Sumber Berita

advertisement
Hutan Hujan Indonesia dan Perubahan Iklim
Hutan Hujan Indonesia (HHI), yang memiliki luas sekitar 119.000.000 hektar,
merupakan wilayah yang menyajikan peluang bagi para pengusaha dan investor. HHI
ini sangat kaya dengan keanekaragaman flora dan memiliki endemism value senilai 40.
Keragaman spesies kaya mencakup 3.000 spesies kayu, dan hanya 20 spesies yang
dimanfaatkan secara komersial dan diperdagangkan. HHI pada saat ini mengalami
perubahan pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan hampir punah di
banyak lokasi karena penebangan ilegal atau lebih.
Karena faktor bio-geografis, ekologi dan evolusi, Indonesia dengan wilayah pesisir dan
hutan hujan tropisnya merupakan harapan masyarakat internasional. Orang-orang
dunia menaruh harapan mereka di HHI, dan persepsi masyarakat adat adalah
Indonesia harus tetap hijau dalam hal REDD (Reduce Emission from Deforestation and
Forest Degradation) untuk menstabilkan perubahan iklim dan memelihara
kesejahteraan manusia.
Indonesia menjadi perhatian dalam pertemuan Oslo sebagai pusat dari stok karbon.
HHI dan penyediaan karbon sangat penting untuk kesehatan di dunia dan merupakan
tuntutan masyarakat hari ini dan besok. Jelas, kebutuhan planet kita akan HHI.
Para delegasi di Oslo mengakui pentingnya HHI untuk dunia, dan merupakan kunci
utama untuk kerja sama bilateral-multilateral. Hal ini diproyeksikan untuk mengurangi
akibat perubahan iklim. Departemen Kehutanan baru-baru ini menunjukkan keinginan
untuk berinvestasi di, misalnya, perlindungan hutan adat (tradisional) dan kebun
campuran-hutan atau secara lokal disebut tembawang, hutan buatan dan/atau
rehabilitasi hutan, atau yang dikenal sebagai Hutan Tanaman Industri dan Hutan
Kemasyarakatan.
.
Selain itu, Indonesia dapat menemukan peluang lebih lanjut dalam perdagangan
karbon dari beragamnya jenis hutan dan kekayaan biologis mereka. Perlindungan
sistem di Indonesia terus meningkat secara luas dari pantai ke pegunungan. restorasi
dan rehabilitasi hutan, penanaman pesisir dan konservasi sumber daya alam secara
langsung berhubungan dengan buangan karbon, keanekaragaman hayati dan sistem
persediaan air adalah kegiatan nasional. Banyak contoh juga ada pada sukses
kemitraan yang melibatkan pemerintah daerah, perusahaan dan organisasi masyarakat
di sektor kehutanan. Pasar untuk penyimpanan karbon dan area hutan over-logged,
serta rehabilitasi mangrove dan teknologi penanaman pesisir menarik minat banyak
perusahaan kehutanan dan sektor swasta yang terlibat.
Penting untuk dicatat bahwa permasalahan sumber daya air baik air tawar, pesisir dan
kelautan secara intrinsik terkait dalam rangka perubahan iklim HHI. Manajemen air
tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan jangka pendek di mana air tanah, sungai,
danau, wilayah pesisir dan air laut ditangani sebagai entitas yang terpisah. Indonesia,
dengan 70 persen wilayahnya yang terdiri atas air adalah target World Bank-Forest
Carbon Partnership Facility (WB-FCPF). Panel Internasional tentang Pemanasan Global
memiliki masalah perubahan iklim juga, karena lahan berkelanjutan-guna dan
pengelolaan air meningkatkan kerentanan kesehatan manusia dan cuaca ekstrim.
Sebagai respon terhadap perubahan iklim dan deforestasi dari HHI, Indonesia
mengaktifkan kembali penciptaan Strategi Keanekaragaman Hayati Indonesia dan
Action Plan (IBSAP) 2003-2020, sebuah studi biologi flora dan fauna, program
konservasi habitat, yang bertujuan mempercepat inventarisasi keanekaragaman
hayati-nya melalui penggunaan para-taksonomis dan menggunakan keanekaragaman
hayati secara lestari.
Perdebatan tentang sifat HHI - untuk umum baik atau ekonomi yang baik - dan
©
http://www.huma.or.id
ketakutan yang berkaitan dengan dampak dari globalisasi dan / atau deforestasi sudah
berakhir. Kemitraan pemerintah, masyarakat lokal, sektor swasta dan stakeholder
lainnya merupakan elemen penting, yang telah memberi kontribusi pada keberlanjutan
HHI tersebut.
Hubungan antara HHI dan laut sangat mendesak untuk kehidupan masa depan.
Pelaksanaan kawasan Sulu-Sulawesi Marine Eco-oleh Indonesia, Malaysia dan Filipina,
ysng merupakan jantung hutan hujan tropis di duniamenjadi
contoh untuk
memperkuat partisipasi masyarakat lokal.
Delegasi Indonesia di Kopenhagen dihargai sebagai inti dari pusat keanekaragaman
hayati di dunia. Saya suka menyebutnya 28.260.000 hektar kawasan konservasi
"pabrik-pabrik keanekaragaman hayati kita", atau gudang keanekaragaman hayati,
gudang dengan pendapatan potensial dari perdagangan karbon dan kompensasi WBFCPF. Taman nasional dan cadangan potensi pendidikan yang luar biasa.
Ini berarti belajar tentang alam dengan alam, itu berarti bahwa kita mengadopsi
mentalitas baru dalam proses pendidikan Indonesia, ke arah penduduk melek-bio,
bukan hanya melek huruf. Pentingnya pemerintahan yang baik di Indonesia dalam hal
ini tidak bisa terlalu ditekankan: mendorong kemajuannya dan mendukung kerangka
kerja legislatif dan kebijakan yang efisien dalam penggunaan sumber daya alam.
Indonesia berada dalam posisi era perubahan iklim. Kita akan bertemu dalam
mikrokosmos banyak pertanyaan filosofis dari hari ini. Tentu saja perubahan adalah
esensial bagi ekosistem, kaleidoskopik pola hidup.
Pendapat ini ditulis oleh Sukristijono Sukardjo, seorang profesor mangrove
ecology di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kelautan, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
(28/07/2010 – The Jakarta Post)
©
http://www.huma.or.id
Download