PAPER JURNAL ONLINE Strategi Komunikasi Earth Hour dalam Kampanye Gaya Hidup Ramah Lingkungan (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Earth Hour dalam Kampanye Gaya Hidup Ramah Lingkungan di Kota Solo Tahun 2013) Disusun Oleh : Wahyu Yuliastuti Widorini D0209083 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 Strategi Komunikasi Earth Hour dalam Kampanye Gaya Hidup Ramah Lingkungan (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Earth Hour dalam Kampanye Gaya Hidup Ramah Lingkungan di Kota Solo Tahun 2013) Wahyu Yuliastuti Widorini Tanti Hermawati Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Nowadays, environmental issues have become a global issue; a variety of damage that occurs on earth has become a serious concern by many. There are many emerging organizations, communities and also mass movements that are concerned with environmental issues; one of them is the Earth Hour movement. Earth Hour is a global movement that initially campaigned energy savings with their peak event by turning off the electricity in 60 minutes at the end of March every year. Earth Hour movement spread over 153 countries around the world and 28 cities in Indonesia. This research was conducted in Earth Hour Solo; to determine the Earth Hour Solo’s communication strategy in the campaign of green behavior in the community. The strategic communication theory which was used in this research is Hafied Changara’s theory, those are determine the communicator, determine the target, arrange the messages, and choose the media. This type of research is a qualitative study using a descriptive study. The sampling research method is by using purposive sampling. Researcher obtained data by conducting in-depth interviews and documentary studies. Data analysis techniques include data reduction, data display and conclusion. The conclusion of this study is in Earth Hour Solo’s communication strategy campaign. They were placing their volunteers as the communicators of the green behavior campaign. The targets of their campaign are government, corporate, and media with the society as their ultimate goal. By establishing message, Earth Hour Solo adapts to target campaigns and the media they use. In their campaign, Earth Hour Solo is using three important medium: mass media, online media, and merchandise. Keywords: communication strategy, green behavior, campaign 1 Pendahuluan Isu lingkungan hidup kini bukan hanya menjadi isu lokal maupun nasional lagi, melainkan sudah menjadi tugas bagi seluruh negara di dunia untuk memperbaiki dan melestarikan lingkungan hidup. Penggunaan bahan bakar fosil, pemborosan energi, penebangan hutan, berbagai polusi merupakan sebagian hal yang menyebabkan bumi menjadi tidak sehat lagi keadaannya. Hal ini menyebabkan berbagai kerusakan di bumi dan lingkungan, seperti timbulnya efek rumah kaca, pemanasan global, perubahan iklim, hujan asam, dan lain sebagainya. Perilaku mengenai ramah lingkungan juga mulai banyak didukung oleh kaum muda. Para peneliti menemukan bahwa, dalam populasi pada usia 12-24 tahun perilaku ramah lingkungan dimotivasi oleh rasa bahwa masyarakat sekitar bertanggung jawab untuk merawat lingkungan. Perilaku pro lingkungan juga dikaitkan dengan kekhawatiran dan pengetahuan tentang masalah-masalah lingkungan. Diperlukan strategi yang potensial untuk memotivasi kaum muda dalam memberikan kontribusi pada gerakan ramah lingkungan dan meningkatkan fokus pada membangun kesadaran atas lingkungan.1 Banyak pihak yang telah berkomitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan. Mulai dari organisasi-organisasi baik internasional maupun nasional seperti World Wide Found for Nature (WWF), Greenpeace, dan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI). Selain organisasi, banyak pula gerakan berbasis komunitas yang corcern pada isu lingkungan seperti Indonesia Berkebun, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, serta Earth Hour. Dari sekian banyak gerakan mengenai lingkungan, salah satunya adalah Earth Hour. Earth Hour adalah sebuah kegiatan global untuk melakukan penghematan energi dengan mematikan listrik selama 60 menit dibawah naungan WWF bidang perubahan iklim dan diadakan pada Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya. Kegiatan tahunan ini meminta rumah-rumah dan perkantoran untuk memadamkan 1 Fielding, K. S., & Head, B. W. Environtmental Education Research Issue 3: 5, 2012 2 lampu dan peralatan listrik yang tidak perlu selama satu jam untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim. Earth Hour sendiri merupakan sebuah gerakan yang berbasis volunteer. Banyak perkembangan setelah gerakan Earth Hour berjalan selama empat tahun di Indonesia. Hingga tahun 2013 ini sudah ada 33 kota di Indonesia yang turut berpartisipasi dalam Earth Hour. Seperti Banda Aceh, Medan, Pekan Baru, Jabodetabek, Bandung, Cimahi, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan sebagainya. Kelompok masyarakat, komunitas, media massa, korporasi, dan pemerintahan kota pun turut mendukung Earth Hour. Pertumbuhan Earth Hour yang luas di Indonesia juga didukung oleh adanya sosial media seperti twitter, blog, youtube, dan sebagainya. Selain itu, Earth Hour tak hanya concern pada kegiatankegiatan penghematan energi saja melainkan juga mengajak masyarakat untuk melakukan gaya hidup ramah lingkungan. Untuk penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus pada Earth Hour Solo. Earth Hour di kota Solo sendiri sudah mulai berkembang di tahun 2012 yang ditandai dengan event 60+ mematikan lampu selama 60 menit pada tanggal 31 Maret 2012. Event 60+ ini dipusatkan di daerah Ngarsopuro. Acara inti dari kegiatan ini yakni mematikan lampu penerangan jalan, gedung, serta reklame di sepanjang Jl Slamet Riyadi serta Koridor Ngarsopuro pada pukul 20.30 – 21.30. Event 60+ tahun kedua di kota Solo bahkan disambut dengan pemadaman lampu di 100 titik selama satu jam mulai pukul 20.30 – 21.30 pada tanggal 23 Maret 2013. Berbagai elemen seperti Pemerintah Kota Solo, kantor-kantor BUMN dan swasta, serta masyarakat turut berpartisipasi untuk mematikan lampu dan ini memenuhi target dari Earth Hour Solo itu sendiri Setelah dua tahun Earth Hour berjalan di kota Solo, setidaknya sudah ada 300an volunteer yang mendaftarkan diri untuk turut mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan. Selain melancarkan aksi kampanye melalui para volunteer dan acara 60+nya, Earth Hour Solo juga terus mengkampanyekan gaya hidup ramah 3 lingkungan melalui berbagai media dan cara. Seperti mengadakan talkshow yang bertemakan lingkungan dan pesan penghematan energi, kunjungan ke sekolah, mal, dan berbagai corporate, serta pembuatan merchandise dengan tema lingkungan. Selain berkampanye melalui kegiatan offline seperti yang disebutkan di atas, Earth Hour Solo juga melancarkan aksinya melalui berbagai media online. Seperti twitter, facebook, tmbler, bahkan Earth Hour Solo merupakan satu-satunya Earth Hour cabang kota di Indonesia yang memiliki website pribadi dengan alamat www.earthhoursolo.org. Pada tahun 2013, Earth Hour Solo merupakan salah satu Earth Hour cabang kota yang aksi-aksi kampanyenya banyak diliput oleh media, baik itu media cetak maupun media televisi lokal dan nasional. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Earth Hour dalam kampanye gaya hidup ramah lingkungan di Kota Solo? Telaah Pustaka a. Komunikasi Komunikasi berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”.2 Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Sedangkan Houland menyatakan bahwa komunikasi adalah perubahan perilaku orang lain.3 2 3 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Hal 41 Onong Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003). Hal 10 4 Adapun menurut Katz dan Khan mengemukakan komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna merupakan hal utama dari suatu sistem sosial atau organisasi. Jadi komunikasi sebagai “ proses penyampaian informasi dan pengertian dari satu orang lain ke orang lain dan satu – satunya cara mengolah aktivitas dalam suatu organisasi adalah melalui proses komunikasi”.4 Harold Lasswell mengungkapkan, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect?” Atau siapa mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan pengaruh bagaimana? 5 Siapa atau sumber atau komunikator merupakan orang atau pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Dalam menyampaikan hal yang ingin disampaikan, sumber harus menyampaikannya melalui seperangkat simbol verbal maupun nonverbal, proses ini disebut dengan penyandian atau encoding. Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan berupa seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud dari sumber. Pesan memiliki tiga komponen, yaitu makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Saluran atau media yaitu alat atau sarana yang dipakai oleh sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima pesan. Pada dasarnya komunikasi manusia menggunakan dua saluran, yakni cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan, apakah secara langsung (tatap muka), lewat media cetak (koran, majalah), menggunakan media elektronik (tv, radio, internet), surat pribadi, telepon, proyektor, atau sound sistem. 4 Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003). Hal 83 5 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Hal 69 5 Penerima merupakan orang yang menerima pesan dari sumber. Penerima pesan melakukan proses menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang diterima dari sumber pesan. Hal ini disebut pula dengan decoding atau penyandian balik. Sedangkan yang kelima adalah efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan. Efek komunikasi merupakan hasil akhir dari proses komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku komunikan atau objek dari proses komunikasi tersebut sesuai atau tidak dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Apabila efek atau dampak dari proses komunikasi tersebut sesuai dengan harapan dari komunikator, maka dapat dikatakan proses komunikasi tersebut telah berhasil. b. Strategi Komunikasi Harold Koontz menjelaskan kata “strategi” berasal dari Bahasa Yunani “strategos” memiliki makna cara yang berbeda untuk digunakan. Selanjutnya Harold Koontz menjelaskan strategi adalah menganalisa situasi yang terjadi pada saat sekarang ini untuk menetapkan sasaran. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Komunikasi secara efektif adalah bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude), mengubah opini (to change the opinion), dan mengubah perilaku (to change behaviour).6 Untuk strategi komunikasi, Rogers (1982) memberi batasan pengertian strategi komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Middelton (1980) membuat definisi strategi komunikasi sebagai kombinasi yang terbaik dari 6 Rosady Ruslan. Kiat dan Strategi Kampenye Public Relation. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007). Hal 37. 6 semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima, sampai pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan yang optimal.7 Strategi (communication komunikasi planning), merupakan dengan panduan manajemen perencanaan komunikasi komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Jadi, strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis bisa dilakukan. Dalam penerapan strategi komunikasi perlu diketahui tujuan sentral strategi komunikasi seperti yang dikemukakan oleh R.Wayne Pace, Brent D. Petersondan, dan M.Dallas Burnet dalam bukunya Technique for Effective Communication bahwa tujuan sentral komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama yaitu : a. To Secure Understanding Untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi b. To Establish Acceptance Bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik c. To Motivate Action Penggiatan untuk memotivasinya d. The Goals which the communicator sought to achieve Bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut.9 Hafied Cangara memiliki dalam menyusun strategi komunikasi mengembalikan kembali kepada elemen komunikasi, yakni who says what, to whom through what channels, and what effects.10 Karena itu, strategi komunikasi yang dijalankan diawali dengan langkah-langkah: 7 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003). Hal 32 8 Ibid 9 Rosady . Op.Cit. Hal 37. 10 Hafied Cangara. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013). Hal 108 7 1. Menetapkan komunikator Dalam berbagai kajian komunikasi, komunikator menjadi sumber dan kendali semua aktivitas komunikasi. Sebagai pelaku utama dalam aktivitas komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang komunikator, yakni (1) tingkat kepercayaan orang pada dirinya (kredibilitas), (2) daya tarik (attractive), dan (3) kekuatan (power). 2. Menetapkan target sasaran dan analisis kebutuhan khalayak Memahami masyarakat, terutama yang akan menjadi target sasaran program komunikasi merupakan hal yang sangat penting, sebab semua aktivitas komunikasi diarahkan kepada mereka (komunikan). Komunikanlah yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu program. Untuk mengetahui dan memahami segmentasi masyarakat, peneliti sering kali memulai dengan cara memetakan (scanning) karakteristik masyarakat. 3. Menyusun pesan Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi, ialah menyusun pesan. Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang dalam bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dengan serangkaian makna. Pesan akan sangat bergantung dengan program yang akan disampaikan. Jika program tersebut bersifat komersial untuk mengajak orang agar membeli, maka pesannya bersifat persuasif dan provokatif. Sedangkan jika berbentuk program penyuluhan untuk penyadaran masyarakat maka sifat pesannya harus persuasif dan edukatif. Namun jika program yang ingin disampaikan sifatnya hanya sekedar diketahui masyarakat, maka pesannya harus bersifat informatif. 4. Memilih media dan saluran komunikasi Memilih media komunikasi harus mempertimbangkan karakteristik isi pesan dan tujuan pesan yang ingin disampaikan, dan jenis media yang dimiliki 8 oleh khalayak. Untuk masyarakat luas, pesan sebaiknya disalurkan melalui media massa seperti koran dan televisi, dan untuk komunitas tertentu dapat menggunakan saluran komunikasi kelompok. Pengetahuan tentang pemilikan media di masyarakat harus diketahui lebih dahulu berdasarkan riset agar tak terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan biaya. 11 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena peneliti hanya ingin memaparkan situasi dan peristiwa yang ada secara rinci. Penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan pengukuran secara cermat terhadap fenomena-fenomena masyarakat (sosial) tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tapi tidak melakukan pengujian hipotesis.12 Fokus dalam penelitian ini adalah mengenai strategi komunikasi yang dilakukan oleh Earth Hour Solo dalam mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan, dengan indikator: a. Pemilihan komunikator b. Menentukan target sasaran kampanye c. Isi pesan kampanye d. Pemilihan media. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer yakni data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti dari objeknya. Untuk data primer, peneliti mendapatkan dengan wawancara mendalam kepada objek penelitian, yakni para koordinator Earth Hour Solo dan para volunteernya. 11 12 Ibid Hal 115 Hasan, M. Iqbal Hasan. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002) hal 13 9 Selain itu, peneliti juga menggunakan data sekunder yang merupakan datadata yang didapat dari dokumen, surat, arsip, website dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah terkumpul melalui wawancara. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yakni sampel yang diambil dengan tujuan tertentu. Sumber data yang diambil di sini tidak sebagai mewakili populasinya tetapi cenderung mewakili informasinya. Untuk menggali informasi mengenai strategi komunikasi Earth Hour Solo dalam mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan mewawancarai para koordinator dan juga volunteer Earth Hour Solo 2013. Dalam penelitian ini, teknik validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda.13 Pada tahap analisis data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data interaktif (interactive model of analysis). Metode ini terdiri dari tiga komponen yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pada metode ini, analisis diawali dengan pengumpulan data, kemudian melakukan reduksi dari data yang telah didapat, lalu membuat sajian data, dan terakhir melakukan penarikan kesimpulan (Sutopo, 2006: 113). Sajian dan Analisis Data a. Pemilihan Komunikator Earth Hour Solo menempatkan seluruh volunteernya menjadi tonggak komunikator dalam mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan kepada masyarakat. Volunteers dikoordinir oleh seorang koordinator dalam sebuah bidang. 13 Rachmad Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta: Kencana Prenada, 2008). Hal 70 10 Jadi, koordinator bidang membawahi beberapa volunteer dan para koordinator ini sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari Earth Hour Indonesia yang bernama KUMBANG (Kumpul Belajar Bareng) yang pada akhir tahun 2012 diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat. Pemilihan koordinator sendiri dipilih berdasarkan keaktifan, kontribusi, dan lamanya volunteer tersebut bergabung di Earth Hour Solo. “Para volunteer yang diberangkatkan pada pelatihan Kumbang di Bogor adalah volunteer terpilih yang dilihat dari keaktifan, kontribusi, dan lama menjadi volunteer di Earth Hour Solo. Nantinya para volunteer yang ikut menjadi peserta Kumbang ini akan dijadikan koordinator volunteer.”(Budi Prajitno, Koordinator Kota Earth Hour Solo, wawancara pada 9 Januari 2014). Menurut James McCroskey (1966) kredibilitas seorang komunikator dapat diperoleh melalui kompetensi, sikap, tujuan, kepribadian, dan dinamika. Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki komuikator pada masalah yang dibahasnya. Pada kasus ini, volunteer Earth Hour Solo dapat dikatakan memiliki kompetensi yang cukup untuk menjadi komunikator kampanye dikarenakan sebelum melakukan aksi kampanye, mereka telah mendapatkan berbagai pelatihan dan diskusi mengenai gerakan Earth Hour, pesan ramah lingkungan, dan juga kemampuan public speaking. Sikap yang ditunjukkan oleh para volunteer juga sejalan dengan tujuan kampanye mereka yakni gaya hidup ramah lingkungan. Dalam kesehariannya para volunteer senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang ramah lingkungan seperti mematikan listrik yang tidak terpakai, mengurangi sampah plastik, dan juga mendaur ulang barang-barang bekas. Kepribadian menunjukkan apakan pembicara memiliki pribadi yang hangat atau bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan materi yang disampaikan menarik atau membosankan. Dalam dinamikanya, Earth Hour Solo menyampaikan pesan-pesan ramah lingkungan dengan cara yang menarik seperti kampanye eling sampah di Car Free Day yang mana menarik perhatian masyarakat sekitar. 11 b. Menentukan Target Sasaran dan Analisis Kebutuhan Khalayak Menentukan sasaran komunikasi sudah barang tentu bergantung pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu.14 Budi Prajitno, Koordinator kota dari Earth Hour Solo menyebutkan bahwa target sasaran kampanye Earth Hour Solo berdasarkan turunan dari Earth Hour Indonesia ada tiga yakni pemerintahan, korporasi, dan media. Pemerintahan dituju karena diharapkan pemerintah dapat membuat kebijakan-kebijakan yang pro lingkungan, korporasi dituju karena pemborosan energi banyak terjadi di sana dan media dituju agar pesan-pesan kampanye Earth Hour dapat tersebar lebih luas. “Target sasaran Earth Hour adalah pemerintah, korporasi, dan media. Pemerintah dituju menjadi salah satu target audience kampanye hemat energi karena pemerintah memiliki wewenang untuk membuat kebijakan sehingga apabila pemerintah mengerti dan paham mengenai program penghematan energi diharapkan pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang pro dengan kegiatan hemat energi. Korporasi dituju karena korporasi adalah sebagai pelaku dalam pemborosan energi dan perusak lingkungan. Seperti banyaknya penggunaan kertas, listrik, ataupun limbah hasil usaha. Melalui media diharapkan pesan penghematan energi dapat tersampaikan dengan lebih luas ke masyarakat.” (Budi Prajitno, Koordinator Kota Earth Hour Solo, wawancara pada 6 Juni 2013). Pendekatan dengan pemerintah dilakukan dengan dialog-dialog, namun meskipun pemerintah mendukung aksi Earth Hour ini, Pemerintah Kota Solo belum bisa mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mengarah kepada gaya hidup ramah lingkungan. Pendekatan kepada korporasi dilakukan dengan pengajuan proposal kerjasama untuk turut mendukung aksi Earth Hour. Tim Earth Hour Solo juga selalu mengirimkan press release ke media-media untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan 14 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003). Hal 34 12 oleh Earth Hour Solo dengan harapan media meliput dan pemberitaan tersebut dapat menyebar luas ke masyarakat. c. Menyusun Pesan Garis besar isi pesan kampanye gaya hidup ramah lingkungan dari Earth Hour Solo pada tahun 2013 adalah mengenai penghematan energi, sampah, 3R (reduce, reuse, recycle), dan menanam. Pesan mengenai penghematan energi banyak disampaikan kepada pihak pemerintahan, korporasi, saat sosialisasi di sekolah, dan juga aksi puncak Earth Hour yakni mematikan listrik selama 60 menit pada tangal 23 Maret 2013. Isu mengenai sampah dikemas melalui kampanye eling sampah yang dilakukan oleh para volunteer Earth Hour Solo pada car free day, kampanye mengenai pesan 3R banyak dilakukan melalui akun-akun media online milik Earth Hour Solo seperti website, twitter, dan facebook, dan pesan mengenai menanam dikemas melalui sosialisasi kepada siswa-siswa di SD Plesungan dan juga event tanam bersama di UNS yang diselenggarakan bersama komunitas Solo Berkebun. Aksi-aksi kampanye ini lebih banyak dilakukan mendekati hari event puncak Earth Hour yang jatuh pada 23 Maret 2013. “Aksi kampanye banyak dilakukan saat mendekati acara puncak (23 Maret 2013). Dan diharapkan setelah acara puncak orang bisa melakukannya sendiri sebagai gaya hidup. Beberapa bulan sebelum acara puncak diwajibkan untuk kampanye dan melakukan aksi, agar orang-orang juga tahu.” (Naoval Haitami, Koordinator Aksi Kampanye Earth Hour Solo, wawancara pada 26 Agustus 2013). Menurut Hafied Cangara terdapat tiga teori penggunaan bahasa dalam penyusunan pesan, yakni over power’em theory, teori ini menunjukkan bahwa bila pesan sering kali diulang, panjang, dan cukup keras, maka pesan itu akan berlalu dari khalayak. Glamour theory, suatu pesan (ide) yang dikemas dengan cantik, kemudian ditawarkan dengan daya persuasi, maka khalayak akan tertarik untuk memiliki ide itu. Don’t tel’em theory, bila suatu ide tidak disampaikan kepada orang lain, maka 13 mereka tidak akan memegangnya dan menanyakannya. Oleh karena itu, mereka tidak akan membuat pendapat tentang ide itu.15 Aksi kampanye dan juga event puncak Earth Hour mematikan lampu selama satu jam ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hafied Cangara dalam menyusun pesan yakni glamour theory dengan mengenalkan ide baru yang dikemas secara cantik. Ide awal Earth Hour untuk mengkampanyekan hemat energi dengan cara simbolik mematikan lampu selama 60 menit pada akhir bulan Maret setiap bulannya ternyata mendapat dukungan dan juga diikuti oleh ratusan negara di dunia. Demikian pula saat melakukan aksi kampanye mendekati event puncak, kampanye yang mengangkat tema tertentu tersebut dapat dikatakan unik. Pun demikian dengan Earth Hour Solo, dengan mengusung tema eling sampah, para volunteer Earth Hour Solo mengajak masyarakat untuk menempatkan sampah pada tempatnya. Hafied Cangara dalam buku Perencanaan dan Strategi Komunikasi menyebutkan ada tiga jenis sifat pesan, yakni pesan yang bersifat informatif, persuasif, dan edukatif. Pesan yang bersifat informatif berisikan informasi-informasi mengenai hal-hal tertentu. Sifat informasi dibedakan atas dua macam, yakni informasi yang bersifat aktual dan bersifat umum. Kedua, pesan yang bersifat persuasif. Penyusunan pesan yang bersifat persuasi memiliki sebuah proposisi, yakni adanya hasil yang diperoleh sumber dari penerima atas pesan yang disampaikannya. Artinya setiap pesan diharapkan akan menghasilkan perubahan. Ketiga, pesan yang bersifat edukatif. Pesan yang bersifat edukatif memiliki tekanan pada unsur kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pesan mendidik harus memiliki tendensi ke arah perubahan bukan hanya dari tidak tahu menjadi tahu, tapi juga melaksanakan apa yang diketahuinya.16 15 16 Hafied Cangara. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013). Hal 115 Ibid Hal 116-120 14 Berdasarkan aksi-aksi kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Solo, pesan-pesan yang mereka sampaikan sudah mencakup ketiga sifat pesan yang disampaikan oleh Hafied Cangara yakni informatif, persuasif, dan juga edukatif. Earth Hour Solo tidak hanya ingin masyarakat sekedar mengetahui apa itu gaya hidup ramah lingkungan, melainkan juga bisa melakukannya sebagai gaya hidup sehari-hari. d. Pemilihan Media Onong Uchjana Efendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menyebutkan bahwa untuk mencapai sasaran komunikasi dapat memilih salah satu maupun gabungan penggunaan media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang disampaikan, dan teknik yang dipergunakan. Earth Hour Solo memanfaatkan berbagai media yang ada untuk melakukan kampanye ramah lingkungan kepada masyarakat, baik itu media massa, media online, maupun melalui merchandise. Hafied Cangara menyebutkan bahwa untuk sasaran masyarakat yang luas, pesan sebaiknya disampaikan melalui media massa seperti koran ataupun televisi. “Saya membuat press release ke media-media, membuat jadwal untuk press conference, memberikan penjelasan pada pers soal acara yang akan dilaksanakan oleh Earth Hour. Untuk event pra event puncak kita hanya menggunakan press release, kalau yang acara puncak kita menggunakan press conference.”(Wulansari, Koordinator Jejaring Media Earth Hour Solo 2013, wawancara pada 2 September 2013). Media internet dewasa ini juga benar-benar dimaksimalkan penggunaannya untuk berbagai kepentingan. Earth Hour Solo juga memanfaatkan internet sebagai sarana untuk berkampanya melalui berberapa media sosial, website, dan juga youtube. McQuail berpendapat bahwa media baru memiliki ciri yakni (1) digitalisasi dan konvergensi pada semua aspek media, (2) interaktif dan konektivitas yang tinggi, (3) mobilitas pengiriman dan penerimaan yang cepat, (4) adaptasi publik dan peran baru khalayak, (5) menjadi gateway untuk bisa mengakses informasi di web, (6) 15 kaburnya institusi media yang selama ini dikembangkan media massa. Media internet juga memiliki kelebihan yakni (1) kemampuan untuk menembus batas wilayah dan waktu, (2) memperluas akses memperoleh informasi global, (3) meningkatkan kemampuan untuk berserikat secara bebas, (4) mengancam tatanan yang telah mapan, (5) memiliki kecepatan perkembangan dan penyebaran yang sulit diatasi.17 Media internet yang memiliki berbagai kelebihan ini juga dimanfaatkan oleh Earth Hour Solo. Seperti melakukan kampanye ramah lingkungan, kultwit jalannya aksi kampanye, penyebaran dokumentasi aksi, bahkan menjaring volunteer melalui twitter. Di twitter Earth Hour Solo sendiri terdapat kenaikan jumlah followers sebanyak 500 followers dana total 753 mention selama masa kampanye Earth Hour. Di media lain seperti facebook Earth Hour Solo mengunggah dokumentasidokumentasi aksi, kemudian link artikel, atau foto, atau video. Website Earth Hour Solo di www.earthhoursolo.org berisi tentang ajakan atau testimony ajakan untuk melakukan gaya hidup ramah lingkungan, seperti mematikan lampu, menanam tanaman, dokumentasi tentang sebelum, saat, dan sesudah event, dan juga liputanliputan dari media. Earth Hour Solo juga mempunyai channel di youtube, namun disayangkan penggunaanya belum maksimal karena masih berisi tiga video kampanye. “Yang membedakan antara kampanye offline dan online, kalau kampanye offline itu akan berhenti saat itu juga, akan beda ceritanya kalau diliput media. Nah, disitulah peran dari dokumentasi dan dapat diunggah ke media online dalam proses kampanye online bukan hanya sekedar upload. Nah fungsi youtube disitu, proses dokumentasi dari aksi-aksi diunggah ke youtube. Di website juga begitu, ditambah informasi artikel-artikel tentang Earth Hour baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di luar. Selain itu juga ada tipstips dan artikel-artikel mengenai gaya hidup yang ramah lingkungan. Di twitter juga begitu, jadi kita buat kalender dengan tema-tema tetentu, kita sudah kompak dengna Earth Hour yang lain. Ada tanggal tertentu yang kita bareng-bareng ngetwit. Jadi kekuatan Earth Hour di Indonesia itu di media onlinenya.”(Sadrah Sumariyarso, koordinator media sosial Earth Hour Solo 2013, wawancara pada 1 Oktober 2013). 17 Ibid Hal 127 16 Selain berkampanye melalui media massa dan media internet, Earth Hour Solo juga memanfaatkan media merchandise seperti kaos, stiker, pin, dan tas ramah lingkungan sebagai media berkampanye. Dalam merchandise yang dijual oleh Earth Hour Solo terdapat selipan ajakan-ajakan untuk melakukan aksi ramah lingkungan. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti atas strategi komunikasi Earth Hour Solo dalam mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam strategi komunikasinya, Earth Hour Solo menggunkan volunteer mereka sebagai komunikator penyampai pesan kampanye dan juga sebagai pemberi contoh kampanye gaya hidup ramah lingkungan. Dengan jumlah volunteer yang banyak diharapkan semakin banyak juga masyarakat yang terpengaruh untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan di kesehariannya. 2. Target sasaran kampanye dari Earth Hour Solo adalah pemerintahan, korporasi, media massa, dan masyarakat luas. Mereka dituju menjadi sasaran kampanye dengan tujuan masing-masing. Pemerintahan dipilih dengan harapan pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan pro lingkungan. Korporasi dituju karena korporasi banyak menggunakan energi, dan media dituju dengan harapan melalui media yang meliput pesan kampanye Earth Hour Solo dapat tersebar lebih luas di masyarakat. Masyarakat luas juga disasar adalah dengan tujuan semakin banyak lagi orang yang menerapkan gaya hidup ramah lingkungan di keseharianya. 3. Garis besar isi pesan kampanye gaya hidup ramah lingkungan Earth Hour pada tahun 2013 lalu adalah mengenai penghematan energi, 3R (reduce, reuse, recycle), sampah, dan menanam. Pesan penghematan energi salah satunya diaplikasikan melalui event puncak Earth Hour pada tanggal 23 Maret 2013 dengan mematikan listrik selama 60 menit. 17 4. Earth Hour Solo memanfaatkan berbagai media sebagai sarana dalam mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan. Mereka menggunakan media massa, media online, juga merchandise. Setiap melakukan aksi kampanye Earth Hour Solo selalu mengirimkan press release ke berbagai media sehingga aksi kampanye tersebut diliput media dan pesan kampanyenya dapat tersebar luas ke masyarakat. Media online juga sangat dimanfaatkan sebagai media untuk melakukan kampanye. Mereka melakukan kampanye melalui akun twitter, facebook, youtube, dan juga website milik Earth Hour Solo. Bahkan kekuatan Earth Hour di Indonesia terletak pada kampanye media onlinenya. Merchandise juga dipilih sebagai media untuk berkampanye, melalui kaos, stiker, pin, dan tas ramah lingkungan yang mereka jual, Earth Hour Solo menyelipkan pesan-pesan kampanye ramah lingkungan di dalamnya. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian peneliti mengenai strategi komunikasi Earth Hour Solo dalam mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan, hendaknya dalam melakukan kampanye gaya hidup ramah lingkungan kepada masyarakat, Earth Hour Solo tidak hanya melakukannya saat mendekati event puncak Earth Hour pada bulan Maret saja melainkan bisa dilakukan menjadi aksi rutin agar awareness masyarakat akan lingkungan atau bumi juga meningkat. Mengingat kampanye terhadap lingkungan merupakan kampanye yang harusnya dilakukan secara berkelanjutan bukan hanya seremonial saja. 2. Dalam melakukan kampanye kepada pihak pemerintahan maupun korporasi hendaknya tidak hanya mengkampanyekan mengenai hemat energi saja karena masih ada pesan-pesan ramah lingkungan lain yang perlu disampaikan seperti mengenai sampah dan pesan 3R (reduce, reuse, recycle). 18 3. Earth Hour Solo telah memiliki akun-akun media online pribadi sebagai media kampanye, hendaknya akun-akun media online ini dapat digunakan lebih maksimal lagi seperti berkampanye melalui video-video mengenai kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Solo dan diupload ke youtube karena selama ini media youtube belum digunakan secara maksimal. 4. Dalam melakukan penelitian, peneliti hanya meneliti mengenai strategi komunikasi yang dilakukan oleh Earth Hour Solo dalam mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan di masyarakat. Di sisi lain, masih banyak aspek-aspek eksternal yang dapat diteliti oleh peneliti lain, sehingga peneliti lain dapat juga meneliti mengenai efektivitas dari kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour di masyarakat. Daftar Pustaka Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya . 1999. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia Kriyantono, Rachmad. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : Lkis. Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Ruslan, Rosady. 2007. Kiat dan Strategi Kampenye Public Relation. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Science for Environment Policy, Future Brief: Green Behaviour, Issue 4, 2012 Fielding, K. S., & Head, B. W. Environtmental Education Research Issue 3: 5, 2012 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah http://www.earthhour.org/index.html (diakses tanggal 23 Maret 2013) http://earthhour.wwf.or.id/tentang.php (diakses tanggal 23 Maret 2013) 19 http://earthhour.wwf.or.id/sejarah_eh.php#.UvQ9dWKSxlo Maret 2013) 20 (diakses tanggal 23