduk anak-anak. Di Indonesia obat tradisional
khususnya jamu masih sering digunakan. Data ini didukung dengan hasil Riset
9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Kesehatan Dasar tahun 2010 tercatat bahwa 59,12% penduduk Indonesia pernah
mengkonsumsi jamu dan 95,6% diantaranya merasakan jamu berkhasiat dalam
menjaga dan meningkatkan kesehatan. Daerah Istemawa Yogyakarta merupakan
salah satu provinsi dengan persentase kebiasaan mengkonsumsi jamu tertinggi yaitu
78,50% dengan data konsumsi jamu setiap hari sebesar 4,28% (Riskesdas, 2010).
Jamu adalah obat tradisional yang terbuat dari bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Wasito, 2011). Menurut
Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2014, cairan obat dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan emulsi
atau suspensi dalam air, bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau sediaan
galenik dan digunakan sebagai obat dalam (KaBPOM, 2014).
Obat tradisional Indonesia telah menjadi bagian dari kehidupan bangsa
Indonesia dalam sistem pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah
pelayanan kesehatan, yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan. Hal
tersebut dapat tercapai dengan dilakukannya pengujian ilmiah tentang keamanan,
khasiat, dan standar kualitasnya (Soeharsono, 2002). Berdasarkan Peraturan Kepala
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang
persyaratan mutu obat tradisional, terutama cairan obat dalam, yaitu keseragaman
volume, penentuan kadar alkohol, penentuan BJ dan pH, Cemaran mikroba (Angka
Lempeng Total, Angka Kapang Khamir, Eschericia coli, Salmonella spp, Shigella
spp, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus), aflatoksin, cemaran logam
berat, bahan tambahan (pengawet, pewarna dan pemanis), wadah dan penyimpanan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
Angka lempeng yang diperbolehkan adalah < 104 koloni/mL dan angka kapang
khamir yang diperbolehkan adalah adalah < 103 koloni/mL.. Mikroba patogen harus
mempunyai nilai negatif/mL. Mikroba patogen yang dimaksud adalah semua
mikroba yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit bila kemasukan mikroba
tersebut. Obat tradisional untuk penggunaan obat dalam termasuk di dalamnnya
cairan obat dalam perlu diwaspadai adanya mikroba seperti: bakteri patogen
Eschericia coli, Salmonella spp, Shigella spp, Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus (KaBPOM, 2014).
B. Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik
Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi, pengawasan
mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani, sehingga pembuatan
obat tradisional harus mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang
Baik (CPOTB) yang sudah ditetapkan oleh BPOM. Tujuan dari CPOTB adalah
untuk melindungi masyarakat terhadap hal – hal merugikan dari penggunaan obat
tradisional yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Badan Pengawas Obat dan
Makanan pada tahun 2005 menyatakan bahwa obat tradisional merupakan produk
yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam.
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang
menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar
produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya (BPOM, 2005).
CPOTB hendaknya wajib diterapkan oleh industri jamu yang memiliki ijin
edar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasa 4 ayat 1 disebutkan bahwa obat
tradisional yang dibuat oleh usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan tidak
memerlukan ijin edar karena lingkup distribusinya yang kecil sehingga
pengawasannya dianggap mudah dan tidak diwajibkan untuk menerapkan CPOTB
namun, CPOTB dapat menjadi acuan dalam proses pembuatan jamu, sehingga
dapat menjamin kualitas mutu dan aman untuk dikonsumsi (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan CPOTB, pembuat jamu sebaiknya menjaga kebersihan diri
sebelum memulai pembuatan jamu dengan cara mencuci tangan menggunakan
sabun atau larutan deterjen dan tidak diperbolehkan bekerja apabila mengalami
gatal – gatal dan sedang menderita penyakit kulit. Bahan baku yang digunakan
harus dicuci bersih sampai 2 – 3 kali pencucian. Tempat pengolahan harus dijaga
kebersihannya baik sebelum maupun sesudah proses pembuatan jamu. Hal ini
bertujuan
untuk
menghindari
kontaminasi
mikroba
yang
memungkinan
mengkontamiasi jamu (BPOM RI, 2005).
C. Jamu Gendong Beras Kencur
Jamu gendong adalah obat tradisional yang terbuat dari bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut dalam
bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada
konsumen (Depkes RI, 2012). Jamu gendong beras kencur adalah bahan atau
ramuan dengan komposisi utama beras (Oryza sativa ) dan kencur (Kaempheria
galanga L.).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
a. Kencur (Kaempheria galanga L.)
Kencur adalah salah satu jenis tanaman obat dalam suku temu-temuan
(Zingiberaceae). Rimpang kencur mengandung pati (4,14%); mineral
(13,73%); dan minyak atsiri (0,02%). Kencur dapat digunakan sebagai
campuran tanaman obat untuk penyakit – penyakit, seperti radang lambung,
radang anak telinga, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk,
diare, mata pegal, keseleo, kelelahan, menghilangkan darah kotor dan
memperlancar haid. Kencur sudah sejak lama diolah menjadi jamu beras
kencur yang biasa diminum untuk menambah daya tahan tubuh,
menghilangkan masuk angin, dan kelelahan (Azwar, 2010).
b. Beras (Oryza sativa)
Beras merupakan sumber karbohidrat sebagai sumber utama energi.
Selain mengandung karbohidrat, beras mengandung protein yang penting
untuk perkembangan otot dan menjaga massa otot. Beras mengandung
mangan yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
(Xiaoming dkk, 2011).
Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti, pembuatan jamu beras kencur
cukup mudah, yaitu beras direndam selama 5 jam, setelah direndam kemudian
disaring dan ditumbuk halus bersama dengan kencur yang sudah dicuci, gula merah,
asam jawa, dan garam. Hasil tumbukan di masukkan kedalam air panas dan
disaring. Apabila kurang manis bisa ditambahkan dengan gula pasir kemudian
diaduk hingga merata. Jamu yang sudah jadi langsung dimasukkan dalam botolbotol plastik bekas untuk dijual dalam bentuk jamu siap minum.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Proses
pembuatan
jamu
beras
kencur memungkinkan
14
terjadinya
kontaminasi mikroba. Bakteri dapat mengkontaminasi jamu beras kencur melalui
bahan baku yang tidak dicuci dengan bersih, pekerja dan lingkungan pengolahan
termasuk peralatan produksi yang digunakan oleh pekerja, tahap pengemasan, dan
penyajian. Kesehatan dan kebersihan pembuat jamu serta hygienitas dan sanitasi
yang terjaga akan menjamin jamu yang dihasilkan terbebas dari mikroba yang dapat
mencemari jamu (Zulaikhah, 2005).
D. Sterilisasi Alat dan Media
Sterilisasi merupakan proses pembebasan alat-alat maupun bahan-bahan
dari segala bentuk mikroba. Apabila alat maupun media yang digunakan dalam
penelitian tidak steril, kemungkinan akan terkontaminasi mikroba. Sehingga pada
media yang terdapat pertumbuhan mikroba tidak dapat dipastikan apakah mikroba
yang tumbuh benar-benar berasal dari sampel atau berasal dari kontaminasi alat
maupun media, sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk membebaskan alat dan
media dari segala macam bentuk kontaminasi (Waluyo, 2008).
Proses sterilisasi yang sering dilakukan dalam skala praktikum laboratorium
yaitu :
1) Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara
pemanasan langsung, melayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi
dengan udara panas yaitu menggunakan oven. Sterilisasi kering dibagi menjadi
dua yaitu menggunakan api dan menggunakan oven. Api digunakan untuk
mesterilisasi peralatan seperti jarum inokulasi, jarum ose, cawan petri, kaca
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
objek, pinset, mulut tabung biakan, spatel dan lain-lain. Sterilisasi kering
merupakan sterilisasi dengan udara panas. Alat yang digunakan adalah oven.
Cara ini umum dilakukan untuk mesterilkan peralatan gelas seperti cawan petri,
tabung reaksi dan alat-alat gelas lainnya. Prinsip kerja dari alat ini lebih
sederhana yaitu pintu oven dibuka dan semua alat-alat yang akan disterilkan
disusun rapi. Kemudian pintu oven ditutup dan suhu diseting pada angka 1601800C selam 1-2 jam. Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya
uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan.
2) Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan lebih efisien dan penetratif dalam
membunuh mikroorganisme. Tekanan yang paling efisien yaitu 103 kpa (15psi)
atau sekitar 1 atm dan dengan suhu 1210C (2500F) selama 15 menit yang dapat
dilakukan oleh autoklaf. Segala bentuk mikroorganisme dapat dimatikan
dengan syarat suhu, tekanan dan waktu tersebut maka. Autoklaf menggunakan
uap air murni (lebih ringan dan lebih panas dari udara) untuk sterilisasi,
sehingga udara yang terdapat dalam wadah harus dikeluarkan. Pada saat sumber
panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air
yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara
dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap atau udara ditutup sehingga
tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang
sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu
mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan
dibiarkan turun perlahan hingga sama dengan tekanan atmosfer. Autoklaf tidak
boleh dibuka sebelum jarum tekanan menunjukkan angka nol. Adanya udara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
dalam wadah saat sterilisasi dapat mengakibatkan kurang efisiennya sterilisasi.
Autoklaf hanya dapat mencapai suhu maksimal pada kondisi uap air murni.
Sebagian besar media sangat terpengaruh oleh pemanasan yang berlebihan,
tetapi sterilisasi menggunakan autoklaf adalah cara yang paling tepat untuk
sterilisasi media atau bahan yang tahan panas lebih dari 1000C. Kombinasi
waktu dan tekanan untuk sterilisasi media umumnya menggunakan suhu 1150C
selama 20 menit atu 1210C selama 15 menit. Penetrasi suhu dan tekanan akan
semakin menurun pada volume yang besar. Oleh karena itu jika mensterilisasi
cairan melebihi 1L disarankan untuk melebihkan waktu sterilisasi. Wadah
seperti tabung, Erlenmeyer, botol sebaiknya diberi ruang kosong antara mulut
wadah dengan batas cairan. Setelah selesai sterilisasi sebaiknya alat dan bahan
dibiarkan dingin sampai 800C di dalam autoklaf sebelum diangkat.
Autoklaf juga digunakan untuk dekontaminasi. Dekontaminasi adalah
sterilisasi terhadap semua biakan hasil analisa atau yang telah tumbuh pada
media. Proses sterilisasi ini diperpanjang waktunya menjadi minimal 30 menit
pada 1210C atau 10 menit pada 1260C. Lebih baik dekontaminasi menggunakan
autoklaf yang berlainan dengan yang digunakan untuk sterilisasi. Sebaiknya
proses penataan dan penyusunan tidak overpacking dan semua tutup harus
dilonggarkan. Setiap selesai dekontaminasi autoklaf harus dibersihkan dari sisa
media dan bahan lain secara menyeluruh.
3) Sterilisasi gas yaitu dengan sterilisasi dengan menggunakan gas-gas kimia
reaktif seperti formalin, methanol dan etilen oksida memiliki aktivitas biosidal.
Etillen oksida adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan mudah terbakar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Mekanisme kerja antimikroba dari dua gas diasumsikan melalui alkilasi dan
sulfhidril, amino, hidroksil dan karboksil pada protein dan gugus amino da rasa
nukleat. Rentang konsentrasi yang biasa digunakan yaitu 800-1200 mg/L untuk
etilen oksida, 15-100 mg/L untuk formaldehida. Kedua gas ini menjadi agen
alkylating yang berpotensi mutagenik dan karsinogenik. Gas tersebut juga
memproduksi toksisitas akut termasuk pada kulit, konjungtiva dan mukosa
hidung.
(Sultana, 2007).
E. Angka Kapang Khamir
Angka kapang khamir adalah jumlah koloni kapang dan khamir yang
ditumbuhkan dalam media yang sesuai selama 5 hari pada suhu 20-250C dan
dinyatakan dalam satuan koloni/mL. Perhitungan AKK bertujuan untuk
menghitung koloni kapang dan khamir yang terdapat dalam suatu sampel sehingga,
dapat memberikan jaminan bahwa sediaan simplisia tidak mengandung cemaran
fungi melebihi batas yang sudah ditetapkan (KaBPOM, 2014).
Prinsip uji AKK adalah pertumbuhan kapang khamir setelah cuplikan
diinokulasikan pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-250C dan
diamati mulai hari ketiga sampai hari kelima. Media yang digunakan adalah Potato
Dextrose Agar (PDA). Setelah diinkubasi, kemudian dihitung koloni yang tumbuh
dengan colony counter (Radji, 2010).
Peptone Dextrose Agar (PDA) meruakan media yang digunakan untuk
menstimulasi pertumbuhan konidia fungi (kapang/khamir). Peptone Dextrose Agar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
mengandung dektrosa dan ekstrak kentang sebagai sumber nutrisi yang baik untuk
pertumbuahn fungi (Bridson, 2006).
Fungi adalah organisme kemohetorotrof yang memerlukan senyawa
organik untuk nutrisinya. Pada fungi ada dua istilah, yaitu kapang (mold) dan
khamir (yeast). Beberapa fungi yang terutama fungi patogen memiliki sifat
dimorfisme, yaitu memiliki dua bentuk pertumbuhan, sebagai kapang atau sebagai
khamir. Sifat dimorfisme ini tergantung pada temperatur; pada temperatur 370C
merupakan fase khamir, sedangkan pada temperature 24-280C merupakan fase
kapang (Pratiwi, 2008).
Kapang (mold) adalah mikroba bersel tunggal berupa benang-benang halus
yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak dengan spora
atau membelah diri (SNI, 2009). Kapang berukuran lebih besar dibandingkan sel
bakteri, dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar 5-30 mm. Tubuh
kapang dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora. Meselium
merupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa. Bagian dari hifa yang
berfungsi mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang
berfungsi sebagai alat reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa udara yang
pemanjangannya mencapi bagian atas permukaan media tempat fungi ditumbuhkan
(Pratiwi, 2008).
Penyakit dapat disebabkan oleh kapang (mikosis) atau oleh metababolit
toksin yang dihasilkan (mikotoksikosis). Kejadian infeksi dimulai dengan adanya
cemaran kapang patogen pada pangan. Dilanjutkan dengan invasi kapang pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
individu yang konsdisi kesehatan tubuhnya sedang lemah. Mikotoksin merupakan
metabolit sekunder hasil metabolisme kapang serta bersifat sitotoksik, merusak
struktur sel seperti membran, dan merusak proses pembentukan sel yang penting
seperti protein, DNA, dan RNA. Pada umumnya mikotoksin tahan terhadap panas
sehingga dengan pengolahan atau pemasakan tidak menjamin hilangnya atau
berkurangnya aktivitas toksin tersebut. Mikotoksikosis adalah kejadian keracunan
karena menelan makanan yang mengandung toksin yang dihasilkan berbagai jenis
kapang (Riza, 2009).
Mikotoksin yang berbahaya bagi kesehatan, yaitu aflatoksin, fumonisin,
okratoksin, trikotesena, dan zearalenon. Mikotoksin yang dapat mencemari
makanan, terutama obat tradisional adalah aflatoksin. Aflatoksin adalah racun yang
dihasilkan oleh kapang Aspergilus flavus dan Aspergillus parasiticus. Jenis fungi
ini secara alami terdapat didalam tanah sehingga sangat mudah mencemari tanaman
yang umumnya tumbuh di dalam tanah. Terdapat enam jenis aflatoksin yang sering
dijumpai dan bersifat toksik, yaitu aflatoksin B1, B2, G1, G2, M1 dan M2. Bahan
baku yang kurang baik dan proses pengolahan yang tidak tepat dapat meningkatkan
kontaminasi aflatoksin pada makanan. Mikotoksikosis terjadi apabila manusia
mengkonsumsi toksin yang dihasilkan kapang secara terus – menerus dalam jangka
waktu tertentu (singkat atau lama) hingga toksin tersebut terakumulasi di dalam
tubuh. Apabila organ penetralisis toksin pada tubuh seperti hati dan ginjal ridak
dapat lagi mentoleransi racun pada ambang batas di dalam tubuh maka akan timbul
kelainan patologis, yang ditandai oleh gejala klinis hingga kematian bila tidak
dikendalikan (Riza, 2009).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
Khamir (yeast) adalah mikroba bersel tunggal berbentuk bulat-lonjong dan
memperbanyak diri melalui pembentukan tunas , tetapi tidak membentuk benangbenang miselium (SNI, 2009). Khamir bereproduksi dengan pertunasan. Beberapa
khamir menghasilkan tunas yang tidak dapat melepaskan diri sehingga membentuk
sel-sel rantai pendek yang disebut pseudohifa. Khamir bersifat fakultatif yaitu
khamir dapat hidup dalam suasana aerob atupun anaerob (Pratiwi, 2008).
Khamir dapat menyebabkan infeksi dan bersifat patogen pada manusia.
Candida albicans adalah khamir yang bersifat patogen dan paling sering
menyebabkan infeksi. Candida albicans terdapat dalam lingkungan seperti tanah,
makanan, tanaman dan makanan ternak. Candida yang terdapat di dalam tubuh
akan dikontrol oleh bakteri baik agar jumlahnya rendah dan seimbang dengan cara
memfagositosis candida tersebut. Apabila jumlahnya berlebihan di dalam tubuh,
candida akan mengkolonisasi saluran pencernaan dan membentuk struktur seperti
rizoid. Rizoid dapat menembus mukosa atau dinding usus dan menyebabkan
terbentuknya lubang sehingga dapat masuk ke sistemik Candida yang berada dalam
sirkulasi sistemik akan menyebar ke berbagai organ tubuh seperti mulut, sinus,
tenggorokan, dan saluran reproduksi sehingga dapat menyebabkan infeksi penyakit
(Disable world, 2007).
Kapang khamir dapat mencemari obat tradisional, melalui bahan baku yang
digunakan dalam pengolahan jamu beras kencur seperti rimpang kencur yang pada
umumnya tumbuh di dalam tanah. Kapang khamir terdapat di dalam tanah. Bahan
baku yang tumbuh di dalam tanah tersebut memiliki kondisi lingkungan yang
menunjang pertumbuhan fungi (kapang khamir), seperti keadaan tanah yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
lembab atau basah dan kandungan air yang terdapat dalam bahan baku obat
tradisional. Oleh karena itu, bahan baku yang digunakan harus dicuci bersih
sebelum digunakan sehingga dapat mengurangi kontaminasi kapang khamir
(Pratiwi, 2008). Selain tumbuh di dalam tanah, kapang khamir dapat tumbuh selama
proses penyimpanan bahan baku jamu, peyimpanan makanan dan minuman, serta
dalam kondisi tanah yang lembab. Khamir dapat menyebabkan pembusukan dan
dekomposisi bahan pangan karena sifatnya, yaitu mikroba fermentative yang dapat
menguraikan unsur organik menjadi alkhol dan CO2. Contoh Khamir yang dapat
menyebabkan pembusukan bahan pangan adalah Saccaromyces cerevisiae (SNI,
2009).
F. Salmonella spp
Salmonella spp merupakan bakteri Gram-negatif, tidak berspora, tidak
mempunyai simpai, tanpa fimbria, mempunyai flagel peritrik dan merupakan
bakteri patogen bagi manusia dan hewan yang termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae. Salmonella spp tumbuh pada suasana aerob atau anaerob
fakultatif, pada suhu 15-410C. Suhu pertumbuhan optimum 37,50C dengan pH
media 6-8. Salmonella spp mati pada suhu 560C dan pada keadaan kering.
Salmonella spp dapat bertahan hidup selama 4 minggu didalam air (Radji, 2010).
Salmonella spp dapat membentuk fermentasi asam saja atau asam dan gas pada
glukosa, maltosa, manitol, dan tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa
(sakarosa) dan Salmonella spp tidak membentuk indol (Djajaninggrat, 2014).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Taksonomi Salmonella spp sebagai berikut ini :
Kerajaan
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gamma Proteibacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Salmonella
(Breslow, 2002).
Infeksi yang disebabkan oleh Salmonella spp disebut dengan salmonellosis
yang dapat masuk kedalam tubuh melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Gejala salmonellosis yaitu demam, diare, kram perut, pusing, sakit
kepala dan rasa mual. Timbulnya gejala setelah 6 sampai 72 jam terinfeksi
Salmonella spp dan penyakit berlangsung selama 2 sampai 7 hari. Penderita
salmonellosis umumnya dapat sembuh tanpa perawatan dokter. Akan tetapi,
sebagian penderita dapat mengalami diare yang sangat parah sehingga harus
dirawat di rumah sakit. Beberapa kasus infeksi yang terjadi pada anak-anak dan
usia lanjut yang memiliki sistem daya tahan tubuh lemah akan dapat mengancam
jiwa dikarenakan dehidrasi (WHO, 2013).
Manifestasi klinik salmonellosis terdiri atas beberapa sindrom, antara lain
gastroenteritis, demam enterik, septisemia, dan penderita yang tidak menunjukkan
gejala sakit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
a. Gastroenteritis
Infeksi ini disebabkan oleh Salmonella typhimirum dan Salmonella
enteridis. Gejala yang timbul pertama kali adalah mual dan muntah yang
mereda dalam beberapa jam, kemudian diikuti dengan nyeri abdomen dan
demam. Diare merupakan gejala yang paling menonjol. Pada kasus yang berat,
diare dapat bercampur darah. Diare disebabkan oleh meningkatnya sekresi
cairan dan elektrolit dari intestine. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara
12 – 48 jam atau lebih. Penderita dapat sembuh dalam 1 – 5 hari, tetapi dapat
menjadi berat apabila terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan dehidrasi
(Radji, 2010).
b. Demam enterik
Demam enterik disebabkan oleh Salmonella typhi, Salmonella
schottmuelleri, dan Salmonella paratyphi A. Mekanisme demam enterik
didahului oleh pelekatan atau penempelan Salmonella, yang biasanya melalui
makanan yang terkontaminasi, pada protein reseptor yang ada pada permukaan
sel epitel usus. Setelah terjadi fagositosis bakteri oleh sel inang, bakteri akan
berkolonisasi dan bermultiplikasi. Selanjutnya, terjadi invasi bakteri pada
lapisan epitel intestine. Bakteri Salmonella akan berkembang biak secara
intraseluler dan masuk ke dalam peredaran darah, kemudian menyebar ke
banyak organ tubuh. Gejala yang ditimbulkan, seperti demam, sakit perut,
pembesaran limfa, kehilangan nafsu makan, ruam pada wajah, dan bintik –
bintik merah. Gejala demam enterik umumnya muncul 1 – 3 minggu setelah
penderita terinfeksi (Radji, 2010).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
c. Septisemia
Septisemia merupakan invansi dini bakteri ke dalam peredaran darah
yang biasanya disebabkan oleh Salmonella choleraesuis. Bakteri tersebar luas
dan cenderung menyeabkan nanah setempat, abses, meningitis, dan pneumonia
khususnya pada penderita yang sistem kekebalannya menurun (Radji, 2010).
Angka kesakitan akibat infeksi bakteri Salmonella spp sangat tinggi.
Penyakit ini tidak saja terjadi di negara berkembang, tetapi juga terjadi di negara
maju. Angka kejadian infeksi Salmonella spp di seluruh dunia mencapai lebih dari
12,5 juta per tahun dan di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 2 juta penderita
salmonellosis setiap tahun (Radji, 2010).
G. Media Pertumbuhan Samonella
Media pertumbuhan merupakan media yang mengandung nutrisi yang
disiapkan untuk menumbuhkan bakteri di dalam skala laboratorium. Beberapa
bakteri dapat tumbuh dengan baik pada setiap media pertumbuhan, sedangkan yang
lain membutuhkan media khusus. Media pertumbuhan harus dapat menyediakan
energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Media pertumbuhan
seharusnya memenuhi syarat sebagai berikut: harus mengandung nutrisi yang tepat
untuk bakteri spesifik yang akan dibiakkan, kelembapan harus cukup, pH sesuai
dan kadar oksigen cukup baik, media pembenihan harus steril dan tidak
mengandung mirkoba lain, media inkubasi pada suhu tertentu sesuai dengan
karakteristik mikroba uji (Radji, 2010).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
Media selektif yang digunakan untuk mengisolasi bakteri salmonella
meliputi:
1. Salmonella Shigella Agar (SSA)
Salmonella Shigella Agar merupakan media selektif yang digunakan untuk
mengisolasi Salmonella dan beberapa spesies Shigella yang berasal dari
spesimen klinik seperti urin, darah, feses maupun yang berasal dari makanan.
Salmonella Shigella Agar (SSA) mengandung pepton, laktosa, natrium sitrat,
natriium tiosulfat, besi (III) sitrat, brilliant green, natural red dan bile sait.
Salmonella yang tumbuh dalam media SSA berupa koloni transparan, berbentuk
bulat, kecil dan biasanya terdapat bintik hitam ditengah koloni tersebut (Bridson,
2006).
2. Hektoen Enteric Agar (HEA)
Hektoen Enteric Agar merupakan media selektif yang digunakan untuk
mengisolasi Salmonella dan Shigella yang berasal dari spesimen klinik seperti
darah, urin, feses maupun berasal dari makanan. Hektoen Enteric Agar
mengandung peptone, yeast extract, laktosa, sukrosa, salicin, bile salts no.3,
sodium chloride, sodium thiosulphate, ammonium ferric citrate, acid fuchsin,
bromothymol blue, agar. Pertumbuhan salmonella pada media Hektoen Enteric
Agar terlihat berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam (Bridson,
2006).
3. Brilliant Green Agar
Brilliant Green Agar merupakan media selektif yang digunakan untuk
mengisolasi Salmonella kecuali Salmonella Tyhpi. Media ini mengandung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
ekstrak yeast, laktosa, sukrosa, sodium chloride, phenol red, brilliant green dan
agar. Karakteristik koloni Salmonella pada media ini adalah berwarna merah
muda hingga merah atau bening hingga buram dengan lingkaran merah muda
sampai merah (Bridson, 2006).
4. Selenite Broth
Selenite Broth merupakan suatu media pengkaya yang digunakan untuk
mengisolasi Salmonella yang berasal dari feses maupun produk makanan. Media
ini mengandung pepton, laktosa dan natrium fosfat yang merupakan nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan Salmonella. Salmonella dapat tumbuh baik
dalam media ini, yang ditandai dengan adanya kekeruhan pada media Salenite
Broth (Bridson, 2006).
H. Antibiotik Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik spektrum luas yang berasal dari
beberapa jenis Streptomyces misalnya S.venezuelae, S. phaeochromogenes var.
chloromyceticus dan S. amiyamensis. Kloramfenikol merupakan antibiotik
bakteriostatik berspektrum luas yang aktif terhadap organisme-organisme aerobik
dan anaerobik gram positif maupun negatif. Kloramfenikol efektif terhadap
Streptococcus pneumonia, Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridans,
Haemophilus, Nisseria, Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Brucella, Chlamydia,
Mycoplasma, Rickettsia, Treponema, dan kuman anaerob seperti Bacillus
fragilities. Sebagian besar bakteri Gram positif dihambat pada konsentrasi 1-10
µg/mL, sementara Gram negatif dihambat pada konsentrasi 0,2-5 µg/mL (Katzung,
2004).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
Mekanisme kerja kloramfenikol sebagai anti bakteri stereospesifik, karena
hanya satu stereoisomer yang memiliki aktivitas anti bakteri, yaitu D(-) treo-isomer.
Mekanisme kerja kloramfenikol melalui penghambatan terhadap biosentesis
protein pada siklus pemanjangan rantai asam amino, yaitu dengan menghambat
pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol akan berikatan secara reversible
dengan unit ribosom 50-S, sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan
ribosom, akibatnya terjadi hambatan pembentukan ikatan peptide dan biosintesis
protein. Obat ini berikatan secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari
amino asil t-RNA) atau bagian peptidil, yang merupakan tempat ikatan kritis untuk
perpanjangan rantai peptida. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik,
namun pada konsentrasi tinggi dapat bersifat bakterisidal terhadap bakteri-bakteri
tertentu (Susanti, 2009).
I. Identifikasi Salmonella spp.
Uji identifikasi Salmonella spp. adalah serangkaian uji biokimia
berdasarkan karakteristik Salmonella spp. Uji identifikasi menggunakan media dan
reagen khusus seperti, uji fermentasi gula – gula (glukosa, laktosa, manitol,
maltosa, sukrosa), uji sitrat, uji Sulfur Indol Motility (SIM), uji MR-VP dan uji
katalase (Soemarno, 2000).
1. Uji fermentasi gula – gula (glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan sukrosa)
Uji fermentasi gula – gula bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri
dalam menguraikan gula – gula spesifik yang mencerminkan sifat bakteri dan
dapat digunakan sebagai salah satu cara identifikasi bakteri. Fermentasi
merupakan proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob dimana yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
bertindak sebagai substrat adalah karbohidrat. Hasil dari fermentasi berbeda –
beda tergantung dari jenis bakterinya. Uji fermentasi karbohidrat dilihat dari
pembentukan asam yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna medium
dari merah menjadi kuning dan terbentuknya gas yang terjebak dalam tabung
durham (Nugraheni, 2010).
Bakteri Salmonella spp. adalah bakteri yang mampu memfermentasikan
gula – gula spesifik seperti glukosa, manitol, maltosa. Namun, Salmonella spp.
tidak bisa memfermentasikan laktosa dan sakarosa (Soemarno, 2000).
2. Uji Sitrat
Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui penggunaan sitrat sebagai satu –
satunya sumber karbon dan energi terutama untuk bakteri gram negatif
golongan Enterobacter. Uji ini menggunakan media Simmon’s Citrate Agar
yang merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu – satunya
sumber karbon, NH4 sebagai sumber N, dan indikator pH Brom Thymol Blue.
Apabila bakteri mampu menggunakan sitrat, maka akan terjadi peningkatan pH
dan warna medium dari hijau menjadi biru. Bakteri Salmonella mampu
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon yang ditunjukkan dengan
perubahan warna medium menjadi warna biru (Williams, 2013).
3. Uji Sulfur Indol Motility (SIM)
Uji ini meliputi tiga parameter pengamatan, yaitu uji pembentukan
sulfur (H2S), uji pembentukan indol dari hasil penguraian asam amino, dan
pengamatan pergerakan pertumbuhan bakteri dalam media tabung. Media yang
digunakan adalah media SIM dengan komposisi sebagai berikut : Ferrous
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
ammonium sulphate, Peptone, Tryptone, Sodium thiosulphate, Nutrient agar.
Kandungan Ferrous ammonium sulphate dan Sodium thiosulphate digunakan
untuk uji sulfur, kandungan Nutrient agar digunakan untuk uji motilitas
sedangkan uji Indol perlu penambahan reagen kovacs (Shields, 2013).
Uji sulfur bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menguraikan asam amino menjadi sulfur. Sulfur dihasilkan oleh beberapa jenis
mikroba melalui pemecahan asam amino yang mengandung unsur belerang.
Hasil positif apabila H2S bereaksi dengan senyawa – senyawa ini yang ditandai
dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Hasil negatif tidak
terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam
medium tidak mampu menghidrolisis logam – logam berat yang terkandung
dalam medium (Nugraheni, 2010). Menurut Holt dkk (2000), bakteri
Salmonella spp. mampu menghasilkan residu sulfur yang ditunjukkan dengan
terbentuknya warna hitam pada medium.
Uji indol adalah produksi indol dari triptofan yang merupakan salah
satu tes diagnostik untuk mengidentifikasi bakteri enterik. Uji indol
ditambahkan dengan reagen kovacks yang ditambahkan setelah pengamatan
moitilitas sehingga tidak mengganggu pengamatan motilitas pada media uji.
Reagen kovacks terdiri dari amyl alcohol, para-dimethylminobenzaldehyde,
dan concentrated hydrochloric acid. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya
warna merah pada permukaan media. Menurut Radji (2010) Salmonella spp.
memberikan hasil negatif pada reaksi indol.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
Uji motilitas digunakan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan
penyebaran koloni. Adanya kandungan Nutrient agar semisolid dalam media
SIM memungkinakan bakteri yang memiliki flagel melakukan pergerakan
dalam media. Salmonella spp. memiliki flagel peritrik yang terdapat di seluruh
pemukaan tubuhnya. Pertumbuhan bakteri yang tidak hanya tumbuh pada bekas
tusukan atau menyebar pada media, maka bakteri yang diidentifikasi tersebut
adalah golongan Enterobacter termasuk Salmonella spp. (Holt dkk, 2000).
4. Uji Katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri
yang diuji. Bakteri yang memerlukan oksigen menghasilkan hidrogen peroksida
(H2O2) yang beracun bagi bakteri sendiri. Namun bakteri tetap dapat hidup
dikarenakan menghasilkan enzim katalase yang dapat mengubah H2O2 menjadi
H2O dan O2. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih (Reiner, 2013).
J. Landasan Teori
Jamu gendong adalah obat tradisional yang terbuat dari bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut dalam
bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada
konsumen. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 4 ayat 1 disebutkan
bahwa obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu gendong dan usaha jamu
racikan tidak memerlukan izin edar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
PerMenkes RI No. 003/MENKES/PER/I/2010 menyebutkan bahwa jamu
yang diproduksi harus aman sesuai dengan persyaratan mutu kefarmasian.
Beberapa persyaratan jaminan keamanan dan mutu dari jamu yang diatur dalam
Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2014 adalah Angka Kapang/Khamir (AKK) tidak lebih dari 103 koloni/mL
dan tidak boleh mengandung mikroba patogen, termasuk Salmonella spp.
Pasar Sambilegi Maguharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, merupakan salah
satu pasar yang cukup banyak terdapat penjual jamu gendong. Jamu yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat adalah jamu beras kencur. Jaminan keamanan dan
mutu jamu gendong beras kencur dapat diketahui dari pengujian Angka
Kapang/Khamir dan ada tidaknya bakteri patogen Salmonella spp.
Kurangnya higieinitas dan sanitasi dari pembuatan jamu gendong beras
kencur merupakan faktor yang menyebabkan tingginya jumlah Angka
Kapang/Khamir dan memungkinkan terdapatnya bakteri patogen Salmonella spp.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, ketika mencuci rimpang para
pembuat jamu hanya melakukan satu kali pencucian. Pembuat jamu juga tidak
menggunakan sabun dan air mengalir saat mencuci tangan. Pencucian botol – botol
plastik yang digunakan sebagai tempat jamu juga kurang higienis yaitu hanya
dicelupkan ke dalam air. Ketidakhigienisan dan kurangnya sanitasi dapat membuat
bakteri patogen maupun non patogen serta kapang/khamir dapat berkembangbiak.
Adanya cemaran Salmonella spp pada jamu beras kencur dapat menyebabkan
terjadinya infeksi, gejala yang dialami yaitu demam, diare, kram perut, skait
kepala, pusing dan rasa mual.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya Angka Kapang Khamir
(AKK) dan ada tidaknya bakteri Salmonella spp sebagai jaminan keamanan dan
mutu dari jamu gendong beras kencur yang dijual oleh penjual jamu di Pasar
Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
K. Hipotesis
Jamu gendong beras kencur yang dijual di Pasar Sambilegi Maguwoharjo
Depok Sleman Yogyakarta memiliki Angka Kapang Khamir yang melebihi batas
maksimal yang dipersyaratkan oleh Peraturan Kepala Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa angka
kapang/khamir tidak boleh melebihi 103 koloni/ml dan tercemar bakteri patogen
Salmonella spp.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif komparatif, yaitu mendeskripsikan angka kapang khamir dan
identifikasi Salmonella spp. Hasil pengujian angka kapang khamir dan identifikasi
Salmonella spp dibandingkan dengan Peraturan Kepala Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa angka
kapang khamir yang diperbolehkan kurang dari 103 koloni/mL dan keberadaan
Salmonella spp dalam cairan obat harus negatif. Penelitian ini dilakukan di Balai
Laboratorium Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variable Penelitian
a. Variabel bebas
Jamu beras kencur dari pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman
Yogyakarta.
b. Variabel tergantung
Angka Kapang Khamir dan keberadaan Salmonella spp yang terdapat dalam
jamu gendong beras kencur yang di jual di pasar tradisional Maguwoharjo
Depok Sleman Yogyakarta.
33
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
c. Variabel pengacau terkendali
Media Potato Dextrrose Agar (PDA), waktu inkubasi 5 hari, media
pengkayaan (Salenite Broth), media isolasi (Hektoen Enteric Agar), media
identifikasi Salmonella (media glukosa, laktosa, manitol, maltose, sukrosa,
dan Sulphur Indol Motility (SIM), media Simmons Sitrat Agar, media MRVP, nutrient agar, suhu inkubasi 370C dan waktu inkubasi 24 jam.
d. Variabel pengacau tak terkendali
Proses pembuatan jamu beras kencur, proses penyimpanan setelah diproduksi
jamu beras kencur, waktu penyimpanan jamu beras kencur setelah diproduksi,
kualitas bahan dan komposisi bahan yang digunakan dalam produksi jamu
beras kencur.
2. Definisi Operasional
a. Jamu beras kencur adalah jamu dalam bentuk cairan dengan bahan utama
beras dan kencur yang dikemas dengan menggunakan botol plastik yang
dijual di pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
b. Uji Angka Kapang Khamir adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan
dengan menghitung jumlah koloni kapang khamir yang terdapat dalam jamu
beras kencur dengan metode dan analisis hasil sesuai dengan PPOMN (2006).
c. Uji identifikasi Salmonella spp adalah serangkaian uji untuk mengidentifikasi
Salmonella spp yang terdapat dalam jamu beras kencur dengan melihat ada
tidaknya Salmonella spp pada media selektif dengan pengujian secara
biokimia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
d. Sampel jamu beras kencur diambil dari tiga pedagang dan masing – masing
sampel dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Penandaan untuk masing –
masing sampel dan replikasinya adalah sebagai berikut :
Tabel I. Penandaan untuk masing-masing sampel
Sampel
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
A
A1
A2
A3
B
B1
B2
B3
C
C1
C2
C3
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
a. Bahan utama yang digunakan yaitu jamu beras kencur yang dijual di pasar
Sambilegi Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
b. Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah Potato Dextrose Agar
(PDA).
c. Kloramfenikol, Pepton Dilution Fluid (PDF), aquadest steril, etanol 70%, dan
reagen kovacs.
d. Media yang digunakan untuk identifkasi Salmonella adalah media
pengkayaan (Selinite Broth), media isolasi (Hektoen Enteric Agar), media
identifikasi (media glukosa, media laktosa, media manitol, media maltose,
media sukrosa, media MR-VP, media Sulphur Indol Motility, media Simmons
Sitrat Agar, Nutrient agar).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
e. Bakteri baku sebagai standar pembanding adalah Salmonella typhii ATCC
14028.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah Autoklaf (KT-40 ALP), Oven,
Inkubator, Vortex, Mikroskop, Stomacher Seward, Pipet tetes, Pipet volume,
Mikropipet, Tabung reaksi, Plastik steril, Tabung Durham, Cawan petri, Beaker
glass, Gelas ukur, Neraca analitik, Erlenmeyer, Jarum ose, Hot Plate and
magnetic stirrer.
D. Tata Cara Penelitian
1. Pemilihan dan pengumpulan jamu beras kencur
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret 2015,
terdapat tiga penjual jamu di Pasar Sambilegi. Sampel diambil dari tiap penjual
jamu, sehingga jumlah sampel yang didapatkan sebanyak tiga sampel jamu beras
kencur. Pengambilan sampel di tiap penjual jamu hanya dilakukan satu kali saja
dan dilakukan tiga kali replikasi pada tiap sampel. Pengambilan sampel dilakukan
pada hari senin pukul 07.00 pagi. Jamu beras kencur yang dijual oleh penjual jamu
kemudian dipindahkan kedalam botol steril dan dibawa ke Balai Laboratorium
Kesehatan Propinsi daerah Yogyakarta dan dilakukan pengujian yang meliputi uji
Angka Kapang Khamir dan Identifikasi Salmonella spp.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
2. Penyiapan sampel uji
Kemasan jamu yang akan dibuka dibersihkan dengan kapas beralkohol
70% kemudian dibuka secara aseptis di dekat nyala api bunsen.
3. Persiapan dan Homogenasi Sampel
Secara aseptis, sampel diambil sebanyak 25 ml, dimasukkan ke dalam
plastik steril kemudian ditambahkan 225 ml larutan pengencer Pepton Dilution
Fluid (PDF) sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Homogenisasi menggunakan
stomacher dengan kecepatan 300 rpm selama 30 detik.
4. Pengenceran sampel
Tabung reaksi disiapkan sebanyak 3 buah, masing – masing tabung
reaksi diisi dengan 9 ml Pepton Dilution Fluid (PDF). Sebanyak 1 ml
pengenceran 10-1 dari hasil homogenisasi pada persiapan sampel dipipet dan
dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah berisi 9 ml PDF hingga
diperoleh pengenceran 10-2 kemudian dihomogenisasi. Selanjutnya dibuat
pengenceran 10 -3 dan 10-4 untuk pengujian AKK.
5. Uji Angka Kapang Khamir (AKK)
a. Pembuatan larutan kloramfenikol
Sebanyak 1 gram kloramfenikol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 100
ml aquadest steril.
b. Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)
Sebanyak 39 gram serbuk Potato Dextrose Agar dimasukkan
kedalam Erlenmeyer ditambahkan 900 ml aquadest, kemudian dilarutkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
dengan pemanasan menggunakan hot plate dan diaduk hingga merata dengan
magnetic stirrer. Kemudian ditambahkan kloramfenikol 1g/100 mL kedalam
media dicampur hingga merata. Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit
pada suhu 1210C.
c. Uji AKK
Satu milliliter dari masing-masing pengenceran sampel dipipet dan
dituangkan ke dalam cawan petri steril secara duplo menggunakan
micropipet. Media PDA sebanyak 15 ml dituangkan kedalam ke dalam
cawan petri yang sebelumnya telah ditambah dengan larutan kloramfenikol,
kemudian cawan petri digoyang sembari diputar sehingga suspensi merata
dan biarkan membeku. Setelah membeku, cawan petri diinkubasi secara
terbalik pada suhu 250C. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai hari ke5. Koloni kapang/khamir dihitung setelah 5 hari.
Uji sterilitas media dilakukan dengan menuangkan media PDA
dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat. Uji sterilitas pengencer
dilakukan dengan cara menuangkan media PDA dan 1 ml pengencer
Peptone Dilution Fluid lalu dibiarkan memadat.
6. Uji Identifikasi Salmonella spp pada jamu beras kencur
a. Uji pengkayaan pada media Selenite Broth
Tabung sebanyak 9 buah dipersiapkan, masing – masing tabung diisi
dengan 9 ml Selenite Broth. Secara asepetis, dipipet 1 ml suspensi jamu beras
kencur, kemudian diisolasikan pada 9 ml Selenite Broth, diinkubasi pada suhu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
370C selama 24 jam. Media Selenite Broth akan menjadi keruh jika terdapat
Salmonella. Pada kontrol positif berupa kultur murni Salmonella thypi ATCC
14028 dilakukan uji yang sama dengan sampel. Hasil positif ditandai dengan
adanya perubahan warna media dari kuning jernih menjadi keruh. Hasil dari
pengujian
dibandingkan
dengan
hasil
pertumbuhannya
berdasarkan
kekeruhan.
b.
Isolasi Salmonella pada media selektif Hektoen Enteric Agar (HEA)
Pada permukaan Hektoen Enteric Agar diisolasikan 1 sengkelit dari
biakan pengkayaan dengan cara streak Plate Method (4 kuadran), diinkubasi
pada suhu 370C selama 24 jam. Prosedur yang sama dilakukan terhadap kontrol
positif, yaitu kultur murni Salmonella thypi ATCC 14028. Hasil dari pengujian
dibandingkan dengan hasil pertumbuhan kultur murni Salmonella thypi ATCC
14028. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya koloni berwarna
hijau
kebiruan dengan atau tanpa tiitk hitam.
c.
Uji konfirmasi Salmonella dalam jamu beras kencur
Koloni spesifik yang terdapat pada media Hektoen Enteric Agar dipilih
satu dan diinokulasikan pada Nutrient Agar (NA) secara goresan, kemudian
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Dari biakan NA miring dilakukan
uji fermentasi gula-gula, uji sulfur, uji indol, uji motilitas, uji sitrat, uji VogesProskauer, uji Methyl Red, dan uji katalase. Prosedur yang sama dilakukan
terhadap kontrol positif yang berupa kultur murni Salmonella typhi ATCC
14028. Hasil dari pengujian dibandingkan dengan hasil pertumbuhannya
berdasarkan perubahan warna yang terjadi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
1) Uji fermentasi gula-gula
a) Uji fermentasi glukosa
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama
24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna
media dari orange kemerahan menjadi kuning.
b) Uji fermentasi laktosa
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media laktosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama
24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna
media dari orange kemerahan menjadi kuning.
c) Uji fermentasi manitol
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media manitol dan diinkubasi pada suhu 370C selama
24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna
media dari orange kemerahan menjadi kuning.
d) Uji fermentasi maltosa
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media maltosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama
24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna
media dari orange kemerahan menjadi kuning.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
e) Uji fermentasi sakarosa
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media sukrosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama
24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna
media dari orange kemerahan menjadi kuning.
2) Uji sulfur
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media Sulphur Indol Motility dan diinkubasi pada suhu
370C selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan adanya warna hitam
di sepanjang bekas inokulasi.
3) Uji indol
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada
media Sulphur Indol Motility secara tusukan dan
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. 1 ml pereaksi indol (kovacs)
ditambahkan ke dalam biakan, kemudian digojog dan diamkan
beberapa menit. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya cincin
berwarna merah cherry pada permukaan biakan.
4) Uji motilitas
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media Sulphur Indol Motility secara tusukan pada agar
tegak dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil positif
ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan mikroba tidak hanya pada
bekas tusukan yang menunjukkan bakteri tersebut bersifat motil.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
5) Uji sitrat
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media Simmon Sitrat Agar dan diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna media
dari hijau menjadi biru.
6) Uji Voges-Proskauer
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media MR-VP dan diinkubasi pada suhu 370C selama 48
jam. Setelah diinkubasi tambahkan 0.6 ml larutan α-naphthol dan 0.2
ml KOH 40%, kemudian digoyang-goyang sampai tercampur dan
didiamkan selama 4 jam. Hasil uji positif apabila terjadi perubahan
warna pink sampai merah delima. Salmonella memberikan hasil negatif
untuk uji VP yaitu tidak terjadi perubahan warna pada media.
7) Uji Methyl Red
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada media MR-VP dan diinkubasi pada suhu 370C selama
48 jam. Setelah diinkubasi tambahkan 5 tetes larutan metil merah
dan tabung digoyang-goyang sampai tercampur. Hasil uji positif
ditandai dengan adanya difusi warna merah ke dalam media. Hasil
negatif ditandai dengan terjadinya warna kuning pada media.
Salmonell memberikan hasil positif untuk uji Methyl Red.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
8) Uji katalase
Satu sengkelit dari biakan NA miring diinokulasikan secara
aseptis pada gelas objek kemudian ditetesi dengan H2O2. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya buih.
E. Analisis Hasil
1. Analisis hasil pengujian Angka Kapang Khamir
Analisis hasil pengujian kapang khamir dilakukan berdasarkan PPOMN
(2006), yaitu: Cawan petri dipilih dari suatu pengenceran yang menunjukkan
jumlah koloni 10-150 koloni. Jumlah koloni dari kedua cawan dihitung lalu
dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri dari dua tingkat
pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah koloni 10-150, maka dihitung
jumlah koloni dan dikalikan fakor pengenceran, kemudian diambil angka rata-rata.
Hasil dinyatakan sebagai AKK dalam tiap ml sampel.
Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan di atas,
maka diikuti petunjuk sebagai berikut:
a. Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran yang sama
menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 koloni, dihitung jumlah koloni dari
kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran (PPOMN, 2006).
b. Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih
besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih
tingkat pengenceran terendah (misal: pada pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 20 koloni, maka dipilih jumlah koloni
pada pengenceran 10-2, yaitu 60 koloni).
Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni dibawahnya,
maka diambil rata-rata dari jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut.
Hasil dinyatakan sebagai angka kapang khamir dalam tiap ml sampel (misal:
pada pengenceran 10-2 diperoleh 60 koloni dan pada pengenceran 10-3 diperoleh
10 koloni, maka angka kapang kamir adalah:
6+10
2
𝑥 103 = 8 x 103
(PPOMN, 2006).
c. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah
antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran
terendah dan dihitung sebagai angka kapang khamir perkiraan ( PPOMN,
2006).
d. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena
faktor inhibitor, maka angka kapang khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu
dikalikan faktor pengenceran terendah (< 1 x faktor pengenceran terendah)
(PPOMN, 2006).
e. Bila pada pengenceran 10-1 sampai 10-3 terdapat pertumbuhan koloni kapang
khamir yang sangat banyak sehingga tidak dapat dihitung maka jumlah koloni
yang dihitung yaitu pada pengenceran 10-4 sebagai nilai angka kapang khamir
(BalKes, 2000).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Analisis hasil identifikasi bakteri Salmonella spp.
Tabel II. Hasil uji identifikasi Salmonella spp.
UJI
Salmonella spp.
(Holt dkk, 2000; Soemarno, 2000)
Glukosa
+
Laktosa
_
Manitol
+
Maltosa
+
Sakarosa
_
Sulfur
+
Indol
+
Motilitas
+
Sitrat
+
Methyl Red
+
Voges-Proskauer
_
Katalase
+
45
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman obat merupakan sumber daya alam hayati yang memiliki nilai
ekonomi tinggi. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan
untuk mencegah penyakit dan menjaga kesehatan, serta upaya pengobatan suatu
penyakit. Salah satu kelompok obat tradisional adalah jamu. Jamu sudah dikenal di
Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebagai sarana perawatan kesehatan sehari –
hari maupun sarana pemulihan kesehatan dari sakit.
Pembuatan jamu gendong dan jamu racikan dapat dilakukan tanpa
pengujian dan proses pendaftaran bahan jamu. Oleh karena itu, kualitas jamu yang
dihasilkan belum dapat dipastikan karena tidak diketahui ada atau tidaknya cemaran
mikroba. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 bahwa, persyaratan obat
tradisional terutama cairan obat dalam, yaitu keseragaman volume, penentuan kadar
alkohol, penentuan BJ dan pH, cemaran mikroba (Angka Lempeng Total, Angka
Kapang Khamir, Eschericia coli, Salmonella spp, Shigella spp, Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus),
aflatoksin, cemaran logam berat, bahan
tambahan (pengawet, pewarna dan pemanis), wadah dan penyimpanan. Angka
kapang khamir yang diperbolehkan adalah < 103 koloni/mL. Mikroba patogen
harus mempunyai nilai negatif/mL. Uji yang
dilakukan dalam penelitian ini
meliputi uji AKK dan identifikasi bakteri Salmonella spp.
46
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
a. Penentuan dan Pengambilan Sampel Jamu Gendong Beras Kencur
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah jamu beras kencur yang
diproduksi oleh penjual jamu gendong di Pasar Sambilegi Maguwoharjo Depok
Sleman Yogyakarta. Jamu beras kencur dipilih karena jamu beras kencur
merupakan salah satu jenis jamu yang banyak diminati oleh masyarakat. Jamu beras
kencur biasanya digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menghilangkan
badan yang pegal – pegal, dan penambah nafsu makan pada anak – anak.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif komparatif yaitu mendeskripsikan angka kapang khamir dan
identifikasi Salmonella spp. Hasil pengujian angka kapang khamir dan identifikasi
Salmonella spp dibandingkan dengan Peraturan Kepala Pengawas
Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa angka
kapang khamir yang diperbolehkan kurang dari 103 koloni/mL dan keberadaan
Salmonella spp dalam cairan obat harus negatif. Menurut Serdamayanti dan
Hidayat (2011), penggunaan jumlah sampel minimal untuk penelitian deskriptif
adalah 10% dari jumlah populasi, namun untuk populasi yang sangat kecil
diperlukan minimal 20% dari jumlah populasi. Berdasarkan survey yang dilakukan
peneliti, terdapat lima penjual jamu gendong. Maka, peneliti mengambil sampel
dari tiga penjual jamu gendong yang dianggap dapat mempresentasikan pembuatan
jamu beras kencur oleh penjual yang lain.
Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 dimana
pada jam tersebut ramai didatangi pembeli. Sampel jamu beras kencur dimasukkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
ke dalam botol steril, kemudian disimpan dalam cool box untuk meminimalisir
terjadinya kontaminasi selama perjalaan menuju Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta. Hal ini dilakukan supaya hasil Angka Kapang Khamir dan hasil
identifikasi bakteri yang diperoleh benar – benar dapat menggambarkan cemaran
yang didapat dari tempat pengambilan sampel. Pengambilan sampel jamu beras
kencur hanya dilakukan satu kali dan setiap sampel dilakukan tiga kali replikasi.
Gambar 1. Sampel jamu beras kencur dalam wadah botol steril
b. Sterilisasi Media dan Alat
Sterilisasi merupakan proses pembebasan alat-alat maupun bahan-bahan
dari segala bentuk mikroba. Apabila alat maupun media yang digunakan dalam
penelitian tidak steril, kemungkinan akan terkontaminasi mikroba. Sehingga pada
media yang terdapat pertumbuhan mikroba tidak dapat dipastikan apakah mikroba
yang tumbuh benar-benar berasal dari sampel atau berasal dari kontaminasi alat
maupun media, sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk membebaskan alat dan
media dari segala macam bentuk kontaminasi (Waluyo, 2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
Metode yang dapat digunakan dalam sterilisasi bahan dan alat yaitu
sterilisasi menggunakan pemanasan, filtrasi, radiasi dan secara kimia. Pemilihan
metode sterilisasi bahan dan alat berdasarkan pada sifat dan komposisi bahan yang
digunakan. Media yang tahan panas lebih dari 1000C dan alat-alat gelas yang
digunakan dalam penelitian dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf.
Sterilisasi dilakukan pada suhu 1210C selama 15 menit. Dengan dilakukannya
sterilisasi diharapkan media dan alat-alat yang digunakan menjadi steril. Prinsip
sterilisasi dengan menggunakan autoklaf adalah denaturasi protein yang merupakan
komposisi utama dinding sel pada mikroorganisme. Autoklaf dengan uap panas dan
bertekanan tinggi akan memecah dinding sel bakteri, sehingga bakteri akan mati
(Sultana, 2007). Alat-alat yang telah disterilisasi dengan autoklaf kemudian
dilakukan
sterilisasi
menggunakan
metode
panas
kering
yaitu
dengan
menggunakan oven. Prinsip kerja dari metode ini dengan aliran udara panas kering,
bakteri akan mengalami denaturasi protein terutama enzim-enzim dalam membran
sel. Suhu yang digunakan pada metode panas kering adalah 1800C selama 2 jam.
Alat-alat yang disterilisasi dibungkus menggunakan alumunium foil untuk
menghindari kontaminasi dan menghindari kontak langsung dengan udara maupun
benda lain setelah dikeluarkan dari oven (Sultana, 2007).
Media-media yang digunakan dalam penelitian disterilisasi dengan metode
uap panas bertekanan tinggi menggunakan autoklaf. Prinsip kerja metode ini yaitu
uap panas yang bertekanan tinggi akan mengkoagulasikan atau mendenaturasi
protein-protein sel mikroba sehingga mikroba akan mati (Sultana, 2007). Pada area
kerja dilakukan sterilisasi dengan menyemprotkan etanol 70% pada meja kerja
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
untuk meminimalkan kontaminasi mikroba. Etanol 70% bersifat bakterisidal yang
dapat membunuh mikroba dengan cara mendenaturasi protein dan pelarutan lemak
sehingga berpengaruh terhadap membran sel bakteri. Etanol 70% merupakan cairan
yang mengandung 70% etil alkohol dan 30% air. Protein merupakan salah satu
penyusun sel bakteri, protein pada sel bakteri akan bekerja dengan baik jika larut
dalam air. Adanya ikatan yang kuat antara etanol dan air maka kelarutan protein
dalam air menurun. Sedikit demi sedikit protein mengalami denaturasi, akibatnya
sel bakteri akan lisis. Selain melalui denaturasi protein, perusakan sel bakteri juga
melalui pelarutan membran lipid. Sel bakteri dikelilingi oleh membran lipid.
Adanya etanol yang dapat melarutkan membran lipid akan menyebabkan kerja sel
bakteri mulai terhambat.
c. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel
Homogenisasi sampel merupakan tahap awal penyiapan sampel sebelum
dilakukan pengujian selanjutnya, yaitu uji Angka Kapang Khamir dan indentifikasi
Salmonella spp. Menurut BPOM (2008), homogenisasi sampel bertujuan untuk
memperoleh distribusi mikroba yang seragam di dalam sampel yang akan
ditetapkan. Selain itu, tujuan homogenisasi adalah untuk membebaskan sel – sel
bakteri atau fungi yang masih terlindungi oleh partikel dari sampel yang akan
diperiksa serta untuk mengaktifkan kembali sel – sel dari bakteri ataupun fungi yang
kemungkinan pertumbuhannya terganggu karena kondisi yang kurang sesuai di
dalam sampel. Tahapan homogenisasi dilakukan secara aseptis dekat nyala api
bunsen.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Secara aseptis, sampel diambil sebanyak 25 ml, dimasukkan ke dalam
plastik steril kemudian ditambahkan 225 ml Pepton Dilution Fluid sebagai larutan
pengencer dan dihomogenisasi dengan menggunakan stomacher, sehingga
diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. Pada pengenceran 10-1 diambil 1 ml
dan diencerkan dengan 9 ml larutan pengencer Pepton Dilution Fluid, sehingga
diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-2 sampai pengenceran 10-4. Pengenceran
suspensi sampel bertujuan untuk memperoleh koloni yang terpisah dan jumlah
koloni yang terdapat dalam satu cawan memenuhi range yang telah ditetapkan
sehingga mempermudah perhitungan koloni. Apabila tidak dilakukan pengenceran,
maka koloni yang tumbuh pada cawan akan sangat pekat sehingga mempersulit
proses perhitungan jumlah koloni.
Larutan pengencer yang digunakan adalah Peptone Dilution Fluid yang
mengandung banyak pepton sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan mikroba.
Menurut Bridson (2006), pepton merupakan salah satu sumber nitrogen yang dapat
digunakan oleh mikroba untuk dapat hidup dan tumbuh dalam media yang sesuai.
PDF juga berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan pH optimum untuk
pertumbuhan bakteri atau fungi yaitu antara 6,5 hingga 7,5.
d. Pengujian Angka Kapang Khamir
Uji angka kapang khamir merupakan salah satu parameter mikrobiologis
yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar jumlah kapang khamir yang
terdapat dalam sediaan obat tradisional dan sebagai penanda kualitas produk obat
tradisional. Jumlah angka kapang khamir yang melebihi batas yang sudah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
ditetapkan yaitu >103 koloni/ml, menunjukkan kemunduran mutu obat tradisional
dan memungkinkan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan yang
mengkonsumsinya.
Pertumbuhan kapang khamir pada bahan makanan maupun bahan baku obat
tradisional dapat mengurangi kualitas makanan maupun obat tradisional
dikarenakan kapang dapat menghasilkan toksin yang berbahaya terhadap tubuh
manusia. Menurut Pratiwi (2008), aflatoksin merupakan toksin yang dihasilkan
oleh kapang kelas Deuteomycetes genus Aspergilllus. Apabila seseorang
mengkonsumsi aflatoksin secara terus menerus dapat menyebabkan keracunan akut
dan mengakibatkan terjadinya kerusakan hati, serta pada kasus serius dapat
menimbulkan kematian. Khamir dapat menyebabkan infeksi dan bersifat patogen
pada manusia. Candida albicans adalah khamir yang bersifat patogen dan paling
sering menyebabkan infeksi pada mulut, sinus, tenggorokan, dan saluran
reproduksi.
Menurut Radji (2010), prinsip pengujian angka kapang khamir adalah
pertumbuhan kapang khamir setelah sampel diinokulasikan pada media yang
mempunyai nutrisi yang sesuai. Kapang membutuhkan oksigen untuk tetap dapat
hidup sedangkan khamir bersifat fakultatif yang berarti dapat hidup dengan atau
tanpa oksigen. Suhu optimum pertumbuhan kapang dan khamir adalah 25-300C.
Penelitian ini menggunakan suhu inkubasi 250C dan diinkubasi selama 5 hari.
Inkubasi dilakukan selama 5 hari dikarenakan kapang khamir memiliki struktur
yang lebih kompleks dibandingkan bakteri sehingga memerlukan waktu yang relatif
lama untuk membentuk spora. Bakteri memiliki struktur sel yang lebih sederhana,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
yaitu materi genetik (DNA) yang tidak terstruktur dalam bentuk nukleus, struktur
eksternal sel (glikokaliks, flagella, fimbria, fili), dinding sel (peptidoglikan), dan
struktur internal sel (membran sitoplasma, sitoplasma, area nukleus, ribosom, dan
mesosom). Sedangkan khamir memiliki morfologi tidak mempunyai flagel dan
ukurannya lebih besar dari sel bakteri dengan lebar 1 – 5 mm dan panjang berkisar
5 – 30 mm. Pada kapang terdapat meselium dan spora, diperlukan beberapa hari
pada kondisi yang optimal untuk pembentukan spora (Radji, 2010).
Media yang digunakan pada pengujian angka kapang khamir adalah media
Potato Dextrose Agar (PDA) yang ditambah dengan kloramfenikol. Penggunaan
media PDA sebagai media pertumbuhan kapang khamir, dikarenakan media ini
mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang khamir. Media
PDA mengandung dektrosa dan ekstrak kentang yang berfungsi sebagai sumber
energi untuk menstimulasi pertumbuhan konidia kapang khamir. Selain itu, media
PDA memiliki pH yang sesuai dengan pH optimum pertumbuhan kapang khamir
yaitu 5,6 + 0,2. Menurut Radji (2010), kapang dan khamir dapat tumbuh pada
rentang pH pertumbuhan 6,5 – 7,5, sedangkan pertumbuhan optimumnya berada
pada pH 5 – 6, sehingga media yang digunakan cocok untuk pertumbuhan kapang
dan khamir. Potato Dextrose Agar adalah media yang direkomendasikan untuk
menumbuhkan dan menghitung
kapang khamir pada produk makanan atau
minuman (Bridson, 2006).
Media Potato Dextrose Agar yang digunakan ditambah kloramfenikol
yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga diharapkan
koloni yang tumbuh pada media PDA adalah kapang khamir sebagai parameter uji.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
Menurut Susanti (2009), kloramfenikol digunakan sebagai antibakteri karena
kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik spektrum luas sehingga banyak
bakteri yang dapat dihambat pertumbuhannya. Mekanisme penghambatan
pertumbuhan bakteri dengan mengikat sub unit ribosom 50-S dan menghambat
pembentukan ikatan peptida bakteri. Ikatan peptida berperan untuk pembentukan
dinding sel bakteri. Apabila pembentukan ikatan peptida dihambat, maka
pembentukan dinding sel akan terganggu dan sel akan lisis. Kloramfenikol hanya
menghambat pertumbuhan bakteri bukan menghambat pertumbuhan kapang
khamir dikarenakan kapang khamir merupakan sel eukariotik yang tidak memiliki
peptidoglikan sebagai penyusun dinding sel. Dinding sel fungi terbentuk dari kitin,
sehingga antibiotik kloramfenikol tidak dapat menghambat pembentukan dinding
sel pada fungi.
Konsentrasi sel fungi di dalam spesimen tidak diketahui sebelumnya,
sehingga perlu dilakukan pengenceran hingga beberapa tingkat. Pengenceran
bertujuan untuk memperoleh koloni – koloni yang terpisah diatas permukaan media
serta untuk memudahkan perhitungan hasil. Pengenceran dilakukan hingga 10-4,
karena pada tingkat pengenceran keempat sudah didapatkan koloni terpisah. Prinsip
dari seri pengenceran adalah diperolehnya individu fungi yang tumbuh secara
terpisah pada media setelah inkubasi. Uji AKK ini menggunakan metode pour plate
agar sampel yang ditanam dapat tersebar merata pada cawan petri, sehingga lebih
mudah dalam melakukan pengamatan serta perhitungan jumlah koloni yang
tumbuh. Untuk memastikan bahwa kapang khamir yang tumbuh pada media PDA
benar – benar berasal dari sampel bukan kontaminan dari cara kerja dan untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
melihat apakah cara kerja yang dilakukan sudah aseptis yaitu dengan cara uji
sterilitas media dan uji sterilitas pengencer PDF. Uji sterilisasi media bertujuan
untuk memastikan bahwa kapang khamir yang tumbuh bukan berasal dari media,
sedangkan uji sterilisasi pengencer berisi media PDA dan pengencer PDF yang
bertujuan memastikan bahwa kapang khamir yang tumbuh bukan berasal dari
larutan pengencer.
Sampel diinkubasi terbalik selama 5 hari pada suhu 250C setelah sampel
diencerkan dan ditanam pada media PDA. Semua sampel yang sudah ditaman pada
media dalam cawan petri diinkubasi secara terbalik supaya uap air yang terbentuk
selama masa inkubasi tidak menetes pada media dan mempengaruhi pertumbuhan
mikroba. Pengamatan angka kapang khamir dilakukan pada hari ke-3 dan hari k-5.
Koloni kapang yang dihitung adalah koloni tunggal yang mempunyai serabut
seperti kapas. Pertumbuhannya mula – mula akan berwarna putih, tetapi jika spora
telah terbentuk maka akan terjadi perubahan warna tergantung dari jenis kapang.
Sedangkan koloni khamir yang dihitung adalah koloni terpisah yang berbentuk
bulat dan berwarna putih tanpa berserabut. Jika terdapat koloni yang bertumpuk,
maka dianggap sebagai 1 koloni. Pengamatan juga dilakukan pada hari ke-3 untuk
menghindari adanya kesalahan perhitungan jumlah koloni yang bertumpuk, maka
pengamatan tidak hanya dilakukan pada hari ke-5 yang merupakan puncak
pertumbuhan fungi. Pada hari ke-3 pertumbuhan kapang khamir belum maksimal
sehingga koloni mudah dihitung.
Untuk mengetahui jumlah kapang khamir yang terdapat dalam jamu beras
kencur, maka dapat digunakan metode hitungan cawan petri yang didasarkan pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
anggapan bahwa sel yang hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Perhitungan
sel – sel hidup dilakukan dengan metode plate count yaitu menghitung jumlah sel
yang mampu membentuk koloni pada media pembenihan yang sesuai. Koloni yang
tampak pada media pertumbuhan merupakan suatu indeks bagi jumlah
mikroorganisme yang terkandung dalam sampel dan berkembang menjadi satu
koloni.
Tabel III. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang A inkubasi 5 hari
Sampel
Pengenceran
10-1
10-2
10-3
10-4
A
10-1
10-2
10-3
10-4
10-1
10-2
10-3
10-4
Replikasi
I
II
III
Jumlah koloni
Cawan Cawan Rata-rata
1
2
koloni
∞
∞
∞
∞
∞
∞
187
179
183
61
75
68
∞
∞
181
94
∞
∞
168
58
∞
∞
175
76
∞
∞
191
59
∞
∞
187
64
∞
∞
189
61,5
RATA-RATA AKK PEDAGANG A
AKK
(koloni/ml)
6,8 x 105
7,6 x 105
6,2 x 105
6,9 x 105
koloni/ml
Keterangan : data pada kolom yang berwarna kuning adalah data yang digunakan
untuk perhitungan angka kapang khamir dalam sampel jamu beras
kencur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
Tabel IV. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang B inkubasi 5 hari
Sampel
Pengenceran
10-1
10-2
10-3
10-4
B
Replikasi
I
Jumlah koloni
Cawan Cawan Rata-rata
1
2
kloni
∞
∞
∞
∞
∞
∞
∞
∞
∞
250
268
259
∞
∞
∞
298
∞
∞
∞
294
10-1
∞
∞
III
10-2
∞
∞
-3
10
∞
∞
-4
10
321
296
RATA-RATA AKK PEDAGANG B
∞
∞
∞
308
10-1
10-2
10-3
10-4
II
∞
∞
∞
291
AKK
(koloni/ml)
2,6 x 106
2,9 x 106
3,1 x 106
2,9 x 106
koloni/ml
Keterangan : data pada kolom yang berwarna kuning adalah data yang digunakan
untuk perhitungan angka kapang khamir dalam sampel jamu beras
kencur
Tabel V. Nilai AKK jamu beras kencur pedagang C inkubasi 5 hari
Sampel
Pengenceran
10-1
10-2
10-3
10-4
C
10-1
10-2
10-3
10-4
10-1
Replikasi
I
II
lJumlah koloni
Cawan Cawan
Total
1
2
∞
∞
∞
∞
∞
∞
∞
∞
∞
198
178
376
∞
∞
∞
267
∞
∞
∞
244
∞
∞
∞
255
∞
∞
∞
AKK
(koloni/ml)
1,9 x 106
2,6 x 106
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10-2
III
∞
∞
10-3
∞
∞
-4
10
233
215
RATA-RATA AKK PEDAGANG C
∞
∞
224
58
2,2 x 106
2,2 x 106
koloni/ml
Keterangan : data pada kolom yang berwarna kuning adalah data yang digunakan
untuk perhitungan angka kapang khamir dalam sampel jamu beras
kencur
Analisis hasil pengujian kapang khamir dilakukan berdasarkan PPOMN
(2006). Nilai Angka Kapang Khamir yang dapat dihitung dari cawan petri yaitu
yang menunjukkan 10 – 150 koloni. Pada tabel IV dan V tidak ada satupun jumlah
koloni pada cawan petri yang masuk dalam kriteria perhitungan berdasarkan
PPOMN 2006, sehingga perhitungan berdasarkan prosedur Balai Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta (2000) dengan ketentuan, apabila pada pengenceran 10-1
sampai 10-3 terdapat pertumbuhan koloni kapang khamir yang sangat banyak
sehingga tidak dapat dihitung maka jumlah koloni yang dihitung yaitu pada
pengenceran 10-4 sebagai nilai angka kapang khamir. Data yang digunakan adalah
jumlah koloni pada pengenceran 10-4 (data yang berwarna kuning pada tabel IV dan
tabel V). Pada kontrol media dan kontrol pelarut tidak tumbuh mikroba yang
menandakan bahwa tidak ada kontaminan dari pelarut dan media yang digunakan.
Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh pada tabel III, IV, dan V
menunjukkan bahwa nilai Angka Kapang Khamir dari ketiga pedagang jamu beras
kencur melebihi batas yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 yang menyatakan bahwa angka
kapang khamir yang diperbolehkan tidak melebihi 103 koloni/mL. Nilai Angka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
Kapang Khamir pada jamu beras kencur pedagang A adalah 6,9 x 105 koloni/ml,
pada pedagang B adalah 2,9 x 106 koloni/ml dan pada pedagang C adalah 2,2 x 106
koloni/ml. Nilai Angka Kapang Khamir yang melebihi batas yang ditetapkan yaitu
>103 koloni/ml dipengaruhi oleh cara pembuatan jamu beras kencur, bahan baku
yang digunakan, serta cara penyimpanan jamu beras kencur. Berdasarkan observasi
dan wawancara pada satu pedagang jamu yang dianggap dapat mewakili pedagang
jamu lainnya, pada saat pencucian rimpang kencur dan beras yang merupakan
bahan baku pembuatan jamu hanya satu kali dilakukan pencucian. Hal ini
memungkinkan kapang khamir masih menempel pada rimpang kencur apabila pada
saat pencucian tidak bersih. Menurut Pratiwi (2008), salah satu habitat kapang
khamir terdapat di dalam tanah dan bahan baku yang digunakan yaitu berupa
rimpang yang tumbuh di dalam tanah. Oleh karena itu, kapang khamir sangat
mudah mencemari bahan baku tersebut dan apabila rimpang tidak dicuci dengan
bersih, maka kontaminasi kapang khamir semakin tinggi, sehingga nilai angka
kapang khamir juga semakin tinggi.
Jamu beras kencur setelah pembuatan langsung disimpan pada wadah
tertutup yang dapat menimbulkan uap air, sehingga uap yang ditimbulkan
menyebabkan kelembaban pada wadah meningkat. Kelembaban yang tinggi dapat
memicu pertumbuhan kapang khamir. Kelembaban merupakan tempat yang baik
bagi kapang dan khamir untuk tumbuh. Adanya kapang khamir dalam sediaan jamu
perlu diwaspadai terutama kapang khamir yang bersifat patogen akan dapat
membahayakan kesehatan tubuh manusia. Menurut Riza (2009), salah satu khamir
yang bersifat patogen adalah Candida albicans yang dapat menyebabkan sariawan,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
sedangkan contoh kapang yang bersifat patogen adalah kelas Deuteromycetes genus
Aspergillus yang menghasilkan alfatoksin yang bersifat karsinogenik dan
hepatotoksik terhadap tubuh. Kapang dan khamir yang bersifat patogen dapat
tumbuh pada kondisi yang lembab dan kondisi lingkungan yang tidak bersih. Proses
pengolahan jamu yang tidak higienis sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi
kontaminasi oleh spora-spora dari kapang dan khamir. Oleh karena itu, diperlukan
uji lebih lanjut untuk mengetahui jenis kapang dan khamir yang terdapat dalam
jamu beras kencur.
e. Uji Identifikasi Bakteri Salmonella spp.
Uji identifikasi Salmonella spp bertujuan untuk mengetahui apakah sampel
jamu beras kencur mengandung cemaran bakteri Salmonella atau tidak. Uji
identifikasi bakteri patogen merupakan salah satu parameter dari keamanan obat
tradisional. Menurut Radji (2010), Salmonella merupakan bakteri patogen yang
berbahaya bagi manusia, bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi bakteri Salmonella spp. Salmonellosis adalah infeksi
yang disebabkan oleh Salmonella spp. Orang yang terinfeksi akan mengalami
gejala demam, diare, kram perut, pusing, sakit kepala, dan rasa mual. Gejala yang
tampak terkadang disertai dengan demam, dimana suhu tubuh antara 37,10- 38,50C.
Gejala paling serius adalah dehidrasi yang pada akhirnya akan menimbulkan
kematian apabila tidak segera diobati. Uji identifikasi bakteri Salmonella spp dalam
sampel jamu beras kencur terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengkayaan, tahap
isolasi, dan uji penegasan melalui uji biokimiawi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
1. Uji pengkayaan pada media Selenite Broth
Uji pengkayaan merupakan uji yang bertujuan untuk menumbuhkan
mikroba dari sampel jamu berus kencur, sehingga dapat tumbuh optimal dalam
media pengkaya, yaitu Selenite Broth. Menurut Bridson (2006), Selenite Broth
adalah media pengkaya yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella yang
berasal dari feses, produk makanan maupun produk minuman. Media ini
mengandung pepton, laktosa dan natrium fosfat yang merupakan nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan Salmonella. Pada tahap pengkayaan dilakukan 3
kali replikasi, bertujuan untuk menegaskan hasil yang dilakukan sehingga hasil
pengujian yang diperoleh akan lebih valid. Pada uji ini menggunakan kontrol
positif yang dibuat dengan menginokulasikan biakan murni Salmonella typhi
ATCC 14028 pada media Selenite Broth. Salmonella typhi ATCC 14028
merupakan Salmonella enterica dengan subspesies enterica dan serotype
Typhimurium (ATCC, 2015). Kontrol positif sebagai pembanding apakah reaksi
dan karakteristiknya sama dengan sampel, apabila sama maka hasilnya adalah
positif. Salmonella dapat tumbuh baik dalam media ini, yang ditandai dengan
adanya kekeruhan pada media Salenite Broth. Sampel kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 370C. Suhu 370C adalah suhu optimum bagi
pertumbuhan Salmonella spp.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B
A
K+
C
B
C
A
A
62
B
C
K+
K+
Pedagang A
Pedagang B
Pedagang C
Gambar 2. Uji pengkayaan dalam media selenite Broth
Keterangan : K+: kontrol positif ; A: sampel uji replikasi 1 ; B: sampel uji
replikasi 2 ; C: sampel uji replikasi 3.
Berdasarkan data yang diperoleh (gambar 2), sampel dari pedagang A yaitu
pada replikasi 2 dan replikasi 3 terjadi perubahan warna dari bening menjadi orange
keruh, sedangkan pada replikasi 1 kekeruhannya hampir sama dengan kontrol
positif. Sampel dari pedagang B dan C juga terjadi perubahan warna dari bening
menjadi orange keruh pada replikasi 1, 2, dan 3. Hal ini sesuai dengan Bridson
(2006) yang mengatakan bahwa adanya kekeruhan menunjukkan hasil positif.
Setelah didapatkan hasil positif pada media Selenite Broth, maka untuk menegaskan
hasil dilakukan isolasi sampel dari media Selenite Broth pada media selektif
pertumbuhan Salmonella spp.
2. Isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur dalam media
Hektoen Enteric Agar (HEA)
Isolasi Salmonella spp bertujuan untuk menegaskan bakteri yang tumbuh
selama uji pengkayaan adalah Salmonella spp. Pada tahap isolasi ini dilakukan
penanaman sampel dari media pengkayaan ke media selektif dan diamati
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
pertumbuhan koloni bakteri yang muncul. Media selektif yang digunakan pada uji
isolasi Salmonella spp adalah Hektoen Enteric Agar (HEA). Media HEA
merupakan media selektif untuk pertumbuhan Salmonella spp dan Shigella.
Menurut Bridoson (2006), Hektoen Enteric Agar mengandung peptone, yeast
extract, laktosa, sukrosa, salicin, bile salts , sodium chloride, sodium thiosulphate,
ammonium ferric citrate, acid fuchsin, bromothymol blue, agar. Media HEA
tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya
Salmonella. Tiosulfat berfungsi sebagai indikator adanya produksi H2S dimana
koloni bakteri yang memproduksi H2S akan tampak warna hitam ditengah koloni.
Salmonella tidak dapat memfermentasikan laktosa, sehingga asam yang dihasilkan
hanya sedikit karena berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan
koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya
bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan
bromtimol biru. Pertumbuhan salmonella pada media Hektoen Enteric Agar terlihat
berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam.
Pada tahap isolasi, satu sengkelit dari biakan pengkayaan diinokulasikan
pada media HEA dengan metode streak plate dan dinkubasi pada suhu 370C selama
24 jam. Metode streak plate digunakan untuk mendapatkan koloni terpisah dan
merupakan biakan murni. Hal ini juga dilakukan terhadap kontrol positif yaitu
menginokulasikan 1 sengkelit kultur murni Salmonella thypi ATCC 14028 sebagai
pembanding. Metode streak plate menggunakan jarum ose untuk menggoreskan
biakan secara zig-zag. Jarum ose dipijarkan diatas nyala api bunsen sampai berpijar,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
kemudian didinginkan dan selanjutnya diambil satu ose dari media pengkayaan dan
digoreskan pada satu ujung di media agar. Penggoresan pada media ada empat tahap
(empat kuadran). Tahap pertama penggoresan dilakukan pada permukaan media
agar dimulai pada satu ujung sebagai kuadran pertama. Kemudian jarum ose
dipijarkan dan didinginkan, selanjutnya dilakukan penggoresan pada kuadran kedua
dengan mengenai ujung kuadran pertama, setiap kali menggoreskan ose untuk
kuadran berikutnya, ose terlebih dahulu dipijarkan dan biarkan dingin. Tujuan
penggoresan dengan empat kuadran, diharapkan masing – masing goresan saling
berhubungan sehingga diperoleh koloni terpisah pada titik pertemuan antara
kuadran.
Salmonella typhi ATCC 14028
Sampel jamu beras kencur
Gambar 3. Hasil uji isolasi Salmonella spp pada jamu beras kencur dalam
media Hektoen Enteric Agar (HEA)
Berdasarkan data (gambar 3), karakteristik pertumbuhan koloni bakteri pada
kontrol positif dan sampel jamu beras kencur berbeda. Pada kontrol positif, koloni
bakteri yang tumbuh memiliki ciri-ciri koloni terpisah, berbentuk bulat, terlihat
berwarna hijau kebiruan dengan titik hitam. Sedangkan pada sampel jamu beras
kencur, koloni bakteri yang tumbuh memiliki ciri-ciri koloni terpisah, berbentuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
bulat dan berwarna merah muda. Menurut Bridson (2006), pada media HEA bakteri
yang dapat tumbuh adalah bakteri Salmonella spp dan Shigella, pada media HEA
juga memungkinkan adanya pertumbuhan bakteri lain, seperti bakteri yang mampu
memfermentasikan glukosa. Bakteri yang mampu memfermentasikan glukosa
memiliki karakteristik koloni berwarna merah muda atau merah dengan bentuk
bulat.
Hasil yang diperoleh dari tahap isolasi adalah tidak semua media sampel
terdapat pertumbuhan koloni bakteri. Media yang ditumbuhi bakteri yaitu media
yang berisi sampel jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B, sedangkan
media yang berisi sampel dari pedagang C tidak terdapat pertumbuhan koloni
bakteri. Koloni bakteri yang tumbuh pada media tidak sesuai dengan kontrol positif
(Lampiran 10,11,12). Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat cemaran
Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur dari ketiga pedagang. Maka, perlu
dilakukan uji konfirmasi (uji biokimiawi) terhadap koloni yang tumbuh pada media
Hektoen Enteric Agar untuk menegaskan hasil tersebut.
3. Uji konfirmasi keberadaan Salmonella pada sampel jamu beras kencur
Uji konfirmasi bertujuan untuk memastikan dan menegaskan bahwa koloni
bakteri yang tumbuh pada media Hektoen Enteric Agar bukan bakteri Salmonella
spp. Tahapan uji konfirmasi yaitu koloni yang tumbuh pada media Hektoen Enteric
Agar diambil satu sengkelit, kemudian diinokulasikan pada media NA miring
selanjutnya diinokulasikan pada media glukosa, laktosa, manitol, sukrosa, maltosa
untuk uji fermentasi gula-gula, pada media Sulphur Indol Motility Agar (SIM)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
untuk uji motilitas, sulfur dan indol serta pada media Simmons sitrat untuk uji sitrat
dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hal ini juga dilakukan terhadap
kontrol positif yaitu menginokulasikan 1 sengkelit kultur murni Salmonella thypi
ATCC 14028 sebagai pembanding.
a. Uji fermentasi gula-gula
Uji fermentasi gula-gula dilakukan untuk mengetahui kemampuan
bakteri dalam memfermentasi karbohidrat seperti glukosa, laktosa, manitol,
maltosa, dan sakarosa. Untuk mengetahui adanya pembentukan asam, maka
ditambahkan indikator Phenol red. Pada uji fermentasi gula-gula, pembentukan
asam ditandai dengan perubahan warna media dari merah menjadi kuning.
Perubahan warna menjadi kuning disebabkan adanya indikator Phenol red yang
berubah warna dari warna merah menjadi kuning apabila terjadi penurunan pH
menjadi lebih asam. Penurunan pH disebabkan oleh kondisi asam yang
dihasilkan mikroba dari proses fermentasi gula yang menghasilkan asam piruvat
dan asam laktat. Keadaan asam akan menyebabkan terjadi penurunan pH yang
ditandai dengan perubahan warna indikator menjadi warna kuning. Pertumbuhan
bakteri Salmonella pada media pembenihan khusus setelah diinkubasikan pada
suhu 370C selama 24 jam, mempunyai metabolisme aktif dan dapat meragikan
karbohidrat seperti glukosa, manitol, maltosa tetapi tidak memfermentasikan
sakarosa dan laktosa (Soemarno, 2000).
Kemampuan mikroba dalam memfermentasikan berbagai karbohidrat
dan produk fermentasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengidentifikasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
mikroba. Menurut Aprilyanto dan Sembiring (2010), mikroba menggunakan
molekul karbohidrat sebagai sumber karbon dan sumber energi bergantung pada
tipe nutrisi mikroba tersebut. Penggunaan karbohidrat melibatkan proses
oksidasi molekul tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, kemudian
dioksidasi lebih lanjut menjadi karbon dioksida untuk menghasilkan energi.
Secara umum, jalur oksidasi karbohidrat untuk menghasilkan energi
dikelompokkan menjadi dua, yaitu oksidasi sempurna menjadi karbondioksida
dan oksidasi parisial yang sering disebut sebagai fermentasi.
1)
Uji fermentasi glukosa
Glukosa merupakan senyawa yang paling sering digunakan oleh
mikroba dalam proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses oksidasi
biologi dalam keadaan anaerob dan yang bertindak sebagai substrat adalah
karbohidrat. Uji fermentasi karbohidrat merupakan pembentukan asam
yang akan terlihat dari perubahan warna medium menjadi kuning dan
pembentukan gas yang terlihat dari adanya gas dalam tabung durham
(Nugraheni, 2010).
Uji fermentasi glukosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri dalam memfermentasikan glukosa. Pengujian dilakukan dengan
mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada
media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Pada uji
fermentasi glukosa ditambahkan tabung durham ke dalam media untuk
melihat adanya pembentukan gas. Apabila terbentuk gas, maka gas akan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
masuk ke dalam tabung dan mendesak cairan di dalam tabung, sehingga
akan terlihat adanya gelembung udara. Terjadi perubahan warna media dari
warna merah menjadi kuning menandakan bakteri dapat memfermentasi
glukosa dan terjadi pembentukan gas.
Hasil yang didapat setelah diinkubasi 24 jam yaitu pada kontrol
positif, sedangkan koloni pada sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan
sampel dari pedagang B menunjukkan hasil positif (Lampiran 14), terjadi
perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan terjadi
pembentukan gas. Menurut Soemarno (2000), Salmonella spp dapat
memfermentasikann glukosa dan dapat membentuk gas.
2) Uji fermentasi laktosa
Uji fermentasi laktosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri dalam memfermentasikan laktosa. Pengujian dilakukan dengan
mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada
media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil yang
didapat setelah diinkubasi 24 jam yaitu pada kontrol positif tidak terjadi
perubahan warna media menjadi kuning, sedangkan koloni pada sampel dari
pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) terjadi
perubahan warna media menjadi kuning. Kontrol positif menunjukkan
kesesuaian dengan Soemarno (2000), bahwa Salmonella spp tidak
memfermentasikan laktosa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
3) Uji fermentasi manitol
Uji fermentasi manitol bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri dalam memfermentasikan manitol. Pengujian dilakukan dengan
mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada
media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil yang
didapat setelah diinkubasi 24 jam yaitu pada kontrol positif, koloni pada
sampel dari pedagang A (Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14)
terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Hal ini
menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan manitol. Menurut
Soemarno (2000), Salmonella mampu memfermentasikan manitol.
4) Uji fermentasi maltosa
Uji fermentasi maltosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri dalam memfermentasikan maltosa. Pengujian dilakukan dengan
mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada
media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil
menunjukkan bahwa kontrol possitif, koloni pada sampel dari pedagang A
(Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) mengalami perubahan
warna dari merah menjadi kuning. Perubahan warna menjadi kuning
menandakan, bahwa bakteri mampu memfermentasikan maltosa.
5) Uji fermentasi sakarosa
Uji fermentasi sakarosa bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri dalam memfermentasikan sakarosa. Pengujian dilakukan dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
mengambil satu sengkelit biakan dari NA miring, diinokulasikan pada
media glukosa dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Pada kontrol
positif tidak mengalami perubahan warna dari merah menjadi kuning. Hal
ini menunjukkan bahwa Salmonella tidak dapat memfermentasikan
sakarosa. Sedangkan pada sampel jamu beras kencur dari pedagang A
(Lampiran 13) dan pedagang B (Lampiran 14) mengalami perubahan warna
pada media dari merah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan bakteri dalam
sampel mampu memfermentasikan sakarosa. Menurut Soemarno (2000),
Salmonella tidak mampu memfermentasikan sakarosa.
b. Uji sulfur
Uji sulfur bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menghasilkan hydrogen sulfide (H2S) dengan menggunakan sulfur sebagai
satu-satunya sumber energi (Cappucino, 2008). Hasil peruraian sulfur dapat
diamati dengan penambahan garam-garam logam berat kedalam medium.
Media yang digunakan untuk uji sulfur adalah media Sulpfur Indol Motility
(SIM). Menurut Bridson (2006), media SIM mengandung peptone dan sodium
thiosulfate sebagai substrat sulfur, ferrous sulfate (FeSO4) sebagai indikator
H2S yang akan membentuk warna hitam apabila terdapat H2S. Menurut Holt
dkk (2000), hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam
disepanjang bekas inokulasi. Hasil negatif adalah tidak terbentuk logam sulfit
yang berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam medium tidak mampu
menghidrolisis logam-logam berat yang terkandung dalam medium.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
Hasil yang diperoleh setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
yaitu pada kontrol positif menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan
terbentuknya warna hitam disepanjang bekas inokulasi, yang berarti Salmonella
dapat menggunakan sulfur sebagai satu-satunya sumber energi. Hal ini sesuai
dengan Holt dkk (2000) yang menyatakan Salmonella dapat mengunakan sulfur
sebagai satu-satunya sumber energi. Sedangkan, pada sampel (Lampiran 13 dan
14) tidak terbentuk warna hitam disepanjang bekas inokulasi, hal ini
menunjukkan bahwa bakteri dalam jamu beras kencur tidak menggunakan
sulfur sebagai satu-satunya sumber energy.
K+
Sampel
Gambar 4. Hasil uji identifikasi sulfur pada media Sulphur Indol Motility
Agar
c. Uji indol
Uji indol bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menggunakan triptofan sebagai sumber karbon dan menghasilkan indol.
Triptofan adalah asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi oleh
beberapa bakteri. Konversi dari triptofan menjadi produk metabolik (indol,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
asam piruvat, ammonia) diperantarai oleh enzim tryptophanase. Produksi indol
dapat dideteksi dengan penambahan reagen Kovac’s setelah diinkubasi selama
24 jam. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya cincin berwarna merah
cherry setelah ditetesi reagen Kovac’s. Terbentuknya warna merah cherry
dikarenakan terjadinya kompleks dengan p-dimethylaminobenzaldehyde dari
reagen.
Menurut Holk dkk (2000), Salmonella tidak mampu memecah asam
amino triptofan menjadi indol. Pada kontrol positif tidak terbentuk cincin
berwarna merah cherry, hal ini menunjukkan bahwa Salmonella tidak
membentuk indol dari triptofan sebagi sumber energi. Sedangkan pada sampel
terbentuk cincin berwarna merah cherry (Gambar 4), hal ini menunjukkan
bahwa bakteri yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur dari pedagang A
dan pedagang B dapat menggunakan triptofan sebagai sumber energi untuk
membentuk indol. Uji indol dilakukan setelah pengamatan motilitas, sehingga
tidak mengganggu pengamatan motilitas pada media SIM.
d. Uji motilitas
Uji motilitas bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan
penyebaran koloni. Salmonella memiliki kemampuan bergerak dalam media
SIM. Kandungan NA semisolid dalam media SIM memungkinkan bakteri yang
memiliki flagel melakukan pergerakan dalam media SIM. Salmonella memiliki
flagel di seluruh badan (peritrich) sebagai alat gerak. Hasil positif menunjukkan
adanya pergerakan bakteri yang terjadi tidak hanya pada bekas inokulasi.
Menurut Holt dkk (2000), adanya pertumbuhan bakteri yang menyebar, maka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
dinyatakan bakteri yang diidenifikasi tersebut adalah golongan Enterobacter
termasuk Salmnoella.
Hasil yang diperoleh setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu
370C yaitu pada kontrol positif, sampel jamu beras kencur dari pedagang A dan
pedagang B menunjukkan hasil positif yang ditunjukkan dengan pertumbuhan
bakteri yang menyebar dan tidak hanya tumbuh disepanjang bekas inokulasi.
Hal ini menunjukkan bakteri yang terdapat dalam sampel jamu beras kencur
memiliki alat gerak.
K+
Sampel
Gambar 5. Hasil uji motilitas pada media Sulphur Indol Motility Agar
e. Uji Methyl Red
Uji metil merah bertujuan untuk mengetahui adanya fermentasi
asam campuran. Pada penelitian ini dilakukan uji metil merah untuk mengetahui
kemampuan
bakteri
Salmonella
dalam
memfermentasi
glukosa
dan
menghasilkan berbagai produk asam yaitu asam format, asam laktat, dan asam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
asetat. Berbagai produk asam yang dihasilkan sehingga dapat menurunkan pH
media pertumbuhan. Indikator yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan pH
akibat asam yang dihasilkan adalah terjadi perubahan warna media menjadi
merah setelah ditambahkan indikator metil merah. Indikator metil merah
berubah warna menjadi merah pada suasana asam dengan pH 4,4 dan menjadi
kuning pada suasana basa dengan pH 6,2.
Media yang digunakan yaitu media MR-VP yang mengandung
fosfat, dextrosa, dan pepton. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna
media dari kuning menjadi merah. Setelah diinkubasi 48 jam dan ditambahkan
metil merah pada sampel dan kontrol terjadi perubahan warna media dari kuning
keruh menjadi merah. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat dalam
sampel jamu beras kencur dari pedagang A dan pedagang B dapat
memfermentasikan asam campuran.
K+
Sampel
Gambar 6. Hasil uji metil merah pada media MR-VP
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
f. Uji Voges Proskaeur
Uji Voges-Proskauer bertujuan untuk mengetahui kemampuan
mikroorganisme dalam menghasilkan produk akhir yang tidak bersifat asam.
Produk akhir yang tidak bersifat asam seperti asetilmetilcarbinol atau asetoin
dari asam-asam organik yang dihasilkan dari proses metabolisme glukosa.
Asetoin adalah suatu senyawa awal dalam sintesis 2,3-butanadiol.
Media yang digunakan pada uji Voges-Proskauer adalah media MRVP yang mengandung dextrosa, pepton,dan fosfat. Menurut Sylvia (2013),
penambahan larutan KOH 40% dan larutan α-naftol dapat menunjukkan
terbentuknya asetoin pada media. Adanya asetoin yang merupakan perkusor 2,3butanadiol ditunjukkan dengan perubahan warna media menjadi merah setelah
penambahan KOH 40%, kemudian ditambahkan dengan α-naftol untuk
memperjelas warna merah yang terbentuk. Hasil positif ditunjukkan dengan
perubahan warna merah pada media, sedangkan hasil negatif tidak terjadi
perubahan warna.
Berdasarkan hasil uji voges proskaeur (Gambar 7), tidak terjadi
perubahan warna merah pada media yang berisi sampel pedagang A dan
pedagang B. Hasil uji pada kontrol positif tidak menunjukkan perubahan warna
merah pada media. Hasil ini menunjukkan bakteri yang terdapat dalam sampel
tidak menghasilkan produk 2,3-butanadiol dalam proses fermentasi glukosa.
Berdasarkan Soemarno (2000), Salmonella memberikan hasil negatif untuk uji
Voges-Proskauer yang ditandai tidak terjadi perubahan warna pada media.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
K+
76
Sampel
Gambar 7. Hasil uji Voges-Proskaeur pada media MR-VP
g. Uji Sitrat
Uji
Sitrat
bertujuan
untuk
mengetahui
apakah
bakteri
Enterobacteriaceae menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon.
Menurut Williams (2013), Salmonella dapat menggunakan sitrat sebagai satusatunya sumber karbon. Pada uji sitrat menggunakan media Simmon’s Citrate
Agar yang merupakan medium sintetik dengan komposisi NH4 sebagai sumber
N, Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, dan Brom Tyhmol Blue sebagai
indikator pH. Bakteri yang dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya
sumber karbon akan menunjukkan perubahan warna media dari warna hijau
menjadi warna biru. Menurut Williams (2013), terbentuknya warna biru
dikarenakan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber
karbon akan menghilangkan asam dari medium biakan sehingga terjadi
peningkatan pH. Proses metabolisme bakteri dapat menghasilkan asam priuvat
dan CO2 sehingga terjadi peningkatan pH. Na sitrat pada media akan berinteraksi
dengan asam piruvat dan CO2 menjadi Na karbonat. Adanya Na karbonat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
mengakibatkan perubahan pH menjadi lebih basa sehingga indikator Brom
Tyhmol Blue akan berubah warna dari hijau menjadi biru.
Berdasarkan hasil uji sitrat pada kontrol positif terjadi perubahan warna
media dari hijau menjadi biru, hal ini menandakan Salmonella typhi ATCC
14028 menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Sedangkan pada
sampel dari pedagang A (Lampiran 10) dan sampel dari pedagang B (Lampiran
11) tidak terjadi perubahan warna pada media (Gambar 8). Hal ini menunjukkan
bahwa bakteri dalam sampel jamu beras kencur tidak menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon.
K+
Sampel
Gambar 8. Hasil identifikasi uji sitrat pada media Simmons Sitrat Agar
h. Uji Katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri
yang diuji. Menurut Reiner (2013), bakteri yang memerlukan oksigen
menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat toksik bagi bakteri
sendiri. Namun bakteri tetap dapat hidup dikarenakan menghasilkan enzim
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
katalase yang dapat mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang merupakan hasil dari O2 yang
menguap
dari
penguraian
H2O2.
Uji
katalase
dilakukan
dengan
menginokulasikan satu sengkelit biakan murni bakteri sampel pada gelas objek
yang ditetesi dengan H2O2.
Menurut Reiner (2013), Salmonella memiliki enzim katalase. Pada kontrol
positif dan sampel jamu beras kencur terbentuk buih (Gambar 9 ) setelah ditetesi
H2O2. Hal ini menunjukkan Salmonella dan bakteri yang terdapat dalam jamu
beras kencur memiliki enzim katalase yang dapat mengubah H2O2 menjadi H2O
dan O2.
K+
Sampel
Gambar 9. Hasil identifikasi uji katalase
f. Hasil Uji Identifikasi Bakteri pada Sampel Pedagang A dan B
Pada sampel jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B, koloni
bakteri yang tumbuh pada media Hektoen Enteric Agar dengan ciri-ciri koloni
terpisah, berbentuk bulat dan berwarna merah muda. Sedangkan pada kontrol
positif karakterstik koloni bakteri yang tumbuh berbentuk bulat, berwarna hitam
dengan perubahan media menjadi biru kehijauan (Lampiran 10 dan Lampiran
11). Karakteristik pertumbuhan bakteri pada sampel jamu beras kencur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
pedagang A dan pedagang B berbeda dengan kontrol positif Salmonella thypi
ATCC 14028, sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri yang terdapat pada
jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B bukan bakteri Salmonella spp.
Hektoen Enteric Agar merupakan media selektif untuk pertumbuhan
Salmonella dan Shigella, namun bakteri-bakteri lainnya juga dapat tumbuh
dalam media HEA. Menurut Bridson (2006), bakteri yang dapat tumbuh adalah
bakteri Coliforms yang dapat memfermentasikan laktosa, sakarosa, dan salisin
dengan karakteristik pertumbuhan koloninya berwarna pink atau merah.
Koloni bakteri pada sampel jamu beras kencur yang tumbuh pada
media HEA memiliki karakteristik berbentuk bulat dan berwarna merah muda.
Koloni bakteri yang tumbuh pada media HEA dilakukan uji biokomiawi untuk
mengetahui spesies bakteri yang tumbuh. Berdasarkan hasil uji biokimiawi
yang dibandingkan dengan karakteristik bakteri menurut Soemarno (2000) dan
Holt dkk (2000), bakteri yang terdapat pada jamu beras kencur pedagang A dan
pedagang B adalah Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri
Coliforms. Menurut Soemarno (2000) dan Holt dkk (2000), Escherichia coli
adalah bakteri yang mampu menghasilkan asam piruvat dan laktat dalam proses
penguraian gula-gula, sehingga uji biokimia dapat digunakan sebagai
penegasan karakteristik Escherichia coli.
Uji Methyl-Red dan uji Voges Proskauer dianjurkan untuk tes
diferensiasi kelompok Coli aerogenes. Menurut Cappuccino (2008), bakteri
E.coli mampu memfermentasikan glukosa dan menghasilkan asam berupa
asam laktat, asam format dan asam asetat yang ditandai dengan perubahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
warna merah pada media setelah ditambahkan indikator phenol-red. Menurut
Soemarno (2000), E.coli memberikan hasil negatif pada uji Voges Proskauer
yang ditunjukkan tidak terjadi perubahan warna pada media MR-VP. E.coli
tidak menghasilkan produk 2,3-butanadiol dalam proses fermentasi glukosa.
Tabel VI. Hasil identifikasi Escherichia coli
Sampel Jamu
beras kencur dari
pedagang A dan
pedagang B
Glukosa
Escherichia
coli
(Soemarno,
2000; Holt
dkk, 2000)
+
Manitol
+
+
Sakarosa
+
+
Maltosa
+
+
Laktosa
+
+
Sulfur
_
_
Indol
+
+
Motilitas
+
+
Sitrat
_
_
Methyl Red
+
+
Voges
_
_
+
+
Uji
+
Proskauer
Katalase
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
Berikut ini merupakan rangkuman hasil uji biokimiawi (tabel VII
dan tabel VIII) yang menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat pada sampel
jamu beras kencur pedagang A dan pedagang B bukan Salmonella spp.
Tabel VII. Hasil Uji Identifikasi Bakteri pada Sampel Jamu Beras
Kencur Pedagang A
Salmonella
typhi
ATCC
14028
+
Replikasi
I
Glukosa
Salmonella
(Soemarno,
2000; Holt
dkk, 2000)
+
+
+
+
Manitol
+
+
+
+
+
Sakarosa
_
_
+
+
+
Maltosa
+
+
+
+
+
Laktosa
_
_
+
+
+
Sulfur
+
+
_
_
_
Indol
_
_
+
+
+
Motilitas
+
+
+
+
+
Sitrat
+
+
_
_
_
Methyl
+
+
+
+
+
_
_
_
_
_
+
+
+
+
+
Uji
Replikasi Replikasi
II
III
Red
VogesProskauer
Katalase
Keterangan : Kolom yang berwarna kuning menunjukkan ketidaksesuaian
terhadap hasil kontrol positif biakan Salmonella typhi ATCC
14028.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
Tabel VIII. Hasil Uji Identifikasi Bakteri pada Sampel Jamu Beras Kencur
Pedagang B
Salmonella
typhi
ATCC
14028
+
Replikasi
I
Glukosa
Salmonella
(Soemarno,
2000; Holt
dkk, 2000)
+
+
+
+
Manitol
+
+
+
+
+
Sakarosa
_
_
+
+
+
Maltosa
+
+
+
+
+
Laktosa
_
_
+
+
+
Sulfur
+
+
_
_
_
Indol
_
_
+
+
+
Motilitas
+
+
+
+
+
Sitrat
+
+
_
_
_
Methyl
+
+
+
+
+
_
_
_
_
_
+
+
+
+
+
Uji
Replikasi Replikasi
II
III
Red
VogesProskauer
Katalase
Keterangan : Kolom yang berwarna kuning menunjukkan ketidaksesuaian
terhadap hasil kontrol positif biakan Salmonella typhi ATCC
14028.
Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti, adanya cemaran Escherichia
coli
dalam sampel jamu beras kencur disebabkan oleh adanya kontaminasi
Escherichia coli dari air yang digunakan dan sanitasi yang kurang baik. Menurut
Radji (2010), habitat Escherichia coli adalah di air, tanah dan tinja. Berdasarkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
observasi, pencucian bahan baku dan alat yang digunakan untuk pembuatan jamu
beras kencur pencuciannya kurang bersih dan dilakukan di dekat kamar mandi yang
merupakan habitat dari Escherichia coli. Rimpang kecur merupakan bahan baku
jamu beras kencur yang tumbuhnya didalam tanah, pencucian yang kurang bersih
menyebabkan tanah masih menempel pada rimpang kencur sehingga dimungkinkan
adanya cemaran Escherichia coli, dikarenakan tanah merupakan salah satu habitat
Escherichia coli. Pada saat proses pembuatan jamu beras kencur tidak direbus
melainkan hanya dicampur dengan air panas dan disaring, sedangkan alat-alat yang
digunakan tidak terjamin kebersihannya sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi Escherichia coli.
Suharmiati (2000), menyatakan bahwa sanitasi berperan penting dalam
pengolahan dan penjualan jamu. Dengan peningkatan sanitasi lingkungan dan
tempat serta alat-alat produksi yang lebih baik dapat meningkatan mutu dan
kebersihan jamu. Sistem pengolahan dan penyajian yang kurang higienis
menyebabkan pencemaran mikroba pada jamu gendong. Menurut Jawetz (2007),
menyatakan bahwa pencemaran oleh Escherichia coli dapat menyebabkan
terganggunya kesehatan konsumen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Nilai Angka Kapang Khamir pada jamu gendong beras kencur dari tiga
pedagang melebihi batas yang ditentukan oleh KaBPOM Nomor 12 tahun
2014, dengan nilai AKK pada pedagang A adalah 6,9 x 105 koloni/ml, pada
pedagang B adalah 2,9 x 106 koloni/ml dan pada pedagang C adalah 2,2 x
106 koloni/ml.
2. Pada jamu beras kencur yang dijual di di pasar Sambilegi Maguwoharjo
Depok Sleman Yogyakarta tidak tercemar bakteri Salmonella spp.
B. Saran
1. Perlu dilakukan pembinaan dan pemberian edukasi terhadap produsen jamu
gendong oleh pihak yang berwenang terkait cara pembuatan obat tradisional
yang baik, sehingga mutu jamu gendong dapat lebih ditingkatkan dan
manfaatnya bagi kesehatan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji mikrobiologi jamu
gendong sebelum diberikan edukasi dan sesudah diberikan edukasi terkait
cara pembuatan obat tradisional yang baik untuk mengetahui apakah ada
peningkatan mutu jamu gendong.
3. Pengambilan sampel untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan
lebih dari satu kali pengampilan sampel.
84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Agoes, 2010, Tanaman Obat Indonesia, Salemba, Jakarta, hal.57-61.
Badan POM RI, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.4.2411, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta, pasal (1) dan (2).
Badan POM RI, 2005, Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta,
hal. 48-50.
Badan POM RI, 2006, Metode Analisis PPOM, MA PPOMN nomor 97/mik/00, Uji
Angka Kapang/Khamir dalam Obat Tradisional, Jakarta, hal. 108-110.
Badan POM RI, 2008, Metode Pengujian Pangan, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta, hal.5-6.
Badan POM RI, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, Jakarta.
Balkes, 2000, Metode Analisis Pengujian Pangan, Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Yogyakarta.
Breslow, L., 2002, Ecyclopedia of Public Health, New York: Macmillan Reference
USA/Gale Group Thomson Learning.
Bridson, E., Y., 2006, Bridson Manual, 9th Edition, Bridson Limited, 17, 188,
England.
Cappuccino, J,G, and Natalie Sherman, 2008, Microbiology a Laboratory Manual,
eight edition, Pearson education, USA, pp. 155-170.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Disable world, 2007, Candida Yeast Infection-Foods to Eat and Avoid,
http://www.disabled-world.com/artman/publish/candida_.shtml,
diakses
pada tanggal 20 September 2015.
Djajaninggrat, H., 2014, Mikrobiologi untuk Klinik dan laboratorium, Rineka
Cipta, Jakarta, hal. 48-49.
Finegold, S.M., dan E.J.Brandon, 1996, Bailey and Scott Diasnogtic Microbiology,
7th edition, Saint Louis, CV Mostby, pp.110 – 113.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T., Williams, S.T., 2000, Bergey’s
Manual Determinative BacteriologyI, 9th edition, Lippincott Williams and
Wilkins Company, USA, pp. 93, 184, 186-187.
Jawetz, 2007, Mikrobiologi Kedokteran, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 256.
Jirnawanto, 2008, Uji Eschericia coli pada Jamu Beras Kencur yang Beredar di 3
Pasar di Kotamadya Yogyakarta, Skripsi, 62, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Katzung, B., G., 2007, Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition, United
States : Lange Medical Publications.
Latief, A., 2012, Obat Tradisional, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.1-2.
Nugraheni, R., 2010, Pengujian Mikrobiologi Balai Besar Pengawasan Obat dan
Makanan Yogyakarta, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, hal.44.
Poeloengan, M., Komala, I., dan Noor, S. M., 2012, Bahaya Salmonella terhadap
Kesehatan, Laporam Penelitian, Balai Penelitian Venteriner, Bogor.
Pramudya, 2008, Uji Kapang/Khamir dalam Jamu Gendong Beras Kencur yang
beredar di Tiga Pasar di Kotamadya Yogyakarta, Skripsi, 39, Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, hal. 38-43.
Radji, M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, 27, 28, 31, 130, 131, 133, 135, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Reiner Karen, 2013, Catalase Test Protocol, http://www.microbelibrary.
org/library/laboratory+test/3226-catalase-test-protocol, diakses pada tanggal
20 September 2015.
Riskesdas, 2010, Profil Penggunaan Jamu, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010, Jakarta.
Riza Ahmad, 2009, Cemaran Kapang pada Pakan dan Pengendaliannya, Bogor,
Balai Besar Penelitian Veteriner, hal.15-16.
Serdamayanti, M.Pd., APU dan Hidayat Syarifudin, M.Si., 2011, Metodologi
Penelitian, hal. 144-145.
Shields,
2013,
Motility
Test
Salmonella
Medium
Protocol,
http://www.microbelibrary.org/library/laboratory-test/3658-motility-testmedium-protocol, diakses tanggal 19 September 2015.
SNI, 2008, Metode Pengujian Cemaran Mikroba, SNI 2897:2008, Jakarta, hal. 1432.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
SNI, 2009, Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan, SNI 7388:2009,
Jakarta, hal. 6.
Soeharsono, 2002, Zoonosis: Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia, Volume
1, 65, 68, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Soemarmo, 2000, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik, Akademi Analisis
Kesehatan Yogyakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Yogyakarta, hal. 38-39.
Suharmiati, L. Handayani. 2000, Bahan Baku, Khasiat dan Cara Pengolahan Jamu
Gendong: Studi Kasus di Kotamadya Surabaya, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Sultana, Y., 2007, Pharmaceutical Microbiology and Biotechnology: Sterilization
Methods and Principles, Departement of Pharmaceutics Faculty of
Pharmacy Jamia Hamdard Nagar New Delhi, pp. 3-8.
Supardi, Herman, M.J., Yuniar., 2010, Penggunaan Jamu Buatan Sendiri di
Indonesia, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol.14, hal.375-381.
Susanti, M., Isnaeni, Poedjiarti, S., 2009, Validasi Metode Bioautografi untuk
Determinasi Kloramfenikol, Jurnal Kedokteran Indonesia, 1 (1), 15-24.
Sylvia, 2013, Methyl Red and Voges-Proskauer Test Protocols,
http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/3204methyl-red-and-voges-proskauer-test-protocols, diakses pada tanggal 18
september 2015.
Waluyo, 2008, Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi, UMM Press,
Malang, hal. 23-70, 112-124.
Wasito, H., 2011, Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hal. 13-14.
WHO, 2005, National policy on traditional medicine and regulation of herbal
medicines, World Health Organization, pp.16 – 20.
WHO, 2013, Salmonella non-typhoidal, http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs139/en/, diakses pada tanggal 18 September 2015.
Williams,2013,CitrateTestProtocol,http://www.microbelibrary.org/component/res
ource/laboratory-test/3203-citrate-test-protocol, diakses pada tanggal 18
september 2015.
Xiaoming Li, Hui Bai, Xianyun Wang, 2011, Identification and Validation of Rice
Reference Proteins for Western Blotting, Journal of Experimental Botany,
Volume 62, 4763-4772.
Zulaikhah, S.T., 2005, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pencemaran Mikroba Mikroba Pada Jamu Gendong, Majalah Kesehatan,
Vol.2 No.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
88
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1. Surat ijin penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta
89
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
Lampiran 2. Sampel jamu beras kencur dari penjual jamu gendong di Pasar
Sambilegi Yogyakarta dalam botol steril
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
Keterangan gambar :
A1
: Sampel jamu beras kencur dari pedagang A replikasi 1
A2
: Sampel jamu beras kencur dari pedagang A replikasi 2
A3
: Sampel jamu beras kencur dari pedagang A replikasi 3
B1
: Sampel jamu beras kencur dari pedagang B replikasi 1
B2
: Sampel jamu beras kencur dari pedagang B replikasi 2
B3
: Sampel jamu beras kencur dari pedagang B replikasi 3
C1
: Sampel jamu beras kencur dari pedagang C replikasi 1
C2
: Sampel jamu beras kencur dari pedagang C replikasi 2
C3
: Sampel jamu beras kencur dari pedagang C replikasi 3
C2
C3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
Lampiran 3. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang A
setelah 5 hari inkubasi
Kontrol media
Kontrol pelarut
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-1
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-3
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
Lampiran 3. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang A
setelah 5 hari inkubasi
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-3
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-1
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
Lampiran 4. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang B
setelah 5 hari inkubasi
Kontrol media
Kontrol pelarut
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-1
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-3
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
Lampiran 4. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang B
setelah 5 hari inkubasi
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-1
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-3
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
Lampiran 5. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang C
setelah 5 hari inkubasi
Kontrol media
Kontrol pelarut
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-1
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 1 pengenceran 10-3
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
Lampiran 5. Hasil pengujian AKK dalam jamu beras kencur pedagang C
setelah 5 hari inkubasi
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-4
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 2 pengenceran 10-2
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-1
Cawan 1
Cawan 2
Replikasi 3 pengenceran 10-3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
Lampiran 6. Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang A
setelah 5 hari inkubasi
Sampel
Pengenceran
Replikasi
10-1
10-2
10-3
10-4
I
10-1
10-2
10-3
10-4
A
10-1
10-2
10-3
10-4
II
Cawan
1
∞
∞
187
61
Jumlah koloni
Cawan Rata-rata
2
koloni
∞
∞
∞
∞
179
183
75
68
∞
∞
181
94
∞
∞
191
59
RATA-RATA AKK
III
∞
∞
168
58
∞
∞
175
76
∞
∞
187
64
∞
∞
189
61,5
AKK
(koloni/ml)
6,8 x 105
7,6 x 105
6,2 x 105
6,9 x 105
koloni/ml
a. Sampel A1 :

Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1
sampai dengan 10-2 sangat banyak dan menyebar, sehingga
dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Pada
pengenceran
10-3 koloni yang tumbuh pada kedua cawan
melebihi range.

Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 61 koloni pada
cawan 1 dan 75 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang
diperoleh pada sampel A1 adalah
x 105.
(61 + 75)
2
x 104 = 680.000 = 6,8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
b. Sampel A2 :

Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1
sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga
dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Pada
pengenceran
10-3 koloni yang tumbuh pada kedua cawan
melebihi range.

Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 61 koloni pada
cawan 1 dan 75 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang
diperoleh pada sampel A2 adalah
(94 + 58)
2
x 104 = 760.000 = 7,6
x 105.
c. Sampel A3 :

Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1
sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga
dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga. Pada
pengenceran
10-3 koloni yang tumbuh pada kedua cawan
melebihi range.

Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 61 koloni pada
cawan 1 dan 75 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang
diperoleh pada sampel A3 adalah
6,2 x 105.
(59 + 64)
2
x 104 = 615.000 =
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
Lampiran 7. Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang B
setelah 5 hari inkubasi
Sampel
Pengenceran
Replikasi
10-1
10-2
10-3
10-4
I
10-1
10-2
10-3
10-4
B
10-1
10-2
10-3
10-4
II
Cawan
1
∞
∞
∞
250
Jumlah koloni
Cawan Rata-rata
2
kloni
∞
∞
∞
∞
∞
∞
268
259
∞
∞
∞
291
∞
∞
∞
321
RATA-RATA AKK
III
∞
∞
∞
298
∞
∞
∞
294
∞
∞
∞
296
∞
∞
∞
308
AKK
(koloni/ml)
2,6 x 106
2,9 x 106
3,1 x 106
2,9 x 106
koloni/ml
Perhitungan :
a. Sampel B1 :

Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1
sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga
dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga.

Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 148 koloni pada
cawan 1 dan 182 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang
diperoleh pada sampel B1 adalah
2,6 x 106.
(250 + 268)
2
x 104 = 2.590.000 =
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
b. Sampel B2 :

Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1
sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga
dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga.

Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 291 koloni pada
cawan 1 dan 298 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang
diperoleh pada sampel B2 adalah
(291 + 298)
2
x 104 = 2.945.000 =
2,9 x 106.
c. Sampel B3 :

Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1
sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga
dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga.

Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 61 koloni pada
cawan 1 dan 75 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang
diperoleh pada sampel A1 adalah
= 3,1 x 106.
(321 + 296)
2
x 104 = 3.085.000
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
Lampiran 8. Hasil perhitungan AKK dalam jamu beras kencur pedagang C
setelah 5 hari inkubasi
Sampel
Pengenceran
Replikasi
10-1
10-2
10-3
10-4
I
∞
∞
∞
267
∞
∞
∞
244
∞
∞
∞
255
∞
∞
∞
233
RATA-RATA AKK
∞
∞
∞
215
∞
∞
∞
224
10-1
10-2
10-3
10-4
C
10-1
10-2
10-3
10-4
lJumlah koloni
Cawan Cawan
Total
1
2
∞
∞
∞
∞
∞
∞
∞
∞
∞
198
178
376
II
III
AKK
(koloni/ml)
1,9 x 106
2,6 x 106
2,2 x 106
2,2 x 106
koloni/ml
Perhitungan :
a. Sampel C1 :

Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1
sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga
dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga.

Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 198 koloni pada
cawan 1 dan 178 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang
diperoleh pada sampel B1 adalah
= 1,9 x 106.
(198 + 178)
2
x 104 = 1.880.000
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
b. Sampel C2 :

Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1
sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga
dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga.

Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 267 koloni pada
cawan 1 dan 244 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang
diperoleh pada sampel C2 adalah
(267 + 244)
2
x 104 = 2.555.000 =
2,6 x 106.
c. Sampel C3 :

Pertumbuhan koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1
sampai dengan 10-3 sangat banyak dan menyebar, sehingga
dianggap pertumbuhan kapang/khamir tidak terhingga.

Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 adalah 233 koloni pada
cawan 1 dan 215 koloni pada cawan 2, sehingga AKK yang
diperoleh pada sampel C3 adalah
2,2 x 106.
(233 + 215)
2
x 104 = 2.240.000 =
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
Lampiran 9. Hasil uji pengkayaan sampel jamu beras kencur pada media
Selenite broth inkubasi 24 jam
B
C
A
D
F
G
A
Sampel A1, A2, A3
I
E
J
K
Sampel B1, B2, B3
L
Sampel C1, C2, C3
Keterangan Gambar :
A
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
B
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 1
C
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 2
D
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 3
H
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
Lampiran 9. Hasil uji pengkayaan sampel jamu beras kencur pada media
Selenite broth inkubasi 24 jam
E
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
F
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 1
G
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 2
H
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 3
I
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
J
: Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 1
K
: Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 2
L
: Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105
Lampiran 10. Hasil isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur
pedagang A dalam media selektif Hektoen Enteric Agar (HEA)
A
B
C
D
Keterangan gambar :
A
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
B
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 1
C
: Sampel jamu beras kencur pedagang Areplikasi 2
D
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106
Lampiran 11. Hasil isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur
pedagang B dalam media selektif Hektoen Enteric Agar (HEA)
A
B
C
D
Keterangan gambar :
A
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
B
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 1
C
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 2
D
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107
Lampiran 12. Hasil isolasi Salmonella spp pada sampel jamu beras kencur
pedagang C dalam media selektif Salmonella Shigella Agar
(SSA)
A
B
C
D
Keterangan gambar :
A
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
B
: Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 1
C
: Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 2
D
: Sampel jamu beras kencur pedagang C replikasi 3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 13. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel
jamu beras kencur pedagang A
A
B
C
D
Hasil pertumbuhan Salmonella pada media NA miring
Keterangan gambar :
A
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
B
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 1
C
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 2
D
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 3
108
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 13. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel
jamu beras kencur pedagang A
B
A
C
D
A
Media glukosa
A
B
Media maltosa
B
C
D
Media laktosa
C
D
A
B
Media manitol
C
D
109
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 13. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel
jamu beras kencur
A
B
C
Media sakarosa
A
B
C
Media simmon sitrat agar
B
A
D
C
Media SIM
D
A
B
C
D
Uji Katalase
Keterangan gambar :
A
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
B
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 1
C
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 2
D
: Sampel jamu beras kencur pedagang A replikasi 3
D
110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 14. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel
jamu beras kencur pedagang B
A
B
C
D
Hasil pertumbuhan Salmonella spp pada media NA miring
Keterangan gambar :
A
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
B
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 1
C
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 2
D
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 3
111
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112
Lampiran 14. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel
jamu beras kencur pedagang B
A
B
C
D
A
B
Media glukosa
A
B
C
Media maltose
C
D
Media Laktosa
D
A
B
C
Media manitol
D
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 14. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji biokimia sampel
jamu beras kencur pedagang B
A
B
C
A
D
Media sakarosa
A
B
C
B
C
D
Media simmon sitrat agar
A
B
C
D
D
Uji Katalase
Media SIM
Keterangan gambar :
A
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
B
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 1
C
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 2
D
: Sampel jamu beras kencur pedagang B replikasi 3
113
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114
Lampiran 15. Hasil identifikasi Salmonella spp pada uji MR-VP sampel
jamu beras kencur pedagang A dan Pedagang B
A
C
B
D
Uji MR pada Sampel Pedagang A
A
B
C
A
C
D
Uji MR pada Sampel Pedagang B
A
D
Uji VP pada Sampel Pedagang A
B
B
C
D
Uji VP pada Sampel Pedagang B
Keterangan gambar :
A
: Kontrol positif (Salmonella thypi ATCC 14028)
B
: Sampel jamu beras kencur replikasi 1
C
: Sampel jamu beras kencur replikasi 2
D
: Sampel jamu beras kencur replikasi 3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Uji Angka KapangKhamir dan Identifikasi Salmonella spp pada Jamu
Beras Kencur yang di Jual di Pasar Sambilegi
Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta” memiliki
nama lengkap I Dewa Ayu Sri Angga Dewi. Penulis
dilahirkan di Bali, 31 Agustus 1994 dan merupakan
putri kedua dari pasangan I Dewa Nyoman Sudiarta dan I Gusti Ayu Nyeri Wati.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu tahun 1999-2000 penulis
menempuh pendidikan di TK Dharma Kumara, Tulikup. Kemudian pada tahun
2000-2006, penulis melanjutkan studi ke SD Negeri 4 Tulikup, Gianyar. Pada tahun
2006-2009 penulis duduk di bangku SMP Negeri 3 Gianyar. Selepas dari
pendidikan SMP penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Gianyar pada
tahun 2009-2012. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Semasa menempuh kuliah
penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Penulis pernah menjadi
anggota divisi acara Pharmacy Performance and Road to School. Penulis pernah
menjadi asisten praktikum Botani Farmasi (2014 dan 2015), Mikrobiologi (2015),
Compounding (2015). Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa
dalam bidang pengabdian masyararakat pada tahun 2012 dan proposal yang
diajukan berhasil lolos dan didanai oleh Direktorat Pedidikan Perguruan Tinggi
(Dikti).
Download