PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGATASI PERMASALAHAN BANJIR PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN LENGGERONG SEMESTER 2 TH 2015/ 2016 Lilik Septiyani [email protected] ABSTRAK: Penggunaan Model Cooperative Learning tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantu media audio visual untuk meningkatkan hasil belajar mengatasi permasalahan banjir. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar IPA tentang banjir dengan penggunaan media audio visual dengan model Numbered Heads Together. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus. Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh hasil yang cukup memuaskan. Hal ini dapat dilihat ketuntasan klasikal meningkat pada siklus I menjadi 75% dengan rata-rata 68, kemudian peningkatan yang signifikan pada siklus II menjadi 100% dengan rata-rata 82. Kata Kunci: Cooperative Learning Tipe NHT, Media Audio Visual, Banjir PENDAHULUAN Dalam Pasal 3 Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 diungkapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hakikat pembelajaran IPA adalah kumpulan dari pengetahuan yang mengandung fakta-fakta, konsep atau prinsip-prinsip dalam proses penemuan. Dengan tujuan pembelajaran IPA mengacu kepada KTSP bahwa seorang guru harus menumbuhkan sikap peserta didik untuk bersyukur kepada ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, menerapkan pembelajaran IPA dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu terhadap sains, teknologi, dan masyarakat, memelihara serta menjaga kelestarian lingkungan. Jadi pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Berdasarkan pengamatan hasil belajar peserta didik yang dilakukan di SDN Lenggerong Kecamatan Bantarbolang pada hari Jum’at tanggal 10 Mei 2015, mendapatkan nilai dibawah KKM sebesar 56%. Saat pembelajaran berlangsung tidak dapat menguasai materi secara konkrit dan mengeluarkan pendapatnya.Dari permasalahan di atas ditemukan beberapa penyebab peserta didik merasa kesulitan dalam pembelajaran IPA adalah pertama guru hanya menggunakan satu metode pembelajaran yaitu ceramah. Kedua guru tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga peserta didik tidak bisa membayangkan konsep kerusakan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga guru tidak menggunakan variasi dalam mengajar. Keempat guru hanya memberikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan sendiri. Kelima guru memberikan banyak materi pelajaran, sehingga banyak peserta didik yang tidak tuntasan. Peneliti melakukan diskusi dengan guru IPA kelas IV. Dihasilkan bahwa pembelajaran yang akan diteliti ialah tentang banjir, sedangkan solusi untuk mengatasi permasalahan dan penyebab yang timbul dalam pembelajaran IPA tentang banjir pertama adalah menggunakan media gambar, dengan menggunakan gambar peserta didik dapat melihat gambar sebagai ilustrasi banjir. Kedua picture and picture, dalam pembelajaran ini peserta didik menyusun gambar-gambar dari kondisi awal sebelum terjadi banjir hingga terjadinya serta cara pencegahannya. Ketiga metode demontrasi dengan melakukan percobaan tentang banjir, dengan kegiatan ini peserta didikmempraktekan kejadian banjir. Keempat dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together) sebagai proses pembelajaran berkelompok, agar peserta didik dapat memecahkan masalah bersama-sama sehingga dapat menemukan konsep banjir sendiri, dan saat presentasi pembelajaran tidak saling tunjuk-tunjukan. Melainkan menggunakan pembanggilan nomor kepalanya. Permasalahan yang telah dikemukakan tersebut dapat diatasi melalui kolaborasi penggunaan media audio visual dengan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together), yang akan diaplikasikan dalam pembelajaran IPA pada materi banjir. Melalui media audio visual peserta didik dapat berpikir secara konkrit sehingga dapat menyimpulkan sendiri tentang banjir dan model Cooperative Learning tipe NHT (Numbered Heads Together)dalam proses pembelajarannya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan aktivitas peserta didik serta mengembangkan keterampilan social peserta didik 2). Bagaimana penggunaan media audio visual untuk mengembangkan kemampuan kognitif dengan memberikan rangsangan berupa gambar bergerak dan suara pada peserta didik kelas IV SDN Lenggerong semester 2 Th 2015/ 2016. Tujuan penelitian adalah 1). Mendeskripsikan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan aktivitas peserta didik serta mengembangkan keterampilan social peserta didik 2). Mendeskripsikan penggunaan media audio visual untuk mengembangkan kemampuan kognitif dengan memberikan rangsangan berupa gambar bergerak dan suara pada peserta didik kelas IV SDN Lenggerong semester 2 Th 2015/ 2016. Manfaat penelitian peserta didik dapat bekerja sama menyelesaikan tugas/ permasalahan yang diberikan oleh guru, memahami setiap bagian dari suatu permasalahan dan berani mengemukakan pendapatnya. Selain itu menggunakan media audio visual berguna untuk menarik perhatian peserta didik dalam menyampaikan materi ajar, menumbuhkan motivasi belajar dan memberikan pengalaman belajar dengan menyimpulkan pembelajaran dari sebuah video yang disajikan LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Anderson (1994: 99), “media audio visual adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang dituangkan melalui pita video”. Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi tetapi karena penyajian materi bisa digantikan oleh media, maka peran guru perlu menyiapkan video yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Sebagai upaya untuk lebih memaksimalkan berfikir konkrit dalam menemukan tentang banjir maka media audio visual dikolaborasikan dengan model cooperative pembelajaran learning tipe NHT cooperative learning (Numbered tipe Heads NHT Together). Model (Numbered Heads Together memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling memberikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang saling tepat, selain itu tipe ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan 59). Sedangkankata cooperative kerja learning berasal sama dari (Lie, bahasa 2007: Inggris yaitu Cooperative artinya bekerja sama sedangkan learning berarti pembelajaran. Jadi cooperative learning dapat diartikan belajar yang dilakukan secara bersamasama. Menurut Slavin (Isjoni, 2011: 15) mendefinisikan bahwa ‘cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4–6 orang dengan struktur kelompok heterogen’. Rahayu (2012) pernah melakukan penelitian menggunakan media audio visual, hasilnya yaitu siswa sangat antusias dan senang melihat organ tubuh secara konkrit dalam pembelajaran. Kemudian Effendi (2012) pernah melakukan penelitian dengan menerapkan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together) hasilnya yaitu menerima pembagian kelompok dengan lapang dada, saling membantu sesama teman, dan mau tampil kedepan dengan berani. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan Penelitian tindakan Kelas (PTK) dalam rangka meningkatkan kemampuan proses dan konsep terhadap pembelajaran IPA tentang banjir di SDN Lenggerong Kecamatan Bantarbolang dengan judul: “Penggunaan Media Audio Visual pada Pembelajaran IPA dengan Model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together) untuk Meningkatkan Hasil Belajar”. ‘Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan’ Sudjana (Kunandar, 2008: 76).Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui alat penilaian post tes diakhir pembelajaran. Adapun langkah pembelajaran dalam menggunakan media audio visual dengan cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together) terdiri dari (1) fase pembagian kelompok, perdik dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang dengan kemampuan yang berbeda. (2) fase pemberian nomor, setiap anggota kelompok diberikan ikat kepala bernomor dengan nomor satu sampai dengan empat. (3) Fase pemberian pertanyaan, perdik diberikan pertanyaan dalam bentuk lembar kerja peserta didik (LKPD) seputar isi videobanjir. (4) Fase menyaksikan video, perdik menyaksikan tayangan video tentang banjir. (5) Fase berfikir bersama, perdik diskusi bersama untuk menyelesaikan pertanyaan yang diajukan. (6) Fase menjawab, perdik yang dipanggil oleh gurudengan menyebutkan nomor kepalanya, kemudian peserta diidk menjawab pertanyaan di depan kelas. dan (7) Fase evaluasi, perdik mengerjakan lembar evaluasi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang telah berlangsung Berdasarkan permasalahan bertujuan (1) untukmendeskripsikan di atas, pelaksanaan penelitian pembelajaran IPA ini tentang banjir melaluipenggunaan media audio visual dengan model cooverative learning tipe NHT (Numbered Head Together) di kelas IV SDN Lenggerong Kecamatan Bantarbolang, (2) untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran IPA tentang belajar banjir melalui peserta didik dalam penggunaan media audio visual denganmodel cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) di kelas IV SDN Lenggerong Kecamatan Bantarbolang. Kerangka Berpikir Hasil belajar pada peserta didik kelas IV SD Negeri Lenggerong tentang mengatasi permasalahan banjir melalui model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together) berbantuan media audio visual. Hipotesis Tindakan Berdasar kerangka berpikir di atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: 1). Penggunaan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan aktivitas peserta didik serta mengembangkan keterampilan social peserta didik 2). Penggunaan media audio visual dapat mengembangkan kemampuan kognitif dengan memberikan rangsangan berupa gambar bergerak dan suara pada peserta didik kelas IV SDN Lenggerong semester 2 Th 2015/ 2016. METODE PENELITIAN Penelitian Kelas ini dilaksanakan bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2015. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas, menurut Subyantoro (2012:12) “Penelitian Tindakan Kelas ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas, yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.” Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus 1 dan siklus 2 dilaksanakan bulan Januari 2015. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV semester 1 pada SD Negeri Lenggerong 3 dengan jumlah siswa sebanyak 16 orang yang terdiri dari 8 laki laki dan 8 perempuan. Instrumen pengumpulan data adalah sesuai dengan tujuan penelitian, proses pengumpulan data diperoleh melalui: evaluasi, observasi dan dokumentasi. Untuk evaluasi pembelajaran dilakukan dengan dua cara. Pertama melalui LKPD dan cara post tes di akhir pembelajaran. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essay. Menurut Purwanto (1984:35) “tes essayadalah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan, yang jawabanya merupakan karangan atau kalimat yang panjang-panjang”. Kedua observasi yang dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan dan mencatat kejadian penting dalam proses pembelajaran IPA tentang banjir. Sebelum melaksanakan observasi peneliti menyiapkan lembar observasi sesuai dengan apa yang akan diamati, kemudian mendiskusikan lembar observasi bersama observer. Observer I merupakan guru SD Negeri Lenggerong dan observer II merupakan teman sejawat dari PPG. Saat pelaksanaan pembelajaran meminta bantuan observer untuk mengamati proses pembelajaran dan menuliskan temuan-temuannya ke dalam lembar observasi. Setelah selesai observasi kemudian hasilnya dikumpulkan kemudian dilakukan refleksi. Ketiga dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti ialah dengan mengidentifikasi data sekolah dan subjek yang akan dijadikan penelitian, kemudian mengambil foto saat proses pembelajaran yang berlangsung, setelah itu menganalisis hasil foto guna memperkuat hasil penelitian. Analisi data yang dilakukan adalah teknik kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data berupa deskripsi kejadian yang bersumber dari data observasi dan dokumentasi. Untuk data kualitatif dilakukan dengan lima tahap. Pertama tahap reduksi data dengan cara memilah dan memilih data yang diperlukan dan membuang data yang tidak diperlukan. Tahap kedua klasifikasi data dengan cara mengklasifikasikan data yang diperoleh dari siklus I dan II dengan mengacu pada RPP. Tujuannya untuk mengetahui aktivitas guru dan peserta didik yang diharapkan terjadi atau yang tidak diharapkan terjadi untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang diperoleh. Dan untuk mempermudah data-data kemudian diklasifikasikan sesuai dengan datanya, misalnya data tentang aktivitas guru, aktivitas peserta didik dan dokumentasi kegiatannya. Tahap ketiga display data dengan mendeskripsikan data yang sudah diperoleh baik dalam bentuk narasi, uraian atau dalam bentuk table juga grafik. Tahap keempat Interpretasi data dengan cara menafsirkan data-data yang sudah di display baik data dalam bentuk table atau dalam bentuk grafik. Tahap terakhir refleksi dengan cara meninjau kembali perencanaan dan pelaksanaan yang telah dilakukan dengan cara melihat kelebihan yang sudah diperoleh atau kelemahan apa yang harus ditingkatkan, kemudian kelebihan dan kelemahan dianalisis mengapa masih terjadi kelemahan dan bagaimana cara mengatasi kelemahan tersebut kemudian ditingkatkan pada tindakan berikutnya. Sedangkan data kuantitatif merupakan data dalam bentuk angka-angka yang diambil dari data hasil evaluasi dengan cara post tes setelah pembelajaran berlangsung. Untuk mengolahan data kuantitatif menggunakan cara penskoran diambil dari nilai individu peserta didik, rata-rata nilai subjek penelitian, dan daya serap klasikal (DSK). Adapun rumus penhitungannya sebagai berikut: 1. Penskoran Nilai Akhir = jawaban benar x 10 = 100 2. Rata-rata Rata-rata = jumlah nilai : jumlah siswa 3. DSK (Daya Serap Klasikal) HASIL PENELITIAN Siklus I Hasil penelitian pada siklus I. pada tahap perencanaan siklus I ini peneliti melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan tindakan siklus I. Persiapan-persiapan yang dilakukan diantaranya: mencari video animasi tentang banjir, kemudian mendengar video berulang-ulang untuk membuat intisari dari video animasi banjir, setelah itu merumuskan pertanyaan lembar kerja yang dapat menggali pengetahuan peserta didik tentang banjir dan menguasai materi banjir secara konkrit, selanjutnya menyusun RPP dengan langkah pembelajaran dengan penggunaan media audio visual, langkah terakhir membuat soal evaluasi yang dapat mencapai tujuan pembelajaran. Saat pembelajaran di kelas harus dipersiapkan laptop sebagai alat bantu menyaksikan video dan speaker untuk mendengarkan suara yang dikeluarkan dari video, selain itu kabel panjang untuk menyambungkan ke sumber listrik. Pelaksanaan siklus I pada hari kamis, 23 Mei 2015. kegiatan diawali dengan berdo’a bersama untuk mengawali pembelajaran bersama-sama dipimpin oleh ketua kelas, kemudian memeriksa kehadiran peserta didik. Setelah itu mengkondisikan dan merapihkan posisi duduk peserta didik agar terlihat rapih , dan memberikan motivasi berupa tanya jawab dan bernyanyi bersama “Pagiku cerah”. Ibu Ayu melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab kepada peserta didik sebagai berikut: “Jika kamu membuang sampah, kamu akan membuang kemana?”, peserta didik menjawab “Ke tempat sampah bu!”, satu orang yang duduk paling belakang menjawab “Ke selokan” sambil bercanda. Kemudian mengajukan pertanyaan lanjutan kepada anak itu “coba kamu bayangkan selama satu tahun sampah tersebut menumpuk di selokan?”, ia menjawab “mmm… penuh bu, di dekat rumah saya juga banyak sampah di sekitar selokan”. Selanjutnya Ibu Ayu memberikan pertanyaan kembali “Apa dampak bagi lingkunganmu?”, peserta didik yang duduk di depan mengacungkan tangan dan menjawab “Banyak lalat dan kalau hujan suka banjir terus dampaknya terbawa ke daerah banjirnya bu!”. Lalu Ibu Ayu mengajukan pertanyaan “Bagaimana cara pencegahannya?”. Kemudian teman yang duduk disampingnya menjawab “ya….jangan buang sampah ke selokan atuh”. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan memberikan pernyataan kepada peserta didik, “Pada pembelajaran hari ini, ibu harapkan kalian peduli terhadap lingkungan setelah menyaksikan tayangan video tentang banjir!” Pada kegiatan inti peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari empat orang yang mempunyai kemampuan yang berbeda dan jenis kelamin yang berbeda pula, adapun nama-nama kelompok satu adalah Alfi, Alya, Desti, Safira. Kelompok dua adalah April, Abdul, Anisa, Aulia. Kelompok tiga adalah Dani, Andi, Haris, Mira, dan kelompok empat adalah Jimy, Riki, Moniq, Gafari. Setiap kelompok terdiri dari atas laki-laki dan perempuan, yang mempunyai kemampuan lebih dan lemah. Setelah pembagian kelompok, guru membagikan LKPD kepada masingmasing kelompok. Kemudian peserta didik menyimak petunjuk pengerjaan LKPD. Pada saat diskusi dengan kelompoknya, Ibu Ayu membimbing peserta didik secara berkeliling ke setiap kelompok. Kemudian perwakilan peserta didik mempresentasikan hasil kerjaanya di depan kelas, namun terjadi saling tunjuktunjukan. Kemudian Ibu Ayu mengambil inisiatif membagi anggota kelompok dengan menggunakan warna merah, kuning, biru, hijau. Ibu Ayu memanggil peserta didik dibelakang kelas dengan menggunakan kalimat “warna merah kelompok 2”, sedangkan peserta didik yang tidak maju memperhatikan teman yang sedang mempresentasikan hasil kerjanya. Setiap kelompok yang tampil, diberikan pertanyaan. Setelah itu Ibu Ayu memanggil kembali peserta didik dengan nomor kepala untuk menyimpulkan pembelajaran. adapun beberapa yang diajuakn dalam pertanyaan sebagai berikut: “Apa yang kamu ketahui tentang banjir?”, “Bagaimana kondisi air saat banjir?”, “Bagaimana kondisi lingkungan saat banjir?”, “Siapa yang menyebabkan terjadinya banjir?”, “Jadi, apa arti banjir itu sendiri!”. Adapun hasil pengerjaan LKPD siklus I dijelaskan pada table 1. Tabel 1. Perolehan Nilai Kelompok siklus I NO NAMA KELOMPOK NILAI 1 Kelompok 1 83 2 Kelompok 2 89 3 Kelompok 3 75 4 Kelompok 4 62,5 Berdasarkan table 2 di atas, kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi adalah kelompok dua, sedangkan kelompok yang mendapatkan nilai terendah adalah kelompok empat. Saat pembelajaran kelompok dua melakukan kerja sama yang baik, tugasnya dibagi-bagi dari 15 soal dibagi oleh empat orang, jadi semua bekerja. Kegiatan akhir selama 10 menit dengan mengkondisikan peserta didik kembali ke tempat duduk semuala, kemudian guru memberikan soal evaluasi tentang banjir. Selanjutnya diberikan tindak lanjut dengan mengarahkan peserta didk untuk belajar tentang berita terjadinya banjir pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran di tutup dengan mengucapkan rasa syukur. Adapun hasil evaluasi siklus I dijelaskan pada table 2. Tabel 2. Ketuntasan Belajar Siklus I No Hasil Tes akhir Jumlah Presentase 1. Peserta didik yang tuntas 12 75 % 2. Peserta didik yang belum tuntas 4 25 % Berdasarkan data pada table 2 diketahui bahwa peserta didik kelas IV yang belum mencapai ketuntasan belajar minimum (KKM) dari 16 orang untuk materi banjir sebanyak 4 orang (25%) sedangkan yang telah mencapai ketuntasan meningkat menjadi 12 orang (75%). Adapun perolehan hasil belajar dari jumlah peserta didik 16 orang, peserta didik yang mendapat nilai 54 sebanyak 4 orang, nilai 63 sebanyak 4 orang, nilai 72 sebanyak 5 orang, nilai 81 sebanyak 3 orang.Dapat ditarik kesimpulan bahwa peserta didik yang mendapatkan nilai tertinggi meningkat menjadi 81 dan nilai terendah meningkat menjadi 54, dengan jumlah nilai seluruh peserta didik sebesar 1071 dengan nilai rata-rata 67. Nilai hasil belajar siklus I digambarkan pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3 bahwa hasil belajar siklus I, peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 60 sebanyak 12 orang dibagi jumlah seluruh peserta didik dikaliakan 100% maka dihasilkan presentase 75%. Hal ini menunjukan bahwa kelas masih belum tuntas. Karena kelas dikatakan tuntas, jika DSK (daya serap klasikal) mencapai 85%. Table 3. Nilai Hasil Belajar Siklus I No Keterangan Nilai 1 Nilai Tertinggi 81 2 Nilai Terendah 54 3 Jumlah Nilai 4 Nilai Rata-rata 1071 67 Hasil observasi siklus I siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2015 di kelas IV SD Negeri Lenggerong ialah pada fase pembagian kelompok guru membagi kelompok di awal pembelajaran, kelompok ribut saat berkumpul bersama temannya, posisi duduk tempat diskusi tidak beraturan sehingga kelas terlihat tidak rapi, satu orang ke depan memgang proyektor dan memainkan cahayanya, mungkin karena ia masih baru melihat benda seperti itu. Pada fase pembagian LKPD, guru membagikan kepada peserta didik, selanjutnya menjelaskan petunjuk pengerjaan, pada saat bersamaan, ada dua kelompok yang menuliskan nama-nama kelompok dan membagi ketua kelompok. Pada fase menyaksikan video guru menunjukan video animasi banjir, sebagian peserta didik mengatakan “asyik kita nonton kartun”, ketika video selesai peserta didik yang duduk di tengah mengatakan “Bu… lagi nontonya!”. Kemudian guru menanyakan “apakah kalian mengerti tentang isi video tersebut?”. Peserta didik yang duduk di dekat tembok sebelah kanan mengatakan “lagi bu, videonya cepat sekali”. Akhirnya guru menanyangkan video kedua kalinya. Pada fase didik,kelompok berfikir bersama dua tunjuk-tunjuk guru berkeliling siapa yang kepada peserta mengerjakan, kelompok empatmengerjakan seorang diri. Kelompok satu mengungkapkan kembali isi video “seratuuuuuuuuuuuus”. Saat dihampiri guru kemudian guru bertanya “kenapa kamu mengungkapkan kata seratu?”. Kata peserta didik kelompok 4 “Itu ada di video bu, jawaban pak lurah kepada anak kecil”. Pada fase menjawab guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian banyak peserta didik saling tunjuk-tunjukan, sehingga tiba-tiba guru memanggil nomor kepala peserta didik dengan kalimat, “warna meraaaaaaaaaaaaaah dari kelompok 2”. Saat pemanggilan nomor kepala, peserta didik terlihat tegang. Dan ada yang berkata “semoga bukan aku!” sambil mengelus-elus dada. Peserta didik yang maju ke depan tampak tegang sehingga ia tidak berani melihat gurunya, matanya mengarah ke atap kelas dan suaranya pun rendah. Ketika guru berkata “yang menjawab pertanyaan menentukan nilai kelompok”. Kemudian peserta didik merah itu menjawab pertanyaan agak keras. Dia menjawab “orang di dalam hutan menebang pohon”. Dan pertanyaan kedua dia jawab dengan tegas “pohon tinggal sedikit”. Saat pertanyaan ketiga diajukan dia menengok kepada temanteman sekelompoknya, dan menjawab dengan singkat “banjir”. Saat pertanyaan keempat diajukan dia menjawab “mmmmmmmm….mmmmm menebang pohon ya bu!”.Saat guru memberikan kata-kata semangat “kamu sangat pintar, kamu mampu menjawab pertanyaan yang ibu berikan, dan kamu juga sudah tahu tentang penyebab terjadinya banjir. Peserta didik tersebut senang dan berkata “hore…hore”. Ketika guru memanggil kedua kali nomor kepala peserta didik dengan kalimat, “warna biru dari kelompok 3”. Anak itu ke depan dengan jalan yang santai kemudian saat menjawab pertanyaan ia menghadap ke depan gurunya. Pada fase evaluasi, peserta didik diminta kembali ke tempat duduknya semula, saat itu ada yang membereskan meja, membalikan kursi, lari-lari dan ada yang berdiam diri saja. Kemudian mereka mengerjakan soal dengan fokus. Hasil jawaban lembar evaluasi banyak yang salah dalam soal cerita tentang cara pencegahan banjir di daerah padat penduduk. Mungkin karena soal ini diluar isi video. Sedangkan dalam pertanyaan arti, penyebab banjir ada 14 orang dari 16 orang yang menjawab benar. Refleksi siklus I Berdasarkan data tentang hasil observasi bahwa refleksi pelaksanaan pembelajaran siklus I dengan menggunakan media audio visual berjalan lancar, peserta didik senang saat menyaksikan video animasi banjir, pembagian kelompok belum tertib, dalam diskusi kelompok saling mengandalkan, ketika mempresentasikan hasil diskusi saling tuduh dan akhirnya tidak ada yang mau ke depan, sehingga guru berinisiatif untuk presentasi hasil kerja dengan cara memanggil nomor kepala. Sedangkan peserta didik belum mencapai KKMsebanyak 4 orang dari 16 orang dan DSK (Daya Serap Klasikal) mencapai 75%, pembelajaran ini belum dinyatakan tuntakan karena belum mecapai 85%. Langkah perbaikannya ialah memperbaiki proses pembelajaran, sehingga meningkatkan hasil belajar. Kedua belum tertib saat duduk dengan kelompok, langkah perbaikan agar peserta didik tertib saat menempati posisi duduk perkelompok. Melakukan pembagian kelompok dilakukan di awal pembelajaran setelah berdo’a, kemudian pemberian tugas dengan cara dua orang bertugas membalikkan meja, dan dua orang membalikan kursi serta merapihkan posisi duduk. Ketiga soal LKPD dikerjakan oleh sebagian orang,Agar tidak ada saling mengandalkan pekerjaan. Salah satunya dengan cara memberikan pembagian tugas secara adil dan jelas. Keempatpeserta didik tidak mau ke depan langkah perbaikannya menggunakan model pembelajaran yang tepat, saat peserta didik dipanggil dengan nama warna, ia mau ke depan. Jadi untuk pertemuan selanjutnya menerapkan model cooperative learning tipe NHT, supaya tidak ada saling tuduh untuk mempresentasikan hasil kerja atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Keenam video harus ditayangkan dua kali, karena jika sekali anak belum semuanya dapat menguasai materi dalam video tersebut. Ketujuh peserta didik ribut saat kembali ke tempat semula, langkah perbaikannya dengan cara memberikan pengarahan kepada peserta didik sebelum pengerjaan lembar evaluasi. Kedelapan soal yang banyak salah tentang cara pencegahan banjir, jadi guru harus lebih menanamkan konsep tentang cara pencegahan. Kesimpulannya langkah perbaikan pada siklus II ditambahkan model cooperative learning tipe NHT untuk memperbaiki aktivitas peserta didik, kemudian dibuatlah nomor kepala yang terbuat dari karton dan pita supaya peserta didik termotivasi, kemudian ditambahkan kegiatan POE (predict, observasi, explain) sebagai langkah pembelajaran. Namun tidak merubah fase pembelajaran yang disusun. Kegiatan predict dilakukan diawal pembelajaran saat apersepsi dengan menggali pengetahuan peserta didik melalui tanya jawab peristiwa terjadinya banjir di Indonesia, pada kegiatan observasi dilakukan dengan menyaksikan tayangan peristiwa banjir di lingkungan sekitar, agar peserta didik dapat peduli dengan lingkungan sekitar. Kegiatan explain hampir sama dengan kegiatan diskusi dan menjawab pertanyaan dari guru. Dilihat dari hasil siklus I yang kurang optimal, guru perlu mengadakan siklus II agar nilai yang dihasilkan dapat tercapai secara optimal. Proses pelaksanaan siklus II sama halnya dengan siklus I. Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan tindakan siklus II.Persiapan yang dilakukan diantaranya: mencari video animasi yang tentang banjir dalam kehidupan sehari-hari, kemudian mendengar video berulang-ulang untuk membuat intisari dari video banjir sebagai bahan ajar, setelah itu merumuskan LKPD yang dapat menggali pengetahuan peserta didik tentang banjir dan menguasai materi banjir secara konkrit, selanjutnya menyusun RPP dengan langkah pembelajaran dengan penggunaan media audio visual dengan model cooperative learning tipe NHT, membuat ikat kepala bernomor agar peserta didik termotivasi belajar, langkah terakhir membuat soal evaluasi yang dapat mencapai tujuan pembelajaran. Saat pembelajaran di kelas harus dipersiapkan laptop sebagai alat bantu menyaksikan video dan speaker untuk mendengarkan suara yang dikeluarkan dari video, selain itu kabel panjang untuk menyambungkan ke sumber listrik. Pelaksanaan siklus II Pelaksanaan penelitian siklus II dilaksanakan hari senin, tanggal 27 Mei 2015. Sebelum guru masuk ke ruang kelas, lima orang peserta didik menunggu di depan ruangan dan mengatakan “Bu, sekarang nonton lagi ya?”. Kemudian Ibu Ayu hanya menganggukan kepala. Dua dari lima orang mengatakan “Yes!” dengan menggunakan gerakan tangan dan penuh ekspresi rasa senang. Satu dari lima orang itu mengekspresikan rasa gembiranya dengan menemukan kedua tangannya dan berkata “Asyik...asyik”. Sedangkan dua orang berkata “Bu, kami bantu membawa speaker, proyektor dan kabelnya ya!” (sambil memohon). Kedua orang tersebut membantu Ibu Ayu dalam memasangkan proyektor, speaker dan kabel kepada stop kontak. Pada awal pembelajaran peserta didik sudah duduk rapih, tampaknya mereka sudah siap untuk belajar. Tanpa diinstruksikan oleh guru, ketua kelas memimpin berdoa. Saat diabsen ternyata semuanya masuk, tidak ada yag izin maupun sakit. Kemudian peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok, yang terdiri. Kelompok 1 terdiri dari Alfi , Alya, Dezti, Safira. Kelompok 2 terdiri dari April, Abdul, Anisa, Mira. Kelompok 3 terdiri dari Dani, Andi, Hariz, dan Mei. Sedangkan kelompok 4 terdiri dari Jimy, Riki, Moniq, Gifar. Ketua kelompok mengambil ikat kepala dan LKPD di meja yang elah disiapkan. Kemudian ketua kelompok membagikan ikat kepala bernomor tersebut kepada anggota kelompoknya. Saat dibagikan terlihat ceria wajah anak-anak. Untuk mengkondisikan sebelum belajar, peserta didik diberikan motivasi berupa lagu “Ku takut terjadi banjir”. Selanjutnya guru melakukan kegiatan predict dalam apersepsi dengan melakukan tanya jawab kepada peserta didik salah satu pertanyaanny adalah “Masih ingatkah video banjir, pada pertemuan minggu kemarin?”. Kemudian memberikan pertanyaan yang menggali pengetahuan mereka tentang peristiwa terjadinya banjir di Indonesia. Selanjutnta guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan memberikan pernyataan kepada peserta didik, “Kemarin kalian telah menonton video animasi tentang banjir, hari ini kalian akan menyaksikan video tantang peristiwa terjadinya banjir di Jakarta dari sebuah tayangan berita. Ibu harapkan kalian dapat mengidentifikasi penyebab, dampak dan cara mengatasi banjir tersebut!” Pada kegiatan inti peserta didik menyimak petunjuk pengerjaan LKPD dan soal yang akan dijawab berkaiatan dengan video yang dibacakan oleh ketua kelompok kepada anggota kelompoknya. Ibu Ayu mengatakan “Ilmuan” kemudian anak-anak menjawab dengan kata “Siap”. Maka semuanya tertuju kepa pusat suara dan merapihkan posisi duduknya. Selanjutnya peserta didik melakukan observasi dengan menyaksikan tayangan video berita peristiwa banjir di Jakarta, setelah itu peserta didik pengerjaan LKPD secara berdiskusi dengan kelompoknya, guru membimbing dalam berdiskusi dengan kelompoknya. Kegiatan explain dengan memanggil nomor kepala peserta didik dengan kata “Nomor satu warna biru”. Saat dipanggil anak-anak sudah tidak terlihat tegang. Saat temannya mempresentasikan hasil kerjanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru, peserta didik lainnya memperhatikan dan fokus ke sumber suara. Menyimpulkan hasil belajar dilakukan oleh peserta didik dengan memanggil nomor kepalanya. Adapun perolehan nilai kelompok pada siklus II dijelaskan pada table 4 sebagai berikut: Tabel 4. Perolehan Nilai Kelompok Siklus II NO NAMA KELOMPOK NILAI 1 Kelompok 1 90 2 Kelompok 2 89 3 Kelompok 3 90 4 Kelompok 4 82 Berdasarkan table 4 di atas perolehan hasil diskusi kelompok mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Kelompok 4 yang awalnya 62 meningkat menjadi 83. Kemudian peserta didik yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas diberikan kuis tentang mengidentifikasi berita tentang banjir Jakarta sedangkan peserta didik lainnya memperhatikan teman yang sedang mempresentasikan hasil kerjanya. Kemudian guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran dengan melakukan tanya jawab tentang banjir Setelah peserta didik terkondisikan kemudian guru memberikan soal evaluasi tentang banjir dengan dibatasi oleh waktu pengerjaan 10 menit. Guru memberikan arahan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Guru bersama peserta didik menutup pembelajaran dengan mengucapkan rasa syukur. Adapun perolehan hasil belajar pada siklus II menggunakan media audio visual dengan model cooperative learning tipe NHT dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siklus II No Hasil Tes akhir Jumlah Presentase 1. Peserta didik yang tuntas 16 100% 2. Peserta didik yang belum tuntas 0 0% Berdasarkan data pada table 5 diketahui bahwa peserta didik kelas IVsudah mencapai ketuntasan belajar minimum (KKM) dari 16 untuk materi banjir sebanyak 4 orang (100%) tidak ada yang belum tuntas atau kalau di persentase 0%. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada siklus II secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 21. Adapun perolehan hasil belajar dari jumlah peserta didik 16 orang meningkat dibandingkan siklus I, peserta didik yang mendapat nilai 67 sebanyak 10 orang, nilai 83 sebanyak 4 orang, nilai 100 sebanyak 2 orang. Adapun perolehan nilai post test siklus II di gambarkan pada gambar 2 sebagai berikut: Table 6. Nilai Hasil Belajar Siklus II No Keterangan Nilai 1 Nilai Tertinggi 100 2 Nilai Terendah 67 3 Jumlah Nilai 4 Nilai Rata-rata 1298 82 Berdasarkan tabel 6 bahwa hasil belajar siklus II, peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 60 sebanyak 16 orang dibagi jumlah seluruh peserta didik dikaliakan 100% maka dihasilkan presentase 100%. Hal ini menunjukan bahwa kelas mas tuntas. Karena kelas dikatakan tuntas, jika DSK (daya serap klasikal) mencapai 85%. Hasil penelitian observasi siklus II pelaksanaan pembelajaran media audio visual dengan cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together)pada fase pembagian kelompok dilakukan di awal pembelajaran. Pada kegiatan ini kelompok jauh lebih tertib dibandingkan pada siklus I, jadi proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Pada fase pemberian pertanyaan, LKPD diambil oleh ketua kelompok ke depan kelas berbarengan dengan mengambil lembar kerja. Pembacaan pertnayaan dalam lembar kerja oleh ketua kelompok. Dalam kegiatan ini menumbuhkan karakter kepemimpinan kepada anak, dan anggota yang lain mendengarkan petunjuk menyaksikan video dan pertanyaan seputar video sehingga kegiatan ini menumbuhkan karakter rasa ingin tahu. Jadi pada fase pemberian pertanyaan, anak belajar berorganisasi dalam skala kecil. Pada fase pemberian nomor dengan menggunakan ikat kepala membuat peserta didik senang, ada juga yang susah menggunakan ikat kepala sehingga meminta bantuan guru untuk memasangkan, terutama untuk anak laki-laki. Saat pengambilan ikat kepala dilakukan oleh ketua kelompok sesuai dengan nama kelompoknya, sehingga menumbuhkan karakter berani, tanggung jawab dan kejujuran. Kegiatan IPA POE (Predict, Observasi dan Explain) tergambar dalam kegiatan apesepsi dimana peserta didik diberikan pertanyaan seputar peristiwa banjir di Indonesia. Pada kegiatan ini anak merasa senang, dibuktikan saat diberikan pertanyaan dia mampu menjawab dan berebutan menjawabnya. Anak yang diam juga menjadi aktif. Kegiatan observasi tergambar pada fase menyaksikan video berita tentang banjir di Jakarta, peserta didik terfokus pada video. Tidak ada yang mengobrol atau bermain-main dengan temannya. Peserta didik tidak ada yang bertanya, melaikan saat selesai guru menanyakan kembali seputar isi video dari lima orang, empat orang yang dapat menjawab. Hal ini membuktikan peserta didik sudah dapat menguasai materi secara konkrit. Pada fase berfikir bersama guru berkeliling ke setiap kelompok. Dari empat kelompok sudah mulai adanya tanya jawab antar anggota kelompok. Dan dibacakan kembali pertanyaan LKPD oleh ketua kelompok, temannya yang lain mendengarkan. Saat guru berkunjung ke kelompok orange, tiba-tiba saat ketua kelompok membacakan petunjuk pengerjaan dan soal, ada temannya yang duduk disebelahnya mengambil kertas. Saat ditanya oleh guru “Mengapa kamu merebut LKPD?”, ia menjawab “Ingin gantian membacanya”. Pada fase menjawab pertanyaan dilakukan dengan cara memanggil nomor kepalanya. Ekspresi peserta didik tenang, ada juga yang tersenyum dan berkata “semoga aku ke depan”. Dan tidak ada saling tunjuk-tunjuk. Ia sudah berani dan siap untuk menjawab pertanyaan. Pada saat temannya menjawab pertanyaan, peserta didik lainnya memperhatikan jawaban yang dilontarkan temannya. Pada fase evaluasi ketika akan mengerjakan soal evaluasi berupa post tes, guru memberikan arahan agar tertib saat berpindah tempat. Kemudian ada peningkatan dibandingkan sebelumnya, mereka mengikuti arahan dari gurunya. Dan tidak ramai saat berpindah tempat duduk. Dari hasil lembar jawaban evaluasi 2 orang dari 16 orang tidak mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi penyebab, dampak dan cara pencegahan banjir yang terdapat dalam teks berita banjir di Bandung. Hal ini dibuktikan dengan nilainya betul semua. Refleksi pelaksanaan siklus II Refleksi pelaksanaan siklus II dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media audio visual dengan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together), Pembagian kelompok yang dilakukan di awal pembelajaran membuat suasana kelas tertib tidak rebut, ikat nomor kepala yang berwarna-warni membuat peserta didik senang, karena ini hal yang baru bagi mereka dalam proses pembelajaran, video berita banjir membuat peserta didik belajar dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di lingkungan sekitar, dalam pembelajaran ini juga peserta didik sudah dapat menceritakan kembali isi video dengan menggali lewat pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan cara pemanggilan nomor kepala, pada saat ke depan kelas, tanpa harus disuruhsuruh mereka sudah mau ke depan. Secara tidak langsung hal ini menumbuhkan karakter berani dan bertangggung jawab. Hasil presentasi kelompok meningkat, hasil belajar peserta didik meningkat yang semula nilai rata-rata 63 meningkat menjadi 82, KKM pada siklus I 75% meningkat menjadi 100%, Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pembelajaran IPA melalui visual dengan model cooperative learning penggunaan tipe NHT media audio (Numbered Heads Together) dalam pembelajaran IPA tentang banjir di kelas IV C meningkat. Hal ini dibuktikan pada fase pembagian kelompok yang asalnya ribut atau tidak tertib, pada siklus II menjadi tertib, pembagian kelompok lebih tertib dilaksanakan sebelum kegiatan inti. Pada fase kedua penomoran awalnya tidak menggunakan ikat kepala mengakibatkan peserta didik menjadi bingung, saat menggunakan ikat kepala peserta didik menjadi senang dan bersemangat. Fase ketiga pemberian pertanyaan dengan pembagian LKPD awalnya guru yang membagikan dan dibacakan oleh guru diperbaiki dalam siklus II yang mengambil dan membacakan oleh ketua kelompok hal ini membuat peserta didik aktif dan lebih focus terhadap langkah kerja. Fase keempat menyaksikan video pada saat menonton animasi banjir peserta didik terlihat semangat karena menonton kartun tetapi pada saat menonton berita banjir peserta didik mengetahui tentang banjir dalam kehidupan nyata. Fase lima berfikir bersama pada siklus I hanya sebagian anggota kelompok yang menyelesaikan tugas meningkat saat siklus II peserta didik sudah dapat bertanggung jawab dengan tugasnya. Fase enammenjawab pemanggilan nomor kepala saat siklus I peserta didik masih bingung dan lupa dengan nomor kepalanya tetapi pada siklus II peserta didik ingat dengan nomor kepala ketika dipanggil juga dia berani ke depan, tanpa disadari hal ini menumbuhkan karakter berani, jujur dan bertangung jawab dan saat menjawab pertanyaan pada siklus I masih ada saling tunjuk dan kegugupan pada diri peserta didik tetapi pada siklus II, peserta didik sudah berani mengungkapkan pendapatnya. Fase ketujuh evaluasi pada siklus I terjadi keributan saat merapihkan meja tetapi pada siklus II peserta didik tertib saat mengembalikan posisi kursi dan meja. Adapun hasil belajar pada siklus I dari 16 orang peserta didik yang mendapatkan nilai 6 ke atas sebanyak 12 orang sekitar 75%, peserta didik 4 orang atau 25% belum dinyatakan lulus dengan nilai rata-rata 67. Namun hasil pada siklus II dari 16 orang peserta didik yang mendapatkan nilai 6 ke atas sebanyak 16 orang sekitar 100 % dengan nilai rata-rata 82, Hal ini membuktikan bahwa jika media audio visual dan model cooperative learning tipe NHTdipadukan dalam proses pembelajaran, akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil rekapitulasi peningkatan hasil belajarmenggunakan media audio visual dengan model cooperative learning tipe NHT pada pembelajara IPA tentang banjir pada tahap siklus I, dan siklus II kelas IV SD Negeri Lenggerong dapat dilihat pada diaram 7, 8 dan gambar 3 perolehan nilai rata-rata selama proses pembelajaran adalah: Tabel 7. Ketuntasan Belajar Setiap Siklus No Hasil Post Tes 1 2 Peserta Didik Presentase Pra I II Pra I II Tuntas 10 12 16 56% 75% 100% Belum Tuntas 6 4 0 44% 25% 0% Tabel 8. Nilai Rata-rata Setiap Siklus No 1 Keterangan Nilai Tertinggi Pra Siklus Siklus I Siklus II 72 81 100 2 Nilai Terendah 16 54 67 3 Jumlah Nilai 883 1071 1298 4 Nilai Rata-rata 49 67 82 PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan pembelajaran menggunakan media audio visual dengan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together) meningkat yang asalnya peserta didik tidak menguasai konsep secara konkrit meningkat menjadi mampu menguasai materi secara konkrit yang asalnya dari video animasi menjadi video peristiwa bencana banjir di lingkungan sekitar. Peserta didik yang tadinya malu untuk maju ke depan menjadi berani maju ke depan. Kerja kelompok pada siklus I dilakukan oleh sebagian anggota kelompok, meningkat pada siklus II sudah ada tanggung jawab memecahkan masalah bersama, peserta didik semangat belajar saat menggunakan ikat kepala bernomor. Penumbuhan karakterk kerjasama, organisasi, rasa ingin tahu, berani, tangggung jawab, jujur, dan aktif dalam pembelajaran IPA. Sedangkan hasil belajar peserta didik pada awal siklus mendapatkan nilai dibawah KKM dari 16 hanya 10 yang lulus dan memperoleh DSK (Daya Serap Klasikal) sebesar 56% dengan rata-rat 49. Terjadi peningkatan pada siklus I DSK (Daya Serap Klasikal) menjadi 75% dengan rata-rata 67, kemudian meningkat yang signifikan pada siklus II DSK (Daya Serap Klasikal) mencapai 100%. Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa penggunaan media audio visual dengan model cooperative learning tipe pembelajaran IPA tentang banjir dapat meningkatkan hasil belajar. NHT dalam DAFTAR RUJUKAN Anderson, Ronald. (1994). Pemilihan dan Pengembangan Media Audio Visual.Jakarta: Grafindo Pers Daryanto.(2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media Effendi, Fenty Fitriani. (2012), Penerapan Model Cooperative Learning tipe NHT (Numbered Heads Together) pada Topik Alat Indera Manusia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPASkripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan Hermawan, Ruswandi. (2007). Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung: UPI Press Isjoni. (2011). Pembelajaran Cooperative Learning. Yogyakarta: Pristaka Pelajar Kunandar. (2009). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers Rahayu, Puji. (2012). Meningkatkan hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Audio Visual pada Pembelajaran IPA tentang Kerangka Manusia. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan Sistem Pendiidkan Nasional.(2003). UU RI No. 20 Th. 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia