6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Bakteri yang paling sering diisolasi dari darah adalah Staphylococcus epidermidis, Acinetobacter anitratus, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Salmonella Typhi. Hasil uji resistensi keenam bakteri tersebut terhadap ketiga antibiotik di atas sangat bervariasi. Staphylococcus epidermidis sudah cukup resisten (37,4-51,9%) terhadap kloramfenikol, kotrimoksasol, dan tetrasiklin. Resistensi Acinetobacter anitratus dan Pseudomonas aeruginosa terhadap kloramfenikol dan kotrimoksasol masih rendah, masing-masing 10-16,2% dan 6,2-21,4%, sedangkan Resistensi Acinetobacter anitratus dan Pseudomonas aeruginosa terhadap tetrasiklin resistensinya sudah cukup tinggi, 62,5% pada Acinetobacter anitratus dan 71% pada Pseudomonas aeruginosa. Klebsiella pneumoniae sudah cukup resisten (36,6-71,4%) terhadap kloramfenikol, kotrimoksasol, dan tetrasiklin. Resistensi Staphylococcus aureus masih cukup rendah (5,9-28,6%) terhadap kloramfenikol, kotrimoksasol, dan tetrasiklin. Resistensi Salmonella Typhi terhadap kloramfenikol, kotrimoksasol, dan tetrasiklin juga masih rendah (0-5,6%). 6.2. Saran Sangat disayangkan bahwa uji resistensi bakteri terhadap tetrasiklin pada tahun 2004-2006 dilakukan hanya pada lima isolat (dua isolat diantaranya dari spesimen darah) mengingat tetrasiklin masih cukup luas digunakan di Indonesia hingga saat tulisan ini dibuat. Oleh karena itu sebaiknya uji resistensi bakteri terhadap tetrasiklin terus dilanjutkan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI untuk menjadi acuan sensitivitas bakteri terhadap tetrasiklin bagi para klinisi untuk menangani infeksi. Pola resistensi ..., Tommie Prasetyo U.W., FK UI., 2009 44 Universitas Indonesia 45 Dari data sekunder pada penelitian ini tidak didapatkan karakteristik pasien yang menjadi sumber spesimen darah sehingga hasil penelitian ini kurang memberikan informasi lebih jauh mengenai pola resistensi bakteri dari isolat darah terhadap kloramfenikol, kotrimoksasol, dan tetrasiklin. Karakteristik yang dimaksud di sini seperti umur pasien, jenis kelamin, diagnosis sementara, asal pasien (bangsal suatu rumah sakit atau praktik pribadi). Pada penelitian ini tidak didapat data mengenai hasil kultur negatif, sebaiknya hal ini dihindari untuk mengetahui berapa presentase kultur darah yang menjadi positif dan berapa yang menjadi negatif. Sebaiknya penyusunan pola bakteri dan resistensinya dibuat per bangsal di rumah sakit untuk memberikan kejelasan mengenai terapi empirik yang dapat dilaksanakan di masing-masing bagian di rumah sakit. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional baik oleh dokter maupun masyarakat awam sebaiknya diperhatikan secara khusus oleh pemerintah, bahkan lebih jauh diharapkan adanya regulasi pemerintah mengenai penggunaan dan perdagangan antibiotik. Dibutuhkannya publikasi yang baik mengenai resistensi bakteri terhadap berbagai macam antibiotik sebagai sarana informasi dokter dalam pemberian antibiotik yang tepat guna Pola resistensi ..., Tommie Prasetyo U.W., FK UI., 2009 Universitas Indonesia