BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua reaksi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh tergantung dari
keseimbangan air dan elektrolit. Konsentrasi cairan di dalam sel (cairan intra sel) dan
di luar sel (cairan ekstra sel) harus dipertahankan tetap seimbang. Keseimbangan
cairan intra sel dan cairan ekstra sel tujuannya untuk transmisi impuls saraf dan
kontraksi otot yang penting saat melakukan olahraga1,1.
Saat berolahraga kebutuhan air tentu akan lebih banyak dibanding dalam
keadaan istirahat. Oleh karena saat berolahraga suhu tubuh meningkat dan tubuh
menjadi panas. Tubuh yang panas berusaha untuk menjadi dingin dengan cara
berkeringat. Banyaknya keringat yang keluar tergantung dari ukuran tubuh, jenis
olahraga, intensitas olahraga, lamanya olahraga, cuaca dan kelembaban lingkungan.
Keringat yang keluar saat olahraga sebagian besar terdiri atas air, namun keringat juga
mengandung elektrolit1,2.
Perubahan status cairan tubuh saat berolahraga disebabkan oleh peningkatan
produksi keringat dan asupan cairan ke dalam tubuh yang sedikit. Defisit air sebanyak
1% dari berat badan yang keluar dalam bentuk keringat saat berolahraga terbukti
mengurangi toleransi tubuh terhadap olahraga1,3.
Ketika berolahraga terutama latihan jantung seperti berlari, bersepeda dan
lain-lain; tubuh akan membakar cukup banyak kalori. Pembakaran kalori akan
digunakan untuk menyuplai energi gerak yang dilakukan oleh tubuh dan sebagian
akan menghasilkan panas yang dapat dideteksi dengan peningkatan suhu selama
berolahraga.2,1
Latihan jantung adalah utamanya baik dilakukan pada penderita hipertensi.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena3. Pada orang dengan hipertensi saat beraktivitas output jantung
meningkat dengan cepat, hal ini akan berpengaruh pula pada pembuluh darah yang
berperan dalam penyaluran panas yang dihasilkan pada tubuh. Pembuluh darah akan
berdilatasi sehingga panas dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Jeanny Ivones (G2B 008 039) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
Page 1
Dengan spesifikasi pada penderita hipertensi dalam kaitannya dengan
peningkatan suhu saat berolahraga, penulis ingin mengetahui adakah perbedaan antara
peningkatan suhu saat berolahraga pada penderita hipertensi dengan orang normal,
dan konsumsi air yang dapat mempengaruhi dalam peningkatan suhu saat
berolahraga.
Pada Discovery Learning Modul Termoregulasi kali ini, penulis akan
menganalisa jurnal yang berjudul “Thermoregulation in hypertensive men
exercising in the heat with water ingestion”. Mengenai peningkatan panas pada
individu hipertensi yang berolahraga dengan konsumsi air jumlah tertentu.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan asupan cairan pada penderita
hipertensi saat berolahraga.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi perbedaan kenaikan suhu pada orang normal
dengan penderita hipertesi saat berolahraga.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengaruh latihan ditempat panas dengan
suhu tubuh pada subyek tertentu.
Jeanny Ivones (G2B 008 039) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
Page 2
BAB II
ANALISA JURNAL
A. Analisa Pengenalan
Saat berolahraga kebutuhan air tentu akan lebih banyak dibanding dalam keadaan
istirahat. Oleh karena saat berolahraga suhu tubuh meningkat dan tubuh menjadi
panas. Tubuh yang panas berusaha untuk menjadi dingin dengan cara berkeringat.
Berkeringat merupakan salah satu cara menghilangkan panas dari tubuh dengan
evaporasi. Penguapan dari tubuh merupakan salah satu jalan melepaskan panas.
Walau tidak berkeringat, melalui kulit selalu ada air berdifusi sehingga penguapan
dari permukaan tubuh kita selalu terjadi disebut inspiration perspiration (berkeringat
tidak terasa) atau biasa disebut IWL (insensible water loss).4
Menurut penulis, aktivitas latihan seperti berolahraga yang ditujukan untuk
membandingkan termoregulasi pada subyek hipertensi dengan orang normal adalah
dengan menilai peningkatan suhu serta tekanan darah. Adapun sebagai perbandingan
lain adalah asupan cairan yang diberikan selama latihan berpengaruh terhadap
peningkatan suhu.
Akan tetapi, rasa haus bukan merupakan indikator yang baik untuk kebutuhan
cairan seseorang. Kehilangan cairan karena aktivitas fisik bisa diketahui dengan
menimbang sebelum dan sesudah berolahraga. Jika terjadi penurunan berat tubuh
yang signifikan setelah berolah raga Anda dianjurkan untuk mengkonsumsi cukup
air.1,4
Pada kasus hipertensi, latihan sangat diperlukan disamping terapi obat-obatan.
Selain dapat melatih kerja jantung, juga dapat membuang kelebihan garam yang
terkandung dalam tubuh dengan melaui mekanisme berkeringat. Namun, pada jurnal
ini akan dibahas mengenai pengaruh vasokontriksi pembuluh darah pada peningkatan
suhu kulit.
Tujuan dari dilakukan penelitian pada jurnal ini adalah selain untuk menilai respon
termoregulatori, dan asupan cairan yang dapat digunakan sebagai indikator kebutuhan
cairan saat latihan dengan subtek berbeda. Juga dapat diketahui perbedaan status EKG
saat latihan pada kedua subyek, baik orang normal maupun orang dengan hipertensi.
Serta dapat diketahui pengaruh konsumsi cairan pada proses peningkatan suhu kulit.
Jeanny Ivones (G2B 008 039) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
Page 3
B. Analisa Metode
Pada jurnal ini, metode yang diguakan untuk penelitian adalah Metode Crosssectional dimana penelitian Mempelajari sampel dari berbagai strata pada waktu
bersamaan. Adapun untuk subyek penelitian terdapat kriteria-kriteria antara lain :
1. Enam belas pria diterima sebagai sukarelawan dan kriteria inklusi adalah tidak
adanya penyakit atau penggunaan obat-obatan, kecuali hipertensi arteri moderat
untuk kelompok hipertensi, dan elektrokardiogram normal.
2. Kriteria inklusi untuk hipertensi sedang beristirahat tekanan darah sistolik (SBP)
lebih tinggi dari 140 mmHg dan / atau tekanan darah diastolik (DBP) lebih tinggi
dari 90 mmHg (4). SBP dan DBP diperoleh dengan sphygmomanometer dan
auskultasi brakialis dan telah dicatat di Korotkoff suara pertama dan terakhir,
masing-masing.
3. Kriteria eksklusi adalah setiap respon abnormal selama stress testing.
Jurnal ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dimana terdapat kejelasan
unsur pada subyek penelitian, tujuan dan sampel yang terperinci sejak awal. Subyek
yang dikelompokkan sesuai dengan kriterua tertentu yang diinginkan untuk diteliti.
Langkah penelitian terperinci, dan prosedural, desain jelas langkah-langkah penelitian
dan hasil yang diharapkan.
Dan untuk analisis data dilakukan jika data sudah terkumpul merupakan suatu ciri
dari penelitian kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan analisis varians berikut:
perlakuan yang didefinisikan oleh 2 x 2 x 7 faktorial (dua perawatan air, dua
kelompok pasien dalam plot dan tujuh kali koleksi sebagai anak petak) dalam
rancangan split plot, dengan delapan pengulangan. Pos hoc perbedaan dievaluasi
dengan uji Newman-Keuls. Signifikansi statistik diterima pada P <0,05.
C. Analisa Hasil
Pada hasil penelitian didapatkan untuk sesi pertama, denyut jantung meningkat
pada semua subyek baik hipertensi maupun normal. Dan tekanan darah sistol/diastol
lebih tinggi pada subyek hipertensi. Pada saat beristirahat subyek hipertensi juga
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari orang normal.
Jeanny Ivones (G2B 008 039) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
Page 4
Untuk variabel pengkonsumsian air selama awal latihan belum terlihat
berpengaruh dalam kenaikan denyut jantung oada kedua subyek. Akan tetapi
konsumsi air berpengaruh pada tekanan sistolik subyek hipertensi. “Tekanan darah
sisitolik dari hipertensi lebih tinggi daripada darah normal selama istirahat dan
peningkatan tekanan darah sistolik selama latihan adalah sama untuk kedua kelompok
tapi konsumsi air meningkatkan tekanan darah sistolik subyek hipertensi setelah 20,
30 dan 40 menit.” (Kutipan dari jurnal)
Tekanan darah diastolik lebih tinggi untuk hipertensi selama istirahat dan
latihan untuk mengurangi tekanan darah diastolik kedua kelompok. mengkonsumsi
Air tidak mempengaruhi pola respon tekanan darah sisitolik untuk olahraga hipertensi
atau normal.
Sebagai tanggapan dari respon termoregulasi, pada subyek hipertensi terdapat
perbedaan yang tampak, suhu rektal pada penderita hipertensi lebih tinggi daripada
istirahat dan orang normal. Pada akhir latihan peningkatan suhu kulit pada kedua
kelompok menyebabkan peningkatan konsumsi terhadap cairan. Subyek hipertensi
mengkonsumsi air lebih banyak daripada subyek normal.
Dari hasil tersebut, penulis menyimpulkan bahwa hasil yang didapatkan dari
penelitian ini relevan dan mencakup pada tujuan yang ingin dicapai, dan diperoleh
perbedaan pada kedua kelompok yang diberi stimulus kondisi-kondisi tertentu.
Jeanny Ivones (G2B 008 039) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
Page 5
BAB III
PEMBAHASAN
Pada jurnal “Thermoregulation in hypertensive men exercising in the heat
with water ingestion”, membandingkan antara orang normal dengan orang
hipertensi. Yang menjadi perbandingan adalah utamanya pada perubahan suhu tubuh
saat berolahraga, konsumsi air, dan yang lain seperti detak jantung. Sebagai subyek
penelitian adalah orang normal dan orang hipertensi yang memiliki kriteria tertentu
sesuai dengan variabel penelitian.
Perbandingan antara orang hipertensi dengan normal saat berolahraga, terlihat
bahwa hasil rekaman detak jantung pada orang hipertensi detak jantung lebih tinggi
dari orang normal. Namun, disini konsumsi air belum dijadikan sebagai variabel
pembanding. Tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat pada orang dengan
hipertensi. Dan untuk tekanan sistolik pada orang hipertensi meningkat dari biasanya
saat beristirahat.
Selama latihan, sistem kardiovaskular dituntut untuk mempertahankan tekanan
darah, aliran darah otot, dan suhu tubuh yang bersaing dan tuntutan gabungan otot dan
kulit untuk mempertahankan aliran darah agar bisa melebihi output maksimal
jantung.5,1
Sistem saraf otonom menghasilkan vasokonstriksi yang lebih besar dan
pengalihan volume aliran darah dari organ-organ visceral dan perifer dalam upaya
untuk mempertahankan curah jantung dan aliran darah yang diperlukan untuk otot dan
kulit secara bersamaan. Dengan demikian, kerja jantung lebih besar selama latihan
ditambah dengan stress panas.5,2
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sisitem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ni, neuron preganglion melepaskan asetilkoin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pumbuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepiefrin mengakibatan konstriksi pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan tekanan darah meningkat dan denyut jantung meningkat.6
Jeanny Ivones (G2B 008 039) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
Page 6
Tanggapan thermoregulatory selama latihan di lingkungan panas, temperatur
rektal meningkat di akhir latihan baik untuk orang dengan hipertensi dan orang
normal, dan tidak dipengaruhi oleh konsumsi air pada kedua kelompok. Jadi disini
pengkonsumsian air tidak mempengaruhi denyut jantng, dan tekanan darah. Akan
tetapi suhu kulit meningkat lebih tunggi pada orang hipertensi selama latihan,
pengkonsumsian air meningkat pada orang dengan hipertensi saat suhu kulit
meningkat.5,3
Konsumsi air selama latihan sangat diperlukan, walaupun sebelum olahraga
sudah minum. Studi menunjukkan, olah raga tanpa rehidrasi dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan suhu tubuh terus berlangsung sampai pada tahap yang
membahayakan.2,2
Apabila tidak mendapat konsumsi air secara berkala akan menyebabkan
dehidrasi. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang sangat
banyak. Salah satu penyebab terjadinya dehidrasi adalah keluarnya keringat yang
berlebihan. Ketika sedang beraktivitas atau berolah raga jumlah keringat yang
dikeluarkan umumnya mencapai sekitar 1 liter/jam. Dehidrasi yang berlebihan akan
mengakibatkan banyak gangguan bagi fungsi tubuh, menginagt bahwa 60%
komponen tubuh adalah air.2,3
Pada akhir latihan, suhu tubuh pada subyek hipertensi meningkat lebih
daripada subyek normal. Penulis berpendapat bahwa, memang pada awalnya pada
subyek hipertensi pembuluh darah berkontriksi untuk memanipulasi curah jantung.
Namun pada saat akhir latihan, seperti masa penstabilan kembali heart rate dan
tekanan darah, pembuluh darah membuang panas yang dihasilkan oleh tubuh dengan
cara berkeringat. Suhu kulit terus meningkat pada akhir latihan begitu juga keringat,
sehingga pengkonsumsian air juga meningkat pada kondisi ini untuk menggantikan
cairan tubuh yang hilang.
Lingkungan stres termal dalam ruang lingkungan yang diperkirakan dengan
pengukuran basah (27,8 º C) dan suhu kering (30 º C) dengan menggunakan
persamaan ISBB = 28,5 º C (18). Pengeluaran rata-rata metabolisme (kkal / jam)
dihitung dari daya berkelanjutan selama 60 menit di ergometer siklus, dengan asumsi
efisiensi 20%. Kutipan dari jurnal tersebut adalah untuk memodifikasi lingkungan
yang digunakan sehingga dapat menentukanlaju pengeluaran keringat saat
metabolisme meningkat.5,4
Jeanny Ivones (G2B 008 039) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
Page 7
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengkonsumsian air saat latihan di
lingkungan panas pada subyek hipertensi tidak menunjukkan pengaruh pada kenaikan
suhu. Hal ini menunjukkan bahwa pada lingkungan panas, pembuluh darah pada
subyek hipertensi lebih bervasodilatasi untuk merespon panas. Namun, ada
kemungkinan bahwa stres panas menyebabkan peningkatan aliran darah kulit vaskular
pada kelompok hipertensi, yang mengakibatkan suhu kulit yang lebih tinggi.
Tanpa adanya konsumsi air, suhu pada subyek hipertensi tetap lebih
meningkat. Dan konsumsi air juga tidak menjukkan pengaruh pada detak jantung dan
tekanan darah pada kedua subyek. (“Dalam studi ini, selama latihan di lingkungan
panas dan lembab tanpa mengkonsumsi air, baik normal dan hipertensi mata pelajaran
meningkat respons mereka kardiovaskular dan thermoregulatory sepanjang waktu,
tapi dengan cara yang berbeda.” Salah satu kutipan dari jurnal).
Dalam jurnal mengatakan bahwa untu banyak keringat yang keluar pada
subyek hipertensi maupun normal adalah sama. Referensi lain menyebutkan
banyaknya keringat yang keluar tergantung dari ukuran tubuh, jenis olahraga,
intensitas olahraga, lamanya olahraga, cuaca dan kelembaban lingkungan, serta jenis
pakaian. Keringat yang keluar saat olahraga sebagian besar terdiri atas air, namun
keringat juga mengandung elektrolit.
Sebagai kesimpulan, hasil ini menunjukkan bahwa subyek hipertensi
merespons dengan cara yang berbeda, yaitu, dengan kerja jantung yang lebih tinggi
dan suhu kulit yang meningkat, dibandingkan dengan subyek darah normal untuk
latihan intensitas rendah yang dilakukan di lingkungan yang panas dan lembab dan
yang mengkonsumsi air memberikan kontribusi untuk meningkatkan perbedaan antara
dua kelompok individu. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah
mengkonsumsi air, seperti yang direkomendasikan untuk orang yang sehat, bisa
mengerahkan efek kelebihan beban pada individu hipertensi (dengan dan tanpa obat
terapi) selama latihan, juga di lingkungan thermoneutral.5,5
Jeanny Ivones (G2B 008 039) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
Page 8
DAFTAR PUSTAKA
http://akusangpelangi.blogspot.com/2010/05/kebutuhan-air-dan-elektrolit-pada.html
http://www.l-men.com/overheating-dan-dehidrasi-saat-latihan
Jan, dr Tambayong. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
http://spiritfitnesscenter.blogspot.com/2010/03/overheating-dan-dehidrasi-saat-latihan.html
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0100
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed. 8 Vol. 2.
Jakarta : EGC
Jeanny Ivones (G2B 008 039) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro
Page 9
Download