14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

advertisement
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini meliputi tiga aktivitas yaitu: survei lapangan, identifikasi
sampel dan pengolahan data. Kabupaten Gorontalo mempunyai kawasan Danau
Limboto yang luasnya mencapai 3000 ha. Kabupaten Gorontalo dipilih sebagai
daerah politan karena Danau Limboto mempunyai keanekaragaman yang tinggi,
meskipun kondisi Danau Limboto sekarang ini telah mengalami kerusakan.
Lokasi penelitian difokuskan di Kelurahan Hutuo yang merupakan salah satu
Kelurahan yang terletak di bagian utara kawasan Danau Limboto. Waktu
penelitian selama 3 bulan, dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Juni
2013.
3.2 Bahan, Alat-alat dan Data yang Digunakan untuk Penelitian
3.2.1
Bahan-bahan Penelitian
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a. Tisu yang digunakan untuk mengeringkan alat yang digunakan.
b. Rafiah untuk membuat line transek dan plot.
c. Spiritus digunakan untuk pengawetan sampel saat di lokasi pengambilan
sampel.
d. Tumbuhan yang ditemukan di Danau Limboto sebagai spesies yang akan di
teliti.
14
15
3.2.2 Alat-alat yang digunakan dalam Penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk penelitian adalah
a. Kamera yang digunakan untuk mengambil gambar tumbuhan sebagai bukti
fisik.
b. Buku catatan lapangan digunakan untuk menulis semua informasi sampel
tumbuhan yang diambil.
c. Rol meter digunakan untuk mengukur jarak antara stasiun.
d. GPS (Global Posistion System) digunakan untuk penentuan lokasi kajian,
tempat pengamatan dan pengambilan sampel.
e. Solsyster digunakan untuk mengukur suhu.
f. Hydrometer digunakan untuk mengukur pH tanah.
g. Etiket sebagai tempat penulisan nama spesies.
h. Alat tulis menulis digunakan untuk menulis nama spesies tumbuhan.
i. Penghapus untuk menghapus nama jenis tumbuhan yang telah ditulis pada
etiket.
b. Kantong plastik digunakan untuk menyimpan sampel.
c. Sasak digunakan untuk membawa tumbuhan tetap utuh.
j. Kertas karton tebal digunakan untuk melindungi sampel sedemikian rupa
sehingga letak sampel tidak berubah dan tetap rata.
k. Kertas merang digunakan untuk pembatas antara sampel dengan sampel
lainnya.
l. Oven digunakan untuk proses pengiringan sampel.
m. Seperangkat alat komputer digunakan untuk mengetik dan mengolah data.
16
3.2.3 Data Seluruh yang diperlukan
Data seluruh yang diperlukan pada penelitian ini adalah
a. DDA Kabupaten Gorontalo tahun 2013
b. Data dan informasi seluruh dari dinas, instansi teknis yang terkait dengan
penelitian ini.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survey.
Data penelitian diperoleh dengan cara membuat plot bersarang, ukuran plot
merupakan luas area minimal, yaitu suatu luasan plot yang diperoleh
berdasarkan kurva spesies area. Sebelum melakukan pengumpulan data
dilakukan pengamatan awal di lapangan atau observasi, kemudian dengan alat
bantu GPS (Global Posistion System) dilakukan penentuan lokasi kajian, tempat
pengamatan dan pengambilan sampel.
3.4 Prosedur Penelitian
Pengambilan sampel tumbuhan di lakukan 2 tahap, tahap pertama koleksi
lapangan seperti pemilihan area kajian, pemilihan ini bersifat subjektif, dan
tahap kedua penentuan luas area minimal.
1. Pembuatan plot bersarang (nested plot) yaitu plot ukurannya meluas,
dimualai dari ukuran kecil (0,50x0,50 m2), kemudian diperluas dua kali
hingga sampai tidak di temukan jenis tumbuhan lagi. Dalam subplot 1,
dicatat macam jenis yang ditemui. Selanjutnya dalam subplot 2 kembali
dicatat macam jenis y a n g ditemui, namun belum ditemukan dalam subplot
1. demikian seterusnya hingga subplot terakhir (tidak ditemukan jenis
17
tumbuhan), hingga diperoleh data checklist jenis yang tumbuh di lokasi
tersebut. Data kumulatif jumlah jenis yang dijumpai ditabulasi untuk
menghitung area minimal.
2. Pembuatan kurva spesies/area.
Gambar dibawah ini adalah plot bersarang (Nested plot) yang digunakan
dalam mengambil data. Contoh plot bersarang (Nested plot) disajikan pada
Gambar 3.1 sebagai berikut.
5
6
3
4
0,5
1m
1
2
1m
0,5
12m
4
4m
16
8m
Gambar 3.1. Contoh Plot Bersarang (Nested plot)
18
Setelah spesies tumbuhan bawah dikoleksi, selanjutnya buat kurva
spesies/area. Kurva ini nantinya akan digunakan untuk menentukan luas area
minimal. Kurva ini dibentuk dari nilai luasan subplot bersarang pada sumbu X
dan jumlah spesies kumulatif pada surnbu Y. Kurva spesies areal untuk
menentukan luas area minimal disajikan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Kurva spesies/area untuk menentukan luas area minimal
Tahap pembentukan kurva selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Titik-titik koordinat yang terbentuk dihubungkan dengan garis untuk
membentuk suatu kurva.
2. Kemudian dibuat garis yang menghubungkan koordinat (0,0) dengan 10 %
nilai maksimum X (yaitu luas terbesar plot bersarang) dan Y (jumlah spesie
19
kumulatif terbesar). Dalam contoh di atas, nilai koordinat tersebut adalah
(0,8 ; 2,5).
3. Selanjutnya dibuat garis paralel dengar garis pada nomor (2) yang
menyinggung kurva pada tempat yang mulai mendatar.
4. Absis koordinat titik singgung antara garis (3) dengan kurva merupakan
luas area minimal releve. Dalam contoh ini, luas area minimalnya adalah
1,25 m2.
Setelah pembuatan plot bersarang, kemudian dibuat kurva spesies/area
untuk diketahui luas areal minimal, setelah itu tumbuhan yang sudah diperoleh
akan dijadikan herbarium, yang pertama pengumpulan tanaman dari lapangan di
masukan kedalam sasak dan diberi spiritus untuk mengawetkan tumbuhan, setelah
itu tumbuhan tersebut dikeringkan di oven agar tidak mudah terserang jamur.
Selanjutnya pembuatan herbarium, tumbuhan yang sudah diawetkan akan
ditempel di kertas atau papan.
3.5 Analisis Data
Struktur vegetasi yang dianalisis adalah struktur vegetasi tingkat semak.
Data vegetasi yang tumbuh di lokasi penelitian dianalisis untuk mengetahui
Kerapatan(K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR),
serta Indeks Nilai Penting (INP) menggunakan rumus Dombois dan Ellembeng
(1974), sebagai berikut:
1. Kerapatan Jenis
=
Jumlah Individu Suatu Jenis
Jumlah Total Luas Areal
20
2. Kerapatan Relatif =
3. Frekuensi Jenis
=
4. Frekuensi Relatif =
Kerapatan Individu Suatu Jenis
x 100 %
Kerapatan Total Seluruh Jenis
Jumlah Satuan Petak
Jumlah Banyaknya petak
Frekuensi Suatu Jenis
x 100 %
Frekuensi Total Suatu Jenis
5. Indeks nilai penting = FR + KR
Dimana : FR
= Frekuensi relatif
KR
= Kerapatan relatif
Indeks nilai penting suatu jenis berkisar antara 0-300, nilai penting ini
memberikan gambaran tentang peranan suatu jenis tumbuhan dalam ekosistem
dan dapat juga di gunakan untuk mengetahui dominansi suatu spesies dalam
komunitas.
Download