bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan hidup manusia terdiri atas lingkungan fiskal (sungai, udara,
air, dan tanah), lingkungan biologis (organisme kehidupan seperti hewan,
tumbuhan dan manusia), serta lingkungan sosial (sikap kemasyarakatan dan sikap
kerohanian), (Bintarto, 1979: 22). Dengan kata lain manusia adalah bagian dari
lingkungan itu sendiri, ia tidak lepas dari lingkungan nya baik lingkungan alam,
lingkungan sosial dan terjalin hubungan timbal balik serta saling mempengaruhi.
Persoalan lingkungan mulai menjadi topik dunia ketika manusia mulai merasakan
dampak yang semakin luas yaitu bencana yang terjadi akibat aktivitas manusia itu
sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran udara, pencemaran air. Pada
kondisi seperti ini, lingkungan perlu dipelajari guna mengatur dan mengelola
dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal serta dapat mencukupi
kebutuhan kehidupan generasi yang mendatang.
Secara akademis ilmu lingkungan baru muncul pada pertengan abad 20
menyusul munculnya kesadaran beberapa tokoh untuk menyelamatkan lingkungan
dan membuat gerakan penyelamatan lingkungan.
1
Perhatian tentang isu
lingkungan secara luas pada masyarakat dimulai sekitar tahun 1960 pada negaranegara maju. Hal ini muncul akibat dari terjadinya kerusakan lingkungan dalam
1
David Thorea adalah pecinta alam dan penentang gaya hidup materialistik. Theodore Rooselvelt seorang
pecinta alam yang diangkat menjadi presiden Amerika Serikat pada tahun 1901 sampai 1909.
1
bentuk pencemaran udara dan air seperti polusi yang ditimbulkan oleh asap
kedanraan, pembakaran hutan dan limbah pabrik di kota-kota besar yang
membahayakan jiwa dan bencana alam yang semakin menyebar luas. Perserikatan
Bangsa-Bangsa merespon kerusakan lingkungan dengan mengadakan Konferensi
Lingkungan sedunia yang pertama kali di Stockhlom pada tahun 1972. 2 Setelah
Konferensi Lingkungan tersebut diselenggarakan Earth Summitpada tahun
1992yang menghasilkan agenda 21 untuk mencapai pembangunan berkelanjutan3.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhanya (Wiryono, 2007). Isu-isu lingkungan
yang paling populer saat itu adalah pemanasan global yang berdampak pada
perubahan iklim. Saat beradaptasi manusia selalu berusaha memanfaatkan sumber
alam yang guna menunjang keberlangsungan hidupnya. Seiring dengan
perkembangan pengetahuan manusia yang tidak pernah puas dapat mengakibatkan
terganggunya sistem keseimbangan ekologi. Terganggunya sistem keseimbangan
ekologi menimbulkan reaksi dari alam yang dapat melahirkan sebuah bencana,
seperti tanah yang subur apabila terus menerus dipakai tingkat kesuburanya akan
hilang. Pohon yang terus ditebang akan mengalami kegundulan yang
mengakibatkan banjir dan tanah longsor serta hilangnya habitat asli hewan yang
tinggal dihutan. Polusi udara dari kendaraan yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan pencemaran udara.
2
Tanggal 5 Juni tersebut dijadikan sebagai hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Earth Summit diadakan di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992 yang menghasilkan agenda 21 yang harus
dijalankan oleh PBB, organisasi, pemerintah dan individu seluruh dunia.
3
2
Wacana kerusakan lingkungan seperti pemanasan global, penipisan lapisan
ozon, pencemaran air dan penurunan keanekaragaman hayati adalah akibat dari
kerusakan yang dilakukan oleh manusia. Faktor mendasar dari kerusakan tersebut
adalah pemahaman seseorang tentang lingkungan yang berbeda-beda, bagi yang
kurang memahami lingkungan tanpa disadari telah melakukan kerusakan
lingkungan. Namun ada juga yang sudah memahami dampak kerusakan
lingkungan tetapi tetap memilih gaya hidup yang dapat merusak lingkungan,
karena dia merasa belum menjadi korban dari kerusakan tersebut.
Hal ini membuktikan bahwa manusia mempunyai ikatan yang kurang
seimbang dengan alam karena secara langsung alam memberikan kehidupan bagi
manusia. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan kebutuhan
juga ikut bertambah sedangkan kesadaran terhadap alam dan lingkungan yang
tidak lagi dipandang sebagai bagian dalam kehidupan, melainkan hanya sebagai
bagian dari barang dan kebutuhan manusia belaka. Membuat hubungan alam dan
manusia hanya sebatas kepentingan manusia belaka hubungan yang hanya
menguntungkan sebelah pihak (Suprihadi, 1984).
Pada beberapa negara maju gaya hidup dominan ditentukan oleh dunia
bisnis yang didorong oleh kepentingan ekonomi jangka pendek tanpa
memperhatikan dampak lingkungan jangka panjang. Gaya hidup mewah yang
ditawarkan pelaku dunia bisnis dan hiburan tentu saja menguntungkan secara
finasial (Wiryono, 2007). Gaya hidup mewah ini berdampak buruk pada
lingkungan, karena demi gaya hidup sumber daya alam semakin terkuras dan
polusi semakin meningkat. Contohnya saja kendaraan yang kita pakai selama ini
3
demi gaya hidup mewah kebanyak masyarakat memilih menggunakan kendaraan
pribadi dibandingkan transportasi umum. Padahal setiap kendaraan yang dipakai
akan menghabiskan banyak bahan bakar dan tidak efisien kalau kendaraan pribadi
tersebut kita gunakan sendiri. Semakin banyak bahan bakar yang kita gunakan
semakin banyak polusi yang dikeluarkan. Tidak hanya dalam hal kendaraan
pribadi tetapi dalam setiap aspek gaya hidup mewah yang cenderung konsumtif
memicu pengurasan sumber daya alam dan meningkatkan pencemaran
lingkungan.
Kebutuhan sumber daya alam yang tinggi demi memenuhi gaya hidup
berdampak pada kerusakan yang ditimbulkan. Oleh karena itu banyak aktivis
lingkungan mengkampanyekan perlunya dibangun gaya hidup yang berkelanjutan,
yaitu gaya hidup yang tidak boros dan tidak mencemari lingkungan. Demi
mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan serta hemat energi itu, tentu
bukan hal yang mudah namun tetap harus dilakukan demi keberlangsungan
kehidupan. Kerusakan yang terjadi sudah sepatutnya menjadi pengingat kita guna
melakukan perbaikan dengan melihat kenyataann bahwa alam adalah bagian yang
tidak terpisahkan oleh kita.
Seperti diketahui kerusakan lingkungan banyak ditanggapi dengan
berbagai macam pendapat dari masyarakat seperti banyaknya muncul komunitaskomunitas, organisasi dan LSM yang peduli lingkungan serta muncul gerakangerakan baru yaitu merubah gaya hidup agar lebih ramah lingkungan. Bermula
dari pemikiran ini, peneliti tertarik untuk mengetahui strategi kampanye yang
digunakan oleh komunitas Earth Hour Jogja guna merubah gaya hidup masyarakat
4
sekarang ini agar lebih ramah lingkungan dan hemat energi. Salah satu yang
melakukan sebuah gerakan penyelamatan lingkungan adalah organisasi WWF
(World WildlifeFund) yang membentuk gerakan Earth Hour. Berawal dari sebuah
gerakan yang bertujuan untuk mengajak masyarakat melakukan perubahan pada
gaya hidup mereka menjadi ramah lingkungan serta hemat energi demi
keberlangsungan sumber daya alam dengan cara yang sederhana dan mudah
dilakukan, supaya sumber daya energi yang kita miliki dapat juga dinikmati oleh
anak cucu kita kelak.
B. Rumusan Masalah
Setelah dilakukan observasi awal pada komunitas, maka komunitas Earth
Hour Jogja ditetapkan sebagai bahan penelitian. Earth hour sendiri merupakan
sebuah gerakan mematikan lampu selama satu jam yang dilakukan oleh sebuah
organisasi konservasi lingkungan WWF(World Wildlife Fund). Gerakan tersebut
dilakukan dengan beberapa kegiatan-kegiatan kampanye sebagai sebuah strategi
guna memperkenalkan konsep baru yang disesuaikan dengan masyarakat agar
mudah diterima dan tidak lupa diadakan sebuah seremonial sebagai alat untuk
menyebarluaskan gerakan tersebut. Gerakan ini tidak akan tersebar luas apabila
tidak dilakukan secara bersama-sama, serentak agar mendapatkan perhatian dari
khalayak umum. Agar gerakan ini terorganisasi dengan baik maka perlu dilakukan
sebuah wadah untuk mengkoordinasi satu dengan yang lain, maka dibentuklah
komunitas agar tujuan dari gerakan ini dapat tercapai. Dengan demikian fokus
5
penenelitian pada hal ini diarahkan kepada strategi kampanye gaya hidup hemat
energi dan ramah lingkungan pada kelompok Earth HourJogja.
Gerakan Earth Hourini diciptakan sebagai salah satu cara mengurangi
dampak pemanasan global, misalnya saja dengan kita menghemat listrik. Listrik
yang saat ini digunakan masih terpusat dari energi batu bara, hasil dari
pembakaran batu bara tersebut menyebabkan polusi yang dapat mencemari udara.
Polusi tersebut dapat mengakibatkan pemanasan global yang sekarang ini terjadi
apa bila kita menghemat penggunaan listrik maka berdampak pada proses
pembakaran batu bara yang berkurang, dengan berkuranganya proses pembakaran
maka kita dapat mengurangi polusi udara yang ditimbulkan yang berujung pada
menurunya suhu bumi. Melalui proses yang panjang dan berantai ini kita dapat
mengurangi dampak pemanasan global dengan cara merubah gaya hidup terutama
dikalangan masyarakat perkotaan.
Berdasarkan fokus penelitian tersebut maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gerakan Earth HourJogja lahir, tumbuh dan berkembang?
2. Bagaimana bentukstrategi kampanye yang dilakukan olehEarth Hour
Jogja untuk menyebarluaskan aksi peduli lingkungan?
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui proses tumbuh dan berkembang Earth Hour Jogja.
2. Mengetahui bentuk strategi kampanye Earth HourJogja untuk
menyebarluaskan aksi peduli lingkung
D. Tinjauan Pustaka
Salah satu isu global yang sangat penting dan mendapatkan perhatian serius
saat ini adalah masalah lingkungan. Masyarakat, organisasi, komunitas, LSM dan
pemerintah dibelahan dunia terus memberikan perhatian terhadap lingkungan.
Misalnya saja di Indonesia pada tanggal 24 Februari 2010 telah diadakan Konfrensi
Lingkungan Hidup di Nusa Dua Bali dalam hal ini Presiden saat itu Bapak Susilo
Bambang Yudoyono mengajak masyarakat dunia untuk menyelamatkan bumi dari
amcaman kerusakan lingkungan. Pada tanggal 25 Februari 2011 setahun kemudian
juga diadakan Konferensi International Pemuda di Yogyakarta yang dihadiri 144
pemuda dari 37 negara yang menghasilkan 32 rekomendasi penanganan perubahan
iklim dan lingkungan untuk setiap negara di dunia yang dituangkan dalam
“Yogyakarta Youth Decleration”. Deklarasi tersebut berisikan tentang 32 resolusi
penanganan perubahan iklim diantaranya mendesak tiap negara mengembangkan
sumber energi berkelanjutan dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan
serta peningkatan isu lingkungan melalui media, pendidikan dan kegiatan pemuda
mendukung kepedulian pada lingkungan.
7
Menurut (Agus,2002) dalam makalah “Kelembagaan Lingkungan Hidup”
masalah lingkungan yang terkait dengan perubahan tataguna lahan, kerusakan
keanekaragaman hayati, perubahan iklim, penipisan lapisan ozon dan emisi gas
rumah kaca perlu ditangani secara lintas sektoral, bahkan lintas negara, dan
melibatkan banyak pihak. Kelestarian planet bumi yang diperlukan untuk mendukung
kehidupan. Sehingga kerjasama international dalam masalah lingkungan menjadi
sangat penting. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu suatu koordinasi dan
fasilitas guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan selain meningkatkan
kemitraan global. Untuk mendukung tercapainya koordinasi, perlu suatu rumusan
kebijakan dan perangkat kelembagaan yang efektif. Oleh karena itu dibentuk
beberapa program dan lembaga atau organisasi sosial guna menangani komitmen
menjaga lingkungan hidup tersebut.
Pada makalah Management Energi “One Hour Save Our Earth” (Purwanie,
2012) selain lingkungan hidup yang menjadi masalah saat ini adalah pemborosan
listrik, bukan hanya menjadi masalah nasional Indonesia, tetapi juga menjadi masalah
dunia, karena listrik telah menjadi kebutuhan vital masyarakat modern dan juga
bahan bakar roda pembangunan. Listrik juga dijadikan tolak ukur majunya suatu
peradaban.
Hanya saja yang menjadi masalah penyediaan dan pemanfaatan listrik masih
banyak bergantung pada energi fosil terutama minyak bumi dan produk sejenisnya.
Energi fosil bersifat tidak terbarukan sehingga bila terus di eksploitasi, cadangan akan
menipis dan habis. Saat ini saja Indonesia sudah melakukan impor minyak
8
dibandingkan mengekspor karena permintaan dalam negri yang terus meningkat
sedangkan cadangan minyak mulai menipis.
Ketergantungan terhadap minyak bumi ataupun energi fosil lainya telah
memberikan dampak buruk, terutama emisi karbon yang dikeluarkan baik dari
proses penyediaan sampai ke pemanfaatan. Akumulasi emisi dalam jumlah besar
di atmosfir sekitar 80 persen dari emisi global berasal dari sektor penggunaan
energi secara intensif telah berkontribusi pada terjadinya pemanasan global dan
perubahan iklim (Purwanie, 2012)
Lulu Hanifa(2012) dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Akun
Twitter EH Indonesia Sebagai Media Gerakan Earth Hour Indonesia”.
Menurutnya salah satu strategi kampanye organisasi ini adalah media online
dimana hal ini sangat efektif dalam melakukan kampanye dan dapat menjakau
masyarakat tanah air yang gemar sekali mengakses media sosial.
Sementara pada skripsi yang lainya yaitu “Iklan Kampanye Earth Hour di
Televisi Swasta RCTI Terhadap Pemahaman Mahasiswa Universitas Sumatra
Utara” (Zawya, 2010) Skripsi ini bertujuan menemukan adanya hubungan antara
pemahaman mahasiswa tentang gerakan Earth Hour dengan adanya iklan
kampanye Earth Hour yang ditampilkan di stasiun Televisi RCTI. Memang
mahasiswa mengetahui tentang adanya kampanye tersebut karena frekuensi iklan
yang cukup sering dan berita yang cukup diekspos oleh pihak stasiun Televisi
tetapi sejauh mana pengetahuan mereka dan apakah benar-benar dilaksanakan
oleh mahasiwa tersebut tidak dijelaskan secara detail.
9
Wahyu (2014) pada jurnal online yang disusun olehnya juga membahas
tentang
strategi
kampanye
yang
dilakukan
oleh
Earth
Hour
Solo
menggunakankomunikasi yang baik. Komunikasi yang baik dapat mensukseskan
strategi kampanye sangat dibutuhkan dalam sebuah gerakan. Pada jurnal ini
strategi yang digunakan berupa memanfaatkan komunikator sebagai penyampaian
pesan dan juga sebagi pemberi contoh, kemudian menargetkan sasaran kampanye
kepada pemerintah, korporasi, media masa, serta masyarakat luas. Hal yang
disampaikan berupa penghematan energi, memilah sampah dan menanam.
Melalui komunikator diharapkan masyarakat dapat menerapkan gaya hidup ramah
lingkungan dalam keseharian.
Tulisan yang terdapat pada tinjauan pustaka berkesimpulan tentang gaya
hidup baru beberapa dekade ini sangat boros listrik dan energi tidak terbarukan,
efektifitas kampanye gerakan Earth Hour pada sosial media maupun iklan di
televisi. Tulisan-tulisan tersebut telah membahas masalah pemanasan global yang
diakibatkan oleh perilaku manusia yang boros energi dan tidak peduli lingkungan.
Hal tersebut memunculkan sebuah gagasan gerakan oleh sebuah LSM agar
masyarakat mau peduli lingkungan dan berhemat energi dengan berbagai cara.
Sementara permasalahan yang akan diteliti pada tulisan ini adalah lebih kepada
apa saja program-program kegiatan dan strategi kampanye yang dilakukan oleh
gerakanEarth HourJogja dibawah naungan WWF. Fokus penelitian ini dirasa
penting pada masa sekarang untuk mengoptimalkan sebuah gerakan yang terfokus
pada program-program kampanye yang kreatif sehingga memicu masyarakat
untuk berminat bergabung dam melaksanakanya secara bersama-sama.
10
Program Earth Hour menyebar luas kebeberapa negara hingga kota-kota
dibelahan dunia dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan menjadikan
gerakan ini menjadi sebuah komunitas kecil disetiap kota. Salah satunya yang
menjadi fokus penulis adalah komunitas Earth Hour Jogja atau yang biasa disebut
EH Jogja yang memiliki empat program utama dalam mengusung kampanye
gerakan Earth Hour. Berbeda dengan tulisan yang disusun oleh Zawya, Lulu,
Purwanie, wahyu dan Agus ada pada bentuk kampanye, beberapa terfokus pada
kampanye Earth Hour dalam bentuk kampanye online melalui sosial media,
sedangkan pada tulisan ini fokus kepadaempat program yang berupa penanaman
bibit pohon, konservasi penyu dan pesisir pantai, pengenalan gerakan ke sekolahsekolah dan aksi simbolisasi mematikan lampu selama satu jam. Programprogram tersebut dilaksanakan oleh anggota dan pengurus komunitas EH Jogja
untuk mensosialisasikan dan mengajak masyarakat turut serta melakukan gerakan
Earth Hour.
E. Kerangka Teori
Gerakan sosial belakang ini banyak sekali bermunculan dan menjadi topik
yang populer diperbincangkan. Gerakan sosial merupakan salah satu cara yang
ampuh untuk melakukan sebuah perubahan-perubahan tertentu. Menurut
(Sztomka dalam Manulu,2009: 47) ada beberapa alasan yang menyebabkan
sebuah gerakan sosial menonjol pada masanya, yaitu: kepadatan penduduk yang
meningkatkan
peluang
mobilisasi.
Timbulnya
rasa
keterasingan
yang
memunculkan kerinduan terhadap komunitas dengan solidaritas dan kebersamaan.
11
Meningkatnya ketimpangan sosial dan adanya tranformasi demokrasi sistem
politik yang membuka peluang bagi tindakan kolektif. Adanya keyakinan bahwa
perubahan sosial dan kemajuan tergantung pada tindakan manusia. Munculnya
dan menguatnya media massa yang sebagai instrumen yang sangat kuat untuk
mengartikulasikan, membentuk, menyatukan keyakinan, merumuskan dan
menyebarkan pesan ideologis serta membentuk pendapat umum. Untuk lebih
memahani sebuah studi gerakan sosial pada penelitian ini akan dibedakan dalam
beberapa klasifikasi.Menurut (Adam dan Snow dalam Manulu, 2009:30) secara
umum gerakan sosial mengandung elemen-elemen sebagai berikut: 1. Aksi
bersama bersifat kolektif; 2. Tujuannya berupa perubahan; 3. Organisasi dalam
derajat tertentu yang berkelanjutan dan suatu aksi kolektif di luar lembaga resmi.
Perasaan kebersamaan inilah yang digunakan komunitas EH Jogja untuk
mengkooodir anggota supaya dapat memahami mengapa mereka hadir dan terlibat
secara suka rela menjadi bagian dari suatu gerakan yang terintegrasi dengan baik.
Gerakan Earth Hour merupakan sebuah gerakan yang ingin menjaga normanorma yang telah ada untuk melawan sebuah perubahan besar dengan tujuan serta
sasaran secara global.
Della Porta dan Diani dalam Manalu (2009: 28) Gerakan sosial muncul
sebagai kosekwesnsi dari bersatunya para aktor guna mengikuti segala keentingan
mereka dan adanya peran sentral organisasi dan para kader untuk memobilitasi
sumber daya mereka. Kekuatan gerakan tergantung pada tersedianya sumber daya
material dan noonmaterial dalam organisasi tersebut. Sebuah gerakan yang
membutuhkan
partisipasi
masyarakat
luasdiperlukan
kematangan
dalam
12
menyusun strategi, dalam hal ini digunakan koordinasi antar pelaksana lapangan
dengan konseptor. Koordinasi tersebut biasa dikenal dengan budaya organisasi,
dimana terdapat sebuah perkumpulan orang yang saling bekerjama untuk
mencapai sebuah tujuan.
Budaya organisasi oleh(Peter F. Drucker dalam Tika, 2006:14) Terdapat
beberapa unsur sebagai berikut: Pertama, asumsi dasar Pada budaya organisasi
berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi
untuk berperilaku. Kedua, keyakinan yang dianut pada budaya organisasi terdapat
keyakinan dan dilaksanakan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini dapat
berbentuk sebuah nilai-nilai, slogan atau moto dan tujuan organisasi. Ketiga, Perlu
penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku
dalam kelompok tersebut, serta adaptasi organisasi terhadap perubahan
lingkungan. Keempat, sebuah pewarisan keyakinan yang dianut oleh anggota
organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi
sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam organisasi tersebut.
Terakhir, mengatasi masalah dalam organisasi terdapat dua masalah yang sering
muncul, yaitu adaptasi eksternal dan integrasi internal. Kedua masalah itu dapat
diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota
organisasi.
Rogers dan storey dalam Venus (2004:7) mendefiniskan kampanye
sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk
menciptakan efek tertentu pada sejumlah khalayak besar yang dilakukam secara
berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. prinsip utamanya dalam sebuah
13
kampanye adalah proses berkomunikasi secara individu atau kelompok dan
dilakukan secara terlembaga, terencana dengan mootivasi dan tujuan yang melatar
belakangi kampanye tersebut. setiap memiliki tujuan yang akan dicapai.
kampanye
sosial
merupakan
suatu
kegiatan
kampanye
yang
mengkomunikasikan pesan yang berisi tentang masalah sosial dan bersifat non
komersil. kampanye ini dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
akan gejala-gejala sosial dalam masyarakat. sejak zaman yunani kuno hal ini
sudah dilakukan untuk membebaskan budak. tetapi sekarang ini kampanye
menjadi sebuah gerakan masyarakat yang terorganisir untuk melakukan
perubahan atau menolak perubahan sosial yang terjadi (Soekanto, 2006).
Pelaksanan program kampanye yang terkoordinasi dengan sistem yang
baik, strategi yang tepat sasaran serta komuniksi yng baik akan menghasilkan
pencapainya perubahan sosial yang diinginkan. poin-poin diatas merupakan
gabungan dari segala unsur yang dimiliki oleh lembaga yang bergerak dibidang
sosial.
Pentingnya kesadaran terhadap lingkungan juga diungkapkan oleh
(Neolaka, 2007: 25) bahwa pada dasarnya manusia membutuhkan lingkungan.
Bukan lingkungan yang membutuhkan manusia, untuk itu hendaknya manusia
menyadari bahwa ia tidak dapat hidup tanpa lingkungan. Pada etika limgkungan
tidak adanya kesadaran manusia terhadap lingkungnya sendiri berawal dari
manusia yang masih memegang konsep dimana manusia sebagai pusat dari sistem
alam semesta, sedangkan alam ada dan tersedia bagi manusia Hal ini membuat
seolah-olah menempatkan manusia sebagai bagian utama dalam pembangunan
14
lingkungan sosial.Keberadaan alam dinilai sebagai alat bagi kepentingna manusia
yang bersifat egois (Keraf, 2006: 123).
Proses meningkatnya urbanisasi di kota-kota besar sejalan dengan
meningktanya teknologi serta indutri yang tidak ramah lingkungan. Hal ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perubahan sosial dan ekonomi
sebagai konteks identifikasi gaya hidup. Munculnya tren ramah lingkungan ini
yang dimanfaatkan oleh sebagian para aktifis lingkungan untuk mengajak seluruh
lapisan masyarakat untuk mengangkat gagasan ini sebagai sebuah gaya hidup
yang baru, sebuah gaya hidup yang dinamis namun tetap bijaksana dalam
eksekusinya.
Beberapa pemahaman tersebut terdapat korelasi pada konsep yang
bertujuan untuk melakukan
perubahan sosial. hal ini memperlihatakn jika
perubahan sosial dapat dilihat sebagai kesatuan antara gerakan sosial, kampanye
sosial dan lembaga sosial. ketiga unsur tersebut saling berkaitan dalam
membentuk sebuah perubahan sosial menggunakan alat dan melalui aksi.
F.Metode Penelitian
Peneliti mengarah pada para pengurus Komunitas Earth Hour Jogja yang
sudah berpengalaman dalam menjalankan sebuah komunitas. sehingga fokus
peneliti ini adalah Strategi Kampanye Hemat Energi dan Ramah Lingkungan Pada
Komunitas Earth Hour Jogja.
1. Lokasi Penelitian
15
Penelitian dilakukan di berbagai tempat, dikarenakanEH Jogja belum
memiliki kesekretariat yang pasti, selama ini mereka berpindah-pindah tempat
untuk melakukan kegiatan. Tetapi tempat yang paling sering digunakan untuk
berkumpul menyusun kegiatan berada dirumah Felix yang merupakan koordinator
kota yang sekarang menjadi pembimbing EH Jogja. Rumah yang biasa disebut
anggota EH Jogja sebagai bascamp ini sekaligus menjadi gudang alat-alat
kampanye EH Jogja untuk melakukan kegiatan mereka. Selain dirumah Felix ada
GSP UGM dan beberapa kafe atau tempat anak nongkrong Jogja yang biasa
dijadikan rapat.
2. Pemilihan Informan
Informan pada penelitian ini adalah individu yang merupakan pengurus
komunitas Earth Hour Jogja baik laki-laki maupun perempuan yang berjumlah
empat orang setidaknya aktif di komunitasEarth Hour Jogja minimal selama 2
tahun. Alasannya pada tahun pertama status mereka baru sebagai anggota dan
baru
tahun
berikutnya
mereka
berkesempatan
menjadi
pengurus
EH
Jogja.sebelumnya anggota EH Jogja biasa disebut dengan volunteer. Terdapat
panggilan khusus antara volunteer dengan pengurus berupa panggilan “Kakak”
hal ini bertujuan agar tidak ada kesenjangan sosial ataupun umur jadi semua yang
bergabung sama rata tidak ada pembeda apakah mereka orang berada, pejabat atau
hanya kalangan biasa saja. ke empat informan tersebut adalah Vinta (19 tahun),
Ihsan (21 tahun), Helga (21 tahun), Felix (29 tahun).
16
3. Metode Pengumpulan Data
Saat semua informan bersedia untuk diwawancarai, maka peneliti akan
langsung membuat janji pertemuan dengan informan untuk dapat melakukan
wawancara pada waktu dan tempat yang disepakati secara bersama untuk
menghindari hambatan yang sekiranya akan muncul pada saat wawancara.
Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu menyusun pertanyaan
untuk memudahkan peneliti dalam mewawancarai informan. Saat pertemuan
berlangsung peneliti menjelaskan pada informan bahwa pada saat wawancara
berlangsung peneliti akan meminta informasi data diri serta memberikan beberapa
pertanyaan yang nantinya jawaban tersebut akan di rekam menggunakan recorder.
Hal ini dilakukan agar memudahkan peneliti dalam mengingat hal-hal yang
dibicarakan pada saat proses wawancara.
Keempat informan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengurus komunitas Earth Hour Jogja yang sudah lama bergabung dalam
komunitas ini dan sudah malang-melintang mengurus komunitas ini selama
beberapa tahun. Peneliti juga menjamin akan kerahasian data wawancara tersebut
sekalipun direkam dalam recorder, sehingga informan tidak perlu khawatir dan
cemas akan kerahasian data tersebut karena identitas informan akan dirahasian
oleh peneliti. Sehingga diharapkan informan dapat lebih bersikap terbuka saat
menjawab pertanyaa-pertanyaan tanpa ragu-ragu dan bersikap lebih terbuka dalam
menjawab pertanyaan sehingga membantu jalanya penelitian.
Persiapan tersebut perlu dilakukan saat akan wawancara agar tercipta
suasana keakraban antara peneliti dengan informan.Pada penelitian ini digunakan
17
metode observasi dan wawancara. Menurut (Banister dalam Poerwandani, 2001)
observasi merupakan arahan pada suatu kegiatan yang memperhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam sebuah penelitian tersebut. Sejalan dengan itu observasi juga
mengamati perilaku dan objek dilapangan sehingga peneliti dapat melakukan
wawancara setelah dari observasi. Gambaran akan sebuah pertanyaan dapat
disusun apabila kita sudah terjun langsung dan mengamati hal-hal yang terjadi di
lapangan.
Pada ilmu Antropologi juga diperkenalkan teknik penelitian menggunakan
observasi partisipasi dimana seorang peneliti juga terlibat langsung dalam
kegiatan informan yang sekaligus dapat dilakukan wawancara saat itu juga.
(Spradley, 1997). Jadi peneliti juga ikut terjun langsung dan merasakan kegiatan
yang dilakukan oleh komunitas serta melakukan wawancara kepada narasumber di
sela-sela kesibukanya pada segudang kegiatan komunitas. Komunitas ini banyak
melakukan kegiatannya di kota Jogja sesekali mereka diundang ke luar kota
sebagai narasumber, namun tidak dimasukan kedalam agenda kegiatan mereka
yang sudah disusun, biasanya hal itu bersifat undangan saja. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu, dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak
yang
mewawancarai
berhak
mengajukan
pertanyaan
dan
pihak
yang
diwawancarai berhak memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Moleong,
1989: 148) dalam wawancara ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang
telah disusun sebagai panduan wawancara dan direkam menggunakan alat
perekam dengan ijin dan sepengetahuan narasumber. Maka dari itu hasil
18
obeservasi dan wawasan sangat penting. Analisis dalam penelitian ini
menggabungkan beberapa hari observasi, kutipan wawancara dengan informan
dan dengan ditunjang oleh data dari study pustaka.
Data yang akan diambil berdasarkan observasi awal dengan mengikuti
beberapa kegiatan yang dilakukan komunitas dan memohon ijin umtuk melihat
beberapa berkas-berkas sejarah dan kegiatan komunitas, setelah mengamati
kegiatan komunitas maka yang selanjutnya dilakukan adalah pembuatan
instrumen. Pembuatan instrumen dilakukan dengan membuat data pertanyaan
kemudian dilanjut dengan teknik wawancara kepada narasumber yang sudah
dipilih. Narasumber dipilih berdasarkan pengalaman mereka yang sudah lebih dari
dua tahun bergabung dengan alasan bahwa pada tahun kedua mereka sudah
terbiasa dengan sistem yang ada dikomunitas dan bersedia untuk diwawancarai.
Setelah observasi dan wawancara dilakukan maka hasil tersebut digabungkan
dengan ditunjang dari beberapa studi pustaka yang ada.
4. Sistematika penulisan
Pada tulisan ini, bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kerangka teori dan metode penelitian. Bab kedua berisi tentang
profil Earth Hour secara umum seperti lahirnya Earth Hour secara global hingga
Earth Hour Jogja, struktur organisasi dan pendanaan. Pada bab ketiga akan
dibahas strategi yang digunakan Earth Hour Jogja dalam berkampanye, sedangkan
pada bab keempat akan dijelaskan faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan dari
kampanye Earth Hour Jogja selama ini. tulisan ini ditutup dengan bab lima yang
berisi kesimpulan dan saran.
19
Download