BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR Kajian teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
Kajian teori berisikan teori-teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji bentuk bentuk eufemisme. Teori yang
digunakan antara lain teori penerjemahan dan teori semantik. Dalam penerjemahan,
teori yang digunakan antara lain: pengertian penerjemahan, teknik penerjemahan dan
kualitas penerjemahan.
A. Kajian Teori
1. Penerjemahan
A. Pengertian Penerjemahan
Penerjemahan merupakan proses pangalihan pesan dari bahasa sumber kedalam
bahasa sasaran. Hal ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Larson (1984)
yang mengatakan bahwa Translation is transferring the meaning of the source language
into the receptor language. Dalam hal ini penerjemahan dititik beratkan pada
pengalihan makna, karena makna merupakan inti penting yang harus dipertahankan
dalam pengalihan kedalam bahasa sasaran. Mengenai pentingnya makna Newmark
(1988:7) mengatakan bahwa translation is a craft consisting in the same massage or
statement in another language. Yang berarti penerjemahan juga harus mempunyai
keterampilan untuk mengubah struktur bahasa sumber kedalam bahasa sasaran demi
menjaga kesetiaan makna. Dalam hal ini pengubahan struktur bahasa sumber kedalam
bahasa sasaran sangat disahkan namun makna yang terkandung dalam bahasa sumber
harus tetap dipertahankan.
9
10
Beberapa ahli juga memiliki pendapat yang sama antara lain Nida & Taber
(1982:12), Bell (1991:12-3), dan Kridalaksasa (2008: 181), menyatakan penerjemahan
itu adalah pengalihan amanat mereproduksi suatu pesan dari Bsu kedalam Bsa (antar
budaya dan/ atau antar bahasa) dalam tataran gramatikal atau leksikal dengan makna
atau kandungan isi (maksud), efek, wujud, dan gaya bahasanya sedapat mungkin
dipertahankan, Nida & Taber (1982), Bell (1991), Kridalaksana (2008), dan
menerangkan lebih jelas bahwa penerjemahan itu : (1) pengalihan pesan amanat
(content) dari Bsu ke Bsa (antar bahasa) dalam bentuk tulis maupun lisan, karena pesan
dapat saja dalam bentuk tertulis maupun lisan,(2) hal utama yang harus diingat bahwa
kesepadanan pesan antara Bsa dan Bsu merupakan prioritas utama, (3) kemudian
mempertahankan gaya bahasa (stilistik) dari Bsu, bukan struktur bahasa.Penapat
tersebut di perkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Nababan (2003:20) bahwa
konsep dalam penerjemahan meliputi: pertama, suatu konsep dapat diungkapkan dalam
dua bahasa yang berbeda. Kedua, setiap pesan yang dialihkan pasti diungkapkan atau
diwujudkan dalam bentuk bahasa baik secara lisan dan tertulis. Ketiga, gaya bahasa
terjemahan merupakan salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam
setiap kegiatan menerjemahkan.
B. Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang
penerjemah pada saat dia mengalihkan amanat dari bahasa sumber kedalam bahasa
sasaran (Nababan, 2003:24). Proses penerjemahan sangat mempengaruhi produk
terjemahan nantinya. Terdapat tiga tahapan dalam penerjemahan yang dikemukakan
oleh Nida dan Taber (1982:33).
11
Proses penerjemahan tersebut digambarkan sebagai berikut:
A (Source)
B(receptor)
Analysis
X
Restructuring
Transfering
Y
Gambar 2.1: Proses Penerjemahan Nida & Taber
Pada tahap analisis, penerjemahan menganalisis teks BSU dalam hal (a) hubungan
gramatikal dan (b) makna kata dan rangkaian kata – kata untuk memahami makna isi
secara keseluruhan. Setelah makna Bsu dipahami, kemudian makna tersebut ditransfer
didalam pikiran penerjemah dari Bsu kedalam Bsa. Pada tahap restukturisasi, makna
Bsu ditulis kembali dalam bahasa sesuai dengan aturan dan kaidah yang ada dalam Bsa.
C. Teknik Penerjemahan
Dalam penerjemahan terdapat beberapa teori mengenai teknik yang dikemukakan
oleh beberapa ahli diantaranya ada pendapat yang dikemukakan oleh Molina dan Albir
(2002: 509) yang mengatakan bahwa teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk
menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung
dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual kata, frasa, klausa maupun kalimat.
Dan Molina dan Albir juga menyatakan teknik penerjemahan memiliki lima
karakteristik yaitu:
1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan.
12
2. Teknik diklasifikasikan dengan cara membandingkan teks Bsu dengan teks Bsa
3. Teknik berada pada tataran mikro.
4. Teknik tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan konteks tertentu.
5. Teknik bersifat fungsional.
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori Molina dan Albir yang
akan digunakan untuk menganalisis teknik penerjemahan yang dilakukan
penerjemah dalam menerjemahkan kalimat yang mengandung eufemisme dalam
novel Fifty Shades of Grey. Berikut ini merupakan teknik-teknik penerjemahan yang
dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002: 509 - 511).
1. Adaptasi (Adaptation)
Molina dan Albir ( 2002: 511) menyebutkan fungsi adaptasi adalah To replace a ST
cultural element with one from the target culture, adaptasi merupakan teknik
penggantian elemen budaya pada Bsu dengan elemen yang bersifat sama pada
budaya Bsa. Sebagai contoh:
Bsu : but this is my profession,” he tells me.
“ this is my hobby- medicine man.”
Bsa : “ tetapi ini adalah profesi saya,” dia mengatakan kepada saya.
“ ini merupakan hobi saya- dukun.”
Frasa “medicine man” pada teks bahasa sumber diterjemahkan dengan
menggunakan teknik adaptasi menjadi ‘dukun’. Hal ini dikarenakan budaya yang
13
ada pada bahasa sasaran lebih akrab dengan istilah ‘ dukun’ dari pada diterjemahkan
menjadi ‘ tukang obat’.
2. Amplifikasi (Amplification)
Molina dan Albir (2002:511) menyebutkan fungsi amplifikas adalah To introduce
details that are not formulated in the ST: information, explicative paraphrasing,
amplifikasi merupakn teknik yang memperkenalkan informasi secara detail atau
mengeksplisitkan informasi yang tidak terurai dalam Bsu. Sebagai contoh:
Bsu : you remember the paragon?
Bsa : kau ingat hotel paragon?
Pada contoh diatas terdapat penambahan yang terdapat pada Bsa, penambahan
informasi pada Bsa membuat hasil terjemahan lebih mudah dipahami dan
dimengerti oleh pembacanya.
3. Peminjaman (Borrowing)
Molina dan Albir (2002:511) menyebutkan fungsi borrowing adalah To take a word
or expression straight from another language. It can be pure (without any
change),teknik borrowing merupakan teknik peminjaman langsung suatu kata atau
ungkapan dari bahasa lain. Teknik peminjaman dibagi menjadi dua yaitu
peminjaman murni(pure borrowing) dan peminjaman dengan penyesuaian ejaan
(naturalization).
(natularization).
Selain
molina
Newmark
juga
mengungkapkan
teori
14
Bsu :Telecommunications networks consist of computers, communications
processors, and other device interconnected by communications media and
controlled by communications software.
Bsa : Jaringan telekomunikasi terdiri dari komputer, pemroses komunikasi, dan
peralatan lainnya yang dihubungkan satu sama lain melalui media kamunikasi serta
dikendalikan melalui software komunikasi.
Kata telekomunikasi dan komputer merupakan bentuk penyerapan atau kata yang
diterjemahkan dengan teknik peminjaman alami.
4. Kalke (Calque)
Molina dan Albir (2002:511) menjelaskan Kalke sebagai berikut ”Literal
translation of a foreign word or phrase; it can be lexical or structural”. Kalke
merupakan teknik penerjemahan dengan mentransfer kata atau frasa dari Bsu secara
harfiah ke Bsa baik secara leksikal maupun struktural.
Bsu : Telecommunications network technologies, including the telecommunications
media, processors, and software needed to privide wired basees and wireless access
and support for the internet and private internet- based networks such internets and
extranets.
Bsa : Teknologi jaringan telekomunikasi, termasuk media telekomunikasi,
processor dan software yang dibutuhkan untuk menyediakan akses kabel dan
nirkaber serta dukungan untuk jaringan internet dan jaringan pribadi berbasis
internet dan ekstrane
15
5. Kompensasi (compensation)
Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan bahwa Compensation berfungsi To
introduce a ST element of information or stylistic effect in another place in the TT
because it cannot be reflected in the same place as in the ST. This corresponds to
SCFA ’s conception. Kompensasi merupakan teknik yang memperkenalkan elemen
informasi atau efek stilistik pada tempat lain pada Bsa karena tidak ditempatkan
pada posisi yang sama seperti dalam Bsu. Teknik ini biasanya digunakan untuk
antar paragraf dan antar kalimat. Contohnya:
Bsu :I just stuck out a hand to shake, bade a silent farewell to all my wishful old
delusions and announced, “ madam- I’m your girl.”
Bsa :Saya hanya mengulurkan tangan untuk bersalaman, mengatakan selamat
tinggal dalam diam pada semua delusi lama saya yang mengagumkan, “ nyonyasaya siap.”
6. Deskripsi (Description)
Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan bahwa fungsi teknik deskripsi adalah To
replace a term or expression with a description of its form or/and function”.
Deskripsi yaitu mengganti sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk
atau fungsinya. Halini berbeda dengan amplifikasi yang mengeksplisitkan informasi
yang masih implisit. Contohnya:
Bsu : But I wish me and David could
He cuts me off.” See now thats your problem. You’re wishin’ too much, baby. You
gotta stop wearing your wishbone where your backbone oughtta be.”
16
Bsa : “ Tetapi saya berharap David dan saya dapat.”
7. Kreasi diskursif (Discursive creation)
Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan fungsi teknik kreasi diskursif adalah. To
establish a temporary equivalence that is totally unpredictable out of context. Kreasi
diskursif merupakan teknikpenggunaan suatu padanan temporer yang diluar konteks
atau tak terprediksikan. Teknik ini biasanya digunakan pada penerjemahan judul.
Sebagai contoh
Bsu :“Not on your life! Anyway, that hat belongs to me!”
Bsa :“Enak saja! Lagi pula, topi ini kan memang punyaku.”
Dalam contoh tersebut not on your life diterjemahkan menjadi enak saja.
Penerjemah sangat tak terduga dan keluar dari konteks yang ada.
8. Kesepadana Lazim (Established equivalent)
Fungsi kesepadanan lazim merupakan teknik penggunaan istilah atau ungkapan
yang telah lazim digunakan, diakui dalam kamus atau bahasa sasaran sebagai
padanan dari Bsu tersebut. Seperti dikatakan oleh Molina dan Albir ( 2002: 511)
fungsinya adalah To use a term or expression recognized (by dictionaries or
language in use) as an equivalent in the TL.Sebagai contoh
“Bsu : Him sick! Boo hoo! Him dying! Him no longer stay with us... bad juju living
in
him!
17
Bsa: “Suamiku sakit tuan... huu-huu dia sekarat! Ada sihir jahat dalam dirinya.. huu
huu Kalimat diatas diterjemahkan mengunakan padanan dalam bahasa sasaran
dengan tetap mempertahankan makna dalam bahasa sumber.
9. Generalisasi (Generalization)
Generalisasi merupakan teknik penggunaan istilah yang lebih umum atau netral
dalam bahasa sasaran. Seperti pendapat Molina dan Albir (2002: 511) fungsi
generalisasi adalah To use a more general or neutral term.Sebagai contoh
Bsu :“Look snowy, thats tenerife, the largest of the canary islands as I expect you
know, the canaries lie north west of sahara. Over there, the port, thats santa cruz.”
Bsa: “Lihat milo! Itu Afrika”.
Berdasarkan contoh tersebut dapat dilihat bahwa penjelasan yang melebar
diterjemahkan menjadi Afrika yang terkesan lebih umum.
10. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification)
Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan Fungsi dari amplifikasi linguistik adalah
“To add linguistic elements. This is often used in consecutive interpreting and
dubbing”.Teknik ini merupakan teknik penambahan elemen linguistik sehingga
terjemahannya lebih panjang. Teknik ini sering diterapkan dalam pengalihbahasaan
dan dubbing.
Bsu
:Like cannon
Bsa
: Seperti sebuah meriam
18
11. Kompresi Linguistik (Linguistic compression)
Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan fungsi kompresi linguistik adalah To
synthesize linguistic elements in the TT. This is often used in simultaneous
interpreting and in sub-titling. Teknik ini merupakan teknik mensintesis elemen
linguistik yang ada menjadi lebih sederhana karena sudah dapat dipahami.
Bsu
: She felt like she was moving underwater.
Bsa
: Dia merasa seperti bergerak dibawah air.
12. Penerjemahan Harfiah (Literal translation)
Teknik penerjemahan harfiah merupakan teknik penerjemahan suatu kata atau
ungkapan secara kata perkata. Seperti yang diungkapkan oleh Molina dan Albir
(2002: 511bahwa fungsi penerjemahan harfiah adalah To translate a word or an
expression word for word, hal ini juga corresponds to Nida’s formal equivalent;
when form coincides with function and meaning, as in the second example. It is the
same as SCFA ’s literal translation.
Bsu
: Like a gauntled of escorts
Bsa
: Seperti sepasukan pengawal
13. Modulasi (Modulation)
Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan bahwa modulasi berfungsi “To change
the point of view, focus or cognitive category in relation to the ST; it can be lexical
or structural”. Modulasi merupakan teknik penggantian sudut pandang, fokus atau
19
kategori kognitif dari Bsa; bisa dalam bentuk struktural maupun leksikal.
Contohnya:
Bsu
: Like a great deflating baloon
Bsa
: Seperti balon besar yang kehabisan udara.
14. Reduksi (Reduction)
Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan bahwa teknik reduksi berfungsi sebagai
berikut “To suppress a ST information item in the TT.”Teknik ini adalah teknik
yang mengimplisitkan informasi karena komponen maknanya sudah termasuk dalam
bahasa sasaran.Teknik ini mirip dengan teknik penghilangan (omission atau
deletionatau sub traction) atau implisitasi. Dengan kata lain, informasi yang
eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan implicit dalam teks bahasa sasaran.
Sebagai contoh
Bsu : “I didn’t run away becouse i was frightened, just... just... that man looked so
timid he might have been afraid of me... and I didn’t want to startle him.”
Bsa :“Oh, aku bukannya takut ...aku Cuma anu..maksudku kau mengerti, kan?”
terjemahan diatas tetap dapat mengcover makna yang terdapat dalam bahasa sumber
meskipun tidak semuanya diterjemahkan.
15. Partikularisasi (Particularization)
Partikularisasi merupakan teknik penggunaan istilah yang lebih spesifik dan konkrit
bukan bentuk umumnya. Sebagaimana Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan
bahwa tekni ini berfungsi “To use a more precise or concrete term.” Berikut ini
20
merupakan
contoh
penggunaan
teknik
partikularisasi
air
transportation
diterjemahkan menjadi helikopter (superordinat ke subordinat). Teknik ini
merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Sebagai contoh
Bsu:“Be quiet!.. we’ll mend your rotten little engine for you!”
Bsa: “Diam! Kita akan memperbaiki tut tut tua kalian...”
Pada contoh diatas disebutkan bahwa little engine diterjemahkan menjadi tut tut tua
dimana hal ini dari umum dibuat menjadi khusus.
16. Substitusi (Substitution) (linguistic, paralinguistic).
Molina dan Albir (2002: 511) menyatakan bahwa fungsi teknik substitusi adalah
sebagai berikut “To change linguistic elements for paralinguistic elements
(intonation, gestures) or vice versa” .teknik substitusi merupakan teknik
penggantian elemen elemen linguistik dengan paralinguistik ( intonasi, gesture) dan
juga sebaliknya. Substitusi digunakan dalam pengalihbahasaan. Contoh penerapan
teknik ini dapat digunakan dalam penerjemahan lisan contohnya ketika pembicara
melambaikan tangannya maka interpreter menerjemahkan gerakan tersebut dengan
ucapan “ sampai jumpa/ selamat tinggal”.
17. Transposisi (Transposition)
Transposisi merupakan teknik penggantian kategori grammar, misal dari verb
menjadi adverb dan lain sebagainya. Hal ini dinyatakan oleh Molina dan Albir
(2002: 511) transposisi merupakan teknikyang memiliki fungsi “ To change a
grammatical category”.Teknik ini berapa pada pada tataran diatas kata contohnya
21
Bsu : “Oh I see what it is: nothing serious! Just a touch of fever. Thats soon cured,
with this dose of quinine.”
Bsa : “Coba kuperiksa...tidak ada yang berat..Cuma demam..minum pil kina ini..kau
akan membaik.”
18. Variasi (Variation)
Molina dan Albir (2002: 511) mengatakan bahwa fungsi teknik variasi merupakan
To change linguistic or paralinguistic elements (intonation, gestures) that affect
aspects of linguistic variation: changes of textual tone, style, social dialect,
geographical dialect, etc. Teknik variasi merupakan teknik penggantian unsur
linguistik atau paralinguistik(intonasi, gestur) yang mempengaruhi aspek keragaman
linguistik: misalnya penggantian gaya, dialek, sosial, dan juga dialek geografis.
Sebagai contoh
Bsu : “Me tired!”
Bsa : “ Aku capek sekali”
Pada contoh di atas, enerjemah menggunakan teknik variasi dengan menambahkan
sekali yang berarti sangat capek bukan hanya capek.
D. Penilaian Kualitas Terjemahan
Menurut Nababan (2003: 86), penelitian terhadap mutu terjemahan terfokus
pada tiga hal pokok yaitu: 1) ketepatan pengalihan pesan, ketepatan pengungkapan
pesan dalam bahasa sasaran, dan 3) kealamiahan bahasa sasaran. Dalam penilaian
22
kualitas terjemahan terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu keakuratan
(accuracy), keberterimaan(acceptability), dan keterbacaan( readability).
a.
Keakuratan (Accuracy)
Keakuratan merupakan tepat atau tidaknya pengalihan pesan atau informasi yang
disampaikan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Larson (1998:530) juga
berpendapat bahwa keakuratan sebuah teks terjemahan harus diukur karena hal tersebut
berkaitan dengan informasi yang disampaikan dari Bsu kedalam Bsa.
Dalam menerjemahkan keakuratan dan kesepadanan menmiliki kaitan yang sangat
erat. Nababan (2008), alasan mengapa kesepadanan mutlak itu sulit dicapai, yaitu
karena: 1) tidak mungkin suatu teks memiliki interpretasi yang konstan meskipun bagi
orang yang sama dalam kesempatan yang berbeda, 2) penerjemahan merupakan
interpretasi subjektif pener jemah terhadap teks bahasa sumber, dan 3) tidak mungkin
bagi penerjemah untuk menentukan bagaimana tanggapan pembaca terhadap teks
bahasa sumber ketika teks tersebut pertama kali dibuat. Oleh karena itu, penerjemah
berusaha mencari padanan yang sedekat mungkin agar makna atau pesan bahasa sumber
dapat disampaikan secara utuh dalam bahasa sasaran.
b.
Keberterimaan (Acceptability)
Keberterimaan merupakan sesuai atau tidaknya bahasa yang digunakan oleh
penerjemah dalam menerjemahkan. Penerjemah harus menerjemahkan teks sesuai
dengan tata bahasa dan kaidah yang berlaku pada bahasa sasaran. Keberterimaan suatu
teks tidak hanya dilihat dari segi tata bahasanya saja namun harus memperhatikan
budaya pada pembaca sasaran juga. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Toury
23
(1995:71) yang mengatakan bahwa suatu teks terjemahan itu dikatakan berterima jika
teks tersebut sesuai dengan norma norma bahasa dan budaya pembaca sasaran.
c.
Keterbacaan (Readability)
Suatu terjemahan dapat dikatakan memiliki tingkat keterbacaan yang baik apabila
teks terjemahan tersebut mampu menyampaikan pesan yang terkandung dalam teks
Bahasa sumber kedalam teks bahasa sasaran dengan baik. Keterbacaan berkaitan
dengan mudah atau
tidak bahasa tersebut untuk dipahami oleh pembaca sasaran.
Nababan (2008) menjelaskan beberapa faktor yang menentukan tingkat keterbacaan
teks. Fktor tersebut antara lain: 1) panjang rata-rata kalimat, 2) jumlah kata baru, 3)
kompleksitas gramatikal bahasa yang digunakan. Nababan (2003) juga menegaskan
bahwa selain faktor diatas, faktor penggunaan kosa kata sangat berpengaruh seperti
penggunaan kata baru yang belum begitu umum dipakai, penggunaan kata asing dan
daerah yang tidak dipahami secara luas, dan penggunaan kata taksa (ambigu). Selain
beberapa faktor diatas latar belakang budaya pembaca juga mempengaruhi keterbacaan
sebuah teks.
2.
Semantik
A.
Pengertian Semantik
Semantik adalah ilmu yang mempelajari arti di dalam bahasa. Semantik
merupakan ilmu pengetahuan yang direkam dalam pustaka bahasa dan dalam pola-pola
pembentukannya untuk arti yang lebih rumit dan juga lebih luas sampai ke taraf arti
dalam kata.
Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Makna adalah maksud pembicaraan,
24
pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi, serta perilaku manusia atau
kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang kajian yang
dibahas dalam ilmu semantik dan berbagai jenis makna kata dikaji dalam ilmu
semantik. Dari teori-teori tersebut dijelaskan kembali bahwa, semantik merupakan
sebuah pemahaman dalam sebuah bahasa berbeda, yang terdapat pada suatu bangsa atau
negara dengan masyarakat berbeda pula. Dari masyarakat inilah timbul sebuah
kebudayaan-kebudayaan baru yang pada akhirnya menyebabkan perubahan gaya bahasa
akibat pemahaman yang berbeda antara masyarakat satu dengan lainnya.Semantik juga
membahas mengenai berbahai macam gaya bahasa dan salah satunya adalah eufemisme.
B.
Eufemisme
1.
Definisi Eufemisme
Keraf (2004: 132) berpendapat bahwa kata eufemisme atau eufemismus
diturunkan dari kata Yunani euphemizein yang berarti “mempergunakan kata-kata
dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik”. Hal itu dapat dikatakan bahwa
eufemisme berarti berbicara dengan menggunakan perkataan yang baik serta tidak kasar
akan memberikan kesan yang baik
terhadap lawan bicara.
Berbicara dengan
menggunakan kata-kata yang halus juga dapat mengurangi ketersinggungan lawan
bicara. Karena sering kali kita membuat lawan bicara tersinggung ataupun marah ketika
kita menggunakan kata-kata yang kasar.
Keraf (2004: 132) berpendapat bahwa eufemisme termasuk ke dalam gaya
bahasa, "Sebagai gaya bahasa, eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapanungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus
untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung
perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan". Moeliono (1984),
25
mengatakan bahwa eufemisme merupakan ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti
ungkapan yang dirasakan tidak mengenakkan, memalukan, atau menyakiti hati.
Uangkapan–ungkapan yaag kasar sangat penting untuk dilakukan penghalusan agar
tidak mengganggu.
Eufemisme(euphemism) adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk
menghindari bentuk larangan atau tabu (Kridalaksana:2008:59). Eufemisme membuat
kata yang dilarang dan tabu untuk diucapkan terasa lebih halus. Hal ini didukung oleh
pendapat (Abdul Chaer, 1989:149) yang mengatakan bahwa eufemisme merupakan
gejala ditampilkannya kata kata atau bentuk bentuk yang dianggap memiliki makna
yang lebih halus atau lebih sopan daripada kata yang digantikan. Eufemisme termasuk
ungkapan khas yang digunakan untuk menggantikan ungkapan yang berkaitan
kematian, aktifitas seksual, dan fungsi fungsi yang bersifat badaniah lainnya. Beberapa
definisi diatas memiliki kesimpulan yang sama yaitu penghalusan yang dilakukan guna
menghindari vulgarism dan menghindari penggunaan istilah atau kata kata yang kasar.
Menurut Allan dan Burridge (1991:14) eufemisme yaitu:
In short euphemisms are alternatives to disprefered expression, and are
used in order to avoid possible loss of face. The disprefered expression
may be taboo, fearsome, distasteful or for some other reasons have too
many
negative
connotations
to
felicitous
execute
speaker’s
communicative intention on a givenoccasion.
Singkatnya, eufemisme adalah bentuk alternatif (pilihan) terhadap ungkapan
yang tidak berkenan; dan digunakan untuk menghindari kehilangan muka (rasa malu).
26
Bentuk ungkapan yang tidak berkenan tersebut adalah tabu, ketakutan, dan tidak
disenangi atau alasan-alasan yang lain yang memilki arti negatif untuk dipilih/dipakai
dalam tujuan komunikasi penutur pada situasi tertentu.
Seperti telah disebutkan dalam pendahuluan, menurut Chaer (1994:144),
eufemisme termasuk ke dalam perubahan makna. Perubahan dalam evaluasi
berhubungan dengan perkembangan peyoratif dan amelioratif. Eufemisme menjadi
salah satu faktor yang berperan dalam perkembangan peyoratif, sesuai pendapat Bréal
(dalam Sumarsono, 2012: 285), "Bréal benar ketika ia melihat bahwa eufemisme atau
pseudo-eufemisme adalah kekuatan yang memotivasi di balik banyak perkembangan
peyoratif". Sumarsono (2012: 258) berpendapat bahwa, “kata yang ditabukan itu akan
dilarang, dan kata penggantinya, eufemisme akan diintroduksikan untuk mengisi senjang
itu”.
Dari beberapa pendapat diatas mengenai eufemisme, dapat disimpulkan bahwa
eufemisme merupakan gaya bahasa dan penghalusan yang dapat mengganti posisi katakata tabu dengan tujuan untuk mengurangi kesalahpahaman dan kevulgaran pada tataran
baik kata, frasa, klausa maupun kalimat serta mengurangi penggunaan kata kata yang
kasar baik dalam lisan maupun tulisan.
2. Bentuk Eufemisme
Berdasarkan konsep yang dikemukakanoleh Allan dan Burridge (1991) ada enam
belasbentuk eufemisme antara lain:
a. Ekspresi figuratif (Figurative Expressions), yaitu bersifat perlambangan, ibarat, atau
mengiaskan sesuatu dengan bentuk yang lain.Contoh :
Bsu
: He gently trails kisses along my jaw up to the side of my mouth.
27
Bsa
: Dia menjatuhkan ciuman sepanjang rahangku sampai ke sisi
mulutku.
b. Metafora (Methapor), yaitu perbandingan yang implisit di antara dua hal yang
berbeda.Biasanya di tandai dengan kata seperti atau bagaikan. Contoh:
Bsu
: I stretch out beside him, feeling loose-limbed, my bones like jelly, but
I’m relaxed, deeply relaxed.
Bsa
: Aku melonggarkan kaki, tulangku seperti jelly, tapi aku santai, sangat
santai.
c. Flipansi (Flippancy), penghalusan suatu kata namun makna yang dihasilkan
tersebut diluar pernyataan dari kata yang dihaluskan.Contoh:
Bsu
: I am helpless, my hands pinned, my face held, and his hips restraining
me. . I feel his erection againstmy belly.
Bsa
: Aku tak berdaya, tangan aku terjepit, wajahku dipegang, dan
pinggulnya menahanku. Aku merasa ereksinya pada perutku.
d. Memodelkan kembali (Remodeling), yaitu pembentuk ulang kata. Contoh:
Bsu
: That's quite enough from you, Ezio, you little prick!
Bsa
: Itu sudah cukup darimu, Ezio, dasar 'kelamin kecil'!
e.
Sirkumlokusi (Circumlocutions), yaitu penggunaan beberapa kata yang lebih
panjang dan bersifat tidak langsung.Contoh:
Bsu
: His other hand grabs my ponytail and yanks down, bringing my face
up, and his lips are on mine.
28
Bsa
: Tangan satunya meraih ekor kudaku dan menyentak turun, membawa
wajahku keatas, dan bibirnya ada di bibirku.
f. Kliping (Clipping), yaitu pemotongan, membuat menjadi pendek atau singkat.
Contoh:
Bsu
: 'We ain't contagious.'
Bsa
: "Kami tidak ember."
g. Akronim (Acronym), yaitu penyingkatan atas beberapa kata menjadi satu.
Contoh:
Bsu
: internet
Bsa
: internet
h. Singkatan (Abbreviations), menghaluskan suatu bentuk kata dengan menyingkat
kata-kata menjadi beberapa huruf.
Contoh:
Bsu
: Brother A
Bsa
: Saudara A
i.
Pelesapan (Omission), yaitu menghilangkan sebagian kecil. Contoh:
Bsu
: he won’t let me
Bsa
: dia tidak akan mengizinkanku melakukannya
j. Satu kata untuk menggantikan satu kata yang lain (One for one substution) yaitu
bentuk eufemisme yang menggantikan suatu kata dengan kata yang lain.Contoh:
29
Bsu
: Lights also glimmered in the winehouses and the brothels, but very few
people walked the streets.
Bsa
: Lampu juga berkelip di rumah minum dan rumah bordil, tapi sangat
sedikit orang yang melewati jalanan.
k. Umum ke khusus (General for specific), kata yang umum menjadi kata yang
khusus. Contoh:
Bsu
: He holds me against his hips, and I feel his erection, which he languidly
pushes into me.
Bsa
: Dia menahanku di pinggulnya, dan aku merasakan ereksinya, dan dia
bersemangat mendorong kedalam diriku.
l. Sebahagian untuk keseluruhan (Part for whole euphemisms), yaitu kata yang
khusus menjadi kata yang umum.Contoh:
Bsu
: I lean forward, while he has his eyes closed, and place my lips around
him and tentatively suck, running my tongue over the tip.
Bsa
: Aku membungkuk kedepan, selagi matanya tertutup, dan
menempatkan bibirku disekitarnya dan mencoba menghisap,
menjalankan lidahku ke ujungnya.
m. Hiperbola (Hyperbole)yaitu menghaluskan suatu kata dengan menggunakan
ungkapan yang melebih-lebihkan. Contoh:
Bsu
: My tongue tentatively strokes his and joins his in a slow erotic dance
that’s all about touch and sensation, all bump and grind.
30
Bsa
: Lidahku dengan coba-coba membelai dan bergabung dalam tarian erotis
lambat yang semuanya adalah tentang sentuhan dan sensasi, beradu dan
menggiling.
n. Makna di luar pernyataan (understatement), yaitu satu makna kata yang terlepas
dari makna kata tersebut.contoh:
Bsu
: One hand remains in my hair, the other travels down my spine to my
waist and down to my behind.
Bsa
: Satu tangannya masih di rambutku, satunya lagi turun dari punggung ke
pinggang dan sampai bokongku.
o. Jargon, yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda bentuk.
Contoh:
Bsu
: “Let’s see if we can make you come like this,” he whispers, continuing
his slow, sensual assault.
Bsa
: "Mari kita lihat apakah kita dapat membuatmu keluar seperti ini,"
bisiknya, terus melakukan serangan lambat, sensual.
p. Kolokial (Colloquial), yaitu ungkapan yang dipakai sehari-hari. Contoh:
Bsu
: Does this mean you’re going to make love to me to night, christian?
Bsa
: "Apa ini berarti kau akan bercinta denganku malam ini, Christian?"
Hal ini dapat ditegaskan bahwa eufemisme merupakan uangkapan yang
berbentuk kata atau frasa yang lebih halus, sopan, dan aman untuk ungkapan lain yang
dirasa kasar dan tidak berterima. Penghalusan sering dilakukan pada sebuah film, iklan,
31
novel dan lain-lain. Hal ini untuk membuat kalimat-kalimat yang ditampilkan diterima
di budaya manapun.
Menurut Putu wijana dan Rohmadi (2008: 97) referensi eufemisme dapat dibedakan
menjadi 7 jenis yaitu : (1) benda dan binatang, (2) bagian tubuh, (3) profesi, (4)
penyakit, (5) aktivitas, (6) peristiwa dan (7) sifat atau keadaan.
1. Benda dan binatang
Contoh:
Bsu
: Tiger is a carnivora.
Bsa
: Harimau adalah hewan pemakan daging.
2. Bagian tubuh
Contoh:
Bsu
: His hands glide slowly down my backside to my thighs, removing my
jeans as they go.
Bsa
: Tangannya meluncur perlahan ke bokong lalu ke pahaku, melepas
jeansku.
3. Profesi
Contoh:
Bsu
: She works in the bar and plays with some old man every night.
Bsa
: Dia bekerja di bar dan bermain bersama beberapa lelaki dewasa setiap
malam.
32
4. Penyakit
Contoh:
Bsu
: She did a blood tranfusion twice a month in the hospital.
Bsa
: dia melakukan transfusi darah dua kali dalam sebulan.
5. Aktivitas
Contoh:
Bsu
: I do really want to make love to you
Bsa
: Aku benar-benar ingin bercinta denganmu.
6. Peristiwa
Contoh:
Bsu
: All of motoGP lovers sad when M Simon Celly Should have a race in
the heaven.
Bsa
: Seluruh pecinta motoGP sedih ketika M. Simon Celly meninggal dunia.
7. Sifat atau keadaan
Contoh:
3.
Bsu
: He stayed by her side when she gave the last breath.
Bsa
:Dia berada disisinya ketika dia menghembuskan nafas terakhir.
Sekilas Tentang Fifty Shades of Grey
Fifty Shades of Grey (2011) merupakan novel romantis bertema dewasa yang
menceritakan tentang hubungan percintaan tidak biasa antara Anastasia Steel dengan
Mr. Grey yang merupakan pengusaha muda dan kaya. Kisah novel ini bermula ketika
33
Anastasia “Ana” Steel bersedia membantu teman sekampusnya, Kate Kavanagh untuk
mewawancarai seorang miliarder muda berusia 27 tahun, Christian Grey yang akan
dimuat di Koran kampus. Mahasiswi sastra dari Washington State University yang
masih berusia 21 tahun itu pun pergi ke Seattle, di mana perusahaan milik Grey
berlokasi.
Selesai melakukan wawancara, pertemuan mereka itu pun berlanjut dengan
minum kopi bersama. Ternyata Grey adalah seorang pria yang sempurna, tampan,
brilian, namun memiliki sifat yang suka memaksakan kehendak. Meskipun begitu, Ana
yang seorang gadis polos dan lugu, rupanya diam-diam tertarik dan menyukai Grey.
Dan tanpa disadarinya, begitu pula dengan Grey yang juga jatuh hati pada Ana. Mereka
berdua akhirnya menjalin cinta, namun Anastasia tidak mengetahui bahwa Grey
memiliki sedikit kelainan pada selera sex.
Fifty Shades of Grey merupakan novel pertama dari trilogi Fifty Shades karya
E.L James yang terjual lebih dari 100 juta copy yang diterjemahkan kedalam 30 bahasa.
Novel ini juga di hadirkan kedalam karya film yang membuat banyak perdebatan saat
akan ditayangkan di berbagai negara.
B.
Kerangka Pikir
Bagian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas kerangka pikir yang
digunakan oleh peneliti untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang akan
diteliti. kerangka pikir dalam penelitian kualitatif merupakan gambaran bagaimana
setiap variabel dengan posisinya yang khusus akan dikaji dan dipahami keberkaitannya
dengan variabel yang lain (Sutopo, 2002: 141).
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada eufemisme organ dan aktifitas
seksual yang terdapat dalam novel Fifty Shades of Grey dan terjemahannya. Dalam
34
penelitian ini peneliti akan menganalisis teknik- teknik penerjemahan yang digunakan
untuk menerjemahkan eufemisme organ dan aktifitas seksual dari bahasa sumber
kedalam bahasa sasaran. Sementara itu, informan yang terdiri dari 3 raters akan menilai
kualitas terjemahan. Raters akan menilai keakuratan dan keberterimaan terjemahan
eufemisme organ dan aktifitas seksual dengan cara membandingkan bahasa sumber
dengan bahasa sasaran. Setelah hasil penilaian kualitas terjemahan didapatkan, peneliti
akan mengkaji dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan dari aspek
keakuratan dan keberterimaan. Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
35
Gambar 2.2 : Kerangka Pikir Penelitian
Sexual organ dan sexual
activity yang mengandung
Eufemisme dalam novel
Fifty Shades of Grey pada
Bsu
Sexual organ dan sexual
activity yang yang
mengandung Eufemisme
dalam dalam novel Fifty
Shades of Grey pada Bsa
Sexual activity,
sexual organ
Teknik penerjemahan
Eufemisme
Kualitas terjemahan
Eufemisme
Raters
Keakuratan
Keberterimaan
Download