7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap analisis makna pada lirik lagu tentu saja sudah ada yang meneliti pada waktu sebelumnya, namun mereka menggunakan objek dan fokus penelitian yang berbeda dengan penelitian yang diambil oleh peneliti. Pada penelitian ini peneliti mengambil judul Analisis Makna Asosiatif pada Lirik Lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai kajiannya. Sedangkan penelitian sebelumnya membahas tentang Makna Konseptual dan Makna Asosiatif dalam Teks Lagu Sheila On 7, Aspek-Aspek Makna dalam Lirik Lagu Suporter Persibangga Tahun 2015, dan Analisis Makna Kias pada Kumpulan Lirik Lagu Underground sebagai Kajian Problem Sosial dan Budaya. Berikut sekilas penjelasannya. 1. Penelitian dengan Judul Makna Konseptual dan Makna Asosiatif dalam Teks Lagu Sheila On 7 oleh Anang Widijayanto Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Penelitian tersebut membahas tentang perwujudan makna konseptual dan makna asosiatif dalam teks lagu Sheila On 7. Jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif dengan pendekatan semantik. Objek dalam penelitian ini berupa kata, frasa dan kalimat yang mengandung makna konseptual dan makna asosiatif. Hasil penelitian ini adalah perwujudan makna konseptual dan makna asosiatif dalam teks lagu Sheila On 7 di album kisah klasik untuk masa depan. Jumlah total lagu yang dianalisis dalam 7 Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 8 album tersebut ada 12 lagu. Dari 12 lagu tersebut masing-masing lagu memiliki makna konseptual dan makna asosiatif di dalamnya. Namun, lebih banyak ditemukan data yang menunjukkan makna konseptual dibandingkan data yang menunjukkan makna asosiatif. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian dan pendekatan yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif dan menganalisis lirik lagu dengan menggunakan pendekatan semantik. Selain itu metode yang digunakan dalam penyediaan data juga sama yaitu metode simak dengan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) dan teknik catat. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada topik pembahasan dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Sumber data yang digunakan oleh peneliti berupa lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom, sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan lirik lagu Sheila On 7. Topik pembahasan pada penelitian sebelumnya membahas mengenai perwujudan makna konspetual dan makna asosiatif dalam lirik lagu Sheila On 7. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni mengenai jenis makna asosiatif yang terdapat pada lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. 2. Penelitian dengan Judul Aspek-Aspek Makna dalam Lirik Lagu Suporter Persibangga Tahun 2015 oleh Aji Dwi Pratikno Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2016 Penelitian tersebut membahas tentang aspek-aspek makna yang terdapat dalam lirik lagu suporter Persibangga. Objek penelitian ini berupa kata ataupun frasa yang Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 9 mengandung aspek-aspek makna. Jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Hasil analisis ditemukan aspek pengertian (sense) yang terdapat pada kumpulan lirik lagu suporter Persibangga yang memiliki tema, ide ataupun pesan mendukung. Nilai rasa (feeling) dan nada (tone) yang terdapat pada kumpulan lirik lagu suporter Persibangga memiliki nilai rasa semangat dan gembira bernada tinggi, tekanan keras dan kesenyapan satu mora. Pada aspek maksud (intension) dalam lirik lagu bersifat deklaratif, persuasif, imperatif, naratif, dan politis. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian dan pendekatan penelitian yang digunakan, berupa jenis penelitian deskriptif kualitatif dan menganalisis lirik lagu dengan pendekatan semantik. Sedangkan perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya terletak pada sumber data dan kajian yang digunakan dalam penelitian. Peneliti menggunakan lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai sumber, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan lirik lagu Suporter Persibangga sebagai sumber data penelitiannya. Selain itu, teori dan kajian yang digunakan dalam penelitian juga berbeda dengan peneliti sebelumnya. Peneliti menggunakan kajian semantik jenis/ tipe makna asosiatif untuk menganalisis jenis/ tipe makna asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan teori dan kajian semantik untuk menganalisis aspek-aspek makna dalam lirik lagu suporter Persibangga sebagai kajian penelitiannya. Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 10 3. Penelitian dengan Judul Analisis Makna Kias Pada Kumpulan Lirik Lagu Underground Sebagai Kajian Problem Sosial Dan Budaya oleh Achmad Nurrohman Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2007 Penelitian ini mendeskripsikan tentang makna kias yang terdapat dalam kumpulan lagu Underground. Jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif dengan pendekatan semantik. Data dalam penelitian berupa kata, frasa dan kalimat yang mengandung makna kias. Hasil penelitian menunjukkan jenis bahasa kias perbandingan terbatas pada : metafora dan personifikasi. Sedangkan menurut jenis makna terbatas pada : denotatif, konotatif, makna kias, dan afektif. Untuk kajian problem sosial budaya meliputi : kekuasaan, kejahatan, pelanggaran norma moral dan agama, dan sikap keagamaan yang menyimpang. Persamaan penelitian antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian dan pendekatan yang berupa jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk menganalisis lirik lagu dengan menggunakan pendekatan semantik. Selain itu metode yang digunakan dalam penyediaan data juga sama yakni metode simak dengan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) dan teknik catat. Sedangkan perbedaan penelitian terletak pada sumber data, teori dan kajian yang digunakan dalam penelitian. Peneliti menggunakan lirik lagu Muhammad Tulus Rasyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai sumber data, sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan kumpulan lirik lagu Underground sebagai sumber datanya. Selain itu, teori dan kajian yang digunakan juga berbeda dengan peneliti sebelumnya. Peneliti menggunakan teori dan kajian semantik untuk menganalisis jenis makna asosiatif dalam lirik lagu Muhammad Tulus Rasyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Sedangkan pada penelitian sebelumnya Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 11 menggunakan teori semantik untuk menganalisis jenis makna kias pada kumpulan lirik lagu Underground dengan mengkaji problem sosial dan budaya yang terdapat dalam kumpulan lirik lagu tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah ada. Hal itu dibuktikan dengan sumber data, teori dan analisis kajian yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti hanya berfokus pada permasalahan tipe/ jenis makna asosiatif yang terdapat pada lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. B. Makna 1. Pengertian Makna Pateda (2010 : 79) menjelaskan bahwa makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang membingungkan karena makna tidak pernah dikenali secara cermat. Makna yang dimaksud adalah makna dalam setiap unsur bahasa, baik dalam wujud morfem, kata atau kalimat. Semua wujud morfem, kata dan kalimat didalamnya memiliki makna sendiri-sendiri. Setiap makna dapat bergeser artinya apabila letak kata tersebut berada di kalimat yang berbeda. Hal itu terjadi karena makna memiliki arti yang sangat luas. Selain itu pada suatu kata mengandung arti atau berarti dan mengandung arti yang penting. Menurut Ullman (2014: 65-67) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Selain itu, makna merupakan istilah yang paling ambigu dan paling konvensional dalam teori tentang bahasa. Hal itu karena makna setiap kata dipisahkan sesuai dengan bentuk dan unsur kebahasaannya. Dalam buku Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 12 ini disebutkan bahwa adanya hubungan timbal balik (resiprokal) antara nama dan makna. Jika seseorang mendengar sesuatu kata maka ia akan berpikir tentang sesuatu dan jika seseorang berpikir tentang sesuatu maka ia akan berpikir mengucapkan sesuatu kata. Hubungan timbal balik itulah yang digunakan untuk menyebut makna kata itu. Chaer (2013: 33) berpendapat bahwa makna adalah unsur dari sebuah kata atau lebih tepat sebagai gejala-gejala ujaran. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti belajar bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti yang diucapkan satu sama lain. Selain itu, teori mengenai makna juga dikembangkan oleh Ferdinand de Sausure (dalam Chaer, 2012 : 287) bahwa makna adalah „pengertian‟ atau „konsep‟ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tandalinguistik. Menurut Djajasudarma (2009: 5) makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata. Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Sedangkan menurut Aminudin (2008: 52-53) menjelaskan bahwa makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia di luar bahasa yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Batasan pengertian ini dapat diketahui tiga unsur pokok yang tercakup didalamnya, yaitu (1) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan alam di luar bahasa, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai bahasa, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapatt saling dimengerti. Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 13 Kridalaksana (2008: 148) menjelaskan pengertian makna dibagi menjadi empat yaitu: 1) maksud pembicaraan agar mudah dimengerti oleh lawan bicara, 2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, 3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkan, dan 4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa makna adalah sebuah bahasa yang mengandung arti dan tujuan dari bahasa itu sendiri. Dalam makna mengandung arti, tujuan, pikiran, dan maksud yang dimaksudkan oleh pemakai bahasa. Karena semua hal yang ditunjuk oleh pemakai bahasa mengandung makna sehingga mereka dapat saling mengerti dan memaham arti, maksud dan ujaran tersebut. Dengan adanya makna tersebut maksud dan tujuan yang dimaksudkan oleh penutur akan dipahami dan dapat dimengerti oleh lawan tutur. Sehingga terjalin komunikasi yang komunikatif. 2. Komponen Makna Menurut Leech (1997 : 104) analisis makna kata seringkali dilihat sebagai suatu proses memilah-milahkan pengertian suatu kata ke dalam ciri-ciri khusus. Ciri khusus tersebut digunakan untuk membedakan masing-masing dari makna kata tersebut dengan menggunakan analisis komponen makna. Di dalam analisis komponen makna digunakan sistem label yang ditempelkan pada penandaan itu, yaitu „+‟ digunakan untuk menyatakan sesuatu yang penting atau positif, sedangkan „-„ digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tidak penting atau negatif. Komponen makna atau komponen semantik mengajarkan bahwa pada setiap kata atau unsur leksikal terdiri Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 14 dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau unsur leksikal tersebut. Oleh karena itu setiap kata memiliki komponen (yang disebut komponen makna) untuk membentuk keseluruhan makna itu. Pateda (2010 : 261) mengatakan bahwa setiap kata-kata ada yang berdekatan makna, ada yang berjauhan, ada yang mirip, ada yang sama, bahkan ada yang bertentangan. Untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan ketidaksamaan makna peneliti harus mengetahui komponen makna terdahulu. Untuk mengetahui makna sampai sekecil-kecilnya, perlu analisis karena yang dianalisis adalah makna yang tercermin dari komponen-komponennya, dibutuhkan analisis komponen makna. Dengan adanya komponen makna sebagai pembeda makna kita dapat mengetahui perbedaan makna kata tersebut. Perbedaan makna muncul sebagai akibat perubahan bentuk. Selain itu, analisis komponen makna pada suatu kata juga dapat digunakan untuk menemukan kandungan makna kata atau komposisi makna pada kata tersebut (Parera, 2004 : 158-159). Palmer (dalam Aminudin, 2008 : 128) menyatakan bahwa komponen makna ialah keseluruhan makna dari suatu kata terdiri atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan yang lain memiliki ciri berbeda-beda. Komponen makna ini berguna untuk membedakan makna kata yang satu dengan makna yang lainnya. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Wijana (2011 : 71) bahwa setiap kata memiliki makna yang berbeda, tidak pernah ditemui dua buah kata memiliki makna yang persis sama. Jika sebuah kata terbentuk dari beberapa atau sejumlah elemen makna, maka setiap kata memiliki elemen-elemen makna yang berbeda dengan kata lain. Oleh karena itu, elemen makna yang menyusun sebuah kata dalam semantik disebut komponen makna. Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 15 Seperti yang sudah dijelaskan di atas dalam komponen makna memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Keberadaan ciri pembeda dalam suatu makna diberi tanda +, tidak adanya ciri diberi tanda -, dan kemungkinan ada tidaknya ciri dalam setiap fitur ditandai dengan ±. Misalnya kata „jantan‟ dalam bahasa Indonesia memiliki komponen + laki-laki, - betina, + manusia, + binatang, + benda atau sesuatu. Untuk manusia „jantan‟ berkaitan dengan sifat, untuk binatang berkaitan dengan ciri faktual yang dimiliki, sedangkan untuk benda atau sesuatu berkaitan dengan sifat serta keadaan yang dimiliki sesuai dengan ciri faktual yang diacu oleh kata „jantan‟. Arti semantik leksem dalam kamus menentukan definisi leksem tersebut. Jika leksem didefinisikan masuk ke dalam domain yang sama, komponen makna yang mendefinisikan leksem tertentu akan memiliki keduanya (Yanti, 2017 : 2). Jadi, komponen makna dalah makna yang dimiliki oleh setiap kata yang terdiri atas sejumlah elemen makna yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Analisis komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan dari bentukbentuk yang bersinonim maknanya tidak persis sama. 3. Jenis Makna Menurut Chaer (2013 : 59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Bedasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/ leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/ leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 16 kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya. Pateda (2010 : 96-132) memaparkan jenis makna antara lain makna afektif, makna denotatif, makna deskriptif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna gramatikal, makna ideasional, makna intensi, makna khusus, makna kiasan, makna kognitif, makna kolokasi, makna konotatif, makna konseptual, makna kontruksi, makna kontekstual, makna leksiakl, makna lokusi, makna luas, makna piktorial, makna proposisional, makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna stilistik, makna tekstual, makna tematis, dan makna umum. Sedangkan Leech (1997 : 12-30) dalam bukunya membagi makna menjadi tujuh yaitu makna konseptual, makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna reflektif, makna kolokatif, dan makna thematik. Namun dari ke tujuh makna tersebut terdapat satu kategori makna besar yaitu makna asosiatif. Di dalam makna asosiatif tersebut terdapat lima tipe makna di dalamnya, yaitu makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna kolokatif, dan makna reflektif. Karena makna asosiatif berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku dalam suatu masyarakat bahasa yang juga berhubungan dengan nilai rasa bahasa. Berdasarkan jenis makna yang dipaparkan oleh para ahli di atas, makna disimpulkan bahwa jenis makna dalam semantik banyak sekali jenisnya dan dibedakan berdasarkan kategorinya masing-masing. Kategori atau pengelompokan jenis makna tersebut digunakan untuk membedakan jenis makna dan tipe makna pada kata atau bahasa. Namun, penelitian kali ini, fokus penelitian berpusat pada makna Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 17 asosiatif yang terdapat dalam kata, frasa dan kalimat di dalam lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan teori tentang tipe makna dari Leech (1997 : 23), yang menyatakan bahwa makna asosiatif memiliki makna yang lebih tersirat dari makna konseptual dan lebih berhubungan dengan tingkat kepahaman mental seseorang. C. Makna Asosiatif 1. Pengertian Makna Asosiatif Menurut Tarigan (2015 : 90) asosiasi merupakan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat persamaan sifat. Dengan demikian asosiasi berhubungan dengan perubahan makna akibat adanya persamaan sifat pada suatu kata. Sedangkan pengertian makna asosiatif menurut Chaer (2013:72) adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Dengan kata lain, makna asosiatif merupakan perlambang-perlambang yang sering digunakan di suatu masyarakat bahasa untuk menyataan suatu konsep lain. Makna asosiatif sudah bergeser dari makna sebenarnya, namun jika dipikir secara mendalam ada kaitannya dengan makna sebenarnya. Oleh karena itu, makna asosiatif memiliki hubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku di dalam suatu masyarakat bahasa yang juga berhubungan dengan nilai-nilai rasa bahasa. Misalnya, kata kursi berasosiasi dengan makna „jabatan‟ atau „kedudukan‟; sedangkan kata garuda berasosiasi dengan makna „pesawat udara‟. Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 18 Menurut Leech (1997 : 23) makna asosiatif merupakan sebuah makna yang kurang stabil dan bervariasi menurut pengalaman individu. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Makna asosiatif ini sesungguhnya perlambanganperlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk menyatakan suatu konsep. Makna asosiatif merupakan makna yang mengandung perumpamaan untuk menyebutkan suatu kata. Perbedaan makna konseptual dan makna asosiatif didasarkan pada ada tidak adanya hubungan (asosiasi, refleksi) makna sebuah kata dengan makna kata lain. Misalnya, kata babi berasosiasi dengan kata „jijik, haram (di dalam Islam), dan kotor. Jadi dapat disimpulkan bahwa makna asosiatif adalah perubahan makna kata akibat adanya persamaan sifat (makna yang dapat dihubungkan dengan benda lain yang dianggap mempunyai kesamaan sifat). Makna asosiatif dapat juga dikatakan sebagai makna kias. 2. Jenis Makna Asosiatif Leech (1997 : 23) menyatakan bahwa dalam makna asosiatif merupakan suatu kategori makna besar yang didalamnya meliputi makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna kolokatif, dan makna reflektif. Hal itu karena makna asosiatif berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku dalam suatu masyarakat bahasa yang juga berhubungan dengan nilai rasa bahasa. Sehingga ke lima makna tersebut masuk ke dalam makna asosiatif. Berikut penjelasannya. a. Makna Konotatif (Connotative Meaning) Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 19 Untuk memahami makna konotatif, lebih dahulu diketahui pengertian makna konotatif. Leech (1997 : 16) makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari sebuah ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi dari makna konseptualnya. Misalnya, kata woman/ wanita dalam makna konseptualnya hanya berarti manusia, bukan laki-laki, dan dewasa. Namun, dalam makna konotatif terdapat sifat tambahan yang diacu baik sifat fisik, psikis, atau sosial, seperti contohnya konotasi sifat psikis lemah, gampang menangis, penakut, dan sebagainya yang melekat pada kata „wanita‟. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif juga digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya. Leech (1997: 17) menyatakan bahwa pertama makna konotatif bukan merupakan hal yang spesifik di dalam bahasa, tetapi bersama-sama dengan sistem komunikatif, seperti halnya seni visual dan musik, kedua konotasi itu relatif tidak stabil, artinya konotasi itu banyak berubah-ubah menurut budayanya, masanya, dan pengalaman individu, ketiga makna konotatif itu terbuka seperti halnya pengetahuan dan kepercayaan kita terhadap alam semesta yang juga terbuka; setiap karakteristik acuan yang ditandai secara subjektif atau secara objektif mungkin mendukung makna konotatif dari ungkapan yang menandainya. Menurut Chaer (2013 : 65) makna konotatif didasarkan pada ada tidaknya “nilai rasa” pada sebuah kata baik positif maupun negatif. Makna konotasi yakni apabila kata tersebut tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, tetapi disebut juga berkonotasi netral. Misalnya, kata bunga kamboja dan buaya, kedua kata tersebut mengandung nilai rasa negarif karena kata “bunga kamboja” dijadikan sebagai lambang kematian/ kuburan dan “buaya” dijadikan lambang kejahatan. Oleh Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 20 karena itu, kedua kata termasuk bermakna konotasi dengan nilai rasa negatif. Perbedaan makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya ”nilai rasa” pada sebuah kata. Sedangkan menurut Pateda (2010 : 112) makna konotatif (conotative meaning) muncul sebagai akibat asosiasi pemakai bahasa terhadpa kata yang didengar atau kata yang dibaca. Menurut Harimurti (dalam Pateda, 2010 : 112) berpendapat aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicaraan (penulis) dan pendengar (pembaca). Dengan kata lain, makna konotatif merupakan makna leksikal + X. Misalnya, kata amplop. Kata tersebut bermakna sampul yang berfungsi sebagai tempat untuk mengirim surat yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata tersebut mengandung makna denotasi (makna sebenarnya). Tetapi pada kalimat “Berilah ia amplop agar urusanmu segera selesai.” Makna kata amplop kata kalimat tersebut sudah bermakna konotatif, yakni berilah ia uang. Kata amplop dan uang masih berhubungan karena uang dapat ditemukan di dalam amplop dan kata amplop mengacu pada uang. Jadi dapat disimpulkan bahwa makna konotatif adalah sebuah makna kata yang muncul sebagai akibat adanya asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan atau didengar. Makna konotatif didasarkan pada ada atau tidaknya „nilai rasa‟ dalam penggunaannya. Makna konotatif pada sebuah kata pengertiannya dapat berbeda antara satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya. Selain itu, makna konotatif sering juga disebut sebagai makna kias atau bukan makna sebenarnya (makna tambahan). Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 21 b. Makna Stilistik Leech (1997 : 18) menyatakan bahwa makna stilistik sering disebut dengan aspek komunikasi yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan. Makna stilistik merupakan makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya. Kita „mendekode‟ makna stilistik dari suatu teks melalui pengenalan kita terhadap berbagai dimensi dan tingkat penggunaannya di dalam lingkup satu bahasa. Adanya beberapa ucapan atau kata sebagai dialek, menunjukkan tentang asal-usul penutur menurut lingkungan geografis atau sosialnya. Makna ini juga menunjukkan sesuatu mengenai hubungan sosial antara penutur dan pendengarnya, misalnya bahasa sehari-hari, kekeluargaan, bahasa, dan sebagainya yang menunjukkan suatu hubungan tertentu di antara keduanya. Selain itu, makna stilistik berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. Sedangkan menurut Pateda (2010 : 127) makna stilistik berasal (Belanda : stilistische betekenis) adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Makna stilistik dapat dijelaskan dengan berbagai dimensi dan tingkat pemakaian bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal beberapa pemakaian bahasa, misalnya dialek, pemakain bahasa di dalam situasi resmi, pemakaian bahasa di dalam karya sastra, dan pemakain bahasa di pasar. Makna stilistika menimbulkan efek terutama kepada para pembaca. Itu sebabnya makna stilistika sering ditemui di dalam karya sastra. Jadi dapat disimpulkan bahwa makna stilistik merupakan makna pada sebuah kata atau bahasa yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya atau menunjukkan hubungan sosial penggunanya. Makna stilistik juga berhubungan Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 22 dengan situasi terjadinya ucapan dan menimbulkan efek pada pembaca atau pendengar yang berhubungan dengan emosi dan perasaan. c. Makna Afektif Makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa secara pribadi, baik terhadap lawan bicara maupun terhadap objek yang dibicarakan. Leech (1997 : 18) menyatakan bahwa makna afektif adalah makna yang menggambarkan atau mencerminkan perasaan pribadi penutur termasuk sikapnya terhadap pendengar atau sikapnya terhadap sesuatu yang dikatakannya. Misalnya seseorang yang ditegur dengan kata “dasar anak bodoh”, orang yang ditegur tersebut akan berreaksi marah atau mungkin jengkel dengan perkataan tersebut yang dianggapnya tidak sopan karena intonasi suara yang tajam atau keras. Faktor-faktor seperti intonasi dan gema suara yang sering diistilahkan dengan „tone of voice’ (warna suara) juga penting disini. Pada contoh kalimat “dasar anak bodoh” dapat diubah menjadi kalimat santai apabila intonasi suara lembut. Makna afektif seringkali secara eksplisit diwujudkan dengan kandungan konseptual atau konotatif dari kata-kata yang digunakannya. Di dalam makna afektif untuk mengungkapkan emosi kita menggunakan perantara kategori makna yang lain, seperti konseptual, konotatif dan stilistik. Ungkapan emosional melalui gaya misalnya saja terlontar jika kita menggunakan nada tidak sopan untuk mengungkapkan ketidaksenangan atau jika menggunakan nada santai untuk mengungkapkan keramahan. Menurut Pateda (2010 : 97) makna afektif (Inggris : affective meaning, Belanda : affective betekenis) merupakan makna yang muncul akibat reaksi Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 23 pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Dengan demikian makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar atau pembaca dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula dengan gaya bahasa. Misalnya pada kalimat “Datang-datanglah ke pondok buruk kami”, kata pondok mengandung makna afektif, yakni merendahkan diri. Dalam makna afektif terlihat adanya reaksi yang berhubungan dengan perasaan pendengar atau pembaca setelah mendengarkan atau membaca sesuatu. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai makna afektif, maka dapat disimpulkan bahwa makna afektif merupakan sebuah makna kata yang menggambarkan perasaan pribadi atau sikap penutur terhadap kata yang diucapkan oleh lawan tutur. Pada makna afektif, intonasi, nada dan gema suara atau keras lembutnya suara penutur juga mempengaruhi lawan tutur pada saat terjadinya komunikasi. Selain itu, makna yang muncul akibat adanya reaksi pembaca atau pendengar terhadap penggunaan kata atau kalimat oleh penutur. d. Makna Kolokatif Untuk mengetahui makna kolokatif, lebih dahulu mengetahui pengertian makna kolokatif. Leech (1997 :22) makna kolokatif mengandung asosiasi- asosiasi dari suatu kata yang disebabkan oleh makna kata yang muncul dalam lingkungannya. Kata yang berkolokasi telah memiliki pasangannya sendiri. Makna ini juga biasa disebut makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Misalnya, kata pretty dan handsome memiliki arti kata dasar yang sama dalam arti sedap dipandang atau enak dipandang, namun kedua kata itu dapat dibedakan menurut beberapa kata benda lain yang menyertainya atau menjadi kata sandingnya. Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 24 Melihat dari contoh kata di atas sudah barang tentu susunan kata benda itu dapat saja tertukar misalnya handsome woman dan pretty woman. Kedua bentuk itu sama-sama bisa diterima meskipun kata-kata itu mengisyaratkan daya tarik yang berbeda yang disebabkan oleh asosiasi kolokatif dari kedua sifat di atas. Contoh lain, yakni kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Menurut Pateda (2010 : 110) makna kolokasi atau kolokatif (Belanda :collocative betekenis) biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Seperti contoh di atas kata gergaji, kurdi, pahat, parang, kata tersebut berhubungan dengan lingkungan tukang kayu. Karena benda-benda tersebut digunakan oleh tukang kayu untuk bekerja. Selain itu, ada juga kata yang sama maknanya namun tidak cocok untuk lingkungan tertentu. Misalnya, kata berpulang ke rahmatullah, kembali ke alam baka, tewas, mati, mampus, meninggal, wafat. Kata tersebut pemakaiannya tidak cocok untuk semua manusia. Contohnya penggunaan kata mampus pada kalimat “Guru agama itu mampus kemarin siang”, kata mampus tidak sesuai dikatakan kepada guru agama yang sifat-sifatnya alim, ramah, dan sopan santun. Kata mampus hanya cocok digunakan untuk lingkungan hewan atau orang yang berkelakuan buruk/ durhaka. Berdasarkan contoh di atas sudah sangat jelas, bahwa beberapa kata memiliki makna yang sama atau mirip, namun penggunaannya harus sesuai dengan objek dan situasi. Dengan demikian kata memiliki keterbatasan di dalam penggunaannya. Palmer dalam (Pateda, 2010 : 110) menyebut tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokasi, yakni : (i) makna dibatasi oleh Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 25 unsur yang membentuk kata atau urutan kata, (ii) makna kolokasi dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, dan (iii) makna kolokasi dibatasi oleh ketepatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa makna kolokatif merupakan makna sebuah kata yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama atau kata yang muncul dalam suatu lingkungan. Penggunaan kata harus disesuaikan dengan objek dan situasi. Selain itu, makna juga dibatasi oleh tingkat kecocokan dan ketepatan kata. e. Makna Reflektif Menurut Leech (1997 : 21) makna reflektif adalah makna yang muncul dalam makna konseptual ganda, dimana pengertian suatu kata pada pemakainya secara otomatis memunculkan sebagian respon kita membentuk pengertian lain. Makna ini juga sering dipahami sebagai sugesti yang terdapat pada suatu pemakaian bahasa. Misalnya dalam sebuah upacara di gereja mendengar kata The Comforter (Sang Penghibur) dan The Holy Ghost (Roh Kudus), reaksi pendengar yang bukan beragam katolik akan terbentuk makna non-religius dari comfort (penghiburan) dan ghost (roh/ setan). Kata „sang penghibur‟ kedengarannya hangat dan seperti seseorang yang „memberikan hiburan‟ (meski di dalam konteks religius yang beragama Katolik berarti „yang memperkuat atau yang mendukung‟), sedangkan Roh Kudus kedengarannya menakutkan. Dari kedua contoh tersebut menunjukkan sebuah pengertian kata yang secara langsung memunculkan sebagian respon pendengar sehingga dapat membentuk pengertian lain. Berdasarkan pengertian makna di atas maka dapat disimpulkan bahwa, makna reflektif merupakan suatu pengertian kata yang memunculkan pengertian Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 26 kata baru dan dapat menyugesti pendengar atau pembaca. Makna reflektif muncul karena adanya respon dan pikiran dari si pendengar sehingga memunculkan pengertian kata baru. D. Lirik Lagu Depdiknas (2007: 647) lirik merupakan susunan kata yang indah pada sebuah lagu atau nyanyian. Oleh karena itu, lirik sering dikatakan sebagai rangkaian pesan yang ditulis dengan sistematika penulisan tertentu dengan memperhatikan pilihan kata yang digunakan untuk menimbulkan kesan tertentu kepada pembaca, isinya mewakili perasaan atau gagasan penulis yang muncul dari lingkungan fisik manusia. Lirik lagu diciptakan dengan bahasa yang lugas tetapi mengandung makna tertentu. Lirik di dalamnya juga mengandung pesan-pesan moral, informasi maupun nasihat yang ingin disampaikan kepada para pendengar. Bahasa yang digunakan pada lirik lagu hampir sama dengan puisi dalam bahasa emosional serta berirama, misal dengan kiasan, artistik, dan penuh perasaan (Amiyati, 2016 : 2). Lirik sendiri merupakan sebuah pesan simbolik dari manusia atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungan yang muncul akibat adanya sebuah respon. Kondisi lingkungan ini ditangkap oleh pikiran yang kemudian menghasilkan ide gagasan yang dituangkan ke dalam sebuah lirik melalui bahasa. Maka tak sedikit lagu yang diciptakan berdasarkan fenomena lingkungan yang didalamnya mengandung sebuah makna dan pesan yang ingin disampaikan kepada para pendengar. Makna dalam lirik lagu merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis berdasarkan semua respon yang mereka peroleh dari lingkunganya. Lagu dapat dikatakan sebagai sebuah penyampaian ulasan perasaan, cerita atau paparan yang disampaikan dengan Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 27 menggunakan bahasa yang indah untuk mempengaruhi hati dan pikiran seseorang agar setuju dan ikut serta hanyut dalam paparan pencipta lagu. Lagu sangat berpengaruh di dunia masyarakat karena lagu sendiri merupakan seni yang lahir dari masyarakat. Menurut Supriatna (2006 : 1-2) manusia selalu membutuhkan seni karena dalam hidup manusia selalu membutuhkan sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan dan membutuhkan hal-hal yang berhubungan dengan keindahan estetik. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa lirik lagu adalah sebuah kata-kata simbolik dari si penulis sebagai respon lingkungan tempat tinggal dengan segala sesuatu yang terjadi dan dirasakan di dalam lingkungannya. Kondisi lingkungan ini tangkap oleh pikiran yang kemudian menghasilkan ide gagasan yang dituangkan ke dalam sebuah lirik melalui bahasa. E. Muhammad Tulus Rusydi Muhammad Tulus Rusydi atau kerap dipanggil Tulus lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 20 Agustus 1987. Tulus adalah penyanyi dan pencipta lagu asal Indonesia. Dia menempuh S-1 di Universitas Katolik Parahyangan jurusan arsitektur dan sekarang bekerja sebagai penyanyi dan arsitek. Tulus bernyanyi sejak kecil, dia mulai dikenal ketika dia bernyanyi di acara-acara komunitas klab jazz di kota Bandung. Kemudian ia mulai masuk ke dalam dunia seni musik bersama dengan kakaknya bernama Riri Muktamar. Tulus bersama kakaknya membuat sebuah perusahaan label musik independen pada tahun 2010 bernama TULUS Company (TULUS Co.). Saat ini TULUS Co. memiliki dua divisi usaha utama yaitu TULUS Management (TULUS Man.) dan TULUS Production (TULUS Pro.). Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 28 Kehadiran Tulus di ajang musik Indonesia memberikan kontribusi cukup banyak terutama dari sisi kualitas musiknya. Tulus dalam setiap albumnya mengangkat tema yang unik dan menarik. Tema yang diangkat oleh Tulus berbeda dengan tema-tema yang diangkat oleh musisi pop Indonesia karena dia ingin memberikan kesan lagu yang berbeda kepada pendengar. Dia memiliki vokal unik, berkarakter, dan mulus sehingga enak didengar oleh telinga masyarakat. Tata bahasa dalam lirik yang unik juga salah satu kekuatan yang dimiliki Tulus, seperti pada lagu Gajah yang sekilas seperti sebuah ungkapan diri yang digambarkan secara analogis. Setiap lagu Tulus dalam ke tiga albumnya, ia menciptakan sendiri lirik-lirik lagu dan menyampaikannya dengan caranya sendiri. Hal itu yang membedakan Tulus dengan musisi lainnya. Oleh karena itu, kebanyak lagu yang ada di dalam album-album Tulus merupakan hasil karyanya sendiri. F. Album Tulus, Gajah, dan Monokrom Album merupakan sebuah buku tempat untuk menyimpan foto, perangko, dan sebagainya. Album juga dapat diartikan sebagai kumpulan piringan hitam, kaset lagulagu, dan kumpulan lagu dalam rekaman kaset. Album dalam musik berisi kumpulan dari beberapa lagu yang di distribusikan untuk publik. Secara umum, suatu rangkaian lagu dianggap sebagai suatu album jika memiliki susunan daftar lagu yang konsisten. Lagu dalam suatu album dapat memiliki subjek, suasana atau suara yang senada bahkan dirancang untuk menyampaikan suatu pesan. Album biasanya dimiliki oleh penyanyi-penyanyi papan atas yang sudah memiliki banyak lagu. Salah satunya adalah Muhammad Tulus Rusydi, dia memiliki tiga album yaitu album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Album pertama yang berjudul Tulus dirilis pada Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 29 tahun 2011 dengan Label Tulus Record/ Demajors dan musik dalam album ini bergenre jazz, pop. Album ini dirilis melalui perusahaan rekamannya sendiri. Ini merupakan album Tulus yang pertama, meskipun album pertama namun banyak masyarakat yang menyukainya. Kehadiran Tulus dalam album pertamanya memberikan nuansa musik baru dan unik karena lirik dan tema yang diangkat Tulus dalam albumnya unik dan aneh. Dalam album Tulus terdapat beberapa lagu, yaitu Merdu Untukmu, Teman Pesta, Kisah Sebentar, Sewindu, Diorama, Tuan Nona Kesepian, Jatuh Cinta, Teman Hidup, Sewindu (Rhodes Version), Dan Merdu Untukmu (Outro). Album Tulus yang ke dua yaitu Gajah yang dirilis pada tanggal 19 Februari 2014 oleh Demajors. Alasan Tulus menamakan album keduanya berjudul Gajah karena di dalam album tersebut ada satu lagu berjudul Gajah yang menceritakan diri Tulus sendiri semasa ia kecil dan lagu tersebut merupakan balasan untuk orang-orang yang dulu pernah mencela Tulus dan memanggil dirinya gajah. Selain itu juga ada lagu berjudul Baru, dalam lagu tersebut seolah-olah Tulus ingin mengatakan “liat ini aku yang sekarang, yang dulu kamu tidak pernah melihat atau memperhatikan aku”. Album ini menampilkan nuansa unik, aneh, dan menarik yang berbeda dengan album sebelumnya. Lagu Muhammad Tulus Rusyidi pada album Gajah terdapat 9 lagu, yaitu Baru, Bumerang, Sepatu, Bunga Tidur, Tanggal Merah, Gajah, Lagu untuk Matahari, Satu Hari di Bulan Juni, dan Jangan Cintai Aku Apa Adanya. Album Tulus yang ketiga berjudul Monokrom dirilis pada tanggal 3 Agustus 2016. Musik dalam album ini bergenre jazz, pop dan orchestra. Album Monokrom adalah bentuk ucapan terima kasih Tulus untuk semua orang atau fans yang sudah mewarnai perjalanan musiknya selama ini. Dia juga berharap melalui album ini orang- Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 30 orang disekitarnya dapat merasakan rasa terima kasihnya melalui lagu-lagu yang ada di dalam album tersebut. Lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Monokrom terdapat 10 lagu, yaitu Manusia Kuat, Pamit, Ruang Sendiri, Tukar Jiwa, TergilaGila, Cahaya, Langit Abu-Abu, Mahakarya, Lekas, dan Monokrom. Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017 31 G. Kerangka Pemikiran Analisis Makna Asosiatif pada Lirik Lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah dan Monokrom Semantik makna Pengertian makna Komponen Makna Jenis makna Lirik Lagu Muhammad Tulus Rasyidi dalam AlbumTulus, Gajah dan Monokrom Makna Asosiatif Pengertian lirik lagu Muhammad Tulus Rusydi Pengertian makna asosiatif Jenis makna asosiatif menurut Geoffrey Leech (1997 :23) yaitu : Album Tulus, Gajah, dan Monokrom 1. Makna konotatif 2. Makna stilistik 3. Makna afektif 4. Makna kolokatif 5. Makna reflektif Hasil analisis menunjukkan terdapat jenis makna asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu Muhammad Tulus Rusydi dalam album Tulus, Gajah dan Monokrom. Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017