BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR Kajian teori berisikan teori-teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji bentuk bentuk eufemisme. Teori yang digunakan antara lain teori penerjemahan dan teori semantik. Dalam penerjemahan, teori yang digunakan antara lain: pengertian penerjemahan, teknik penerjemahan dan kualitas penerjemahan. A. Kajian Teori 1. Penerjemahan A. Pengertian Penerjemahan Penerjemahan merupakan proses pangalihan pesan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Hal ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Larson (1984) yang mengatakan bahwa Translation is transferring the meaning of the source language into the receptor language. Dalam hal ini penerjemahan dititik beratkan pada pengalihan makna, karena makna merupakan inti penting yang harus dipertahankan dalam pengalihan kedalam bahasa sasaran. Mengenai pentingnya makna Newmark (1988:7) mengatakan bahwa translation is a craft consisting in the same massage or statement in another language. Yang berarti penerjemahan juga harus mempunyai keterampilan untuk mengubah struktur bahasa sumber kedalam bahasa sasaran demi menjaga kesetiaan makna. Dalam hal ini pengubahan struktur bahasa sumber kedalam bahasa sasaran sangat disahkan namun makna yang terkandung dalam bahasa sumber harus tetap dipertahankan. 9 10 Beberapa ahli juga memiliki pendapat yang sama antara lain Nida & Taber (1982:12), Bell (1991:12-3), dan Kridalaksasa (2008: 181), menyatakan penerjemahan itu adalah pengalihan amanat mereproduksi suatu pesan dari Bsu kedalam Bsa (antar budaya dan/ atau antar bahasa) dalam tataran gramatikal atau leksikal dengan makna atau kandungan isi (maksud), efek, wujud, dan gaya bahasanya sedapat mungkin dipertahankan, Nida & Taber (1982), Bell (1991), Kridalaksana (2008), dan menerangkan lebih jelas bahwa penerjemahan itu : (1) pengalihan pesan amanat (content) dari Bsu ke Bsa (antar bahasa) dalam bentuk tulis maupun lisan, karena pesan dapat saja dalam bentuk tertulis maupun lisan,(2) hal utama yang harus diingat bahwa kesepadanan pesan antara Bsa dan Bsu merupakan prioritas utama, (3) kemudian mempertahankan gaya bahasa (stilistik) dari Bsu, bukan struktur bahasa.Penapat tersebut di perkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Nababan (2003:20) bahwa konsep dalam penerjemahan meliputi: pertama, suatu konsep dapat diungkapkan dalam dua bahasa yang berbeda. Kedua, setiap pesan yang dialihkan pasti diungkapkan atau diwujudkan dalam bentuk bahasa baik secara lisan dan tertulis. Ketiga, gaya bahasa terjemahan merupakan salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam setiap kegiatan menerjemahkan. B. Proses Penerjemahan Proses penerjemahan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada saat dia mengalihkan amanat dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran (Nababan, 2003:24). Proses penerjemahan sangat mempengaruhi produk terjemahan nantinya. Terdapat tiga tahapan dalam penerjemahan yang dikemukakan oleh Nida dan Taber (1982:33). 11 Proses penerjemahan tersebut digambarkan sebagai berikut: A (Source) B(receptor) Analysis X Restructuring Transfering Y Gambar 2.1: Proses Penerjemahan Nida & Taber Pada tahap analisis, penerjemahan menganalisis teks BSU dalam hal (a) hubungan gramatikal dan (b) makna kata dan rangkaian kata – kata untuk memahami makna isi secara keseluruhan. Setelah makna Bsu dipahami, kemudian makna tersebut ditransfer didalam pikiran penerjemah dari Bsu kedalam Bsa. Pada tahap restukturisasi, makna Bsu ditulis kembali dalam bahasa sesuai dengan aturan dan kaidah yang ada dalam Bsa. C. Teknik Penerjemahan Dalam penerjemahan terdapat beberapa teori mengenai teknik yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya ada pendapat yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002: 509) yang mengatakan bahwa teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual kata, frasa, klausa maupun kalimat. Dan Molina dan Albir juga menyatakan teknik penerjemahan memiliki lima karakteristik yaitu: 1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan. 12 2. Teknik diklasifikasikan dengan cara membandingkan teks Bsu dengan teks Bsa 3. Teknik berada pada tataran mikro. 4. Teknik tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan konteks tertentu. 5. Teknik bersifat fungsional. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori Molina dan Albir yang akan digunakan untuk menganalisis teknik penerjemahan yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat yang mengandung eufemisme dalam novel Fifty Shades of Grey. Berikut ini merupakan teknik-teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002: 509 - 511). 1. Adaptasi (Adaptation) Molina dan Albir ( 2002: 511) menyebutkan fungsi adaptasi adalah To replace a ST cultural element with one from the target culture, adaptasi merupakan teknik penggantian elemen budaya pada Bsu dengan elemen yang bersifat sama pada budaya Bsa. Sebagai contoh: Bsu : but this is my profession,” he tells me. “ this is my hobby- medicine man.” Bsa : “ tetapi ini adalah profesi saya,” dia mengatakan kepada saya. “ ini merupakan hobi saya- dukun.” Frasa “medicine man” pada teks bahasa sumber diterjemahkan dengan menggunakan teknik adaptasi menjadi ‘dukun’. Hal ini dikarenakan budaya yang 13 ada pada bahasa sasaran lebih akrab dengan istilah ‘ dukun’ dari pada diterjemahkan menjadi ‘ tukang obat’. 2. Amplifikasi (Amplification) Molina dan Albir (2002:511) menyebutkan fungsi amplifikas adalah To introduce details that are not formulated in the ST: information, explicative paraphrasing, amplifikasi merupakn teknik yang memperkenalkan informasi secara detail atau mengeksplisitkan informasi yang tidak terurai dalam Bsu. Sebagai contoh: Bsu : you remember the paragon? Bsa : kau ingat hotel paragon? Pada contoh diatas terdapat penambahan yang terdapat pada Bsa, penambahan informasi pada Bsa membuat hasil terjemahan lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh pembacanya. 3. Peminjaman (Borrowing) Molina dan Albir (2002:511) menyebutkan fungsi borrowing adalah To take a word or expression straight from another language. It can be pure (without any change),teknik borrowing merupakan teknik peminjaman langsung suatu kata atau ungkapan dari bahasa lain. Teknik peminjaman dibagi menjadi dua yaitu peminjaman murni(pure borrowing) dan peminjaman dengan penyesuaian ejaan (naturalization). (natularization). Selain molina Newmark juga mengungkapkan teori 14 Bsu :Telecommunications networks consist of computers, communications processors, and other device interconnected by communications media and controlled by communications software. Bsa : Jaringan telekomunikasi terdiri dari komputer, pemroses komunikasi, dan peralatan lainnya yang dihubungkan satu sama lain melalui media kamunikasi serta dikendalikan melalui software komunikasi. Kata telekomunikasi dan komputer merupakan bentuk penyerapan atau kata yang diterjemahkan dengan teknik peminjaman alami. 4. Kalke (Calque) Molina dan Albir (2002:511) menjelaskan Kalke sebagai berikut ”Literal translation of a foreign word or phrase; it can be lexical or structural”. Kalke merupakan teknik penerjemahan dengan mentransfer kata atau frasa dari Bsu secara harfiah ke Bsa baik secara leksikal maupun struktural. Bsu : Telecommunications network technologies, including the telecommunications media, processors, and software needed to privide wired basees and wireless access and support for the internet and private internet- based networks such internets and extranets. Bsa : Teknologi jaringan telekomunikasi, termasuk media telekomunikasi, processor dan software yang dibutuhkan untuk menyediakan akses kabel dan nirkaber serta dukungan untuk jaringan internet dan jaringan pribadi berbasis internet dan ekstrane 15 5. Kompensasi (compensation) Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan bahwa Compensation berfungsi To introduce a ST element of information or stylistic effect in another place in the TT because it cannot be reflected in the same place as in the ST. This corresponds to SCFA ’s conception. Kompensasi merupakan teknik yang memperkenalkan elemen informasi atau efek stilistik pada tempat lain pada Bsa karena tidak ditempatkan pada posisi yang sama seperti dalam Bsu. Teknik ini biasanya digunakan untuk antar paragraf dan antar kalimat. Contohnya: Bsu :I just stuck out a hand to shake, bade a silent farewell to all my wishful old delusions and announced, “ madam- I’m your girl.” Bsa :Saya hanya mengulurkan tangan untuk bersalaman, mengatakan selamat tinggal dalam diam pada semua delusi lama saya yang mengagumkan, “ nyonyasaya siap.” 6. Deskripsi (Description) Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan bahwa fungsi teknik deskripsi adalah To replace a term or expression with a description of its form or/and function”. Deskripsi yaitu mengganti sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk atau fungsinya. Halini berbeda dengan amplifikasi yang mengeksplisitkan informasi yang masih implisit. Contohnya: Bsu : But I wish me and David could He cuts me off.” See now thats your problem. You’re wishin’ too much, baby. You gotta stop wearing your wishbone where your backbone oughtta be.” 16 Bsa : “ Tetapi saya berharap David dan saya dapat.” 7. Kreasi diskursif (Discursive creation) Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan fungsi teknik kreasi diskursif adalah. To establish a temporary equivalence that is totally unpredictable out of context. Kreasi diskursif merupakan teknikpenggunaan suatu padanan temporer yang diluar konteks atau tak terprediksikan. Teknik ini biasanya digunakan pada penerjemahan judul. Sebagai contoh Bsu :“Not on your life! Anyway, that hat belongs to me!” Bsa :“Enak saja! Lagi pula, topi ini kan memang punyaku.” Dalam contoh tersebut not on your life diterjemahkan menjadi enak saja. Penerjemah sangat tak terduga dan keluar dari konteks yang ada. 8. Kesepadana Lazim (Established equivalent) Fungsi kesepadanan lazim merupakan teknik penggunaan istilah atau ungkapan yang telah lazim digunakan, diakui dalam kamus atau bahasa sasaran sebagai padanan dari Bsu tersebut. Seperti dikatakan oleh Molina dan Albir ( 2002: 511) fungsinya adalah To use a term or expression recognized (by dictionaries or language in use) as an equivalent in the TL.Sebagai contoh “Bsu : Him sick! Boo hoo! Him dying! Him no longer stay with us... bad juju living in him! 17 Bsa: “Suamiku sakit tuan... huu-huu dia sekarat! Ada sihir jahat dalam dirinya.. huu huu Kalimat diatas diterjemahkan mengunakan padanan dalam bahasa sasaran dengan tetap mempertahankan makna dalam bahasa sumber. 9. Generalisasi (Generalization) Generalisasi merupakan teknik penggunaan istilah yang lebih umum atau netral dalam bahasa sasaran. Seperti pendapat Molina dan Albir (2002: 511) fungsi generalisasi adalah To use a more general or neutral term.Sebagai contoh Bsu :“Look snowy, thats tenerife, the largest of the canary islands as I expect you know, the canaries lie north west of sahara. Over there, the port, thats santa cruz.” Bsa: “Lihat milo! Itu Afrika”. Berdasarkan contoh tersebut dapat dilihat bahwa penjelasan yang melebar diterjemahkan menjadi Afrika yang terkesan lebih umum. 10. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification) Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan Fungsi dari amplifikasi linguistik adalah “To add linguistic elements. This is often used in consecutive interpreting and dubbing”.Teknik ini merupakan teknik penambahan elemen linguistik sehingga terjemahannya lebih panjang. Teknik ini sering diterapkan dalam pengalihbahasaan dan dubbing. Bsu :Like cannon Bsa : Seperti sebuah meriam 18 11. Kompresi Linguistik (Linguistic compression) Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan fungsi kompresi linguistik adalah To synthesize linguistic elements in the TT. This is often used in simultaneous interpreting and in sub-titling. Teknik ini merupakan teknik mensintesis elemen linguistik yang ada menjadi lebih sederhana karena sudah dapat dipahami. Bsu : She felt like she was moving underwater. Bsa : Dia merasa seperti bergerak dibawah air. 12. Penerjemahan Harfiah (Literal translation) Teknik penerjemahan harfiah merupakan teknik penerjemahan suatu kata atau ungkapan secara kata perkata. Seperti yang diungkapkan oleh Molina dan Albir (2002: 511bahwa fungsi penerjemahan harfiah adalah To translate a word or an expression word for word, hal ini juga corresponds to Nida’s formal equivalent; when form coincides with function and meaning, as in the second example. It is the same as SCFA ’s literal translation. Bsu : Like a gauntled of escorts Bsa : Seperti sepasukan pengawal 13. Modulasi (Modulation) Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan bahwa modulasi berfungsi “To change the point of view, focus or cognitive category in relation to the ST; it can be lexical or structural”. Modulasi merupakan teknik penggantian sudut pandang, fokus atau 19 kategori kognitif dari Bsa; bisa dalam bentuk struktural maupun leksikal. Contohnya: Bsu : Like a great deflating baloon Bsa : Seperti balon besar yang kehabisan udara. 14. Reduksi (Reduction) Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan bahwa teknik reduksi berfungsi sebagai berikut “To suppress a ST information item in the TT.”Teknik ini adalah teknik yang mengimplisitkan informasi karena komponen maknanya sudah termasuk dalam bahasa sasaran.Teknik ini mirip dengan teknik penghilangan (omission atau deletionatau sub traction) atau implisitasi. Dengan kata lain, informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan implicit dalam teks bahasa sasaran. Sebagai contoh Bsu : “I didn’t run away becouse i was frightened, just... just... that man looked so timid he might have been afraid of me... and I didn’t want to startle him.” Bsa :“Oh, aku bukannya takut ...aku Cuma anu..maksudku kau mengerti, kan?” terjemahan diatas tetap dapat mengcover makna yang terdapat dalam bahasa sumber meskipun tidak semuanya diterjemahkan. 15. Partikularisasi (Particularization) Partikularisasi merupakan teknik penggunaan istilah yang lebih spesifik dan konkrit bukan bentuk umumnya. Sebagaimana Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan bahwa tekni ini berfungsi “To use a more precise or concrete term.” Berikut ini 20 merupakan contoh penggunaan teknik partikularisasi air transportation diterjemahkan menjadi helikopter (superordinat ke subordinat). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Sebagai contoh Bsu:“Be quiet!.. we’ll mend your rotten little engine for you!” Bsa: “Diam! Kita akan memperbaiki tut tut tua kalian...” Pada contoh diatas disebutkan bahwa little engine diterjemahkan menjadi tut tut tua dimana hal ini dari umum dibuat menjadi khusus. 16. Substitusi (Substitution) (linguistic, paralinguistic). Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan bahwa fungsi teknik substitusi adalah sebagai berikut “To change linguistic elements for paralinguistic elements (intonation, gestures) or vice versa” .teknik substitusi merupakan teknik penggantian elemen elemen linguistik dengan paralinguistik ( intonasi, gesture) dan juga sebaliknya. Substitusi digunakan dalam pengalihbahasaan. Contoh penerapan teknik ini dapat digunakan dalam penerjemahan lisan contohnya ketika pembicara melambaikan tangannya maka interpreter menerjemahkan gerakan tersebut dengan ucapan “ sampai jumpa/ selamat tinggal”. 17. Transposisi (Transposition) Transposisi merupakan teknik penggantian kategori grammar, misal dari verb menjadi adverb dan lain sebagainya. Hal ini dinyatakan oleh Molina dan Albir (2002: 511) transposisi merupakan teknikyang memiliki fungsi “ To change a grammatical category”.Teknik ini berapa pada pada tataran diatas kata contohnya 21 Bsu : “Oh I see what it is: nothing serious! Just a touch of fever. Thats soon cured, with this dose of quinine.” Bsa : “Coba kuperiksa...tidak ada yang berat..Cuma demam..minum pil kina ini..kau akan membaik.” 18. Variasi (Variation) Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan bahwa fungsi teknik variasi merupakan To change linguistic or paralinguistic elements (intonation, gestures) that affect aspects of linguistic variation: changes of textual tone, style, social dialect, geographical dialect, etc. Teknik variasi merupakan teknik penggantian unsur linguistik atau paralinguistik(intonasi, gestur) yang mempengaruhi aspek keragaman linguistik: misalnya penggantian gaya, dialek, sosial, dan juga dialek geografis. Sebagai contoh Bsu : “Me tired!” Bsa : “ Aku capek sekali” Pada contoh di atas, enerjemah menggunakan teknik variasi dengan menambahkan sekali yang berarti sangat capek bukan hanya capek. D. Penilaian Kualitas Terjemahan Menurut Nababan (2003: 86), penelitian terhadap mutu terjemahan terfokus pada tiga hal pokok yaitu: 1) ketepatan pengalihan pesan, ketepatan pengungkapan pesan dalam bahasa sasaran, dan 3) kealamiahan bahasa sasaran. Dalam penilaian 22 kualitas terjemahan terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu keakuratan (accuracy), keberterimaan(acceptability), dan keterbacaan( readability). a. Keakuratan (Accuracy) Keakuratan merupakan tepat atau tidaknya pengalihan pesan atau informasi yang disampaikan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Larson (1998:530) juga berpendapat bahwa keakuratan sebuah teks terjemahan harus diukur karena hal tersebut berkaitan dengan informasi yang disampaikan dari Bsu kedalam Bsa. Dalam menerjemahkan keakuratan dan kesepadanan menmiliki kaitan yang sangat erat. Nababan (2008), alasan mengapa kesepadanan mutlak itu sulit dicapai, yaitu karena: 1) tidak mungkin suatu teks memiliki interpretasi yang konstan meskipun bagi orang yang sama dalam kesempatan yang berbeda, 2) penerjemahan merupakan interpretasi subjektif pener jemah terhadap teks bahasa sumber, dan 3) tidak mungkin bagi penerjemah untuk menentukan bagaimana tanggapan pembaca terhadap teks bahasa sumber ketika teks tersebut pertama kali dibuat. Oleh karena itu, penerjemah berusaha mencari padanan yang sedekat mungkin agar makna atau pesan bahasa sumber dapat disampaikan secara utuh dalam bahasa sasaran. b. Keberterimaan (Acceptability) Keberterimaan merupakan sesuai atau tidaknya bahasa yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan. Penerjemah harus menerjemahkan teks sesuai dengan tata bahasa dan kaidah yang berlaku pada bahasa sasaran. Keberterimaan suatu teks tidak hanya dilihat dari segi tata bahasanya saja namun harus memperhatikan budaya pada pembaca sasaran juga. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Toury 23 (1995:71) yang mengatakan bahwa suatu teks terjemahan itu dikatakan berterima jika teks tersebut sesuai dengan norma norma bahasa dan budaya pembaca sasaran. c. Keterbacaan (Readability) Suatu terjemahan dapat dikatakan memiliki tingkat keterbacaan yang baik apabila teks terjemahan tersebut mampu menyampaikan pesan yang terkandung dalam teks Bahasa sumber kedalam teks bahasa sasaran dengan baik. Keterbacaan berkaitan dengan mudah atau tidak bahasa tersebut untuk dipahami oleh pembaca sasaran. Nababan (2008) menjelaskan beberapa faktor yang menentukan tingkat keterbacaan teks. Fktor tersebut antara lain: 1) panjang rata-rata kalimat, 2) jumlah kata baru, 3) kompleksitas gramatikal bahasa yang digunakan. Nababan (2003) juga menegaskan bahwa selain faktor diatas, faktor penggunaan kosa kata sangat berpengaruh seperti penggunaan kata baru yang belum begitu umum dipakai, penggunaan kata asing dan daerah yang tidak dipahami secara luas, dan penggunaan kata taksa (ambigu). Selain beberapa faktor diatas latar belakang budaya pembaca juga mempengaruhi keterbacaan sebuah teks. 2. Semantik A. Pengertian Semantik Semantik adalah ilmu yang mempelajari arti di dalam bahasa. Semantik merupakan ilmu pengetahuan yang direkam dalam pustaka bahasa dan dalam pola-pola pembentukannya untuk arti yang lebih rumit dan juga lebih luas sampai ke taraf arti dalam kata. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Makna adalah maksud pembicaraan, 24 pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi, serta perilaku manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang kajian yang dibahas dalam ilmu semantik dan berbagai jenis makna kata dikaji dalam ilmu semantik. Dari teori-teori tersebut dijelaskan kembali bahwa, semantik merupakan sebuah pemahaman dalam sebuah bahasa berbeda, yang terdapat pada suatu bangsa atau negara dengan masyarakat berbeda pula. Dari masyarakat inilah timbul sebuah kebudayaan-kebudayaan baru yang pada akhirnya menyebabkan perubahan gaya bahasa akibat pemahaman yang berbeda antara masyarakat satu dengan lainnya.Semantik juga membahas mengenai berbahai macam gaya bahasa dan salah satunya adalah eufemisme. B. Eufemisme 1. Definisi Eufemisme Keraf (2004: 132) berpendapat bahwa kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata Yunani euphemizein yang berarti “mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik”. Hal itu dapat dikatakan bahwa eufemisme berarti berbicara dengan menggunakan perkataan yang baik serta tidak kasar akan memberikan kesan yang baik terhadap lawan bicara. Berbicara dengan menggunakan kata-kata yang halus juga dapat mengurangi ketersinggungan lawan bicara. Karena sering kali kita membuat lawan bicara tersinggung ataupun marah ketika kita menggunakan kata-kata yang kasar. Keraf (2004: 132) berpendapat bahwa eufemisme termasuk ke dalam gaya bahasa, "Sebagai gaya bahasa, eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapanungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan". Moeliono (1984), 25 mengatakan bahwa eufemisme merupakan ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan tidak mengenakkan, memalukan, atau menyakiti hati. Uangkapan–ungkapan yaag kasar sangat penting untuk dilakukan penghalusan agar tidak mengganggu. Eufemisme(euphemism) adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu (Kridalaksana:2008:59). Eufemisme membuat kata yang dilarang dan tabu untuk diucapkan terasa lebih halus. Hal ini didukung oleh pendapat (Abdul Chaer, 1989:149) yang mengatakan bahwa eufemisme merupakan gejala ditampilkannya kata kata atau bentuk bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan daripada kata yang digantikan. Eufemisme termasuk ungkapan khas yang digunakan untuk menggantikan ungkapan yang berkaitan kematian, aktifitas seksual, dan fungsi fungsi yang bersifat badaniah lainnya. Beberapa definisi diatas memiliki kesimpulan yang sama yaitu penghalusan yang dilakukan guna menghindari vulgarism dan menghindari penggunaan istilah atau kata kata yang kasar. Menurut Allan dan Burridge (1991:14) eufemisme yaitu: In short euphemisms are alternatives to disprefered expression, and are used in order to avoid possible loss of face. The disprefered expression may be taboo, fearsome, distasteful or for some other reasons have too many negative connotations to felicitous execute speaker’s communicative intention on a givenoccasion. Singkatnya, eufemisme adalah bentuk alternatif (pilihan) terhadap ungkapan yang tidak berkenan; dan digunakan untuk menghindari kehilangan muka (rasa malu). 26 Bentuk ungkapan yang tidak berkenan tersebut adalah tabu, ketakutan, dan tidak disenangi atau alasan-alasan yang lain yang memilki arti negatif untuk dipilih/dipakai dalam tujuan komunikasi penutur pada situasi tertentu. Seperti telah disebutkan dalam pendahuluan, menurut Chaer (1994:144), eufemisme termasuk ke dalam perubahan makna. Perubahan dalam evaluasi berhubungan dengan perkembangan peyoratif dan amelioratif. Eufemisme menjadi salah satu faktor yang berperan dalam perkembangan peyoratif, sesuai pendapat Bréal (dalam Sumarsono, 2012: 285), "Bréal benar ketika ia melihat bahwa eufemisme atau pseudo-eufemisme adalah kekuatan yang memotivasi di balik banyak perkembangan peyoratif". Sumarsono (2012: 258) berpendapat bahwa, “kata yang ditabukan itu akan dilarang, dan kata penggantinya, eufemisme akan diintroduksikan untuk mengisi senjang itu”. Dari beberapa pendapat diatas mengenai eufemisme, dapat disimpulkan bahwa eufemisme merupakan gaya bahasa dan penghalusan yang dapat mengganti posisi katakata tabu dengan tujuan untuk mengurangi kesalahpahaman dan kevulgaran pada tataran baik kata, frasa, klausa maupun kalimat serta mengurangi penggunaan kata kata yang kasar baik dalam lisan maupun tulisan. 2. Bentuk Eufemisme Berdasarkan konsep yang dikemukakanoleh Allan dan Burridge (1991) ada enam belasbentuk eufemisme antara lain: a. Ekspresi figuratif (Figurative Expressions), yaitu bersifat perlambangan, ibarat, atau mengiaskan sesuatu dengan bentuk yang lain.Contoh : Bsu : He gently trails kisses along my jaw up to the side of my mouth. 27 Bsa : Dia menjatuhkan ciuman sepanjang rahangku sampai ke sisi mulutku. b. Metafora (Methapor), yaitu perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda.Biasanya di tandai dengan kata seperti atau bagaikan. Contoh: Bsu : I stretch out beside him, feeling loose-limbed, my bones like jelly, but I’m relaxed, deeply relaxed. Bsa : Aku melonggarkan kaki, tulangku seperti jelly, tapi aku santai, sangat santai. c. Flipansi (Flippancy), penghalusan suatu kata namun makna yang dihasilkan tersebut diluar pernyataan dari kata yang dihaluskan.Contoh: Bsu : I am helpless, my hands pinned, my face held, and his hips restraining me. . I feel his erection againstmy belly. Bsa : Aku tak berdaya, tangan aku terjepit, wajahku dipegang, dan pinggulnya menahanku. Aku merasa ereksinya pada perutku. d. Memodelkan kembali (Remodeling), yaitu pembentuk ulang kata. Contoh: Bsu : That's quite enough from you, Ezio, you little prick! Bsa : Itu sudah cukup darimu, Ezio, dasar 'kelamin kecil'! e. Sirkumlokusi (Circumlocutions), yaitu penggunaan beberapa kata yang lebih panjang dan bersifat tidak langsung.Contoh: Bsu : His other hand grabs my ponytail and yanks down, bringing my face up, and his lips are on mine. 28 Bsa : Tangan satunya meraih ekor kudaku dan menyentak turun, membawa wajahku keatas, dan bibirnya ada di bibirku. f. Kliping (Clipping), yaitu pemotongan, membuat menjadi pendek atau singkat. Contoh: Bsu : 'We ain't contagious.' Bsa : "Kami tidak ember." g. Akronim (Acronym), yaitu penyingkatan atas beberapa kata menjadi satu. Contoh: Bsu : internet Bsa : internet h. Singkatan (Abbreviations), menghaluskan suatu bentuk kata dengan menyingkat kata-kata menjadi beberapa huruf. Contoh: Bsu : Brother A Bsa : Saudara A i. Pelesapan (Omission), yaitu menghilangkan sebagian kecil. Contoh: Bsu : he won’t let me Bsa : dia tidak akan mengizinkanku melakukannya j. Satu kata untuk menggantikan satu kata yang lain (One for one substution) yaitu bentuk eufemisme yang menggantikan suatu kata dengan kata yang lain.Contoh: 29 Bsu : Lights also glimmered in the winehouses and the brothels, but very few people walked the streets. Bsa : Lampu juga berkelip di rumah minum dan rumah bordil, tapi sangat sedikit orang yang melewati jalanan. k. Umum ke khusus (General for specific), kata yang umum menjadi kata yang khusus. Contoh: Bsu : He holds me against his hips, and I feel his erection, which he languidly pushes into me. Bsa : Dia menahanku di pinggulnya, dan aku merasakan ereksinya, dan dia bersemangat mendorong kedalam diriku. l. Sebahagian untuk keseluruhan (Part for whole euphemisms), yaitu kata yang khusus menjadi kata yang umum.Contoh: Bsu : I lean forward, while he has his eyes closed, and place my lips around him and tentatively suck, running my tongue over the tip. Bsa : Aku membungkuk kedepan, selagi matanya tertutup, dan menempatkan bibirku disekitarnya dan mencoba menghisap, menjalankan lidahku ke ujungnya. m. Hiperbola (Hyperbole)yaitu menghaluskan suatu kata dengan menggunakan ungkapan yang melebih-lebihkan. Contoh: Bsu : My tongue tentatively strokes his and joins his in a slow erotic dance that’s all about touch and sensation, all bump and grind. 30 Bsa : Lidahku dengan coba-coba membelai dan bergabung dalam tarian erotis lambat yang semuanya adalah tentang sentuhan dan sensasi, beradu dan menggiling. n. Makna di luar pernyataan (understatement), yaitu satu makna kata yang terlepas dari makna kata tersebut.contoh: Bsu : One hand remains in my hair, the other travels down my spine to my waist and down to my behind. Bsa : Satu tangannya masih di rambutku, satunya lagi turun dari punggung ke pinggang dan sampai bokongku. o. Jargon, yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda bentuk. Contoh: Bsu : “Let’s see if we can make you come like this,” he whispers, continuing his slow, sensual assault. Bsa : "Mari kita lihat apakah kita dapat membuatmu keluar seperti ini," bisiknya, terus melakukan serangan lambat, sensual. p. Kolokial (Colloquial), yaitu ungkapan yang dipakai sehari-hari. Contoh: Bsu : Does this mean you’re going to make love to me to night, christian? Bsa : "Apa ini berarti kau akan bercinta denganku malam ini, Christian?" Hal ini dapat ditegaskan bahwa eufemisme merupakan uangkapan yang berbentuk kata atau frasa yang lebih halus, sopan, dan aman untuk ungkapan lain yang dirasa kasar dan tidak berterima. Penghalusan sering dilakukan pada sebuah film, iklan, 31 novel dan lain-lain. Hal ini untuk membuat kalimat-kalimat yang ditampilkan diterima di budaya manapun. Menurut Putu wijana dan Rohmadi (2008: 97) referensi eufemisme dapat dibedakan menjadi 7 jenis yaitu : (1) benda dan binatang, (2) bagian tubuh, (3) profesi, (4) penyakit, (5) aktivitas, (6) peristiwa dan (7) sifat atau keadaan. 1. Benda dan binatang Contoh: Bsu : Tiger is a carnivora. Bsa : Harimau adalah hewan pemakan daging. 2. Bagian tubuh Contoh: Bsu : His hands glide slowly down my backside to my thighs, removing my jeans as they go. Bsa : Tangannya meluncur perlahan ke bokong lalu ke pahaku, melepas jeansku. 3. Profesi Contoh: Bsu : She works in the bar and plays with some old man every night. Bsa : Dia bekerja di bar dan bermain bersama beberapa lelaki dewasa setiap malam. 32 4. Penyakit Contoh: Bsu : She did a blood tranfusion twice a month in the hospital. Bsa : dia melakukan transfusi darah dua kali dalam sebulan. 5. Aktivitas Contoh: Bsu : I do really want to make love to you Bsa : Aku benar-benar ingin bercinta denganmu. 6. Peristiwa Contoh: Bsu : All of motoGP lovers sad when M Simon Celly Should have a race in the heaven. Bsa : Seluruh pecinta motoGP sedih ketika M. Simon Celly meninggal dunia. 7. Sifat atau keadaan Contoh: 3. Bsu : He stayed by her side when she gave the last breath. Bsa :Dia berada disisinya ketika dia menghembuskan nafas terakhir. Sekilas Tentang Fifty Shades of Grey Fifty Shades of Grey (2011) merupakan novel romantis bertema dewasa yang menceritakan tentang hubungan percintaan tidak biasa antara Anastasia Steel dengan Mr. Grey yang merupakan pengusaha muda dan kaya. Kisah novel ini bermula ketika 33 Anastasia “Ana” Steel bersedia membantu teman sekampusnya, Kate Kavanagh untuk mewawancarai seorang miliarder muda berusia 27 tahun, Christian Grey yang akan dimuat di Koran kampus. Mahasiswi sastra dari Washington State University yang masih berusia 21 tahun itu pun pergi ke Seattle, di mana perusahaan milik Grey berlokasi. Selesai melakukan wawancara, pertemuan mereka itu pun berlanjut dengan minum kopi bersama. Ternyata Grey adalah seorang pria yang sempurna, tampan, brilian, namun memiliki sifat yang suka memaksakan kehendak. Meskipun begitu, Ana yang seorang gadis polos dan lugu, rupanya diam-diam tertarik dan menyukai Grey. Dan tanpa disadarinya, begitu pula dengan Grey yang juga jatuh hati pada Ana. Mereka berdua akhirnya menjalin cinta, namun Anastasia tidak mengetahui bahwa Grey memiliki sedikit kelainan pada selera sex. Fifty Shades of Grey merupakan novel pertama dari trilogi Fifty Shades karya E.L James yang terjual lebih dari 100 juta copy yang diterjemahkan kedalam 30 bahasa. Novel ini juga di hadirkan kedalam karya film yang membuat banyak perdebatan saat akan ditayangkan di berbagai negara. B. Kerangka Pikir Bagian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas kerangka pikir yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang akan diteliti. kerangka pikir dalam penelitian kualitatif merupakan gambaran bagaimana setiap variabel dengan posisinya yang khusus akan dikaji dan dipahami keberkaitannya dengan variabel yang lain (Sutopo, 2002: 141). Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada eufemisme organ dan aktifitas seksual yang terdapat dalam novel Fifty Shades of Grey dan terjemahannya. Dalam 34 penelitian ini peneliti akan menganalisis teknik- teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan eufemisme organ dan aktifitas seksual dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Sementara itu, informan yang terdiri dari 3 raters akan menilai kualitas terjemahan. Raters akan menilai keakuratan dan keberterimaan terjemahan eufemisme organ dan aktifitas seksual dengan cara membandingkan bahasa sumber dengan bahasa sasaran. Setelah hasil penilaian kualitas terjemahan didapatkan, peneliti akan mengkaji dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan dari aspek keakuratan dan keberterimaan. Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: 35 Gambar 2.2 : Kerangka Pikir Penelitian Sexual organ dan sexual activity yang mengandung Eufemisme dalam novel Fifty Shades of Grey pada Bsu Sexual organ dan sexual activity yang yang mengandung Eufemisme dalam dalam novel Fifty Shades of Grey pada Bsa Sexual activity, sexual organ Teknik penerjemahan Eufemisme Kualitas terjemahan Eufemisme Raters Keakuratan Keberterimaan