BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup manusia terdiri atas lingkungan fiskal (sungai, udara, air, dan tanah), lingkungan biologis (organisme kehidupan seperti hewan, tumbuhan dan manusia), serta lingkungan sosial (sikap kemasyarakatan dan sikap kerohanian), (Bintarto, 1979: 22). Dengan kata lain manusia adalah bagian dari lingkungan itu sendiri, ia tidak lepas dari lingkungan nya baik lingkungan alam, lingkungan sosial dan terjalin hubungan timbal balik serta saling mempengaruhi. Persoalan lingkungan mulai menjadi topik dunia ketika manusia mulai merasakan dampak yang semakin luas yaitu bencana yang terjadi akibat aktivitas manusia itu sendiri seperti banjir, tanah longsor, pencemaran udara, pencemaran air. Pada kondisi seperti ini, lingkungan perlu dipelajari guna mengatur dan mengelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal serta dapat mencukupi kebutuhan kehidupan generasi yang mendatang. Secara akademis ilmu lingkungan baru muncul pada pertengan abad 20 menyusul munculnya kesadaran beberapa tokoh untuk menyelamatkan lingkungan dan membuat gerakan penyelamatan lingkungan. 1 Perhatian tentang isu lingkungan secara luas pada masyarakat dimulai sekitar tahun 1960 pada negaranegara maju. Hal ini muncul akibat dari terjadinya kerusakan lingkungan dalam 1 David Thorea adalah pecinta alam dan penentang gaya hidup materialistik. Theodore Rooselvelt seorang pecinta alam yang diangkat menjadi presiden Amerika Serikat pada tahun 1901 sampai 1909. 1 bentuk pencemaran udara dan air seperti polusi yang ditimbulkan oleh asap kedanraan, pembakaran hutan dan limbah pabrik di kota-kota besar yang membahayakan jiwa dan bencana alam yang semakin menyebar luas. Perserikatan Bangsa-Bangsa merespon kerusakan lingkungan dengan mengadakan Konferensi Lingkungan sedunia yang pertama kali di Stockhlom pada tahun 1972. 2 Setelah Konferensi Lingkungan tersebut diselenggarakan Earth Summitpada tahun 1992yang menghasilkan agenda 21 untuk mencapai pembangunan berkelanjutan3. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhanya (Wiryono, 2007). Isu-isu lingkungan yang paling populer saat itu adalah pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim. Saat beradaptasi manusia selalu berusaha memanfaatkan sumber alam yang guna menunjang keberlangsungan hidupnya. Seiring dengan perkembangan pengetahuan manusia yang tidak pernah puas dapat mengakibatkan terganggunya sistem keseimbangan ekologi. Terganggunya sistem keseimbangan ekologi menimbulkan reaksi dari alam yang dapat melahirkan sebuah bencana, seperti tanah yang subur apabila terus menerus dipakai tingkat kesuburanya akan hilang. Pohon yang terus ditebang akan mengalami kegundulan yang mengakibatkan banjir dan tanah longsor serta hilangnya habitat asli hewan yang tinggal dihutan. Polusi udara dari kendaraan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan pencemaran udara. 2 Tanggal 5 Juni tersebut dijadikan sebagai hari Lingkungan Hidup Sedunia. Earth Summit diadakan di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992 yang menghasilkan agenda 21 yang harus dijalankan oleh PBB, organisasi, pemerintah dan individu seluruh dunia. 3 2 Wacana kerusakan lingkungan seperti pemanasan global, penipisan lapisan ozon, pencemaran air dan penurunan keanekaragaman hayati adalah akibat dari kerusakan yang dilakukan oleh manusia. Faktor mendasar dari kerusakan tersebut adalah pemahaman seseorang tentang lingkungan yang berbeda-beda, bagi yang kurang memahami lingkungan tanpa disadari telah melakukan kerusakan lingkungan. Namun ada juga yang sudah memahami dampak kerusakan lingkungan tetapi tetap memilih gaya hidup yang dapat merusak lingkungan, karena dia merasa belum menjadi korban dari kerusakan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa manusia mempunyai ikatan yang kurang seimbang dengan alam karena secara langsung alam memberikan kehidupan bagi manusia. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menyebabkan kebutuhan juga ikut bertambah sedangkan kesadaran terhadap alam dan lingkungan yang tidak lagi dipandang sebagai bagian dalam kehidupan, melainkan hanya sebagai bagian dari barang dan kebutuhan manusia belaka. Membuat hubungan alam dan manusia hanya sebatas kepentingan manusia belaka hubungan yang hanya menguntungkan sebelah pihak (Suprihadi, 1984). Pada beberapa negara maju gaya hidup dominan ditentukan oleh dunia bisnis yang didorong oleh kepentingan ekonomi jangka pendek tanpa memperhatikan dampak lingkungan jangka panjang. Gaya hidup mewah yang ditawarkan pelaku dunia bisnis dan hiburan tentu saja menguntungkan secara finasial (Wiryono, 2007). Gaya hidup mewah ini berdampak buruk pada lingkungan, karena demi gaya hidup sumber daya alam semakin terkuras dan polusi semakin meningkat. Contohnya saja kendaraan yang kita pakai selama ini 3 demi gaya hidup mewah kebanyak masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum. Padahal setiap kendaraan yang dipakai akan menghabiskan banyak bahan bakar dan tidak efisien kalau kendaraan pribadi tersebut kita gunakan sendiri. Semakin banyak bahan bakar yang kita gunakan semakin banyak polusi yang dikeluarkan. Tidak hanya dalam hal kendaraan pribadi tetapi dalam setiap aspek gaya hidup mewah yang cenderung konsumtif memicu pengurasan sumber daya alam dan meningkatkan pencemaran lingkungan. Kebutuhan sumber daya alam yang tinggi demi memenuhi gaya hidup berdampak pada kerusakan yang ditimbulkan. Oleh karena itu banyak aktivis lingkungan mengkampanyekan perlunya dibangun gaya hidup yang berkelanjutan, yaitu gaya hidup yang tidak boros dan tidak mencemari lingkungan. Demi mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan serta hemat energi itu, tentu bukan hal yang mudah namun tetap harus dilakukan demi keberlangsungan kehidupan. Kerusakan yang terjadi sudah sepatutnya menjadi pengingat kita guna melakukan perbaikan dengan melihat kenyataann bahwa alam adalah bagian yang tidak terpisahkan oleh kita. Seperti diketahui kerusakan lingkungan banyak ditanggapi dengan berbagai macam pendapat dari masyarakat seperti banyaknya muncul komunitaskomunitas, organisasi dan LSM yang peduli lingkungan serta muncul gerakangerakan baru yaitu merubah gaya hidup agar lebih ramah lingkungan. Bermula dari pemikiran ini, peneliti tertarik untuk mengetahui strategi kampanye yang digunakan oleh komunitas Earth Hour Jogja guna merubah gaya hidup masyarakat 4 sekarang ini agar lebih ramah lingkungan dan hemat energi. Salah satu yang melakukan sebuah gerakan penyelamatan lingkungan adalah organisasi WWF (World WildlifeFund) yang membentuk gerakan Earth Hour. Berawal dari sebuah gerakan yang bertujuan untuk mengajak masyarakat melakukan perubahan pada gaya hidup mereka menjadi ramah lingkungan serta hemat energi demi keberlangsungan sumber daya alam dengan cara yang sederhana dan mudah dilakukan, supaya sumber daya energi yang kita miliki dapat juga dinikmati oleh anak cucu kita kelak. B. Rumusan Masalah Setelah dilakukan observasi awal pada komunitas, maka komunitas Earth Hour Jogja ditetapkan sebagai bahan penelitian. Earth hour sendiri merupakan sebuah gerakan mematikan lampu selama satu jam yang dilakukan oleh sebuah organisasi konservasi lingkungan WWF(World Wildlife Fund). Gerakan tersebut dilakukan dengan beberapa kegiatan-kegiatan kampanye sebagai sebuah strategi guna memperkenalkan konsep baru yang disesuaikan dengan masyarakat agar mudah diterima dan tidak lupa diadakan sebuah seremonial sebagai alat untuk menyebarluaskan gerakan tersebut. Gerakan ini tidak akan tersebar luas apabila tidak dilakukan secara bersama-sama, serentak agar mendapatkan perhatian dari khalayak umum. Agar gerakan ini terorganisasi dengan baik maka perlu dilakukan sebuah wadah untuk mengkoordinasi satu dengan yang lain, maka dibentuklah komunitas agar tujuan dari gerakan ini dapat tercapai. Dengan demikian fokus 5 penenelitian pada hal ini diarahkan kepada strategi kampanye gaya hidup hemat energi dan ramah lingkungan pada kelompok Earth HourJogja. Gerakan Earth Hourini diciptakan sebagai salah satu cara mengurangi dampak pemanasan global, misalnya saja dengan kita menghemat listrik. Listrik yang saat ini digunakan masih terpusat dari energi batu bara, hasil dari pembakaran batu bara tersebut menyebabkan polusi yang dapat mencemari udara. Polusi tersebut dapat mengakibatkan pemanasan global yang sekarang ini terjadi apa bila kita menghemat penggunaan listrik maka berdampak pada proses pembakaran batu bara yang berkurang, dengan berkuranganya proses pembakaran maka kita dapat mengurangi polusi udara yang ditimbulkan yang berujung pada menurunya suhu bumi. Melalui proses yang panjang dan berantai ini kita dapat mengurangi dampak pemanasan global dengan cara merubah gaya hidup terutama dikalangan masyarakat perkotaan. Berdasarkan fokus penelitian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gerakan Earth HourJogja lahir, tumbuh dan berkembang? 2. Bagaimana bentukstrategi kampanye yang dilakukan olehEarth Hour Jogja untuk menyebarluaskan aksi peduli lingkungan? 6 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Mengetahui proses tumbuh dan berkembang Earth Hour Jogja. 2. Mengetahui bentuk strategi kampanye Earth HourJogja untuk menyebarluaskan aksi peduli lingkung D. Tinjauan Pustaka Salah satu isu global yang sangat penting dan mendapatkan perhatian serius saat ini adalah masalah lingkungan. Masyarakat, organisasi, komunitas, LSM dan pemerintah dibelahan dunia terus memberikan perhatian terhadap lingkungan. Misalnya saja di Indonesia pada tanggal 24 Februari 2010 telah diadakan Konfrensi Lingkungan Hidup di Nusa Dua Bali dalam hal ini Presiden saat itu Bapak Susilo Bambang Yudoyono mengajak masyarakat dunia untuk menyelamatkan bumi dari amcaman kerusakan lingkungan. Pada tanggal 25 Februari 2011 setahun kemudian juga diadakan Konferensi International Pemuda di Yogyakarta yang dihadiri 144 pemuda dari 37 negara yang menghasilkan 32 rekomendasi penanganan perubahan iklim dan lingkungan untuk setiap negara di dunia yang dituangkan dalam “Yogyakarta Youth Decleration”. Deklarasi tersebut berisikan tentang 32 resolusi penanganan perubahan iklim diantaranya mendesak tiap negara mengembangkan sumber energi berkelanjutan dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan serta peningkatan isu lingkungan melalui media, pendidikan dan kegiatan pemuda mendukung kepedulian pada lingkungan. 7 Menurut (Agus,2002) dalam makalah “Kelembagaan Lingkungan Hidup” masalah lingkungan yang terkait dengan perubahan tataguna lahan, kerusakan keanekaragaman hayati, perubahan iklim, penipisan lapisan ozon dan emisi gas rumah kaca perlu ditangani secara lintas sektoral, bahkan lintas negara, dan melibatkan banyak pihak. Kelestarian planet bumi yang diperlukan untuk mendukung kehidupan. Sehingga kerjasama international dalam masalah lingkungan menjadi sangat penting. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu suatu koordinasi dan fasilitas guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan selain meningkatkan kemitraan global. Untuk mendukung tercapainya koordinasi, perlu suatu rumusan kebijakan dan perangkat kelembagaan yang efektif. Oleh karena itu dibentuk beberapa program dan lembaga atau organisasi sosial guna menangani komitmen menjaga lingkungan hidup tersebut. Pada makalah Management Energi “One Hour Save Our Earth” (Purwanie, 2012) selain lingkungan hidup yang menjadi masalah saat ini adalah pemborosan listrik, bukan hanya menjadi masalah nasional Indonesia, tetapi juga menjadi masalah dunia, karena listrik telah menjadi kebutuhan vital masyarakat modern dan juga bahan bakar roda pembangunan. Listrik juga dijadikan tolak ukur majunya suatu peradaban. Hanya saja yang menjadi masalah penyediaan dan pemanfaatan listrik masih banyak bergantung pada energi fosil terutama minyak bumi dan produk sejenisnya. Energi fosil bersifat tidak terbarukan sehingga bila terus di eksploitasi, cadangan akan menipis dan habis. Saat ini saja Indonesia sudah melakukan impor minyak 8 dibandingkan mengekspor karena permintaan dalam negri yang terus meningkat sedangkan cadangan minyak mulai menipis. Ketergantungan terhadap minyak bumi ataupun energi fosil lainya telah memberikan dampak buruk, terutama emisi karbon yang dikeluarkan baik dari proses penyediaan sampai ke pemanfaatan. Akumulasi emisi dalam jumlah besar di atmosfir sekitar 80 persen dari emisi global berasal dari sektor penggunaan energi secara intensif telah berkontribusi pada terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim (Purwanie, 2012) Lulu Hanifa(2012) dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Akun Twitter EH Indonesia Sebagai Media Gerakan Earth Hour Indonesia”. Menurutnya salah satu strategi kampanye organisasi ini adalah media online dimana hal ini sangat efektif dalam melakukan kampanye dan dapat menjakau masyarakat tanah air yang gemar sekali mengakses media sosial. Sementara pada skripsi yang lainya yaitu “Iklan Kampanye Earth Hour di Televisi Swasta RCTI Terhadap Pemahaman Mahasiswa Universitas Sumatra Utara” (Zawya, 2010) Skripsi ini bertujuan menemukan adanya hubungan antara pemahaman mahasiswa tentang gerakan Earth Hour dengan adanya iklan kampanye Earth Hour yang ditampilkan di stasiun Televisi RCTI. Memang mahasiswa mengetahui tentang adanya kampanye tersebut karena frekuensi iklan yang cukup sering dan berita yang cukup diekspos oleh pihak stasiun Televisi tetapi sejauh mana pengetahuan mereka dan apakah benar-benar dilaksanakan oleh mahasiwa tersebut tidak dijelaskan secara detail. 9 Wahyu (2014) pada jurnal online yang disusun olehnya juga membahas tentang strategi kampanye yang dilakukan oleh Earth Hour Solo menggunakankomunikasi yang baik. Komunikasi yang baik dapat mensukseskan strategi kampanye sangat dibutuhkan dalam sebuah gerakan. Pada jurnal ini strategi yang digunakan berupa memanfaatkan komunikator sebagai penyampaian pesan dan juga sebagi pemberi contoh, kemudian menargetkan sasaran kampanye kepada pemerintah, korporasi, media masa, serta masyarakat luas. Hal yang disampaikan berupa penghematan energi, memilah sampah dan menanam. Melalui komunikator diharapkan masyarakat dapat menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dalam keseharian. Tulisan yang terdapat pada tinjauan pustaka berkesimpulan tentang gaya hidup baru beberapa dekade ini sangat boros listrik dan energi tidak terbarukan, efektifitas kampanye gerakan Earth Hour pada sosial media maupun iklan di televisi. Tulisan-tulisan tersebut telah membahas masalah pemanasan global yang diakibatkan oleh perilaku manusia yang boros energi dan tidak peduli lingkungan. Hal tersebut memunculkan sebuah gagasan gerakan oleh sebuah LSM agar masyarakat mau peduli lingkungan dan berhemat energi dengan berbagai cara. Sementara permasalahan yang akan diteliti pada tulisan ini adalah lebih kepada apa saja program-program kegiatan dan strategi kampanye yang dilakukan oleh gerakanEarth HourJogja dibawah naungan WWF. Fokus penelitian ini dirasa penting pada masa sekarang untuk mengoptimalkan sebuah gerakan yang terfokus pada program-program kampanye yang kreatif sehingga memicu masyarakat untuk berminat bergabung dam melaksanakanya secara bersama-sama. 10 Program Earth Hour menyebar luas kebeberapa negara hingga kota-kota dibelahan dunia dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan menjadikan gerakan ini menjadi sebuah komunitas kecil disetiap kota. Salah satunya yang menjadi fokus penulis adalah komunitas Earth Hour Jogja atau yang biasa disebut EH Jogja yang memiliki empat program utama dalam mengusung kampanye gerakan Earth Hour. Berbeda dengan tulisan yang disusun oleh Zawya, Lulu, Purwanie, wahyu dan Agus ada pada bentuk kampanye, beberapa terfokus pada kampanye Earth Hour dalam bentuk kampanye online melalui sosial media, sedangkan pada tulisan ini fokus kepadaempat program yang berupa penanaman bibit pohon, konservasi penyu dan pesisir pantai, pengenalan gerakan ke sekolahsekolah dan aksi simbolisasi mematikan lampu selama satu jam. Programprogram tersebut dilaksanakan oleh anggota dan pengurus komunitas EH Jogja untuk mensosialisasikan dan mengajak masyarakat turut serta melakukan gerakan Earth Hour. E. Kerangka Teori Gerakan sosial belakang ini banyak sekali bermunculan dan menjadi topik yang populer diperbincangkan. Gerakan sosial merupakan salah satu cara yang ampuh untuk melakukan sebuah perubahan-perubahan tertentu. Menurut (Sztomka dalam Manulu,2009: 47) ada beberapa alasan yang menyebabkan sebuah gerakan sosial menonjol pada masanya, yaitu: kepadatan penduduk yang meningkatkan peluang mobilisasi. Timbulnya rasa keterasingan yang memunculkan kerinduan terhadap komunitas dengan solidaritas dan kebersamaan. 11 Meningkatnya ketimpangan sosial dan adanya tranformasi demokrasi sistem politik yang membuka peluang bagi tindakan kolektif. Adanya keyakinan bahwa perubahan sosial dan kemajuan tergantung pada tindakan manusia. Munculnya dan menguatnya media massa yang sebagai instrumen yang sangat kuat untuk mengartikulasikan, membentuk, menyatukan keyakinan, merumuskan dan menyebarkan pesan ideologis serta membentuk pendapat umum. Untuk lebih memahani sebuah studi gerakan sosial pada penelitian ini akan dibedakan dalam beberapa klasifikasi.Menurut (Adam dan Snow dalam Manulu, 2009:30) secara umum gerakan sosial mengandung elemen-elemen sebagai berikut: 1. Aksi bersama bersifat kolektif; 2. Tujuannya berupa perubahan; 3. Organisasi dalam derajat tertentu yang berkelanjutan dan suatu aksi kolektif di luar lembaga resmi. Perasaan kebersamaan inilah yang digunakan komunitas EH Jogja untuk mengkooodir anggota supaya dapat memahami mengapa mereka hadir dan terlibat secara suka rela menjadi bagian dari suatu gerakan yang terintegrasi dengan baik. Gerakan Earth Hour merupakan sebuah gerakan yang ingin menjaga normanorma yang telah ada untuk melawan sebuah perubahan besar dengan tujuan serta sasaran secara global. Della Porta dan Diani dalam Manalu (2009: 28) Gerakan sosial muncul sebagai kosekwesnsi dari bersatunya para aktor guna mengikuti segala keentingan mereka dan adanya peran sentral organisasi dan para kader untuk memobilitasi sumber daya mereka. Kekuatan gerakan tergantung pada tersedianya sumber daya material dan noonmaterial dalam organisasi tersebut. Sebuah gerakan yang membutuhkan partisipasi masyarakat luasdiperlukan kematangan dalam 12 menyusun strategi, dalam hal ini digunakan koordinasi antar pelaksana lapangan dengan konseptor. Koordinasi tersebut biasa dikenal dengan budaya organisasi, dimana terdapat sebuah perkumpulan orang yang saling bekerjama untuk mencapai sebuah tujuan. Budaya organisasi oleh(Peter F. Drucker dalam Tika, 2006:14) Terdapat beberapa unsur sebagai berikut: Pertama, asumsi dasar Pada budaya organisasi berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk berperilaku. Kedua, keyakinan yang dianut pada budaya organisasi terdapat keyakinan dan dilaksanakan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini dapat berbentuk sebuah nilai-nilai, slogan atau moto dan tujuan organisasi. Ketiga, Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku dalam kelompok tersebut, serta adaptasi organisasi terhadap perubahan lingkungan. Keempat, sebuah pewarisan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam organisasi tersebut. Terakhir, mengatasi masalah dalam organisasi terdapat dua masalah yang sering muncul, yaitu adaptasi eksternal dan integrasi internal. Kedua masalah itu dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi. Rogers dan storey dalam Venus (2004:7) mendefiniskan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah khalayak besar yang dilakukam secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. prinsip utamanya dalam sebuah 13 kampanye adalah proses berkomunikasi secara individu atau kelompok dan dilakukan secara terlembaga, terencana dengan mootivasi dan tujuan yang melatar belakangi kampanye tersebut. setiap memiliki tujuan yang akan dicapai. kampanye sosial merupakan suatu kegiatan kampanye yang mengkomunikasikan pesan yang berisi tentang masalah sosial dan bersifat non komersil. kampanye ini dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial dalam masyarakat. sejak zaman yunani kuno hal ini sudah dilakukan untuk membebaskan budak. tetapi sekarang ini kampanye menjadi sebuah gerakan masyarakat yang terorganisir untuk melakukan perubahan atau menolak perubahan sosial yang terjadi (Soekanto, 2006). Pelaksanan program kampanye yang terkoordinasi dengan sistem yang baik, strategi yang tepat sasaran serta komuniksi yng baik akan menghasilkan pencapainya perubahan sosial yang diinginkan. poin-poin diatas merupakan gabungan dari segala unsur yang dimiliki oleh lembaga yang bergerak dibidang sosial. Pentingnya kesadaran terhadap lingkungan juga diungkapkan oleh (Neolaka, 2007: 25) bahwa pada dasarnya manusia membutuhkan lingkungan. Bukan lingkungan yang membutuhkan manusia, untuk itu hendaknya manusia menyadari bahwa ia tidak dapat hidup tanpa lingkungan. Pada etika limgkungan tidak adanya kesadaran manusia terhadap lingkungnya sendiri berawal dari manusia yang masih memegang konsep dimana manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta, sedangkan alam ada dan tersedia bagi manusia Hal ini membuat seolah-olah menempatkan manusia sebagai bagian utama dalam pembangunan 14 lingkungan sosial.Keberadaan alam dinilai sebagai alat bagi kepentingna manusia yang bersifat egois (Keraf, 2006: 123). Proses meningkatnya urbanisasi di kota-kota besar sejalan dengan meningktanya teknologi serta indutri yang tidak ramah lingkungan. Hal ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perubahan sosial dan ekonomi sebagai konteks identifikasi gaya hidup. Munculnya tren ramah lingkungan ini yang dimanfaatkan oleh sebagian para aktifis lingkungan untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengangkat gagasan ini sebagai sebuah gaya hidup yang baru, sebuah gaya hidup yang dinamis namun tetap bijaksana dalam eksekusinya. Beberapa pemahaman tersebut terdapat korelasi pada konsep yang bertujuan untuk melakukan perubahan sosial. hal ini memperlihatakn jika perubahan sosial dapat dilihat sebagai kesatuan antara gerakan sosial, kampanye sosial dan lembaga sosial. ketiga unsur tersebut saling berkaitan dalam membentuk sebuah perubahan sosial menggunakan alat dan melalui aksi. F.Metode Penelitian Peneliti mengarah pada para pengurus Komunitas Earth Hour Jogja yang sudah berpengalaman dalam menjalankan sebuah komunitas. sehingga fokus peneliti ini adalah Strategi Kampanye Hemat Energi dan Ramah Lingkungan Pada Komunitas Earth Hour Jogja. 1. Lokasi Penelitian 15 Penelitian dilakukan di berbagai tempat, dikarenakanEH Jogja belum memiliki kesekretariat yang pasti, selama ini mereka berpindah-pindah tempat untuk melakukan kegiatan. Tetapi tempat yang paling sering digunakan untuk berkumpul menyusun kegiatan berada dirumah Felix yang merupakan koordinator kota yang sekarang menjadi pembimbing EH Jogja. Rumah yang biasa disebut anggota EH Jogja sebagai bascamp ini sekaligus menjadi gudang alat-alat kampanye EH Jogja untuk melakukan kegiatan mereka. Selain dirumah Felix ada GSP UGM dan beberapa kafe atau tempat anak nongkrong Jogja yang biasa dijadikan rapat. 2. Pemilihan Informan Informan pada penelitian ini adalah individu yang merupakan pengurus komunitas Earth Hour Jogja baik laki-laki maupun perempuan yang berjumlah empat orang setidaknya aktif di komunitasEarth Hour Jogja minimal selama 2 tahun. Alasannya pada tahun pertama status mereka baru sebagai anggota dan baru tahun berikutnya mereka berkesempatan menjadi pengurus EH Jogja.sebelumnya anggota EH Jogja biasa disebut dengan volunteer. Terdapat panggilan khusus antara volunteer dengan pengurus berupa panggilan “Kakak” hal ini bertujuan agar tidak ada kesenjangan sosial ataupun umur jadi semua yang bergabung sama rata tidak ada pembeda apakah mereka orang berada, pejabat atau hanya kalangan biasa saja. ke empat informan tersebut adalah Vinta (19 tahun), Ihsan (21 tahun), Helga (21 tahun), Felix (29 tahun). 16 3. Metode Pengumpulan Data Saat semua informan bersedia untuk diwawancarai, maka peneliti akan langsung membuat janji pertemuan dengan informan untuk dapat melakukan wawancara pada waktu dan tempat yang disepakati secara bersama untuk menghindari hambatan yang sekiranya akan muncul pada saat wawancara. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu menyusun pertanyaan untuk memudahkan peneliti dalam mewawancarai informan. Saat pertemuan berlangsung peneliti menjelaskan pada informan bahwa pada saat wawancara berlangsung peneliti akan meminta informasi data diri serta memberikan beberapa pertanyaan yang nantinya jawaban tersebut akan di rekam menggunakan recorder. Hal ini dilakukan agar memudahkan peneliti dalam mengingat hal-hal yang dibicarakan pada saat proses wawancara. Keempat informan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengurus komunitas Earth Hour Jogja yang sudah lama bergabung dalam komunitas ini dan sudah malang-melintang mengurus komunitas ini selama beberapa tahun. Peneliti juga menjamin akan kerahasian data wawancara tersebut sekalipun direkam dalam recorder, sehingga informan tidak perlu khawatir dan cemas akan kerahasian data tersebut karena identitas informan akan dirahasian oleh peneliti. Sehingga diharapkan informan dapat lebih bersikap terbuka saat menjawab pertanyaa-pertanyaan tanpa ragu-ragu dan bersikap lebih terbuka dalam menjawab pertanyaan sehingga membantu jalanya penelitian. Persiapan tersebut perlu dilakukan saat akan wawancara agar tercipta suasana keakraban antara peneliti dengan informan.Pada penelitian ini digunakan 17 metode observasi dan wawancara. Menurut (Banister dalam Poerwandani, 2001) observasi merupakan arahan pada suatu kegiatan yang memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam sebuah penelitian tersebut. Sejalan dengan itu observasi juga mengamati perilaku dan objek dilapangan sehingga peneliti dapat melakukan wawancara setelah dari observasi. Gambaran akan sebuah pertanyaan dapat disusun apabila kita sudah terjun langsung dan mengamati hal-hal yang terjadi di lapangan. Pada ilmu Antropologi juga diperkenalkan teknik penelitian menggunakan observasi partisipasi dimana seorang peneliti juga terlibat langsung dalam kegiatan informan yang sekaligus dapat dilakukan wawancara saat itu juga. (Spradley, 1997). Jadi peneliti juga ikut terjun langsung dan merasakan kegiatan yang dilakukan oleh komunitas serta melakukan wawancara kepada narasumber di sela-sela kesibukanya pada segudang kegiatan komunitas. Komunitas ini banyak melakukan kegiatannya di kota Jogja sesekali mereka diundang ke luar kota sebagai narasumber, namun tidak dimasukan kedalam agenda kegiatan mereka yang sudah disusun, biasanya hal itu bersifat undangan saja. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak yang mewawancarai berhak mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai berhak memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Moleong, 1989: 148) dalam wawancara ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disusun sebagai panduan wawancara dan direkam menggunakan alat perekam dengan ijin dan sepengetahuan narasumber. Maka dari itu hasil 18 obeservasi dan wawasan sangat penting. Analisis dalam penelitian ini menggabungkan beberapa hari observasi, kutipan wawancara dengan informan dan dengan ditunjang oleh data dari study pustaka. Data yang akan diambil berdasarkan observasi awal dengan mengikuti beberapa kegiatan yang dilakukan komunitas dan memohon ijin umtuk melihat beberapa berkas-berkas sejarah dan kegiatan komunitas, setelah mengamati kegiatan komunitas maka yang selanjutnya dilakukan adalah pembuatan instrumen. Pembuatan instrumen dilakukan dengan membuat data pertanyaan kemudian dilanjut dengan teknik wawancara kepada narasumber yang sudah dipilih. Narasumber dipilih berdasarkan pengalaman mereka yang sudah lebih dari dua tahun bergabung dengan alasan bahwa pada tahun kedua mereka sudah terbiasa dengan sistem yang ada dikomunitas dan bersedia untuk diwawancarai. Setelah observasi dan wawancara dilakukan maka hasil tersebut digabungkan dengan ditunjang dari beberapa studi pustaka yang ada. 4. Sistematika penulisan Pada tulisan ini, bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori dan metode penelitian. Bab kedua berisi tentang profil Earth Hour secara umum seperti lahirnya Earth Hour secara global hingga Earth Hour Jogja, struktur organisasi dan pendanaan. Pada bab ketiga akan dibahas strategi yang digunakan Earth Hour Jogja dalam berkampanye, sedangkan pada bab keempat akan dijelaskan faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan dari kampanye Earth Hour Jogja selama ini. tulisan ini ditutup dengan bab lima yang berisi kesimpulan dan saran. 19