perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Untuk memahami konsep-konsep dari variabel yang dikaji dalam
penelitian ini, maka dibawah ini diuraikan telaah pustaka dari konsep dasar dan
hasil penelitian yang terkait sebelumnya, antara lain:
1.
Metode Make a Match
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh
guru agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan. Salah
satu jenis metode pembelajaran adalah metode pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Trisnawati, (2008: 57) berpendapat Cooperative Learning
merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada perubahan nilai,
kecakapan, dan stimuli.
Sunandar (2008: 166) mengemumakan tujuan pembelajaran kooperatif
adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok
melalui diskusi.
Metode pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai jenis, salah
satunya metode pembelajaran kooperatif Make a Match. Slavin (2008)
menyatakan :
Make a Match merupakan salah satu metode dalam pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam
metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat
saling membantu, saling mendiskusikan dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman mereka (hlm. 4)
Menurut Lie (2010) Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkat usia anak didik (hlm. 55).
7
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suprijono
berpendapat,
-hal
yang
perlu
dipersiapkan
pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu-
jika
(2011:
49). Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-partanyaan dan kartukartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Menurut Lie (2010)
Langkah-langkah Make A Match dalam proses
belajar mengajar yaitu: Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang
tes atau ujian). Setiap siswa mendapat satu buah kartu. Setiap siswa mencari
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan artunya. Siswa bisa juga
bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok
(hlm. 55)
Kelebihan metode pembelajaran Make A Match menurut Lie adalah
sebagai berikut:
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar murid, baik secara kognitif maupun
fisik
b. Ada unsur permainan, sehingga tipe ini menyenangkan
c. Meningkatkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari
d. Dapat meningkatkan motivasi belajar murid
e. Efektif melatih kedisiplinan murid menghargai waktu untuk belajar
2.
Media Pembelajaran Google Earth
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Sanaky (2009: 3) berpendapat media pembelajaran adalah sebuah alat
yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
pembelajar serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran
dengan baik.
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Metode pembelajaran bervariasi tidak semata-mata hanya komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan dan
pengajar tidak kehabisan tenaga.
d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengar penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang
dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Kelebihan media belajar menggunakan komputer dirasa lebih efektif
daripada media belajar lain. Sanaky (2009) menyatakan sebagai berikut :
Proses belajar dengan menggunakan komputer, tentu akan memberi
kesempatan pada pembelajar untuk mendapat materi pembelajaran yang
autentik dan dapat berinteraksi secara lebih luas dan mungkin saja
materi-materi pembelajaran tersebut belum diajarkan pengajar. Maka
pembelajaran pun menjadi lebih bersifat pribadi yang akan memenuhi
kebutuhan strategi pembelajaran yang berbeda-beda (hlm. 176).
Media pembelajaran mempermudah seorang guru untuk menjelaskan
suatu materi pelajaran kepada siswanya. Salah satu media belajar untuk pelajaran
geografi adalah media pembelajaran Google Earth. Menurut Zaki (2010),
Google Earth adalah sebuah layanan Geographical Information system yang
menyediakan informasi mengenai peta dan seluk-beluknya. Salah satu keunggulan
Google Earth adalah peta ini mencakup ke seluruh dunia
.
Yousman (2008: 3) berpendapat Google Earth menampilkan peta bola
dunia, keadaan topografi, foto satelit, terrain yang dapat dioverlay dengan jalan,
bangunan, lokasi ataupun informasi geografis lainnya.
Mengenai keunggulan Google Earth, Yousman (2008) menyatakan
sebagai berikut :
Dengan Google Earth kita dapat merencanakan perjalanan, mencari
tempat wisata, bandara, rumah makan, hotel, rumah sakit, sekolah dll.
Dimana kita bisa mendapatkan koordinat lintang dan bujur. Google Earth
dapat menampilkan foto satelit resolusi rendah yang menggambarkan
gunung, laut, hutan, sampai foto satelit resolusi tinggi yang dapat
menggambarkan obyek-obyek seperti jalan, rumah, perkantoran. Untuk
area tertentu sudah dilengkapi dengan penampilan bangunan 3D (hlm. 3)
Data yang dipakai oleh Google Earth ini berasal dari berbagai sumber.
Oleh karena itu, kualitas gambar yang ada di lokasi tertentu dengan lokasi lainnya
bervariasi.
Umumnya, tingkat detail di daerah pedesaan
akan kurang
perpustakaan.uns.ac.id
10
digilib.uns.ac.id
dibandingkan dengan tingkat detail dibagian perkotaan karena memang daerah
pedesaan dan terpencil kurang menarik untuk menjadi objek pemotretan peta dari
luar angkasa. Hal ini tidak hanya berlaku di Google Earth namun juga disemua
software GIS yang ada di pasaran.
Zaki (2010) menyatakan sebagai berikut :
Di beberapa tempat, anda dapat memasukkan alamat jalan kemudian
mencari lokasi tersebut atau dengan memasukkan alamat koordinat
latitude dan longitude. Bahkan di kota-kota terkenal di dunia, anda bisa
menitikkan nama gedung tertentu untuk menuju gedung tersebut. Anda
juga bisa mencari lokasi menarik, seperti monumen, obyek wisata, dan
apapun dengan cara mengetikkan nama tertentu (Hlm. 5)
Google Earth memiliki manfaat sebagai media pembelajaran geografi.
Sebagaimana menurut Sutrisno (2010), Dengan Google Earth mampu menarik
siswa, membuka kebingungan tentang pengetahuan bumi yang selama ini mereka
alami, mereka dapat mengamati secara langsung, jelas sehingga beberapa siswa
mampu melontarkan komentar walaupun sangat sederhana. Dengan proses
pembelajaran seperti ini paling tidak telah mengaktifkan beberapa sensor
diantaranya mata, telinga dan proses pembelajaran kita menjadi terasa lebih
modern serta masih banyak implikasi yang positif yang lain. Banyak fasilitasfasilitas dalam Google Earth yang dapat membantu guru dalam proses
pembelajaran khususnya tentang kebumian.
3.
Proses Pembentukan Muka Bumi
Anjayani dan Haryanto (2009: 61) mengemumakan bumi bukanlah benda
di jagat raya yang muncul dengan sendirinya dalam bentuk yang sempurna. Bumi
terbentuk melalui proses yang panjang dan terus berkembang hingga terbentuk
sekarang ini.
Beberapa teori dari para ahli yang mengemukakan proses terjadinya
bumi, antara lain:
Teori Nebula mengatakan bahwa Tata Surya pada awalnya berbentuk
massa gas raksasa yang bercahaya dan berputar perlahan-lahan. Massa
ini berangsur-angsur mendingin, mengecil, dan mendekati bentuk bola.
Rotasi massa ini semakin lama semakin tinggi. Akibatnya, bagian tengah
massa itu menggelembung. Akhirnya, lingkaran materi itu terlempar
perpustakaan.uns.ac.id
11
digilib.uns.ac.id
keluar. Lingkaran ini mendingin, mengecil, dan akhirnya menjadi planet.
Planet ini tetap mengorbit mengelilingi inti massa. Kemudian, lingkaran
lain terlempar dan terlempar lagi dari pusat massa dan menjadi seluruh
planet, termasuk Bumi. Akhirnya, semua planet terbentuk. Pusat massa
menjadi matahari kita. Selanjutnya, planet- planet itu juga melemparkan
massa keluar angkasa dan berubah menjadi satelit atau bulan. (Anjayani
dan Haryanto, 2009: 46).
Teori Planetisimal yang dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin
(1843-1928) dan Forest R. Moulton (1872-1952), keduanya adalah ilmuwan
Amerika. Pada tahun 1900 mengemukakan bahwa :
Matahari sudah ada sejak awal sebelum planet terbentuk. Disekitar
matahari terdapat gumpalan kabut yang berbentuk spiral, di dalam kabut
tersebut terdapat material-material padat yang disebut plenetasimal.
Gumpalan-gumpalan ini mempunyai orbit bebas, sehingga terjadi
tabrakan yang menyebabkan gumpalan yang semakin padat dan memepat
dan terus berkembang menjadi planet. Teori ini ditolak karena material
matahari sangat panas sehingga ketika menggumpal akan segera meledak
dan planet tidak mungkin terjadi. (Soegimo dan Ruswanto, 2009: 56)
Teori pasang surut yang dikemukakan oleh James Jeans dan Harold
Jeffreys pada tahun 1918. Jeans dan Jeffreys mengemukakan bahwa setelah
bintang itu berlalu massa matahari yang lepas itu membentuk bentukan cerutu
yang menjorok ke arah bintang. Kemudian, akibat bintang yang semakin menjauh,
massa cerutu itu terputus-putus dan membentuk gumpalan gas disekitar matahari.
Gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi planet-planet.
(Endarto, 2005: 84).
Berdasarkan Teori Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari
terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran
tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar
dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu
saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa
yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka
waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku
dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima
Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian
ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga
membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat.
Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk
planet bumi. (Tjasyono, 2009: 49).
perpustakaan.uns.ac.id
12
digilib.uns.ac.id
Bumi yang kita tempati ini terdiri dari berbagai lapisan udara, air, besi,
nikel dan batuan. Materi-materi tersebut membentuk lapisan baik dibawah
maupun diatas permukaan bumi. Karakteristik perlapisan bumi adalah sebagai
berikut :
Anjayani dan Haryanto (2009: 63) mengemukakan kerak adalah lapisan
paling luar dari bumi. Di bawah bumi kerak bumi dapat mencapai ketebalan 70
km. Kerak di bawah benua disebut sial karena mengandung banyak silikon dan
alumunium. Di bawah lautan, kerak bumi memiliki ketebalan 30 km sedangkan di
bawah wilayah pegunungan memilki ketebalan 70 km. Di bawah sial ada sima
yaitu kerak yang banyak mengandung silikon dan magnesium.
Munir (2003: 45) menjelaskan lapisan bagian dalam setelah kerak bumi
adalah mantel bumi. Sesuai dengan namanya lapisan ini melindungi bagian lebih
dalam dari bumi (inti). Lapisan ini menempati bagian di bawah kerak bumi, pada
umumnya dibagi atas tiga bagian lagi, yaitu litosfer 50-100 km, astenosfer 100400 km dan mesosfer 2.400-2.750 km.
Tjasyono (2009: 169) menjelaskan lapisan paling dalam adalah inti bumi.
Inti luar bersifat cairan pekat yang mempunyai kedalaman 2880-4980 km dengan
densitas antara 10-12,3 gram/cm . Inti dalam mempunyai batuan yang sama
dengan inti luar tetapi dalam keadaan pekat. Inti dalam dan luar dipisahkan oleh
lapisan peralihan setebal 140 km. Densitas lapisan inti dalam antara 13,3-13,6
gram/cm .
Teori tektonik lempeng adalah sebuah teori dalam bidang geologi yang
dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti
pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Lempeng
tektonik terbentuk oleh kerak benua ataupun kerak dan lapisan batuan
teratas dari mantel bumi. Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan
teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak
samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian
pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra lebih berat dibanding
elemen-elemen pada kerak benua (Anjayani dan Haryanto 2009: 65).
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pergerakan lempeng tektonik dapat juga disebut batas antar lempeng.
Secara umum, batas antar lempeng dapat dibedakan menjadi:
a. Dua lempeng saling menjauh (divergent-plate boundaries)
Dampak:
1) Terjadi perenggangan lempeng yang membentuk celah memanjang,
sehingga terbentuk pegunungan dasar samudera
2) Memicu aktivitas vulkanik laut dalam dan aktivitas gempa
b. Dua lempeng saling menumbuk (convergent boundaries)
Dampak:
1) Terbentuk palung laut dan deretan pegunungan
2) Aktivitas vulkanisme dan gempa
c. Dua lempeng saling berpapasan (transform plate boundaries)
Dampak: aktivitas vulkanisme dan seisme yang lemah
Munir
(2003:
213)
mengemukakan
gerakan
tektonik
lempeng
mengakibatkan persebaran gunungapi serta gempa tektonik yang intensif yang
memusat pada jalur cincin api.
Anjayani dan Haryanto (2009: 63) menjelaskan Indonesia memiliki
gunungapi terbanyak di dunia dan sering mengalami gempa tektonik karena
Indonesia terletak pada wilayah yang paling dekat dengan pertemuan lempenglempeng tektonik.
4.
Hasil Belajar
Sudjana (1991: 22) berpendapat Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar yang diperoleh merupakan hasil maksimal dari suatu
pekerjaan atau perilaku yang didapat siswa setelah melalui serangkaian proses
belajar mengajar. Pengukuran terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat melalui
kegiatan evaluasi. Penilaian harus mengacu pada perubahan tingkah laku siswa
yang telah dicapai melalui proses belajar. Bagi pengajar, hasil belajar yang
diharapkan mampu menciptakan iklim belajar yang positif dan mampu
mendorong siswa untuk belajar serius, dimana kerja sama dan kerja individu
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendapat peluang yang memadai, kompetensi yang bersifat positif terjadi dan
siswa ingin mencapai prestasi yang terbaik.
Horward Kingsley dalam Sudjana (2005: 22) membagi tiga macam hasil
belajar yaitu:
a. Keterampilan dan kebiasaan.
b. Pengetahuan dan pengertian.
c. Sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne dalam Supriyono (2009:5)
membagi lima kategori hasil belajar, yakni:
a. Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapakan pengetahuan dalam bentuk
bahasa , baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik
terhadap rancangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintetis, fakta-konsep dan mengambangkan prinsipprinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep kaidah
dalam memcahkan masalah.
d. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian
terhadap
obyek
tersebut.
Sikap
berupa
kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan
menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
e. Keterampilan motorik yaitu kemempuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordonasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan
Istiqomah (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A Match (Mencari Pasangan) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Geografi (Pokok Bahasan Ketenagakerjaan
pada Siswa Kelas VIII-B Semester II SMP Negeri 16 Surakarta. Skripsi, Program
Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan
tersebut adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi
siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada
Kompetensi Dasar Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga
kerja sebagai sumberdaya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah
dalam upaya penanggulangannya. Penelitian tersebut merupakan Penelitian
Tindakan Kelas. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-B sebanyak 37 orang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut adalah observasi, tes formatif,
angket dan dokumen. Teknik analisis data dalam penelitian tersebut adalah
analisis deskriptif kualitatif. Hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran
geografi belum mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sesuai
dengan indikator keberhasilan penelitian. Hal tersebut ditunjukkan pada motivasi
siswa yang baru mencapai 64,86% dan hasil belajar siswa baru mencapai 62,16%.
Hasil penelitian Siklus II menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match dalam pembelajaran geografi mampu meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa telah mencapai target keberhasilan penelitian. Hasil belajar
siswa setelah Siklus II telah mencapai 89,18% dan Motivasi siswa mencapai
89,19% dari jumlah siswa. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat
27,02% (siklus I = 62,16% dan siklus II = 89,18%), Motivasi belajar siswa
meningkat 24,33% (siklus I = 64,86% dan siklus II = 89,19%). Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make
a Match dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian.
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Winarno (2010). Penggunaan Multimedia Pembelajaran Disertai Google
Earth untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Geografi dan Kecakapan Berpikir
Spasial. Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar
geografi dan kecakapan berfikir spasial siswa kelas X-4 di SMAN 2 Boyolali
tahun pelajaran 2009/2010 dengan menggunakan multimedia pembelajaran
disertai google earth. Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian
adalah siswa kelas X-4 di SMAN 2 Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Teknik
pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi, angket dan tes. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis perbandingan. Hasil penelitian pada
siklus I menunjukkan motivasi belajar siswa mencapai 71% dan kecakapan
berpikir spasial siswa 62% dari jumlah siswa. Hasil penelitian siklus II
menunjukkan motivasi belajar siswa telah mencapai 85% dan kecakapan berpikir
spasial siswa telah mencapai 79% dari jumlah siswa. Motivasi belajar siswa dari
siklus I ke siklus II meningkat 14% dari jumlah siswa (siklus I = 71% dan siklus II
= 85%). Kecakapan berpikir spasial dari siklus I ke siklus II meningkat 17% dari
jumlah siswa (siklus I = 62% dan siklus II = 79%). Berdasarkan hasil penelitian
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
geografi
dengan
menggunakan
multimedia pembelajaran disertai google earth dapat meningkatkan motivasi
belajar geografi dan kecakapan berpikir spasial pada siswa kelas x-4 di sman 2
boyolali tahun pelajaran 2009/2010.
Kuncoro (2012). Penerapan Model Pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD) Dan Penggunaan Media Belajar Mock-Ups Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Dan Hasil Belajar Geografi Pada Materi Pokok
Dinamika Lithosfer Siswa Kelas X-2 Sma Negeri 1 Ngemplak Boyolali Tahun
Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret, Januari 2012. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk:
(1) Mengetahui peningkatan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika
lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
17
digilib.uns.ac.id
2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran STAD disertai penggunaan
media belajar mock-ups; (2) Mengetahui peningkatan hasil belajar geografi pada
materi pokok dinamika lithosfer siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dengan menerapkan model pembelajaran
STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups.
Penelitian tersebut menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Sumber data dalam penelitian ini adalah (1) Siswa
kelas X-2 SMA Negeri 1 Ngemplak sebagai subyek penelitian sebanyak 33 orang,
data yang dapat diperoleh antara lain informasi mengenai minat dan hasil belajar
geografi setelah PTK dilaksanakan; (2) Guru pengampu mata pelajaran geografi
kelas X-2, data yang diperoleh mengenai minat belajar serta hasil belajar awal
siswa, sebelum perlakuan; (3) Dokumen atau arsip mengenai data siswa kelas X-2
SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali; (4) Peristiwa mengenai penerapan model
pembelajaran kooperatif STAD serta penggunaan media mock-ups ketika sedang
dilakukan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) Angket
(check list); (2) Tes hasil belajar geografi; (3) Dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Berdasakan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran STAD disertai penggunaan media belajar mock-ups dapat
meningkatkan minat serta hasil belajar geografi dalam materi pokok dinamika
lithosfer. Terjadi peningkatan minat belajar geografi pada materi pokok dinamika
lithosfer, dengan rata-rata skor sebesar 95,393, sehingga minat belajar siswa
tergolong baik. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan hasil tes
kognitif. Ketuntasan belajar pada kondisi awal sebesar 12 % setelah dilakukan
perbaikan pada siklus 1 meningkat menjadi 91 % . Nilai rata-rata kelas pada
kondisi awal sebesar 58,18 meningkat menjadi 81,81 %.
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1. Penelitian yang relevan
No
Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan
Metode
Hasil Penelitian
Penelitian
1
Penerapan
Istiqomah
mengetahui
Penelitian
Hasil belajar pada siklus I
Pembelajaran
Model
Untuk
peningkatan motivasi dan
Tindakan
menunjukan
bahwa
Kooperatif Tipe Make
hasil
Kelas (PTK)
penerapan
model
A
belajar
geografi
Match
(Mencari
siswa kelas VIII-B SMP
pembelajaran kooperatif tipe
Pasangan)
untuk
Negeri 16 Surakarta tahun
Make
Meningkatkan
pelajaran
pembelajaran geografi belum
Motivasi dan Hasil
dengan
menggunakan
mampu
Belajar Siswa Mata
model
pembelajaran
motivasi dan hasil belajar
Pelajaran
IPS
kooperatif tipe Make a
siswa
Geografi
(Pokok
2009/2010
a
Match
dalam
meningkatkan
sesuai
dengan
Match pada Kompetensi
indikator
keberhasilan
Bahasan
Dasar
penelitian.
Hal
Ketenagakerjaan pada
permasalahan
angkatan
ditunjukkan pada motivasi
Siswa Kelas VIII-B
kerja dan tenaga kerja
siswa yang baru mencapai
Semester
sebagai
64,86% dan hasil belajar
II
SMP
Negeri 16 Surakarta
Mendeskripsikan
sumberdaya
ini
dalam kegiatan ekonomi,
siswa
serta peranan pemerintah
62,16%.
dalam
Hasil penelitian Siklus II
upaya
penanggulangannya
baru
mencapai
menunjukan
bahwa
penerapan
kooperatif
pembelajaran
tipe
Make
a
Match dalam pembelajaran
geografi
mampu
meningkatkan motivasi dan
hasil
belajar
siswa
telah
mencapai target keberhasilan
penelitian.
Hasil
belajar
siswa setelah Siklus II telah
mencapai
Motivasi
89,18%
siswa
dan
mencapai
89,19% dari jumlah siswa.
2
Sri Winarno
Penggunaan
Untuk
meningkatkan
Penelitian
Hasil penelitian pada siklus I
Multimedia
motivasi belajar geografi
Tindakan
menunjukkan
Pembelajaran Disertai
dan kecakapan berfikir
Kelas (PTK)
belajar siswa mencapai 71%
Google Earth untuk
spasial siswa kelas X-4 di
dan
Meningkatkan
SMAN 2 Boyolali tahun
spasial
pelajaran
jumlah siswa.
Motivasi
Belajar
Geografi
dan
dengan
2009/2010
menggunakan
kecakapan
siswa
motivasi
berpikir
62%
dari
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kecakapan
Berpikir
multimedia pembelajaran
Hasil penelitian siklus II
Spasial.
Program
disertai google earth.
menunjukkan
Studi
motivasi
Pendidikan
belajar siswa telah mencapai
FKIP
85% dan kecakapan berpikir
Sebelas
spasial siswa telah mencapai
Geografi
Universitas
Maret Surakarta.
79%
dari
jumlah
siswa.
Motivasi belajar siswa dari
siklus
I
ke
siklus
II
meningkat 14% dari jumlah
siswa (siklus I = 71% dan
siklus II = 85%).
3
Andreas
Agung
Kuncoro
Penerapan
Adi
Mengetahui
Penelitian
Terjadi peningkatan minat
Pembelajaran Student
peningkatan
Tindakan
belajar geografi pada materi
Team
Achievement
belajar geografi pada
Kelas (PTK)
pokok
Division (Stad) Dan
materi pokok dinamika
Hal ini
Penggunaan
lithosfer siswa kelas X-
penilaian angket yang telah
2
1
dilakukan oleh peneliti yang
Belajar
Model
Media
Mock-Ups
SMA
minat
Negeri
dinamika
lithosfer.
dibuktikan dari
Untuk Meningkatkan
Ngemplak
Boyolali
menunjukkan bahwa terdapat
Minat Belajar
tahun
pelajaran
45,5 % siswa memiliki minat
dengan
sangat baik, serta terdapat
Hasil
Dan
Belajar
2010/2011
Geografi Pada Materi
menerapkan
model
54,5 % siswa memiliki minat
Pokok
pembelajaran
STAD
baik dalam belajar geografi.
Dinamika
Lithosfer Siswa Kelas
disertai
X-2 Sma Negeri 1
media
Ngemplak
Boyolali
ups.
pokok dinamika lithoser. Hal
Tahun
Pelajaran
Mengetahui
ini ditandai dengan adanya
2010/2011
penggunaan
belajar
peningkatan
hasil
peningkatan
hasil
belajar geografi pada materi
peningkatan
rerata
belajar
materi pokok dinamika
diberi perlakuan nilai rerata
lithosfer siswa kelas X-
yang diambil dari salah satu
2
kompetensi
SMA
Negeri
1
geografi.
hasil
belajar geografi pada
dasar
Sebelum
adalah
Ngemplak
Boyolali
sebesar 58,18 dan setelah
tahun
pelajaran
diberi perlakuan nilai rerata
2010/2011
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
disertai
media
ups.
\
mock-
Terjadi
STAD
penggunaan
belajar
mock-
naik menjadi 81,81.
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4
Rifky Ardhi
Penerapan
Nugraha
Make
a
Metode
Untuk
Match
menganalisis
peningkatan
hasil
disertai dengan Media
belajar Geografi dengan
Google Earth untuk
menerapkan
Meningkatkan
Make a Match
Hasil
Penelitian
penerapan
Tindakan
pembelajaran Make a Match
Kelas (PTK)
disertai
dengan
media
Google
Earth
dapat
Metode
metode
yang
meningkatkan hasil belajar
Belajar Geografi pada
disertai dengan media
geografi pada Kompetensi
Kompetensi
Google
pada
Dasar Proses Pembentukan
Dasar
Muka Bumi Siswa Kelas X-b
Pembentukan
MAN Ngrambe tahun ajaran
Dasar
Earth
Proses Pembentukan
Kompetensi
Muka
Proses
Bumi Siswa
Kelas
X-b
Ngrambe
MAN
Muka
Bumi
Siswa
2013/2014. Peningkatan rata-
Tahun
Kelas
X-b
2013/2014
MAN
rata hasil belajar geografi.
Ngrambe tahun ajaran
Sebelum penelitian nilai rata-
2013/2014.
rata
Untuk
Siklus I nilai rata-rata naik
menganalisis
peningkatan
siswa
sebesar
menjadi 74,5. Siswa yang
hasil
belajar Geografi dengan
mencapai
media
Earth
minimal (70) meningkat dari
pada Kompetensi Dasar
69,5% atau 16 siswa. Setelah
Proses
dilaksanakan siklus II nilai
Google
Pembentukan
ketuntasan
Muka
Bumi
Siswa
rata-rata naik menjadi 79.
Kelas
X-b
MAN
Siswa yang mencapai KKM
Ngrambe tahun ajaran
(70)
2013/2014.
82,6% atau 19 siswa.
meningkat
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran
yang
dilakukan
di
sekolah
masih
banyak
yang
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Masih banyak guru yang
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta tidak menggunakan metode
lain yang lebih menarik.
70,5.
Metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab
membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran yang
berlangsung. Khususnya pelajaran geografi pada kompetensi dasar proses
pembentukan muka bumi, siswa sulit menerima penjelasan guru jika hanya di
pikiran.
Make a Match merupakan sebuah metode pembelajaran yang tidak
membosankan. Metode ini lebih menonjolkan sisi permainan yang menarik siswa
menjadi
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk mengikutinya. Siswa tidak terlalu terbawa suasana belajar yang monoton
hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. Siswa lebih aktif bergerak
walaupun sedikit menimbulkan kegaduhan tapi membuat siswa termotivasi untuk
menemukan pasangan dari soal atau jawaban yang dibawanya. Selain itu siswa
lebih menghargai waktu yang telah diberikan.
Penggunaan Google Earth sangat bermanfaat bagi siswa maupun guru itu
sendiri. Dengan Google Earth, guru bisa menunjukkan berbagai bentuk perairan
maupun kenampakan geografi lainnya sehingga siswa bisa mengatahui wujud dari
kenampakan alam yang dijelaskan oleh guru, tidak hanya berpikir di angan-angan
saja. Hal ini menarik minat siswa untuk lebih mengikuti materi yang dijelaskan
oleh guru. Sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Proses Belajar Mengajar di Kelas
Pembelajaran Geografi
kurang menarik
Kurangnya pemanfaatan
media pembelajaran
Penggunaan Metode Make a Match
Hasil belajar rendah
Penggunaan Google Earth
Evaluasi
Peningkatan hasil belajar siswa
sesuai dengan KKM
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Download