1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatkan angka harapan hidup (life expectancy). Badan kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan angka harapan hidup orang Indonesia pada tahun
2020 akan mencapai 262,2 juta orang, dan usia menopause diperkirakan
sebanyak 30,3 juta orang. Saat ini angka harapan hidup wanita Indonesia
sudah cukup berhasil karena angka harapan hidup bangsa kita telah
meningkat, angka harapan hidup ini membawa beban bagi masyarakat karena
populasi usia lanjut meningkat. Hal ini berarti kelompok resiko dalam
masyarakat menjadi lebih tinggi (Notoatmodjo, 2007)
Pada akhir abad ini Indonesia telah ditemukan sebanyak 8-10% lansia
dimana jumlah wanita lebih banyak di bandingkan dengan jumlah laki-laki.
Sekitar separuh dari semua wanita berhenti menstruasi antara usia 45-50
tahun seperempat lagi akan terus menstruasi sampai melewati sebelum usia
45 tahun (Admin, 2007) dalam (kuswita 2012)
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi
dan berakhir pada awal senium yang biasanya terjadi pada wanita berumur
40-65 tahun. Masa ini di tandai dengan berbagai macam keluhan antara lain
keluhan vegetatif. Pada permulaan klimakterium kesuburan menurun, pada
masa pramenopause terjadi kelainan perdarahan, sedangkan pada masa pasca
1
2
menopause terdapat gangguan vegetatif, psikis dan organis. Gangguan
vegetatif biasanya berupa rasa panas dan perasaan jantung berdebar-debar.
Dalam pasca menopause dan seterusnya dalam masa senium fungsi ovarium
menurun karena ovarium menjadi tua sehingga siklus ovarium yang terjadi
dari pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus lutium tidak
terjadi (Yani. W, 2009) dalam (kuswita 2012)
Klimakterium merupakan sebutan untuk periode transisi secara
keseluruhan, didefinisikan sebagai fase proses penuaan yang di lewati wanita
selama tahap reproduktif ke nonreproduktif. Istilah klimakterium digunakan
untuk menyatakan istilah paruhbaya, biasanya terjadi perubahan sistem
reproduksi 7-10 tahun yang berkulminasi pada periode menstruasi terakhir
(varney, 2006).
Keluhan yang timbul dan dirasakan oleh setiap wanita pada masa
klimakterium berupa haid tidak teratur, semburan panas didaerah dada, leher
yang menyebar dari wajah sampai kulit kepala (hot flushes), berkeringat pada
malam hari (ninght sweat), jantung berdebar-debar, sakit kepala, insomnia,
nyeri sendi, nyeri otot, cepat lelah dan gairah seks yang menurun. Pada
klimakterium selain perubahan fisik terjadi juga perubahan psikologi seperti
cemas, depresi dan mudah tersinggung. Sedangkan untuk jangka panjang efek
yang harus diperhatikan adalah osteoporosis (tulang keropos). (Jama, 2002)
Klimakterium adalah bagian dari pramenopause sebelum terjadinya
menopause masa ketika siklus menstruasi cenderung tidak teratur dan selama
waktu tersebut pada wanita mungkin mengalami gejala klimakterium hot
3
flash (kemerahan yang terasa panas) pada bagian kulit kepala, dada,wajah
hingga leher. Setelah fase menopause maka beranjak mendaki anak tangga ke
fase pasca menopause yang di istilahkan dengan titik akhir yang tidak di
tetapkan dengan baik hingga gejala hilang atau setelah berhentinya
menstruasi (varney, 2006).
Usia pertengahan wanita adalah usia 40 tahun hingga 60 tahun. Tanda
yang paling penting pada masa ini adalah menopause. Menopause merupakan
berhentinya menstruasi. Sebelum wanita memasuki masa menopause ada
beberapa tahap yang harus di lewati yaitu masa pramenopause, menopause
dan pasca menoupause. Masa ini lebih tepat disebut masa klimakterium
(llewllyn, 2006)
Menopause merupakan masa yang sangat penting untuk diketahui oleh
seorang wanita agar mereka bisa menerima, siap menghadapi masa peralihan
tanpa ada rasa takut dari tanda dan gejala menopause yang timbul serta dapat
menerima perubahan-perubahan fisik atau perubahan kondisi dalam tubuh
yang terjadi saat memasuki masa menopause pada seorang wanita.
Menopause merupakan hal yang kodrati dan alamiah yang akan dialami
setiap wanita. Apa yang dirasakan wanita menopause berbeda-beda, hal ini
dikarnakan kondisi, pengetahuan dan penerimaan wanita itu sendiri. Gejalagejala yang di tampakkan pada saat menopause seperti wajah terasa panas dan
kemerahan, vagina kering dan suasana hati yang berubah-ubah. Pada
beberapa wanita, gejala-gejala ini hampir tidak tampak, sedangkan pada
4
sebagian yang lain, gejala-gejala ini dapat terasa berat dan menyusahkan.
(Indriani, 2007)
Semua hal tersebut sangat tergantung kepada penerimaan diri wanita
tersebut. Penerimaan diri tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Proses menerima diri perlu didasari dengan pengetahuan yang mendalam
tentang diri. Seseorang sebelum menerima sesuatu biasanya mencoba ingin
mengetahui hal-hal yang terkait dengan sesuatu yang hendak diterimanya.
Setelah mengetahui barulah seseorang mau menerimanya. Misalnya, wanita
klimakterium yang akan memasuki masa menopause, setelah mengetahui
bahwa menopause itu akan terjadi pada setiap wanita maka dirinya akan dapat
menerima, sebaliknya jika wanita tersebut tidak tahu apa itu menopause atau
tidak mengetahui tanda gejala atau informasi tentang menopause, maka orang
tersebut tidak bisa menerima perubahan yang akan terjadi pda masa menjelang
menopause tersebut. Hidup adalah misteri, tidak ada yang tahu akan
kejadian hari esok termasuk jalan hidup seseorang. Sepanjang perjalanan
hidup seseorang, banyak peristiwa yang terjadi, ada yang sedih,
menyenangkan, menyakitkan, dan lain-lain. Tak jarang dari beberapa
peristiwa yang dilalui seseorang mampu mengubah jalan hidupnya. Misalnya,
memasuki masa klimakterium atau menopause yang memiliki tanda dan gejala
hot plash (kemerahan yang terasa panas) pada bagian kulit kepala, dada,
wajah hingga leher dan lain sebagainya. (Admin,2010)
5
Berdasarkan data yang diperoleh dari Geuchik Desa Lam Alu Cut
terdapat 117 KK dengan jumlah penduduk yaitu 454 orang, dimana wanita
klimakterium fase pramenopause terdapat 39 orang. (LAC, 2012)
Berdasarkan hasil pengumpulan data awal yang penulis lakukan pada
tanggal 01 februari 2013, pukul 09:30 wib s/d selesai. Pada 10 orang wanita
klimakterium di Gampong Lam Alu Cut Kec. Kuta Baro Kab. Aceh Besar, dari
hasil wawancara tersebut didapatkan bahwa 3 orang memiliki pengetahuan baik
tentang menopause, dan selebihnya memiliki pengetahuan rendah dan tidak baik
tentang menopause ketika diajukan pertanyaan oleh peneliti tentang kesiapan dan
penerimaan diri mereka menghadapi masa menopause, dari 3 orang wanita
klimakterium yang berpengetahuan baik, semuanya menyatakan dapat menerima
perubahan yang akan terjadi dalam menghadapi masa menopause, sedangkan 7
orang yang pengetahuan rendah, 4 orang menyatakan dapat menerima perubahan
yang timbul dalam menghadapi masa menopause, hal ini bisa terjadi karena
wanita klimakterium tersebut tau sedikit banyaknya tentang masalah-masalah
ketidakteraturan haidnya dengan bertanya kepada bidan setempat, 3 orang yang
berpengetahuan tidak baik menyatakan tidak melakukan apapun atau biasa-biasa
saja. Sampai sejauh ini penyesuaian diri yang paling sulit dilakukan pada usia
dewasa madya adalah adanya perubahan fungsi seksual yaitu menopause pada
wanita. Seseorang akan dikatakan memiliki penerimaan diri yang baik, ketika
mereka sudah dapat memahami dan menerima segala kelebihan serta kekurangan
yang dimilikinya. Alasan mengambil tentang wanita klimakterium adalah karena
ada beberapa masalah yang muncul pada wanita klimakterium yang ada di Desa
6
Lam Alu Cut Kec Kuta Baro Kab Aceh Besar Tahun 2013 berupa susah tidur,
merasa panas, mudah marah terhadap orang sekitar atau lebih sensitif sehingga
menganggap keluhan keluahan tersebut sebagai sebuah masalah dan dapat
mengganggu keadaan atau terdapat perubahan pada wanita tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Hubungan Pengetahuan Dengan Penerimaan Diri Wanita Klimakterium
Dalam Menghadapi menopause di Desa Lam Alu Cut di Kecamatan Kuta
Baro Kabupaten Aceh Besar tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadikan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan
Dengan Penerimaan Diri Wanita Klimakterium Dalam Menghadapi
Menopause di Desa Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh
Besar Tahun 2013”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Untuk mengetahui Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan Dengan
Penerimaan Diri Wanita Klimakterium Dalam Menghadapi Menopause
di desa Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2013.
7
3. Tujuan khusus
a) Untuk mengidentifikasi Pengetahuan Dengan Penerimaan Diri Wanita
Klimakterium Dalam Menghadapi Menopause di Desa Lam Alu Cut
Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
b) Untuk mengidentifikasi Penerimaan Diri Wanita Klimakterium
Menghadapi Menopause Di Desa Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan Dengan Penerimaan
Diri Wanita Klimakterium Dalam Menghadapi Menopause di Desa Lam Alu
Cut
Kecamatan Kuta
Baro
Kabupaten
Aceh Besar
tahun 2013”
sepengetahuan peneliti tidak pernah diteliti oleh orang lain.
E. Manfaat penelitian
1.
Bagi Masyarakat
Manfaat
penelitian
klimakterium,
bagi
masyarakat
khususnya
wanita
yaitu untuk memberi informasi dan wawasan
pengetahuan mengenai penerimaan diri dalam
menghadapi
menopause.
2. Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai
bahan
masukan untuk
meningkatkan pengetahuan
mahasiswi dan menambah referensi perpustakaan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang penerimaa diri dalam menghadapi menopause.
8
3.
Bagi peneliti
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan penerimaan
diri wanita klimakterium dalam menghadapi menopause dan untuk
menambah pengetahuan peneliti tentang penerimaan diri wanita
klimakterium dalam menghadapi masa menopause.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klimakterium
1. Pengertian
Menurut sarwono, (2007) klimakterium merupakan masa peralihan
antara masa reproduksi dengan masa senium. Klimakterium bukan suatu
keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal. Masa
klimakterium di mulai kira-kira 6 tahun sebelum menopause dan berakhir
kira-kira 6-7 tahun setelah menopause. Dengan demikian lamanya masa
klimakterium lebih kurang 13 tahun. Klimakterium adalah keadaan wanita
dengan perubahan dari kehidupan reproduksi aktif menjadi reproduksi tidak
aktif, menstruasi mengalami perubahan tidak teratur, dan terjadi penurunan
reproduksi estrogen yang dapat menimbulkan gejala klinis.
Menurut Derek Lliwellyn (2006) usia pertengahan pada seorang
wanita adalah usia 40 tahun hingga 60 tahun. Pada masa ini seorang wanita
akan mengalami menopause yang berarti berhentinya menstruasi. Sebelum
wanita memasuki menopause ada beberapa tahap yang harus dilewati yaitu
masa pramenopause, menopause dan pascamenopause. Masa ini lebih tepat
disebut masa klimakterium. Semakin lanjut usia seorang wanita jumlah
folikel makin sedikit yang tersisa didalam ovarium dan kadar estrogen mulai
menurun dengan cepat, ketika hal ini terjadi, kadar FSH terus meningkat
demikian juga LH dan mencapai puncaknya pada masa menopause. Kadar
gonadotropin sirkulasi yang tinggi menetap saat itu. Sisa folokel ovarium
10
menjadi lebih resisten terhadap kadar FSH yang tinggi dan sekresi estrogen
semakin berkurang maka terjadi oligomenore dan kemudian amenore.
2. Tanda dan gejala
Menurut Endang Purwoastuti 2008 (kuswita, 2012) menyatakan
secara garis besar tanda dan gejala yang terjadi pada masa klimakterium
dapat di bedakan menjadi 2, yaitu:
a. Secara fisiologis
Gejala secara fisiologis dapat diamati berdasarkan perubahan yang
terjadi pada organ reproduksi, anggota tubuh lainnya dan adanya
gejala klinis.
1) Perubahan pada organ reproduksi
Pada
masa
klimakterium
organ
reproduksi
mengalami
perubahan berupa penciutan (atrofi). Hal ini terjadi pada rahim
(uterus) yang mengecil, lipatan tuba (saluran telur) menjadi
lebih pendek, menipis dan mengkerut, rambut getar dalam tuba
(silia) menghilang, ovarium mengeras, tidak lagi mengandung
korpus luteum, selaput pembungkusnya (tuneka albugenia)
menebal, servik akan mengerut sampai terselubung oleh dinding
vagina, lipatan-lipatan vagina (rugae) menghilang, menurunnya
elastisitas, secret vagina menjadi encer dan terjadi pengerutan
pada lipatan vulva.
11
2) Perubahan pada anggota tubuh lain
Perubahan yang dapat terjadi pada anggta tubuh lain adalah
menghilangnya kekuatan dan elastisitas dasar panggul akibat
atrofi dan melemahnya daya sokong, lemak dibawah kulit
menghilang, otot anus dan perineum mengalami pengerutan
sehingga dapat melemahkan fungsinya, aktifitas kendali otot
kandung kemih menurun sehingga lebih sering buang air kecil
(BAK), serta bentu payudara akan mengecil, mendatar dan
mengendor.
3) Gejala klinis
Gejala klinis yang sering terjadi pada masa klimakterium
sebagai akibat turunnya fungsi ovarium, yaitu berkurangnya
kadar hormone estrogen dan progesterone ini menyebabkan
keluhan seperti perasaan panas (hot flushes) yang terjadi pada
wajah dan tubuh bagian atas (seperti leher dan dada), keringat
berlebih pada malam hari, insomnia dan iritasi kulit.
b. Secara psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi dapat berupa mudah tersinggung,
rasa cemas, kekhawatiran, depresi, sulit mengingat dan hilangnya
konsentrasi.
Menurut dini kasdu (2007) dalam (kuswita, 2012) selain fisik
perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita
dalam menjalani masa klimakterium. Perubahan psikis pada masa ini sangat
12
tergantung pada masing-masing individu dan pandangan mereka terhadap
masa klimakterium.
Pengetahuan yang cukup akan membantu mereka memahami dan
mempersiapkan dirinya menjalani masa yang lebih baik. Tingkat
pengetahuan mempengaruhi konsep diri wanita dalam menghadapi
menopause karena sebagian besar wanita pada masa klimakterium
merasakan berbagai macam keluhan.
Keluhan yang timbul pada masa klimakterium disebabkan karena
kekurangan hormone estrogen, maka pengobatan yang tepat adalah dengan
pemberian hormone estrogen. Penggunaan terapi hormone dalam jangka
panjang dapat mencegah seorang wanita menopause atau pascamenopause
dari penyakit jantung korner (PJK) dan keropos tulang (osteoporosis). Perlu
disadari bahwa pengobatan bukan untuk mencegah terjadi proses penuaan
melainkan untuk menjadikan usia tua lebih cerah.
Selain terapi hormone hal yang penting menurut August Burns (2005)
dalam (Kuswita, 2012), adalah menjaga dan merawat kesehatan agar tetap
sehat pada masa klimakterium dan pada usia tua seperti mengkonsumsi
makanan yang bergizi, olah raga yang teratur, dan menghindari makanan
yang mengandung kafein karena zat tersebut dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman dan susah tidur. Persiapan lain yang dapat dilakukan oleh seorang
wanita dalam menghadapi menopause adalah memperluas wawasan
pengetahuan tentang klimakterium dan menopause.
13
Gejala
klimakterium
yang
umum,
keadaan
patologis
yang
mendasari,dan beberapa uji diagnotik yang berguna, gejala yang terjadi
berupa gangguan menstruasi, osteoporosis dan sindrom klimakterium.
(Rabe, 2003)
Klimakterium yang dimulai 5 tahun sebelum periode fisiologi
regrisi/perubahan ovarium (menopause), ditandai dengan peningkatan FSH
dan penurunan kadar inhibin (Naylor, 2004)
Dalam masa klimakterium ada beberapa fase dilewati oleh seorang
wanita yaitu:
A. Fase Pramenopause
Pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola
menstruasi, terjadi perubahan psikologi/kejiwaan, serta terjadi
perubahan fisik. Menurut Ali Baziad (2003) fase pramenopause
adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya masa klimakterium.
Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan
perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang tidak
yang relative banyak dan kadang-kadang disertai nyeri haid
(dismenore).
Selain itu menurut sarwono, (2007) fase ini berlangsung kira-kira 6
tahun sebelum menopause.
B. Fase menopause
Pada ini terhentinya menstruasi perubahan dan keluhan
psikologi semakin menonjol terjadi pada usia antara 50-60 tahun.
14
Menurut sarwono (2007) menopause adalah haid terakhir atau saat
terjadi haid terakhir.
C. Fase pascamenopause
Fase ini merupakan fase setelah menopause. Pada masa ini
wanita sudah mulai beradapasi terhadap perubahan psikologi dan
fisik.Menurut sarwono (2007), fase ini terjadi kira-kira 6-7 tahun
setelah menopause, ada berbagai macam tanda dan gejala yang terjadi
pada masa klimakterium.
B. Menopause
1. Pengertian
Menopause adalah usia dimana terhentinya menstruasi secara
permanen selama ≥ 6 bulan dan usia rata-rata menopause adalah usia 51
tahun (Naylor, 2004)
Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir,
diagnosis menopause dibuat setelah amenorea sekurang-kurangnya satu
tahun, berhentinya haid dapat didahului oleh siklus yang lebih panjang
dengan pedarahan yang berkurang, umum terjadi menopause di pengaruhi
oleh keturunan, kesehatan umum dan pola kehidupan (sarwono, 2007).
Menurut Varney 2006, Usia median menopause untuk kelompk
wanita 51,3 tahun hanya pada wanita yang perokok yang ditemukan
berkaitan dengan menopause dini sekitar 15 tahun. Rentan usia menopause
pada sebagian besar wanita antara lain usia 48 dan 55 tahun. Sekitar 1% usia
40 tahun yang dianggap kegagalan ovarium premature akibat penyempitan
15
vaskulatur ovarium atau bawaan genetik yang diperkirakan berperan paling
penting dalam etiologi.
2. Gejala-gejala menopause
Menurut sarwono 2007, menopause tidak terjadi secara tiba-tiba,
menopause merupakan suatu proses yang terjadi secara langsung dan
berangsur-angsur masa transisi atau sebelum haid sampai sesudah mati haid
sampai sesudah mati haid disebut dengan klimakterium. Bila terjadi
menopause, maka ovarium sudah tidak menghasilkan estrogen dan
progesterone lagi.
Menurut Hutapea 2005, menyatakan pada kebanyakan wanita yang
mendekati menopause periode menstruasi menjadi tidak teratur semakin
rapat atau semakin jarang. Gejala lain yang lazim terajadi adalah antara lain
: nyeri pada sendi, kepanasan (hot flushes) kesulitan berkonsentrasi atau
mengingat sesuatu, perubahan hasrat seks, banyak berkeringat, sakit kepala,
sering BAK, bangun lebih pagi dari biasa, vagina mengering, perubahan
suasana hati (mood) susah tidur, keringat malam, dan gejala-gejala yang
dialami sebelum menstruasi.
Seorang wanita bisa mengalami satu, sebagian atau seluruh gejala
tersebut. Gejala ini dapat diduga atau merisaukan kalau tidak tahu kaitannya
dengan menopause. Hal-hal tersebut biasa diperparah lagi apabila ada
perubahan lain dalam hidupnya seperti : anak meninggalkan rumah,
perubahan dalam hubungan rumah tangga, sosial pribadi, lalu perubahan
dalam identitas atau citra diri, perceraian atau menjadi janda, kecemasan
16
menghadapi penyakit, penuaan dan maut, kehilangan teman, sahabat dan
keamanan finansial, rasa tanggung jawab yang yang bertambah karena
orang tuanya semakin lanjut
usia, kecemasan karena kehilangan
kemandirian, kemungkinan cacat dan kesepian dalam hidup. Banya wanita
usia ini masih harus pula mengurus anak, apakah anak sendiri atau cucunya.
Wanita menopause juga menghadapi resiko yang semakin tinggi akan
penyakit jantung dan osteoporosis.
3. Penyebab menopause
Menurut Prawirohardjo 2007 dalam (indriani,2007) menyatakan pada
laki-laki spermatogenesis terus berlanjut sampai usia tua, sedangkan pada
wanita tidak demikian. Oogenesis akan berakhir pada usia fetus 20 minggu
dan yang tinggal hanya 7 juta oosit. Mulai usia 20 minggu sampai dengan
saat lahir terjadi pengurangan jumlah primodial filikel secara bermakna.
Pada saat seorang anak wanita lahir, primordial folikel tinggal 500.000
sampai 1.000.000 lagi, dan dalam perjalanan waktu akan terus berkurang
jumlahnya. Jumlah folikel masih tersedia sangat berbeda
pada setiap
wanita. Sebagian wanita pada usia 35 tahun masih memiliki sebanyak
100.000 folikel. Penyebab berkurang nya jumlah folikel terletak pada folikel
itu sendiri. Seperti sel-sel tubuh yang lain, oosit juga di pengaruhi oleh
stress biologis seperti radikal bebas, kerusakan peranen dari DNA, dan
bertumpuknya bahan kimia yang dihasilkan dari proses metabolisme tubuh.
17
4. Tahap-tahap menopause
a. Premenopause adalah masa sebelum menopause yang dapat ditandai
dengan timbulnya keluhan-keluhan klimakterium dan periode
perdarahan uterus yang bersifat tidak teratur. Dimulai sekitar 40
tahun. Perdarahan yang bersifat tidak teratur terjadi karena
menurunnya kadar estrogen dan kegagalan ovulasi.
b. Perimenopause adalah masa menjelang dan setelah menopause sekitar
usia 50 tahun. Keluhan yang sering dijumpai adalah berupa gejolak
panas (hot flushes), berkeringat banyak insomnia, depresi serta
perasaan mudah tersinggung.
c. Pascamenopause adalah masa yang berlangsung kurang lebih 3-5
tahun setelah menopause. (Indriani, 2007)
5. Faktor yang mempercepat terjadinya menopause
Banyak faktor yang mempengaruhi menopause antara lain:
a. Usia pertama haid
b. Diabetes mellitus
c. Perokok berat dan minum alkohol
d. Kurang gizi
e. Wanita vegetarian
f. Sosial ekonomi
18
6. Menifestasi klinis menopause
Turunya fungsi ovarium (sel telur) mengakibatkan hormone terutama
hormone estrogen dan progesterone sangat berkurang dalam tubuh kita.
Kekurangan hormone estrogen ini menyebabkan timbulnya keluhankeluhan:
a. Fisik
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari
menopause:
1) Tidak teratur siklus haid
Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid,
kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus
berikutnya. Ketidak teraturan ini sering disertai dengan jumlah
darah yang sangat banyak, tidak seperti volume perdarahan haid
yang normal.
2) Gejolak rasa panas
Arus panas biasanya timbul pada saat darah mulai
berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti.
Munculnya hot flushes ini sering diawali pada daerah dada,
leher, atau wajah dan menjalar ke beberapa bagian tubuh
lainnya. Hal ini biasanya berlangsung selama 2-3 menit yang
disertai pula oleh keringat banyak. Ketika terjadi pada malam
hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering
19
terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi
depresi.
3) Kekeringan vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit
sesekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan
estrogen yang menyebabkan liang senggama menjadi lebih tipis,
lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut,
liang senggama mengering hingga menimbulkan nyeri pada saat
senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini
sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi
buang air kecil meningkat dan tidak dapat menahan kencing
terutama pada saat batuk, bersin atau tertawa.
4) Perubahan fisik
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika
menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang
elastis terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan.
5) Keringat di malam hari
Berkeringat dimalam hari tidak saja mengganggu tidur
melainkan juga mengganggu teman atau pasangan tidur.
Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih mudah
tersinggung karena tidak dapat tidur nyenyak.
20
6) Sulit tidur
Insomnia atau sulit tidur merupakan hal yang lazim terjadi
pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya
dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah
memerah dan perubahan yang lain.
7) Perubahan mulut
Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah
menjadi kurang peka, sementara yang mengalami gangguan gusi
dan gigi menjadi lebih mudah tanggal
8) Kerapuhan tulang
Rendahnya
kadar
estrogen
menyebabkan
proses
osteoporosis (kerapuhan tulang). Menurunnya kadar estrogen
akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang
terdapat dalam makanan. Kekurangan kalsium ini oleh tubuh
diatasi dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam
tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh.
9) Badan menjadi gemuk
Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa
menopause, hal ini desebabkan oleh faktor makanan ditambah
lagi karena kurang olah raga.
10) Penyakit
Ada beberapa penyakit yang sering kali dialami oleh
wanita menopause. Dari sudut pandang medik ada 2 perubahan
21
paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu
meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung. penyakit
jantung dan pembuluh
darah dapat menimbulkan gangguan
seperti struke atau serangan jantung. Selain itu penyakit kanker
juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut.
Semakin lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan
penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker
rahim dan kanker ovarium.
7. Perubahan pada masa menopause
a. Perubahan kejiwaan
Perubahan kejiwaan yang dialami seorang wanita menjelang
menopause meliputi merasa tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan
karena takut menjadi tua, mudah tersinggung, mudah terkejut
sehingga jantung berdebar, takut tidak bisa memenuhi kebutuhan
seksual suami, rasa takut bahwa suami akan menyeleweng, keinginan
seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan (Manuaba, 2009)
b. Perubahan fisik
Pada perubahan fisik, seorang wanita mengalami perubahan
kulit, lemak bawah kulit menjadi kendur, kulit mudah terbakar sinar
matahari dan menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit
tumbuh bintik hitam. Otot bawah kulit wajah mengendur sehingga
jatuh dan lembek. Kelenjar kulit kurang berfungsi, sehingga kulit
menjadi kering dan keriput (Manuaba, 2009)
22
Perubahan pada pola makan dianjurkan kearah makanan yang
mengandung banyak serat. Juga terjadi perubahan kerja usus halus dan
besar. Menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus
menjadi lambat. Kerja usus halus dan besar yang lambat menibulkan
gangguan buang air besar berupa obstipasi (sembelit).
Perubahan pada sistem jantung dan pembuluh darah terjadi
karena adanya perubahan metabolisme, menurunnya estrogen,
menurunnya pengeluaran hormone paratiroid. Meningkatnya hormone
FSH dan LH serta rendahnya estrogen dapat menimbulkan perubahan
pembuluh darah.
Perubahan yang terjadi pada alat genetalia meliputi liang
senggama terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang
menyebabkan mudah infeksi (infeksi kandung kemih, infeksi liang
senggama). Daerah sensitif semakin sulit
di rangsang, saat
behubungan seksual dapat menimbulkan nyeri (dispareunia) dan sulit
mencapai orgasme.
Perubahan pada tulang terjadi oleh karena kombinasi rendahnya
hormone estrogen dan paratiroid. Tulang mengalami deklasifikasi
(pengapuran) artinya kalsium menurun sehingga tulang keropos dan
mudah terjadi patah tulang terutama pada persendian paha.
Menghadapi perubahan turunnya hormonal, seorang wanita dapat
menunjukkan respon berupa mereka siap menghadapi perubahan
sebagai proses alamiah atau mereka gelisah menghadapi perubahan
23
sehingga menimbulkan gejala klinis, dan memerlukan perawatan dan
pengobatan. (Manuaba, 2009)
8. Penatalaksanaan
a. Menghindari perubahan kejiwaan
Perubahan dan gejolak jiwa menghadapi klimakterium sampai
senium dapat dihindari dengan keharmonisan keluarga dan saling
pengertian. Ditengah keluarga yang harmonis, kesiapan menerima
proses penuaan makin besar tanpa menghadapi gejala klinis yang
berarti (Manuaba, 2009)
b. Menghindari penuaan kulit
Makin tua umur kulit semakin tipis, makin sensitif terhadap
sinar matahari, lapisan bawah kulitnya longgar sehingga keriput dan
kering di daerah wajah, dagu dan leher. Langkah untuk menghambat
proses penuaan : hindari kegemukan, sehingga hilangnya lemak
bawah kulit tidak terlalu kentara. Hindari sinar matahari, karena sinar
ultraviolet dapat merusak kulit dan menimbulkan kanker kulit.
Perlancar peredaran darah dengan aktifitas fisik dan masase disalon
kecantikan (Manuaba, 2009)
c. Menyesuaikan pola makan
Makanan yang diperlukan, sekedar dapat mempertahankan
proses pergantian jaringan yang rusak dan mengelupas. Makanan
dengan pola vegetarian mempunyai keuntungan yang sangat besar
bagi lansia oleh karena menurunnkan kadar lemak dalam tubuh dan
24
kolestrol yang dapat mengurangi penyakit (keganasan payudara,
keganasan indung telur dan rahim, menurunkan kejadian tekanan
darah tinggi, menurunnkan kolestrol tubuh, sehingga menghidari
penyakit jantung korner (Manuaba, 2009)
d. Mempertahankan aktifitas fisik
Berolah raga pada lansia diperlukan asalkan disesuaikan dengan
kemampuan yang ada. Mengikuti senam kesegaran jasmani untuk
mempertahan kan kebugaran fisik. Senam lansia dapat dilakukan
dirumah tanpa memerlukan ruangan yang luas. Dengan demikian
aktifitas fisik untuk untuk meningkatkan kesegaran dan kebugaran
jasmani dapat dilakukan setiap hari selama 10-15 menit (Manuaba,
2009).
C. Penerimaan Diri
1. pengertian
Penerimaan diri adalah kesadaran diri untuk dapat menerima keadaan
yang ada dalam dirinya secara positif dan dapat menggunakannya untuk
menjalani kehidupan. Adanya penerimaan pada seseorang, berarti seseorang
tersebut secara sadar menerima kenyataan-kenyataan yang dirasakan dan
dialaminya secara obyektif. Kita harus sadar menerima bukan berarti kita
harus menyukainya(Ernawati,2012)
Hurlock (1986) menyatakanbahwa ada beberapa kondisi yang dapat
mempengaruhi penerimaan diri, diantaranya:
25
a. Pemahaman diri
b. Bebas dari hambatan lingkungan
c.
Harapan yang realistik
d.
Kondisi yang menyenangkan
e. Konsep diri yang stabil
f. Sikap lingkungan sosial yang baik
g. Frekuensi berhasil
h.
Ada tidaknya perspektif diri
i.
Adanya identifikasi dengan seseorang.
Sementara itu aspek yang dapat menggambarkan penerimaan diri pada
seseorang yaitu:
1) Perasaan senang, hal ini berkaitan dengan sikap positif terhadap
kanyataan yang ada dan dialami oleh individu, dimana kenyataankenyataan tersebut oleh individu digunakan untuk menjalani hidup
secara baik
2) Perasaan puas, dalam menjalani kehidupan ini, individu tidak akan
lepas dari kenyataan yang ada dalam dirinya.
3) Penghargaan, orang yang menerima diri senantiasa berusaha untuk
menerima apa yang ada dalam dirinya, baik kelemahan ataupun
kelebihannya (Ernawati, 2012)
2. Ciri-ciri orang yang menerima dirinya
Adalah menerima diri sendiri apa adanya, tidak menolak diri sendiri,
apabila memiliki kelemahan dan kekurangan memiliki keyakinan bahwa
26
untuk mencintai diri sendiri, maka seseorang tidak harus dicintai oleh orang
lain dan dihargai oleh orang lain, seseorang merasa berharga, maka
seseorang tidak perlu merasa benar-benar sempurna.
3. Aspek-Aspek Penerimaan Diri
Aspek-aspek yang terkandung dalam penerimaan diri, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan diri
Menurut Shostrom (Poduska, 1990) proses penerimaan diri
dapat ditempuh melalui pengetahuan terhadap diri sendiri terutama
keterbatasan
diri
sehingga
individu
tidak
berbuat
di
luar
kesanggupannya dan tidak perlu berpura-pura sanggup melakukan
sesuatu. Pengetahuan diri dapat dilakukan dengan mengenal diri baik
secara internal maupun eksternal. Simorangkir (1987) berpendapat
bahwa mengenal secara internal dapat dilakukan dengan cara menilai
diri sendiri dalam hal kelebihan, kelemahan, sifat-sifat, dan lain-lain.
Secara eksternal pengenalan diri dilakukan dengan cara menilai diri
menurut pandangan orang lain.
b. Penerimaan diri pantulan (reflected self-acceptance)
Yaitu membuat kesimpulan tentang diri kita berdasarkan
penangkapan kita tentang bagaimana orang lain memandang diri kita.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta pendapat orang lain
tentang diri sendiri (Supratiknya, 1995).
27
c. Penerimaan diri dasar (basic self-acceptance)
Yaitu keyakinan bahwa diri diterima secara intrinsik dan tanpa
syarat. Penerimaan diri dasar ini lebih berorientasi pada urusan
personal individu. Individu mampu menghargai dan menerima diri
apa adanya serta tidak menetapkan standar atau syarat yang tinggi di
luar kesanggupannya dirinya (Supratiknya 1995).
d. Pembandingan
antara
yang
real
dan
ideal
(Real-Ideal
Comparison)
Yaitu penilaian tentang diri yang sebenarnya dibandingkan
dengan diri yang diimpikan atau diinginkan (Supratiknya, 1995).
Kesenjangan antara diri ideal dan riil hanya akan menyebabkan
individu merasa tidak puas diri dan mudah frustasi.
e. Pengungkapan diri
Pengungkapan diri mengandung arti bahwa penerimaan diri
dapat
ditempuh
dengan
upaya
mengasah
keberanian
untuk
mengungkapan diri (pikiran, perasaan, atau lainnya) kepada orang lain
(Supratiknya, 1995). Pengungkapan diri dapat memberi informasi
kepada individu tentang siapa dirinya, sebab dari interaksi tersebut
individu akan mendapat feed back yang berguna untuk memperkaya
pengetahuan tentang dirinya. Pengungkapan pikiran atau perasaan
hendaknya dilakukan secara asertif sebab tindakan tersebut lebih
mendukung pada perkembangan kepribadian yang sehat dari pada cara
agresif maupun pasif. Menurut Allport (Sobur, 2003) elemen penting
28
dalam penerimaan diri adalah kemampuan mengontrol emosi. Upaya
mengontrol emosi dapat dilakukan melalui tindakan asertif, sebab di
dalam asertif terdapat pengontrolan emosi sehingga pengungkapan
diri antar individu yang berkomunikasi dapat berjalan seimbang dan
tidak ada individu yang tersakiti atau menyakiti.
f.
Penyesuaian diri
Menurut Schneiders (1964) di dalam penerimaan diri terdapat
penyesuaian diri. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri menjadi
tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya, ketika
individu memiliki cacat pada tubuhnya, maka individu harus
menyesuaikan diri dengan cacat tersebut, agar cacatnya dapat
diterima menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu
menyesuaikan diri maka individu cenderung mengembangkan reaksi
negatif bagi dirinya seperti terus menerus mengeluh, putus asa,
frustasi,
mengacuhkan
dirinya,
dan
lain-lain.
menunjukkan bahwa individu berupaya
Reaksi
tersebut
melakukan penolakan
terhadap cacat tubuhnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka individu
tidak akan mampu menerima dirinya.
g. Memanfaatkan potensi secara efektif
Individu yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara efektif
dapat membantu terciptanya penerimaan diri. Mappiare (1982)
mengatakan bahwa penerimaan diri berarti mampu menerima diri apa
adanya dan memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif.
29
Pendapat Mappiare mengandung dua hal yaitu pertama, proses
penerimaan diri terdapat kemampuan untuk mengenali potensi diri.
Kedua ada upaya yang positif untuk memanfaatkan apa yang
dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk mencapai masa depan
yang baik (Admin,2010)
Coping adalah transaksi berseri antara individu yang memiliki
satuan sumber daya, nilai, komitmen, dan lingkungan tempat tinggal
dengan sumber dayanya sendiri, tuntutan. Coping bukan merupakan
suatu tindakan yang dilakukan individu tetapi merupakan kumpulan
respon yang terjadi setiap waktu, yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan individu tersebut (Yanny, dkk, 2004).
Reaksi emosional, termasuk kemarahan dan depresi, dapat
dianggap sebagai bagian dari proses coping untuk menghadapi suatu
tuntutan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa coping
stress merupakan suatu upaya kognitif untuk menguasai, mentoleransi,
mengurangi atau meminimalisasikan suatu siatuasi atau kejadian yang
penuh ancaman. Semakin tinggi positive coping yang dilakukan
individu, maka semakin tinggipula penerimaan dirinya. Sebaliknya,
semakin rendah positif coping yang dilakukan maka semakin rendah
pula penerimaan dirinya.
Di dalam hal ini, pengetahuan dibutuhkan dalam proses coping
untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam peranan positive
coping dalam penerimaan diri. Memiliki keyakinan akan kapasitasnya
30
untuk menghadapi kehidupan, Menghargai dirinya sebagai personal
yang sederajat dengan orang lain, Tidak memandang dirinya sebagai
aneh ataupun abnormal, tidak berpikir bahwa orang lain menolaknya;
Tidak pemalu atau sadar diri, berani bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri, mengikuti standar personal termasuk pada saat
menyesuaikan dengan tekanan eksternal, menerima kritik dan pujian
secara objektif, tidak menyalahkan dirinya atas keterbatasan yang
dimiliki atau mengingkari kelebihan yang dimiliki, tidak mengingkari
dorongan-dorongan dan emosi yang ada pada dirinya, ataupun merasa
bersalah atasnya (Cronbach, 1963)
D. Pengetahuan
Secara umum pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007)
adalah hasil tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behavior ). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya, yang termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
31
adalah mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang mempelajari atau rangsangan yang telah di terima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat interpretasi
materi tersebut secara benar. Menyebutkan contoh, menyimpulkan
dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application )
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen tertentu, tetap dalam
struktur organisani tersebut dan mempunyai hubungan satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation )
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang
dapat dilakukan pengukuran dengan wawancara atau angket
yang
32
menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau respon. (Notoatmodjo, 2007)
E. PENELITIAN TERKAIT
1. Penelitian Nur Indriani pada Tahun 2007 di Desa Kampung Islam
Kusamba Kecamatan Dewan Kabupaten Klungku Bali yang berjudul
Perbedaan Sikap Wanita Dalam Menghadapi Masa Klimakterium
Dilihat Dari Pengetahuan Tentang Menopause. Ditinjau dari sikap
dan pengetahuan, disebabkan oleh faktor internal yaitu fisiologis dan
fisiologis, dan faktor
eksternal yaitu pengalaman, situasi, norma,
hambatan dan pendorong.
2. Penelitian Rodhiah pada tahun 2001 di Kota Semarang yang berudul
Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Usia Klimakterium Melalui
Pemahaman Mengenai Menopause. Disebabkan oleh faktor ekonomi,
pendidikan dan kesehatan.
3. Penelitian Sofia pada tahun 2005 di Kelurahan Grogol yang berjudul
Persepsi Ibu Menjelang Menopause. Yang dipengaruhi oleh faktor
kultural, social ekonomi, gaya hidup, mitos atau keyakunan yang tidak
rasional.
4. Peneitian warsino (2004) dengan judul “ Hubungan Karakteristik
Individu Dengan Adaptasi Menopause DiKlinik Menopause RSPAD
Gatot Subroto Jakarta” dari hasil penelitian didapatkan gambaran
tentang adaptasi menopause di klinik menopause RSPAD Gatot
Subroto 45,7% yang berati lebih banyak yang tidak dapat beradaptasi
33
terhadap menopause 54,3% gambaran karakteristik individu tentang
adaptasi menopause dalam penelitian ini adalah seringnya muncul
keluhan tentang percaya diri yang kurang 58,9% , banyak kerinat pada
malam hari 54,6%, mudah marah 50,9%, perasaaan cemas 46,2%.
Sedangkan untuk keluhan yang terjadi lebih dari tiga bulan adalah
banyak keringat malam 24 orang 22,6% sakit kepala 18 orang 16,9%,
rasa cemas 16 orang 15,2%dan mudah marah 16 orang.15,2%.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Dinaryannti (1999) dengan judul
Tinkat Pengetahuan Tentang Menopause dan Tingkat Kecemasan
Pada Wanita Usia 40-50 Tahun Malam Menghadapi Masa
Menopause. Penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas wanita usia
40-50 tahun memiliki pengatahuan rendah tentang menopause sebesar
64,5%. Pada tingkat kecemasan yang ringan sebesar 85,4%.
6. Penelitiann yang dilakuka oleh Hasari, (2000) yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Tentang Osteoporosis, Konsumsi Kalsium
dengan Kadar Kalsium Dalam Darah (studi pada wanita menopause di
kelurahan
Krapyak
kecamatan
semarang
barat).penelitian
ini
menunjukkan terdapat hubungan pengetahuan osteoporosis dan
konsumsi kalsium dan tidak ada hubungan antara kosumsi dengan
kadar kalium darah.
7. Penelitian Yuliastri, (2002) yang berjudul Perbedaan Tingkat
Kecemasan Menghadapi Menopause Pada Wanita Bekerja dan Wanita
Yang Tidak Bekerja di Desa Kemantrernrejo Kec. Rejoso Kab.
34
Pasuruan. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan yan
signifikan antara kecemasan menghadapi menopause pada wanita
yang bekerja dan wanita tidak bekerja, dimana wanita bekerja
kecemasannya lebih rendah ( rerata=71,024) dari pada wanita tidak
bekerja (103,585).
8. Penelitian yang dilakukan oleh Astini (2007) yang berjudul
“Hubungan Antara Persepsi Dukungan Sosial Yang Diterima Wanita
Dewasa Madya Dengan Tingkat Kecemasan Ketika Memasuki Masa
Menopause. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis data
secara kuantitatif didapatkan nilai rho sebesar 0,374% dengan P
sebesar 0,042% hal ini j menunjukkan bahwa hipotesa nol pada
penelitian ini ditolak yang artinya ada Hubungan Antara Persepsi
Dukungan Sosial Yang Diterima Wanita Dewasa Madya Dengan
Tingkat Kecemasan Ketika Memasuki Masa Menopause. Arah
korelasi bersifat negatif, dengan demikian semakin positif Persepsi
Dukungan Sosial Yang Diterima Wanita Dewasa Madya Dengan
Tingkat Kecemasan Ketika Memasuki Masa Menopause.
35
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori tentang pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007),
yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dan ini setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan yang cukup akan membantu mereka memahami dan
mempersiapkan dirinya menjalani masa yang lebih baik. Tingkat
pengetahuan mempengaruhi konsep diri wanita klimakterium dalam
menghadapi menopause karena sebagian besar wanita pada masa
klimakterium merasakan berbagai macam keluhan. Keluhan yang timbul
dan dirasakan oleh setiap wanita pada masa klimakterium berupa haid tidak
teratur, semburan panas didaerah dada, leher yang menyebar dari wajah
sampai kulit kepala (hot flushes), berkeringat pada malam hari (ninght
sweat), jantung berdebar-debar, sakit kepala, insomnia, nyeri sendi, nyeri
otot, cepat lelah dan gairah seks yang menurun. Pada klimakterium selain
perubahan fisik terjadi juga perubahan psikologi seperti cemas, depresi dan
mudah tersinggung. Sedangkan untuk jangka panjang efek yang harus
diperhatikan adalah ostioporosis (tulang keropos). (Jama, 2002)
36
Maka disusunlah kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:
V. independen
Pengetahuan
V.Dependen
Penerimaan diri wanita
klimakterium dalam
mengahadapi menopause
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
37
B.
Definisi operasional
No
Variabel
penelitian
Variabel Dependen
1.
Penerimaan
diri wanita
klimakterium
dalam
menghadapi
menopause
Definisi
operasional
Segala
bentuk
sikap positif dan
negatif terhadap
penerimaan
diri
wanita
klimakterium
dalam menghadapi
menopause.
Cara ukur
Alat
ukur
Hasil
ukur
Skala
ukur
Mengedarkan
Kuisioner Positif
kuisioner berisi 9
pertanyaan
Negatif
tentang
menopause
dengan kriteria:
a.
P
positif : bila
<
b.
N
Negatif :bila
>
Ordinal
Mengedarkan
Kuisioner Tinggi
kuisioner berisi
13
pernyataan
Rendah
tentang
menopause
dengan kriteria:
a.
T
Tinggi : bila
<
b.
R
Rendah: bila
>
Ordinal
Variabel Independen
2.
Pengetahuan
yang
diketahui
oleh
wanita
klimakterium
tentang
menopause,
gejala-gejala
menopause,
penyebab
menopause,
tahap-tahap
menopause,
faktor
yang
mempengaruhi
menopause,
perubahan pada
masa menopause
dan
penatalaksanaann
ya
Tabel 3.1 Definisi Operational
38
C. Hipotesa Penelitian
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan penerimaan diri dalam
menghadapi menopause di Desa Lam Alu Cut Kec. Kuta Baro Kab. Aceh
Besar Tahun 2013.
39
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat
Analitik dengan
pendekatan cross Sectional yaitu suatu penelitian pengumpulan data
dilakukan secara bersamaan atau sekaligus. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat
hubungan
pengetahuan
dengan
penerimaan
diri
wanita
klimakterium dalam menghadapi menopause di Desa Lam Alu Cut
Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Notoatmodjo (2002) populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau kumpulan objek yang diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh wanita Klimakterium di Desa Lam Alu
Cut sebanyak 39 orang.
2. Sampel
Adapun sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah wanita
Klimakterium, teknik pengambilan sampel dilakukan secara Total
Population dimana sampel yang diambil semua wanita Klimakterium
yang berada di Desa Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar.
40
C. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar dalam bulan Agustus Tahun 2013.
D. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder.
Data primer diperoleh dari responden yaitu dengan menggunakan
kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh responden. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari kantor geuchik Desa Lam Alu
Cut.
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu
melakukan tahap administrasi dengan meminta izin kepada:
a. Direktur Akademi Kebidanan STIkes U’Budiyah Banda Aceh.
b. Geuchik Desa Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro Kabupaten
Aceh Besar.
c. Wanita yang akan menjadi responden.
E. Instrument Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan yang terdiri
dari 10 pertanyaan tentang pengetahuan bentuk multipel choise, apabila
responden menjawab benar diberi nilai 1 dan apabila responden menjawab
salah diberi nilai 0, serta 5 pernyataan tentang penerimaan diri apabila
41
responden menjawab setuju diberi nilai 1 dan apabila responden menjawab
tidak setuju diberi nilai 0
F. Pengolahan Data
9. Pengolahan Data
Data yang didapatkan direncanakan akan diolah secara manual,
yaitu setelah melakukan pengumpulan data maka selanjutnya data
tersebut diolah.
Menurut Budiarto (2002), tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai
berikut:
a. Editing, yaitu melakukan pengecekan terhadap semua kuesioner
yang telah diisi oleh responden dan melakukan pengelompokan
data sesuai dengan kebutuhan penelitian, sehingga akan
memudahkan pengolahan.
b. Coding, yaitu memberi kode nilai berupa angka untuk setiap
hasil jawaban kuesioner.
c. Transferring, memindahkan jawaban atau kode jawaban
kedalam tabel data kuesioner.
d. Tabulating, yaitu memasukkan data kedalam bentu tabel
distribusi frekuensi dan presentase.
G. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa data pada penelitian ini adalah menghitung
distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti. Pada penelitian ini,
42
dalam menentukan pengkategorian skala ukur peneliti menggunakan
nilai rata-rata (mean) menurut Hidayat (2009), yaitu :
=
Keterangan :
= Nilai rata-rata hitung (mean)
∑fxi
= Jumlah nilai responden
n
= Jumlah responden
Data yang diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ƒ
p = n x 100%
ket: P = presentase
ƒ = frekuensi
n = jumlah responden yang menjadi sampel (Budiarto,2002)
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dapat dilakukan dengan dua cara :
a) Dengan menggunakan koputer program SPSS, melalui
perhitungan uji chi-Square selanjutnya ditarik kesimpulan,
bila nilai P value lebih kecil dari nilai alpha 5% (0,05)
berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan),
43
dan bila P value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik
tidak bermakna.
Aturan yang berlaku pada uji chi-square dalam
program SPSS adalah sebagai berikut ( Hartono, 2001 ) :
1) Bila pada tabel 2x2 dijumpa nilai e (harapan) kurang
dari 5, maka uji yang digunakan adalah fisher exact.
2) Bila pada tabel 2x2 tidak dijumpai nilai e < 5, maka uji
yang dipakai sebaiknya Continuity Correction.
3) Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2 dan lain
sebagainya, maka yang digunakan sebaiknya uji pearson
chi square.
b) Dengan menggunakan rumus:
=
Keterangan : x 2
= Chi- square
O
= nilai pengamatan
E
= nilai yang diharapkan
Dalam penelitian ini peneliti hanya mengunakan program komputer
44
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Lam Alu Cut merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar, yang terdiri dari 3 lorong, yaitu terdapat
117 KK
dengan
jumlah
penduduk yaitu 454 orang, dimana wanita
klimakterium fase pramenopause terdapat 39 orang. Desa Lam Alu Cut
mempunyai batas-batas perdesaan dengan desa yang lain,yaitu :
1. sebelah timur berbatasan dengan desa Lam Teube
2. sebelah barat berbatasan dengan desa Lam Sabang
3. sebelah selatan berbatasan dengan Pasar Cot Keueung, dan
4. sebelah utara berbatasan dengan desa Lam Alu Raya.
B. Hasil penelitian
1. Analisa Univariat
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 26 s/d 27 agustus
2013, maka hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
45
a. Penerimaan Diri
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Penerimaan Diri Wanita Klimakterium Dalam
Menghadapi Menopause Di Desa Lam Alu Cut Kecamatan
Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
No Penerimaan Diri
F
%
1
Positif
23
59
2
Negatif
16
41
39
100
Total
Sumber data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 39 responden
dengan penerimaan diri wanita klimakterium dalam manghadapi
menupause yang positif sebanyak 23 orang (59%),
b. Pengetahuan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Diri Wanita Klimakterium Dalam
Menghadapi Menopause Di Desa Lam Alu Cut Kecamatan
Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
No Pengetahuan
F
%
1
Tinggi
21
53,8
2
Rendah
18
46,2
39
100
Total
Sumber data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 39 responden
dengan
pengetahuan
wanita
klimakterium
dalam
menupause yang tinggi sebanyak 21 orang (53,8%),
manghadapi
46
2. Analisa Bivariat
a.
Hubungan antara pengetahuan dengan penerimaan diri dalam
menghadapi Menopause
Tabel 5.3
Hubungan Pengetahuan Dengan Penerimaan Diri Wanita
Klimakterium Dalam Menghadapi Menopausedi
Desa Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
No
1
2
Penerimaan Diri
Total
Positif
Negatif
F
%
F
%
F
%
Positif
17 81
4
19
21 100
Negatif
6
33,3 12 66,7 18 100
Total
23 59
16 41
39 100
Sumber data primer (diolah tahun 2013)
Pengetahuan
α
p-value
0,05
0,03
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 21 responden yang
pengetahuan tinggi dengan penerimaan diri yang positif sebanyak 17
responden (81%), sedangkan pengetahuan rendah dengan penerimaan diri
yang negatif sebanyak 4 responden (19%).
Berdasarkan uji statistic chi-square didapatkan nilai P.Value 0,003
(< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan
dengan penerimaan diri wanita klimakterium dalam menghadapi
menopause di Desa Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh
Besar.
C. Pembahasan
a. Hubungan antara pengetahuan dengan penerimaan diri dalam
menghadapi Menopause
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa dari 21 orang responden pengetahuan tinggi dengan penerimaan diri
47
yang positif sebanyak 17 responden (81%), sedangkan yang negatif
sebanyak 4 responden (19%), dan dari 18 orang responden yang
pengetahuan rendah dengan penerimaan diri yang positif 6 orang responden
(33,3%), sedangkan yang negatif sebanyak 12 orang responden (66,7%).
Berdasarkan uji statistic chi-square didapatkan nilai P.Value 0,03
(< 0,05 ), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Pengetahuan
dengan penerimaan diri wanita klimakterium dalam menghadapi menopause
di Desa Lam Alu Cut Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.
Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi
dengan masa senium. Klimakterium bukan suatu keadaan patologik,
melainkan suatu masa peralihan yang normal. Sedangkan menopause adalah
haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir, diagnosis menopause dibuat
setelah amenorea sekurang-kurangnya satu tahun, berhentinya haid dapat
didahului oleh siklus yang lebih panjang dengan pedarahan yang berkurang,
umum terjadi menopause di pengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum dan
pola kehidupan. Menurut teori ernawati (2012) penerimaan diri adalah
kesadaran diri untuk dapat menerima keadaan yang ada dalam dirinya secara
positif dan dapat menggunakannya untuk menjalani kehidupan. Adanya
penerimaan pada seseorang, berarti seseorang tersebut secara sadar
menerima kenyataan-kenyataan yang dirasakan dan dialaminya secara
obyektif. Kita harus sadar menerima bukan berarti kita harus menyukainya.
Berdasarkan hasil penelitian Ardes Fransiska tentang hubungan kesiapan
wanita dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause di rw ix
48
Gatak Kelurahan Bokoharjo Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman
Yogyakarta tahun 2012 kesiapan wanita dalam menghadapi menopause
didapatkan bahwa 37 orang (72.5%) responden termasuk dalam kategori
siap dalam menghadapi menopause dan yang termasuk dalam kategori
kurang siap dalam menghadapi menopause 14 orang (27.5%) responden
serta tidak ada responden yang termasuk dalam kategori tidak siap. Salah
satu faktor yang mempengaruhi kesiapan responden adalah pendidikan.
Hasil analisa data kesiapan dengan pendidikan responden di RW IX Gatak,
Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta yang termasuk dalam kategori
siap kebanyakan tamatan SMA yaitu 23orang (45%). Hal ini menunjukkan
bahwa responden termasuk dalam pendidikan yang tinggi, sehingga
membuat responden menjadi lebih siap dalam menghadapi masa menopause
karena dengan pendidikan yang tinggi kemampuan responden untuk
mencari maupun menerima informasi akan dapat dipahami dengan baik,
khususnya informasi tentang menopause. Hal ini sesuai dengan pendapat
Liliweri (2007) yang menyatakan bahwa cakupan pengetahuan atau
keluasan sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di
asumsikan bahwa, terbukti pengetahuan tinggi dan penerimaan diri yang
positif akan membantu mereka memahami dan mempersiapkan dirinya
menjalani masa yang lebih baik. Tingkat pengetahuan mempengaruhi
konsep diri wanita klimakterium dalam menghadapi menopause karena
49
sebagian besar wanita pada masa klimakterium merasakan berbagai macammacam keluhan yang ber beda-beda satu sama lain.
50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penelitian dapat
mengumpulkan hasil dari penenelitian sebagai berikut :
1. Ada hubungan pengetahuan dengan penerimaaan diri wanita
klimakterium dalam menghadapi menopause di Desa Lam Alu Cut
Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat terutama wanita klimakterium agar
dapat meningkatkan pengetahuan tentang masa menopause.
2. Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan kepada tenaga kesehatan setempat, untuk meningkatkan
pemahaman ibu tentang masa menopause.
3. Bagi Akademik Kebidanan U’budiyah
Diharapkan dapat
menjadi
tambahan referensi
dan
diperpustakaaan tentang klimakterium dan masa menopause.
bacaan
Download