EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL ANTARA PIMPINAN DENGAN KARYAWAN PT PIDI VISUAL PROJECT SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S 1) Ilmu Komunikasi Disusun Oleh : Nama Nim Jurusan : Irama Dhamayanti : 04201-049 : Hubungan Masyarakat xii PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA ABSTRAKSI Irama Dhamayanti 04201-049 Efektifitas Komunikasi Internal antara Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi Visual Project xiii + 72 halaman + 9 lampiran + 28 tabel, Bibliografi : 30 acuan (1984-2007) Komunikasi internal adalah komunikasi yang berlangsung antara oranorang yang berada di dalam organisasi. Komunikasi internal dalam penelitian ini membahas khususnya komunikasi dari karyawan kepada pimpinan (upward communication). Terkadang terdapat gap atau kesenjangan antara komunikasi karyawan ke pimpinan karena karyawan tidak dapat secara bebas dan langsung menyampaikan aspirasi, pendapat dan masukan tentang bagaimana produksi suatu pekerjaan seharusnya dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas komunikasi internal antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual Project. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi internal antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual Project. Penelitian ini menggunakan adaptasi Joseph DeVito tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi interpersonal, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), kepositifan (positiveness), dukungan (supportiveness) dan kesamaan (equality). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian mengunakan survei dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling karena populasi kurang dari 30 orang yaitu hanya 21 orang. Komunikasi internal karyawan di Pidi Project secara keseluruhan dinilai efektif dengan skor rata-rata 71.7 %. Hal ini ditunjukkan dengan tumbuhnya xiii suasana keterbukaan, kurangnya empati dan perhatian dalam berkomunikasi, sikap yang positif dan dorongan positif dalam bentuk pujian dan penghargaan, sikap saling mendukung dan adanya unsur kesamaan antara atasan, bawahan dan rekan kerja dalam bahasa yang digunakan dan latar belakang budaya. PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI Judul : EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL ANTARA PIMPINAN DENGAN KARYAWAN PT PIDI VISUAL PROJECT Nama : Irama Dhamayanti NIM : 04201-049 Fakultas : Ilmu Komunikasi Program Studi : Public Relations Mengetahui, Pembimbing 1 ( Drs. Aan Setiadarma, M.Si.) Pembimbing 2 (Endri Listiani, S.IP., M.Si.) PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama : Irama Dhamayanti Nim : 04201-049 Fakultas : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL ANTARA PIMPINAN DENGAN KARYAWAN PT PIDI VISUAL PROJECT Jakarta, 30 Agustus 2008 Ketua Sidang (Dra. Agustina Zubair, M.Si.) Pembimbing I Penguji Ahli (Drs. Hadi Surantio, M.Si) Pembimbing II (Drs. Aan Setiadarma, M.Si.) (Endri Listiani, S.IP., M.Si.) PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama : Irama Dhamayanti Nim : 04201-049 Fakultas : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL ANTARA PIMPINAN DENGAN KARYAWAN PT PIDI VISUAL PROJECT Jakarta, 06 September 2008 Disetujui dan Diterima Oleh : Pembimbing I (Dra. Aan Setiadarma, M.Si.) Pembimbing II (Endri Listiani, S.IP., M.Si) Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Ketua Program Studi (Dra. Diah Wardhani, M.Si.) (Marhaeni F. K, S.Sos., M.Si.) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, lindungan dan karuniaNya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang selalu hadir di dalam hati menemani penulis. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, dengan judul ”Efektifitas Komunikasi Internal antara Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi Visual Project”. Banyak hal yang mewarnai proses penyusunan skripsi ini, baik itu menyenangkan maupun tidak menyenangkan bagi penulis. Tidak ada sesuatu yang didapat dengan mudah tanpa jerih payah dan pengorbanan untuk mencapai sesuatu yang optimal. Penyusunan yang banyak memakan waktu, tenaga dan pikiran ini dalam perjalanannya mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Aan Setiadarma M.Si., selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberi bimbingan, petunjuk, koreksi dan saran-saran hingga skripsi ini selesai. v 2. Ibu Endri Listiana S.Ip., M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberi bimbingan, petunjuk, koreksi, dan saransaran hingga skripsi ini selesai. 3. Ibu Dra. Agustina Zubair M.Si., selaku Ketua Sidang Skripsi. 4. Bapak Hadi Surantio selaku Penguji Ahli. 5. Ibu Dra. Diah Wardhani M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 6. Ibu Marhaeni F. K. S.Sos., M.Si., selaku Ketua Program Studi Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 7. Ibu Irmulan Sati T. SH., M.Si., selaku Pembimbing Akedemik dan Humas Universitas Mercu Buana. 8. Para Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana dimana selama penulis mengikuti perkuliahan telah banyak memberikan ilmu pengetahuannya yang bermanfaat. 9. Para Staf TU Fikom dan Staf Perpustakaan Universitas Mercu Buana. 10. Bos Suwandi dan Bunda Ophie yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di Pidi Project, dan untuk All Team Pidi Project atas bantuan dan kerjasamanya. Sukses selalu untuk PIDI! 11. Keluarga Besar penulis, My Little Happy Family, Ayah Rd. Ismail Nugraha, Kak Nanda Rachma Fitri, Fera Jelita Amelia dan Farah Cantika Azalia, atas doa dan kasih sayang yang tak terhingga vi Mommie Dearest dan Alm. Papa Dearest atas doa dan dukungan baik moril maupun materiil, kakak dan adik penulis, Adyt&Kiky. 12. TOGEDER (Noviana, Ane Dewi Permatasari, Ana Marthatila, Aurora Prabandini, Theressa Sari Bettis, Hastari Julianita, Dina Latuconsina, Anisah, Wandha Titi Kusumandari, Vonny, Ahmad Dainuri, Harry Widodo, Agus Setiawan, Eko Evianto, Ahmad Fadli, Hardiansyah, Ady Eldiwan, A. Imamuddin&kel., Melly Melati dan semua teman-teman PR A’01, semua ak.2001 dan para senior yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Sukses selalu, Allah Meridhoi, Salam! Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan ini. Maka apabila di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Baik itu dalam penulisan nama, gelar, maupun nama tempat, dan lain-lain. Karena penulis sadar betul penulisan ini masih jauh dari kata sempurna dengan keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, koreksi dan saran serta perbaikan sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat dan memberikan kontribusi yang positif bagi kajian ilmu komunikasi serta dapat memperkaya wacana tentang efektifitas komunikasi. Jakarta, Juli 2008 Penulis Irama Dhamayanti vii DAFTAR ISI LEMBAR PESETUJUAN SKRIPSI……………………………………………...ii TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI…………………………………………….iii PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI………………………………………..iv KATA PENGANTAR ........................................................................................v DAFTAR ISI…………………………………………………………………….viii DAFTAR TABEL………………………………………………………………...ix DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………x ABSTRAKSI......................................................................................................xi BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah ..................................................1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................6 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................6 1.4. Signifikansi Penelitian…………………………………...6 1.4.1. Signifikansi Akademis.........................................6 1.4.2. Signifikansi Praktis..............................................6 BAB II : KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Komunikasi.....................................................................8 2.2. Komunikasi Organisasi…………………………………..9 2.3. Komunikasi Internal……………………………………..11 2.4. Hubungan Masyarakat…………………………………...14 2.3.1. Pengertian Humas……………………………….14 2.3.2. Tugas dan Fungsi Humas………………………..15 2.5. Employee Relations………………………………………17 2.6. Efektifitas Komunikasi Internal.......................................21 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian .......................................23 3.2. Metode Penelitian………………………………………...24 3.3. Teknik Pengumpulan Data……………………………….24 3.3.1. Primer…………………………………………….24 3.3.2. Sekunder………………………………………….25 3.4. Populasi dan Sampel……………………………………..25 3.5. Definisi dan Operasionalisasi Konsep……………………27 3.5.1. Definisi Konsep…………………………………..27 3.5.2. Operasionalisasi Konsep…………………………27 3.6. Teknik Analisa Data........................................................29 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ............................................31 4.2. 4.3. BAB V 4.1.1. Sejarah Singkat Pidi Project……………………...31 4.1.2. Lokasi..................................................................33 4.1.3. Tujuan Perusahaan……………………………….33 viii Perusahaan………………………...34 4.1.4. Misi dan Visi 4.1.5. Strategi Pidi Project………………………………34 4.1.6. Motto Perusahaan………………………………...34 4.1.7. Acitivity…………………………………………..34 4.1.8. Speciality…………………………………………35 4.1.9. Product…………………………………………...35 Hasil Penelitian…………………………………………..36 4.2.1. Identitas Responden……………………………...36 4.2.2. Efektifitas Komunikasi Internal antara Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi Visual Project……..…42 4.2.2.1. Keterbukaan (openness) ……………….42 4.2.2.2. Empati (empathy) ……………………...46 4.2.2.3. Kepositifan (positiveness) ……………..51 4.2.2.4. Dukungan (supportiveness) ……………55 4.2.2.5. Kesamaan (equality) …………………...57 Pembahasan .....................................................................66 : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .....................................................................71 5.2. Saran...............................................................................72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN ix DAFTAR TABEL Tabel 3.1. : Operasionalisasi Konsep Efektifitas Komunikasi Internal.......................................................27 Tabel 4.1. : Jenis Kelamin Responden..................................................36 Tabel 4.2. : Usia Responden.................................................................38 Tabel 4.3. : Status Perkawinan Responden...........................................39 Tabel 4.4. : Tingkat Pendidikan Responden.........................................40 Tabel 4.5. : Lama bekerja Responden...................................................41 Tabel 4.6. : Keterbukaan Adalah Sikap Saling Terbuka di antara Pelaku Komunikasi dalam Melangsungkan Komunikasinya..................................................................42 Tabel 4.7. : Ada Sikap Saling Terbuka antara Pimpinan dengan Karyawan...........................................................................43 Tabel 4.8. : Ada Komunikasi Secara Tatap Muka antara Pimpinan dengan Karyawan................................................................44 Tabel 4.9. : Dengan Adanya Sikap Saling Terbuka antara Pimpinan dengan Karyawan akan menciptakan Komunikasi yang Efektif........................................................................45 Tabel 4.10. : Empati Adalah Kemampuan Seseorang untuk memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain..............46 Tabel 4.11. : Organisasi atau Perusahaan Berempati Terhadap Responden Ketika ada Masalah dalam Pekerjaan..............47 Tabel 4.12. : Empati yang Diberikan Sesuai dengan Harapan................48 Tabel 4.13. : Organisasi atau Perusahaan Memberi Perhatian kepada Responden Ketika Ada Masalah dengan Pekerjaan............................................................................49 Tabel 4.14. : Organisasi atau Perusahaan Memberi Perhatian, Baik Ketika ada Masalah Maupun Ketika Tabel 4.15. Tabel 4.16. Tidak Ada Masalah............................................................50 : Organisasi atau Perusahaan Bersikap Positif Terhadap Responden........................................................51 x : Responden Bersikap Positif Terhadap Organisasi Perusahaan........................................................................52 Tabel 4.17. : Ada Dorongan Positif dalam Bentuk Pujian dari Pimpinan Kepada Karyawan............................................................53 Tabel 4.18. : Ada Dorongan Positif dalam Bentuk Pujian dari Pimpinan Kepada Karyawan.............................................54 Tabel 4.19. : Ada Dukungan yang Diberikan Pimpinan Kepada Karyawan.........................................................................55 Tabel 4.20. : Karyawan Juga Memberikan Dukungan Kepada Pimpinan...........................................................................56 Tabel 4.21. : Kesamaan atau Equality adalah Unsur Kesamaan yang Dimiliki Pihak-Pihak yang Berkomunikasi......................57 Tabel 4.22. : Adanya Unsur Kesamaan Bahasa antara Pihak-Pihak yang Berkomunikasi di dalam Perusahaan.......................58 Tabel 4.23. : Sering Terjadi Kesalahpahaman dalam Menyampaikan Informasi..........................................................................59 Tabel 4.24. : Sering Terjadi Kesalahpahaman Karena Perbedaan Bahasa..............................................................................60 Tabel 4.25. : Ada Kesamaan Latar Belakang Budaya antara Anggota Organisasi atau Perusahaan..............................................61 Tabel 4.26. : Sering Terjadi Kesalahpahaman Karena Perbedaan Latar Belakang Budaya....................................................62 Tabel 4.27. : Skor Rata-Rata Efektifitas Komunikasi Internal antara Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi Visual Project........63 xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 2 : Instrumen Kuesioner Lampiran 3 : Struktur Organisasi Lampiran 4 : Company Profile PT Pidi Visual Project Lampiran 5 : Kliping dari Tabloid Cek & Ricek Lampiran 6 : Press Release ”Tujuh Hari Menuju Taubat” Lampiran 7 : Surat Permohonan Izin Liputan Lampiran 8 : Script ”Tujuh Hari Menuju Taubat” edisi spesial Lampiran 9 : Sript ”Penampakan” BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan komunikasi sudah ada sejak manusia dilahirkan. Seorang bayi akan menangis jika ia merasakan sesuatu, dari tangisan tersebut orang tua akan mengetahuinya, maka telah terjadi komunikasi antara anak dengan orang tuanya. Lewat komunikasi, manusia dapat menyampaikan isi hati, pikiran, sikap ataupun informasi kepada sesama dan mendapatkan timbal balik. Proses komunikasi dapat berlangsung pada diri seseorang dan organisasi atau perusahaan. Komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi dikenal juga dengan komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi menurut Zelco dan Dance seperti yang dikutip oleh Arni Muhammad adalah suatu sistem yang saling bergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.1 Dalam suatu organisasi, komunikasi berperan sangat penting untuk mendukung operasionalisasi perusahaan sehari-hari demi tercapainya tujuan organisasi. Kerjasama akan sulit tercipta karena ketiadaan komunikasi. Seorang pemimpin dalam perusahaan harus dapat melaksanakan kepemimpinannya secara efektif. Untuk itu ia harus mampu melakukan komunikasi secara efektif. Seorang manajer dikatakan berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat karyawan 1 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hal 66. 1 2 melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan dan kegembiraan Tanpa komunikasi yang baik, mustahil akan tercipta suasana kerja yang kondusif. Hubungan antar sesama karyawan jadi terganggu dan itu dapat membuat karyawan merasa tidak nyaman dan tidak termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya. Efektifitas komunikasi juga diperlukan dalam kehidupan berorganisasi. Karena proses komunikasi yang efektif merupakan kunci kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan. Efektifitas adalah hal yang berhubungan dengan apakah tujuan yang telah ditetapkan berhasil atau tidak. Dengan terciptanya komunikasi yang efektif di lingkungan internal perusahaan atau organisasi, maka akan berdampak pada terciptanya hubungan internal (internal relations) yang baik. Internal relations akan tercipta jika internal communication (komunikasi internal) yang terjadi berlangsung secara dua arah. Komunikasi internal di sini membahas khususnya komunikasi dengan karyawan. Dimana karyawan dalam sebuah perusahaan bersifat heterogen, dengan latar belakang, kepentingan, kebutuhan dan pemikiran berbeda yang belum tentu hal tersebut dapat diberikan dan dipahami oleh perusahaan tempatnya bekerja. Latar belakang masing-masing karyawan yang berbeda inilah yang dapat menjadi masalah mendasar penyebab perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat yang tidak selaras dapat mengakibatkan ketidakharmonisan antar karyawan. Jika hal ini sampai terjadi, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan karyawan antara lain melalui kegiatan-kegiatan internal perusahaan untuk lebih mempererat hubungan antara anggota dalam organisasi. 3 Melalui kegiatan-kegiatan komunikasi internal, peran seorang Humas sangat diperlukan. Humas berperan sebagai penyampai informasi kepada publiknya sekaligus sebagai mediator yang menjembatani pihak perusahaan atau top manajemen dengan karyawannya. Humas perusahaan harus mampu menciptakan suasana kerja dan hubungan yang harmonis antar karyawan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan formal maupun informal perusahaan, antara lain gathering&raker, ulang tahun perusahaan, makan siang bersama awal bulan, nonton bioskop bersama, olah raga, halal bihalal, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan agar karyawan tidak jenuh dalam melakukan pekerjaannya di kantor dan dapat mengurangi kepenatan. Untuk memenuhi kebutuhan para karyawan akan kebutuhan komunikasinya, terdapat fungsi manajemen yang mampu menyampaikan komunikasi secara dua arah dan terbuka antara pihak perusahaan dan karyawan. Fungsi manajemen ini masuk dalam divisi Public Relations dan orang yang bekerja di dalamnya adalah seorang Public Relations Officer. Praktek kehumasan merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik yang berlandaskan saling pengertian.2 PT Pidi Visual Project sebagai obyek penelitian, merupakan perusahaan rumah produksi yang sudah banyak menghasilkan program-program tv. Diantaranya yaitu ”Tujuh Hari Menuju Taubat” yaitu reality show yang bukan hanya sekedar mengajak seseorang untuk bertaubat dalam tujuh hari saja, tapi 2 Frank Jefkins, Public Relations, Erlangga, Jakarta, 1992, hal. 9. 4 juga menginspirasi dengan jalan kebaikan dengan kisah per episodenya yang mengharukan. 3 ”Penampakan” yaitu acara reality show yang menayangkan penampakan makhluk-makhluk gaib melalui media kamera video. Kemudian ”Hot Kuliner” yaitu liputan tentang makanan-makanan penambah vitalitas, lalu ”Top Five” yaitu tayangan yang beisi tentang informasi lima urutan tempat-tempat wisata di Indonesia yang wajib dikunjungi, ”Adrenalin” yaitu liputan olahraga dan aktivitas yang memacu adrenalin, ”Aneh Tapi Ada” yaitu tayangan keanehan dan keajaiban yang ada di sekitar kita, semuanya tayang di TV One; ”Seleb De Sitter” yaitu acara reality show yang menghadirkan selebritis dan pasangannya sebagai pengasuh anak balita, ”MTV Usil”, keduanya tayang di Global TV; lalu ada sitkom ”Cagur Naik Bajaj”” dan reality show ”Pacar Usil” yang tayang di ANTV. Komunikasi internal di Pidi Project menarik untuk diteliti karena Pidi Project sebagai salah satu perusahaan rumah produksi yang sedang berkembang di dunia entertainment ini mempunyai cara sendiri untuk membangun komunikasi internal yang baik dengan banyak mengadakan kegiatan yang melibatkan karyawannya. Pidi Project meyakini bahwa karyawan adalah aset yang sangat berharga, jika mereka diperlakukan dengan baik maka mereka akan memperlakukan publik perusahaannya dengan baik pula. Para karyawan juga sangat memberikan respon yang positif dengan ikut berpartisipasi dengan menjadi bagian kegiatan-kegiatan internal tersebut. Tetapi dari hasil pengamatan peneliti, terkadang komunikasi internal yang berlangsung di 3 Indah Wahyu Utami, Tidak Malu Bertobat di Lativi, Cek & Ricek, 07-13 Maret 2007, hal. 11. 5 dalam perusahaan kurang berjalan dengan baik. Khususnya upward communication (komunikasi ke atas) yaitu komunikasi dari bawahan ke atasan. Terkadang karyawan merasa di bawah tekanan dengan sikap pimpinan yang cenderung otoriter. Pidi Project pada operasionalnya sehari-hari dipimpin oleh sepasang suami istri. Komunikasi yang dilancarkan oleh sang bos perempuan cenderung berlangsung satu arah dan otoriter kepada karyawannya, dengan hanya bisa mengkritik tanpa memberi solusi yang baik ketika ada masalah dalam pekerjaan. Pekerjaan yang kadang mempunyai tingkat stres yang tinggi seharusnya disikapi dengan kerjasama semua pihak termasuk pimpinan. Meskipun sistem kerja yang diterapkan adalah kekeluargaan sesuai dengan motto Pidi Project, yaitu Creative & Entertainment melalui sistem kerja yang kekeluargaan, bebas, santun dan interaktif 4; Tapi terkadang terdapat gap atau kesenjangan dalam komunikasi dari bawahan ke atasan. Sistem kekeluargaan di sini adalah sistem kerja yang penuh tenggang rasa dan kebersamaan dengan kompromi yang tidak terlalu memberatkan karyawan misalnya dalam segi waktu maupun materi pekerjaan. Alur komunikasi di Pidi Project, dari bawahan ke atasan kurang berjalan dengan baik dan seimbang. Karyawan tidak dapat secara bebas dan langsung menyampaikan aspirasi, pendapat dan masukannya yang berkaitan dengan produksi suatu acara. Misalnya tentang bagaimana suatu pekerjaan seharusnya dilakukan. Semua harus berdasarkan perintah bos, padahal terkadang karyawan lebih tahu secara praktek bagaimana memproduksi sebuah tayangan atau program karena mereka lah yang menjalankan produksi sehari-hari. 4 Company Profile Pidi Visual Project, Jakarta 2007. 6 Kecuali ketika dimintai pendapat saat diadakan rapat-rapat kerja yang biasanya diadakan seminggu sekali pada awal minggu atau sesuai kebutuhan perusahaan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka secara spesifik rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “ Bagaimana efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual Project.” 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual Project. 1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi penelitian selanjutnya, khususnya bidang Humas yang berkaitan dengan kegiatan komunikasi internal. 1.4.2 Signifikansi Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa masukan dan saran kepada PT Pidi Visual Project dalam melaksanakan kegiatan komunikasi internal khususnya upward 7 communication yaitu komunikasi dari bawahan kepada atasannya, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam memperbaiki kekurangan yang ada, baik untuk kepentingan karyawan maupun untuk kepentingan manajemen Pidi Project. 8 BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima. Namun demikian, dalam kehidupan nyata proses komunikasi tidak hanya terbatas sampai pada diterimanya pesan oleh penerima, tetapi juga sampai pada kajian bagaimana tanggapan penerima atas pesan yang disampaikan oleh sumber.5 Menurut Brent D. Ruben, seperti yang dikutip oleh Ninik Rejeki dan Anita Herawati, ”komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk koordinasi lingkungan dengan orang lain.”6 Sedangkan menurut Harold Lasswell seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan ”Who Says What In Which Channel With What Effect”. Berdasarkan paradigma Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.7 5 Arni Muhammad, Ibid., hal. 3. MC Ninik Sri Rejeki dan F. Anita Herawati, Dasar-Dasar Komunikasi untuk Penyuluhan Penerbitan Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 1999. hal. 5. 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hal. 10. 6 8 9 Jadi inti pengertian komunikasi adalah hubungan antara manusia secara individu maupun kelompok melalui proses penyampaian pesan baik melalui media atau tidak dengan maksud agar pesan diterima dengan baik dan menimbulkan feedback atau umpan balik. Tujuan sentral komunikasi menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules dalam bukunya Techniques for Effective Communication seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, adalah: 1. To secure understanding (memastikan pemahaman). 2. To establish acceptance (memantapkan penerimaan). 3. To motivate action (memotivasi tindakan).8 Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatankesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan. Sedangkan fungsi komunikasi antara lain, menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan untuk mempengaruhi (to influence).9 2.2. Komunikasi Organisasi Proses komunikasi dapat berlangsung pada diri seseorang dan organisasi atau perusahaan. Proses komunikasi dalam organisasi dikenal juga dengan komunikasi organisasi. Komunikasi menjadi sarana yang menghubungkan semua individu dalam organisasi untuk mencapai tujuan. 8 Onong Uchjana Effendy, Humas Suatu Studi Komunikologis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, hal. 49. 9 Onong Uchjana Effendy, Op. Cit., hal. 8.. 10 Setiap individu yang terlibat dalam sebuah organisasi membutuhkan komunikasi yang efektif. Dapat dibayangkan bila komunikasi yang dilakukan sebuah organisasi berlangsung tidak efektif dan tidak berjalan dengan baik maka organisasi bukan hanya tidak berkembang, tetapi dapat menuju ke pintu kehancuran. Di dalam organisasi terdapat interaksi sosial yang dilandasi adanya pertukaran makna untuk mengintegrasikan tindakan-tindakan antar anggota organisasi. Suatu organisasi apapun bentuk dan bidang kegiatannya, baik profit maupun nonprofit, akan melibatkan komunikasi dalam upaya pertukaran dan penyebaran informasi sebagai langkah untuk mencapai tujuan utama organisasi. Terdapat banyak definisi mengenai komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh para pakar Ilmu Komunikasi maupun Ilmu Manajemen. Menurut Zelco dan Dance seperti yang dikutip oleh Arni Muhammad, ”komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling bergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Yang dimaksud dengan komunikasi internal di sini adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari atasan ke bawahan, komunikasi dari bawahan ke atasan, dan komunikasi antar sesama karyawan. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luar, seperti komunikasi dalam penjualan produk, pembuatan iklan, komunikasi dengan komunitas sekitar dan sebagainya.”10 ”Komunikasi organisasi menurut Goldhaber adalah sebagai arus pesan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of message within a network of interdependent relationship), yaitu bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal.”11 10 11 Arni Muhammad, Op. Cit., hal. 66. Djuarsa Sendjaja, et. al., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 1998, hal 133. 11 Dari dua definisi komunikasi organisasi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah komunikasi antara orang-orang yang berada di dalam organisasi itu sendiri dan orang-orang yang berada di dalam dengan khalayak luar yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal dan saling bergantung satu sama lain. Terdapat dua arus infomasi dalam komunikasi organisasi, yaitu: 1. Komunikasi Internal Mencakup downward communication (informasi mengalir dari atasan kepada bawahan yang dilakukan melalui metode oral atau lisan, written atau tulisan, pictorial atau gambar, skema atau bagan dan kombinasi oral-written-pictorial); upward communication (informasi yang terjadi dari bawahan kepada atasan yang berfungsi sebagai penyampaian tentang pekerjaan atau tugas yang sudah dilakukan, yang tidak dapat diselesaikan, dan penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan); komunikasi horizontal (arus informasi yang terjadi secara mendatar atau sejajar diantara para pekerja dalam satu unit kerja yang sama); dan yang terakhir cross-channel communication (komunikasi yang terjadi diantara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda kedudukan dan bagian). 2. Komunikasi Eksternal Yaitu komunikasi antara orang-orang yang berada di dalam dengan publik di luar organisasi. Komunikasi dari organisasi kepada publik/khalayak eksternalnya bersifat informatif yakni untuk menyampaikan informasi tentang organisasi sehingga khalayak luar mengetahui informasi tentang perusahaan dengan baik (well inform). Hal ini bisa dilakukan melalui komunikasi yang bersifat tatap muka (face to face) ataupun menggunakan media massa.12 2.3. Komunikasi Internal Komunikasi internal adalah komunikasi yang berlangsung antara orang- orang yang berada di dalam organisasi. Di dalam struktur organisasi terdapat 12 Yenny Ratna Suminar et al., Komunikasi Organisasional, Universitas Terbuka, Jakarta, 2004, hal. 1.3. 12 jenjang kepangkatan dan kekuasaan yang berbeda. Dengan demikian komunikasi yang dilakukan pun akan berbeda-beda pula. Komunikasi internal didefinisikan Lawrence D. Brennan dan dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, sebagai : ”Interchange of ideas among the administrators and its particular structure (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the firm which gets work done (operation and management).” Yaitu pertukaran gagasan diantara para administrator dan para karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).13 Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) secara timbal balik (two-way traffic communication). Pimpinan memberi instruksi, petunjuk, informasi maupun penjelasan-penjelasan kepada bawahannya, sedangkan bawahan memberikan laporan, saran maupun pengaduan kepada pimpinan. Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan yang seringkali berlangsung secara informal. Seperti komunikasi pada waktu istirahat, sedang rekreasi, atau pada waktu pulang kerja. Komunikasi yang terjadi seringkali disertai dengan desas-desus yang cepat sekali menyebar mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka. Antara komunikasi 13 Onong Uchjana Effendy, op. cit., hal. 122. 13 vertikal dan komunikasi horizontal tersebut kadang-kadang terjadi apa yang disebut komunikasi diagonal atau komunikasi silang (cross channel communication), misalnya antara divisi ataupun level yang berbeda14 Kegiatan komunikasi internal dapat mempererat hubungan antara pimpinan dengan karyawan maupun dengan semua publik internal perusahaan. Komunikasi internal itu dapat menjadi komunikasi yang efektif yaitu bila: 1. Adanya keterbukaan manajemen perusahaan (open management system) terhadap karyawannya. 2. Saling menghormati atau menghargai (mutual appreciation) antara satu sama lain, baik ia bertindak sebagai pimpinan atau sebagai bawahan demi tercapainya tujuan perusahaan. 3. Adanya kesadaran atau pengakuan dari pihak perusahaan akan nilainilai dari arti pentingnya suatu ”komunikasi timbal balik” dengan para karyawannya. 4. Keberadaan seorang Humas yang tidak hanya memiliki kemampuan (skill) dan pengalaman sebagai komunikator, mediator hingga persuador, tetapi juga harus didukung dengan sumber-sumber daya teknis yang canggih sekaligus sebagai media komunikasinya, seperti kemampuan mengelola dan membuat: House PR Journal, Internal Magazine, Video and Casettes Recording, Slide Film Presentation, Special Event Programs, dan media pertemuan lainnya.15 Internal relations akan tercipta jika terjadi internal communications yang berlangsung secara dua arah. Tidak hanya karyawan yang memperhatikan manajemen, tapi manajemen juga harus memperhatikan karyawannya. Dengan begitu akan terjalin komunikasi internal yang positif, dimana keadaan ini akan sangat berguna bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya dan juga dalam penyelesaian krisis yang terjadi. 14 Ibid., hal. 122-125. 14 2.4. Hubungan Masyarakat 2.4.1 Pengertian Humas Humas merupakan kependekan dari Hubungan Masyarakat yang berasal dari bahasa Inggris Public Relations, terdiri dari dua kata yaitu Public dan Relations. Pengertian Public adalah “Sekelompok orang yang menaruh perhatian pada suatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama. Sedangkan istilah Relations merupakan prinsip dari Public Relation, yang mengandung arti adanya hubungan timbal balik. Istilah Public Relations sudah memasyarakat di Indonesia dan telah digunakan secara luas oleh departemen, jawatan, perusahaan, badan, lembaga, dan organisasi.”16 Rumusan yang paling lengkap menurut Lex Harlow dan dikutip oleh Rosady Ruslan, berbunyi : “Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama, melibatkan manajemen dalam persoalan dan permasalahan, membantu manajemen mampu menanggapi opini publik, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”.17 Humas dapat dikatakan juga sebagai mata, telinga dan mulut perusahaan. Dikatakan sebagai “mata” perusahaan karena Humas harus 15 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1992, hal. 281-282. 16 Oemi Abdurrahman. Dasar-Dasar Public Relations. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hal. 28 17 Rosady Ruslan, Op. Cit., hal. 17. 15 mampu melihat dan mengamati apa yang terjadi di sekitarnya dan khususnya apa yang terjadi di dalam lingkungan perusahaannya. Jika Humas diibaratkan sebagai “telinga” dari perusahaan, Humas harus mampu mendengar apa yang terjadi di sekitar lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Sedangkan fungsi Humas sebagai “mulut” adalah sebagai juru bicara yang mewakili perusahaan. 2.4.2 Tugas dan Fungsi Humas Tugas-tugas pokok seorang Humas dalam perusahaan seperti yang dikutip oleh Coulin Coulson-Thomas adalah: 1. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, baik perusahaan sendiri maupun perusahaan saingan, juga ancaman dan peluangnya; mendiagnosis masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui saranasarana Humas; mengidentifikasi masyarakat yang dituju dan saluransaluran yang paling efektif digunakan untuk menjangkau mereka. 2. Memberi nasihat kepada pihak manajemen di semua tingkatan, terutama mengenai perkembangan intern dan ekstern, yang mungkin dapat mempengaruhi reputasi perusahaan dalam hubungannya dengan kelompok-kelompok lain yang menjadi sasaran komunikasi perusahaan. 3. Menjadi ahli depositor karena itu harus mengetahui semua aspek komunikasi perusahaan, baik intern maupun ekstern. Dengan cara mempertahankan para ahli, baik yang sudah ada maupun yang baru masuk, sehubungan dengan teknik-teknik yang relevan dan kemudahan-kemudahan serta kontak-kontak yang mungkin digunakan mereka. 4. Membuat kontak dengan para pengambil keputusan ekstern yang penting, juga para pencetus-pencetus ide dan sumber-sumber informasi lain. 5. Memastikan arus informasi yang efektif untuk kelompok-kelompok masyarakat terpilih guna memanfaatkan saluran-saluran komunikasi yang cocok seperti buku, majalah keluarga, surat kabar, radio, televisi, brosur, wawancara dan lain sebagainya. 6. Membentuk komisi-komisi riset untuk proyek-proyek khusus agar dapat menentukan situasi dan masalah atau mengukur efektivitas program yang telah dilakukan. 7. Mengevaluasi masalah-masalah dan aktivitas Humas sehingga dapat memberikan laporan yang teratur kepada pihak manajemen. 16 8. Merencanakan dan mengatur kegiatan-kegiatan delegasi perusahaan seperti pameran, kunjungan pertemuan dan lain sebagainya. 9. Membantu bagian-bagian lain dengan menganalisis masalah-masalah komunikasi, menulis dan menerbitkan, memberi keterangan dengan audio visual ataupun sarana-sarana pendukung lain dan bekerjasama menanggulangi masalah-masalah. 10. Memastikan seluruh bagian/divisi dalam perusahaan untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat mencemarkan nama baik perusahaan.18 Sedangkan Humas memiliki fungsi, menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antar lembaga atau organisasi dengan publiknya, intern maupun ekstern, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat yang menguntungkan lembaga.19 Dalam sebuah perusahaan, seorang Humas harus mampu mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan pesan-pesan yang diperolehnya dari karyawan maupun pimpinan, serta mengaplikasikannya melalui lisan ataupun dengan media agar tercipta sebuah pemahaman yang sama. Menurut Cutlip & Center and Canfield seperti yang dikutip oleh Rosady Ruslan, fungsi Public Relations dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga atau organisasi). 2. Membina hubungan yang harmonis antar badan atau organisasi dengan pihak publiknya, sebagai khalayak sasarannya. 3. Mengidentifikasikan yang menyangkut opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan atau organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya. 4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi untuk tujuan dan manfaat bersama. 18 Coulin Coulson-Thomas, penerjemah: Lucas Ginting, Public Relations Pedoman Praktis Untuk PR, Bumi Aksara, 1996, hal. 18. 19 F. Rachmadi, Public Relations Dalam Teori Dan Praktek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, hal. 21. 17 5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya atau terjadi sebaliknya demi tercapai citra positif bagi kedua belah pihak. 20 Dapat disimpulkan bahwa kehadiran Humas sangat penting bagi kelangsungan suatu organisasi. Karena Humas adalah proses atau kegiatan yang kontinyu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh pengertian dari publiknya (intern maupun ekstern) yang meliputi aktivitasnya mulai dari pembenahan organisasi itu sendiri, sehingga kegiatan yang bersifat membangun atau menciptakan citra perusahaan yang positif. Dalam membina hubungan dengan publik internalnya, Humas berkomunikasi timbal balik untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan positif demi tercapainya tujuan organisasi. Kedudukan Humas di Pidi Project sudah berdiri sendiri dalam Divisi Marketing and Public Relations yang dipegang langsung oleh pimpinan. 2.5. Employee Relations Employee atau pekerja atau karyawan adalah seseorang yang dipekerjakan oleh seorang employer (perusahaan atau pemerintah atau perorangan) dan dibayar untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas yang dinyatakan secara rinci dalam kontrak kerja.21 20 Rosady Ruslan, Op Cit., hal. 20. Christopher Pass and Bryan Iowes. Kamus Lengkap Bisnis Edisi Kedua, Erlangga. Jakarta, 1997, hal. 189. 21 18 Hubungan karyawan atau employee relations mengatur hubungan khusus antara manajemen dan pekerja, agar selalu dalam keadaan baik dan harmonis. Hubungan karyawan mengusahakan dengan berbagai macam usaha dan programprogram untuk mencapai pengertian, saling percaya, tolong-menolong dan kerjasama antara kedua pihak. Pada umumnya, hubungan karyawan bertujuan untuk: 1. Memberikan spirit atau semangat dan kekuatan batin pada organisasi. 2. Membentuk suatu pengabdian atau loyalitas yang baik pada pegawaipegawai dan bawahannya seluruhnya dalam perusahaan. 3. Mengatur kerjasama antara berbagai pegawai dan berbagai macam pekerjaan.22 Karyawan atau pekerja merupakan aset yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Diantara para karyawan itu sendiri terdapat perbedaan-perbedaan mendasar dalam lingkungan hidupnya masing-masing, termasuk tentang pengalaman, pendidikan dan kemampuan. Tetapi kalau disimak secara prinsip, karyawan memiliki keinginan yang sama terhadap pimpinan atau perusahaan, yaitu: 1. Upah yang diberikan cukup dan layak. 2. Ingin mendapatkan perlakuan yang adil dan sama dalam hal kesempatan untuk berkarir dan meraih prestasi kerja yang maksimal sesuai kemampuan. 3. Iklim kerja yang kondusif dan penuh ketenangan serta mendapatkan penghargaan yang baik dari pimpinan. 4. Keinginan-keinginan atau perasaan yang mendapat saluran positif dan diakui atau dihargai oleh perusahaan atau pimpinan. 23 22 23 S. K. Bonar, Hubungan Masyarakat Modern, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal. 56. Ibid.,hal. 54. 19 Kegiatan employee relations dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dilaksanakan dalam bentuk aktivitas atau program, antara lain: 1. Program Pendidikan dan Pelatihan Dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kinerja dan keterampilan (skill) karyawan, dan kualitas maupun kuantitas pemberian jasa pelayanan. 2. Program Motivasi Kerja Berprestasi Dikenal dengan istilah Achievement Motivation Training (AMT), dimana dalam pelatihan tersebut diharapkan dapat mempertemukan antara motivasi dan prestasi (etos) kerja serta disiplin karyawan dengan harapanharapan atau keinginan dari perusahaan dalam mencapai produktivitas. 3. Program Penghargaan Dilakukan untuk memberi penghargaan kepada karyawan, baik yang berprestasi kerja maupun yang cukup lama masa bekerjanya dan sebagainya. Penghargaan akan menimbulkan loyalitas dan rasa memilki (sense of belonging) yang tinggi terhadap perusahaan. 4. Program acara khusus (special events) Merupakan program khusus yang dirancang di luar bidang pekerjaan sehari-hari, misalnya mengadakan acara ulang tahun perusahaan, acara keagamaan, lomba, olahraga sampai piknik bersama yang dihadiri oleh pimpinan dan seluruh karyawan. 5. Program Media Komunikasi Internal Seperti buletin, majalah, dinding dan majalah internal perusahaan yang berisikan pesan, informasi dan berita yang berkaitan dengan kegiatan antar karyawan atau perusahaan dengan pimpinan.24 Pelaksanaan program employee relations tersebut merupakan sarana teknis yang mampu mengelola sumber daya manusia (karyawan) demi tercapainya tujuan organisasi atau perusahaan. Aktivitas dan program kerja yang telah diuraikan di atas mempunyai maksud dan tujuan antara lain: - Sebagai sarana komunikasi internal secara timbal balik dalam organisasi atau perusahaan. - Sebagai sarana saluran atau alat komunikasi dalam upaya menjelaskan kebijaksanaan, peraturan dan ketatakerjaan dalam organisasi atau perusahaan. 24 Rosady Ruslan, Op. Cit.,hal.283. 20 - Sebagai media komunikasi internal bagi karyawan untuk menyampaikan keinginan, sumbang saran, informasi dan laporan kepada pihak manajemen atau pimpinan. 25 Media komunikasi yang berguna dalam employee relations ini terutama adalah: 1. Majalah perusahaan yang diterbitkan perusahaan itu dan diasuh oleh petugas-petugas Public Relations. Perlu juga dikeluarkan pengumuman-pengumuman atau buletin di papan pengumuman.Usaha lain ialah penerbitan laporan tahunan, buku pegangan bagi pegawai lapangan atau tata usaha, dan sebagainya. 2. Pertemuan-pertemuan antara pimpinan dan bawahan perlu diadakan, baik berupa rapat formal maupun informal secara tatap muka. Karyawan dapat menunjukkan prestasi kerjanya masing-masing. Dapat juga diadakan pertemuan keluarga pegawai, malam-malam kebudayaan, pertunjukkan film dan lain-lain untuk mempererat hubungan antara manajemen dan karyawan.26 2.6. Efektifitas Komunikasi Secara etimologis efektifitas berasal dari akar kata ”efek”. Efek adalah salah satu unsur penting dalam keseluruhan unsur penting komunikasi. Efek bukan hanya sekedar umpan balik dan reaksi penerima komunikasi terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator, melainkan paduan sejumlah ”kekuatan” yang bekerja dalam masyarakat, dimana komunikator hanya menguasai satu kekuatan yaitu pesan. Efektifitas adalah kemampuan untuk menentukan sasaran yang tepat dan melakukan pekerjaan yang benar. Untuk efektifitas komunikasi, kriteria yang digunakan adalah siapa penerima atau pemakai (receiver or user), isi pesan (content), format pesan 25 26 Ibid., hal. 282. S. K. Bonar , Op. Cit., hal. 57-58. 21 (format), ketepatan waktu (timing), media komunikasi atau saluran (media), dan sumber (source) yaitu orang yang melakukan atau yang bertanggung jawab.27 Lima faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas komunikasi interpersonal dari segi humanistik menurut Joseph DeVito seperti yang dikutip oleh Ninik Sri Rezeki dan Anita Herawati, adalah: 1. Keterbukaan (openness), yaitu keterbukaan menunjukkan adanya sikap untuk saling terbuka di antara pelaku komunikasi dalam melangsungkan komunikasinya. 2. Empati (empathy), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain. 3. Kepositifan (positiveness), yaitu sikap yang positif terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. 4. Dukungan (supportiveness), yaitu sikap pelaku komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi tersebut. Kalau pihak yang diajak berkomunikasi menolak maka komunikasi yang diharap tidak akan terjadi. 5. Kesamaan (equality), yaitu adanya unsur kesamaan yang dimiliki pihakpihak yang berkomunikasi. Misalnya adanya kesamaan bahasa dan budaya akan memudahkan terjadinya komunikasi yang efektif.28 Komunikasi interpersonal yang efektif antara pimpinan dan karyawan diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi, saling pengertian (mutual understanding) dan kualitas hubungan yang lebih baik. Karena ketepatan penyampaian informasi ditentukan oleh pengertian, pengaruh sikap dan hubungan yang semakin baik disertai dengan tindakan.29 Richard C. Huseman, Cal. M. Logue, dan Dwight L. Fresley dalam bukunya Interpersonal and Organizational Communication dan dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, mengatakan bahwa agar efektif atau diterima karyawan, komunikasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 27 Andre Hardjana, Audit Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 1992, hal. 23-24. MC Ninik Sri Rejeki dan F. Anita Herawati, Op. Cit., hal. 8. 29 Universitas Multimedia Nusantara, Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan Kerja dalam Organisasi, unimedia.ac.id/page.php, 2008, hal. 2. 28 22 1. Pesan dapat dimengerti. 2. Pada saat keputusan diambil, karyawan percaya bahwa komunikasi yang dilancarkan cocok dengan tujuan organisasi. 3. Komunikasi cocok dengan kepentingan pribadi karyawan. 4. Secara mental dan fisik, karyawan mampu melaksanakannya.30 Efektifitas komunikasi di sini adalah hal yang berhubungan dengan keberhasilan dan keefektifan pelaksanaan komunikasi internal dalam perusahaan. Komunikasi yang efektif akan sangat berguna jika suatu saat perusahaan mengalami krisis, kesolidan dan kebersamaan para karyawan akan sangat diperlukan untuk bahu-membahu menyelesaikan krisis yang terjadi. 30 Onong Uchjana Effendy, Op. Cit., hal. 130. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian “Riset atau penelitian disebut juga sebagai kegiatan pengumpulan data yang merupakan sarana fundamental untuk memahami kesulitan, dan menemukan penyelesaian bagi suatu masalah secara ilmiah.”31 Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.32 Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.33 Sedangkan pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu “Pengumpulan data dengan cara mencacah pengukuran data yang dikumpulkan. Pengujian kuantitatif menguji datanya dengan cara menghitung dengan cara statistik.”34 31 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi : Riset Sosial, Mandor Maju, Bandung, 1996, hal. 18. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2004, hal. 11. 33 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal. 24. 34 Petrus Paryono, Mengelola Data Statistik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1984, hal. 233. 32 23 24 3.2. Metode Penelitian Peneliti menggunakan metode survei dalam penelitian ini, karena survei adalah metode yang tepat untuk mengukur efektifitas. Dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Penelitian survei adalah ”penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.”35 Akan tetapi, dalam survei juga dapat diajukan pertanyaan kepada semua anggota populasi.36 Survei biasanya dilakukan pada sebagian dari populasi atau sampel sehingga biasa disebut sample survey. Tapi survei juga dapat dilakukan pada seluruh anggota populasi.37 3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari individu atau perseorangan.38 Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu berupa suatu daftar pertanyaan dengan pilihan jawaban yang sudah ditentukan dan diberikan kepada responden pada saat pertemuan dengan responden (karyawan). Responden dapat memilih jawaban berdasarkan alternatif jawaban yang ada dalam kuesioner. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data- 35 Masri Singarimbun dan Sofian Effendy, Metode Penelitian Survai, LP3S, Yogyakarta, 1987, hal. 3. 36 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hal. 53. 37 Ibid., hal. 54. 38 Husein Umar, Metode Riset Komunikasi Organisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hal. 81. 25 data akurat yang diperlukan dari responden untuk menunjang data dalam penelitian ini. 3.3.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan tujuan untuk melengkapi data primer.39 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui Studi Pustaka, Peneliti menggunakan studi pustaka dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, dari buku-buku yang penulis miliki, dari bukubuku di perpustakaan Universitas Mercu Buana dan data dari perusahaan untuk melengkapi dan menunjang teori-teori ataupun konsep-konsep dalam penulisan penelitian. 3.4. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Obyek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subyeknya tidak terlalu banyak.40 Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah karyawan yang bekerja di kantor Pidi Project Jakarta dengan jumlah karyawan 21 orang. 39 Nurprapti W.W. et. Al., Buku Panduan Skripsi, Fikom Universitas Mercu Buana, Jakarta, 2004, hal. 11. 26 “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”41 Tetapi tidak semua penelitian menggunakan sampel sebagai sasaran penelitian. Pada beberapa penelitian kuantitatif berskala kecil, tidak diperlukan sampel penelitian. Hal tersebut karena keseluruhan obyek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. Dalam istilah penelitian kuantitatif, obyek penelitian yang kecil ini disebut sebagai sampel total, yaitu keseluruhan populasi merangkap sebagai sampel penelitian.42 Teknik pengambilan sampel secara garis besar terbagi atas dua jenis yaitu pengambilan sampel probabilitas dan nonprobabilitas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, yang masuk ke dalam teknik pengambilan sampel probabilitas, yaitu dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untukl dipilih menjadi anggota sampel.43 Total sampling atau bisa juga disebut sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan bila semua anggota populasi dipakai sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.44 Jadi teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan sampel berjumlah 21 orang. 40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta,1993, hal. 108-109. 41 Ibid., hal. 109. 42 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta, 2005, hal. 101. 43 Husein Umar, Op. Cit., hal.128. 44 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2004, hal. 61. 27 3.5. Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3.5.1. Definisi Konsep 1. Efektifitas yaitu kemampuan untuk menentukan sasaran yang tepat dan melakukan pekerjaan yang benar. 2. Komunikasi Internal yaitu komunikasi dan pertukaran gagasan yang berlangsung dalam organisasi yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen). 3. Karyawan (employee) yaitu seseorang yang dipekerjakan oleh seorang employer (perusahaan atau pemerintah atau perorangan) dan dibayar untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas yang dinyatakan secara rinci dalam kontrak kerja. 3.5.2. Operasionalisasi Konsep Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep Efektifitas Komunikasi Variabel Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi 1. Keterbukaan (openness): Indikator 1) Sikap saling terbuka antara pelaku komunikasi dalam organisasi Skala a. Sangat setuju b. Setuju c. Biasa saja d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 2. Empati (empathy): 1) Kemampuan untuk memproyeksikan diri dengan peran orang lain a. Sangat setuju b. Setuju c. Biasa saja d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 28 1) Sikap positif pada diri sendiri a. Sangat setuju b. Setuju c. Biasa saja d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 2) Sikap positif pada diri orang lain a. Sangat setuju b. Setuju c. Biasa saja d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 4. Dukungan (supportiveness): 1) Adanya sikap pelaku komunikasi yang mendukung komunikasi a. Sangat setuju b. Setuju c. Biasa saja d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 5. Kesamaan (equality): 1) Adanya kesamaan bahasa dalam berkomunikasi a. Sangat setuju b. Setuju c. Biasa saja d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 2) Adanya kesamaan budaya dalam berkomunikasi a. Sangat setuju b. Setuju c. Biasa saja d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 3) Adanya unsur kesamaan yang dimiliki akan memudahkan terjadinya komunikasi yang efektif a. Sangat setuju b. Setuju c. Biasa saja d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 3. Kepositifan (positiveness): 29 3.6. Teknik Analisa Data Dalam konteks riset, analisis merupakan suatu proses kerja dari rentetan tahapan pekerjaan sebelum riset didokumentasikan melalui tahapan penulisan laporan.45 Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.46 Langkah pertama dalam analisa data adalah dengan menyusun tabel frekuensi untuk semua variabel penelitian dan disusun secara tersendiri. Setelah data dikumpulkan, dilakukan pemeriksaan apakah responden telah mengisi kuesioner dengan benar atau tidak. Setelah itu data diklarifikasi sesuai jenis dan tingkatannya dan kemudian dihitung. Berikutnya, data dianalisis berdasarkan analisis klarifikasi jawaban yang dijabarkan dalam tabel tunggal dengan sistem persentase, lalu diinterpretasikan jawabannya terhadap masalah penelitian. Selanjutnya digunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi dengan menjabarkannya menjadi komponen yang terukur kemudian dijadikan titik tolak jawaban dan diberi skor 5 sampai 1.47 Dengan jawaban dan skornya diurutkan sebagai berikut : Sangat setuju diberi skor ”5” Setuju diberi skor ”4” Biasa saja diberi skor ”3” Tidak setuju diberi skor ”2” 45 Husein Umar, Op. Cit., hal. 140. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Op. Cit., hal. 263. 45 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung, 2001. hal. 57. 46 30 Sangat tidak setuju, skornya ”1” Untuk mengukur persentase opini responden, penulis menggunakan rumus Weight Mean Score48 yaitu: ∑ ni × i 100 % n×5 Keterangan : ni = Banyaknya responden yang memberi skor i i = Kategori / skor opini ( 5, 4, 3, 2, 1 ) n = Jumlah keseluruhan responden Kemudian, untuk menafsirkan range Efektifitas Komunikasi, dapat berpedoman pada : 48 Sangat efektif = 80 % - 100 % Efektif = 70 % - 79 % Biasa saja = 60 % - 69 % Kurang efektif = 50 % - 59 % Sangat tidak efektif = < 50 % Fredy Rangkunti, Teknik Mengukur dan Strategi, Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 94-96. 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat PT Pidi Visual Project Dengan berkembangnya dunia entertainment dan hadirnya beberapa televisi swasta nasional, maka muncul juga para sumber daya manusia penunjang yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Sedemikian pesat tumbuhnya stasiun-stasiun televisi di Indonesia harus diimbangi dengan penyajian program-program dan tayangan yang menarik. Program acara televisi tersebut biasanya diproduksi langsung oleh stasiun televisi yang bersangkutan, tapi banyak juga diproduksi oleh perusahaanperusahaan production house rekanan yang sudah biasa mengolah sebuah program untuk dijadikan tayangan yang menarik dan mampu menyerap banyak animo dan perhatian masyarakat. Salah satunya yaitu Pidi Visual Project. Untuk melanjutkan visi dan misi yang sama, maka terbentuklah Pidi Project sebuah Production House di bawah PT Pidi Visual Project yang bergerak di bidang entertainment, meliputi produksi dan pemasaran. Pidi Project sebagai salah satu perusahaan rumah produksi yang sedang berkembang dan memantapkan posisinya di kancah dunia entertainment dan televisi ini sudah banyak memproduksi program-program antara lain “Rahasia Malam” yang kemudian berganti nama menjadi “Fatamorgana” lalu ada ”Pasutri”, tapi keduanya sudah tidak tayang lagi. Kemudian “Penampakan” yaitu program 31 32 reality show yang mampu menampilkan penampakan makhluk-makhluk gaib melalui media video, “Tujuh Hari Menuju Taubat” yaitu program acara reality show yang murni dilakukan tanpa rekayasa. Visi acara Tujuh Hari Menuju Taubat adalah bukan hanya sekedar mengajak seseorang untuk bertaubat dalam waktu tujuh hari saja, tapi juga menginspirasi pemirsanya untuk menuju jalan kebaikan dengan menyaksikan kisah per episodenya yang mengharukan. Acara yang mulai tayang sejak 19 Agustus 2006 ini ditayangkan TVOne (dahulu Lativi) setiap hari kamis pukul 23.00 WIB. Tapi meski ditayangkan pada malam hari, ternyata respon dan minat yang diberikan masyarakat cukup besar. Ratingnya kadang 1,82.5 dengan share antara 12-18. ”Top Five” yaitu tayangan yang berisi tentang informasi lima urutan tempat-tempat wisata di Indonesia yang wajib dikunjungi, ”Adrenalin” yaitu liputan olahraga dan aktivitas yang memacu adrenalin, ”Aneh Tapi Ada” yaitu tayangan keanehan dan keajaiban yang ada di sekitar kita, semuanya tayang di TV One; ”Seleb De Sitter” yaitu acara reality show yang menghadirkan selebritis dan pasangannya sebagai pengasuh anak balita, ”MTV Usil”, keduanya tayang di Global TV; lalu ada sitkom ”Cagur Naik Bajaj”” dan reality show ”Pacar Usil” yang tayang di ANTV. Pidi Project mempunyai office hour atau waktu kerja dari senin sampai jum’at dimulai dari pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB, hari sabtu libur tapi selanjutnya akan disesuaikan dengan kebutuhan syuting, stok gambar, liputan-liputan khusus dan promo off air yang dapat saja dilakukan di luar jam kantor, bahkan pada hari sabtu dan minggu. 33 Pidi project didirikan pada 1 Februari 2006, oleh Suwandi dan Novia Rizkamalinda yang merupakan suami dan istri, mereka bekerja sama dengan Yana Marlianty dan Anita yang duduk sebagai komisaris di Pidi Project. Nama Pidi diambil dari kependekan nama panggilan Novia Rizkamalinda dan Suwandi yaitu oPI dan wanDI. Bos Wandi dan Bunda Ophie mendirikan perusahaan rumah produksi ini berdasarkan pengalaman mereka yang luas sebagai wartawan di beberapa stasiun televisi dan rumah produksi dengan menangani berbagai program acara televisi seperti infotainment, reality show dan sebagainya. Koneksi yang luas dan hubungan yang baik dengan para pelaku dunia jurnalistik dan entertainment juga sebagai bahan pertimbangan majunya mereka mendirikan usaha production house ini. 4.1.2. Lokasi Pidi Visual Project berlokasi di Jln Kecapi Raya No 16 RT 001/05 Jagakarsa Jakarta Selatan, Telp: (021) 7864205, 70633369. 4.1.3. Tujuan Perusahaan Untuk memberdayakan para sumber daya manusia yang mempunyai daya pikir dan kreatif berbeda, maka Pidi Project bertujuan untuk melahirkan berbagai produk entertainment yang dikemas dalam berbagai bentuk. 34 4.1.4. Visi dan Misi Perusahaan Selain menyemarakkan dunia entertaint, juga mengembangkan perusahaan menjadi semakin besar dan mampu bersaing dengan rumah produksi yang sudah ada. 4.1.5. Strategi Pidi Project Di tengah perkembangan industri broadcast dan entertainment di Indonesia, Pidi Project siap bersaing dengan rumah produksi yang lain. Ide kreatif yang dilahirkan harus memiliki karakteristik yang khas, berbeda dan mempunyai image yang kuat, sehingga mampu menjadi brand bagi pecinta dunia hiburan. 4.1.6. Motto Perusahaan Dengan motto Creative & Entertainment, Pidi Project mengedepankan sistem kerja kekeluargaan, bebas, santun dan interaktif. 4.1.7. Activity Selain memproduksi program On Air di stasiun TV, Pidi Project juga aktif membuat acara Off Air berupa Talk Show dan kegiatan religi yang kerap dipenuhi undangan dari masyarakat atau instansi tertentu. Pidi Project juga bergerak dalam kegiatan sosial dan olah raga di masyarakat. 35 4.1.8. Speciality TV PROGRAM : Infotainment, Reality Show, Talk Show, Drama, Variety Show dll. TV Commercial Idea & Creative Equipment Rental Editing Rental Event Organizer Documentary 4.1.9. Product TV Magazine RAHASIA MALAM atau FATAMORGANA Reality Show Religi TUJUH HARI MENUJU TAUBAT Reality Show PENAMPAKAN SitKom BAJAJ GAUL TV Magazine HOT KULINER TV Magazine TOP FIVE TV Magazine ADRENALIN TV Magazine ANEH TAPI ADA Reality Show SELEB DE SITTER Reality Show PACAR USIL SitKom CAGUR NAIK BAJAJ Reality Show MTV USIL 36 4.2. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode survei dan hasil penelitian diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap seluruh populasi yaitu 21 orang karyawan (responden) Pidi Visual Project. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 14– 29 Juli 2008. Berikut ini akan diuraikan hasil dan analisa data tentang Efektifitas Komunikasi antara Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi Visual Project. 4.2.1. Identitas Responden Dalam penelitian ini, identitas responden perlu dijelaskan untuk mengetahui kepada siapa penelitian ini dilakukan. Identitas responden itu sendiri meliputi jenis kelamin, usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan lama bekerja. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden n = 21 No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1. Laki –laki 19 90.5 % 2. Perempuan 2 9.5 % Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner A no. 1 Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden yang diteliti mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 19 orang (90.5%) dan hanya 2 orang (9.5%) yang berjenis kelamin perempuan. 37 Mayoritas karyawan yang berjenis kelamin laki-laki menunjukkan bahwa dalam hal perekrutan karyawan, Manajemen Pidi Project turut mempertimbangkan pekerjaan-pekerjaan yang kerap Tim Pidi Project lakukan; pekerjaan seringkali memerlukan kondisi fisik yang kuat dan fit, pekerjaan juga banyak berlangsung di luar kantor dengan jam kerja yang tidak tentu, kadang sampai dini hari maupun sampai harus menginap. Laki-laki tentunya lebih memiliki fleksibilitas dalam waktu bekerja di luar kantor dibandingkan dengan perempuan. 38 Tabel 4.2 Usia Responden n = 21 No. Usia 1. 20 – 29 tahun 7 33.3 % 2. 30 – 39 tahun 12 57.2 % 3. > 40 tahun 2 9.5 % Jumlah 21 100 % Frekuensi Persentase Sumber : Kuesioner A no. 2 Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden yang diteliti terdapat 12 orang berusia 30 – 39 tahun dengan persentase 57.2%, 7 orang berusia 20 – 29 tahun dengan persentase 33.3% dan 2 orang berusia lebih dari 40 tahun dengan persentase 9.5%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berada pada usia dewasa yang produktif yaitu usia 30 sampai 39 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah cukup matang dalam pengalaman hidup, berpikiran matang dan sudah cukup memiliki pengalaman kerja di bidangnya masing-masing. 39 Tabel 4.3 Status Perkawinan Responden n = 21 No. Status Perkawinan 1. Belum Menikah 10 47.6 % 2. Menikah 11 52.4 % Jumlah 21 100 % Frekuensi Persentase Sumber : Kuesioner A no. 3 Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden yang diteliti terdapat sebanyak 11 orang responden yang sudah menikah dengan persentase 52.4% dan 10 orang responden belum menikah dengan persentase 47.6%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status perkawinan juga berpengaruh pada tingkat kematangan dan kedewasaan seseorang, termasuk dalam cara berpikir dan bertindak yang nantinya dapat mempengaruhi keefektifan komunikasi. 40 Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Responden n = 21 No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase 1. SMU / sederajat 7 33.3 % 2. Diploma 9 42.9 % 3. S1 5 23.8 % Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner A no. 4 Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden yang diteliti terdapat 9 orang yang berpendidikan Diploma dengan persentase 42.9%, yang berpendidikan SMU/sederajat ada 7 orang dengan persentase 33.3%, dan 5 orang responden dengan persentase 23.8% berpendidikan Strata-1 (S1). Dengan lebih banyaknya responden yang berpendidikan Diploma, diharapkan komunikasi yang terjadi berjalan secara efektif dan dua arah. Karena tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap cara seseorang berkomunikasi, sampai dengan cara mereka menghadapi suatu masalah yang berkaitan dengan pekerjaan. 41 Tabel 4.5 Lama Bekerja Responden n = 21 No. Lama Bekerja Frekuensi Persentase 1. < 1 tahun 3 14.3 % 2. 1 – 5 tahun 18 85.7 % Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner A no. 5 Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh keterangan bahwa mayoritas dari 21 responden sudah bekerja selama 1 – 5 tahun sejak Pidi Project didirikan tahun 2006 yaitu sebanyak 18 orang dengan persentase 85.7% dan sisanya 3 orang responden (14.3%) baru bekerja kurang dari satu tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden merupakan karyawan yang loyal dan kerasan bekerja sejak Pidi Project didirikan. Sedangkan responden dengan lama kerja kurang dari satu tahun, menunjukkan bahwa responden tersebut merupakan karyawan yang baru bekerja di Pidi. 42 4.2.2 Efektifitas Komunikasi antara Pimpinan dengan Karyawan Pidi Project Efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual Project di dalam penelitian ini mengacu pada adaptasi DeVito yang menyebutkan bahwa ada lima kualitas yang mempengaruhi efektifitas komunikasi interpersonal, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), kepositifan (positiveness), dukungan(supportiveness) dan kesamaan (equality). 4.2.2.1 Keterbukaan (openness) Tabel 4.6 Keterbukaan Adalah Sikap Saling Terbuka di antara Pelaku Komunikasi dalam Melangsungkan Komunikasinya n = 21 No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 16 76.2 % 2. Setuju 5 23.8 % 3. Biasa Saja 0 0 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 1 Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh keterangan bahwa mayoritas responden sebanyak 76.2% menjawab sangat setuju dan 23.8% menjawab setuju. Hal ini 43 menunjukkan bahwa mereka semua setuju dan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengertian dari keterbukaan (openness), yaitu sikap saling terbuka di antara pelaku komunikasi dalam melangsungkan komunikasinya. Tabel 4.7 Ada Sikap Terbuka antara Atasan kepada Bawahannya n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 15 71.4 % 3. Biasa Saja 6 28.6 % 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 2 Menurut tabel 4.7, dari 21 responden terdapat 71.4% responden yang menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa antara pimpinan dan karyawan terdapat suasana keterbukaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Sedangkan 28.6% responden yang menjawab biasa saja menunjukkan bahwa terkadang keterbukaan itu tidak muncul, khususnya sikap terbuka dari pimpinan kepada bawahannya. 44 Tabel 4.8 Ada Komunikasi Secara Tatap Muka antara Pimpinan dengan Karyawan n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 10 47.6 % 2. Setuju 11 52.4 % 3. Biasa Saja 0 0 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 3 Tabel 4.8 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, diperoleh nilai persentase 52.4% yang menyatakan sangat setuju dan 47.6% setuju. Hal ini berarti bahwa komunikasi secara tatap muka sering dilancarkan di dalam komunikasi sehari-hari. Dengan komunikasi secara tatap muka, pimpinan dapat mengetahui secara terbuka apa yang dialami karyawan ketika sedang bekerja dan pimpinan dapat secara langsung menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaa tanpa ada yang disembunyikan. Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menyatakan biasa saja, tidak setuju atau sangat tidak setuju. 45 Tabel 4.9 Dengan Adanya Sikap Saling Terbuka antara Pimpinan dengan Karyawannya akan Menciptakan Komunikasi yang Efektif n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 18 85.7 % 2. Setuju 3 14.3 % 3. Biasa Saja 0 0 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 4 Dari tabel 4.9 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, mayoritas responden yaitu 85.7% menjawab sangat setuju dan 14.3% menjawab setuju. Hal ini berarti bahwa sebagian besar karyawan menyadari bahwa keterbukaan itu penting bagi terwujudnya komunikasi internal yang efektif. Tabel 4.10 juga menyatakan bahwa tidak ada responden yang menjawab biasa saja, tidak setuju apalagi sangat tidak setuju. 46 Empati (empathy) 4.2.2.2 Tabel 4.10 Empati adalah Kemampuan Seseorang untuk Memproyeksikan Dirinya dalam Peran Orang Lain n = 21 No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 1 4.8 % 2. Setuju 20 95.2 % 3. Biasa Saja 0 0 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 5 Dari tabel 4.10 diperoleh keterangan bahwa sebagian besar dari 21 responden yaitu 95.2% menjawab setuju dan 1 responden (4.8%) menjawab sangat setuju. Hal ini berarti bahwa semua karyawan memiliki pengertian yang sama terhadap arti dati empati, yaitu berarti kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain. Tidak ada responden yang memilih jawaban biasa saja, tidak setuju ataupun sangat tidak setuju. 47 Tabel 4.11 Organisasi atau Perusahaan Berempati Terhadap Responden Ketika Ada Masalah dalam Pekerjaan n = 21 No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 10 47.6 % 3. Biasa Saja 7 33.3 % 4. Tidak Setuju 4 19.1 % 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 6 Dari data yang disajikan di tabel 4.11 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, diperoleh nilai persentase tertinggi yaitu 47.6% yang menyatakan setuju terhadap pernyataan bahwa perusahaan berempati ketika ada masalah dalam pekerjaan, 33.3%nya menyatakan biasa saja dan 19.1% responden menjawab tidak setuju. Hal ini berarti bahwa lebih dari setengah dari responden atau karyawan menyatakan bahwa perusahaan kurang menunjukkan empatinya kepada karyawan ketika ada masalah dengan pekerjaan. Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab sangat setuju dan sangat tidak setuju. 48 Tabel 4.12 Empati yang Diberikan Sesuai dengan Harapan n = 21 No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 8 38.1 % 3. Biasa Saja 8 38.1 % 4. Tidak Setuju 5 23.8 % 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 7 Dari data yang disajikan oleh tabel 4.12 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, diperoleh nilai persentase yang sama antara responden yang menjawab setuju dan biasa saja yaitu sebanyak 38.1% responden. Sedangkan sisanya yaitu 23.8% responden memilih menjawab tidak setuju terhadap pernyataan tentang kesesuaian empati dengan harapan responden. Hal ini berarti bahwa sebagian besar karyawan menganggap perusahaan kurang berempati kepada karyawannya. Ketika ada masalah dalam pekerjaan, karyawan dituntut untuk memperbaikinya hingga selesai meski dengan keterbatasan waktu, misal ketika materi tayangan harus diserahkan ke stasiun TV keesokan harinya. Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab sangat setuju atau sangat tidak setuju. 49 Tabel 4.13 Organisasi atau Perusahaan Memberi Perhatian kepada Responden Ketika ada Masalah dengan Pekerjaan n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 8 38.1 % 3. Biasa Saja 7 33.3 % 4. Tidak Setuju 6 28.6 % 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 8 Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 21 responden, terdapat 38.1% menjawab setuju, 33.3% menjawab biasa saja dan 28.6% tidak setuju. Keterangan di atas menyatakan bahwa perusahaan perlu memberi perhatian lebih kepada para karyawan terutama ketika ada masalah pekerjaan. Perhatian yang diberikan pimpinan tidak sesuai dengan harapan responden. Kadang responden mendapat teguran yang tidak sepantasnya, malah ada yang sampai menangis. Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab sangat setuju maupun sangat tidak setuju. 50 Tabel 4.14 Organisasi atau Perusahaan Memberi Perhatian, Baik ketika Ada Masalah Maupun ketika Tidak Ada Masalah n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 8 38.1 % 3. Biasa Saja 8 38.1 % 4. Tidak Setuju 5 23.8 % 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 9 Dari data yang disajikan di tabel 4.14 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden terdapat nilai persentase sama yaitu 38.1% antara responden yang menjawab setuju dan biasa saja terhadap pernyataan bahwa perusahaan memberi perhatian kepada responden, baik ketika ada masalah maupun ketika tidak ada masalah dengan pekerjaan. Sedangkan sebanyak 23.8% menjawab tidak setuju terhadap pernyataan tersebut di atas. Hal ini berarti bahwa perusahaan kurang perhatian terhadap karyawannya baik ketika ada masalah ataupun tidak. Padahal dengan sedikit perhatian yang baik dan mendukung dapat meningkatkan kinerja karyawan karena mereka merasa dihargai dan diperhatikan. Dengan demikian diperoleh keterangan bahwa tidak ada responden yang memilih jawaban sangat setuju dan sangat tidak setuju. 51 4.2.2.3 Kepositifan (positiveness) Tabel 4.15 Organisasi atau Perusahaan Bersikap Positif Terhadap Responden n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 17 80.9 % 3. Biasa Saja 4 19.1 % 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 10 Dari keterangan yang diperoleh di tabel 4.15 terdapat sebanyak 80.9% dari 21 responden yang menjawab setuju dan 19.1% lainnya menjawab biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup bersikap positif terhadap para karyawannya, hanya sebagian kecil yang menganggap perusahaan kurang memberi dukungan yang positif yang sifatnya membangun Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. 52 Tabel 4.16 Responden Juga Bersikap Positif Terhadap Organisasi atau Perusahaan n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 5 23.8 % 2. Setuju 16 76.2 % 3. Biasa Saja 0 0 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 11 Dari tabel 4.16 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, terdapat sebanyak 76.2% responden yang menjawab setuju dan 23.8% menjawab sangat setuju. Hal ini menyatakan bahwa responden atau karyawan menunjukkan sikap yang positif dan tidak berprasangka buruk terhadap perusahaan.. Dari tabel ini juga diperoleh keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab biasa saja, tidak setuju apalagi sangat tidak setuju. 53 Tabel 4.17 Ada Dorongan Positif dalam Bentuk Pujian yang Diberikan Pimpinan Kepada Karyawan n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 19 90.5 % 3. Biasa Saja 2 9.5 % 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 12 Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 21 responden, mayoritas responden yaitu dengan persentase 90.5% menjawab setuju dan sisanya yaitu 9.5% menjawab biasa saja. Hasil ini mendukung pernyataan bahwa pimpinan suka memberi doroongan positif berupa pujian kepada karyawan dan hanya sebagian kecil responden yang kurang setuju dengan pernyataan tersebut di atas. Dorongan positif akan mendukung citra pribadi dan membuat karyawan merasa lebih baik . Dengan demikian tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, tidak setuju ataupun sangat tidak setuju. 54 Tabel 4.18 Ada Dorongan Positif dalam Bentuk Penghargaan yang Diberikan Pimpinan Kepada Karyawan n = 21 No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 16 76.2 % 3. Biasa Saja 5 23.8 % 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 13 Dari data yang disajikan oleh tabel 4.18 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, diperoleh nilai persentase tertinggi pada jawaban setuju yaitu sebanyak 76.2% dan 23.8% menjawab biasa saja. Hal ini berarti bahwa ada dorongan positif berupa penghargaan yang diberikan pimpinan kepada karyawannya, yaitu berupa bonus per enam bulan dan makan-makan bersama di luar kantor ketika rating program Pidi mencapai rating satu. Dengan demikian tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. 55 4.2.2.4 Dukungan (supportiveness) Tabel 4.19 Ada Dukungan yang Diberikan Pimpinan kepada Karyawan n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 5 23.8 % 2. Setuju 13 61.9 % 3. Biasa Saja 3 14.3 % 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 14 Dari data yang disajikan di tabel 4.19 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, diperoleh nilai persentase tertinggi yaitu sebanyak 61.9% yang menyatakan setuju bahwa ada dukungan yang diberikan pimpinan kepada karyawannya, 23.8% menjawab sangat setuju dan 14.3% menjawab biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan cukup memberikan dukungan yang positif tapi kurang maksimal. Dari tabel ini juga diperoleh keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. 56 Tabel 4.20 Karyawan Juga Memberi Dukungan yang positif Kepada Pimpinan n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 9 42.9 % 2. Setuju 10 47.6 % 3. Biasa Saja 2 9.5 % 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 15 Berdasarkan tabel 4.20 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, 47.6% menjawab setuju dengan pernyataan bahwa karyawan juga menunjukkan sikap mendukung terhadap pimpinan, missal dalam penentuan kebijakan baru, 42.9% responden menjawab sangat setuju dan hanya 9.5% responden menjawab biasa saja, karena mereka tidak setuju dengan kebijakan atau peraturan baru yang dikeluarkan pimpinan, misal ketika jam masuk kerja dimajukan satu jam menjadi pukul 09.00 pagi, karena hal ini dinilai memberatkan karyawan khususnya yang rumahnya jauh dari kantor. Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. 57 Kesamaan (equality) 4.2.2.5 Tabel 4.21 Kesamaan atau Equality adalah Unsur Kesamaan yang Dimiliki Pihak–Pihak yang Berkomunikasi n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 21 100 % 3. Biasa Saja 0 0 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 16 Menurut tabel 4.21 ternyata diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, semua responden yaitu 100% menjawab setuju. Hal ini berarti bahwa semua karyawan memiliki pemahaman yang sama akan pengertian dari kesamaan atau equality berkomunikasi. yaitu unsur kesamaan yang dimiliki pihak-pihak yang 58 Tabel 4.22 Adanya Unsur Kesamaan Bahasa antara Pihak–Pihak yang Berkomunikasi di dalam Perusahaan n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 16 76.2 % 3. Biasa Saja 5 23.8 % 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 17 Menurut tabel 4.22 diperoleh keterangan bahwa sebagian besar dari 21 responden yaitu sebanyak 76.2% responden memilih jawaban setuju dan 23.8% memilih biasa saja. Sebagian besar karyawan berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia yang baik dengan benar ketika dalam situasi formal, tapi terkadang bahasa daerah masih digunakan dalam percakapan sehari-hari, sesuai daerah asalnya masing-masing, seperti bahasa Sunda dan Jawa. Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pernyataan di atas berarti bahwa sebagian besar responden setuju bahwa terdapat kesamaan bahasa antara anggota organisasi atau perusahaan. 59 Tabel 4.23 Sering Terjadi Kesalahpahaman dalam Menyampaikan Informasi n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 0 0 3. Biasa Saja 3 14.3 % 4. Tidak Setuju 13 61.9 % 5. Sangat Tidak Setuju 5 23.8 % Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 18 Berdasarkan tabel 4.23 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, sebagian besar responden yaitu 61.9% menjawab tidak setuju, 23.8% menjawab sangat tidak setuju dan 14.3% responden menjawab biasa saja. Hal ini berarti bahwa konflik atau kesalahpahaman jarang terjadi di internal perusahaan. Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab sangat setuju dan setuju. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa di dalam perusahaan jarang dan hampir tidak pernah terjadi kesalahpahaman dalam penyampaian infomasi. 60 Tabel 4.24 Sering Terjadi Kesalahpahaman Karena Perbedaan Bahasa n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 0 0 3. Biasa Saja 0 0 4. Tidak Setuju 18 85.7 % 5. Sangat Tidak Setuju 3 14.3 % Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 19 Dari data yang disajikan di tabel 4.24 diperoleh keterangan bahwa sebagian besar dari 21 responden yaitu sebanyak 85.7% menjawab tidak setuju dan sisanya 14.3% menjawab sangat tidak setuju terhadap pernyataan bahwa sering terjadi kesalahpahaman karena perbedaan bahasa. Hal ini berarti bahwa tidak pernah terjadi kesalahpahaman karena perbedaan bahasa. Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, setuju dan biasa saja. 61 Tabel 4.25 Ada Kesamaan Latar Belakang Budaya antara Anggota Organisasi atau Perusahaan n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 8 38.1 % 3. Biasa Saja 13 61.9 % 4. Tidak Setuju 0 0 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 20 Menurut tabel 4.25 diperoleh keterangan bahwa sebanyak 61.9% dari 21 responden menjawab biasa saja dan 38.1% menjawab setuju terhadap pernyataan bahwa ada kesamaan latar belakang budaya antara anggota organisasi atau perusahaan. Hal ini berarti bahwa ada keanekaragaman latar belakang budaya antara responden, antara lain ada orang Sunda, orang Jawa, orang Betawi, orang Sumatera sampai orang Bali. Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. 62 Tabel 4.26 Sering Terjadi Kesalahpahaman karena Perbedaan Latar Belakang Budaya n = 21 No. Kategori Jawaban frekuensi Persentase 1. Sangat Setuju 0 0 2. Setuju 0 0 3. Biasa Saja 2 9.5 % 4. Tidak Setuju 19 90.5 % 5. Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 21 100 % Sumber : Kuesioner B no. 21 Dari data yang disajikan di tabel 4.26 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden terdapat mayoritas responden yang menjawab tidak setuju yaitu sebanyak 90.5% dan sisanya 9.5% menjawab biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak benar kalau sering terjadi kesalahpahaman karena perbedaan latar belakang budaya. Hanya sebagian kecil yang menyatakan biasa saja, karena perbedaan latar belakang budaya akan membentuk karakter seseorang jadi berbeda-beda pula. Tapi perbedaan ini tidak sampai membuat konflik atau kesalahpahaman. Dari tabel ini juga diperoleh keterangan bahwa tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, setuju dan sangat tidak setuju. 63 Kemudian, untuk mengetahui secara keseluruhan nilai atau score rata–rata per variabel dapat dihitung dengan rumus Weight Mean Score yang dapat dilihat pada tabel 4.27 berikut ini : Tabel 4.27 Skor Rata-Rata Efektifitas Komunikasi antara Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi Visual Project n = 21 No. Efektifitas Komunikasi Internal 5 4 3 2 1 % Keterbukaan adalah sikap saling 16 5 0 0 0 95.2 % 0 15 6 0 0 74.3 % 10 11 0 0 0 89.5 % 18 3 0 0 0 97.1 % 1 20 0 0 0 80.9 % 0 10 7 4 0 65.7 % 0 8 8 5 0 62.8 % Keterbukaan (openness) 1 terbuka di antara pelaku komunikasi 2 Ada sikap saling terbuka antara pimpinan dengan karyawan 3 Ada komunikasi tatap muka antara pimpinan dengan karyawan 4 Dengan adanya terbuka akan sikap saling menciptakan komunikasi yang efektif Empati (empathy) 5 Empati adalah kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain 6 Perusahaan berempati dengan anda ketika ada masalah dalam pekerjaan 7 Empati yang diberikan sesuai 64 dengan harapan responden 8 Perusahaan 0 8 7 6 0 61.9 % 0 8 8 5 0 62.8 % positif 0 17 4 0 0 76.2 % Responden juga bersikap positif 5 16 0 0 0 84.8 % 0 19 2 0 0 78.1 % 2 5 14 0 0 68.6 % 5 13 3 0 0 81.9 % 9 10 2 0 0 86.7 % 0 21 0 0 0 80 % 0 16 5 0 0 75.2 % 0 0 3 13 5 38.1 % ketika memberi ada perhatian masalah dalam pekerjaan 9 Perusahaan memberi perhatian baik ketika ada masalah maupun ketika tidak ada masalah Kepositifan (positiveness) 10 Perusahaan bersikap terhadap responden 11 terhadap perusahaan 12 Responden bersikap positif terhadap rekan kerja di divisi atau level yang sama 13 Responden bersikap positif terhadap bawahan Dukungan (supportiveness) 14 Ada dukungan yang diberikan pimpinan kepada karyawan 15 Karyawan juga memberikan dukungan yang positif kepada pimpinan Kesamaan (equality) 16 Kesamaan yaitu adanya unsur kesamaan yang dimiliki pihak yang berkomunikasi 17 Adanya kesamaan bahasa antara anggota organisasi/perusahaan 18 Sering terjadi kesalahpahaman 65 dalam menyampaikan informasi pada atasan/rekan kerja/bawahan 19 Sering terjadi kesalahpahaman 0 0 0 18 3 37.1 % 0 8 13 0 0 67.6 % 0 0 2 19 0 41.9 % karena perbedaan bahasa 20 Ada kesamaan latar belakang budaya antara anggota organisasi/perusahaan 21 Sering terjadi kesalahpahaman karena perbedaan latar belakang budaya Sumber : kuesioner B no 1 s/d 24 Rata-rata = 1506.4 % = 71.7 % 21 Berdasarkan tabel 4.27 dapat dilihat jawaban secara akumulatif dari 21 responden dengan 21 pernyataan tentang Efektifitas Komunikasi antara Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi Visual Project adalah 1506.4 %, kemudian dibagi 21 pernyataan sehingga mendapatkan hasil score rata-rata71.7 %. Untuk menafsirkan range Efektifitas Komunikasi dapat berpedoman pada : Sangat Efektif 80 % - 100 % Efektif 70 % - 79 % Biasa Saja 60 % - 69 % Kurang Efektif 50 % - 59 % Sangat Tidak Efektif < 50 % Dari akumulatif jawaban responden diperoleh score rata-rata : 1506.4 = 71.7 % 21 66 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Komunikasi Internal Karyawan di PT Pidi Visual Project termasuk dalam range efektif. 4.3 Pembahasan Komunikasi merupakan kebutuhan kodrati tiap manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Lewat komunikasi, manusia dapat menyampaikan isi hati, pikiran, sikap maupun informasi kepada orang lain. Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Komunikasi akan berhasil dan efektif apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari. Komunikasi yang efektif mempunyai peranan yang amat penting dalam suatu organisasi atau perusahaan demi tercapainya tujuan. Komunikasi yang terjadi di dalam organisasi adalah komunikasi internal. Fungsi komunikasi internal itu sendiri adalah penyampaian informasi yang diharapkan dapat menciptakan saling pemahaman (mutual understanding) dan kerjasama antara anggota organisasi atau perusahaan. Atau dengan kata lain yaitu untuk mempererat hubungan antara atasan dengan bawahan, antar sesama karyawan maupun dengan semua yang terlibat dalam publik internal. Karyawan memiliki kebutuhan informasi dan keinginan untuk mengetahui tugas-tugasnya dan mengerti seluruh tujuan dan strategi perusahaan. Keterbukaan dan kejujuran harus dibangun oleh pimpinan dan harus diterima oleh setiap bawahan. Komunikasi dari manajemen-karyawan, karyawan ke manajeman harus 67 dibangun atas dasar kepercayaan untuk membangun semangat kerja demi kemajuan perusahaan. Organisasi harus selalu memberikan informasi tentang program-program perusahaan, masalah yang dihadapi perusahaan, perubahan yang dilakukan beserta alasannya atau segala hal yang menarik minat karyawan. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual Project, dapat dilihat melalui data hasil penyebaran kuesioner kepada karyawan (responden) Pidi Project berdasarkan indikator yang mempengaruhi efektifitas komunikasi interpersonal menurut Joseph DeVito, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), kepositifan (positiveness), dukungan (supportiveness) dan kesamaan (equality).. Berdasarkan identitas responden, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 90.5%. Hal ini membuktikan bahwa sebuah perusahaan rumah produksi seperti Pidi Project didukung oleh mayoritas karyawan laki-laki karena mengingat pekerjaan yang lebih banyak berlokasi di luar kantor dengan waktu yang tidak tentu kadang sampai dini hari, tentunya akan memerlukan kondisi fisik yang prima dengan fleksibilitas waktu yang baik. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa karyawan perempuan juga pantas untuk diperhitungkan seperti halnya karyawan pria. Mengenai usia, status perkawinan dan lama bekerja responden, diperoleh hasil bahwa mayoritas responden berada pada usia produktif yaitu 30-39 tahun. Kemudian sebanyak 52.4% responden sudah menikah dan mayoritas responden sudah bekerja sejak Pidi Project didirikan pada tahun 2006 yaitu sebanyak 85.7%. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah relatif matang dalam usia maupun 68 pengalaman kerja dan dapat dikatakan pula bahwa responden relatif loyal dan kerasan bekerja di Pidi Project. Untuk mencapai kualitas komunikasi yang efektif, ada lima faktor yang mempengaruhinya yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), kepositifan (positiveness), dukungan (supportiveness) dan kesamaan (equality). Keterbukaan dan kepercayaan diperlukan dalam membangun kerjasama dan bersinergi dengan orang lain. Karena tanpa keterbukaan akan menimbulkan sikap saling curiga yang dapat menurunkan semangat dan antusiasme dalam kelompok atau tim kita dalam suatu perusahaan. Keterbukaan juga berarti bahwa pimpinan bersedia menerima kritikan dan saran dari karyawan. Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas responden yaitu sebanyak 95.2% memiliki pemahaman yang sama akan pengetian dari keterbukaan (openness) yaitu sikap saling terbuka di antara pelaku komunikasi dalam melangsungkan komunikasinya. Mayoritas dari responden setuju bahwa dengan adanya sikap saling terbuka akan menciptakan komunikasi yang efektif. Dari hasil penelitian dengan rata-rata 74.3% sampai 97.1%, diperoleh keterangan bahwa di dalam perusahaan terdapat sikap saling terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan) dan sering terjadi komunikasi tatap muka antara pimpinan dengan karyawan. Komunikasi yang efektif perlu didukung oleh sikap empati dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Pemberian empati dan perhatian merupakan salah satu wujud nyata dari kegiatan komunikasi internal dalam upaya pendekatan komunikasi pada para karyawan. Rata-rata responden yaitu 80.9% memiliki 69 pemahaman yang sama akan pengertian dari empati, yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain. Komunikasi yang efektif perlu didukung oleh sikap empati dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Rasa empati akan membuat kita dapat berkomunikasi dengan cara dan sikap yang mudah untuk diterima lawan bicara kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Kondisi empati dapat terwujud bila pimpinan bersedia memberi perhatian pada karyawan dan dapat mengetahui apa yang dialami karyawan yang berkaitan dengan masalah pekerjaan. Pidi Project berempati dan cukup memberikan perhatian kepada responden baik ketika ada masalah ataupun tidak ada masalah dalam pekerjaan. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata 61.9% sampai 65.7%. Kemudian tentang kepositifan, yaitu sikap positif terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Dorongan positif dapat berupa pujian atau penghargaan. Ditunjukkan dengan skor rata-rata 76.2% sampai 84.8% responden yang menyatakan setuju bahwa di antara organisasi dan responden terdapat sikap positif atau dorongan yang positif antara pimpinan dengan karyawan. Berikutnya tentang dukungan atau supportiveness yaitu sikap pelaku komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi tersebut.. Suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif. Karena orang yang defensif akan lebih melindungi diri dari ancaman daripada untuk memahami komunikasi itu sendiri. Dari hasil penelitian diperoleh skor rata-rata 81.9% sampai 86.7% yang menyatakan bahwa 70 di dalam perusahaan terdapat sikap saling mendukung antara pimpinan dan karyawan. Istilah komunikasi bersumber dari kata communis yang berarti sama makna. Komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa maupun kesamaan latar belakang budaya belum tentu menimbulkan kesamaan makna, tapi kesamaan tersebut paling tidak dapat membuat percakapan lebih komunikatif. Kesamaan adalah adanya unsur-unsur kesamaan yang dimiliki pihak-pihak yang berkomunikasi. Adanya kesamaan bahasa dan latar belakang ditunjukkan dengan rata-rata 67.6% sampai 75.2%. Adanya sedikit perbedaan jangan sampai menjadikan kita tidak bisa berkomunikasi satu sama lain. Seharusnya kita secara bersama-sama mencari persamaan yang dapat membuat komunikasi menjadi lebih efektif. Karena sesungguhnya komunikasi internal akan lebih efektif bila suasananya setara dimana ada pengakuan bahwa kedua belah pihak sama bernilai atau sama berharganya. Berdasarkan jawaban responden secara keseluruhan, diperoleh persentase 1506.4% dibagi 21 pernyataan didapatkan skor rata-rata 71.7%. Hal ini berarti bahwa range efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual Project masuk dalam kategori efektif Setelah dibahas satu persatu yang menjadi indikator dalam penelitian ini, diharapkan situasi atau keadaan komunikasi yang efektif ini dapat terjadi dan terus dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan di dalam komunikasi internal perusahaan, khususnya upward communication. 71 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan mengenai efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual Project, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Komunikasi antara pimpinan dengan karyawan di Pidi Project secara keseluruhan dinilai efektif dengan skor rata-rata 71.7%. Komunikasi antar pimpinan dan karyawan dinilai efektif dari segi keterbukaan (openness) yaitu dengan tumbuhnya suasana keterbukaan komunikasi antara atasan, bawahan dan rekan kerja. 2. Komunikasi berempati (empathy) dinilai biasa saja dengan kurangnya empati dan perhatian yang diberikan pimpinan kepada karyawan. 3. Kepositifan (positiveness) dinilai efektif dengan adanya sikap dan dorongan positif berupa pujian dan penghargaan yang diberikan pimpinan kepada para karyawan. 4. Dari segi dukungan (supportiveness) dinilai efektif dengan adanya sikap saling mendukung pimpinan dengan karyawan. 5. Sedangkan dari segi kesamaan (equality) dinilai efektif dengan adanya kesamaan bahasa dan latar belakang budaya. Komunikasi yang efektif dan kondusif antara pimpinan dan karyawan akan menghasilkan kepuasan, produktivitas dan tercapainya tujuan perusahaan. 71 72 5.2 Saran Setelah menganalisa dan menyimpulkan, maka dapat dikemukakan saran- saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi pimpinan, manajemen dan karyawan Pidi Project. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pimpinan perusahaan harus membuka jalan dan memfasilitasi terhadap keikutsertaan karyawan dalam operasional perusahaan karena dengan dukungan tersebut akan mengarahkan karyawan dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki. Sikap dukungan yang positif dapat terwujud dalam perusahaan jika pimpinan menghargai ide atau pendapat karyawan. 2. Pimpinan perusahaan harus dapat memfasilitasi kondisi munculnya keterbukaan dengan berinteraksi secara jujur karena keterbukaan mengisyaratkan bahwa pimpinan bersedia menerima kritikan maupun saran yang disampaikan karyawan. DAFTAR PUSTAKA Buku Abdurrahman, Oemi. Dasar-dasar Public Relations. Citra Aditya Bakti, Bandung: 1990. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta: 1993. Bonar, S. K. Hubungan Masyarakat Modern. Rineka Cipta. Jakarta: 1993. Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kuantitatif. Kencana. Jakarta: 2005. Coulson-Thomas, Coulin. Public Relations Pedoman Praktis Untuk PR. Bumi Aksara. Jakarta: 1996. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya. Bandung: 1990. ______________________. Humas Rosdakarya. Bandung: 1999. Suatu Studi Komunikologis. Remaja Hardjana, Andre. Audit Komunikasi. Grasindo. Jakarta: 1992. Jefkins, Frank. Public Relations. Erlangga. Jakarta: 1992. Kartono, Kartini. Pengantar Metodologi : Riset Sosial. Mandor Maju. Bandung: 1996. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta: 2004. Paryono, Petrus. Mengelola Data Statistik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: 1984. Pass, Christopher and Bryan Iowes. Kamus Lengkap Bisnis Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta: 1997. Rachmadi, F. Public Relations Dalam Teori dan Praktek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 1994. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung: 2000. Rangkunti, Fredy. Teknik Mengukur dan Strategi.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 2003. Rejeki, MC Ninik Sri dan F. Anita Herawati. Dasar-Dasar KomunikasiUntuk Penyuluhan. Penerbitan Universitas Atma Jaya. Jakarta: 1999. Ruslan, Rosady. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasinya). Raja Grafindo Persada, Jakarta: 1992. Sendjaja, Djuarsa. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta: 1998. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. LP3S. Jakarta: 1987. Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Remaja Rosdakarya. Bandung: 1995. Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung: 2004. _______, Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung: 2004. Suminar, Yenny Ratna, et. al. Komunikasi Organisasional. Universitas Terbuka, Jakarta: 2004. Umar, Husein. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 2002. W. W., Nurprapti et al. Buku Panduan Skripsi. Fikom Universitas Mercu Buana. Jakarta: 2004. Lain-lain Wahyu Utami, Indah. Tidak Malu Bertobat di Lativi. Cek & Ricek. Jakarta: 07-13 Maret 2007. Company Profile PT Pidi Visual Project. Jakarta: 2007. Universitas Multimedia Nusantara. Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan Kerja dalam Organisasi. Unimedia.ac.id/page.php. 2008. CURRICULLUM VITAE PERSONAL DATA Name : Irama Dhamayanti Birth Place : Jakarta Birth Date : October 23, 1981 Religion : Moslem Marital Status : Married Address : Komplek Minagapura A-4 No 6 Joglo, Kembangan, Jakarta Barat 11640 Email : [email protected] / [email protected] Phone Number : 0816 88 57 11 / 021 920 456 55 FORMAL EDUCATION 1987 – 1993 SDN 01 PAGI Kebon Jeruk, Jakarta Barat 1993 – 1996 SMPN 75 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 1996 – 1999 SMUN 112 Pesanggrahan, Jakarta Barat 2001 – 2008 Public Relations, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana NON-FORMAL EDUCATION 1995 – 1998 General English in LIA, Kampus Universitas Mercu Buana, Jakarta Basic to Certificate in Advanced English Level 1999 – 2000 PR Intensive Course 6 Months, School of Public Relations Interstudi, Sahid Jaya Hotel, Jakarta PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER PENELITIAN TENTANG EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL KARYAWAN DI PT PIDI VISUAL PROJECT JAKARTA Keterangan : 1. Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui apa yang benar dan yang salah ataupun sebaliknya, maka dalam pengisiannya diharapkan menurut kenyataan yang sebenarnya (apa adanya). 2. Pengisian Kuesioner ini tidak berpengaruh terhadap karir Bapak/Ibu/Saudara di masa yang akan datang karena semata-mata hanya untuk kepentingan ilmiah dan penelitian di lingkungan terbatas. 3. Kerahasiaan kuesioner ini dijamin sepenuhnya. Oleh karena itu Bapak/Ibu/Saudara tidak perlu mencantumkan nama. 4. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner ini berhubungan dengan kegiatan yang relatif rutin dilakukan Bapak/Ibu/Saudara. 5. Cara Pengisian : Bapak/Ibu/Saudara dipersilahkan memilih salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai atau tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara dengan membuat tanda silang (x) pada tempat yang telah disediakan. 6. Alternatif jawaban yang tersedia dengan lima skala sebagai berikut : 5 = Sangat Setuju 4 = Setuju 3 = Biasa Saja 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju 6. Pengisian kuesioner dengan lengkap dan dikembalikan secepatnya akan sangat membantu dan memberikan kontribusi dalam penelitian ini. KUESIONER DATA RESPONDEN Tanggal : Nomor responden : A. IDENTITAS RESPONDEN 1) Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 2) Usia a. 20-29 tahun b. 30-39 tahun c. > 40 tahun 3) Status Perkawinan a. Belum Menikah b. Menikah 4) Tingkat Pendidikan a. SMA / Sederajat b. Diploma c. S1 5) Lama Bekerja a. < 1 tahun b. 1-5 tahun B. EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL Keterbukaan (Openness) 1. Keterbukaan adalah sikap saling terbuka di antara pelaku komunikasi dalam melangsungkan komunikasinya. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 2. Ada sikap saling terbuka antara pimpinan dengan karyawannya. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 3. Ada komunikasi secara tatap muka antara pimpinan dengan karyawannya . a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 4. Dengan adanya sikap saling terbuka antara atasankaryawan dan antara pimpinan dengan karyawan akan menciptakan komunikasi yang efektif. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja Empati (Empathy) 5. Empati adalah kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 6. Organisasi atau perusahaan berempati dengan anda ketika ada masalah dalam pekerjaan. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 7. Empati yang diberikan sesuai dengan harapan anda. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 8. Organisasi atau perusahaan memberikan perhatian kepada anda ketika ada masalah dengan pekerjaan. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 9. Organisasi atau perusahaan memberikan perhatian kepada anda baik ketika ada masalah atau ketika tidak ada masalah. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja Kepositifan (Positiveness) 10. Organisasi atau perusahaan bersikap positif terhadap anda. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 11. Anda juga bersikap positif terhadap organisasi atau perusahaan. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 12. Ada dorongan positif berupa pujian yang diberikan pimpinan kepada karyawan. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 13. Ada dorongan positif berupa penghargaan yang diberikan pimpinan kepada karyawan. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja Dukungan (Supportiveness) 14. Ada dukungan yang diberikan pimpinan kepada karyawannya. a. Setuju Setuju b. Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 15. Karyawan juga memberikan dukungan kepada pimpinan . a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja Kesamaan (Equality) 16. Kesamaan yaitu adanya unsur kesamaan yang dimiliki pihak-pihak yang berkomunikasi. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 17. Adanya kesamaan bahasa antara anggota organisasi atau perusahaan. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 18. Sering terjadi kesalahpahaman dalam menyampaikan informasi. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 19. Sering terjadi kesalahpahaman karena perbedaan bahasa. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 20. Ada kesamaan latar belakang budaya antara anggota organisasi atau perusahaan. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja 21. Sering terjadi kesalahpahaman karena perbedaan latar belakang budaya. a. Setuju Setuju d. Tidak Setuju b. Setuju e. Sangat Tidak Setuju c. Biasa Saja - Terima Kasih -