PROBLEMATIKA DAN STRATEGI PEMBELAJARAN IPS (SEJARAH

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
PROBLEMATIKA DAN STRATEGI PEMBELAJARAN IPS (SEJARAH, GEOGRAFI,
EKONOMI, DAN SOSIOLOGI) DALAM MENGHADAPI MEA
Rosramadhana
Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan basis dari pengetahuan siswa di tingkat Sekolah Dasar dalam mengenal
individu dan kelompok. Persoalan yang kerap muncul dalam pembelajaran IPS adalah kurangnya inovatif dan kreativitas
guru dan siswa dalam berpikir kritis. Pembelajaran secara konvensional dalam IPS akan berdampak pada perkembangan
daya pikir dan pengembangan jaringan. Tantangan besar dalam menghadapi globalisasi adalah kurangnya kesiapan dalam
menyikapi sebuah masalah. Untuk kurun waktu saat ini tantangan besar adalah menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean). Untuk itu diperlukan kesiapan khususnya guru dan siswa dalam pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan antara
lain mencapai program memperoleh gambaran tentang suatu daerah/ lingkungan sendiri mendapatkan informasi tentang
suatu lingkungan daerah/wilayah Indonesia, memperoleh pengetahuan tentang penduduk Indonesia, menumbuhkembangkan kesadaran dan wawasan kebangsaan, mengetahui kebutuhan hidup, mampu merasakan sebuah kemajuan
khusunya teknologi mutakhir, mampu berkomunikasi, bekerjasama dan bersaing ditingkat lokal, nasional dan internasional,
mampu berinteraksi sebagai makhluk sosial yang berbudaya, memiliki kepekaan terhadap fenomena sosial budaya, dan
memiliki integritas yang tinggi terhadap negara dan bangsa
Kata kunci : pembelajaran inovatif, IPS, MEA, teknologi
PENDAHULUAN
Anak merupakan anugerah dan aset yang tidak ternilai harganya. Pendidikan formal awal yang diberikan kepada
anak dimulai sejak mereka masuk ke Sekolah Dasar (SD) hingga ke Perguruan Tinggi menjadi hal yang fundamental.
Pengetahuan kita dalam memahami perkembangan anak khususnya siswa dan mahasiswa bisa ditinjau dalam berbagai
aspek khususnya dalam aspek pembelajaran. Pendidikan adalah suatu jenjang formal yang dilalui oleh seorang anak atau
siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan diperlukan kecerdasan yang didapatkan
mulai dari tingkat sekolah dasar hingga ke tingkat lanjutan atas. Siswa merupakan aset awal bagi pendidikan formal suatu
lembaga. Oleh sebab itu perlu adanya suatu inovasi pembelajaran yang mutakhir sekarang ini melihat tingkat kemajuan
pendidikan di era globalisasi dewasa ini semakin progres. Strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kemajuan yang
serba digital sebagai upaya menjawab tantangan menuju MEA (Masyarakat Ekonomi Asean).
Dalam perkembangannya siswa mempunyai ciri yang unik, sebab mereka memiliki pola dan tingkah laku yang
masih labil dan mampu dengan mudah terkontaminasi terhadap lingkungan. Dan kondisi seperti ini diperlukan adanya
pengawasan (controling) yang serius dari orang tua. Dilihat dari fase perkembangannya siswa memiliki keunikan, baik dari
fisik dan phisikis. Dari segi fisik mereka tumbuh lebih sempurna dan mampu berkomunikasi dengan baik. Namun masih
tergantung dengan orang lain dan sejalan dengan perkembangan fisiknya mereka akan berkembang menjadi anak yang
mandiri. Dari segi phisikis mereka tumbuh sebagai makhluk sosial yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan, namun
lebih lambat dibandingkan perkembangan fisiknya.
Fenomena perkembangan siswa seperti ini yang harus diperhatikan oleh orang tua dan guru. Bila kita amati
perkembangan siswa secara menyeluruh (holistic), persepsi kita dapat mengatakan bahwa mereka masih sangat
membutuhkan perhatian yang didasari dengan kasih sayang yang natural (alami) dari guru dan orang tua. Dalam
pergaulannya ditengah lingkungan, mereka akan selalu mengalami sebuah perubahan, ini menunjukkan bahwa tingkat
emosional mereka masih belum stabil. Misalnya bila kita amati ketika mereka sedang bermain akan dengan mudah
menunjukkan sikap yang egoistis (sifat individu yang mementingkan diri sendiri). Sikap demikian ini bisa berpengaruh
negatif dalam perkembangannya dalam ranah sosial apabila kita tidak mampu menyikapi kondisi mereka dan
mengarahkannya dengan baik.
Pada tahap interaksi terhadap proses pembelajaran, mereka tumbuh melalui proses kedinamisan yang berwujud
pada pola yang berbeda, kondisi ini disebabkan adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal mereka peroleh dari
lingkungan keluarga dan sekolah. Keluarga khususnya orang tua merupakan faktor dominan dalam membentuk karakteristik
anak kearah yang positif untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan anak. Selain itu sekolah juga merupakan lembaga
formal yang mereka miliki untuk memperoleh ilmu yang berstandart dan mengembangkan kemampuannya. Kunci utama
dalam merealisasikan kebutuhan itu adalah Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
51
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Faktor eksternal mereka dapatkan dari pengaruh lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Pengaruh
lingkungan masyarakat itu bisa mereka peroleh dari teman sebaya maupun dari kondisi lingkungan. Peran orang tua dalam
menjaga dan mengawasi anak sangat dibutuhkan, sebab orang tua yang bertindak sebagai self controling (pengendalian
diri) bagi pertumbuhan anak diusia seperti ini. Kedua faktor ini perlu untuk diketahui dengan serius oleh orang tua dan guru,
sebab anak selalu akan mengalami sebuah perubahan yang nyata dari suatu keunikan yang mereka miliki. Salah satu
upaya yang perlu untuk ditanamkan kepada anak adalah dengan berkomunikasi, baik secara aktif maupun pasif. Aktif
maksudnya melalui lisan, sedangkan pasif bisa melalui tulisan dengan bahasa yang mudah untuk mereka pahami,
mengingat kemajuan teknologi sekarang ini sangat modern. Demikian halnya juga pada proses pembelajaran khususnya
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Problem dalam pembelajaran IPS saat ini bisa dilihat dari faktor pertama adalah guru. Peran guru dalam
pembelajaran belum mampu menumbuhkan kepekaan siswa terhadap isi-isu kekinian. Kajian IPS masih terpusat pada
konsep-konsep dasar yang baku untuk diajarkan. Guru kurang mampu memfasilitasi siswa dalam menumbuh kembangkan
sikap kritis terhadap ilmu. Sehingga siswa kurang berminat dalam menggali berbagai informasi yang krusial. Kelemahan
guru IPS dalam mengajar masih terlihat dalam penguasaan materi, media dan pengelolaan sumber belajar. Sikap guru yang
cenderung konvensional dalam strategi pembelajaran IPS. Kondisi ini menjadi salah satu hambatan dalam menyikapi
persoalan masyarakat dimasa akan datang khususnya untuk menghadapi arus MEA yang akan direalisasikan.
Faktor kedua adalah siswa yang kurang responsif dan kreatif dalam pembelajaran IPS. Penanaman sikap dan
talenta siswa dalam menyikapi pembelajaran IPS masih dikonstruksi secara pengalaman dan kurangnya minat. Siswa
masih berasumsi bahwa pembelajaran IPS disikapi dengan hanya membaca dan kecerdasan dalam menghapal pelajaran.
Penalaran siswa dalam meneropong masa depan dengan adanya kebijakan-kebijakan yang menantang kurang mampu
direspon. Arus globalisasi yang tinggi dan kemajuan teknologi yang semakin canggih justru menjadi evolusi dalam belajar.
Atensi siswa dalam menyikapi perkembangan menuju masyarakat yang competitif juga masih terlihat lemah. Upaya untuk
siap bersaing dalam kancah internasional dengan mempersiapkan diri dalam menghadapi MEA masih sebatas wacana.
Pembelajaran IPS membutuhkan strategi dengan mengikuti siklus masyarakat. Perubahan dalam masyarakat begitu
cepat seiring dengan kemajuan globalisasi. Metode Pembelajaran IPS dapat menggunakan metode analisis jaringan (web
interconnection). Keterkaitan ilmu Sejarah, Geografi, Ekonomi dan Sosiologi dalam pembelajaran IPS dapat dihubungkan
dengan membuat alur analisis yang mengarah kepada konsep pembelajaran berbasis masalah. Untuk menjawab tantangan
MEA di tahun 2020 pembelajaran IPS mengarah kepada arus industri yang menglobal. Pemahaman terhadap masalah
akan mampu diselesaikan dengan menciptakan suatu model rekayasa ilmu sosial budaya yang mampu menganulir
perkembangan zaman.
Metode analisis jaringan dengan meng-hubungkan ilmu sosial kedalam satu paket akan menghasilkan sebuah
produk industri yang akan dipakai dalam melihat kebutuhan masyarakat. Perubahan masyarakat akan lebih cepat dan
teratur apabila dari pola pembelajaran di tingkat dasar diperkenalkan upaya untuk menjawab persoalan. Indikator
keberhasilan dalam strategi pembelajarn IPS dapat diukur dengan analiis jaringan ilmu yang saling mempunyai keterkaitan.
Strategi pembelajaran IPS dengan metode ini akan mampu mengatasi proses keterlambatan masyarakat dalam
mempersiapkan diri menuju MEA.
Metode analisis jaringan dalam pembelajaran IPS dapat digambarkan seperti dibawah ini :
Gambar 1. Metode Analisis Jaringan
PEMBAHASAN
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih kurang menarik dan inovatif apabila dalam aktivitas hanya
menekankan pada kemampuan berpikir saja. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu pengetahuan yang
sangat penting untuk dipelajari, khususnya pada anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ilmu
Pengetahuan Sosial bukan merupakan gambaran ilmu pengetahuan yang berbasis issue. Namun kajian ilmu IPS perlu
untuk dikaji dan dianalisa berdasarkan fakta dan data yang ditemukan dalam berbagai sumber.
Pada jenjang pendidikan tingkat dasar dan menengah, mata pelajaran IPS merupakan gabungan dari berbagai ilmu
pengetahuan yang didalamnya terdapat pengorganisasian dan pengayaan dari materi Geografi, Sejarah, Antropologi,
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
52
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Sosiologi dan Ekonomi. Konsep dasar mempelajari IPS ditingkat Sekolah Dasar bermanfaat, karena dalam proses
pebelajaran IPS anak dapat mengaitkan berbagai fakta, gagasan, dan peristiwa dari materi yang dipelajari. Sehingga
mereka akan lebih mudah menarik kesimpulan dari topik materi yang diajarkan oleh guru IPS. Jadi, dalam hal ini siswa
diajak untuk berpikir kritis dalam menyikapi masalah-masalah sosial yang ada disekitarnya dan mampu memberikan
gambaran atau contoh dari lingkungan domestik mereka tinggal. Contoh yang ditemukan dimulai dari yang sederhana
kemudian mampu memberikan contoh yang lebih kompleks.
Pada tahap berikutnya dimana manusia akan mengalami sebuah kemajuan secara revolusi (cepat). Maka peserta
didik juga akan menghadapi tantangan yang berat, persaingan dalam era globalisasi sangat competitif, oleh karena itu mata
pelajaran IPS di design berdasarkan fenomena aktual dan konseptual dalam pembelajarannya. Secara umum tujuan yang
ingin dicapai dalam pembelajaran IPS antara lain : 1) memperoleh gambaran tentang suatu daerah/ lingkungan sendiri; 2)
mendapatkan informasi tentang suatu lingkungan daerah/wilayah Indonesia; 3) memperoleh pengetahuan tentang
penduduk Indonesia; 4) menumbuhkembangkan kesadaran dan wawasan kebangsaan; 5) mengetahui kebutuhan hidup; 6)
mampu merasakan sebuah kemajuan khusunya teknologi mutakhir; 7) mampu berkomunikasi, bekerjasama dan ber-saing
ditingkat lokal, nasional dan internasional; 8) mampu berinteraksi sebagai makhluk sosial yang berbudaya; 9) memiliki
kepekaan terhadap fenomena sosial budaya; dan 10) memiliki integritas yang tinggi terhadap negara dan bangsa.
Gambaran Tentang Suatu Daerah/ Lingkungan Sendiri
Dalam materi pembelajara IPS, siswa dapat memperoleh gambaran tentang keberadaan daerah/ wilayahnya. Oleh
karena itu di dalam kurikulum IPS perlu diuraikan kondisi demikian, sehingga siswa dapat menemukan contoh disekitar
mereka, ini memudahkan guru dalam mengajarkan materi IPS ditingkat Sekolah Dasar maupun pada tingkat menengah.
Pengayaan materi IPS perlu dirancang sesuai dengan tingkat kemajuan dalam bidang pendidikan sekarang ini. Proses
pembelajaran IPS dengan model dan metode yang kurang bervariasi dapat menimbulkan kejenuhan terhadap diri siswa.
Akibatnya pembelajaran IPS menjadi kurang menarik. Pemberian contoh yang tidak nyata mereka temukan dalam
lingkungan daerah mereka tinggal dianggap sebagai sebuah cerita. Jadi, dengan mempelajari IPS siswa diharapakan
termotivasi untuk mengenal daerah/ lingkungan sendiri.
Lingkungan daerah/wilayah Indonesia
Memperoleh informasi tentang lingkungan daerah/wilayah Indonesia dimulai dari lingkungan perkampungan,
pedesaan, kecamatan, kabupaten/kota sampai ke tingkat propinsi. Dalam pembelajaran IPS alat yang digunakan untuk
menggambarkan lokasi suatu wilayah adalah Peta. Dengan adanya media pembelajaran IPS akan membantu guru
menunjukkan wilayah Indonesia, sehingga siswa memahami arti pentingnya Peta untuk menunjukkan wilayah ditinjau dari
segi ilmu geografi.
Penduduk Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar yang kini berjumlah sekitar 200 juta jiwa
lebih. Penduduk Indonesia seperti kita ketahui terdiri dari berbagai suku bangsa, dan mempunyai berbagai bahasa daerah.
Indonesia merupakan negara yang multi etnic dan budaya. Indonesia merupakan wilayah kepulauan dan agraris. Ini terbukti
dari banyaknya pulau yang ada di Indonesia. Misalnya kita mengetahui lima pulau terbesar yaitu Pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan pulau yang ada diwilayah Papua.
Indonesia juga merupakan daerah subur yang kaya dengan sumber daya alam. Sebagai negara agraris Indonesia
memiliki daerah pertanian yang terhempang luas dari sabang sampai merauke. Dalam pengaplikasian materi pembelajaran
IPS, sebaiknya guru memberikan salah satu contoh ragam penduduk Indonesia dimulai dari konteks keanekaragaman suku
yang ada dilingkungan tempat mereka terlebih dahulu.
Kesadaran dan wawasan kebangsaan
Dalam pembelajaran kurikulum IPS khu-susnya di tingkat menengah, perlu dimuat materi tentang Kesadaran dan
wawasan kebangsaan. Hal ini dirasakan urgen. Sebab proses pembentukan kepedulian terhadap nilai-nilai sejarah dan
warisan sejarah sudah terasa terkikis oleh kemajuan zaman yang serba modern dan instan. Wawasan siswa harus terus
dikembangkan melalui berbagai sumber yang relevan. Termasuk didalamnya adalah wawasan kebangsaan. Pencitraan diri
terhadap suatu bangsa dapat ditandai melalui kecintaan diri terhadap bangsa dan negaranya melalui semboyan Unity in
Diversity (Bhinneka Tunggal Ika).
Kebutuhan hidup
Secara alamiah manusia tidak dapat dipi-sahkan dari kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai kebutuhan hidup
yang tidak terbatas baik jumlah maupun jenisnya. Perkembangan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
manusia itu sendiri. Dalam Pembelajaran IPS, kondisi ini merupakan tujuan umum yang ingin dicapai. Hal ini dijelaskan agar
siswa mengetahui kebutuhan hidupnya masing-masing. Perlu juga dijelasakan bahwa kebutuhan hidup manusia bisa
diperoleh dari kebutuhan jasmani dan rohani. Oleh karena itu siswa dapat membedakan berbagai jenis kebutuhan tersebut.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
53
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Kemajuan tekhnologi yang mutakhir
Salah satu tujuan pembelajaran IPS secara umum adalah mampu merasakan kemajuan tekhnologi yang mutakhir
sekarang ini. Dalam konteks pembelajaran IPS kajian atau materi ini tidak dibahas secara mendalam. Namun ini perlu untuk
diketahui siswa khususnya siswa SD dan SLTP karena kemajuan tekhnologi yang canggih dewasa ini memberikan dampak
bagi pertumbuhan psikomotorik anak. Sehingga anak mengalami sebuah perubahan dari faktor teknologi yang dirasakan
mereka. Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran yang positif dari kemajuan tekhnologi itu perlu ada pembahasan dari
materi pembelajaran IPS agar tujuan ini tercapai. Hal ini juga untuk menjawab tantangan pembelajaran IPS dalam
menghadapai arus Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) mendatang.
Komunikasi, Kerjasama dan Persaingan Ditingkat Lokal, Nasional dan Internasional
Komunikasi merupakan hubungan kontak sosial yang terjadi pada masyarakat yang dilakukan secara lisan maupun
tulisan. Komunikasi dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Komunikasi formal biasanya dilakukan dengan
face to face (tatap muka), maksudnya komunikasi dapat terjadi apabila ada kontak secara langsung antara satu dengan
lainnya. Sedangkan komunikasi informal dapat dilakukan secara tidak langsung, misalnya melalui media komunikasi seperti
telephone, handphone, email, twitter dan face book
Kerjasama adalah suatu usaha yang dilakukan individu maupun kelompok dalam menciptakan suasana
kebersamaan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Kerjasama dapat terjalin apabila saling adanya rasa suatu
kepekaan terhadap suatu kepentingan bersama. Menurut Burhan Bungin (2006:59) kerjasama adalah usaha bersama
antara individu atau kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Persaingan (competation) adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memperoleh suatu prestasi, baik ditingkat lokal,
nasional maupun internasional Dalam pembelajaran IPS perlu dijelaskan pemahaman secara mendalam kepada siswa
tentang bahasan mengenai komunikasi, kerjasama dan persaingan. Tujuannya adalah guru mampu menstimulus psikologi
siswa agar dapat berkomunikasi dan bekerjasama sesuai dengan kemampuan (ability) siswa itu.
Interaksi Sebagai Makhluk Sosial Yang Berbudaya
Proses interaksi merupakan gambaran umun dari suatu kehidupan sosial manusia yang bermasyarakat dan
berbudaya. Dalam kajian ilmu sosial khususnya sosiology scientist (ilmu sosiologi), interaksi adalah suatu hubungan timbal
balik yang terjadi secara personal (indi-vidu),interpersonal (kelompok) dan group interest (kelompok lain yang tertarik)
terhadap fenomena sosial budaya. Dalam pembelajaran IPS, kajian cakupan materi ini bisa diuraikan melalui proses
generalisasi pada bidang sosiologi. Manfaatnya untuk dapat memberikan suatu gambaran kepada siswa bahwa interaksi
perlu dilakukan agar mereka (siswa) dapat mempersiapkan diri hidup ditengah masyarakat yang dinamis dan pluralis. Dan
ini merupakan tujuan dalam mempelajari IPS si tingkat Sekolah Dasar dan SLTP.
Kepekaan Terhadap Fenomena Sosial Budaya
Dalam pembelajaran IPS, khususnya ilmu sosiologi dan antropologi yang menjadi subjek dan objek yang akan
dibahas adalah manusia atau masyarakat itu. Oleh karena itu, siswa yang yang duduk dikelas Sekolah Dasar dan SLPTP
secara applicated dalam ilmu IPS harus mengetahui masalah-masalah sosial budaya yang ada dilingkungan sekitar mereka
(siswa) itu. Peran guru dalam sangat dominan dalam proses pem-belajaran IPS untuk dapat memberikan contoh-contoh
yang ada yang berkaitan dengan gejala sosial budaya. Dan itu bisa menumbuhkan rasa kepekaan siswa untuk dapat
melihat dan mengamati perkembangan issu sosial budaya itu berdasarkan contoh yang mereka temukan secara nyata
dalam ruang lingkup yang kecil pada lingkungan daerah/ wilayah mereka tinggal.
Integritas Yang Tinggi Terhadap Negara dan Bangsa
Adanya kesadaran pada diri kita bukan merupakan tugas guru IPS semata untuk dapat menumbuhkembangkannya.
Namun itu diawali dari dalam diri manusia itu sendiri. Namun secara teori yang sudah mentradisi dalam kajian ilmu dan
penerapan teori itu, masalah integritas merupakan cakupan bahan materi Ilmu Pengetahuan Sosial. Integritas adalah suatu
sikap yang positif pada diri manusia itu yang didasari pada keinginan untuk bergabung kedalam suatu sistem yang
diberlakukan. Oleh karena itu, guru IPS harus mampu merefleksikan materi pembelajaran IPS kedalam contoh kehidupan
yang riil, sehingga guru berkompeten menciptakan siswa yang memiliki integritas atau bagain dari negara dan bangsa
Indonesia. Hal ini menunjukkan identitas diri siswa itu dalam memahami konsep tujuan pembelajaran IPS secara umum.
SIMPULAN
Problematika dan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dikaitkan dengan masih lemahnya upaya inovasi
dan kreativitas guru dan siswa dalam strategi belajar mengajar. Orientasi nilai dalam pembelajaran IPS dalam menghadapi
MEA dapat dilakukan dengan menggali masalah dalam issu-issu masyarakat yang krusial dan global. Faktor kesiapan untuk
berpotensi dalam pengembangan jaringan yang dapat melahirkan sebuah rekayasa industri dalam pembelajaran IPS adalah
membangun sinergisitas keilmuan antara lain Sejarah, Geografi,Ekonomi, Sosiologi dan Antropologi. Metode jaringan ilmu
sosial dapat menciptakan sebuah kerangka acuan terbaru dalam memanfaatkan teknologi kekinian.
Isu sosial yang fenomenal dapat ditelaah melalui sebuah metode jaringan keilmuan. Upaya untuk membangun
jaringan keilmuan dapat dilakukan melalui ketercapaian program memperoleh gambaran tentang suatu daerah/ lingkungan
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
54
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
sendiri mendapatkan informasi tentang suatu lingkungan daerah/wilayah Indonesia, memperoleh pengetahuan tentang
penduduk Indonesia, menumbuhkembangkan kesadaran dan wawasan kebangsaan, mengetahui kebutuhan hidup, mampu
merasakan sebuah kemajuan khusunya teknologi mutakhir, mampu berkomunikasi, bekerjasama dan bersaing ditingkat
lokal, nasional dan internasional, mampu berinteraksi sebagai makhluk sosial yang berbudaya, memiliki kepekaan terhadap
fenomena sosial budaya, dan memiliki integritas yang tinggi terhadap negara dan bangsa.
REFERENSI
Ben Agger. 2003. Teori Sosial Kritis, Penerapan dan Implikasinya. Kreasi Wacana Yogyakarta.
Denis, Ann and Devorah kalekin-Fishman. 2009. The is A Handbook In Contemporary Sociology: SAGE Publication Inc:
London
Etzioni. Amitai and Eva Etzioni (ed). 1973. Social Change. Sourcces, Patterns, and Consequences: Basic Books,Inc,
Publishers: New York
Fakih. Mansour. 2003. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi: Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Hier. Sean P (ed). 2005. Contemporary Sociological Thought: Canadian Scholars’ Press Inc: Toronto
Kaplan David & Manners. R.A. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Martono. Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Perspektif Klasik, Modern, Posmodern dan Poskolonial: PT Raja
Grafindo Persada: Jakarta
Sztomka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada
Winataputra, Udin. 2001. Strategi Belajar-Mengajar. Universitas Terbuka
Winataputra,Udin S. (dkk). 2007. Materi dan Pembelajaran IPS di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
55
Download