ISSN: 2085-5079 - eJournal IAIN Jember

advertisement
ISSN: 2085-5079
MANAJEMEN KURIKULUM BAHASA ARAB
Poniyem
Guru PAI SMP 06 Diponegoro Wuluhan
Abstrak
Dalam dunia pendidikan salah satu faktor penting
dalam mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum.
Dalam definisi Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Untuk memaksimalkan penerapan kurikulum,
dibutuhkan manajemen yang baik. Terlebih saat
mengingat prinsip dasar manajemen kurikulum adalah
berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh peserta
didik dan mendorong guru untuk menyusun dan terus
menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Kata Kunci : Manajemen kurikulum bahasa Arab
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di segala bidang, semua orang menginginkan kemudahan
dalam menjalankan urusannya. Tidak satu pun yang mau bersusah-payah untuk mendapatkan sebuah hasil atau tujuan dari
apa yang diusahakannya. Artinya, jika ada cara untuk mendapatkan hasil yang dimaksud secara mudah, kenapa harus memper-
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
sulit. Tentu, yang dimaksud kemudahan di sini tidak keluar dari
aturan-aturan normatif; tidak menghalalkan segala cara untuk
meraih tujuan. Namun fakta mengatakan, kita sering kali
dihadapkan pada benturan-benturan dari pihak lain dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Masing-masing individu tentunya
memiliki interest yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Tidak jarang tujuan yang akan dicapai bertolakbelakang dengan
tujuan yang orang lain ingin raih.
Berdasarkan fakta tersebut, untuk mencapai tujuan, diperlukan sebuah tindakan yang disengaja, dengan metode-metode
khusus yang efisien dan efektif. Oemar Hamalik mengistilahkan
cara pencapaian tujuan tersebut dengan istilah manajemen. Lebih
spesifik Hamalik mengatakan bahwa manajemen merupakan alat
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam dunia pendidikan salah satu faktor penting dalam
mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum. Dalam definisi
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun
2003 dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Untuk memaksimalkan penerapan kurikulum, dibutuhkan manajemen yang baik. Terlebih saat mengingat prinsip dasar
manajemen kurikulum adalah berusaha agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan
oleh peserta didik dan mendorong guru untuk menyusun dan
terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang di
Poniyem
gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang
direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di
bawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang
formal juga kegiatan yang tak formal.
Kurikulum formal meliputi :
a) Tujuan pelajaran, umum dan spesifik
b) Bahan pelajaran yang tersusun sistimatis
c) Strategi belajar mengajar serta kegiatan-kegiatannya
d) Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan
tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang
juga di rencanakan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu. Yang termasuk kurikulum tak
formal ini antara lain: pertunjukan sandiwara, pertandingan antar
kelas, perkumpulan berbagai hobi, pramuka dan lain-lain.
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu system
pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik
dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga
pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum atau
sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan
memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi
dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaiakan
kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan. Dalam Al-Quran
Allah SWT berfirman :
َّ ‫يُ َدبِّ ُر األ ْم َر ِمنَ ال‬
َ‫ض ثُ َّم يَ ْع ُر ُج إِلَ ْي ِه فِي يَوْ ٍم َكانَ ِم ْقدَا ُرهُ أَ ْلفَ َسنَ ٍة ِم َّما تَ ُع ُّدون‬
ِ ْ‫س َما ِء إِلَى األر‬
Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan)
itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu.
( QS. as-sajadah : 5)
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
Dari ayat di atas di ketahui bahwa Allah SWT. Merupakan
pengatur alam. Akan tetapi, sebagai khalifah di bumi ini, manusia
harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana allah swt mengatur alam raya ini. 1[1]
Dalam hal pendidikan manusia dapat mengimplementasikan ayat tersebut dengan ikut terlibat dalam memanajemen kurikulum dengan sebaik-baiknya yang di maksudkan agar dapat
memahami, membantu dan mengontrol implementasi kurikulum,
sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain di tuntut
kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan priorotas
kurikulum, melaksananakan pembelajaran, menilai kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum,
baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah.
B. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan bagaian integral dari
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan manajemen
berbasis sekolah (MBS). Lingkup manajemen kurikulum meliputi
perencanaan,pengorganisasian,pelaksanaan,dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan penididikan kegiatan kurikulum lebih
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelefansikan antara
kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar)
dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang
integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di
mana sekolah itu berada.
C. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan manajemen kurikulum,yaitu sebagai berikut :
1[1] KH. U. Sarfullah, Manajemen Mendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia.
,2012 ) hlm 1
Poniyem
1. Produktifitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam
mnajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta
didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana
dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk
mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam
kegiatan manajemen kurikulum perlu adamya kerja sama yang
positif dari berbagai pihak yang terlibat.
4. Efektifitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen
kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan
biaya tenaga, dan waktu yang relative singkat.
5. Mengarahkan visi misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi misi dan tujuan kurikulum.
Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu dipertimbangkan kebijaksanaan pemerintah maupun departemen pendidikan nasional, seperti USPN no.20 tahun 2003, kurikulum pola
nasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, kebikajsanaan penerapan KTSP, keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis sekolah
yang bersangkutan.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen
kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kurikulum
berjalan lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan
berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun komponen
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
kurikulum. ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di
antaranya sebagai berikut :
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat
ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
2. Meningkatkan keadilan ( equity ) dan kesempatan pada siswa
untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang
maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui
kegiatan ekstrakurikuler, tetapi perlu juga melalui kegiatan
ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam
mencapai tujuan kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar
peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat
memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum
yang professional , efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar
, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat
konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian
antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di
samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena
adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam
kegiatan pengolahan kurikulum.
6. Meningkatkan partisipasi
masyarakat untuk membantu
mengembangkan kurikulum , kurikulum yang di kelola secara
professional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam
mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan
Poniyem
dengan cirri khas dan kebutuhan pembangunan daerah
setempat.
Dalam pembelajaran tidak hanya dituntut bagi para peserta didik untuk cakap dalam memahami materi-materi, akan tetapi
ada fungsi dan tujuan khusus dalam pembelajaran, yaitu untuk
membentuk karakter peserta didik agar menjadi insan yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi sesama,contohnya dalam hal
penghambaan kepada Allah dan dalam hal berbakti kepada
kedua orang tua, seperti terdapat dalam firman Allah Q.S. Allukman: 13-14 sebagai berikut :
)13(‫َظ ْي ٌم‬
َ ْ‫ي الَتُ ْش ِر ْك بِاهللِ إِنَّ ال ِّشر‬
ِ ‫ك لَظُ ْل ٌم ع‬
َّ َ‫َوإِ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ ِال ْبنِ ِه َوهُ َويَ ِعظُهُ يَابُن‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".
‫ي‬
َّ ‫َو َو‬
َ ‫صالُهُ فِي عَا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْي‬
َ ِ‫َااإل ْنسَانَ ِب َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَي َو ْه ٍن َوف‬
َّ َ‫َ إِل‬
ِ ‫ص ْين‬
)14(ُ‫ص ْير‬
ِ ‫ال َم‬
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.
D. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
Kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai pendidikan merupakan hal yang penting. Kurikulum merupakan
rancangan dan pelaksanaan pendidikan. Selama dua puluh tahun
terakhir, pendidikan dasar dan menengah di Indonesia mengalami beberapa kali pergantian kurikulum yaitu tahun 1963, 1968,
1978, dan 1984, 1994, 2006.2[2]
2[2]
Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2010), hal. 249
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
Dalam semua jenjang pendidikan, tugas utama kepala
sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik
bagi para siswanya dengan bantuan para stafnya dalam menciptakan pelaksanaan dan pengembangan program pengajaran yang
efektif. Kepala sekolah mampu memberikan pimpinan yang efektif dalam bidang ini bila ia mengetahui berbagai teori mengenai
kurikulum dan menyadari kaitannya dengan kebijaksanaan dan
langkah-langkah administratif yang sedang berlaku.3[3]
Kurikulum mencakup segala pengalaman yang direncanakan untuk anak-anak yang langsung berada dalam
tanggung jawab sekolah. Pengalaman-pengalaman anak di luar
sekolah bukan bagian dari kurikulum sekolah, walaupun pengalaman-pengalaman tersebut memiliki pengaruh terhadap
perkembangan anak.4[4] Guru tidak membuat/menyusun kurikulum, tapi ia menggunakan kurikulum, menjabarkannya, serta
melaksanakannya melalui suatu proses pengajaran. Kurikulum
diperuntukkan bagi siswa, melalui guru yang secara nyata memberikan pengaruh kepada siswa pada saat terjadinya proses
pengajaran.5[5]
1. Tujuan Program
Bila guru mengajar satu pokok bahasan dari suatu bidang
studi, berarti guru tersebut, mengajarkan sebagian bahan dari bidang studi tersebut. Jika guru selesai mengerjakan semua pokok
bahasan yang terdapat dalam bidang studi tertentu, misalnya IPS
maka dapat dirumuskan bahwa tujuan instruksional adalah rumusan kemampuan atau tingkah laku yang diharapkan dikuasai
oleh siswa setelah ia menyelesaikan suatu program pengajaran.
3[3] Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan – untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Pustaka Setia, 1998, hal. 67
4[4] Ibid, hal. 69
5[5] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru
Algensindo), hal. 1
Poniyem
Dalam setiap rumusan tujuan terdapat istilah tingkah laku atau
kemampuan. Maksud kata tingkah laku dalam rumusan tujuan,
mengandung tiga aspek, yakni aspek pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Ketiganya merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan. Tingkah laku inilah (pengetahuan, nilai
dan sikap serta keterampilan) pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.6[6]
2. Materi atau Isi program
Isi atau materi program tidak lain ialah bidang studi atau
mata pelajaran yang telah terpilih berdasarkan kriteria keilmuan
dan kegunaannya yang dapat menunjang tercapainya tujuan institusional. Mata pelajaran pada dasarnya adalah pengetahuan
dan pengalaman manusia pada masa lampai, yang disusun secara
logis, sistematik, melalui prosedur dan metode keilmuan. Sedangkan bidang studi ialah kumpulan atau penggabungan dari
sejumlah mata pelajaran serumpun.7[7]
Selanjutnya dalam mengajarkan materi bidang studi, guru
harus melihat pada tujuan pengajaran yang disebut tujuan instruksional, yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
a. Tujuan instruksional umum adalah tujuan yang akan dicapai
melalui satu unit tujuan pelajaran.
b. Tujuan instruksional khusus adalah penjabaran dari tujuan
instruksional umum dengan memperhatikan bagian dari satuan bahan atau sub pokok bahasan, rumusan tujuan instruksional khusus harus memenuhi persyaratan: (1) berpusat
pada siswa, (2) khusus terperinci, (3) menunjukkan tingkah
laku, dan (4) dapat diukur.
3. Strategi Pelaksanaan Kurikulum
6[6]
7[7]
Ibid, hal. 5
Ibid, hal. 5-6
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
Strategi pelaksanaan kurikulum tidak lain ialah cara
bagaimana melaksanakan kurikulum sebagai program belajar,
agar program tersebut dapat mempengaruhi para siswa sehingga
dapat mencapai tujuan kurikuler, dan lebih jauh lagi dapat mencapai tujuan pendidikan. Ada empat komponen yang menunjang
operasional kurikulum yakni ; (a) kegiatan pengajaran; (b)
kegiatan administrasi supervisi; (c) kegiatan bimbingan penyuluhan, dan (d) kegiatan penilaian.
Kegiatan pengajaran tidak lain ialah pelaksanaan proses
belajar mengajar, yakni suatu proses menerjemahkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum (program belajar) kepada para siswa, melalui interaksi belajar
mengajar di sekolah.
Kegiatan administrasi berkenaan dengan upaya
mendayagunakan semua sumber baik personal maupun meterial
secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan
pendidikan. Tugas guru sehubungan dengan administrasi yang
dilaksanakan di sekolah antara lain meliputi administrasi
pengajaran, kesiswaan, keuangan dan hubungan sekolah dengan
masyarakat.
Supervisi berkenaan dengan bantuan yang diberikan
kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih efektif. Supervisi lebih banyak menjadi
tugas seorang supervisor (Kepala Sekolah, Penilik/Pengawas dan
pejabat pendidikan lainnya).
Bimbingan penyuluhan adalah upaya memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, agar para
siswa dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Upaya ini
dilakukan agar hasil belajar para siswa lebih optimal. Sebenarnya
proses bantuan bukan hanya diberikan kepada siswa yang hanya
mengalami kesulitan belajar saja, tapi juga kepada siswa lainnya.
Upaya melaksanakan bimbingan di sekolah, menjadi tugas guru
di samping sebagai pengajar dan sebagai administrator kelas.
Poniyem
Penilaian adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan tujuan pengajaran telah
tercapai atau tidak. Upaya ini ditempuh melalui proses membandingkan tingkah laku nyata dengan suatu standar tingkah
laku yang diinginkan (diniati). Jadi, tekanan penilaian pada dasarnya mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Penilaian
merupakan tugas dan tanggung jawab guru di sekolah, baik
penilaian yang dilaksanakan pada waktu mengajar (formatif)
maupun penilaian yang dilaksanakan pada akhir semester (sumatif).
Ketiga aspek kurikulum yakni tujuan, isi/materi program,
dan strategi pelaksanaan program tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Tujuan adalah arah yang harus dicapai, isi adalah bahan
yang digunakan untuk mencapai tujuan, dan strategi adalah cara
bagaimana mencapai tujuan.8[8]
Disamping perencanaan yang merupakan tujuan pendidikan dan susunan bahan pelajaran, pemerintah pusat mengeluarkan pedoman-pedoman umum yang harus diikuti oleh sekolah
untuk menyusun perencanaan yang sifatnya operasional di
sekolah, pedoman-pedoman tersebut antara lain berupa: struktur
program, program penyusunan akademik, pedoman penyusunan
program pelajaran, pedoman penyusunan program (rencana)
mengajar, pedoman penyusunan satuan pelajaran, pembagian
tugas guru, pengaturan siswa ke dalam kelas-kelas. Pedoman lain
adalah pedoman pelaksanaan kurikulum antara lain pengelolaan
kelas, pedoman pemberian ekstra kurikuler, dan juga pedoman
tentang evaluasi hasil belajar.
a. Struktur Program
Yang dimaksud dengan struktur program adalah susunan
bidang pelajaran yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan kurikulum di suatu jenis dan jenjang sekolah.
8[8]
Ibid, hal. 7-8
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
1) Jenis-jenis program pendidikan.
2) Bidang studi untuk masing-masing jenis program.
3) Satuan waktu pelaksanaan (di SD semester di SMP semesteran).
4) Alokasi waktu untuk tiap bidang studi tiap satuan waktu
pelaksanaan.
5) Jumlah jam pelajaran per minggu.
Berdasarkan struktur program ini sekolah-sekolah dapat
menyusun jadwal pelaksanaan pelajaran disesuaikan dengan
kondisi sekolah asal tidak menyimpang dari ketentuan yang ada.
Jenis-jenis program pendidikan di SMP terdiri dari 3 macam yaitu: program pendidikan umum (ranah aktif) , program pendidikan akademis (ranah kognitif), dan program keterampilan (ranah
psikomotorik).
Pendidikan keterampilan bersifat pilihan terikat dan pilihan bebas. Pilihan terikat adalah pilihan yang harus dilakukan
terhadap yang disediakan secara ketat. Pilihan bebas merupakan
pilihan tetapi pelaksanaannya lebih bebas dan lebih cenderung
pada hobby, jenis-jenis keterampilan disesuaikan dengan kondisi
dan kemampuan sekolah.
b. Penyusunan Jadwal Pelajaran
Yang dimaksud dengan jadwal pelajaran adalah uruturutan mata pelajaran sebagai pedoman yang harus diikuti dalam
pelaksanaan pemberian pelajaran. Jadwal bermanfaat sebagai pedoman bagi guru, siswa, maupun kepala sekolah.
1) Manfaat bagi guru.
a) Sebelum mulai bekerja sudah ada pedoman sehingga guru
dapat “siap mental” dan “siap materi” sebelum mengajar.
b) Ada koordinasi kerja antara guru sehingga masing-masing
guru tahu hak dan kewajiban dikelas dan berapa lama
boleh dan harus berada di suatu kelas.
c)
Guru tahu kapan tidak bertugas sehingga dapat merencanakan kegiatan yang lain.
Poniyem
2) Manfaat bagi siswa.
a) Siswa tahu dengan pasti waktu-waktu memperoleh sesuatu
pelajaran sehingga dapat menyiapkan diri
b) Siswa tahu akan hal dan kewajiban untuk diajar oleh siapa
dan harus bagaimana.
3) Manfaat bagi kepala sekolah.
a) Memudahkan pengawasan dan koordinasi yang lain.
b) Dapat diketahui beban seorang guru secara jelas.
Beberapa yang harus diingat dalam penyusunan jadwal adalah:
1. Jam-jam pelajaran pagi hari diperuntukkan bahan yang “berat” yang harus banyak meminta tenaga dan pikiran dari
anak.
2. Pelajaran yang membutuhkan tenaga jasmani diletakkan pada pagi hari agar tidak terlalu banyak keringat yang keluar.
Untuk pelajaran olah raga perlu sinar matahari pagi.
3. Siang hari dapat diperuntukkan bagi pelajaran-pelajaran
yang sifatnya agak santai, dan tidak banyak meminta pikiran
misalnya kesenian, menggambar dan sebagainya.
4. Usahakan agar ada selingan antara pelajaran yang erat
dengan yang ringan. Paling banyak untuk sesuatu jenis pelajaran hanya 3 jam pelajaran, tetapi jangan kurang dari 2 jam
(kalau mungkin).
5. Agar antara kelas yang berdekatan tidak saling mengganggu
maka penyusunan jadwal pelajaran harus mengingat letak
kelas.
6. Dalam penyusunan jadwal harus mengingat jumlah jam per
minggu untuk suatu tingkat atau kelas, beban tugas guru per
minggu dan ketentuan banyaknya jam pelajaran dalam
sehari, dan lamanya waktu istirahat disela-sela pelajaran.
c. Penyusunan Kalender Pendidikan
Menyusun rencana kerja sekolah untuk kegiatan selama
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
satu tahun merupakan bagian manajemen kurikulum terpenting
yang harus sudah tersusun sebelum ajaran baru. Oleh karena
jangka waktu pelaksanaannya dalam kurun waktu satu tahun ajaran maka disebut juga “kalender akademik” atau “kalender pendidikan”.
Nama resmi terakhir adalah “kalender sekolah” seperti
tertuang dalam lampiran keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan tanggal 15 Oktober 1976, nomor 0255/U/1976. Tujuan
penyusunan kalender akademik adalah agar penggunaan waktu
selama satu tahun terbagi secara merata dan sebaik-baiknya dari
peningkatan mutu pendidikan. Hal-hal yang diatur adalah:
a) Penerimaan siswa baru dan persiapan tahun ajaran baru.
b) Prosedur pengisian hari pertama di sekolah.
c) Kegiatan belajar mengajar yang meliputi :
1. Persiapan mengajar
2. Penyajian pelajaran
3. Evaluasi belajar
4. Kenaikan kelas
5. Tamatan belajar
6. Bimbingan siswa
d) Kegiatan dalam liburan sekolah
e) Upacara-upacara sekolah
f) Kegiatan ekstrakurikuler
Untuk menyusun jenis dan urutan kegiatan harus diperhatikan:
1) Setiap kegiatan mempunyai fungsi meningkatkan mutu,
efektivitas dan efisiensi pendidikan.
2) Setiap kegiatan mempunyai kaitan fungsional dengan
kegiatan lainnya yang relevan.
3) Dalam fungsinya untuk meningkatkan mutu pendidikan
kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler merupakan
suatu kegiatan yang integratif.
Poniyem
4) Penjadwalan kegiatan ekstra kurikuler menjamin kelancaran
dan efektivitas pelaksanaan kegiatan kurikuler.
d. Pembagian Tugas Guru
Prinsip manajemen yang sering dikehendaki dilaksanakan
di Indonesia adalah “bottom up policy” bukan “top down policy”
yaitu menampung pendapat bawahan sebelum pimpinan memutuskan suatu kebijaksanaan, atau keputusan didasarkan atas
musyawarah bersama. Oleh karena itu maka dalam mengadakan
pembagian tugas guru kepala sekolah tidak boleh “main perintah
dan main tunjuk” tetapi dibicarakan dalam rapat meja guru sebelum tahun ajaran dimulai.
Hal-hal yang harus diingat antara lain:
1) Bidang keahlian yang dimiliki oleh guru.
2) Sistem guru kelas dan sistem guru bidang studi.
3) Formasi, yaitu susunan jatah petugas sesuai dengan banyak
dan jenis tugas yang akan dipikul.
4) Beban tugas guru menurut ketentuan yaitu 24 jam per
minggu.
5) Kemungkinan adanya perangkapan tugas mengajarkan mata
pelajaran lain jika masih kekurangan guru.
6) Masa kerja dan pengalaman mengajar dalam bidang pelajaran yang ditekuni oleh masing-masing guru.
e. Pengaturan atau penempatan siswa dalam kelas
Pengaturan siswa menurut kelasnya sebaiknya sudah dilakukan bersama waktu dengan pendaftaran ulang siswa tersebut.
Hal ini akan mempermudah siswa baru pada peristiwa hari pertama masuk ke sekolah. Oleh karena keadaan kemampuan siswa
belum dikenal, maka yang dipakai untuk pertimbangan penempatan ke kelas-kelas antara lain: jenis kelamin, asal sekolah dan
(jika mungkin) latar belakang orang tua atau wali. Pengaturan
siswa di kelas dilakukan oleh guru kelas (di SD) atau guru wali
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
kelas pada hari pertama masuk sekolah.
f. Penyusunan Rencana Mengajar.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru setelah
menerima tugas untuk tahun ajaran yang akan datang adalah
mempersiapkan segala sesuatu agar apabila sudah sampai saat
melaksanakan mengajar tinggal memusatkan perhatian pada
lingkup yang khusus yaitu interaksi belajar mengajar. Penyusunan rencana mengajar dilakukan melalui dua tahap:
1) Tahap Penyusunan Rencana Terurai
Yang dimaksud penyusunan rencana terurai adalah pembuatan program garis besar tetapi terperinci mengenai penyajian
bahan pelajaran selama satu tahun. Istilah “rencana terurai” ini
sebenarnya istilah lama yang hampir tidak terdengar lagi tertutup
oleh hangatnya kegiatan penyusunan satuan pelajaran dengan
PPSI.
Penyusunan program pelajaran ini masih tetap penting
artinya walaupun di dalam Silabi sudah disebutkan banyaknya
alokasi waktu yang disediakan untuk tiap-tiap pokok bahasan.
Kadang-kadang apa yang tertulis pada Silabi tidak dapat dilaksanakan seperti itu disebabkan karena adanya hari-hari libur
pada saat jatah mengajar, atau sebab-sebab lain. Untuk itu maka
sebelum guru mulai menyusun satuan pelajaran terlebih dahulu
harus menyusun program secara cermat melalui langkah-langkah
berikut ini:
a. Menghitung banyaknya pokok bahasan yang terdapat
selama penggalan waktu tertentu, misalnya satu semester
(untuk SD semester)
b. Menghitung banyaknya sub pokok bahasan untuk tiap-tiap
pokok bahasan kemudian dijumlahkan untuk satu semester.
c. Menghitung banyaknya hari efektif selama satu semester
dengan melihat kalender sekolah dan kalender tahunan
agar dapat diketahui betul-betul hari-hari yang dapat
Poniyem
digunakan untuk melaksanakan tugas mengajar.
d. Memasangkan banyak sub-pokok bahasan dengan alokasi
waktu yang disediakan selama satu semester.
2) Tahap penyusunan satuan pelajaran
Penyusunan satpel sebaiknya dilakukan sekaligus selesai
sebelum mengajar. Namun jika tidak mungkin dilakukan, secara
bertahap jika sudah memadai. Secara garis besar satuan pelajaran
berisi komponen-komponen yang berhubungan dengan:
a. Identitas materi pelajaran (pokok bahasan, sub pokok bahasan, tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, dan kelas).
b. Waktu pelajaran (waktu pelaksanaan dan alokasi waktu)
c. Bagaimana dilaksanakan (metode mengajar, alat-alat pelajaran yang diperlukan, buku sumber yang diambil, dan alat
evaluasi)
E. Dimensi
Manajemen
Perencanaan,Pelaksanaan,dan
Pengawasan Kurikulum PBA
1. Dimensi Manajemen dalam Perencanaan Kurikulum Bahasa
Arab
Di dalam Permenag. RI nomor 02 tahun 2008 tentang
standar kompetensi lulusan dan standar isi Pendidikan Agama
Islam dan Bahasa Arab di Madrasah disebutkan bahwa Standar
Kompetensi Lulusan Bahasa Arab untuk Pendidikan Dasar pada
Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah, serta untuk
Pendidikan Menengah pada Madrasah Aliyah meliputi lingkup
materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal.
Di dalam perencaanaan yang berupa tujuan pendidikan
dan susunan mata pelajaran, pemerintah pusat juga mengeluarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan
oleh jenis dan tingkat satuan pendidikan. Selanjutnya dalam
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
mengajarkan materi Bahasa Arab, guru harus melihat pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.
Di samping pedoman perencanaan tersebut, pemerintah
juga mengeluarkan pedoman tentang standar proses dalam pendidikan yang tertuang dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007,
di dalamnya diatur tentang silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran beserta prinsip-prinsip penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain standar tersebut juga terdapat standar pengelolaan yang tertuang dalam Permendiknas
nomor 19 tahun 2007, di dalamnya juga mengatur tentang bidang
kurikulum dan kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah.
a. Pembagian Tugas Guru
Prinsip manajemen yang sering dikehendaki untuk dilaksanakan di Indonesia adalah “bottom up policy” dan bukan “top
down policy” yaitu menampung pendapat bawahan sebelum pimpinan memutuskan suatu kebijakan, atau keputusan didasarkan
atas musyawarah bersama. Oleh karena itu, dalam mengadakan
pembagian tugas kepala sekolah/madrasah tidak boleh asal
menunjuk guru untuk mengajar Bahasa Arab tetapi harus dibicarakan dalam rapat guru sebelum tahun ajaran dimulai berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang akademis.
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : 1) Bidang
keahlian yang dimiliki oleh guru; 2) Sistem guru kelas dan sistem
guru bidang studi; 3) Formasi, yaitu susunan jatah guru sesuai
dengan banyak dan jenis tugas yang akan diemban; 4) Beban tugas guru Bahasa Arab setiap minggu; 5) Kemungkinan adanya
merangkap tugas mengajar mata pelajaran yang lain; dan 6) Masa
kerja dan pengalaman mengajar oleh guru.
b. Pengaturan Peserta didik di dalam Kelas
Pengaturan peserta didik menurut kelasnya sebaiknya sudah dilakukan bersama dengan pendaftaran ulang peserta didik
Poniyem
tersebut. Hal ini akan mempermudah peserta didik baru pada
peristiwa hari pertama masuk sekolah. Oleh karena keadaan peserta didik belum dikenal, maka yang dipakai pertimbangan
penempatan antara lain, jenis kelamin dan asal sekolah.
Pengaturan peserta didik di kelas biasanya dilakukan oleh
guru wali kelas pada hari pertama masuk sekolah. Kegiatankegiatan yang dapat dilakukan pada hari pertama adalah, mengatur tempat duduk, perkenalan dengan teman sekelas, penjelasan
tentang tata tertib sekolah dan informasi lainnya.
Adapun pengaturan kelas untuk pembelajaran Bahasa Arab bisa dilakukan oleh guru dengan cara membuat kelompok
belajar sesuai dengan tingkat kemampuan atau penguasaan Bahasa Arab oleh peserta didik, hal ini dilakukan dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
c. Penyusunan Rencana Mengajar
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru Bahasa
Arab adalah mempersiapkan segala sesuatu dalam proses belajar
mengajar. Hal ini dilakukan agar pada saat melaksanakan
kegiatan belajar mengajar guru hanya memusatkan perhatian pada lingkup yang khusus yaitu interaksi belajar mengajar.
Penyusunan rencana mengajar dilakukan melalui dua tahap:
a. Tahap Penyusunan Rencana Terurai yaitu pembuatan program garis besar tetapi terperinci mengenai penyajian materi Bahasa Arab selama satu semester. Penyusunan program
pelajaran ini penting artinya walaupun di dalam silabus
sudah disebutkan banyaknya alokasi waktu yang disediakan untuk tiap-tiap pokok bahasan. Kadang-kadang apa
yanag tertulis pada silabus tidak dapat dilaksanakan
disebabkan adanya hari-hari libur pada saat hari mengajar,
atau sebab-sebab yang lain. Untuk itu maka guru sebelum
mulai menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ter-
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
lebih dahulu menyusun program secara cermat melalui
langka-langkah sebagai berikut : 1) Menghitung banyaknya
pokok bahasan yang terdapat selama satu semester; 2)
Menghitung banyaknya sub pokok bahasan kemudian
dijumlahkan selama satu semester; 3) Menghitung banyaknya hari efektif selama satu semester; 4) Memasangkan
banyaknya sub pokok bahasan dengan alokasi waktu yang
tersedia selama satu semester.
b. Tahap Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK),
Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
1) Silabus. Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat
identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta
panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus Bahasa
Arab dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa
sekolah/madrasah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG).
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru Bahasa Arab pada
satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
Poniyem
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian sesuai dengan
kemampuan peserta didik.RPP disusun untuk setiap KD
yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan.
2. Dimensi Manajemen dalam Pelaksanaan Kurikulum Bahasa
Arab
Salah satu batasan pengertian pelaksanaan kurikulum
adalah pelaksanaan mengajar di kelas yang merupakan inti dari
kegiatan pendidikan di sekolah/madrasah. Dalam pelaksanaan
mengajar di kelas, guru Bahasa Arab memfokuskan perhatian pada interaksi proses belajar mengajar. Oleh karena itu secara manajemen, selama guru berada di dalam kelas terbagi menjadi tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan penutupan.
1. Persiapan
Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru Bahasa Arab
sebelum memulai mengajar, yang dikerjakan antara lain :
1. Mengucapkan “assalamu’alaikum” dilanjutkan
sapaan “shobahul khoir” dan meletakkan peralatan
mengajar di meja;
2. Memperhatikan semua kondisi yang ada di dalam
kelas;
3. Melakukan absensi;
4. Memeriksa kondisi kesiapan siswa.
2. Pelaksanaan Yaitu kegiatan mengajar yang sesungguhnya
dilakukan oleh guru Bahasa Arab dan terjadi interaksi
langsung dengan peserta didik mengenai pokok bahasan
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
yang diajarkan. Pelaksanaan pelajaran ini dibagi menjadi
tiga tahap:
1. Pendahuluan, yaitu diawali dengan mengarahkan
perhatian untuk masuk ke pokok bahasan, misalnya dengan apersepsi atau mengajukan pertanyaan dan lain sebagainya;
2. Kegiatan inti, adalah interaksi belajar mengajar
yang terjadi di mana selama guru dan peserta
didik membahas pokok bahasan yang menjadi
kegiatan dalam jam pelajaran Bahasa Arab;
3. Evaluasi, yaitu dilakukan setelah selesai pembahasan pelajaran inti. Evaluasi ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan, memberikan tugas rumah dan sebagainya.
3. Penutupan Yaitu kegiatan yang terjadi di kelas setelah
seorang guru Bahasa Arab selesai melaksanakan tugas
mengajarnya. Penutupan pelajaran dilakukan dengan antara lain menghapus papan tulis, penyampaian pesan,
ucapan ”ilalliqa’” dan ”wassalamu’alaikum” dan sebagainya.Dalam pelaksanaan kurikulum di kelas, seorang
guru juga mengisi buku kelas atau buku kemajuan peserta
didik dan mencatat kesulitan mereka dalam belajar Bahasa Arab ke dalam buku bimbingan belajar.
4. Dimensi Manajemen dalam Pegawasan Kurikulum Bahasa
Arab
Dalam pengawasan ini disebut juga dengan penilaian
atau evaluasi. Evaluasi yang dilaksanakan oleh guru disebut
dengan evaluasi formatif, karena penyelenggaraan evaluasi hasil
belajar dalam satu semester terbagi menjadi dua yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Kedua jenis evaluasi ini dilakukan
Poniyem
dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan guru Bahasa Arab
dalam mengajar dilihat dari hasil atau prestasi yang dikuasai oleh
peserta didik.
1. Evaluasi Formatif Yaitu penilaian yang dilakukan setelah
satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik.
Evaluasi formatif terutama dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada guru mengenai keberhasilan
proses belajar mengajarnya. Dalam hal ini keberhasilan
peserta didik merupakan petunjuk utama keberhasilan
yang diselenggarakan oleh guru Bahasa Arab yang bersangkutan dan dikenal sebagai ulangan harian.Evaluasi
ini dapat dilaksanakan secara lisan maupun tertulis.
Penyusunan butir-butir tes formatif harus relevan dengan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Apabila kompetensi dasar dari materi adalah untuk dihafalkan oleh peserta didik, maka aspek yang diukur dengan butir tes juga
tentang hafalan. Demikian juga aspek-aspek dari kompetensi dasar lainnya.
2. Evaluasi Sumatif ,evaluasi ini diselenggarakan oleh guru
Bahasa Arab setelah menempuh satu jangka waktu tertentu, yaitu pada akhir semester. Dalam pelaksanaannya,
evaluasi ini sering disebut sebagai ulangan umum dan biasanya diselenggarakan secara serempak untuk seluruh
sekolah/madrasah.Butir-butir soal untuk evaluasi sumatif
jumlah dan kualitasnya harus lebih dibandingkan dengan
formatif. Beberapa butir soal harus mampu mengukur
kemampuan peserta didik dalam mengaitkan materi yang
terkandung dalam beberapa pokok bahasan yang
terpisah. Artinya, evaluasi formatif dimaksudkan untuk
mengukur pencapaian kompetensi dasar dan evaluasi
sumatif dimaksudkan untuk mengukur pencapaian
standar kompetensi.
Manajemen Kurikulum Bahasa Arab
PENUTUP
Kesimpulan
Usaha peningkatan mutu pendidikan ini nampaknya belum mencapai taraf yang memadai. Dengan pendidikan diharapkan mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pada
umumnya. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memaknai mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek
kemampuan akademik dan lebih khusus lagi hanya aspek kognitif, yang pada gilirannya berdampak terabaikannya aspek-aspek
moral, akhlak, budi pekerti, seni dan olah raga serta life skill. Berdasarkan hal tersebut, maka kurikulum perlu disempurnakan
dengan pendekatan berbasis kompetensi.
Berkaitan dengan bahasa Arab yang nota-bene adalah bagian dari rumpun PAI, sebab meski terdapat perubahan paradigma terhadap posisi bahasa Arab dari bahasa agama kepada bahasa asing. Namun perubahan ini tidak serta merta meninggalkan
posisi bahasa Arab sebagai bahasa Agama.
Konsep dan Karakter manajemen kurikulum PBA sebagai
suatu sistem/ proses mencakup pengelolaan organisasi pembelajaran bahasa Arab sebagai mata pelajaran harus berlandaskan
model kemahiran bahasa harus signifikan, tidak bias. Tanpa itu,
fungsi manajemen kurikulum semakin sulit terkonsep.
Dalam ruang lingkup kurikulum, manajemen memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut: mengelola perencanaan kurikulum,
mengelola implementasi kurikulum, mengelola pelaksanaan
evaluasi kurikulum, mengelola perumusan penetapan kriteria
dan pelaksanaan kenaikan kelas/kelulusan, mengelola pengembangan bahan ajar, media pembelajaran, dan sumber belajar, serta
mengelola pengembangan ekstrakurikuler dan kokurikuler.
Pada titik ini, pengajar bahasa Arab yang sekaligus menjadi manajer kurikulum PBA harus bisa menempatkan posisi bahasa Arab sekaligus sebagai bahasa Asing yang diharapkan tidak
sekedar bertujuan untuk pemahaman proses peribadatan, akan
Poniyem
tetapi perlu perumusan lebih seksama prihal kemungkinan
mengaktualisasikan kemahiran peserta didik dalam berbahasa
asing secara konseptual.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution S., Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2012.
Nasution S., Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
Ruhimat Toto, Kurikulum dan Pembelajaran, Rajawali Press, Jakarta,
2011.
Rusman, Manajemen Kurikulum, Rajawali Press, Jakarta, 2011.
Sukmadinata Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Remaja
Rosdakarya, Bandung,
2005.
http://stainsalatiga.ac.id/manajemen-pembelajaran-bahasa-arabdi-madrasah/.
ISSN: 2085-5079
ISSN: 2085-5079
Pedoman Penulisan
1. Artikel merupakan atau di angkat dari hasil kajian atau
penelitian dalam pendidikan. Artikel belu pernak diterbitkan
media lain, diketik 1,5 pada kertas A4, panjang 10-15 halaman,
dalam bahasa Indonesia atau Arab, dan atau Inggris dengan
dilengkapi abstrak, daftar pustaka, dan biodata singkat. Artikel
berbahasa Indonesia dan Inggris (50-100 kata) disertai kata
kunci.
2. Biodata singkat penulis dan “indentitas penelitian” (bila merupaan artikel hasil penelitian) dicantumkan sebagai catatan kaki
pada halaman pertama naskah.
3.
Artikel yang dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan hasil
penelitian dan atau hasil analisis-kritis
4. Artikel hasil penelitian memuat : (a) judul, (b) nama penulis, (c)
Abstrak (d) pendahuluan (memuat latar belakang masalah,
sedikit tinjauan pustaka, rumusan masalah/tujuan penelitian
tanpa sb judul pendahuluan), (f) metode, (g) hasil dan pembahasan, (h) kesimpulan dan saran, dan (i) daftar rujukan (berisi
pustaka yang dirujuk dalam uraian saja)
5. Artikel hasil analisis-kritis (non-Penelitian) memuat: (a) judul,
(b) nama penulis, (c) abstrak, (d) kata kunci, (e) pendahuluan
(pada bagian ini ditulis langsung sesudah abstrak dan kata
kunci, tanpa sub judul pendahuluan), (f) sub-sub judul sesuai
dengan kebutuhan (isi artikel), (g) kesimpulan dan saran, dan
(h) daftar rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian
saja)
6. Peringkat judul Sub Bab dinyatakan dengan huruf yang berbeda, tidak dengan angka dan letak pada halaman sebagai
berikut: PERINGKAT PERTAMA (huruf capital semua, cetak
tebal, rata dengan tepi kiri) PERINGKAT KEDUA (huruf besar
kecil, cetak tebal rata dengan tepi kiri) PERINGKAT KETIGA
(huruf besar-kecil, cetak tebal, cetak miring, rata dengan tepi
kiri)
7. Daftar pustaka disajikan atau diurutkan secara alfabet dan
kronologis sebagaimana contoh:
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Lerning). Malang; Universitas Negeri Malang.
Zainal Anshari Marli
Soebahar, Abdul Halim. 2005. Matriks Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Marwa
Download