ISSN: 2085-5079 MANAJEMEN KURIKULUM BAHASA ARAB Poniyem Guru PAI SMP 06 Diponegoro Wuluhan Abstrak Dalam dunia pendidikan salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum. Dalam definisi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Untuk memaksimalkan penerapan kurikulum, dibutuhkan manajemen yang baik. Terlebih saat mengingat prinsip dasar manajemen kurikulum adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh peserta didik dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Kata Kunci : Manajemen kurikulum bahasa Arab PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di segala bidang, semua orang menginginkan kemudahan dalam menjalankan urusannya. Tidak satu pun yang mau bersusah-payah untuk mendapatkan sebuah hasil atau tujuan dari apa yang diusahakannya. Artinya, jika ada cara untuk mendapatkan hasil yang dimaksud secara mudah, kenapa harus memper- Manajemen Kurikulum Bahasa Arab sulit. Tentu, yang dimaksud kemudahan di sini tidak keluar dari aturan-aturan normatif; tidak menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan. Namun fakta mengatakan, kita sering kali dihadapkan pada benturan-benturan dari pihak lain dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Masing-masing individu tentunya memiliki interest yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Tidak jarang tujuan yang akan dicapai bertolakbelakang dengan tujuan yang orang lain ingin raih. Berdasarkan fakta tersebut, untuk mencapai tujuan, diperlukan sebuah tindakan yang disengaja, dengan metode-metode khusus yang efisien dan efektif. Oemar Hamalik mengistilahkan cara pencapaian tujuan tersebut dengan istilah manajemen. Lebih spesifik Hamalik mengatakan bahwa manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam dunia pendidikan salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum. Dalam definisi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Untuk memaksimalkan penerapan kurikulum, dibutuhkan manajemen yang baik. Terlebih saat mengingat prinsip dasar manajemen kurikulum adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh peserta didik dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang di Poniyem gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal. Kurikulum formal meliputi : a) Tujuan pelajaran, umum dan spesifik b) Bahan pelajaran yang tersusun sistimatis c) Strategi belajar mengajar serta kegiatan-kegiatannya d) Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai. Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga di rencanakan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu. Yang termasuk kurikulum tak formal ini antara lain: pertunjukan sandiwara, pertandingan antar kelas, perkumpulan berbagai hobi, pramuka dan lain-lain. Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu system pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaiakan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman : َّ يُ َدبِّ ُر األ ْم َر ِمنَ ال َض ثُ َّم يَ ْع ُر ُج إِلَ ْي ِه فِي يَوْ ٍم َكانَ ِم ْقدَا ُرهُ أَ ْلفَ َسنَ ٍة ِم َّما تَ ُع ُّدون ِ ْس َما ِء إِلَى األر Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. ( QS. as-sajadah : 5) Manajemen Kurikulum Bahasa Arab Dari ayat di atas di ketahui bahwa Allah SWT. Merupakan pengatur alam. Akan tetapi, sebagai khalifah di bumi ini, manusia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana allah swt mengatur alam raya ini. 1[1] Dalam hal pendidikan manusia dapat mengimplementasikan ayat tersebut dengan ikut terlibat dalam memanajemen kurikulum dengan sebaik-baiknya yang di maksudkan agar dapat memahami, membantu dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain di tuntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan priorotas kurikulum, melaksananakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah. B. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum Manajemen kurikulum merupakan bagaian integral dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan,pengorganisasian,pelaksanaan,dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan penididikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelefansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu berada. C. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum,yaitu sebagai berikut : 1[1] KH. U. Sarfullah, Manajemen Mendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia. ,2012 ) hlm 1 Poniyem 1. Produktifitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam mnajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum. 2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum. 3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adamya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat. 4. Efektifitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya tenaga, dan waktu yang relative singkat. 5. Mengarahkan visi misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi misi dan tujuan kurikulum. Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu dipertimbangkan kebijaksanaan pemerintah maupun departemen pendidikan nasional, seperti USPN no.20 tahun 2003, kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, kebikajsanaan penerapan KTSP, keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun komponen Manajemen Kurikulum Bahasa Arab kurikulum. ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya sebagai berikut : 1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif. 2. Meningkatkan keadilan ( equity ) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan ekstrakurikuler, tetapi perlu juga melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum. 3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar. 4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional , efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar. 5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar , proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengolahan kurikulum. 6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum , kurikulum yang di kelola secara professional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan Poniyem dengan cirri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat. Dalam pembelajaran tidak hanya dituntut bagi para peserta didik untuk cakap dalam memahami materi-materi, akan tetapi ada fungsi dan tujuan khusus dalam pembelajaran, yaitu untuk membentuk karakter peserta didik agar menjadi insan yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi sesama,contohnya dalam hal penghambaan kepada Allah dan dalam hal berbakti kepada kedua orang tua, seperti terdapat dalam firman Allah Q.S. Allukman: 13-14 sebagai berikut : )13(َظ ْي ٌم َ ْي الَتُ ْش ِر ْك بِاهللِ إِنَّ ال ِّشر ِ ك لَظُ ْل ٌم ع َّ ََوإِ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ ِال ْبنِ ِه َوهُ َويَ ِعظُهُ يَابُن Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar". ي َّ َو َو َ صالُهُ فِي عَا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْي َ َِااإل ْنسَانَ ِب َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَي َو ْه ٍن َوف َّ ََ إِل ِ ص ْين )14(ُص ْير ِ ال َم Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. D. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai pendidikan merupakan hal yang penting. Kurikulum merupakan rancangan dan pelaksanaan pendidikan. Selama dua puluh tahun terakhir, pendidikan dasar dan menengah di Indonesia mengalami beberapa kali pergantian kurikulum yaitu tahun 1963, 1968, 1978, dan 1984, 1994, 2006.2[2] 2[2] Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2010), hal. 249 Manajemen Kurikulum Bahasa Arab Dalam semua jenjang pendidikan, tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi para siswanya dengan bantuan para stafnya dalam menciptakan pelaksanaan dan pengembangan program pengajaran yang efektif. Kepala sekolah mampu memberikan pimpinan yang efektif dalam bidang ini bila ia mengetahui berbagai teori mengenai kurikulum dan menyadari kaitannya dengan kebijaksanaan dan langkah-langkah administratif yang sedang berlaku.3[3] Kurikulum mencakup segala pengalaman yang direncanakan untuk anak-anak yang langsung berada dalam tanggung jawab sekolah. Pengalaman-pengalaman anak di luar sekolah bukan bagian dari kurikulum sekolah, walaupun pengalaman-pengalaman tersebut memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak.4[4] Guru tidak membuat/menyusun kurikulum, tapi ia menggunakan kurikulum, menjabarkannya, serta melaksanakannya melalui suatu proses pengajaran. Kurikulum diperuntukkan bagi siswa, melalui guru yang secara nyata memberikan pengaruh kepada siswa pada saat terjadinya proses pengajaran.5[5] 1. Tujuan Program Bila guru mengajar satu pokok bahasan dari suatu bidang studi, berarti guru tersebut, mengajarkan sebagian bahan dari bidang studi tersebut. Jika guru selesai mengerjakan semua pokok bahasan yang terdapat dalam bidang studi tertentu, misalnya IPS maka dapat dirumuskan bahwa tujuan instruksional adalah rumusan kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah ia menyelesaikan suatu program pengajaran. 3[3] Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan – untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Pustaka Setia, 1998, hal. 67 4[4] Ibid, hal. 69 5[5] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo), hal. 1 Poniyem Dalam setiap rumusan tujuan terdapat istilah tingkah laku atau kemampuan. Maksud kata tingkah laku dalam rumusan tujuan, mengandung tiga aspek, yakni aspek pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tingkah laku inilah (pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan) pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.6[6] 2. Materi atau Isi program Isi atau materi program tidak lain ialah bidang studi atau mata pelajaran yang telah terpilih berdasarkan kriteria keilmuan dan kegunaannya yang dapat menunjang tercapainya tujuan institusional. Mata pelajaran pada dasarnya adalah pengetahuan dan pengalaman manusia pada masa lampai, yang disusun secara logis, sistematik, melalui prosedur dan metode keilmuan. Sedangkan bidang studi ialah kumpulan atau penggabungan dari sejumlah mata pelajaran serumpun.7[7] Selanjutnya dalam mengajarkan materi bidang studi, guru harus melihat pada tujuan pengajaran yang disebut tujuan instruksional, yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. a. Tujuan instruksional umum adalah tujuan yang akan dicapai melalui satu unit tujuan pelajaran. b. Tujuan instruksional khusus adalah penjabaran dari tujuan instruksional umum dengan memperhatikan bagian dari satuan bahan atau sub pokok bahasan, rumusan tujuan instruksional khusus harus memenuhi persyaratan: (1) berpusat pada siswa, (2) khusus terperinci, (3) menunjukkan tingkah laku, dan (4) dapat diukur. 3. Strategi Pelaksanaan Kurikulum 6[6] 7[7] Ibid, hal. 5 Ibid, hal. 5-6 Manajemen Kurikulum Bahasa Arab Strategi pelaksanaan kurikulum tidak lain ialah cara bagaimana melaksanakan kurikulum sebagai program belajar, agar program tersebut dapat mempengaruhi para siswa sehingga dapat mencapai tujuan kurikuler, dan lebih jauh lagi dapat mencapai tujuan pendidikan. Ada empat komponen yang menunjang operasional kurikulum yakni ; (a) kegiatan pengajaran; (b) kegiatan administrasi supervisi; (c) kegiatan bimbingan penyuluhan, dan (d) kegiatan penilaian. Kegiatan pengajaran tidak lain ialah pelaksanaan proses belajar mengajar, yakni suatu proses menerjemahkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum (program belajar) kepada para siswa, melalui interaksi belajar mengajar di sekolah. Kegiatan administrasi berkenaan dengan upaya mendayagunakan semua sumber baik personal maupun meterial secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Tugas guru sehubungan dengan administrasi yang dilaksanakan di sekolah antara lain meliputi administrasi pengajaran, kesiswaan, keuangan dan hubungan sekolah dengan masyarakat. Supervisi berkenaan dengan bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif. Supervisi lebih banyak menjadi tugas seorang supervisor (Kepala Sekolah, Penilik/Pengawas dan pejabat pendidikan lainnya). Bimbingan penyuluhan adalah upaya memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, agar para siswa dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Upaya ini dilakukan agar hasil belajar para siswa lebih optimal. Sebenarnya proses bantuan bukan hanya diberikan kepada siswa yang hanya mengalami kesulitan belajar saja, tapi juga kepada siswa lainnya. Upaya melaksanakan bimbingan di sekolah, menjadi tugas guru di samping sebagai pengajar dan sebagai administrator kelas. Poniyem Penilaian adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan tujuan pengajaran telah tercapai atau tidak. Upaya ini ditempuh melalui proses membandingkan tingkah laku nyata dengan suatu standar tingkah laku yang diinginkan (diniati). Jadi, tekanan penilaian pada dasarnya mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Penilaian merupakan tugas dan tanggung jawab guru di sekolah, baik penilaian yang dilaksanakan pada waktu mengajar (formatif) maupun penilaian yang dilaksanakan pada akhir semester (sumatif). Ketiga aspek kurikulum yakni tujuan, isi/materi program, dan strategi pelaksanaan program tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Tujuan adalah arah yang harus dicapai, isi adalah bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan, dan strategi adalah cara bagaimana mencapai tujuan.8[8] Disamping perencanaan yang merupakan tujuan pendidikan dan susunan bahan pelajaran, pemerintah pusat mengeluarkan pedoman-pedoman umum yang harus diikuti oleh sekolah untuk menyusun perencanaan yang sifatnya operasional di sekolah, pedoman-pedoman tersebut antara lain berupa: struktur program, program penyusunan akademik, pedoman penyusunan program pelajaran, pedoman penyusunan program (rencana) mengajar, pedoman penyusunan satuan pelajaran, pembagian tugas guru, pengaturan siswa ke dalam kelas-kelas. Pedoman lain adalah pedoman pelaksanaan kurikulum antara lain pengelolaan kelas, pedoman pemberian ekstra kurikuler, dan juga pedoman tentang evaluasi hasil belajar. a. Struktur Program Yang dimaksud dengan struktur program adalah susunan bidang pelajaran yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan kurikulum di suatu jenis dan jenjang sekolah. 8[8] Ibid, hal. 7-8 Manajemen Kurikulum Bahasa Arab 1) Jenis-jenis program pendidikan. 2) Bidang studi untuk masing-masing jenis program. 3) Satuan waktu pelaksanaan (di SD semester di SMP semesteran). 4) Alokasi waktu untuk tiap bidang studi tiap satuan waktu pelaksanaan. 5) Jumlah jam pelajaran per minggu. Berdasarkan struktur program ini sekolah-sekolah dapat menyusun jadwal pelaksanaan pelajaran disesuaikan dengan kondisi sekolah asal tidak menyimpang dari ketentuan yang ada. Jenis-jenis program pendidikan di SMP terdiri dari 3 macam yaitu: program pendidikan umum (ranah aktif) , program pendidikan akademis (ranah kognitif), dan program keterampilan (ranah psikomotorik). Pendidikan keterampilan bersifat pilihan terikat dan pilihan bebas. Pilihan terikat adalah pilihan yang harus dilakukan terhadap yang disediakan secara ketat. Pilihan bebas merupakan pilihan tetapi pelaksanaannya lebih bebas dan lebih cenderung pada hobby, jenis-jenis keterampilan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan sekolah. b. Penyusunan Jadwal Pelajaran Yang dimaksud dengan jadwal pelajaran adalah uruturutan mata pelajaran sebagai pedoman yang harus diikuti dalam pelaksanaan pemberian pelajaran. Jadwal bermanfaat sebagai pedoman bagi guru, siswa, maupun kepala sekolah. 1) Manfaat bagi guru. a) Sebelum mulai bekerja sudah ada pedoman sehingga guru dapat “siap mental” dan “siap materi” sebelum mengajar. b) Ada koordinasi kerja antara guru sehingga masing-masing guru tahu hak dan kewajiban dikelas dan berapa lama boleh dan harus berada di suatu kelas. c) Guru tahu kapan tidak bertugas sehingga dapat merencanakan kegiatan yang lain. Poniyem 2) Manfaat bagi siswa. a) Siswa tahu dengan pasti waktu-waktu memperoleh sesuatu pelajaran sehingga dapat menyiapkan diri b) Siswa tahu akan hal dan kewajiban untuk diajar oleh siapa dan harus bagaimana. 3) Manfaat bagi kepala sekolah. a) Memudahkan pengawasan dan koordinasi yang lain. b) Dapat diketahui beban seorang guru secara jelas. Beberapa yang harus diingat dalam penyusunan jadwal adalah: 1. Jam-jam pelajaran pagi hari diperuntukkan bahan yang “berat” yang harus banyak meminta tenaga dan pikiran dari anak. 2. Pelajaran yang membutuhkan tenaga jasmani diletakkan pada pagi hari agar tidak terlalu banyak keringat yang keluar. Untuk pelajaran olah raga perlu sinar matahari pagi. 3. Siang hari dapat diperuntukkan bagi pelajaran-pelajaran yang sifatnya agak santai, dan tidak banyak meminta pikiran misalnya kesenian, menggambar dan sebagainya. 4. Usahakan agar ada selingan antara pelajaran yang erat dengan yang ringan. Paling banyak untuk sesuatu jenis pelajaran hanya 3 jam pelajaran, tetapi jangan kurang dari 2 jam (kalau mungkin). 5. Agar antara kelas yang berdekatan tidak saling mengganggu maka penyusunan jadwal pelajaran harus mengingat letak kelas. 6. Dalam penyusunan jadwal harus mengingat jumlah jam per minggu untuk suatu tingkat atau kelas, beban tugas guru per minggu dan ketentuan banyaknya jam pelajaran dalam sehari, dan lamanya waktu istirahat disela-sela pelajaran. c. Penyusunan Kalender Pendidikan Menyusun rencana kerja sekolah untuk kegiatan selama Manajemen Kurikulum Bahasa Arab satu tahun merupakan bagian manajemen kurikulum terpenting yang harus sudah tersusun sebelum ajaran baru. Oleh karena jangka waktu pelaksanaannya dalam kurun waktu satu tahun ajaran maka disebut juga “kalender akademik” atau “kalender pendidikan”. Nama resmi terakhir adalah “kalender sekolah” seperti tertuang dalam lampiran keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan tanggal 15 Oktober 1976, nomor 0255/U/1976. Tujuan penyusunan kalender akademik adalah agar penggunaan waktu selama satu tahun terbagi secara merata dan sebaik-baiknya dari peningkatan mutu pendidikan. Hal-hal yang diatur adalah: a) Penerimaan siswa baru dan persiapan tahun ajaran baru. b) Prosedur pengisian hari pertama di sekolah. c) Kegiatan belajar mengajar yang meliputi : 1. Persiapan mengajar 2. Penyajian pelajaran 3. Evaluasi belajar 4. Kenaikan kelas 5. Tamatan belajar 6. Bimbingan siswa d) Kegiatan dalam liburan sekolah e) Upacara-upacara sekolah f) Kegiatan ekstrakurikuler Untuk menyusun jenis dan urutan kegiatan harus diperhatikan: 1) Setiap kegiatan mempunyai fungsi meningkatkan mutu, efektivitas dan efisiensi pendidikan. 2) Setiap kegiatan mempunyai kaitan fungsional dengan kegiatan lainnya yang relevan. 3) Dalam fungsinya untuk meningkatkan mutu pendidikan kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler merupakan suatu kegiatan yang integratif. Poniyem 4) Penjadwalan kegiatan ekstra kurikuler menjamin kelancaran dan efektivitas pelaksanaan kegiatan kurikuler. d. Pembagian Tugas Guru Prinsip manajemen yang sering dikehendaki dilaksanakan di Indonesia adalah “bottom up policy” bukan “top down policy” yaitu menampung pendapat bawahan sebelum pimpinan memutuskan suatu kebijaksanaan, atau keputusan didasarkan atas musyawarah bersama. Oleh karena itu maka dalam mengadakan pembagian tugas guru kepala sekolah tidak boleh “main perintah dan main tunjuk” tetapi dibicarakan dalam rapat meja guru sebelum tahun ajaran dimulai. Hal-hal yang harus diingat antara lain: 1) Bidang keahlian yang dimiliki oleh guru. 2) Sistem guru kelas dan sistem guru bidang studi. 3) Formasi, yaitu susunan jatah petugas sesuai dengan banyak dan jenis tugas yang akan dipikul. 4) Beban tugas guru menurut ketentuan yaitu 24 jam per minggu. 5) Kemungkinan adanya perangkapan tugas mengajarkan mata pelajaran lain jika masih kekurangan guru. 6) Masa kerja dan pengalaman mengajar dalam bidang pelajaran yang ditekuni oleh masing-masing guru. e. Pengaturan atau penempatan siswa dalam kelas Pengaturan siswa menurut kelasnya sebaiknya sudah dilakukan bersama waktu dengan pendaftaran ulang siswa tersebut. Hal ini akan mempermudah siswa baru pada peristiwa hari pertama masuk ke sekolah. Oleh karena keadaan kemampuan siswa belum dikenal, maka yang dipakai untuk pertimbangan penempatan ke kelas-kelas antara lain: jenis kelamin, asal sekolah dan (jika mungkin) latar belakang orang tua atau wali. Pengaturan siswa di kelas dilakukan oleh guru kelas (di SD) atau guru wali Manajemen Kurikulum Bahasa Arab kelas pada hari pertama masuk sekolah. f. Penyusunan Rencana Mengajar. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru setelah menerima tugas untuk tahun ajaran yang akan datang adalah mempersiapkan segala sesuatu agar apabila sudah sampai saat melaksanakan mengajar tinggal memusatkan perhatian pada lingkup yang khusus yaitu interaksi belajar mengajar. Penyusunan rencana mengajar dilakukan melalui dua tahap: 1) Tahap Penyusunan Rencana Terurai Yang dimaksud penyusunan rencana terurai adalah pembuatan program garis besar tetapi terperinci mengenai penyajian bahan pelajaran selama satu tahun. Istilah “rencana terurai” ini sebenarnya istilah lama yang hampir tidak terdengar lagi tertutup oleh hangatnya kegiatan penyusunan satuan pelajaran dengan PPSI. Penyusunan program pelajaran ini masih tetap penting artinya walaupun di dalam Silabi sudah disebutkan banyaknya alokasi waktu yang disediakan untuk tiap-tiap pokok bahasan. Kadang-kadang apa yang tertulis pada Silabi tidak dapat dilaksanakan seperti itu disebabkan karena adanya hari-hari libur pada saat jatah mengajar, atau sebab-sebab lain. Untuk itu maka sebelum guru mulai menyusun satuan pelajaran terlebih dahulu harus menyusun program secara cermat melalui langkah-langkah berikut ini: a. Menghitung banyaknya pokok bahasan yang terdapat selama penggalan waktu tertentu, misalnya satu semester (untuk SD semester) b. Menghitung banyaknya sub pokok bahasan untuk tiap-tiap pokok bahasan kemudian dijumlahkan untuk satu semester. c. Menghitung banyaknya hari efektif selama satu semester dengan melihat kalender sekolah dan kalender tahunan agar dapat diketahui betul-betul hari-hari yang dapat Poniyem digunakan untuk melaksanakan tugas mengajar. d. Memasangkan banyak sub-pokok bahasan dengan alokasi waktu yang disediakan selama satu semester. 2) Tahap penyusunan satuan pelajaran Penyusunan satpel sebaiknya dilakukan sekaligus selesai sebelum mengajar. Namun jika tidak mungkin dilakukan, secara bertahap jika sudah memadai. Secara garis besar satuan pelajaran berisi komponen-komponen yang berhubungan dengan: a. Identitas materi pelajaran (pokok bahasan, sub pokok bahasan, tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, dan kelas). b. Waktu pelajaran (waktu pelaksanaan dan alokasi waktu) c. Bagaimana dilaksanakan (metode mengajar, alat-alat pelajaran yang diperlukan, buku sumber yang diambil, dan alat evaluasi) E. Dimensi Manajemen Perencanaan,Pelaksanaan,dan Pengawasan Kurikulum PBA 1. Dimensi Manajemen dalam Perencanaan Kurikulum Bahasa Arab Di dalam Permenag. RI nomor 02 tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah disebutkan bahwa Standar Kompetensi Lulusan Bahasa Arab untuk Pendidikan Dasar pada Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah, serta untuk Pendidikan Menengah pada Madrasah Aliyah meliputi lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal. Di dalam perencaanaan yang berupa tujuan pendidikan dan susunan mata pelajaran, pemerintah pusat juga mengeluarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh jenis dan tingkat satuan pendidikan. Selanjutnya dalam Manajemen Kurikulum Bahasa Arab mengajarkan materi Bahasa Arab, guru harus melihat pada standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Di samping pedoman perencanaan tersebut, pemerintah juga mengeluarkan pedoman tentang standar proses dalam pendidikan yang tertuang dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007, di dalamnya diatur tentang silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta prinsip-prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain standar tersebut juga terdapat standar pengelolaan yang tertuang dalam Permendiknas nomor 19 tahun 2007, di dalamnya juga mengatur tentang bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah. a. Pembagian Tugas Guru Prinsip manajemen yang sering dikehendaki untuk dilaksanakan di Indonesia adalah “bottom up policy” dan bukan “top down policy” yaitu menampung pendapat bawahan sebelum pimpinan memutuskan suatu kebijakan, atau keputusan didasarkan atas musyawarah bersama. Oleh karena itu, dalam mengadakan pembagian tugas kepala sekolah/madrasah tidak boleh asal menunjuk guru untuk mengajar Bahasa Arab tetapi harus dibicarakan dalam rapat guru sebelum tahun ajaran dimulai berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang akademis. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : 1) Bidang keahlian yang dimiliki oleh guru; 2) Sistem guru kelas dan sistem guru bidang studi; 3) Formasi, yaitu susunan jatah guru sesuai dengan banyak dan jenis tugas yang akan diemban; 4) Beban tugas guru Bahasa Arab setiap minggu; 5) Kemungkinan adanya merangkap tugas mengajar mata pelajaran yang lain; dan 6) Masa kerja dan pengalaman mengajar oleh guru. b. Pengaturan Peserta didik di dalam Kelas Pengaturan peserta didik menurut kelasnya sebaiknya sudah dilakukan bersama dengan pendaftaran ulang peserta didik Poniyem tersebut. Hal ini akan mempermudah peserta didik baru pada peristiwa hari pertama masuk sekolah. Oleh karena keadaan peserta didik belum dikenal, maka yang dipakai pertimbangan penempatan antara lain, jenis kelamin dan asal sekolah. Pengaturan peserta didik di kelas biasanya dilakukan oleh guru wali kelas pada hari pertama masuk sekolah. Kegiatankegiatan yang dapat dilakukan pada hari pertama adalah, mengatur tempat duduk, perkenalan dengan teman sekelas, penjelasan tentang tata tertib sekolah dan informasi lainnya. Adapun pengaturan kelas untuk pembelajaran Bahasa Arab bisa dilakukan oleh guru dengan cara membuat kelompok belajar sesuai dengan tingkat kemampuan atau penguasaan Bahasa Arab oleh peserta didik, hal ini dilakukan dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. c. Penyusunan Rencana Mengajar Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru Bahasa Arab adalah mempersiapkan segala sesuatu dalam proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan agar pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru hanya memusatkan perhatian pada lingkup yang khusus yaitu interaksi belajar mengajar. Penyusunan rencana mengajar dilakukan melalui dua tahap: a. Tahap Penyusunan Rencana Terurai yaitu pembuatan program garis besar tetapi terperinci mengenai penyajian materi Bahasa Arab selama satu semester. Penyusunan program pelajaran ini penting artinya walaupun di dalam silabus sudah disebutkan banyaknya alokasi waktu yang disediakan untuk tiap-tiap pokok bahasan. Kadang-kadang apa yanag tertulis pada silabus tidak dapat dilaksanakan disebabkan adanya hari-hari libur pada saat hari mengajar, atau sebab-sebab yang lain. Untuk itu maka guru sebelum mulai menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ter- Manajemen Kurikulum Bahasa Arab lebih dahulu menyusun program secara cermat melalui langka-langkah sebagai berikut : 1) Menghitung banyaknya pokok bahasan yang terdapat selama satu semester; 2) Menghitung banyaknya sub pokok bahasan kemudian dijumlahkan selama satu semester; 3) Menghitung banyaknya hari efektif selama satu semester; 4) Memasangkan banyaknya sub pokok bahasan dengan alokasi waktu yang tersedia selama satu semester. b. Tahap Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. 1) Silabus. Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus Bahasa Arab dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah/madrasah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG). 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru Bahasa Arab pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara Poniyem lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai dengan kemampuan peserta didik.RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. 2. Dimensi Manajemen dalam Pelaksanaan Kurikulum Bahasa Arab Salah satu batasan pengertian pelaksanaan kurikulum adalah pelaksanaan mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah/madrasah. Dalam pelaksanaan mengajar di kelas, guru Bahasa Arab memfokuskan perhatian pada interaksi proses belajar mengajar. Oleh karena itu secara manajemen, selama guru berada di dalam kelas terbagi menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan penutupan. 1. Persiapan Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru Bahasa Arab sebelum memulai mengajar, yang dikerjakan antara lain : 1. Mengucapkan “assalamu’alaikum” dilanjutkan sapaan “shobahul khoir” dan meletakkan peralatan mengajar di meja; 2. Memperhatikan semua kondisi yang ada di dalam kelas; 3. Melakukan absensi; 4. Memeriksa kondisi kesiapan siswa. 2. Pelaksanaan Yaitu kegiatan mengajar yang sesungguhnya dilakukan oleh guru Bahasa Arab dan terjadi interaksi langsung dengan peserta didik mengenai pokok bahasan Manajemen Kurikulum Bahasa Arab yang diajarkan. Pelaksanaan pelajaran ini dibagi menjadi tiga tahap: 1. Pendahuluan, yaitu diawali dengan mengarahkan perhatian untuk masuk ke pokok bahasan, misalnya dengan apersepsi atau mengajukan pertanyaan dan lain sebagainya; 2. Kegiatan inti, adalah interaksi belajar mengajar yang terjadi di mana selama guru dan peserta didik membahas pokok bahasan yang menjadi kegiatan dalam jam pelajaran Bahasa Arab; 3. Evaluasi, yaitu dilakukan setelah selesai pembahasan pelajaran inti. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, memberikan tugas rumah dan sebagainya. 3. Penutupan Yaitu kegiatan yang terjadi di kelas setelah seorang guru Bahasa Arab selesai melaksanakan tugas mengajarnya. Penutupan pelajaran dilakukan dengan antara lain menghapus papan tulis, penyampaian pesan, ucapan ”ilalliqa’” dan ”wassalamu’alaikum” dan sebagainya.Dalam pelaksanaan kurikulum di kelas, seorang guru juga mengisi buku kelas atau buku kemajuan peserta didik dan mencatat kesulitan mereka dalam belajar Bahasa Arab ke dalam buku bimbingan belajar. 4. Dimensi Manajemen dalam Pegawasan Kurikulum Bahasa Arab Dalam pengawasan ini disebut juga dengan penilaian atau evaluasi. Evaluasi yang dilaksanakan oleh guru disebut dengan evaluasi formatif, karena penyelenggaraan evaluasi hasil belajar dalam satu semester terbagi menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Kedua jenis evaluasi ini dilakukan Poniyem dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan guru Bahasa Arab dalam mengajar dilihat dari hasil atau prestasi yang dikuasai oleh peserta didik. 1. Evaluasi Formatif Yaitu penilaian yang dilakukan setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik. Evaluasi formatif terutama dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada guru mengenai keberhasilan proses belajar mengajarnya. Dalam hal ini keberhasilan peserta didik merupakan petunjuk utama keberhasilan yang diselenggarakan oleh guru Bahasa Arab yang bersangkutan dan dikenal sebagai ulangan harian.Evaluasi ini dapat dilaksanakan secara lisan maupun tertulis. Penyusunan butir-butir tes formatif harus relevan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Apabila kompetensi dasar dari materi adalah untuk dihafalkan oleh peserta didik, maka aspek yang diukur dengan butir tes juga tentang hafalan. Demikian juga aspek-aspek dari kompetensi dasar lainnya. 2. Evaluasi Sumatif ,evaluasi ini diselenggarakan oleh guru Bahasa Arab setelah menempuh satu jangka waktu tertentu, yaitu pada akhir semester. Dalam pelaksanaannya, evaluasi ini sering disebut sebagai ulangan umum dan biasanya diselenggarakan secara serempak untuk seluruh sekolah/madrasah.Butir-butir soal untuk evaluasi sumatif jumlah dan kualitasnya harus lebih dibandingkan dengan formatif. Beberapa butir soal harus mampu mengukur kemampuan peserta didik dalam mengaitkan materi yang terkandung dalam beberapa pokok bahasan yang terpisah. Artinya, evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar dan evaluasi sumatif dimaksudkan untuk mengukur pencapaian standar kompetensi. Manajemen Kurikulum Bahasa Arab PENUTUP Kesimpulan Usaha peningkatan mutu pendidikan ini nampaknya belum mencapai taraf yang memadai. Dengan pendidikan diharapkan mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pada umumnya. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memaknai mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan akademik dan lebih khusus lagi hanya aspek kognitif, yang pada gilirannya berdampak terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni dan olah raga serta life skill. Berdasarkan hal tersebut, maka kurikulum perlu disempurnakan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Berkaitan dengan bahasa Arab yang nota-bene adalah bagian dari rumpun PAI, sebab meski terdapat perubahan paradigma terhadap posisi bahasa Arab dari bahasa agama kepada bahasa asing. Namun perubahan ini tidak serta merta meninggalkan posisi bahasa Arab sebagai bahasa Agama. Konsep dan Karakter manajemen kurikulum PBA sebagai suatu sistem/ proses mencakup pengelolaan organisasi pembelajaran bahasa Arab sebagai mata pelajaran harus berlandaskan model kemahiran bahasa harus signifikan, tidak bias. Tanpa itu, fungsi manajemen kurikulum semakin sulit terkonsep. Dalam ruang lingkup kurikulum, manajemen memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: mengelola perencanaan kurikulum, mengelola implementasi kurikulum, mengelola pelaksanaan evaluasi kurikulum, mengelola perumusan penetapan kriteria dan pelaksanaan kenaikan kelas/kelulusan, mengelola pengembangan bahan ajar, media pembelajaran, dan sumber belajar, serta mengelola pengembangan ekstrakurikuler dan kokurikuler. Pada titik ini, pengajar bahasa Arab yang sekaligus menjadi manajer kurikulum PBA harus bisa menempatkan posisi bahasa Arab sekaligus sebagai bahasa Asing yang diharapkan tidak sekedar bertujuan untuk pemahaman proses peribadatan, akan Poniyem tetapi perlu perumusan lebih seksama prihal kemungkinan mengaktualisasikan kemahiran peserta didik dalam berbahasa asing secara konseptual. DAFTAR PUSTAKA Nasution S., Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2012. Nasution S., Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 2003. Ruhimat Toto, Kurikulum dan Pembelajaran, Rajawali Press, Jakarta, 2011. Rusman, Manajemen Kurikulum, Rajawali Press, Jakarta, 2011. Sukmadinata Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005. http://stainsalatiga.ac.id/manajemen-pembelajaran-bahasa-arabdi-madrasah/. ISSN: 2085-5079 ISSN: 2085-5079 Pedoman Penulisan 1. Artikel merupakan atau di angkat dari hasil kajian atau penelitian dalam pendidikan. Artikel belu pernak diterbitkan media lain, diketik 1,5 pada kertas A4, panjang 10-15 halaman, dalam bahasa Indonesia atau Arab, dan atau Inggris dengan dilengkapi abstrak, daftar pustaka, dan biodata singkat. Artikel berbahasa Indonesia dan Inggris (50-100 kata) disertai kata kunci. 2. Biodata singkat penulis dan “indentitas penelitian” (bila merupaan artikel hasil penelitian) dicantumkan sebagai catatan kaki pada halaman pertama naskah. 3. Artikel yang dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan hasil penelitian dan atau hasil analisis-kritis 4. Artikel hasil penelitian memuat : (a) judul, (b) nama penulis, (c) Abstrak (d) pendahuluan (memuat latar belakang masalah, sedikit tinjauan pustaka, rumusan masalah/tujuan penelitian tanpa sb judul pendahuluan), (f) metode, (g) hasil dan pembahasan, (h) kesimpulan dan saran, dan (i) daftar rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja) 5. Artikel hasil analisis-kritis (non-Penelitian) memuat: (a) judul, (b) nama penulis, (c) abstrak, (d) kata kunci, (e) pendahuluan (pada bagian ini ditulis langsung sesudah abstrak dan kata kunci, tanpa sub judul pendahuluan), (f) sub-sub judul sesuai dengan kebutuhan (isi artikel), (g) kesimpulan dan saran, dan (h) daftar rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja) 6. Peringkat judul Sub Bab dinyatakan dengan huruf yang berbeda, tidak dengan angka dan letak pada halaman sebagai berikut: PERINGKAT PERTAMA (huruf capital semua, cetak tebal, rata dengan tepi kiri) PERINGKAT KEDUA (huruf besar kecil, cetak tebal rata dengan tepi kiri) PERINGKAT KETIGA (huruf besar-kecil, cetak tebal, cetak miring, rata dengan tepi kiri) 7. Daftar pustaka disajikan atau diurutkan secara alfabet dan kronologis sebagaimana contoh: Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Lerning). Malang; Universitas Negeri Malang. Zainal Anshari Marli Soebahar, Abdul Halim. 2005. Matriks Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Marwa