Identifikasi Bakteri dan Uji Sensitivitas Antibiotik dari Pus Infeksi

advertisement
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Identifikasi Bakteri dan Uji Sensitivitas Antibiotik dari Pus
Infeksi Luka Operasi di Rumah Sakit Daerah Jambi Periode
Agustus – Oktober 2014
(Identification
of Bacteria and Antibiotic Sensitivity Test of Pus of Post-Surgical
Wound Infection in Jambi Public Hospital in the Period August-October 2014)
Desi Sagita1; Lailan Azizah2 & Yuliana Sari1
1
2
STIKES Harapan Ibu Jambi
Rumah Sakit Daerah Jambi
Corresponding email: [email protected]
ABSTRAK
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama perawatan atau pemeriksaan di rumah sakit
tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya. Salah satu infeksi nosokomial adalah infeksi luka pasca
operasi. Kejadian infeksi luka operasi menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan peningkatan biaya rumah
sakit. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran bakteri penyebab infeksi nasokomial yang
dikarenakan infeksi luka operasi dan resistensi bakteri terhadap antibiotik yang biasa diberikana di
Rumah Sakit Daerah Kota Jambi. Penelitian ini bersifat prospektif sampling dengan pengambilan pus dari
pasien. Didapatkan sebanyak 17 pasien dari bangsal Rumah Sakit Daerah Kota Jambi periode 1 AgustusOktober 2014. Hasil penelitian menunjukkan 9 jenis bakteri yang terdapat pada sampel yaitu
Pseudomonas aeruginosa (11.76%), Proteus mirabilis (11.76%), Prividencia stuartii (11.76%),
Enterobacter gergoviae (5.88%), dan Citrobacter freundii (17.64%), Enterobacter aerogenus (5.88%),
Staphylococcus ssp (5.88%), Streptococcus ssp (5.88%) Klebsiella pneumonia (23.52%). Uji sensitivitas
bakteri dilakukan dengan metode Kirby-Bauer. Seluruh isolat bakteri menunjukkan sensitive 100% pada
antibiotik meropenem dan fosfomisin.
Kata Kunci: Infeksi Nosokomial, Infeksi luka pasca operasi (ILO), uji sensitivitas
PENDAHULUAN
ataupun peralatan makanan yang diberikan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di
pada pasien. Infeksi nosokomial berbahaya bagi
dapat setelah 72 jam perawatan di rumah sakit
pasien karena memperparah penyakit pasien,
tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya. Infeksi
menambah biaya perawatan dan pengobatan
nosokomial bisa berasal dari flora normal
pasien, mortalitas dan morbiditas rumah sakit.
pasien
itu
sendiri
dimana
terjadinya
Kejadian infeksi dipengaruhi oleh beberapa
perpindahan bakteri dari satu jaringan ke
faktor
jaringan lain atau bisa dari luar (infeksi silang)
antibiotik, banyaknya agen infeksius dan faktor
seperti linkungan, petugas kesehatan ataupun
virulensi agen infeksius. Penggunaan antibiotik
keluarga,
yang terus menerus dan tidak terkontrol,
peralatan
medis
seperti
kateter
seperti
resistensi
bakteri
terhadap
85
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
penggunaan dengan diagnose yang
salah,
terlalu singkat bisa menyebabkan resistensi
dikelompokkan menjadi kelompok sensitive (S),
intermediet (I) atau resisten (R).
bakteri dan penyebaran strain yang resisten
dikarenakan terjadinya mutasi.
Kejadian
biasanya
Terdapat 17 pasien yang mengalami ILO
terjadi pada infeksi luka operasi, infeksi saluran
selama bulan Agustus – Oktober 2015 di Rumah
kemih, HAP (hospital acquired pneumonia).
Sakit daerah kota Jambi. Dari 17 pasien tersebut
Beberapa bakteri penyebab infeksi nosokomial
diambil pus nya untuk diidentifikasi dan diuji
adalah Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter
sensitivitas antibakterinya. 17 pasien tersebut
baumanni,
Klebsiella
berasal dari 14 pasien laki-laki (82.35%) dan 3
bakteri
pasien perempuan (17.64%). Jumlah pasien pria
pneumoniae,
infeksi
HASIL DAN DISKUSI
nosokomial
Karbapenemase,
dan
kelompok
Enterobacteriaceae (Patil A, et.al., 2013)
dan wanita sebagaimana terlihat pada kejadian
Salah satu infeksi nosokomial terdapat pada
ILO lebih banyak dialami laki-laki dari pada
pasien infeksi luka operasi. Infeksi luka pasca
perempuan. Jenis kelamin tidak mempengaruhi
operasi (ILO) atau Surgical Site Infection (SSI)
kejadian ILO akan tetapi kebersihan diri dari
merupakan infeksi pada luka pasca operasi yang
pasien yang kurang terjaga, keadaan lingkungan
terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam
dan sterilitas udara di ruang operasi dan kamar
kurun waktu 1 tahun apabila terdapat implant.
bangsal berperan dalam meningkatnya kejadian
Infeksi luka operasi ditandai dengan adanya pus
ILO. Jika dilihat dari usia pasien, sampel tersebut
dan eksudat dari tempat operasi.
diambil dari pasien yang berusia > 60 tahun
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui
bakteri
infeksi
(23.53%) dengan usia >18-60 tahun, 1 sampel
nosokomial yang berasal dari pus pasien infeksi
(5.88%) dengan usia > 12-18 tahun dan 2
luka operasi dan mengetahui pola sensitivitas
sampel (11.76%) dengan usia 1-12 tahun.
bakteri
Banyaknya
tersebut
penyebab
sebanyak 10 sampel (58.82%), 4 sampel
terhadap
antibiotik
yang
digunakan di rumah sakit darah kota jambi.
kejadian
ILO
terhadap
pasien
dengan umur diatas 60 tahun dikarenakan pada
usia tersebut sistem imun tubuh telah menurun,
METODE PENELITIAN
produksi limfosit-T, makrofaga dan antibody
Penelitian ini dilakukan secara prospektif
menurun sehingga rentan terhadap infeksi.
sampling dimana sampel yang diambil adalah
Hasil identifikasi bakteri dari pus pasien
pus dari pasien infeksi luka operasi yang di
menggunakan kit BBL Crystal didapatkan 9 jenis
rawat di bangsal bedah dan dilakukan kultur di
bakteri yang berbeda yaitu Staphylococcus ssp
laboratorium Mikrobiologi di Rumah Sakit
(5.88%), Streptococcus ssp (5.88%) Klebsiella
Daerah kota Jambi. Bakteri yang di dapat dari
pneumonia (23.52%), Pseudomonas aoruginosa
pus pasien infeksi luka operasi selanjutnya di
11.76%), Proteus mirabilis (11.76%), Prividencia
identifikasi menggunakan kit BBL crystal. Uji
stuartii
sensitivitas
(5.88%), dan
antibiotika
dilakukan
dengan
(11.76%),
Enterobacter
gergoviae
Citrobacter freundii (17.64%),
metode Kirby Bauer difusi agar. Antibiotika
Enterobacter
aerogenus
(5.88%).
Sebaran
yang digunakan sudah tersedia di dalam
identifikasi isolat dari pus pasien terlihat pada
cakram. Zona bening yang terbentuk kemudian
gambar 1.
86
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Dari hasil identifikasi pus pasien ILO ini
Bakteri Citrobacter freundrii merupakan
ditemukan banyaknya bakteri gram negative
bakteri kedua terbanyak pada penelitian ini.
dibandingkan gram positif. Hasil penelitian Patil
Bakteri Citrobacter freundrii merupakan bakteri
A (2013) juga menunjukkan bahwa 83.3 %
gram negatif, tidak berspora, tidak berkapsul,
bakteri gram negatif dan 16.7 % bakteri gram
dan bergerak aktif dengan flagella (Ryan K.J,
positif sebagai penyebab infeksi nosokomial di
2004). Bakteri ini bisa diisolasi dari lingkungan,
Jalgaon Region India. Bakteri yang ditemukan
air, air limbah, tanah, tinja manusia, dan hewan.
pada pus di penelitian ini diantaranya adalah
Bakteri ini dapat menimbulkan infeksi pada
Escherichia coli, Klebsiella spp, Proteus spp,
saluran kemih, saluran nafas, kulit, dan bagian
Pseudomonas
spp,
dalam (bakterimia, peritonitis, osteomyelitis)
Streptococcus spp, Staphylococcus aureus dan
dan neonatal meningitis. Bakteri ini cukup
Candida spp. (Patil A, et.al., 2013)
banyak ditemukan, kemungkinan karena bakteri
spp,
Enterobacter
Bakteri Klebsiela pneumonia merupakan
bakteri gram negative, non-motil, memiliki
ini mudah hidup dimana saja sehingga mudah
mencemari lingkungan sekitar.
kapsul, memfermentasi laktosa dan termasuk
Citrobacter freundii merupakan bakteri yang
kelompok bakteri Enterobacteriaceae (Ravicitra
menyebabkan penyakit infeksi saluran kemih.
K.N, et al., 2014) Bakteri ini merupakan bakteri
Selain itu bakteri ini juga merupakan salah satu
aerob flora normal di saluran cerna. Bakteri
patogen penyebab infeksi nasokomial (Ryan K.J.,
Klebsiela pneumonia merupakan bakeri yang
2004). Bakteri ini dapat menyebar melalui
terbanyak ditemukan pada infeksi nosokomial
udara, makanan, minuman dan kontak langsung
setelah bakteri Escherichia coli (Ravichitra
dengan tenaga kesehatan yang terkontaminasi.
K.N,et al., 2014). Raihana (2011) menyatakan
Uji
sensitivitas
antibiotik
dilakukan
pada penelitiannya bahwa bakteri Klebsiella
menggunakan metode Kirby-Bauer difusi agar.
pneumoniae 23,52% ditemukan pada pasien
Antibiotik yang digunakan adalah antibiotik
infeksi luka operasi. Klebsiella pneumoniae
yang sudah ada di dalam cakram. Pemilihan
termasuk dalam family Enterobacteriaceae yang
cakram
merupakan penghuni normal traktus digestivus.
berdasarkan standar formularium Rumah Sakit
Klebsiella pneumoniae umumnya menyerang
Daerah Kota Jambi. Dari pemeriksaan uji
orang dengan kekebalan tubuh lemah, pasien-
sensitivitas dapat diketahui bahwa antibiotik
pasien pasca operasi mengalami penurunan
yang masih sensitif baik terhadap bakteri gram
kekebalan tubuh disamping itu udara ruang
positif
operasi dan ruang rawat inap yang belum bisa
meropenem dan fosfomycin.
dipastikan bersih juga menjadi salah satu media
kontaminasi bakteri.
Hal yang sama juga
(disk)
dan
Hasil
antibiotik
bakteri
uji
gram
yang
digunakan
negatif
sensitivitas
adalah
antibiotik
menunjukkan bahwa Klebsiella pneumonia telah
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh
resisten
terhadap
Ravichitra K.N, et.al., 2014, dimana dari 3186
ampicilin+sulbactam, ciprofloxacin, cefotaxim,
sampel pus, sputum dan urin didapat 1871
ceftriaxon, ceftazidin, Bakteri tersebut masih
isolat bakteri dan sebanyak 480 (25.6%) adalah
sensitive
bakteri Klebsiela pneumonia.
meropenem.
100%
terhadap
amoxilin,
fosfomycin
dan
87
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Gambar 1. Jenis bakteri penyebab infeksi luka operasi
Tabel 1. Kepekaan antibiotika terhadap bakteri Klebsiella pneumonia
Antibiotik
n
0
0
0
2
1
0
0
0
1
1
4
4
Amoxsilin
Ampisilin + sulbaktam
Ciprofloksasin
Amikasin
Cloramfenikol
Cefotaxim
Ceftriaxon
Ceftazidin
Tetracyclin
Asam Nalidiksat
Fosfomisin
Meropenem
Sensitif
%
0%
0%
0%
50%
25%
0%
0%
0%
25%
25%
100%
100%
Tingkat Sensitivitas Antibiotika
Intermediet
Resisten
n
%
n
%
0
0%
4
100%
0
0%
4
100%
0
0%
4
100%
0
0%
2
50%
1
25%
2
50%
0
0%
4
100%
0
0%
4
100%
0
0%
4
100%
0
0%
3
75%
0
0%
3
75%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
Hasil uji sensitivitas antibiotik terhadap
bakteri
Citrobacter
resistensi
terhadap
freundii
amoksilin
menunjukkan
seperti
halnya
Total
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
terjadi
pada
Escherichia coli. Kebanyakan bakteri tersebut
asam
resiten terhadap antibiotik ampisilin (Patrick R.
nalidiksat, dan masih sensitive 100 % terhadap
Muray, et al., 2015). Resistensi bakteri terhadap
antibiotika
banyak antibiotik dikarenakan penggunaan
fosfomycin,
dan
antibiotika
n
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
meropenem
dan
ampisilin + sulbaktam.
yang berlebihan dari antibiotik dan penggunaan
Hampir semua strain bakteri Klebsiella
pneumonea
resisten
terhadap
yang tidak tepat dari antibiotika tersebut.
banyak
88
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Resisten Klebsiella pneumonia terhadap
Klebsiella pneumonia juga menunjukkan co-
antibiotik dikarenakan bakteri ini juga memiliki
resistensi terhadap antibiotika kuinolon dan
kemampuan menghasilkan ESBL (Extended
aminoglikosida (Ravichitra, K.N, et al., 2014).
Spectrum
Beta
Lactamase).
Bakteri
ESBL
Tabel 2. Kepekaan antibiotik terhadap bakteri Citrobacter freundii
Antibiotik
n
0
3
1
3
1
0
0
1
1
0
3
3
Amoxsilin
Ampisilin + sulbaktam
Ciprofloksasin
Amikasin
Cloramfenikol
Cefotaxim
Ceftriaxon
Ceftazidin
Tetracyclin
Asam Nalidiksat
Fosfomisin
Meropenem
Sensitif
%
0%
100%
33%
100%
33%
0%
0%
33%
33%
0%
100%
100%
Tingkat Sensitivitas Antibiotika
Intermediet
Resisten
n
%
n
%
0
0%
3
100%
0
0%
0
0%
0
0%
2
67%
0
0%
0
0%
0
0%
2
67%
1
33%
2
67%
1
33%
2
67%
0
0%
2
67%
0
0%
2
67%
0
0%
3
100%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
Baik bakteri Klebsiella pneumonia atau
bakteri
Citrobacter
Total
%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Meropenem merupakan antibiotik golongan
menunjukkan
karbapenem. Memiliki antivitas luas, dapat
resistensi terhadap antibiotik amoksilin, dan
menghambat gram positif maupun negatif.
antibiotik
seperti
Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga
seftriakson.
yang memiliki aktivitas lebih luas dari pada
Resistensi terjadi dikarenakan kemampuan
sebagian besar beta-laktam. Mekanisme kerja
bakteri menghasilkan enzim enzim penisilinase
antibiotik adalah dengan menghambat sintesis
yang mampu memecah cincin beta laktam,
dan merusak dinding sel bakteri Karbepenem
penisilin diubah menjadi penicilloid acid yang
banyak digunakan sebagai pilihan terapi untuk
tidak aktif sehingga terjadi resistensi tehadap
bakteri yang memiliki enzim ESBL. Golongan
penisilin demikian pula sefalosporin didegradasi
karbepenem sebaiknya dijadikan antimikroba
oleh beta laktamase (Istanto T., 2006). Enzim
lini terakhir bagi gram negatif dikarenakan
beta-laktamase melindungi bakteri gram negatif
kecendrungan
dan positif. Dalam gram positif enzim di
golongan karbepenem saja tetapi determinasi
bebaskan dalam medium dan menghancurkan
resistensinya
antibiotik sebelum mencapai sel dan dalam
aminoglikosida
gram negative terlokasi pada rute dimana
nefrotoksiknya. (Mc.Donald L.C., 2006)
sefotaksim,
antibiotik
targetnya.
freundii
N
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
golongan
seftazidin
harus
sefalosporin
dan
berjalan untuk
Resistensi
isolat
mencapai
bakteri
pada
Untuk
memberikan
resistensinya
juga
dan
bakteri
bukan
pada
kuinolon
golongan
serta
Citrobacter
sensitivitas
100%
pada
efek
freundii
terhadap
penelitian ini juga ditunjukkan pada antibotik
antibiotik ampisilin + sulbactam. Ampisilin +
tetrasiklin. Hal ini dikarenakan antibiotik ini
sulbactam merupakan kombinasi dari ampisilin
paling sering digunakan untuk pengobatan .
yang memiliki spektrum luas, aktif terhadap
89
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
bakeri gram positif maupun negatif dengan
KESIMPULAN
sulbactam yang merupakan golongan inhibitor
1. Bakteri yang diidentifikasi dari masing-
beta-laktamase.
Inhibitor
beta-laktamase
masing pasien berbeda. Bakteri yang paling
melindungi antibiotik beta-laktam dengan cara
banyak ditemukan pada pasien infeksi luka
menginaktivasi beta-laktamase.
operasi adalah Klebsiella pneumoniae 23,52%,
Fosfomycin merupakan antibiotik spektrum
Citrobacter freundii (17.64%) dan yang paling
luas, bekerja pada bakteri gram positif maupun
sedikit
gram
antibiotik
Streptococcus Ssp, Enterobacter gergoviae, dan
fosfomycin sama dengan meropenem yaitu
Enterobacter aerogenus masing-masing hanya
dengan menghambat sintesis dan merusak
5,88%.
negatif.
Mekanisme
kerja
dinding sel bakteri. Antibiotik ini jarang
digunakan,
sehingga
sensitivitasnya
masih
sangat baik.
adalah
Staphylococcus
Ssp,
2. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa
antibiotik yang sensitif terhadap bakteri
Klebsiella pneumonia dan Citrobacter freundii
adalah Meropenem dan Fosfomycin.
DAFTAR PUSTAKA
Chudlori, B., Kuswandi, M., Indrayudha, Peni. (2012).
Microbial Pattern and Antibiotic Resistance of
Isolates Collected From Specimen Pus In Dr.
Moewardi Hospital Period 2012. 70-71
Hidayat, N.N, (2008). Pencegahan infeksi luka operasi.
Bandung. FK-UNPAD
IstantoT. (2006)., Faktor resiko pola kuman dan tes
kepekaan antibiotik penderita infeksi saluran
kemih di RS Dr.Kariadi Semarang tahun 20042005. Skripsi. Fakultas kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
McDonald, L. C., (2006). Trends in Antimicrobial
Resistance in Health Care Associated
Pathogens and Effect on Treatment. J Clinical
Infectious Diseases, 42, 65-71
Nurkusuma, Dudy D. (2009). Faktor yang Berpengaruh
Terhadap
Kejadian
Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) Pada Kasus
Infeksi Luka Pasca Operasi Di Ruang
Perawatan Bedah Rumah Sakit Dokter Kariadi
Semarang.
Semarang
:
Universitas
Diponegoro
Patil Arun, Kavita Patil, Pankaj Pawar, Vijay Maheshwari.
(2013). Isolation and Survey of Antibiotic
Sensitivity in Nosocomial Infections in North
Maharashtra Region, J. Assoc. Physicians
India, vol 61.
Patrick R Murray, Barry Holmes, Hazel M. Aucken.
(2005). Topley & Wilsons Microbiology &
Microbial infections. Volume2. 10th edition.
Salisbury, UK: Edward Arnold Ltd
Raihana, N. (2011). Profil Kultur Uji Sensitivitas Bakteri
Aerob dari Infeksi Luka Operasi Laparotomi di
Bangsal
Bedah
RSUP
DR.M.Djamil
Padang.(Artikel). Padang : Univertsitas
Andalas
Ravichitra K.N, P. Hema Prakash, S. Subbarayudu and
U. Sreenivassa Rao, (2014). Isolation and
Antibiotic Sensitivity of Klebsiella pneumonia
From Pus, Sputum and Urine Samples. int,
J.Curr, Microbial. App. Sci, 3(3), 115-119
Ryan, K. J. (2004). Enterobacteriaceae. In K. J. Ryan, &
C. G. Ray (Eds.), Sherris Medical
Microbiology: An Introduction to Infectious
diseases (4th ed., pp. 343-371). USA:
McGraw-Hil
90
Download