DAFTAR ISI Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan SENYAWA TRITERPENOID DARI BATANG TUMBUHAN MANGROVE Avicennia marina YANG BERAKTIVITAS ANTI BAKTERI Sintia Stefana Hingkua, Euis Julaeha, dan Dikdik Kurnia Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, Bandung – 40132, Indonesia, email: [email protected] ABSTRAK SENYAWA TERPENOID DARI BATANG TUMBUHAN Avicennia marina YANG BERAKTIVITAS ANTIBAKTERI. Tumbuhan mangrove Avicennia marina secara etnobotani digunakan untuk penyembuhan berbagai infeksi mikroba.Dalam rangka pencarian senyawa antibakteri alami maka dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengisolasi senyawa dari batang mangroveA.marina dan melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri S. aureusdan P. aeruginosa. Isolasi senyawa dilakukan dengan berbagai teknik ekstraksi dan kromatografi, penentuan struktur kimia isolat dengan mengolah data spektrum IR dan NMR.Uji aktivitas dilakukan secara in vitro terhadap bakteri Staphylococcus aureusdan P. aeruginosa menggunakanmetode uji Kirby-Bauer.Hasil evaluasi data spektrum IR dan NMR menunjukkan isolat teridentifikasi sebagai lupeol.Hasil uji aktivitas antibakteri pada konsentrasi 100 ppm senyawa lupeol dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureusdan P. aeruginosa yang lebih besar dibandingkan fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat, namum masih lebih rendah dibandingkan senyawa referensi ciproplofaxin. Kata kunci: Aktivitas antibakteri, Avicennia marina, Lupeol, Staphylococcus aureus. ABSTRACT ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF TERPENOID COMPOUND FROM THE STEM OF Avicennia marina. Mangrove plant Avicennia marinain ethnobotany used to curea variety of microbial infections. In order to finda natural antibacterial compounds in this study, aims to isolate compounds from stem of A.marin and see its effect on bacterial growth in S.aureus and P.aeruginosa. Isolation of compounds made with a variety of extraction and chromatography techniques, the determination of the chemical structure by processing IR and NMR spectral data. Test performed in vitr activity against the bacteria S.aureus and P.aeruginosa using the Kirby-Bauer test method. Results of evaluation of the IR and NMR spectral data indicate isolates identified as lupeol.Test results of antibacterial activity at a concentration of 100 ppm lupeol compound can inhibit the growth of bacteria S.aureus and P.aeruginosa larger than the fraction of n-hexane and ethyl acetate fraction, yet still lower than the reference compounds ciproflaxin. Keywords: Antibacterial activity, Avicennia marina, Lupeol, Staphylococcus aureus. Streptococcus pyogenes, Clostridium perfringes, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leprae, Neisseria gonorrhea, Pasturella tulurensis, Bacillus anthracis dan Pseudomonas aeruginosa.Gram positif Staphylococci dan Streptococci adalah penyebab infeksi luka, 1. PENDAHULUAN Penyakit infeksi pada jaringan kulit yang umumnya menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai mikroba [1].Bakteri yang paling umum berperan adalah Staphylococcus aureus, 226 Commented [DUS1]: Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan furunkel, karbunkel, abses, impetigo dan erisipelas. Gram negatif Pseudomonas aeruginosa menyebabkan infeksi yang signifikan secara klinis seperti luka, infeksi luka bakar [2] dan beberapa infeksi seperti “hot tub” folikulitis atau infeksi kuku yang mungkin ringan tetapi dapat berakibat fatal tanpa pengobatan yang tepat [3]. Diperkirakan, saat ini setengah dari obat yang dipergunakan masyarakat dunia dihasilkan dari bahan-bahan alami. Sebanyak 39% dari 520 obat yang disetujui antara tahun 1983 sampai dengan 1994 berasal dari produk alami atau turunannya, dan 60-80% dari antibakteri dan antikanker berasal dari bahan alami [4]. Pencarian sumber antibakteri alami adalah tantangan global bagi lembaga penelitian, perusahaan farmasi dan akademisi, sejak menjadi resistennya agen infeksi terhadap obat sintetis [5]. Salah satu cara untuk mencegah resistansi antibakteri dari spesies patogen adalah dengan menggunakan senyawa baru yang tidak didasarkan pada agen antibakteri sintetik. Masalah resistansi, kerusakan lingkungan dan polusi yang terkait dengan penggunaan rasional obat-obatan ortodoks telah mengharuskan penemuan senyawa baru di alam sebagai sumber alternatif yang efektif dan aman dalam pengelolaan penyakit infeksi pada manusia [6]. Selama beberapa dekade terakhir ini penelitian terhadap mangrove mencapai minat yang tinggi karena berpotensi sebagai bioresource dalam pengembangan obatobatan.Sampai sekarang, lebih dari 200 metabolit bioaktif telah diisolasi dari populasi mangrove tropis dan subtropis [7].Ekstrak dari beberapa spesies mangrove secara biologis mengandung senyawa aktif antiviral, antibakterial dan antijamur [8].Berdasarkan struktur kimianya, senyawa-senyawa hasil isolasi mengandung steroid, triterpen, saponin, flavonoid, alkaloid, tanin, dan fenolik yang mempunyai jangkauan luas terhadap kemungkinan penyembuhan [9]. Avicennia marina adalah salah satu bagian ekosistem mangrove mayor yang berada di daerah tropis dan subtropis [10], diklasifikasikan dalam suku Avicenniaceae dan genus Avicennia[11].Studi terkini menunjukkan bahwa ekstrak metanol dari A. marina mengandung beragam senyawa obat yang cakupannya luas terhadap sifat-sifat biologis seperti aktivitas anti-oksidan, anti-tumor, anti-inflamatori, antialergi, anti-mikroba, anti-ageing,anti-konvulsan, anti-arterosklerotik dan anti-tuberkulosis [12]. Ramanathan et al. (2012) [13] telah melaporkan adanya aktivitas antimikroba ekstrak tumbuhan mangrove A. marina terhadap berbagai spesies bakteri patogen diantaranya Staphylococcus sp., Pseudomonas sp., Proteus sp., E. coli., S. mutans, A. niger, C. albicans, K. Pneumonia, L. acidophilus dan B. subtilis. Batang tumbuhan A. marina juga digunakan sebagai obat tradisional untuk penyakit reumatik dan beberapa penyakit kulit seperti cacar dan borok [9]. Hasil dari penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan senyawa-senyawa organik yang berkhasiat sebagai obat. Berbagai kajian memahami kaitan struktur molekul dengan aktivitas biologinya terus dilakukan dalam upaya mendapatkan obat baru yang lebih berkhasiat. 2. BAHAN DAN METODE 2.1. Bahan Kimia, Instrumen Alat Gelas, dan Pelarut yang umum digunakan di laboratorium sepertin-heksana, etil asetat, asetondan methanol dan air suling untuk ekstraksi dan kolomelusi.Silikagel 73-230 mesh untuk kromatografi kolom, silika GF 254 untuk Kromatografi Lapis Tipis. Noda senyawapada pelat KLTdideteksi menggunakan UV (uvitec chamber) dan 10% H2SO4 dalam etanol. Penguapan pelarut dilakukan dengan menggunakan rotary evaporator. Antibiotik standar sebagai pembanding digunakan ciprofloxacin 100ppm serta kulturmedia (agar Mueller Hinton, kaldu nutrisi) yang digunakan untuk uji aktivita santi bakteri. 2.2. Uji Hayati Dilakukan pengukuran spektrum inframerah (IR) dalam lempeng KBr. 1H-NMR, 13C-NMR dan DEPT-135° dicatat menggunakan spektrometer JEOL 500MHz. CD3OD digunakan sebagai pelarut dalam semua analisis spektroskopi. 2.3. Sampel Tumbuhan dan Ekstraksi Batang kering dari tumbuhan A. marina sebanyak 2 kg diperoleh dari Probolinggo, Jawa Timur dicuci bagian luarnya dengan metanol untuk menghilangkan debu dan kotoran yang menempel di bagian luarnya. Kemudian batang tersebut dihaluskan dengan mesin grinding sampai membentuk serbuk untuk memperluas bidang permukaan sehingga sehingga proses ekstraksi optimal dan senyawa-senyawa bahan 227 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan alam yang terkandung dalam batang A.marina dapat terekstrak dengan sempurna. Serbuk batang kering tersebut dimaserasi dengan mengunakan pelarut metanol total sebanyak 10 L secara berulang-ulang yaitu 3 x 24 jam. Maserat kemudian disaring untuk memisahkan ampas kemudian dipekatkan menggunakan alat rotary evapotator pada tekanan yang rendah dan suhu ±40°C sehingga diperoleh ekstrak pekat metanol sebanyak 115,85 g.Ekstrak pekat metanol yang diperoleh sebanyak 115,85g, kemudian dilakukan partisi dua kali dengan pelarut n-heksana dan etil asetat.Fraksi-fraksi hasil partisi (n-heksana dan etil asetat) diuapkan pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator.Selanjutnya dipantau melalui uji aktivitas antibakteri, kemudian fraksi yang paling aktif dipisahkan dengan metode kromatografi sampai diperoleh senyawa murni yang beraktivitas antibakteri. dan CH2), 1687,7 cm-1 (C=C str.), 1456,3 cm-1 (C-H pada CH2/ CH3), 1367,5 cm-1 (C-H pada gem dimetil), 1037,7 cm-1 (C – O str. pada alkohol sekunder), 883,4 cm-1 (eksosiklik CH2),Data spektrum NMR dan DEPT 135 Isolat A. marina dan Referensi tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1. Data spektrum NMR dan DEPT 135 Isolat A. marina 2.4. Evaluasi Aktivitas Antibakteri Sejumlah satu ose bakteri S. aureus dari stok diinokulasi ke dalam tabung reaksi steril yang berisi suspensi NaCl fisiologis sebanyak 5 mL hingga mencapai tingkat kekeruhan ½ Mac Farland. Pencapaian kekeruhan dilakukan dengan cara membandingkan dengan standar. Sebanyak 50 suspensi bakteri dipindahkan ke cawan petri kemudian ditambahkan media agar Mueller Hinton sebanyak 20 mL pada suhu 40°C-50°C. Dihomogenkan dengan digoyang, selanjutnya didiamkan pada suhu ruang hingga campuran memadat dan siap digunakan. Cawan petri yang sudah disiapkan sebelumnya diolesi suspensi yang berisi bakteri menggunakan kapas lidi. Sampel dengan konsentrasi tertentu beserta kontrol positif dan kontrol negatifditetesi pada paper disk sebanyak 50 µL. Selanjutnya, paper disk diletakkan di atas media padat, diinkubasi pada suhu 37C, dan diamati pertumbuhan bakteri pada jam ke-18 sampai dengan jam ke24. Zona inhibisi diukur menggunakan jangka sorong dengan skala milimeter (mm). Isolat A. marina δH (ΣH, m) Posisi C 1 δC 39,7 DEPT 135 CH2 2 28,1 3 79,7 4 5 6 40,1 57,7 19,6 Cq CH CH2 7 8 9 10 11 35,7 43,7 56,9 38,4 26,9 CH2 12 13 14 15 28,7 40,2 48,6 30,9 CH2 16 17 18 19 20 21 38,3 49,2 52,1 50,5 152,2 35,5 CH2 22 42,0 23 31,8 0,94 (3H, s) CH3 24 16,2 0,96 (3H, s) CH3 25 16,8 0,75 (3H, s) CH3 26 16,7 0,85 (3H, s) CH3 27 15,2 1,5 (3H, s) CH3 28 19,5 1,0 (3H, s) CH3 29 110,2 4,58 & 4,60 (1H, s) CH2 30 22,2 1,69 (3H, s) CH3 CH2 3,35 (1H, s); 3,1 (1H, d) CH Cq CH Cq CH2 CH Cq CH2 Cq CH CH Cq CH2 CH2 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Karakterisasi Isolat Batang A. marina Senyawa Spektrum 1H-NMR menunjukkan tujuh singlet metil tersier (CH3)pada δ 0,75; 0,85; 0,94; 0,96; 1,00; 1,50 dan 1,69 and satu gugus hidroksil sebagai doublet of doublets pada δ 3,10. Dua proton olifenik nampak pada δ 4,58 and 4,60 mewakili ikatan rangkap eksosiklik. 13 Spektrum C-NMR pada senyawa menunjukkan 30 signal untuk kerangka dari Senyawa ini diperoleh dari kristal putih dengan nilai Rf0.375 (n-heksana dan etil asetat, 4:1). IR νmax (KBr) cm-1: 3460,3cm-1 (br, OH), 2924,1 cm-1, 2856,6 cm-1 (C – H str. pada CH3 228 Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan triterpenoid di dalamnya termasuk ikatan karbon dengan gugus hidroksil pada posisi C-3yang muncul pada δ 79,7, sementara karbonolifenik pada ikatan rangkap eksosiklik muncul pada δ 152,2 and 110,2. Spektrum DEPT 135menunjukkan tujuh metil, sebelas metilen, enam metin dan enam karbon kuarterner. Struktur senyawa tersebut diidentifikasi sebagai lupeol (Gambar 1), berdasarkan harga beberapa laporan literatur[14]. menjanjikan suatu pengembangan antibakterial khususnya penyakit kulit. Hasil ini menunjukkan kekonsistenan laporan sebelumnya yang mendeskripsikan tentang aktivitas antibakteri pada tumbuhan A. marina dan penggunaan secara tradisional tumbuhan ini untuk mengobati luka akibat infeksi bakteri [9]. 3.3. Mekanisme Kerja Senyawa Antibakteri 29 20 H3C 12 11 22 18 17 13 CH3 25 26 CH3 CH3 28 Commented [DUS2]: 16 14 9 1 Golongan tritepenoid pada umumnya mempunyai aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan B. Subtilis, S. aureus, Salmonellaenterica, Pseudomonas aeruginosa dan E. Coli [17,18]. 21 19 30 15 2 10 8 3 5 7 CH3 4. KESIMPULAN 27 HO 23 Senyawa lupeol yang berhasil diisolasi dari batang tumbuhan mangrove Avicennia marina memiliki kemampuan menghambat aktivitas bakteri khususnya terhadap strain bakteri patogen Staphylococcus aureus. Hal ini menjanjikan suatu pengembangan antibakterial dari sumber alami.Dengan demikian, uji lanjutdianjurkanpadasejumlah besarstrainbakteriuntuk menentukanpotensi senyawa lupeol sebagaikandidat dalampengembangan obatantibakteri. 6 4 H3C CH3 24 Gambar 1. Struktur Lupeol 3.2. Evaluasi Aktivitas Antibakteri Terhadap S. aureusDANP. aeruginosa Uji aktivitas dilakukan terhadap strain bakteri patogen Staphylococcus aureusdan Pseudomonas aeruginosasesuai dengan prosedur di atas. Hasil pengujian dan zona hambat masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 2. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Table 2.Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak/Senyawa hasil Isolasi/Referensi (100 ppm) n-heksana Etil asetat Isolat A. marina Ref. (Ciprofloxacin) Penghambatan Zona Inhibisi (mm) S. aureus P. aeruginosa 2. 2 2 16 29 1 12 30 3. Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan P. Aeruginosa menunjukkan bahwa senyawa lupeol mempunyai aktivitas yang lebih rendah dibandingkan senyawa referensi (ciprofloxacin). Meskipun demikian, senyawa lupeol mengindikasikan adanya potensi terhadap bakteri patogen S. aureus dan P. Aeruginosa 4. 5. 229 CHANDA, S. & BARAVALIA, Y.(2010). Novel leads from herbal drugs for infectius skin disease. Current Research, Tech.&Ed. Topic in App. Microbio& Microbial Biotech: 451-456. MURRAY, P.R., DREW, W.L., KOBAYASHI, G.S., & THOMPSON, J.H. 1990. Medical Microbiology. Mosby Co, Philadelphia: 119-126. ALEMAN, C.T., WALLACE, M.L., BLAYLOCK, W.K., & GARRETT, A.B. 1999. Subcutaneous nodules caused by Pseudomonas aeruginosa without sepsis. Cutis, Vol.63:161-163. WAHYONO.(2008). Tanaman Sebagai Sumber Obat-Obatan.Sidang Pengukuhan Guru Besar UGM. LATHA, P.S., & KANNABIRAN, K. (2006). Antimicrobial activity and phytochemicals of Solanum trilobatum Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013 Linn.African Journal of Biotechnology, Vol.5: 2402-2404. 6. CHAH, KF., EZE, C.A., EMUELOSI, C.E., & ESIMONE, C.O.(2006). Antibacterial and wound healing properties of methanolic extracts of some Nigerian medicinal plants.J. Ethnopharmacol. Vol.104: 164-167. 7. WU, J., XIAO, Q., XU, J., LI, M.Y., PANA, J.Y., YANG, M. (2008) Natural Products from true mangrove flora: source, chemistry and bioactivities.Nat. Prod. Report, 25: 955-981. 8. OKEKE, M.I., IROEGBU, C.U., EZE, E.N., OKOLI, A.S., ESIMONE, C.O. 2001. Evaluation of extracts of the root Landolphia owerrience for antibacterial activity.J. Ethnopharmacol., Vol.78: 119127. 9. BANDARANAYAKE, W.M. (1998). Traditional and medicinal uses of mangroves.Mangroves and Salt Marshes, 2:133-148. 10. ANNE, B.M. & FAUVEL, M.T. (1998). Biochem. Syst. Ecol., Vol.26(8): 935. Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan 13. 14. 15. 16. 17. 11. TOMLINSON, P. B.(1986). The Botany of Mangroves.Cambridge University Press. 12. PRABHU, V.V. & GURUVAYOORAPPAN, C. 2012. Phytochemical screening of methanolic 18. extract of mangrove Avicennia marina (Forssk.)Vierh.Der Pharmacia Sinica, Vol.3(1): 64-67. RAMANATHAN, T., SHAMUGAPRIYA, R., & RENUGADEVI, G. 2012.Phytochemical characterization and antimicrobial effiency of mangrove plants Avicennia marina and Avicennia officianalis. Int. J. Pharm&Bio, Vol.3(2): 348-351. PRAKASH, C.V AND PRAKASH, I. (2012). Isolation and Structural Characterization of Lupane Triterpenes from Polypodium Vulgare.Res. J. Pharm, Vol 1(1): 23-27. CONNER, D.E. 1993 Naturally Occurring Compounds. Available: www.kmitl.ac.th/ejkmitl/vol5no3/p-527538.pdf RAGASA, C.Y., DE LUNA, R.D., HOFILENA, J.G., 2005. Antimicrobial terpenoids from Pterocarpus indicus. Natural Product Research 19, 305-309. BLOOMFIELD, 1991, Available: https://www.biophysics.org/Portals/1/PDFs/ Education/bloomfield.pdf COWAN, M.M. 1999. Plant products as antimicrobial agents.Clinical Microbiology Reviews: 564-582. American Society for Microbiology. DISKUSI Budi Irawan 1. Apakah sudah dilakukan determinasi sampel yang digunakan? 2. Karena kalau dilihat morfologi batang, diragukan kevalidan datanya? Sintia Stefana Hingkua 1. Tidak, karena ada di literatur yang ada dan ternyata benar. 230