BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN : SCIENTIFIC HIERARCHY EXPERIENCE Penelitian dan konservasi merupakan jenis dari kegiatan ilmiah. Scientific Hierarchy Experience adalah gagasan konsep yang dirumuskan dari analisis teori simbiosis arsitektur, perancangan kegiatan dan upaya penyelesaian permasalahan untuk desain yang ikonik, menyenangkan dan sesuai pada fungsinya. Experience merupakan wujud dari perasaan dan tujuan taman nasional yang diberikan kepada penikmat dan pengguna fungsi melalui persinggungan antara masing-masing aktivitas yang direncanakan yaitu pusat penelitian, kegiatan konservasi dan media visual. Setiap bentuk aktivitas memiliki pengalaman ilmiah yang berbeda-beda. Diagram 1 Aspek konsep yang dikembangkan Sumber : Analisis Penulis 5.1 Konsep Non Arsitektural Bangunan yang ada didalam kawasan perencanaan akan terdiri dari 1 bangunan tunggal sehingga 3 fungsi yang telah dijelaskan (penelitian, konservasi dan media visual) dalam berkegiatan dapat saling beririsan dan bersinggungan. Masing-masing pengguna dari fungsi diharapkan dapat saling merasakan fungsi yang lain juga. Keadaan tersebut dikemas bersamaan dalam wadah simbiosis baik dalam penerapan arsitektur maupun pola perilaku. 97 Gambar 1 Rencana Alur akses baru menuju site terpilih Sumber : Analisis Penulis 5.1.1 Pembenahan Alur Akses menuju Kawasan Kondisi akses eksisting menuju kawasan perencanaan memecah zona inti menjadi 2 bagian yang mengakibatkan terganggunya kondisi fisik zona inti. Akses diubah mengitari pinggiran pantai timur sehingga 2 bagian zona inti dapat menjadi satu kesatuan. Selain itu akses yang berada di pinggir pantai sebagai pembatas tidak langsung wisatawan untuk tidak menjamah ke dalam kawasan lebih jauh. 5.1.2 Rencana dan Detail Aktivitas Penelitian merupakan inti dari seluruh kegiatan yang ada dikawasan 98 rencana, dimana semua bentuk kegiatan pada aktivitas konservasi dan media visual didasari oleh hasil analisis penelitian. Karena penelitian yang diingikan bersifat ilmiah sehingga menyebabkan semua kegiatan dan aktivitas yang ada memiliki unsur ilmiah sesuai tingkatnya. 5.1.1.1 Penelitian X Konservasi Kegiatan ini adalah pengembangan dari kegiatan dasar, penelitian dan konservasi. Tujuan dari pengembangan ini agar pelaku kegiatan dari masing-masing jenis kegiatan dapat merasakan atau ikut serta dalam beberapa urutan kegiatan. Seperti pelaku konservasi bekerjasama dengan pelaku penelitian dalam kegiatan pengumpulan data guna bahan dasar untuk penelitian. Gambar 2 Rencana aktivitas gabungan 1 Sumber : Google dan analisis penulis 5.1.1.2 Penelitian X Media Visual Pengembangan dari kedua kegiatan ini berbentuk secara aktivitas dan benda fisik. Secara benda fisik, barang-barang yang dipamerkan diruangan, yang ditampilkan di ruang audio adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kegiatan media visual merupakan wadah untuk menampilkan hasil dari penelitian. Terlebih lagi sebagai upaya mewujudkan tujuan 99 perancangan yaitu sebagai sarana edukasi bagi pengunjung. Selain itu para peniliti dapat juga turut ambil bagian dapat proses penjelasan benda fisik dan materi yang dipamerkan kepada pengunjung. Sehingga bagi pengunjung yang tertarik dapat menggali informasi lebih dalam mengenai kondisi dan masalah TNB. Gambar 3 Gambar 5.3 Rencana aktivitas gabungan Sumber : Google dan analisis penulis 5.1.1.3 Konservasi X Media Visual Dalam materi dan kegiatan yang dilakukan didalam rangkaian media visual hampir sebagian besar memiliki kaitan dengan proses konservasi. Dengan adanya pengembangan kegiatan ini pengunjung yang melakukan rangkain kegiatan media visual dengan cara mengamati dan melihat hasil-hasil kegiatan konservasi yang telah disediakan diruangan media visual. Terlebih lagi dapat menyaksikan kenampakan geologis dari taman nasional. 100 Gambar 4 Rencana aktivitas gabungan Sumber : Google dan analisis penulis Dari segi media visual bagian outdoor, pemanfaatan elemen eksisting berupa kandang breeding diharapkan dapat mengakomodasi kedua fungsi kegiatan ini. Dimana kegiatan konservasi secara langsung berkegiatan didalam kandang sedangkan pengguna kegiatan media visual dapat melihat dan mengamati setiap proses dan keadaan yang ada. Oleh sebab itu ukuran kandang breeding akan mendapatkan penambahan sesuai dengan kebutuhan yang berdasarkan aspek-aspek lainnya. Gambar 5 Rencana Pengembangan Kandang Breeding Sumber : Analisis Penulis 101 5.1.3 Diagram Alur Pengguna Kegiatan Diagram 2 Hubungan antar kegiatan Sumber : Analisis Penulis 102 5.2 Konsep Arsitektural 5.2.1 Respon Desain Gambar 6 Aspek pendukung konsep arsitektural Sumber : Google, dokumentasi penulis dan Analisis Penulis Dalam tahap ini, desain yang akan direncanakan dan dikembangkan merupakan kesimpulan dari pembahasan sebelumnya yang mewadahi beberapa aspek yang diinginkan.Aspek tersebut menginginkan agar elemen pengguna, kegiatan dan bangunan dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut didasari oleh tujuan dasar perancangan, tuntutan konteks dan kebutuhan bangunan secara umum . Hal-hal tersebut sebagian merupakan pengembangan dari konsep non arsitektur yang berhubungan langsung dengan konsep arsitektural. Aspek-aspek tersebut antara lain : 1. Education (pusat penelitian mewadahi fungsi pendidikan) 2. Animal Care (mendukung proses kegiatan konservasi) 3. Natural Resourse (merespon kondisi dan sumberdaya alam) 4. Varian People (pengguna dengan tujuan berbeda) 103 5. Material (penggunaan material yang ramah lingkungan) 6. Local Architecture (menerapkan asas arsitektur local) 7. Accesibility (akses bagi semua orang) 8. Visual Discover (memanfaatkan visual landscape kawasan) 9. Intermediate Space (pengaturan ruang pengenah) 5.2.2 Masterplan Diagram 3 Pengembangan masterplan Sumber : Analisis penulis 104 Masteplan direncakan dapat mengakomodasi seluruh respon yang diberikan oleh site kepada tapak terpilih, terlebih lagi pengembangan masterplan dapat mewujudkan seluruh tujuan perancangan. Aspek yang sangat diperhatikan adalah akses pengguna, zonasi kegiatan dan fungsi serta citra visual bangunan yang mencerminkan rasa ilmiah dan ilmu pengetahuan. 5.2.2.1 Zonasi Tapak Secara kelesuruhan tapak dibagi menjadi 2 zonasi besar, dibagian utara zona bangunan dan dibagian selatan zona parkir. Hal tersebut akibat dari kemampuan pencapaian kendaraan terjauh di kawasan serta pengempatan fungsi yang direncanakan berdasarkan fungsi eksisting yang ada. Pada zonasi bangunan dibagi lagi berdasarkan tingkat provasi kegiatan yang direncanakan, menjadi zona public, semi private dan zona private. Meskipun direncanakan sebagai zona private dan zona semi private pada kedua zona tersebut akan ditempatkan zona perantara sehinggu pengguna dari zona public dapat melakukan dan melihat aktivitas yang ada meskipun dalam akses yang terbatas. Gambar 7 Posisi ruang penengah terhadap fungsi Sumber : Analisis penulis 105 5.2.2.2 Pencapaian Tapak Pengguna aktivitas didalam zonasi bangunan berasal dari zona parkir, dimana akan bagi menjadi 3 berdasarkan kelompok fungsi dan tingkat privasi pengguna. 1. Petugas Service (Akses Khusus) – tapak bagian barat 2. Peneliti, Konservasi dan Administrasi (Akses Terbatas) 3. Media Visual (Akses Bebas) – tapak bagian timur 5.2.2.3 Sirkulasi Bangunan Jenis sirkulasi yang digunakan adalah sirkulasi linier karena menginginkan pola ruang yang mudah dan searah sehingga zonasi ruangan yang diinginkan berurutan. Bentuk sirkulasi mengikuti bentuk tapak bangunan berbentuk “L”. Tetapi bentuk dan visual bangunan dapat dikembangkan lagi. 5.2.2.4 Zonasi Fungsi Bangunan Pembagian zonasi fungsi pada tapak bangunan didasari oleh sirkulasi dan pembagian tingkat privasi. Urutan zonasi dimulai dari media visual – konservasi – service – penelitian. Zonasi mediavisual merupakan pintu masuk umum tapak bangunan yang bebas dilewati oleh setiap pengunjung dan pengguna fungsi kawasan. Zona penelitian hanya dapat diakses dari zonasi konservasi dan service karena diinginkan kondisi dan suasana zona penelitian kondusif untuk aktivitas analisis data. 5.2.3 Pengembangan Spesifik Tapak terpilih tidak seluruh luasannya difungsikan sebagai lahan bangunan dan landskep pendukung, terdapat pengembangan luasan kandang yang memiliki bertambah sekitar satu kali luasan kandang eksisting. Sehingga luasan awal tapak 6,7 ha akan dikurangin 130x130m sebagai luasan total dari kandang breeding. 106 Diagram 4 Pengembangan layout dan massa bangunan Sumber : Analisis Penulis 107 1.2.3.1 Bentuk Bangunan Pemilihan bentuk bangunan seperti huruf “C” direncanakan agar seluruh jenis kegiatan yang ada dapat menjadikan kandang breeding (miniature kawasan) sebagai point of view dan point of interest. Hal tersebut dikarenakan ketiga fungsi dan kegiatan utama memiliki peran penting didalam aktivitas yang ada di kandang breeding. Bagi fungsi penelitian kandang sebagai sarana pengamatan singkat dan ruang lingkup kecil terhadap kawasan sebelum melakukan segala rangkaian pengambilan data ke seluruh kawasan besar. Untuk konservasi kandang adalah sarana langsung untuk rangkaian kegiatan konservasi. Sedangkan untuk fungsi media visual kandang breeding digunakan sebagai miniature kawasan sehingga pengunjung dapat mengamati dan memahami secara umum bagaimana kondisi kawasan TN Baluran. 1.2.3.2 Ruang Penengah (Intermediate Space) Posisi ruang penengah pada kawasan terletak diantara kandang breeding dan bangunan karena pada zona itu ketiga fungsi dapat melakukan beberapa kegiatan yang berorientasi kepada kandang. Dalam pengembangannya ruang penengah tidak semata-mata sebagai ruang diluar bangunan tetapi dapat berupa ruang yang memiliki atap. 1.2.3.3 Kandang Breeding dan Arboretum Kondisi kandang breeding setelah perencanaan akan mengalami penambahan fungsi kegiatan yaitu arboretum tumbuhan. Karena kegiatan konservasi yang diinginkan juga meliputi aspek flora. Aspek arboretum tidak hanya terdapat pada kandang breeding saja, tetapi hampir diseluruh kawasan membentuk elemen landscape. 108 Gambar 8 Rencana kondisi pengembangan arboretum Sumber : http://yunitasari9d.blogspot.co.id/2013/01/daegu-arboratum.html 1.2.3.4 Layout Bangunan Dalam menentukan layout bangunan hal yang paling diperhatikan adalah pencapaian pengguna berdasarkan tingkat privasinya, selain itu penyesuaian terhadap bentuk sirkulasi linier. Posisi kegiatan media visual tetap berada pada pintu masuk utama sebagai respon dari zona public. 1.2.3.5 Suasana Gambar 9 Sainsbury Laboratory P Sumber : https://id.pinterest.com/pin/200691727119186651/ e nelitian konservasi dan media visual akan memiliki toning warna yang cerah seperti putih, krem dan abu-abu. Hal tersebut dilakukan agar memberikan kesan bersih, ilmiah dan tegas. 109 Sedangkan suasana kawasan pusat penelitian diluar ruangan diinginkan tetap dapat berhubungan dengan kondisi alam yang ada, tanpa mengurangi kenyamanan dan kebutuhan standar pengguna. Gambar 10 United Maxican States Sumber : https://id.pinterest.com/pin/414471971929065850/ 1.2.3.6 Material Untuk material bangunan menggunakan bahan yang memunculkan efek dan tekstur kayu baja dan kaca. Penggunaan material bukan kayu dikarenakan kondisi iklim di kawasan yang cenderung panas sehingga kayu jadi mudah rusak. Material baja dan kaca diinginkan untuk memberikan kesan modern yang secara tidak langsung dapat menginterpretasikan kemajuan penelitian pada bangunan tersebut. 110 Gambar 11 Contoh Penggunaan Material Sumber : https://id.pinterest.com/pin/563301865874259713 1.2.3.7 Landscape Zonasi landscape berada disekeliling bangunan sebagai upaya pembatasan secara tidak langsung dengan kawasan yang ada. Penggunaan mengakomodasi elemen seluruh landscape pengguna diinginkan yang ingin dapat istirahat, menikmati visual bangunan secara bebas dan menikmati kawasan. 111 Gambar 13 Respon landscape sebagai Gambar 12 Respon landscape sebagai area istirahat area peneduh Sumber : Sumber : https://id.pinterest.com/pin/49187759053 https://id.pinterest.com/pin/50018110234 1201372/ 7146653/ 112