1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk menumbuhkembangkan
potensi sumber daya manusia. Usaha untuk menumbuhkembangkan potensi
sumber daya manusia dapat dimulai dengan meningkatkan kualitas
pendidikan. Salah satu aspek penting dalam peningkatan kualitas pendidikan
adalah melalui peningkatan kualitas pembelajaran di kelas.
E. Mulyasa (2004: 5), menjelaskan bahwa upaya meningkatkan kualitas
pendidikan terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun
inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada awalnya
diwujudkan melalui peningkatan mutu pembelajaran di kelas. Berdasarkan
hal tersebut, guru sebagai tenaga pendidik mempunyai kedudukan dan
peranan penting dalam proses pembelajaran.
Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat dimulai dengan
memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru
di sekolah. Salah satu usaha guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
adalah mampu menerapkan metode pembelajaran yang dapat melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran, akan membantu siswa lebih mudah memahami materi
1
2
pelajaran dan tertarik untuk belajar. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada
hasil belajar siswa karena dengan ikut secara aktif dalam proses
pembelajaran, siswa mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.
Kenyataan di lapangan, proses pembelajaran yang terjadi masih
berpusat kepada guru dan kurang melibatkan siswa. Menurut Khairurrazi,
kebanyakan kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru. Biasanya guru
lebih banyak menghabiskan waktu untuk berceramah. Sebaliknya, kurang
memberdayakan siswa agar aktif terlibat dalam proses pembelajaran terlibat
dalam proses pembelajaran. Selain itu, proses pembelajaran yang selama ini
terjadi pada umunya lebih bersifat individual dan kompetitif. Akhirnya,
jawaban siswa yang relatif kurang berkualitas cenderung dianggap sebagai
kemampuan yang maksimal dalam pembelajaran tersebut. (diakses dari
http://aceh.tribunnews.com/2014/05/01/cooperative-learning-dan-kurikulum2013.html pada tanggal 13 Oktober 2014).
Fenomena seperti ini terjadi hampir pada semua mata pelajaran tak
terkecuali pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Peran guru
sangat dominan, sementara siswa hanya mendengarkan dan menyimak materi
yang disampaikan oleh guru. Hal ini menyebabkan pengetahuan yang
diperoleh siswa terbatas pada ingatan saja, sehingga hasil belajar yang
diperoleh siswa tidak maksimal.
Realitas yang terjadi di kelas VIII SMP Negeri 3 Klaten, pelaksanaan
pembelajaran IPS yang dilakukan masih berpusat pada guru dan kurang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Kurangnya keterlibatan siswa
3
disebabkan kurang bervariasinya metode yang diterapkan oleh guru dalam
proses pembelajaran IPS. Metode pembelajaran yang sering diterapkan guru
masih bersifat konvensional, sehingga banyak siswa beranggapan bahwa mata
pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang hanya bersifat hafalan dan
membosankan. Hal ini dapat dilihat dari banyak siswa memilih untuk
melakukan hal-hal selain belajar, seperti mengobrol dengan teman,
mengganggu teman, atau mengantuk saat proses pembelajaran. Kondisi
seperti ini tentu saja dapat menghambat jalannya proses pembelajaran dan
mengakibatkan pencapaian hasil belajar yang kurang maksimal.
Berdasarkan data dari guru IPS kelas VIII SMP Negeri 3 Klaten, masih
terdapat 2 kelas yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75. Berikut ini merupakan nilai rata-rata
ulangan tengah semester II mata pelajaran IPS kelas VIII tahun ajaran
2013/2014 SMP Negeri 3 Klaten:
Tabel 1. Nilai Rata-rata UlanganTengah Semester II Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 3 Klaten
Tuntas KKM
Tidak Tuntas KKM
Nilai
No
Kelas
Jumlah
Rata-Rata Jumlah Persentase
Persentase
Siswa
Siswa
1
VIII A
73,41
17
45,95%
20
54,05%
2
VIII B
79,59
36
97,3%
1
2,7%
3
VIII C
78,83
35
97,22%
1
2,78%
4
VIII D
77,14
34
94,44%
2
5,56%
5
VIII E
74,92
27
75%
9
25%
6
VIII F
80,58
32
88,89%
4
11,11%
7
VIII G
80,83
28
77,78%
8
22,22%
Sumber: Dokumen SMP Negeri 3 Klaten Tahun Ajaran 2013/2014
4
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka perlu dicari
solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satu solusi untuk
memecahkan permasalahan di atas dan menjadikan pelajaran IPS sebagai
pelajaran yang menarik untuk dikaji, mudah dipahami oleh siswa dan
menyenangkan yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Melalui metode pembelajaran kooperatif ini
diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
akan didapatkan hasil belajar yang maksimal.
Ada berbagai macam metode pembelajaran kooperatif yang dapat
diterapkan
dalam
pembelajaran
IPS.
Sebagai
bagian
dari
metode
pembelajaran kooperatif, metode pembelajaran tipe Guided Note Taking dan
Peer Lesson merupakan pilihan yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran IPS. Melalui metode Guided Note Taking dan Peer Lesson
siswa dituntut terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini
disebabkan kedua metode dirancang agar siswa dapat bekerja sama,
berdiskusi dan mengemukakan pendapat.
Penerapan metode Guided Note Taking dan Peer Lesson dalam
pembelajaran IPS, diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh guru IPS kelas VIII SMP Negeri 3 Klaten. Selain itu, metode
Guided Note Taking dan Peer Lesson belum pernah diterapkan oleh guru IPS
kelas VIII SMP Negeri 3 Klaten dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen di sekolah
tersebut. Penelitian ini berjudul “Perbedaan Metode Pembelajaran Guided
5
Note Taking dan Peer Lesson terhadap Hasil Belajar IPS Kelas VIII SMP
Negeri 3 Klaten”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelajaran IPS
di kelas VIII SMP Negeri 3 Klaten, adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran IPS yang dilakukan masih berpusat pada guru dan kurang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Kurang bervariasinya metode yang diterapkan oleh guru dalam proses
pembelajaran IPS.
3. Banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata
pelajaran yang hanya bersifat hafalan dan membosankan.
4. Kurang maksimalnya pencapaian hasil belajar IPS kelas VIII SMP Negeri
3 Klaten pada nilai UTS semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi
pada beberapa masalah:
1. Kurang bervariasinya metode yang diterapkan oleh guru dalam proses
pembelajaran IPS.
2. Kurang maksimalnya pencapaian hasil belajar IPS kelas VIII SMP Negeri
3 Klaten pada nilai UTS semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014.
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Klaten yang menggunakan metode
Guided Note Taking dengan yang menggunakan metode Peer Lesson?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan di atas, tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Klaten
yang menggunakan metode Guided Note Taking dengan yang menggunakan
metode Peer Lesson.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang bertujuan untuk
membantu meningkatkan kualitas pendidikan, antara lain:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu
khususnya pada mata pelajaran IPS serta dapat dijadikan literatur untuk
penelitian yang selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama mengikuti kegiatan perkuliahan.
7
b. Bagi Sekolah
Memberikan masukan dalam rangka meningkatan kualitas
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS
c. Bagi Guru
Memberikan gambaran dan pemahaman tentang penerapan
metode Guided Note Taking dan Peer Lesson, sehingga dapat menjadi
bahan pertimbangan guru dalam memilih metode pembelajaran yang
tepat untuk proses pembelajaran.
d. Bagi Siswa
Diharapkan dapat memaksimalkan hasil belajar IPS siswa dan
mendorong siswa untuk lebih aktif dan partisipatif selama mengikuti
pembelajaran IPS di kelas.
Download