BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat saat ini ialah tingginya tingkat kejadian penyakit infeksi. Selain disebabkan oleh virus dan jamur, bakteri juga memegang peranan penting dalam menyebabkan penyakit infeksi. Hal ini dikarenakan banyaknya jenis bakteri yang bersifat patogen terhadap tubuh manusia. Penyakit infeksi juga merupakan penyebab utama tingginya angka kematian di dunia terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Penderita penyakit infeksi bakteri terutama infeksi bakteri nosokominal (infeksi bakteri yang penularannya di rumah sakit) seperti bakteri S. aureus masih cukup tinggi di Indonesia. Selain itu, penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri E.coli juga masih menjadi salah satu penyakit infeksi yang banyak terjadi. Tingginya tingkat kejadian penyakit akibat infeksi bakteri menyebabkan meluasnya penggunaan berbagai jenis antibakteri di masyarakat, yang dikenal dengan obat antibiotik. Meningkatnya jumlah dan frekuensi pemakaian antibiotik dapat mempercepat terjadinya resistensi. Bakteri menjadi tidak peka lagi terhadap jenis antibiotik tertentu sehingga antibiotik tersebut pada akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Contoh kasus resistensi bakteri yang terjadi yaitu MRSA(Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus)yang merupakan kasus resistensi bakteri S. aureus terhadap antibiotik methicillin dan resistensi bakteri E. coli terhadap antibiotik yang mengandung cincin β-laktam. Penelitian terkini juga menyebutkan bahwa telah ditemukan kasus multidrug resistant dimana bakteri tertentu mengalami resistensi terhadap lebih dari satu jenis antibiotik. Artinya kemungkinan berkurangnya efektifitas berbagai antibiotik menjadi semakin mengkhawatirkan (Mardiastuti dkk., 2007). Resistensi dapat terjadi sebagai akibat dari proses mutasi maupun pertukaran gen resisten antar bakteri. Proses kemunculannya dapat melalui berbagai mekanisme. Misalnya untuk kasus resistensi penisilin, telah diketahui bahwa bakteri menghasilkan enzim β-laktamase yang bisa merusak struktur cincin 1 2 β-laktam senyawa antibiotik. Sedangkan untuk kasus multidrug resistant diperkirakan dapat terjadi karena adanya kemampuan bakteri untuk melakukan transfer gen dari satu bakteri ke bakteri yang lain. Selain itu, cepatnya proses regenerasi bakteri menyebabkan bakteri menjadi mudah untuk beradaptasi dan menyusun sistem kekebalan baru. Sistem kekebalan baru ini digunakan bakteri untuk melindungi diri dari pengaruh antibiotik yang bersangkutan. Berdasarkan fakta tersebut maka diperlukan pengembangan antibakteri baru sebagai alternatif pemecahan masalah resistensi. Dangar dkk. (2014) telah mensintesis kalkon dari reaksi antara turunan benzaldehida dengan asetofenon aromatis yang kemudian direfluks dengan hidrazin hidrat untuk menghasilkan senyawa pirazolina. Hasil sintesisnya berupa senyawa kalkon dan pirazolina yang terbukti memiliki aktivitas antibakteri dari kategori ringan hingga sedang. Berdasarkan penelitian Solankee dkk. (2010) yang membandingkan aktivitas antibakteri kalkon dan pirazolina hasil siklisasi kalkon,dapat diketahui bahwa proses siklisasi kalkon dapat menaikkan aktivitas antibakterinya. Hal ini mendasari pengembangan senyawa kalkon menjadi senyawa pirazolina yang diharapkan dapat memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik. Menurut penelitian Sahu dkk. (2010) dilaporkan bahwa senyawa pirazolina dengan gugus hidroksi memiliki aktivitas penghambatan yang baik terhadap bakteri S. aureus (21/100) dan E. coli (17/100).Lone dkk.(2013) juga melakukan penelitian mengenai aktivitas antibakteri senyawa pirazolina tersubstitusi gugus metoksi.Senyawa pirazolina tersebut diketahui aktif melawan bakteri B. subtilis (16/1000). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Argade dkk., (2008) yang menemukan bahwa senyawa dengan gugus pendonor elektron seperti gugus –NO2, -Cl, -Br,-OH, -OCH3 dan -C=C-memiliki aktivitas yang baik sebagai antibakteri. Selanjutnya berdasarkan beberapa penelitian seperti penelitian oleh Ashok dkk.(2015) menyebutkan bahwa senyawa pirazolina memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas sehingga dapat menghambat aktivitas bakteri Gram positif danGram negatif. Hal ini menjadi petunjuk bahwa senyawa pirazolina potensial untuk dikembangkan karena dengan aktivitas antibakteri spektrum luas 3 dapat meningkatkan efektivitas penghambatan antibakteri, terutama dalam mengatasi banyaknya jenis bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik. Mengetahui hal tersebut, maka sintesis senyawa pirazolina perlu dimodifikasi lanjut agar diperoleh produk senyawa pirazolina dengan aktivitas antibakteri yang lebih baik. Terkait hal itu maka dilakukan suatu sintesis senyawa kalkon dan pirazolina darip-anisaldehida dan 4-hidroksiasetofenon. Senyawa panisaldehida merupakan suatu aril aldehida sedangkan 4-hidroksiasetofenon mengandung merupakan aril keton sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dapat dipergunakan sebagai bahan dasar sintesis senyawa pirazolina melalui pembentukan senyawa prekursor kalkon.Hal ini sesuai dengan hasil retrosintesis senyawa pirazolina pada Gambar I.1 yang menunjukkan bahwa suatu aril keton dan aril aldehida dapat digunakan sebagai bahan dasar sintesis pirazolina. R N O N siklokondensasi R R R kondensasi Claisen Schmidt R O O R R aril keton aril aldehida Gambar I.1 Jalur retrosintesis pirazolina Senyawa p-anisaldehidamerupakan senyawaorganik yang ada secara alami dalam minyak atsiritanaman adas sehingga diharapkan dapat cenderung aman bagi tubuh jika nantinya dikembangkan sebagai obat antibiotik. Selain dapat ditemukan secara alami, p-anisaldehida juga dapat disintesis melalui oksidasi anetol yang merupakan komponen terbesar dalam minyak atsiri tanaman adas (Pranowo dkk., 2008). Hal ini menjadi kelebihan tersendiri, karena bahan dasar sintesis pirazolina menjadi mudah diperoleh. 4 I.2 Tujuan Penelitian 1. Melakukan sintesis senyawa kalkon 1-(4-hidroksifenil)-3-(4-metoksifenil)2-propen-1-on (kalkon 1) dari p-anisaldehida dan 4-hidroksiasetofenon. 2. Melakukan sintesis senyawa pirazolina 3-(4-hidroksifenil)-5-(4- metoksifenil)-1-asetil-2-pirazolina (prazolina 1) dari kalkon dan hidrazin hidrat. 3. Mempelajari aktivitas antibakteri dari senyawa pirazolina1. I.3 Manfaat Penelitian 1. Menambah pustaka senyawa pirazolina yang berpotensi sebagai antibakteri 2. Memberikan alternatif penanganan masalah resistensi bakteri 3. Menambah informasi mengenai subtituen yang dapat mempengaruhi aktivitas antiakteri