1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri Yogyakarta Kementerian Perindustrian) I. PENDAHULUAN Buku mempunyai peran yang signifikan dalam dunia ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan. Buku dan segala literaturnya tidak dapat dipisahkan dari dunia kewidyaiswaraan. Sebagai media dan sumber untuk memperluas pengetahuan dan peningkatan profesionalisme mentransformasikan ilmu widyaiswara, pengetahuan dan buku nilai-nilai dan literaturnya kehidupan untuk dapat dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan pengajaran. Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya manfaat membaca buku dan literatur, maka banyak buku-buku impor berupa buku perkuliahan, buku kesiswaan, novel laris (best seller), buku seri motivasi, komik, buku religi dan sebagainya masuk ke Indonesia. Sebagian besar buku-buku impor tersebut berbahasa Inggris sehingga beberapa penerbit buku tentu saja berinisiatif untuk menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar masyarakat awam dapat mengonsumsi dan memeroleh ide, gagasan, pengetahuan, cerita dan pesan yang terkandung dalam buku tersebut dengan lebih mudah. Prasetyo (2013) menyebutkan bahwa volume buku-buku impor dengan bahasa sumber bahasa Inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia meningkat cukup drastis. Lebih dari satu dasawarsa, dunia perbukuan nasional terus dibanjiri dengan karya terjemahan. Jenis karya terjemahan yang biasanya dilirik oleh penerbit pada umumnya adalah jenis novel, buku-buku bidang ekonomi, psikologi atau motivasi diri, politik, sejarah, agama dan sebagainya. Minat baca konsumen Indonesia pun juga terpengaruh oleh karya-karya best seller dari penulis mancanegara yang telah menjadi ikon dunia Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 2 seperti karya-karya dari JK Rowling, Stephen R Covey, Robert T Kiyosaki, Rhonda Byrne dan sebagainya. II. TEORI PENERJEMAHAN Dunia kewidyaiswaraan tidak dapat dipisahkan dari buku bacaan, jurnal ilmiah internasional, karya tulis ilmiah dan sebagainya. Buku- buku bacaan maupun karya tulis ilmiah tersebut berfungsi sebagai media dan sumber pembelajaran, memperluas ilmu pengetahuan juga sebagai sumber referensi keilmuan. Perkembangan literatur ilmu pengetahuan yang up to date sebagian besar ditulis dalam bahasa asing terutama dalam bahasa Inggris sehingga diperlukan pemahaman yang memadai mengenai keterampilan penerjemahan. 2.1 Pengertian Penerjemahan Para ahli bahasa mempunyai pendapat dan gagasan mengenai pendefinisian penerjemahan yaitu sebagai berikut: a. Nida dan Taber (1974) Penerjemahan adalah mengungkapkan kembali isi pesan dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) baik dalam hal makna maupun juga gaya bahasa dengan padanan alami yang sedekat mungkin. b. M. Rudolf Nababan (2003) Penerjemahan adalah mengalihkan makna dan satuan makna (pesan) teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. c. Simatupang (2000) Penerjemahan adalah ilmu yang menganalisis struktur gramatika konteks kultural dan konteks situasi komunikasi teks BSu. Hal ini untuk menentukan makna dan mencari padanan maknanya dalam teks BSa. Simatupang juga menegaskan bahwa dalam penerjemahan tidak hanya diperlukan seorang bilingual handal namun juga seorang bikultural. Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 3 2.2 Piranti Penerjemahan Dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah tentunya membutuhkan piranti alat atau media untuk menerjemahkan kata, kalimat dan makna dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa). Piranti dalam penerjemahan terdiri dari piranti yang konvensional dan piranti modern. Piranti konvensional penerjemahan berupa kamus fisik yaitu kamus dwi bahasa, Kamus Oxford, Kamus Thesaurus dan Kamus Ensiklopedia. 2.2.1 Piranti Konvensional a. Kamus dwi bahasa Kamus dwi bahasa adalah kamus bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris yang disusun oleh dwi ahli bahasa dari Amerika Serikat yaitu John M. Echols dan ahli bahasa dari Indonesia yaitu Hassan Shadily. Kamus dwi bahasa ini terdiri dari puluhan ribu entri atau kata baik bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, kata dalam kamus ini dilengkapi dengan tulisan fonetis yang mendampingi setiap entri untuk mengetahui cara membaca kata yang bersangkutan. Kamus dwi bahasa juga memberikan penjelasan kelas kata yaitu kelas kata benda (noun), kata sifat (adjective), kata keterangan (adverb), kata kerja (verb) dan juga tambahan penjelasan arti kata yang bersangkutan dalam disiplin ilmu tertentu. Terlebih lagi, dalam kamus dwi bahasa ini juga diberikan contoh pemakaian kata dalam kalimat yang memadai untuk mempermudah pemahaman arti kata. b. Kamus Oxford English Dictionary (OED) Piranti terjemahan konvensional yang kedua adalah kamus Oxford English Dictionary (OED), Kamus ini diterbitkan oleh Oxford University Press. Kamus OED ini menjelaskan arti kata, padanan kata, frase termasuk cara pengucapan secara fonetis. Edisi cetakan lengkap terakhir dicetak tahun 1989 dalam 20 volume yang terdiri dari 291.500 entri kata dalam 21.730 halaman (Wikipedia). c. Kamus Tesaurus Kamus tesaurus ini memberikan penjelasan kata yang mempunyai kemiripan makna (sinonim), dua kata yang mempunyai arti kata yang berlawanan (antonim) dan juga daftar kata hiponim (kelompok kata). Kamus tesaurus membantu penerjemahan dalam memilih kata-kata (diksi) yang paling cocok. Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 4 d. Ensiklopedia Piranti penerjemahan konvensional selanjutnya adalah ensiklopedia, misalnya ensiklopedia britannnica yang berbahasa Inggris yang digunakan sebagai referensi untuk mencari padanan, konsep maupun istilah secara lebih detail yang sesuai dengan bidang tertentu dalam teks. Ensiklopedia memberikan informasi secara komprehensif mengenai keseluruhan cabang ilmu misalnya istilah ekonomi, politik, budaya, sejarah, biologi dan sebagainya yang biasanya disertai dengan artikel dan gambar. 2.2.2 Piranti Modern Piranti penerjemahan modern menggunakan unsur sistem teknologi berupa software khusus atau dalam bentuk gadget tertentu. a. Kamus Elektronik Kamus elektronik digunakan untuk menerjemahkan bahasa inggris ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. Merek kamus elektronik yang terkenal di Indonesia adalah alfalink, casio. Kamus elektronik tersebut belum dapat memberikan penjelasan yang lengkap mengenai kosakata yang dicari dan juga tidak memberikan aplikasi entri kata dalam penggunaan kalimat. Kelebihan kamus elektronik ini adalah mudah dibawa kemana-mana dan dapat mencari arti kata lebih cepat daripada kamus yang konvensional. b. Kamus Linguist Piranti modern yang kedua adalah kamus linguist. Software kamus linguist biasanya terdapat dalam program komputer dengan sistem operasi windows yaitu dengan cara memasangnya terlebih dulu. Kamus ini relatif lebih lengkap daripada kamus elektronik dengan memberikan penjelasan kelas kata. c. Kamus Online Piranti modern yang ketiga adalah kamus online misalnya google translate, Babylon.com dan sebagainya. Kamus online ini lebih unggul daripada kamus piranti yang lain karena dapat menerjemahkan teks pada tataran kata, kalimat maupun paragraf secara lebih efektif dan efisien. Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 5 Proses penerjemahan dengan menggunakan kamus online, software penerjemahan, maupun kamus elektronik tersebut dinilai masih belum sempurna. Produk terjemahan dengan menggunakan piranti tersebut masih terdapat banyak kejanggalan. Pada umumnya, hasil terjemahan yang dihasilkan dengan piranti modern tersebut adalah terjemahan kata demi kata (word by word). Terlebih lagi aspek kebahasaan yang mempunyai unsur makna denotatif dan konotatif belum diterjemahkan secara baik. 2.3 Proses Penerjemahan Penerjemahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran tentunya memerlukan suatu proses. Machali (2000) menyebutkan bahwa proses penerjemahan adalah suatu rangkaian tahapan pengalihan pesan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran hingga didapatkan hasil akhir. Bagan alur proses penerjemahan adalah sebagai berikut. 2.1 Bagan Proses Penerjemahan (Bassnett, 1991) Newmark (1988) menyatakan bahwa terdapat 3 tahap proses penerjemahan yang terdiri dari : 1. Tahap Analysis Tahap ini dilakukan dengan menginterpretasi dan menganalisis teks bahasa sumber (BSu) dengan menganalisis teks secara menyeluruh dari segi isi, segi gramatika dan makna kata. Tahap analisis diperlukan pada tahap awal agar jenis teks secara keseluruhan dapat diidentifikasi dengan baik. Dalam tahap ini, tugas utamanya adalah Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 6 mencari gagasan atau ide utama dan pemahaman unsur linguistik (kebahasaan) yang meliputi tataran kata, frase, klausa, kalimat dan unsur nonlinguistik misalnya unsur budaya yang terkandung dalam teks bahasa sumber. 2. Tahap Transfer Tahap ini dilakukan dengan memilih padanan pada tataran kata hingga kalimat dalam teks bahasa sasaran (BSa). Tahapannya dengan mencari dan menentukan padanan istilah dan padanan budaya yang sesuai dengan makna yang dimaksud pada bahasa sumber (BSu). Pencarian padanan makna merupakan inti penerjemahan dan masalah padanan selalu terkait dengan dua masalah pokok yaitu masalah kebahasaan dan kultural (Nababan, 2004). Pada tahap transfer ini belum dihasilkan rangkaian kata sehingga proses ini masih terjadi dalam batin. 3. Tahap Restructuring Tahap ini dilakukan dengan menyusun kembali teks sesuai dengan maksud penulis serta kaidah bahasa sasaran. Dalam tahap restructuring dituliskan kembali hal-hal yang sudah dilakukan dalam tahap sebelumnya termasuk makna yang disesuaikan dengan aturan dan kaidah bahasa sasaran. Tahap ini mencakup kesatuan gagasan, keutuhan gaya bahasa, pengecekan ejaan dan keberterimaan terjemahan. 2.4 Masalah Makna dan Ketidaksepadanan dalam Penerjemahan Penerjemahan tidak hanya berproses pada melihat satuan makna dari kamus saja. Proses pengalihan makan melibatkan berbagai unsur seperti pemilihan kosakata, struktur tata bahasa, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber (BSu). Kesepadanan makna dipengaruhi salah satunya oleh unsur bahasa. Kaidah yang berlaku dalam dua bahasa menentukan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan. Baker (1992) menyatakan pada tataran kata terdapat beberapa masalah ketidaksepadanan yang berkaitan dengan adanya aspek-aspek sebagai berikut: a. Perbedaan budaya Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 7 Newmark (1988) mendefinisikan budaya sebagai cara hidup dan manifestasinya yang khas dari masyarakat tertentu yang menggunakan bahasa tertentu sebagai alat untuk mengekspresikan. Jadi budaya diekspresikan oleh pendukungnya dengan sebuah media ekspresi yang disebut bahasa. Kata dalam bahasa sumber mungkin mengekspresikan konsep yang tidak dimengerti dalam bahasa sasaran. Konsep tersebut dapat berupa hal yang nyata atau abstrak yang berhubungan dengan nilai sosial, agama, adat dan sebagainya. Nababan (2012) memberikan contoh dalam budaya penutur BSu misalnya bahasa Inggris, seorang cucu dapat menyapa kakeknya dengan tanpa sapaan “How are you, John?”. Dalam kalimat tersebut sang cucu langsung menyebut nama kecil kakeknya. Penyapaan seperti contoh tersebut dipandang tidak sopan bagi penutur bahasa Indonesia yang menyertakan sapaan “kakek” yang diikuti dengan nama kecil kakeknya misalnya Kakek Prawiro. Dalam hal ini, sesuatu yang dianggap sopan dalam suatu budaya masyarakat dapat dipandang tidak sopan dalam budaya masyarakat lainnya. b. Tidak adanya padanan kata dalam bahasa sasaran (BSa) Sebuah kata dapat mengekspresikan konsep yang dimengerti dalam bahasa sumber (BSu) namun tidak ada kata yang benar-benar sepadan untuk diungkapkan dalam bahasa sasaran. Misal kata standard dalam bahasa Indonesia dapat diwakili dengan beberapa makna misalnya ukuran atau patokan namun sebenarnya belum sepadan dengan makna yang sesungguhnya dalam BSu. c. BSu dan BSa membuat perbedaan dalam makna. Penerjemah seringkali membuat makna yang sedikit berbeda dengan BSu. Ungkapan dalam BSu dapat dimaknai secara berbeda dalam BSa misalnya kalimat “She was going out in the rain” dapat dipahami berbeda dalam bahasa Indonesia yaitu “Dia pergi keluar tanpa mengetahui jika hujan sedang turun” atau “Dia sengaja pergi keluar meskipun hujan sedang turun”. Dalam hal ini penerjemah harus mempunyai kemampuan dalam memahami konteks BSu untuk mendapatkan makna yang sepadan. d. Tidak adanya kata-kata khusus dalam bahasa sasaran (BSa) Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 8 Bahasa sumber misalnya bahasa Inggris mempunyai ragam kata-kata khusus untuk rumah (house) misalnya bungalow, cottage, villa, hall, lodge dan mansion sehingga penerjemah harus memilah dan menerapkan kata-kata yang mempunyai kedekatan makna dengan bahasa sasaran. 2.5 Metode Penerjemahan Molina dan Albir (2002) menyatakan bahwa metode penerjemahan adalah cara sebuah proses penerjemahan dilakukan sesuai dengan tujuan penerjemah. Metode penerjemahan mencakup opsi global yang memengaruhi teks terjemahan teks secara keseluruhan. Metode penerjemahan terdiri dari 2 metode yaitu (i) metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber (BSu) dan (ii) metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran (BSa). 2.4.1 Metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber (BSu) a. Metode Penerjemahan Kata Demi kata (word for word translation). Penerjemahan kata demi kata adalah metode penerjemahan yang masih terikat dengan tataran kata bahasa sumber (BSu). Susunan kata dalam kalimat terjemahan sama dengan susunan kata dalam kalimat aslinya (Newmark, 1988). Metode penerjemahan kata demi kata tidak mengindahkan keberterimaan susunan kata-kata BSa. Contoh : Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 9 b. Metode Penerjemahan Harfiah (literal translation). Penerjemahan harfiah adalah penerjemahan yang bentuk tata bahasanya diubah sedekat mungkin dengan padanan yang mempunyai makna yang sama dalam bahasa sasaran. Metode ini diterapkan jika struktur kalimat bahasa sumber berbeda dengan struktur bahasa sasaran. Terjemahan harfiah masih berusaha mempertahankan bentuk (gaya) dan makna yang ada dalam teks BSu tanpa memperhitungkan apakah bentuk atau gaya bahasa tersebut wajar atau berterima dalam BSa dan apakah pembaca teks BSa dapat mengerti terjemahan dengan mudah atau tidak (Kardimin, 2013). Contoh 1. Contoh 2. Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 10 BSu BSa Contoh 3. BSu: The young man is wearing a heavy light blue jacket BSa: Lelaki muda itu memakai jaket berat biru muda Bandingkan dengan terjemahan semantik “Pemuda itu memakai jaket tebal berwarna biru muda. c. Metode Penerjemahan Setia (Faithful Translation). Penerjemahan setia adalah penerjemahan yang memproduksi makna kontekstual bahasa sumber dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Gaya bahasa dan pilihan kata diperhatikan karena gaya bahasa adalah ciri ekspresi penulis yang bersangkutan (Kardimin, 2013). Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 11 Metode penerjemahan setia masih berpegang pada isi dan bentuk bahasa sumber (BSu) sehingga terjemahannya seringkali masih terasa janggal. Contoh 1. Contoh 2. d. Metode Penerjemahan Semantik. Penerjemahan semantik adalah metode penerjemahan yang memperhatikan makna serta lebih fleksibel daripada penerjemahan setia. Metode ini sedapat mungkin memperhitungkan unsur estetika teks BSu, mempertahankan gaya bahasa teks BSu dan juga mempertimbangkan tingkat kebahasaan penulis teks BSu sehingga terkadang terjemahan semantis terasa lebih kaku dengan struktur yang lebih kompleks karena berusaha menggambarkan proses berfikir penulis aslinya. Elemen budaya BSu harus tetap menjadi elemen budaya BSu meskipun hadir dalam terjemahan teks BSa. Contoh 1. Bandingkan dengan terjemahan komunikatif “Kelirulah kalau kita menganggap bahwa rakyat kita tidak memahami makna demokrasi yang sebenarnya” Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 12 Contoh 2. 2.4.2 Metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran (BSa) a. Metode Penerjemahan Adaptasi Penerjemahan adaptasi adalah penerjemahan yang dekat dengan bahasa sasaran. Metode adaptasi biasanya diterapkan dalam penerjemahan drama atau puisi (Newmark, 1988). Tema dan karakter dengan penerjemahan adaptasi biasanya dipertahankan namun kultur BSu diubah kedalam kultur BSa dan teksnya ditulis kembali. Contoh. b. Metode Penerjemahan Bebas (Free Translation). Penerjemahan bebas adalah penerjemahan yang mengutamakan isi daripada bentuk teks BSu. Hasil terjemahan biasanya berupa parafrase yang lebih panjang atau lebih pendek daripada teks aslinya. Seringkali penerjemahan dengan metode ini menyebabkan perubahan yang cukup drastis pada teks bahasa sasaran (Machali, 2002). Penerjemahan bebas pada umumnya tidak perlu memperhatikan gaya bahasa teks BSu demikian juga dengan contoh yang diberikan dapat berubah, yang penting adalah pembaca BSa tidak mengalami kesulitan dalam membaca hasil terjemahan. Contoh : Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 13 c. Metode Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation). Penerjemahan idiomatik berusaha menciptakan kembali makna dalam BSu dengan kata dan kalimat yang luwes dalam BSa. Hasilnya tidak terasa seperti terjemahan namun seperti membaca tulisan asli. Terjemahan idiomatik berusaha untuk tidak menambah contoh-contoh meskipun berusaha untuk membuat teksnya dapat dibaca dengan lancar dan luwes (Kardimin, 2013). Contoh. Bandingkan dengan terjemahan harfiah : Bisakah saya mendapatkan namamu? d . Metode Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation). Penerjemahan komunikatif mereproduksi makna kontekstual sehingga aspek bahasa dan isi dapat langsung dimengerti pembaca (Newmark, 1988). Metode penerjemahan komunikatif memperhatikan prinsip komunikasi bagi pembacanya sehingga teks terjemahan ragam ini mengubah struktur bahasa yang terasa luwes dan berterima di BSa namun kelemahannya adalah kadang hilangnya sebagian makna teks BSu (Kardimin, 2013). Contoh 1 Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 14 Contoh 2 2.5 Kualitas Penerjemahan Terjemahan dapat dipandang sebagai alat komunikasi. Berhasil tidaknya sebuah terjemahan dalam menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi bergantung pada kualitas terjemahan. Kualitas terjemahan tidak hanya ditentukan oleh faktor enak dibaca atau mudah dipahami oleh pembaca. Aspek keakuratan pengalihan pesan dan keberterimaan terjemahan juga merupakan aspek penentu berkualitas atau tidaknya Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 15 sebuah penerjemahan. Kualitas dalam penerjemahan berkaitan erat dengan tingkat kesepadanan makna (akurasi). Tingkat akurasinya dapat dinilai dari penyampaian pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, keberterimaan dan kedekatan makna. Nida (1974) menyatakan bahwa kesepadanan makna harus mengacu pada 3 hal yaitu padanan konteks, keberterimaan dan kedekatan makna. a . Padanan Konteks Acuannya adalah mengalihkan pesan dengan mencari padanan teks bahasa sasaran (BSa) secara akurat. Pesan yang terkandung dalam teks terjemahan harus sama dengan pesan yang terkandung dalam teks asli dan tetap terkait dengan pokok bahasan materi yaitu keseluruhan pesan teks bahasa sumber. Padanan konteks juga berarti menghindari usaha-usaha untuk mengurangi atau menambahi pesan teks BSu kedalam teks BSa. b . Keberterimaan Faktor keberterimaan berarti hasil terjemahannya tidak kaku, lazim diterima secara gramatikal dalam bahasa sasaran. Dari segi penyampaian pesan juga tidak mengurangi isi pesan dan tidak bertentangan dengan kaidah norma dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran. c . Kedekatan Makna Acuan faktor kedekatan makna adalah bahwa penerjemahan tidak memaksakan untuk mencari padanan makna dalam bahasa sasaran yang persis dengan bahasa sumber. Hal ini terjadi karena tidak ada kata yang mempunyai arti yang sama persis antara bahasa satu dengan bahasa lainnya sehingga teks terjemahan akan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca sasaran. 2.6 Kesimpulan Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 16 Pakar bahasa menyepakati bahwa suatu teks disebut sebagai terjemahan apabila teks tersebut mempunyai hubungan padanan dengan teks bahasa sumber baik dari segi kesamaan isi dan pesan dengan bahasa sasaran. Perkembangan referensi ilmu pengetahuan yang up to date contohnya dalam bentuk buku, jurnal internasional, karya terjemahan dan literatur lainnya umumnya ditulis dalam bahasa Inggris. Hal ini menjadi tantangan peningkatan profesionalisme widyaiswara atau pengajar untuk membekali keterampilan pemahaman yang memadai. Pemahaman tersebut diperlukan untuk memilah karya terjemahan yang baik maupun kemampuan untuk menerjemahkan pesan dan makna yang terkandung didalam bahasa sumber tersebut. Tingkat kualitas penerjemahan berkaitan erat dengan tingkat hubungan kesepadanan makna antara teks bahasa sumber (BSu) dengan teks bahasa sasaran (BSa). Kesepadanan tersebut mengacu pada faktor padanan konteks, keberterimaan dan kedekatan makna. Kesepadanan makna mempunyai peran penting dalam penerjemahan karena pencapaian kesepadanan dari segi makna dan gaya bahasa dapat merefleksikan kualitas penerjemahan. DAFTAR PUSTAKA Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 17 Baker, Mona. 1992. In other words: A coursebook on translation. New York : Routledge Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia Kardimin. 2013. Pintar Menerjemah : Wawasan Teoritik dan Praktek. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Larson, ML. 1984. Meaning Based Translation. Lanham : University Press of America Lorcher, W. 1992. Investigating The Translation Process. Meta, 1992, p. 426-439 Machali, Rochayah. 2002. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta : Gramedia Molina, Lucia dan Amparo Hurtado Albir. 2002. Translation Tecniques Revisited : A Dynamic and Functionalist Approach. Jurnal Meta Vol. XLVIII No. 4 Nababan, M.Rudolf. 2008. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Nababan, Mangatur, dkk .2012. Pengembangan Model Penilaian Kualitas Terjemahan. Kajian Linguistik dan Sastra, Vol.24, No.1, Juni 2012: hlm: 39-57 Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. New York : Prentice Hall International Nida, EA. 1974. The Theory & Practice of Translation. Leiden : EJ Brill Prasetyo, Arif Bagus. 2013. Buku Terjemahan dan Profesi Penerjemah dalam Balipost Edisi 14 April 2013. Simatupang, Maurits D.S. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis) 18 Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara Melalui Pengenalan Teori Penerjemahan Teks Bahasa Inggris (Sebuah Kajian Teoritis)