PENELITIAN DOSEN EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI

advertisement
PENELITIAN DOSEN
EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI PETROBIO DAN PUPUK PHONSKA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN JAGUNG
Oleh:
Ir. Faisal Hamzah, M.P.
Kaharuddin, S.P., M.P.
Dr. Ismaya N.R. Parawansa, S.P., M.Si.
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) GOWA
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2013
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian
2. Bidang Penelitian
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap
b. Jenis Kelamin
c. NIP
d. Disiplin Ilmu
e. Pangkat/Golongan
f. Jabatan
g. Jurusan
h. Alamat
i. Telpon/Fax/E-mail
j. Alamat Rumah
k. Telpon/Fax/E-mail
4. Jumlah Anggota Peneliti
Nama Anggota
5. Lokasi Penelitian
6. Jumlah Biaya yang diusulkan
: Efektivitas Pupuk Hayati Petrobio
dan Pupuk Phonska Terhadap
Pertumbuhan
dan
Produksi
Tanaman jagung.
: Pertanian
:
: Ir. Faisal Hamzah, M.P.
: Laki-laki
: 19611110 198803 1 001
: Sistem-Sistem Pertanian
: Penata TK I/IIId
: Lektor
: Penyuluhan Pertanian
: Jl. Malino KM 7 Romanglompoa,
Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa
: (0411) 861127
: Griya Talasalapang B5, Makassar
: (0411) 889747
: 2 orang
: Kaharuddin, S.P., M.P.
Dr. Ismaya NR. Parawansa, M.Si
: Gowa
: Rp. 7.500.000.
Gowa,
November 2013
Mengetahui
Kepala UPPM
Ketua Peneliti,
Ir. Abd. Rahman Arinong, M.P.
NIP. 19660510 199903 1 002
Ir. Faisal Hamzah, M.P.
NIP. 19611110 198803 1 001
Menyetujui
Ketua STPP Gowa
Drs. Muh. Arby Hamire, M.Si.
NIP. 19570402 198101 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penelitian dan
pembuatan laporan yang berjudul “Efektivitas Pupuk Hayati Petrobio dan
Pupuk Phonska Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman jagung”
dapat diselesaikan sesuai dengan jadual yang telah ditentukan.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berkurangnya luas lahan
pertanian
serta
penurunan
produktivitas
lahan,
sehingga
untuk
meningkatkan produksi diperlukan input yang besar. Penggunaan pupuk
hayati Petrobio yang dikombinasikan dengan pupuk phonska diharapkan
dapat menjadi solusi dalam upaya peningkatan produksi, khususnya pada
tanaman jagung.
Ucapan terima kasih kepada Drs. Muh. Arby Hamire, M.Si. (Ketua
STPP Gowa) yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam
pelaksanaan penelitian, dan juga kepada Ketua UPPM beserta seluruh
stafnya atas bantuan fasilitas selama penelitian berlangsung.
Akhirnya, Penulis mengharapkan semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi petani, akademisi, dan para penggiat pertanian dalam
upaya peningkatan peroduksi jagung dan peningkatan kesejahteraan
petani. Amin.
Gowa,
November 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
i
ii
iii
iv
v
vi
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1
1
3
4
4
II .
TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Tanaman Jagung
B. Pupuk dan Pemupukan
C. Pemupukan Berimbang
D. Pupuk Hayati Petrobio
E. Hipotesis
5
5
6
7
10
10
III .
BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Alat dan Bahan Penelitian
C. Metode Penelitian
D. Pelaksanaan Penelitian
E. Parameter Penelitian
F. Analisis Data
12
12
12
12
13
14
14
IV .
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tinggi Tanaman
2. Berat 1.000 Biji
3. Produksi Biji Pipilan
4. Volume Akar
B. Pembahasan
15
15
15
16
17
18
19
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
23
23
23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
24
25
iv
DAFTAR TABEL
No.
1.
2.
3.
4.
Hal.
Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap
rata-rata tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif
15
Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap
rata-rata berat 1.000 biji
16
Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap
rata-rata produksi biji pipilan
17
Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap
rata-rata volume akar
18
v
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Hal.
1.
Denah percobaan
26
2.
Hasil analisis tanah
27
3a. Hasil pengamatan tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif
28
3b. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman pada akhir fase
vegetatif
28
4a. Hasil pengamatan berat 1.000 biji
29
4b. Hasil analisis sidik ragam berat 1.000 biji
29
5a. Hasil pengamatan produksi biji pipilan
30
5b. Hasil analisis sidik ragam produksi biji pipilan
30
6a. Hasil pengamatan volume akar
31
6b. Hasil analisis sidik volume akar
31
7.
8.
Dokumentasi penelitian pada saat persiapan penanaman (a–
d) dan pada saat pemberian air (e–f)
32
Dokumentasi penelitian pada saat pengukuran tinggi tanaman
(a–b) dan pada fase generatif (c–d) tanaman, dan pada
pengamatan volume akar (e–f)
33
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan pertanian di Indonesia apabila ditelusuri dari waktu
ke waktu mengalami berbagai pasang surut (Dillon, 2004). Lebih lanjut
dinyatakan bahwa bidang pertanian sebagai dasar perekonomian
kerakyatan pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang sendisendi pembangunan bangsa, dan pada akhirnya mengalami berbagai
gejolak permasalahan. Realitas permasalahan keadaan pertanian di
Indonesia sangatlah kompleks. Nuhung (2003) merinci ada beberapa
permasalahan pembangunan pertanian yang dihadapi saat ini, yaitu: 1)
Teknologi, 2) Kelembagaan, 3) Permodalan, 4) Pengolahan dan pasca
panen, 5) Pemasaran, 6) Lahan, dan 7) Pembinaan dan penyuluhan.
Khusus mengenai penguasaan lahan, Dillon (2004) menyebutkan
bahwa berdasarkan sensus pertanian 1993, sekitar 22.856.000 jiwa
memiliki lahan kurang dari satu hektar. Hal ini sejalan dengan Nuhung
(2003) yang menyatakan bahwa 50 % petani di Indonesia memiliki lahan
dengan luas kurang dari 0,5 ha.
Selain faktor luas lahan, faktor produktivitas lahan merupakan hal
yang urgen untuk saat ini, saat ini sangat jarang dijumpai lahan dengan
produktivitas tinggi, yang ada hanya lahan dengan produktivitas rendah.
Rendahnya produktivas lahan saat ini disebabkan oleh beberapa hal,
seperti penggunaan pupuk urea yang kontinu yang berdampak pada
rusaknya struktur tanah dan kurangnya input bahan organik.
1
Produktivitas lahan/tanah merupakan gambaran kemampuan tanah
berdasakan pada pertimbangan ekonomis dan bukan hanya pada sifat
tanah semata. Tanah produktif harus mempunyai kesuburan yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, walaupun tanah subur tidak
selalu berarti produktif. Tanah yang subur akan produktif jika dikelola
dengan tepat, menggunakan teknik pengelolaan dan jenis tanaman yang
sesuai. Apriyantono (2008) menegaskan bahwa, dengan kondisi pertanian
di Indonesia saat ini dimana luas lahan hanya 20 juta hektar serta jumlah
petani mencapai 25 juta orang, sehingga sangat sulit untuk meningkatkan
produksi pertanian tanpa peran serta teknologi, dengan lahan pertanian
yang tidak begitu luas, maka yang diperlukan adalah optimalisasi lahan
yang ada.
Pemupukan merupakan salah satu input teknologi yang dilakukan
dalam rangka peningkatan produktivitas lahan, dan pemupukan ini tidak
dapat dipungkiri sangat besar artinya, sebagai contoh dalam peningkatan
produksi padi, hal ini dapat dilihat pada program BIMAS yang
menghantarkan Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun
1984.
Berhubung
karena
kondisi
kesuburan
tanah
yang semakin
menurun, dan kebiasaan petani yang hanya menggunakan satu jenis
pupuk saja, yaitu urea, maka lambat laun produktivitas tanah semakin
menurun. Urea dengan dosis tinggi yang digunakan dalam waktu yang
cukup lama dan kontinu berakibat pada rusaknya kondisi struktur tanah.
2
Struktur tanah yang rusak akan mengakibatkan kesuburan fisik, kimia dan
biologi tanah akan menurun.
Untuk menghindari hal tersebut, maka konsep pemupukan
berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman merupakan salah satu
solusi dalam peningkatan produktivitas tanah dan tanaman. Pupuk dapat
berasal dari pupuk organik maupun anorganik, dan untuk membantu
meningkatkan ketersediaan bahan organik dalam tanah maka digunakan
pupuk hayati.
Pupuk hayati ialah bahan yang mengandung mikroorganisme hidup
dari mikrobia yang digunakan untuk meningkatkan jumlah mikrobia
sehingga dapat menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Sugito
et al, 1995 dalam Wahyuni, et al, 2009).
Pupuk hayati sangat efektif
dalam penyediaan nutrisi dan perbaikan sifat tanah dalam mendukung
pertumbuhan
tanaman.
Handayanto
(1998)
menyatakan
bahwa
pemanfaatan pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik
memberikan prospek yang cukup baik dalam peningkatan produktivitas
tanah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peningkatan produksi
jagung melalui penggunaan pupuk hayati petrobio yang dikombinasikan
dengan pupuk anorganik phonska menjadi menarik untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengaruh
dosis
pupuk
hayati
petrobio
terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung.
3
2.
Bagaimana pengaruh dosis pupuk phonska terhadap pertumbuhan
dan produksi jagung.
3.
Apakah ada interaksi antara dosis pupuk phonska dan pupuk hayati
petrobio terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk hayati petrobio terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung.
2.
Untuk
mengetahui
pengaruh
dosis
pupuk
phonska
terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung.
3.
Untuk mengetahui interaksi antara dosis pupuk phonska dan pupuk
hayati petrobio terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.
D. Kegunaan Penelitian
1.
Sebagai
bahan
peningkatan
informasi
kepada
produktivitas lahan
dan
masyarakat
tanaman
dalam
jagung
upaya
melalui
penggunaan paket pupuk hayati petrobio dan pupuk phonska.
2.
Sebagai
bahan
optimalisasi
masukan
pemanfaatan
kepada
pemerintah
sumberdaya
lahan
dalam
rangka
dalam
usaha
peningkatan produktivitas tanah dan tanaman, khususnya dalam
penggunaan paket pupuk hayati petrobio dan pupuk phonska.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Budidaya Tanaman Jagung
Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua
setelah padi karena di beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan
makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting
dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan
baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak, khususnya
pakan ayam. Dengan semakin berkembangnya industri pengolahan
pangan di indonesia, maka kebutuhan akan jagung akan semakin
meningkat pula (Bakhri, 2007).
Sugeng (2001) menjelaskan bahwa jagung merupakan tanaman
monokotil berbiji tunggal dengan ciri-ciri: 1) berakar serabut, 2) batangnya
beruas-ruas, 3) bijinya berkeping satu, 4) bunganya tersusun dalam
karangan yang berbeda. Karangan bunga jagung terdiri dari dua macam,
yaitu bunga jantan yang hanya mempunyai benang sari dan bungan
betina yang hanya terdiri dari kepala putik. Penyerbukannya banyak
dibantu oleh angin, serbuk sari yang telah masak akan beterbangan dan
jatuh pada kepala putik, sehingga dengan demikian jagung dinamakan
tumbuhan berumah satu.
Jagung pada dasarnya tidak terlalu membutuhkan persyaratan tanah
yang khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan
memberikan produksi yang optimal. Jagung tumbuh baik pada pH tanah
antara 5,6 – 7,5, aerasi dan ketersediaan air yang baik, kemiringan tanah
5
kurang dari 8 %. Pada lahan yang kemiringannya lebih dari 8 % sebaiknya
dilakukan pembentukan teras lebih dahulu. Jagung juga merupakan
tanaman daerah panas, yang dapat tumbuh dari 1 sampai 2.000 mdpl
(Sugeng, 2001). Lebih lanjut dinyatakan bahwa tanah yang baik untuk
penanaman jagung adalah tanah selalu dalam keadaan kering dengan
curah hujan yang tidak terlalu lebat, sehingga tanaman jagung banyak di
tanaman pada akhir musim hujan.
B.
Pupuk dan Pemupukan
Dalam pengertian sehari-hari, pupuk adalah suatu bahan yang
digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah, sedangkan pemupukan
adalah penambahan bahan tersebut ke tanah agar tanah menjadi subur
(Hardjowigeno, 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pemupukan dalam
arti
luas
mencakup
penambahan
bahan-bahan
lain
yang
dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah, misalnya pemberian pasir pada tanah liat,
penambahan tanah mineral pada tanah organik, dan pemberian kapur
pada tanah-tanah dengan pH rendah.
Pemupukan dilakukan untuk menggantikan unsur hara yang hilang
akibat proses pencucian, erosi, penguapan, dan yang hilang melalui
panenan.
Kegiatan
mempertahankan
pemupukan
tingkat
sudah
kesuburan
menjadi
tanah
kebutuhan
dengan
tujuan
untuk
untuk
kelangsungan pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Winarso, 2005).
Hingga saat ini, petani masih lebih banyak menggunakan pupuk
anorganik (pupuk buatan) untuk mencukupi kekurangan unsur hara yang
6
dibutuhkan tanaman. Hal ini disebabkan karena pupuk organik mudah
digunakan, mempunyai kandungan hara yang tinggi, sangat larut, dan
lebih mudah menyatukan beberapa unsur hara. Akan tetapi pupuk
anorganik mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: 1)
petani harus
membeli, 2) sering tidak tersedia di pasaran saat dibutuhkan, dan
merusak/membahayakan
dan
mencemari
tanah
dan
air
3)
apabila
penggunaannya berlebihan atau tidak tepat. Pemberian pupuk anorganik
pada
lahan-lahan
pertanian
secara
intensif
dan
jangka
panjang
menunjukkan adanya kecenderungan kadar bahan organik tanah
menurun, struktur tanah rusak, dan pencemaran lingkungan. Kondisi ini
jika berlanjut akan menurunkan kualitas tanah dan kesehatan lingkungan
(Winarso, 2005).
C. Pemupukan Berimbang
Winarso (2005) menguraikan tentang pentingnya pengelolaan
kesetimbangan unsur hara dalam tanah melalui pemupukan. pemupukan
adalah hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan produksi dan
efisiensi pemupukan. Berdasarkan hasil penelitian di Vietnam, pemberian
pupuk tunggal N saja hanya meningkatkan produksi jagung sebesar 1,03
ton/ha, sedangkan pemupukan dengan NPK memberikan 3,30 ton/ha.
Penggunaan
pupuk
akan
lebih
menguntungkan
apabila
memperhatikan 5 tepat dalam pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis,
tepat
tempat
pemupukan,
tepat
waktu,
dan
tepat
cara/metode
pemupukan. Ketidaktepatan salah satu dari 5 prinsip tersebut akan
7
memberikan hasil pemupukan kurang efisien yang ditunjukkan oleh
rendahnya nilai efisiensi pemupukan. Efisiensi pemupukan yang rendah
berarti banyak pupuk yang hilang atau tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman, yang akhirnya justru berakibat tidak baik pada lingkungan yang
ditunjukkan oleh rendahnya kualitas tanah, kesehatan hewan dan
manusia (Winarso, 2005).
Salah satu cara untuk mempertahankan kesetimbangan unsur hara
dalam tanah adalah melalui aplikasi pemupukan berimbang. Pemupukan
berimbang adalah suatu cara pemberian pupuk kepada tanaman dengan
berdasar kepada tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman,
sehingga dosis pemupukan pada setiap lokasi dan fase pertumbuhan
tanaman akan menjadi berbeda (Subroto dan Yusriani, 2005).
Secara terperinci uraian tentang tepat jenis, tepat dosis, dan tepat
waktu pada penerapan sistem teknologi pemupukan berimbang adalah
sebagai berikut:
a) Tepat Jenis
Hardjowigeno (2003) menjelaskan bahwa tiap-tiap jenis pupuk
mempunyai jumlah kandungan unsur hara, reaksi fisiologis, kelarutan, dan
kecepatan bekerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan jenis pupuk
serta cara dan waktu pemberiannya berbeda-beda untuk setiap jenis
tanaman atau jenis tanah. Pada paket teknologi pemupukan berimbang,
jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36, ZA, dan KCl.
8
b) Tepat Dosis
Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan
tanaman akan unsur hara, kandungan unsur hara yang ada dalam tanah,
serta kadar unsur hara yang terdapat dalam tanah (Hardjowigeno, 2003).
c) Tepat Waktu
Hardjowigeno (2003) menjelaskan bahwa pupuk yang bekerjanya
cepat diberikan setelah tanam dan sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit
dalam 2 atau 3 kali pemupukan, karena pupuk ini mudah tercuci, contoh
ZA, Urea, ASN, NH4Cl. Pupuk yang bekerjanya lambat diberikan sebelum
tanam dan sekaligus, contoh TSP dan SP-36. Sedangkan pupuk yang
bekerjanya sedang dapat diberikan sebelum dan sesudah tanam, asal
jangan terlalu jauh dengan saat mulainya aktivtas tanaman, contoh pupuk
rustica yellow.
D.
Pupuk Hayati Petrobio
Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup
dari mikrobia yang digunakan untuk meningkatkan jumlah mikrobia dalam
tanah, sehingga dapat menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman
(Sugito et al, 1995 dalam Wahyuni, et al, 2009).
Handayanto (1998)
menambahkan bahwa keberadaan pupuk hayati dalam tanah dinilai
sangat efektif karena dapat meningkatkan ketersediaan hara dan
memperbaiki sifat tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman.
9
Sugiarto (2008) menyatakan bahwa pupuk hayati petrobio berbentuk
granuler, berbahan aktif bakteri penambat N-bebas tanpa bersimbiosis
dan mikroba pelarut P. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pupuk hayati
petrobio bahan aktifnya terdiri dari mikroba Aspergillus niger, Penicillium
sp, Pantoea sp, Azospirillum sp, dan Streptomyces sp., keberadaan
mikroba-mikroba tersebut mengefektifkan serapan N dan P tanah oleh
tanaman.
Bakteri penambat N dari udara berkemampuan mengikat N bebas di
dalam udara tanah melalui produksi enzim reduktase urea. Bakteri
tersebut bersimbiosis dengan akar tanaman dan hidup dalam bintil akar.
Simbiosis ini membuat tanaman hanya perlu pasokan sedikit N, Selain itu,
mikroba pelarut P yang digunakan bisa menghasilkan enzim fosfatase,
asam-asam organik, dan polisakarida ekstra sel yang membebaskan
unsur P dari senyawa pengikatnya sehingga P tersedia bagi tanaman
(Sugiarto, 2008). Anonim (2010) menambahkan bahwa Pupuk hayati
petrobio
berisi
mikroorganisme
penghancur
bahan-bahan
organik
(dekomposer) sehingga tanah menjadi gembur, sehingga mampu
menahan air yang lebih banyak dan akar tanaman dapat berkembang
lebih maksimal, sehingga serapan unsur hara akan lebih efektif.
E. Hipotesis
Untuk
mencapai
sasaran
penelitian,
maka
hipotesis
yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:
10
1.
Terdapat
pengaruh
dosis
pupuk
hayati
petrobio
terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung.
2.
Terdapat pengaruh dosis pupuk phonska terhadap pertumbuhan dan
produksi jagung.
3.
Terdapat interaksi antara dosis pupuk hayati petrobio dan dosis pupuk
phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.
11
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kab. Gowa. Waktu penelitian
berlangsung dari Mei sampai Agustus 2013. Lokasi ini dipilih karena
merupakan salah satu lokasi daerah pengembangan jagung.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan, yaitu: pacul, tali, gembor, sekop, kantong
plastik, ember, alat dokumentasi, dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah: pupuk petrobio, pupuk phonska, benih jagung
hibrida varietas Buna-3 Bantimurung, air, dan contoh tanah.
C.
Metode Penelitian
Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dalam dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk Petrobio
dengan 4 taraf dosis, yaitu 0 kg ha -1 (B1), 30 kg ha-1 (B2), 60 kg ha-1 (B3),
dan 90 kg ha-1 (B4). Faktor kedua adalah pupuk Phonska dengan 3 taraf
dosis, yaitu 0 kg ha-1 (P1), 150 kg ha-1 (P2), dan 300 kg ha-1 (P3). Dari
kedua faktor tersebut didapatkan 12 kombinasi perlakuan, dengan 3 kali
ulangan.
12
D.
Pelaksanaa Penelitian
1.
Pengambilan contoh tanah
Contoh tanah diambil secara komposit pada lapisan olah (kedalaman
0–20 cm) pada beberapa titik (metode w). Sampel tanah tersebut
dihaluskan kemudian dicampur secara merata dan dimasukkan ke
dalam wadah yang sudah diberi label, untuk kemudian di analisis di
laboratorium.
2.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan setelah pengambilan contoh tanah.
Tanah diolah sampai gembur dengan kedalaman 30 cm, yang
memungkinkan akar tanaman dapat berkembang dengan baik.
3.
Aplikasi pemupukan
Aplikasi pemupukan yang pertama dilakukan bersamaan dengan
waktu tanam, dengan dosis 1/3 dari perlakuan, sedangkan aplikasi
pemupukan yang kedua dilakukan pada saat tanaman jagung
berumur 5 minggu setelah tanam dengan dosis 2/3 dari perlakuan.
4.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan sistem tugal dengan jarak tanam 25 x
75 cm, luas ukuran petak perlakuan akan disesuaikan dengan luas
lahan yang tersedia.
13
5.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi: penyiraman, penyiangan, dan
pembumbunan, dan perbaikan drainase.
6.
Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman jagung sudah tua, dengan ciriciri: 1) rambut buah berwarna coklat, 2) kulit paling luar berwarna
kuning dan mengering, dan 3) biji keras dan tidak mudah dilukai.
E.
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah: tinggi tanaman,
berat 1.000 biji, berat kering pipilan per hektar, dan volume akar.
F.
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis sidik
ragam (anova), dan dilanjutkan dengan Uji Berganda Duncan jika ada
perbedaan pada setiap parameter pengamatan.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Tinggi Tanaman
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman
disajikan pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa perlakuan Petrobio
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman
sedangkan perlakuan Phonska memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tinggi tanaman. Interaksi antara Petrobio dengan Phonska
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Hasil analisis Uji Berganda Duncan 0,05 pengamatan tinggi
tanaman pada Tabel 1 menunjukkan bahwa, perlakuan Phonska 300 kg
ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata tinggi tanaman
122,50 cm dan hanya berbeda nyata dengan Phonska 0 kg ha-1 (P0)
dengan rata-rata tinggi tanaman 91,19 cm. Untuk perlakuan Petrobio,
perlakuan 60 kg ha-1 (B2) memberikan hasil yang tertinggi dengan ratarata tinggi tanaman 110,39 cm.
Tabel 1. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap ratarata tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif
Perlakuan
0 kg ha-1
(P0)
150 kg ha-1
(P1)
300 kg ha-1
(P2)
Rata-rata
(cm)
0 kg ha-1 (B0)
30 kg ha-1 (B1)
60 kg ha-1 (B2)
90 kg ha-1 (B3)
88,92
79,08
103,75
93,00
107,83
126,58
108,17
99,92
131,83
109,67
119,25
122,50
109,53
105,11
110,39
105,14
Rata-rata (cm)
91,19 b
110,63 a
120,81 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang
sama berbeda nyata berdasarkan uji Berganda Duncan 0,05
15
2.
Berat 1.000 Biji
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam berat 1.000 biji
disajikan pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa perlakuan Petrobio
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap berat 1.000 biji
sedangkan perlakuan Phonska memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap berat 1.000 biji. Interaksi antara Petrobio dengan Phonska
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap berat 1.000 biji.
Hasil analisis Uji Berganda Duncan 0,05 pengamatan berat 1.000
biji pada Tabel 2 menunjukkan bahwa, perlakuan Phonska 300 kg ha-1
(P2) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata berat 1.000 biji
225,04 g dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Untuk perlakuan
Petrobio, perlakuan 90 kg ha-1 (B3) memberikan hasil yang tertinggi
dengan rata-rata berat 1.000 biji 208,56 g.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap ratarata berat 1.000 biji
Perlakuan
0 kg ha-1
(P0)
150 kg ha-1
(P1)
300 kg ha-1
(P2)
Rata-rata
(g)
0 kg ha-1 (B0)
30 kg ha-1 (B1)
60 kg ha-1 (B2)
90 kg ha-1 (B3)
173,27
185,83
175,23
212,23
185,87
229,07
196,40
189,73
233,77
207,70
235,90
222,80
197,63
207,56
202,51
208,56
Rata-rata (g)
186,64 b
200,27 b
225,04 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang
sama berbeda nyata berdasarkan uji Berganda Duncan 0,05
16
3.
Produksi Biji Pipilan
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam produksi biji pipilan
disajikan pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa perlakuan Petrobio
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi biji pipilan,
sedangkan perlakuan Phonska memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap produksi biji pipilan. Interaksi antara Petrobio dengan Phonska
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi biji pipilan.
Hasil analisis Uji Berganda Duncan 0,05 pengamatan produksi biji
pipilan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa, perlakuan Phonska 300 kg
ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata berat produksi
biji pipilan 4.763,75 kg ha-1 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Untuk perlakuan Petrobio, perlakuan 90 kg ha-1 (B3) memberikan hasil
yang tertinggi dengan rata-rata produksi biji pipilan 4.141,27 kg ha-1.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap ratarata produksi biji pipilan
Perlakuan
0 kg ha-1
(P0)
150 kg ha-1
(P1)
300 kg ha-1
(P2)
Rata-rata
(kg ha-1)
0 kg ha-1 (B0)
30 kg ha-1 (B1)
60 kg ha-1 (B2)
90 kg ha-1 (B3)
1.831,20
2.683,20
3.071,40
3.678,80
3.049,60
4,652,00
3.461,80
3.639,00
5.662,00
3.690,40
4.596,60
5.106,00
3.514,27
3.675,20
3.709,93
4.141,27
Rata-rata (kg ha-1)
2.816,15 b
3.700,60 b
4.763,75 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang
sama berbeda nyata berdasarkan uji Berganda Duncan 0,05
17
4.
Volume Akar
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam volume akar
disajikan pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa perlakuan Petrobio
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap volume akar sedangkan
perlakuan Phonska memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
volume akar. Interaksi antara Petrobio dengan Phonska memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap volume akar.
Hasil analisis Uji Berganda Duncan 0,05 pengamatan volume akar
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa, perlakuan Phonska 300 kg ha-1 (P2)
memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata volume akar 24,34 cm3
dan hanya berbeda nyata dengan perlakuan 0 kg ha-1 (P0) dengan ratarata volume akar 12,84 cm3. Untuk perlakuan Petrobio, perlakuan 30 kg
ha-1 (B1) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata volume akar
20,83 cm3.
Tabel 4. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap ratarata volume akar
Perlakuan
0 kg ha-1
(P0)
150 kg ha-1
(P1)
300 kg ha-1
(P2)
Rata-rata
(cm3)
0 kg ha-1 (B0)
30 kg ha-1 (B1)
60 kg ha-1 (B2)
90 kg ha-1 (B3)
11,50
11,67
13,19
15,00
15,00
25,83
19,17
18,33
26,25
25,00
21,53
24,58
17,58
20,83
17,96
19,31
Rata-rata (cm3)
12,84 b
19,58 a
24,34 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang
sama berbeda nyata berdasarkan uji Berganda Duncan 0,05
18
B. Pembahasan
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
Petrobio
memberikan
pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman, berat 1.000 biji, berat
pipilan per hektar, dan volume akar, sedangkan Phonska memberikan
pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan pengaruh sangat nyata
terhadap berat 1.000 biji, berat pipilan per hektar, dan volume akar.
Adanya pengaruh yang tidak nyata pada Petrobio lebih disebabkan
karena pada dasarnya Petrobio lebih berperan dalam mengefektifkan
pupuk kimia terutama N dan P. Hal ini didukung oleh Sugiarto (2008)
menyatakan bahwa petrobio berbahan aktif bakteri penambat N-bebas
tanpa bersimbiosis dan mikroba pelarut P, terdiri dari mikroba Aspergillus
niger, Penicillium sp, Pantoea sp, Azospirillum sp, dan Streptomyces sp.,
keberadaan mikroba-mikroba tersebut mengefektifkan serapan N dan P
tanah oleh tanaman.
Bakteri penambat N dari udara berkemampuan mengikat N bebas
di dalam udara tanah melalui produksi enzim reduktase urea. Bakteri
tersebut bersimbiosis dengan akar tanaman dan hidup dalam bintil akar.
Simbiosis ini membuat tanaman hanya perlu pasokan sedikit N, Selain itu,
mikroba pelarut P yang digunakan bisa menghasilkan enzim fosfatase,
asam-asam organik, dan polisakarida ekstra sel yang membebaskan
unsur P dari senyawa pengikatnya sehingga P tersedia bagi tanaman
(Sugiarto, 2008).
19
Adanya pengaruh yang nyata dari Phonska karena pupuk phonska
mempunyai
keunggulan
dalam
memacu
pertumbuhan
akar
dan
membentuk sistem perakaran yang baik (Anonim, 2012). Terjadinya
perkembangan akar yang optimal tidak hanya disebabkan oleh pengaruh
phonska semata, tetapi juga disebabkan oleh pengaruh petrobio yang
mengandung
mikroorganisme
penghancur
bahan-bahan
(dekomposer) sehingga tanah menjadi gembur, sehingga
organik
mampu
menahan air yang lebih banyak dan akar tanaman dapat berkembang
lebih maksimal, sehingga serapan unsur hara akan lebih efektif (Anonim,
2010).
Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah Alfisol sebelum penelitian
(Lampiran 2) yang diambil secara komposit pada kedalaman 0–20 cm
memiliki nilai pH 5,17 dengan kriteria masam, dimana pada kondisi ini
ketersediaan unsur hara dalam tanah kurang baik dan dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman. Berdasarkan kriteria CSAR (1994) dari
segi kesuburan tanah, tanah lokasi penelitian untuk tanaman jagung
tergolong ke dalam kelas kesesuaian lahan aktual S3 (sesuai marginal)
dan masih memiliki potensi untuk ditingkatkan menjadi kelas kesesuaian
lahan S2 dengan input pemupukan, pengapuran, dan penambahan bahan
organik yang lebih banyak sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Tanaman
jagung
pada
dasarnya
bukanlah
tanaman
yang
memerlukan syarat tumbuh yang khusus, tanaman jagung hibrida tumbuh
dengan baik pada kisaran pH
5,5–7 dan membutuhkan pH yang optimal
20
6,8 pada saat berbunga dan pengisian biji. P tersedia pada tanah ini
sangat rendah yaitu 7.88 mg kg-1 disebabkan karena pH yang rendah
yang berpengaruh terhadap ketersediaan hara, hal ini sesuai dengan
Syarief (1989) bahwa pada kondisi pH rendah, unsur P diikat oleh unsur
Fe dan Al, sehingga tidak tersedia untuk tanaman.
Secara rata-rata, rendahnya produksi yang diperoleh memberikan
gambaran bahwa pada lokasi penelitian tingkat kesuburan tanah masih
tergolong rendah. Kondisi kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap
produksi jagung yang diperoleh, pada penelitian ini produksi tertinggi
diperoleh pada perlakuan B3P2 dengan nilai 5.106,00 kg ha-1 masih
sangat jauh di bawah kisaran produksi berdasarkan potensi genetik
tanaman jagung hibrida varietas Buna-3 Bantimurung yaitu 8–9 ton ha-1
yang digunakan pada penelitian ini.
Adanya N, P, dan K yang tersedia untuk tanaman akan menunjang
pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana batang, daun akan
berkembang dengan baik, dan pada fase generatif pembentukan bunga
dan biji akan berjalan dengan baik, hal ini sesuai dengan Soepardi (1983)
bahwa unsur hara dalam tanah yang tersedia untuk tanaman terutama
unsur fosfor sangat berperan dalam pembentukan bunga dan buah.
Anonim (2012) merinci beberapa manfaat pupuk Phonska yang berkaitan
dengan pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu meningkatkan produksi
dan kualitas panen, memacu pembentukan bunga, mempercepat panen,
21
dan menambah kandungan protein, memperbesar ukuran buah, dan
memperlancar pembentukan gula dan pati.
22
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Pemberian pupuk petrobio 30 kg ha-1 menghasilkan volume akar
tertinggi, petrobio 60 kg ha-1 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi,
dan petrobio 90 kg ha-1 menghasilkan berat 1.000 biji dan produksi
biji pipilan perhektar tertinggi.
2.
Pemberian pupuk phonska 300 kg ha-1 menghasilkan tinggi tanaman,
berat 1.000 biji, produksi biji pipilan perhektar dan volume akar yang
tertinggi.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada tanah-tanah yang lebih
subur sehingga pengaruh optimal dari pupuk petrobio dan phonska dapat
diketahui.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Petrobio. [Diakses 24 Februari 2012 pada situs
http://www.lembahpinus.com].
Anonim, 2012. Pupuk Phonska/Pupuk Majemuk NPK (SIN 02-2803-2000).
[Diakses 24 Februari 2012 pada situs http://www.petrokimiagresik.com].
Apriyantono, A., 2008 Riset Pertanian Indonesia Kurang Diminati
Pengusaha.
[Diakses
20
Juli
2008
pada
situs
http://www.deptan.go.id].
CSAR, 1994. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan
Kehutanan. CSAR, Bogor.
Bakhri, S., 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Jagung Dengan Konsep
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah, Palu.
Dillon, H.S., 2004. Pertanian Membangun Bangsa. Dalam: S.Y. Husodo
et. Al (eds). Pertanian Mandiri, Pandangan Strategis Para pakar
Untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Handayanto, E., 1998 Pengelolaan kesuburan tanah secara biologi untuk
menuju sistem pertanian sustainabel. Habitat 4 (10): 104 – 110.
Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Nuhung, I.A., 2003. Membangun Pertanian Masa Depan, Suatu Gagasan
Pembaharuan. Aneka Ilmu, Semarang.
Sarief, S.E., 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana,
Bandung.
Soepardi, G., 1983 Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sugeng, H.R., 2001. Bercocok Tanam Palawija. Aneka Ilmu, Semarang.
Sugiarto, Y., 2008. Petrokimia Gresik luncurkan pupuk hayati. [Diakses 24
Februari 2012 pada situs http://www.agrina-online.com.].
Wahyuni, S.T., T. Islami, H.T. Sebayang, dan B. Hariyono, 2010.
Pengaruh pupuk hayati petrobio dan pupuk N, P, K pada
pertumbuhan awal tanaman jarak pagar (Jatropa curcas L.).
[Diakses
24
Februari
2012
pada
situs
http://Pustaka_pertanian_ub.staff.ub.ac.id/files/2012/01/jurnal.pdf].
Winarso, S., 2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan Dan Kualitas
Tanah. Penerbit Gava Media, Yogyakarta.
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1. Denah Percobaan
U
B1P0
B1P2
B3P0
B3P1
B0P0
B0P1
B1P2
B3P0
B3P2
B2P1
B1P0
B2P1
B1P1
B2P0
B0P2
B3P2
B0P1
B1P1
B0P0
B3P2
B3P1
B2P0
B2P1
B1P0
B0P2
B0P2
B2P2
B3P0
B2P3
B1P2
B0P1
B3P1
B0P0
B3P2
B1P1
B2P0
26
Lampiran 2. Hasil analisis tanah
27
Lampiran 3a. Hasil pengamatan tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif
Perlakuan
B0P0
B0P1
B0P2
B1P0
B1P1
B1P2
B2P0
B2P1
B2P2
B3P0
B3P1
B3P2
Jumlah
I
89.25
112.75
139.75
68.75
106.75
100.75
82.50
83.00
112.00
110.00
72.75
132.75
1211.00
Kelompok
II
79.00
136.50
121.25
99.75
143.00
77.75
117.75
113.75
132.25
105.25
118.25
99.75
1344.25
III
98.50
74.25
134.50
68.75
130.00
150.50
111.00
127.75
113.50
63.75
108.75
135.00
1316.25
Total
266.75
323.50
395.50
237.25
379.75
329.00
311.25
324.50
357.75
279.00
299.75
367.50
3871.50
Rata-rata
(cm)
88.92
107.83
131.83
79.08
126.58
109.67
103.75
108.17
119.25
93.00
99.92
122.50
161.31
Lampiran 3b. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman pada akhir fase
vegetatif
Sumber
F
F tabel
JK
DB
KT
Keragaman
Hitung
0,05
0,01
Kelompok
822.70
2
411.35
0.84 tn
3,44
5,72
Petrobio (B)
213.59
3
71.20
0.15 tn
3,05
4,82
Phonska (P)
5436.97
2 2718.48
5.52 *
3,44
5,72
B*P
2627.17
6
437.86
0.89 tn
2,55
3,76
Galat
10832.39 22
492.38
Total
19932.82 35
Keterangan: * = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05, tn = berpengaruh
tidak nyata
28
Lampiran 4a. Hasil pengamatan berat 1.000 biji
Perlakuan
B0P0
B0P1
B0P2
B1P0
B1P1
B1P2
B2P0
B2P1
B2P2
B3P0
B3P1
B3P2
Jumlah
I
192.80
192.80
220.10
150.60
194.80
175.00
171.90
173.70
242.80
213.40
175.10
234.10
2337.10
Kelompok
II
158.80
191.70
218.60
181.50
241.00
162.60
141.00
186.40
231.30
207.90
197.40
224.10
2342.30
III
168.20
173.10
262.60
225.40
251.40
285.50
212.80
229.10
233.60
215.40
196.70
210.20
2664.00
Total
519.80
557.60
701.30
557.50
687.20
623.10
525.70
589.20
707.70
636.70
569.20
668.40
7343.40
Rata-rata
(g)
173.27
185.87
233.77
185.83
229.07
207.70
175.23
196.40
235.90
212.23
189.73
222.80
305.98
Lampiran 4b. Hasil analisis sidik ragam berat 1.000 biji
Sumber
F
JK
DB
KT
Keragaman
Hitung
Kelompok
5843.93
2 2921.97
4.27 *
Petrobio (B)
660.10
3
220.03
0.32 tn
Phonska (P)
9096.01
2 4548.00
6.65 **
B*P
7221.25
6 1203.54
1.76 tn
Galat
15055.72
22
684.35
Total
37877.01
35
Keterangan: * = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh
tn = berpengaruh tidak nyata
F tabel
0,05
0,01
3,44
5,72
3,05
4,82
3,44
5,72
2,55
3,76
sangat nyata, dan
29
Lampiran 5a. Hasil pengamatan produksi biji pipilan
Perlakuan
B0P0
B0P1
B0P2
B1P0
B1P1
B1P2
B2P0
B2P1
B2P2
B3P0
B3P1
B3P2
Jumlah
I
1771.20
3717.60
4957.20
1591.20
3261.60
2458.80
2556.00
1704.00
3627.00
4164.00
1562.40
3652.20
35023.20
Kelompok
II
1774.80
3492.00
5376.00
4867.20
4845.60
2719.20
3600.00
2935.80
3776.40
2264.40
4473.00
5400.00
45524.40
Total
III
1947.60
5493.60
1939.20
9148.80
6652.80 16986.00
1591.20
8049.60
5848.80 13956.00
5893.20 11071.20
3058.20
9214.20
5745.60 10385.40
6386.40 13789.80
4608.00 11036.40
4881.60 10917.00
6265.80 15318.00
54818.40 135366.00
Rata-rata
(kg ha-1)
1831.20
3049.60
5662.00
2683.20
4652.00
3690.40
3071.40
3461.80
4596.60
3678.80
3639.00
5106.00
5640.25
Lampiran 5b. Hasil analisis sidik ragam produksi biji pipilan
Sumber
Keragaman
Kelompok
Petrobio (B)
Phonska (P)
B*P
Galat
Total
Keterangan:
JK
DB
KT
F
Hitung
5.60 *
0.44 tn
7.82 **
1.59 tn
F tabel
0,05
0,01
3,44
5,72
3,05
4,82
3,44
5,72
2,55
3,76
16347321.68
2
8173660.84
1939020.68
3
646340.23
22822741.94
2 11411370.97
13933709.98
6
2322284.99
32118453.76
22
1459929.72
87161248.04
35
* = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata, dan
tn = berpengaruh tidak nyata
30
Lampiran 6a. Hasil pengamatan volume akar
Perlakuan
B0P0
B0P1
B0P2
B1P0
B1P1
B1P2
B2P0
B2P1
B2P2
B3P0
B3P1
B3P2
Jumlah
I
12.50
16.25
18.75
11.25
30.00
15.00
11.25
13.75
21.25
20.00
18.75
27.50
216.25
Kelompok
II
15.00
18.75
17.50
12.50
17.50
20.00
15.00
15.00
20.00
12.50
22.50
17.50
203.75
III
7.00
10.00
42.50
11.25
30.00
40.00
13.33
28.75
23.33
12.50
13.75
28.75
261.17
Total
34.50
45.00
78.75
35.00
77.50
75.00
39.58
57.50
64.58
45.00
55.00
73.75
681.17
Rata-rata
(cm3)
11.50
15.00
26.25
11.67
25.83
25.00
13.19
19.17
21.53
15.00
18.33
24.58
28.38
Lampiran 6b. Hasil analisis sidik ragam pengamatan volume akar
Sumber
F
F tabel
JK
DB
KT
Keragaman
Hitung
0,05
0,01
Kelompok
151.919
2
75.959
1.551 tn 3,44
5,72
Petrobio (B)
58.622
3
19.541
0.399 tn 3,05
4,82
Phonska (P)
801.394
2 400.697
8.180 ** 3,44
5,72
B*P
186.857
6
31.143
0.636 tn 2,55
3,76
Galat
1077.633
22
48.983
Total
2276.424
35
Keterangan: ** = berpengaruh sangat nyata, dan tn = berpengaruh tidak
nyata
31
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian pada saat persiapan penanaman (a–
d) dan pada saat pemberian air (e–f)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
32
Lampiran 8. Dokumentasi penelitian pada saat pengukuran tinggi tanaman
(a–b) dan pada fase generatif (c–d) tanaman, dan pada
pengamatan volume akar (e–f)
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
33
Download