BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terhadap analisis makna pada lirik lagu tentu saja sudah ada yang
meneliti pada waktu sebelumnya, namun mereka menggunakan objek dan fokus
penelitian yang berbeda dengan penelitian yang diambil oleh peneliti. Pada penelitian
ini peneliti mengambil judul Analisis Makna Asosiatif pada Lirik Lagu Muhammad
Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai kajiannya.
Sedangkan penelitian sebelumnya membahas tentang Makna Konseptual dan Makna
Asosiatif dalam Teks Lagu Sheila On 7, Aspek-Aspek Makna dalam Lirik Lagu
Suporter Persibangga Tahun 2015, dan Analisis Makna Kias pada Kumpulan Lirik
Lagu Underground sebagai Kajian Problem Sosial dan Budaya. Berikut sekilas
penjelasannya.
1.
Penelitian dengan Judul Makna Konseptual dan Makna Asosiatif dalam Teks
Lagu Sheila On 7 oleh Anang Widijayanto Mahasiswa Universitas Negeri
Semarang Tahun 2015
Penelitian tersebut membahas tentang perwujudan makna konseptual dan makna
asosiatif dalam teks lagu Sheila On 7. Jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif
dengan pendekatan semantik. Objek dalam penelitian ini berupa kata, frasa dan
kalimat yang mengandung makna konseptual dan makna asosiatif. Hasil penelitian ini
adalah perwujudan makna konseptual dan makna asosiatif dalam teks lagu Sheila On
7 di album kisah klasik untuk masa depan. Jumlah total lagu yang dianalisis dalam
7
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
8
album tersebut ada 12 lagu. Dari 12 lagu tersebut masing-masing lagu memiliki
makna konseptual dan makna asosiatif di dalamnya. Namun, lebih banyak ditemukan
data yang menunjukkan makna konseptual dibandingkan data yang menunjukkan
makna asosiatif.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
sebelumnya terletak pada jenis penelitian dan pendekatan yang digunakan yaitu
penelitian deskriptif kualitatif dan menganalisis lirik lagu dengan menggunakan
pendekatan semantik. Selain itu metode yang digunakan dalam penyediaan data juga
sama yaitu metode simak dengan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) dan teknik
catat. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti
terletak pada topik pembahasan dan sumber data yang digunakan dalam penelitian.
Sumber data yang digunakan oleh peneliti berupa lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi
dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom, sedangkan peneliti sebelumnya
menggunakan lirik lagu Sheila On 7. Topik pembahasan pada penelitian sebelumnya
membahas mengenai perwujudan makna konspetual dan makna asosiatif dalam lirik
lagu Sheila On 7. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni
mengenai jenis makna asosiatif yang terdapat pada lirik lagu Muhammad Tulus
Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom.
2.
Penelitian dengan Judul Aspek-Aspek Makna dalam Lirik Lagu Suporter
Persibangga Tahun 2015 oleh Aji Dwi Pratikno Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2016
Penelitian tersebut membahas tentang aspek-aspek makna yang terdapat dalam
lirik lagu suporter Persibangga. Objek penelitian ini berupa kata ataupun frasa yang
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
9
mengandung aspek-aspek makna. Jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Hasil
analisis ditemukan aspek pengertian (sense) yang terdapat pada kumpulan lirik lagu
suporter Persibangga yang memiliki tema, ide ataupun pesan mendukung. Nilai rasa
(feeling) dan nada (tone) yang terdapat pada kumpulan lirik lagu suporter Persibangga
memiliki nilai rasa semangat dan gembira bernada tinggi, tekanan keras dan
kesenyapan satu mora. Pada aspek maksud (intension) dalam lirik lagu bersifat
deklaratif, persuasif, imperatif, naratif, dan politis.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan
penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian dan pendekatan penelitian yang
digunakan, berupa jenis penelitian deskriptif kualitatif dan menganalisis lirik lagu
dengan pendekatan semantik. Sedangkan perbedaan penelitian dengan penelitian
sebelumnya terletak pada sumber data dan kajian yang digunakan dalam penelitian.
Peneliti menggunakan lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus,
Gajah, dan Monokrom
sebagai
sumber, sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan lirik lagu Suporter Persibangga sebagai sumber data penelitiannya.
Selain itu, teori dan kajian yang digunakan dalam penelitian juga berbeda dengan
peneliti sebelumnya. Peneliti menggunakan kajian semantik jenis/ tipe makna asosiatif
untuk menganalisis jenis/ tipe makna asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu
Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Sedangkan
peneliti sebelumnya menggunakan teori dan kajian semantik untuk menganalisis
aspek-aspek makna dalam lirik lagu suporter Persibangga sebagai kajian
penelitiannya.
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
10
3.
Penelitian dengan Judul Analisis Makna Kias Pada Kumpulan Lirik Lagu
Underground Sebagai Kajian Problem Sosial Dan Budaya oleh Achmad
Nurrohman Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun
2007
Penelitian ini mendeskripsikan tentang makna kias yang terdapat dalam
kumpulan lagu Underground. Jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif dengan
pendekatan semantik. Data dalam penelitian berupa kata, frasa dan kalimat yang
mengandung makna kias. Hasil penelitian menunjukkan jenis bahasa kias
perbandingan terbatas pada : metafora dan personifikasi. Sedangkan menurut jenis
makna terbatas pada : denotatif, konotatif, makna kias, dan afektif. Untuk kajian
problem sosial budaya meliputi : kekuasaan, kejahatan, pelanggaran norma moral dan
agama, dan sikap keagamaan yang menyimpang.
Persamaan penelitian antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian dan pendekatan yang berupa jenis
penelitian deskriptif kualitatif untuk menganalisis lirik lagu dengan menggunakan
pendekatan semantik. Selain itu metode yang digunakan dalam penyediaan data juga
sama yakni metode simak dengan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) dan
teknik catat. Sedangkan perbedaan penelitian terletak pada sumber data, teori dan
kajian yang digunakan dalam penelitian. Peneliti menggunakan lirik lagu Muhammad
Tulus Rasyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai sumber data,
sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan kumpulan lirik lagu Underground
sebagai sumber datanya. Selain itu, teori dan kajian yang digunakan juga berbeda
dengan peneliti sebelumnya. Peneliti menggunakan teori dan kajian semantik untuk
menganalisis jenis makna asosiatif dalam lirik lagu Muhammad Tulus Rasyidi dalam
album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Sedangkan pada penelitian sebelumnya
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
11
menggunakan teori semantik untuk menganalisis jenis makna kias pada kumpulan
lirik lagu Underground dengan mengkaji problem sosial dan budaya yang terdapat
dalam kumpulan lirik lagu tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah ada. Hal itu
dibuktikan dengan sumber data, teori dan analisis kajian yang digunakan dalam
penelitian. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti hanya berfokus pada
permasalahan tipe/ jenis makna asosiatif yang terdapat pada lirik lagu Muhammad
Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom.
B. Makna
1.
Pengertian Makna
Pateda (2010 : 79) menjelaskan bahwa makna (meaning) merupakan kata dan
istilah yang membingungkan karena makna tidak pernah dikenali secara cermat.
Makna yang dimaksud adalah makna dalam setiap unsur bahasa, baik dalam wujud
morfem, kata atau kalimat. Semua wujud morfem, kata dan kalimat didalamnya
memiliki makna sendiri-sendiri. Setiap makna dapat bergeser artinya apabila letak
kata tersebut berada di kalimat yang berbeda. Hal itu terjadi karena makna memiliki
arti yang sangat luas. Selain itu pada suatu kata mengandung arti atau berarti dan
mengandung arti yang penting.
Menurut Ullman (2014: 65-67) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan
antara makna dengan pengertian. Selain itu, makna merupakan istilah yang paling
ambigu dan paling konvensional dalam teori tentang bahasa. Hal itu karena makna
setiap kata dipisahkan sesuai dengan bentuk dan unsur kebahasaannya. Dalam buku
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
12
ini disebutkan bahwa adanya hubungan timbal balik (resiprokal) antara nama dan
makna. Jika seseorang mendengar sesuatu kata maka ia akan berpikir tentang sesuatu
dan jika seseorang berpikir tentang sesuatu maka ia akan berpikir mengucapkan
sesuatu kata. Hubungan timbal balik itulah yang digunakan untuk menyebut makna
kata itu.
Chaer (2013: 33) berpendapat bahwa makna adalah unsur dari sebuah kata atau
lebih tepat sebagai gejala-gejala ujaran. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti
belajar bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling
mengerti yang diucapkan satu sama lain. Selain itu, teori mengenai makna juga
dikembangkan oleh Ferdinand de Sausure (dalam Chaer, 2012 : 287) bahwa makna
adalah „pengertian‟ atau „konsep‟ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tandalinguistik.
Menurut Djajasudarma (2009: 5) makna adalah pertautan yang ada di antara
unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata. Makna sebagai penghubung bahasa
dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling
mengerti. Sedangkan menurut Aminudin (2008: 52-53) menjelaskan bahwa makna
ialah hubungan antara bahasa dengan dunia di luar bahasa yang telah disepakati
bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Batasan pengertian
ini dapat diketahui tiga unsur pokok yang tercakup didalamnya, yaitu (1) makna
adalah hasil hubungan antara bahasa dengan alam di luar bahasa, (2) penentuan
hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai bahasa, serta (3) perwujudan
makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapatt saling
dimengerti.
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
13
Kridalaksana (2008: 148) menjelaskan pengertian makna dibagi menjadi empat
yaitu: 1) maksud pembicaraan agar mudah dimengerti oleh lawan bicara, 2) pengaruh
satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok
manusia, 3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa
dan alam di luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkan, dan 4)
cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa makna adalah
sebuah bahasa yang mengandung arti dan tujuan dari bahasa itu sendiri. Dalam makna
mengandung arti, tujuan, pikiran, dan maksud yang dimaksudkan oleh pemakai
bahasa. Karena semua hal yang ditunjuk oleh pemakai bahasa mengandung makna
sehingga mereka dapat saling mengerti dan memaham arti, maksud dan ujaran
tersebut. Dengan adanya makna tersebut maksud dan tujuan yang dimaksudkan oleh
penutur akan dipahami dan dapat dimengerti oleh lawan tutur. Sehingga terjalin
komunikasi yang komunikatif.
2.
Komponen Makna
Menurut Leech (1997 : 104) analisis makna kata seringkali dilihat sebagai suatu
proses memilah-milahkan pengertian suatu kata ke dalam ciri-ciri khusus. Ciri khusus
tersebut digunakan untuk membedakan masing-masing dari makna kata tersebut
dengan menggunakan analisis komponen makna. Di dalam analisis komponen makna
digunakan sistem label yang ditempelkan pada penandaan itu, yaitu „+‟ digunakan
untuk menyatakan sesuatu yang penting atau positif, sedangkan „-„ digunakan untuk
menyatakan sesuatu yang tidak penting atau negatif. Komponen makna atau
komponen semantik mengajarkan bahwa pada setiap kata atau unsur leksikal terdiri
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
14
dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau unsur
leksikal tersebut. Oleh karena itu setiap kata memiliki komponen (yang disebut
komponen makna) untuk membentuk keseluruhan makna itu.
Pateda (2010 : 261) mengatakan bahwa setiap kata-kata ada yang berdekatan
makna, ada yang berjauhan, ada yang mirip, ada yang sama, bahkan ada yang
bertentangan. Untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan
ketidaksamaan makna peneliti harus mengetahui komponen makna terdahulu. Untuk
mengetahui makna sampai sekecil-kecilnya, perlu analisis karena yang dianalisis
adalah makna yang tercermin dari komponen-komponennya, dibutuhkan analisis
komponen makna. Dengan adanya komponen makna sebagai pembeda makna kita
dapat mengetahui perbedaan makna kata tersebut. Perbedaan makna muncul sebagai
akibat perubahan bentuk. Selain itu, analisis komponen makna pada suatu kata juga
dapat digunakan untuk menemukan kandungan makna kata atau komposisi makna
pada kata tersebut (Parera, 2004 : 158-159).
Palmer (dalam Aminudin, 2008 : 128) menyatakan bahwa komponen makna
ialah keseluruhan makna dari suatu kata terdiri atas sejumlah elemen, yang antara
elemen yang satu dengan yang lain memiliki ciri berbeda-beda. Komponen makna ini
berguna untuk membedakan makna kata yang satu dengan makna yang lainnya.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Wijana (2011 : 71) bahwa setiap kata
memiliki makna yang berbeda, tidak pernah ditemui dua buah kata memiliki makna
yang persis sama. Jika sebuah kata terbentuk dari beberapa atau sejumlah elemen
makna, maka setiap kata memiliki elemen-elemen makna yang berbeda dengan kata
lain. Oleh karena itu, elemen makna yang menyusun sebuah kata dalam semantik
disebut komponen makna.
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
15
Seperti yang sudah dijelaskan di atas dalam komponen makna memiliki ciri-ciri
yang berbeda-beda. Keberadaan ciri pembeda dalam suatu makna diberi tanda +, tidak
adanya ciri diberi tanda -, dan kemungkinan ada tidaknya ciri dalam setiap fitur
ditandai dengan ±. Misalnya kata „jantan‟ dalam bahasa Indonesia memiliki
komponen + laki-laki, - betina, + manusia, + binatang, + benda atau sesuatu. Untuk
manusia „jantan‟ berkaitan dengan sifat, untuk binatang berkaitan dengan ciri faktual
yang dimiliki, sedangkan untuk benda atau sesuatu berkaitan dengan sifat serta
keadaan yang dimiliki sesuai dengan ciri faktual yang diacu oleh kata „jantan‟. Arti
semantik leksem dalam kamus menentukan definisi leksem tersebut. Jika leksem
didefinisikan masuk ke dalam domain yang sama, komponen makna yang
mendefinisikan leksem tertentu akan memiliki keduanya (Yanti, 2017 : 2).
Jadi, komponen makna dalah makna yang dimiliki oleh setiap kata yang terdiri
atas sejumlah elemen makna yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Analisis
komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan dari bentukbentuk yang bersinonim maknanya tidak persis sama.
3.
Jenis Makna
Menurut Chaer (2013 : 59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria dan sudut pandang. Bedasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan
antara makna leksikal dan gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah
kata/ leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial,
berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/ leksem dapat dibedakan adanya
makna denotatif dan konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal adanya
makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
16
kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif,
kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya.
Pateda (2010 : 96-132) memaparkan jenis makna antara lain makna afektif,
makna denotatif, makna deskriptif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter,
makna gramatikal, makna ideasional, makna intensi, makna khusus, makna kiasan,
makna kognitif, makna kolokasi, makna konotatif, makna konseptual, makna
kontruksi, makna kontekstual, makna leksiakl, makna lokusi, makna luas, makna
piktorial, makna proposisional, makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna
stilistik, makna tekstual, makna tematis, dan makna umum.
Sedangkan Leech (1997 : 12-30) dalam bukunya membagi makna menjadi tujuh
yaitu makna konseptual, makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna
reflektif, makna kolokatif, dan makna thematik. Namun dari ke tujuh makna tersebut
terdapat satu kategori makna besar yaitu makna asosiatif. Di dalam makna asosiatif
tersebut terdapat lima tipe makna di dalamnya, yaitu makna konotatif, makna stilistik,
makna afektif, makna kolokatif, dan makna reflektif. Karena makna asosiatif
berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku dalam suatu
masyarakat bahasa yang juga berhubungan dengan nilai rasa bahasa.
Berdasarkan jenis makna yang dipaparkan oleh para ahli di atas, makna
disimpulkan bahwa jenis makna dalam semantik banyak sekali jenisnya dan
dibedakan berdasarkan kategorinya masing-masing. Kategori atau pengelompokan
jenis makna tersebut digunakan untuk membedakan jenis makna dan tipe makna pada
kata atau bahasa. Namun, penelitian kali ini, fokus penelitian berpusat pada makna
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
17
asosiatif yang terdapat dalam kata, frasa dan kalimat di dalam lirik lagu Muhammad
Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Dengan demikian,
penelitian ini akan menggunakan teori tentang tipe makna dari Leech (1997 : 23),
yang menyatakan bahwa makna asosiatif memiliki makna yang lebih tersirat dari
makna konseptual dan lebih berhubungan dengan tingkat kepahaman mental
seseorang.
C. Makna Asosiatif
1.
Pengertian Makna Asosiatif
Menurut Tarigan (2015 : 90) asosiasi merupakan perubahan makna yang terjadi
sebagai akibat persamaan sifat. Dengan demikian asosiasi berhubungan dengan
perubahan makna akibat adanya persamaan sifat pada suatu kata. Sedangkan
pengertian makna asosiatif menurut Chaer (2013:72) adalah makna yang dimiliki
sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar
bahasa. Dengan kata lain, makna asosiatif merupakan perlambang-perlambang yang
sering digunakan di suatu masyarakat bahasa untuk menyataan suatu konsep lain.
Makna asosiatif sudah bergeser dari makna sebenarnya, namun jika dipikir secara
mendalam ada kaitannya dengan makna sebenarnya. Oleh karena itu, makna asosiatif
memiliki hubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku di
dalam suatu masyarakat bahasa yang juga berhubungan dengan nilai-nilai rasa bahasa.
Misalnya, kata kursi berasosiasi dengan makna „jabatan‟ atau „kedudukan‟; sedangkan
kata garuda berasosiasi dengan makna „pesawat udara‟.
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
18
Menurut Leech (1997 : 23) makna asosiatif merupakan sebuah makna yang
kurang stabil dan bervariasi menurut pengalaman individu. Makna asosiatif adalah
makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan
keadaan di luar bahasa. Makna asosiatif ini sesungguhnya perlambanganperlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk menyatakan suatu konsep.
Makna asosiatif merupakan makna yang mengandung perumpamaan untuk
menyebutkan suatu kata. Perbedaan makna konseptual dan makna asosiatif didasarkan
pada ada tidak adanya hubungan (asosiasi, refleksi) makna sebuah kata dengan makna
kata lain. Misalnya, kata babi berasosiasi dengan kata „jijik, haram (di dalam Islam),
dan kotor.
Jadi dapat disimpulkan bahwa makna asosiatif adalah perubahan makna kata
akibat adanya persamaan sifat (makna yang dapat dihubungkan dengan benda lain
yang dianggap mempunyai kesamaan sifat). Makna asosiatif dapat juga dikatakan
sebagai makna kias.
2.
Jenis Makna Asosiatif
Leech (1997 : 23) menyatakan bahwa dalam makna asosiatif merupakan suatu
kategori makna besar yang didalamnya meliputi makna konotatif, makna stilistik,
makna afektif, makna kolokatif, dan makna reflektif. Hal itu karena makna asosiatif
berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku dalam suatu
masyarakat bahasa yang juga berhubungan dengan nilai rasa bahasa. Sehingga ke lima
makna tersebut masuk ke dalam makna asosiatif. Berikut penjelasannya.
a.
Makna Konotatif (Connotative Meaning)
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
19
Untuk memahami makna konotatif, lebih dahulu diketahui pengertian makna
konotatif. Leech (1997 : 16) makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari
sebuah ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi dari makna konseptualnya.
Misalnya, kata woman/ wanita dalam makna konseptualnya hanya berarti manusia,
bukan laki-laki, dan dewasa. Namun, dalam makna konotatif terdapat sifat tambahan
yang diacu baik sifat fisik, psikis, atau sosial, seperti contohnya konotasi sifat psikis
lemah, gampang menangis, penakut, dan sebagainya yang melekat pada kata „wanita‟.
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang
diucapkan atau didengar. Makna konotatif juga digunakan untuk mengacu bentuk atau
makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.
Leech (1997: 17) menyatakan bahwa pertama makna konotatif bukan
merupakan hal yang spesifik di dalam bahasa, tetapi bersama-sama dengan sistem
komunikatif, seperti halnya seni visual dan musik, kedua konotasi itu relatif tidak
stabil, artinya konotasi itu banyak berubah-ubah menurut budayanya, masanya, dan
pengalaman individu, ketiga makna konotatif itu terbuka seperti halnya pengetahuan
dan kepercayaan kita terhadap alam semesta yang juga terbuka; setiap karakteristik
acuan yang ditandai secara subjektif atau secara objektif mungkin mendukung makna
konotatif dari ungkapan yang menandainya.
Menurut Chaer (2013 : 65) makna konotatif didasarkan pada ada tidaknya “nilai
rasa” pada sebuah kata baik positif maupun negatif. Makna konotasi yakni apabila
kata tersebut tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, tetapi
disebut juga berkonotasi netral. Misalnya, kata bunga kamboja dan buaya, kedua kata
tersebut mengandung nilai rasa negarif karena kata “bunga kamboja” dijadikan
sebagai lambang kematian/ kuburan dan “buaya” dijadikan lambang kejahatan. Oleh
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
20
karena itu, kedua kata termasuk bermakna konotasi dengan nilai rasa negatif.
Perbedaan makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya ”nilai
rasa” pada sebuah kata.
Sedangkan menurut Pateda (2010 : 112) makna konotatif (conotative meaning)
muncul sebagai akibat asosiasi pemakai bahasa terhadpa kata yang didengar atau kata
yang dibaca. Menurut Harimurti (dalam Pateda, 2010 : 112) berpendapat aspek makna
sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul
atau ditimbulkan pada pembicaraan (penulis) dan pendengar (pembaca). Dengan kata
lain, makna konotatif merupakan makna leksikal + X. Misalnya, kata amplop. Kata
tersebut bermakna sampul yang berfungsi sebagai tempat untuk mengirim surat yang
akan disampaikan kepada orang lain. Kata tersebut mengandung makna denotasi
(makna sebenarnya). Tetapi pada kalimat “Berilah ia amplop agar urusanmu segera
selesai.” Makna kata amplop kata kalimat tersebut sudah bermakna konotatif, yakni
berilah ia uang. Kata amplop dan uang masih berhubungan karena uang dapat
ditemukan di dalam amplop dan kata amplop mengacu pada uang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa makna konotatif adalah sebuah makna kata yang
muncul sebagai akibat adanya asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan
atau didengar. Makna konotatif didasarkan pada ada atau tidaknya „nilai rasa‟ dalam
penggunaannya. Makna konotatif pada sebuah kata pengertiannya dapat berbeda
antara satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya.
Selain itu, makna konotatif sering juga disebut sebagai makna kias atau bukan makna
sebenarnya (makna tambahan).
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
21
b.
Makna Stilistik
Leech (1997 : 18) menyatakan bahwa makna stilistik sering disebut dengan
aspek komunikasi yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan. Makna
stilistik merupakan makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial
penggunanya. Kita „mendekode‟ makna stilistik dari suatu teks melalui
pengenalan kita terhadap berbagai dimensi dan tingkat penggunaannya di dalam
lingkup satu bahasa. Adanya beberapa ucapan atau kata sebagai dialek,
menunjukkan tentang asal-usul penutur menurut lingkungan geografis atau
sosialnya. Makna ini juga menunjukkan sesuatu mengenai hubungan sosial antara
penutur dan pendengarnya, misalnya bahasa sehari-hari, kekeluargaan, bahasa,
dan sebagainya yang menunjukkan suatu hubungan tertentu di antara keduanya.
Selain itu, makna stilistik berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan
dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Pateda (2010 : 127) makna stilistik berasal (Belanda :
stilistische betekenis) adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Makna
stilistik dapat dijelaskan dengan berbagai dimensi dan tingkat pemakaian bahasa.
Dalam kehidupan sehari-hari kita
mengenal beberapa pemakaian bahasa,
misalnya dialek, pemakain bahasa di dalam situasi resmi, pemakaian bahasa di
dalam karya sastra, dan pemakain bahasa di pasar. Makna stilistika menimbulkan
efek terutama kepada para pembaca. Itu sebabnya makna stilistika sering ditemui
di dalam karya sastra.
Jadi dapat disimpulkan bahwa makna stilistik merupakan makna pada
sebuah kata atau bahasa yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya atau
menunjukkan hubungan sosial penggunanya. Makna stilistik juga berhubungan
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
22
dengan situasi terjadinya ucapan dan menimbulkan efek pada pembaca atau
pendengar yang berhubungan dengan emosi dan perasaan.
c.
Makna Afektif
Makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa
secara pribadi, baik terhadap lawan bicara maupun terhadap objek yang
dibicarakan. Leech (1997 : 18) menyatakan bahwa makna afektif adalah makna
yang menggambarkan atau mencerminkan perasaan pribadi penutur termasuk
sikapnya terhadap pendengar atau sikapnya terhadap sesuatu yang dikatakannya.
Misalnya seseorang yang ditegur dengan kata “dasar anak bodoh”, orang yang
ditegur tersebut akan berreaksi marah atau mungkin jengkel dengan perkataan
tersebut yang dianggapnya tidak sopan karena intonasi suara yang tajam atau
keras. Faktor-faktor seperti intonasi dan gema suara yang sering diistilahkan
dengan „tone of voice’ (warna suara) juga penting disini. Pada contoh kalimat
“dasar anak bodoh” dapat diubah menjadi kalimat santai apabila intonasi suara
lembut.
Makna afektif seringkali secara eksplisit diwujudkan dengan kandungan
konseptual atau konotatif dari kata-kata yang digunakannya. Di dalam makna
afektif untuk mengungkapkan emosi kita menggunakan perantara kategori makna
yang lain, seperti konseptual, konotatif dan stilistik. Ungkapan emosional melalui
gaya misalnya saja terlontar jika kita menggunakan nada tidak sopan untuk
mengungkapkan ketidaksenangan atau jika menggunakan nada santai untuk
mengungkapkan keramahan.
Menurut Pateda (2010 : 97) makna afektif (Inggris : affective meaning,
Belanda : affective betekenis) merupakan makna yang muncul akibat
reaksi
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
23
pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Dengan
demikian makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar atau pembaca
dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula
dengan gaya bahasa. Misalnya pada kalimat “Datang-datanglah ke pondok buruk
kami”, kata pondok mengandung makna afektif, yakni merendahkan diri. Dalam
makna afektif terlihat adanya reaksi yang berhubungan dengan perasaan
pendengar atau pembaca setelah mendengarkan atau membaca sesuatu.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai makna afektif, maka
dapat disimpulkan bahwa makna afektif merupakan sebuah makna kata yang
menggambarkan perasaan pribadi atau sikap penutur terhadap kata yang
diucapkan oleh lawan tutur. Pada makna afektif, intonasi, nada dan gema suara
atau keras lembutnya suara penutur juga mempengaruhi lawan tutur pada saat
terjadinya komunikasi. Selain itu, makna yang muncul akibat adanya reaksi
pembaca atau pendengar terhadap penggunaan kata atau kalimat oleh penutur.
d.
Makna Kolokatif
Untuk mengetahui makna kolokatif, lebih dahulu mengetahui pengertian
makna kolokatif. Leech (1997 :22) makna kolokatif
mengandung asosiasi-
asosiasi dari suatu kata yang disebabkan oleh makna kata yang muncul dalam
lingkungannya. Kata yang berkolokasi telah memiliki pasangannya sendiri.
Makna ini juga biasa disebut makna yang berhubungan dengan penggunaan
beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Misalnya, kata pretty dan
handsome memiliki arti kata dasar yang sama dalam arti sedap dipandang atau
enak dipandang, namun kedua kata itu dapat dibedakan menurut beberapa kata
benda lain yang menyertainya atau menjadi kata sandingnya.
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
24
Melihat dari contoh kata di atas sudah barang tentu susunan kata benda itu
dapat saja tertukar misalnya handsome woman dan pretty woman. Kedua bentuk
itu sama-sama bisa diterima meskipun kata-kata itu mengisyaratkan daya tarik
yang berbeda yang disebabkan oleh asosiasi kolokatif dari kedua sifat di atas.
Contoh lain, yakni kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut
akan muncul di lingkungan dapur.
Menurut Pateda (2010 : 110) makna kolokasi atau kolokatif (Belanda
:collocative betekenis) biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata
di dalam lingkungan yang sama. Seperti contoh di atas kata gergaji, kurdi, pahat,
parang, kata tersebut berhubungan dengan lingkungan tukang kayu. Karena
benda-benda tersebut digunakan oleh tukang kayu untuk bekerja. Selain itu, ada
juga kata yang sama maknanya namun tidak cocok untuk lingkungan tertentu.
Misalnya, kata berpulang ke rahmatullah, kembali ke alam baka, tewas, mati,
mampus, meninggal, wafat. Kata tersebut pemakaiannya tidak cocok untuk semua
manusia. Contohnya penggunaan kata mampus pada kalimat “Guru agama itu
mampus kemarin siang”, kata mampus tidak sesuai dikatakan kepada guru agama
yang sifat-sifatnya alim, ramah, dan sopan santun. Kata mampus hanya cocok
digunakan untuk lingkungan hewan atau orang yang berkelakuan buruk/ durhaka.
Berdasarkan contoh di atas sudah sangat jelas, bahwa beberapa kata memiliki
makna yang sama atau mirip, namun penggunaannya harus sesuai dengan objek
dan
situasi.
Dengan
demikian
kata
memiliki
keterbatasan
di
dalam
penggunaannya. Palmer dalam (Pateda, 2010 : 110) menyebut tiga keterbatasan
kata jika dihubungkan dengan makna kolokasi, yakni : (i) makna dibatasi oleh
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
25
unsur yang membentuk kata atau urutan kata, (ii) makna kolokasi dibatasi oleh
tingkat kecocokan kata, dan (iii) makna kolokasi dibatasi oleh ketepatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa makna kolokatif merupakan makna sebuah
kata yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan
yang sama atau kata yang muncul dalam suatu lingkungan. Penggunaan kata
harus disesuaikan dengan objek dan situasi. Selain itu, makna juga dibatasi oleh
tingkat kecocokan dan ketepatan kata.
e.
Makna Reflektif
Menurut Leech (1997 : 21) makna reflektif adalah makna yang muncul
dalam makna konseptual ganda, dimana pengertian suatu kata pada pemakainya
secara otomatis memunculkan sebagian respon kita membentuk pengertian lain.
Makna ini juga sering dipahami sebagai sugesti yang terdapat pada suatu
pemakaian bahasa. Misalnya dalam sebuah upacara di gereja mendengar kata The
Comforter (Sang Penghibur) dan The Holy Ghost (Roh Kudus), reaksi pendengar
yang bukan beragam katolik akan terbentuk makna non-religius dari comfort
(penghiburan) dan ghost (roh/ setan). Kata „sang penghibur‟ kedengarannya
hangat dan seperti seseorang yang „memberikan hiburan‟ (meski di dalam konteks
religius yang beragama Katolik berarti „yang memperkuat atau yang
mendukung‟), sedangkan Roh Kudus kedengarannya menakutkan. Dari kedua
contoh tersebut menunjukkan sebuah pengertian kata yang secara langsung
memunculkan sebagian respon pendengar sehingga dapat membentuk pengertian
lain.
Berdasarkan pengertian makna di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
makna reflektif merupakan suatu pengertian kata yang memunculkan pengertian
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
26
kata baru dan dapat menyugesti pendengar atau pembaca. Makna reflektif muncul
karena adanya respon dan pikiran dari si pendengar sehingga memunculkan
pengertian kata baru.
D. Lirik Lagu
Depdiknas (2007: 647) lirik merupakan susunan kata yang indah pada sebuah
lagu atau nyanyian. Oleh karena itu, lirik sering dikatakan sebagai rangkaian pesan
yang ditulis dengan sistematika penulisan tertentu dengan memperhatikan pilihan kata
yang digunakan untuk menimbulkan kesan tertentu kepada pembaca, isinya mewakili
perasaan atau gagasan penulis yang muncul dari lingkungan fisik manusia. Lirik lagu
diciptakan dengan bahasa yang lugas tetapi mengandung makna tertentu. Lirik di
dalamnya juga mengandung pesan-pesan moral, informasi maupun nasihat yang ingin
disampaikan kepada para pendengar. Bahasa yang digunakan pada lirik lagu hampir
sama dengan puisi dalam bahasa emosional serta berirama, misal dengan kiasan,
artistik, dan penuh perasaan (Amiyati, 2016 : 2).
Lirik sendiri merupakan sebuah pesan simbolik dari manusia atas segala sesuatu
yang terjadi di lingkungan yang muncul akibat adanya sebuah respon. Kondisi
lingkungan ini ditangkap oleh pikiran yang kemudian menghasilkan ide gagasan yang
dituangkan ke dalam sebuah lirik melalui bahasa. Maka tak sedikit lagu yang
diciptakan berdasarkan fenomena lingkungan yang didalamnya mengandung sebuah
makna dan pesan yang ingin disampaikan kepada para pendengar. Makna dalam lirik
lagu merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis berdasarkan semua respon
yang mereka peroleh dari lingkunganya. Lagu dapat dikatakan sebagai sebuah
penyampaian ulasan perasaan, cerita atau paparan yang disampaikan dengan
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
27
menggunakan bahasa yang indah untuk mempengaruhi hati dan pikiran seseorang agar
setuju dan ikut serta hanyut dalam paparan pencipta lagu. Lagu sangat berpengaruh di
dunia masyarakat karena lagu sendiri merupakan seni yang lahir dari masyarakat.
Menurut Supriatna (2006 : 1-2) manusia selalu membutuhkan seni karena dalam hidup
manusia selalu membutuhkan sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan dan
membutuhkan hal-hal yang berhubungan dengan keindahan estetik.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa lirik lagu adalah sebuah
kata-kata simbolik dari si penulis sebagai respon lingkungan tempat tinggal dengan
segala sesuatu yang terjadi dan dirasakan di dalam lingkungannya. Kondisi
lingkungan ini tangkap oleh pikiran yang kemudian menghasilkan ide gagasan yang
dituangkan ke dalam sebuah lirik melalui bahasa.
E. Muhammad Tulus Rusydi
Muhammad Tulus Rusydi atau kerap dipanggil Tulus lahir di Bukittinggi,
Sumatera Barat, pada 20 Agustus 1987. Tulus adalah penyanyi dan pencipta lagu asal
Indonesia. Dia menempuh S-1 di Universitas Katolik Parahyangan jurusan arsitektur
dan sekarang bekerja sebagai penyanyi dan arsitek. Tulus bernyanyi sejak kecil, dia
mulai dikenal ketika dia bernyanyi di acara-acara komunitas klab jazz di kota
Bandung. Kemudian ia mulai masuk ke dalam dunia seni musik bersama dengan
kakaknya bernama Riri Muktamar. Tulus bersama kakaknya membuat sebuah
perusahaan label musik independen pada tahun 2010 bernama TULUS Company
(TULUS Co.). Saat ini TULUS Co. memiliki dua divisi usaha utama yaitu TULUS
Management (TULUS Man.) dan TULUS Production (TULUS Pro.).
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
28
Kehadiran Tulus di ajang musik Indonesia memberikan kontribusi cukup banyak
terutama dari sisi kualitas musiknya. Tulus dalam setiap albumnya mengangkat tema
yang unik dan menarik. Tema yang diangkat oleh Tulus berbeda dengan tema-tema
yang diangkat oleh musisi pop Indonesia karena dia ingin memberikan kesan lagu
yang berbeda kepada pendengar. Dia memiliki vokal unik, berkarakter, dan mulus
sehingga enak didengar oleh telinga masyarakat. Tata bahasa dalam lirik yang unik
juga salah satu kekuatan yang dimiliki Tulus, seperti pada lagu Gajah yang sekilas
seperti sebuah ungkapan diri yang digambarkan secara analogis. Setiap lagu Tulus
dalam ke tiga albumnya, ia menciptakan sendiri lirik-lirik lagu dan menyampaikannya
dengan caranya sendiri. Hal itu yang membedakan Tulus dengan musisi lainnya. Oleh
karena itu, kebanyak lagu yang ada di dalam album-album Tulus merupakan hasil
karyanya sendiri.
F. Album Tulus, Gajah, dan Monokrom
Album merupakan sebuah buku tempat untuk menyimpan foto, perangko, dan
sebagainya. Album juga dapat diartikan sebagai kumpulan piringan hitam, kaset lagulagu, dan kumpulan lagu dalam rekaman kaset. Album dalam musik berisi kumpulan
dari beberapa lagu yang di distribusikan untuk publik. Secara umum, suatu rangkaian
lagu dianggap sebagai suatu album jika memiliki susunan daftar lagu yang konsisten.
Lagu dalam suatu album dapat memiliki subjek, suasana atau suara yang senada
bahkan dirancang untuk menyampaikan suatu pesan. Album biasanya dimiliki oleh
penyanyi-penyanyi papan atas yang sudah memiliki banyak lagu.
Salah satunya adalah Muhammad Tulus Rusydi, dia memiliki tiga album yaitu
album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Album pertama yang berjudul Tulus dirilis pada
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
29
tahun 2011 dengan Label Tulus Record/ Demajors dan musik dalam album ini
bergenre jazz, pop. Album ini dirilis melalui perusahaan rekamannya sendiri. Ini
merupakan album Tulus yang pertama, meskipun album pertama namun banyak
masyarakat yang menyukainya. Kehadiran Tulus dalam album pertamanya
memberikan nuansa musik baru dan unik karena lirik dan tema yang diangkat Tulus
dalam albumnya unik dan aneh. Dalam album Tulus terdapat beberapa lagu, yaitu
Merdu Untukmu, Teman Pesta, Kisah Sebentar, Sewindu, Diorama, Tuan Nona
Kesepian, Jatuh Cinta, Teman Hidup, Sewindu (Rhodes Version), Dan Merdu
Untukmu (Outro).
Album Tulus yang ke dua yaitu Gajah yang dirilis pada tanggal 19 Februari
2014 oleh Demajors. Alasan Tulus menamakan album keduanya berjudul Gajah
karena di dalam album tersebut ada satu lagu berjudul Gajah yang menceritakan diri
Tulus sendiri semasa ia kecil dan lagu tersebut merupakan balasan untuk orang-orang
yang dulu pernah mencela Tulus dan memanggil dirinya gajah. Selain itu juga ada
lagu berjudul Baru, dalam lagu tersebut seolah-olah Tulus ingin mengatakan “liat ini
aku yang sekarang, yang dulu kamu tidak pernah melihat atau memperhatikan aku”.
Album ini menampilkan nuansa unik, aneh, dan menarik yang berbeda dengan album
sebelumnya. Lagu Muhammad Tulus Rusyidi pada album Gajah terdapat 9 lagu,
yaitu Baru, Bumerang, Sepatu, Bunga Tidur, Tanggal Merah, Gajah, Lagu untuk
Matahari, Satu Hari di Bulan Juni, dan Jangan Cintai Aku Apa Adanya.
Album Tulus yang ketiga berjudul Monokrom dirilis pada tanggal 3 Agustus
2016. Musik dalam album ini bergenre jazz, pop dan orchestra. Album Monokrom
adalah bentuk ucapan terima kasih Tulus untuk semua orang atau fans yang sudah
mewarnai perjalanan musiknya selama ini. Dia juga berharap melalui album ini orang-
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
30
orang disekitarnya dapat merasakan rasa terima kasihnya melalui lagu-lagu yang ada
di dalam album tersebut. Lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Monokrom
terdapat 10 lagu, yaitu Manusia Kuat, Pamit, Ruang Sendiri, Tukar Jiwa, TergilaGila, Cahaya, Langit Abu-Abu, Mahakarya, Lekas, dan Monokrom.
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
31
G. Kerangka Pemikiran
Analisis Makna Asosiatif pada Lirik Lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam Album
Tulus, Gajah dan Monokrom
Semantik makna
Pengertian
makna
Komponen
Makna
Jenis
makna
Lirik Lagu Muhammad Tulus
Rasyidi dalam AlbumTulus,
Gajah dan Monokrom
Makna
Asosiatif
Pengertian lirik lagu
Muhammad Tulus
Rusydi
Pengertian
makna
asosiatif
Jenis makna
asosiatif menurut
Geoffrey Leech
(1997 :23) yaitu :
Album Tulus, Gajah,
dan Monokrom
1. Makna
konotatif
2. Makna stilistik
3. Makna afektif
4. Makna
kolokatif
5. Makna reflektif
Hasil analisis menunjukkan terdapat jenis makna
asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu Muhammad
Tulus Rusydi dalam album Tulus, Gajah dan
Monokrom.
Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017
Download