EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL ANTARA PIMPINAN

advertisement
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL ANTARA PIMPINAN DENGAN
KARYAWAN PT PIDI VISUAL PROJECT
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam memperoleh
Gelar Sarjana Strata 1 (S 1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
Nama
Nim
Jurusan
: Irama Dhamayanti
: 04201-049
: Hubungan Masyarakat
xii
PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
ABSTRAKSI
Irama Dhamayanti
04201-049
Efektifitas Komunikasi Internal antara Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi
Visual Project
xiii + 72 halaman + 9 lampiran + 28 tabel, Bibliografi : 30 acuan (1984-2007)
Komunikasi internal adalah komunikasi yang berlangsung antara oranorang yang berada di dalam organisasi. Komunikasi internal dalam penelitian ini
membahas khususnya komunikasi dari karyawan kepada pimpinan (upward
communication). Terkadang terdapat gap atau kesenjangan antara komunikasi
karyawan ke pimpinan karena karyawan tidak dapat secara bebas dan langsung
menyampaikan aspirasi, pendapat dan masukan tentang bagaimana produksi suatu
pekerjaan seharusnya dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana efektifitas komunikasi internal antara pimpinan dengan karyawan PT
Pidi Visual Project. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
efektifitas komunikasi internal antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual
Project.
Penelitian ini menggunakan adaptasi Joseph DeVito tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi efektifitas komunikasi interpersonal, yaitu keterbukaan
(openness), empati (empathy), kepositifan (positiveness), dukungan
(supportiveness) dan kesamaan (equality).
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian mengunakan survei dengan
teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah total sampling karena populasi kurang dari 30 orang yaitu
hanya 21 orang.
Komunikasi internal karyawan di Pidi Project secara keseluruhan dinilai
efektif dengan skor rata-rata 71.7 %. Hal ini ditunjukkan dengan tumbuhnya
xiii
suasana keterbukaan, kurangnya empati dan perhatian dalam berkomunikasi,
sikap yang positif dan dorongan positif dalam bentuk pujian dan penghargaan,
sikap saling mendukung dan adanya unsur kesamaan antara atasan, bawahan dan
rekan kerja dalam bahasa yang digunakan dan latar belakang budaya.
PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul
: EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL
ANTARA PIMPINAN DENGAN KARYAWAN
PT PIDI VISUAL PROJECT
Nama
: Irama Dhamayanti
NIM
: 04201-049
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Program Studi
: Public Relations
Mengetahui,
Pembimbing 1
( Drs. Aan Setiadarma, M.Si.)
Pembimbing 2
(Endri Listiani, S.IP., M.Si.)
PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: Irama Dhamayanti
Nim
: 04201-049
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL
ANTARA PIMPINAN DENGAN KARYAWAN
PT PIDI VISUAL PROJECT
Jakarta, 30 Agustus 2008
Ketua Sidang
(Dra. Agustina Zubair, M.Si.)
Pembimbing I
Penguji Ahli
(Drs. Hadi Surantio, M.Si)
Pembimbing II
(Drs. Aan Setiadarma, M.Si.)
(Endri Listiani, S.IP., M.Si.)
PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Irama Dhamayanti
Nim
: 04201-049
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL
ANTARA PIMPINAN DENGAN KARYAWAN
PT PIDI VISUAL PROJECT
Jakarta, 06 September 2008
Disetujui dan Diterima Oleh :
Pembimbing I
(Dra. Aan Setiadarma, M.Si.)
Pembimbing II
(Endri Listiani, S.IP., M.Si)
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Program Studi
(Dra. Diah Wardhani, M.Si.)
(Marhaeni F. K, S.Sos., M.Si.)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat,
lindungan dan karuniaNya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang
selalu hadir di dalam hati menemani penulis.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, dengan judul
”Efektifitas Komunikasi Internal antara Pimpinan dengan Karyawan PT
Pidi Visual Project”.
Banyak hal yang mewarnai proses penyusunan skripsi ini, baik itu
menyenangkan maupun tidak menyenangkan bagi penulis. Tidak ada sesuatu yang
didapat dengan mudah tanpa jerih payah dan pengorbanan untuk mencapai
sesuatu yang optimal. Penyusunan yang banyak memakan waktu, tenaga dan
pikiran ini dalam perjalanannya mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan
serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Aan Setiadarma M.Si., selaku Pembimbing Skripsi
yang telah banyak memberi bimbingan, petunjuk, koreksi dan
saran-saran hingga skripsi ini selesai.
v
2. Ibu Endri Listiana S.Ip., M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang
telah banyak memberi bimbingan, petunjuk, koreksi, dan saransaran hingga skripsi ini selesai.
3. Ibu Dra. Agustina Zubair M.Si., selaku Ketua Sidang Skripsi.
4. Bapak Hadi Surantio selaku Penguji Ahli.
5. Ibu Dra. Diah Wardhani M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Mercu Buana.
6. Ibu Marhaeni F. K. S.Sos., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu
Buana.
7. Ibu Irmulan Sati T. SH., M.Si., selaku Pembimbing Akedemik dan
Humas Universitas Mercu Buana.
8. Para Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
dimana selama penulis mengikuti perkuliahan telah banyak
memberikan ilmu pengetahuannya yang bermanfaat.
9. Para Staf TU Fikom dan Staf Perpustakaan Universitas Mercu
Buana.
10. Bos Suwandi dan Bunda Ophie yang telah mengijinkan penulis
melakukan penelitian di Pidi Project, dan untuk All Team Pidi
Project atas bantuan dan kerjasamanya. Sukses selalu untuk PIDI!
11. Keluarga Besar penulis, My Little Happy Family, Ayah Rd. Ismail
Nugraha, Kak Nanda Rachma Fitri, Fera Jelita Amelia dan Farah
Cantika Azalia, atas doa dan kasih sayang yang tak terhingga
vi
Mommie Dearest dan Alm. Papa Dearest atas doa dan dukungan
baik moril maupun materiil, kakak dan adik penulis, Adyt&Kiky.
12. TOGEDER (Noviana, Ane Dewi Permatasari, Ana Marthatila,
Aurora Prabandini, Theressa Sari Bettis, Hastari Julianita, Dina
Latuconsina, Anisah, Wandha Titi Kusumandari, Vonny, Ahmad
Dainuri, Harry Widodo, Agus Setiawan, Eko Evianto, Ahmad
Fadli, Hardiansyah, Ady Eldiwan, A. Imamuddin&kel., Melly
Melati dan semua teman-teman PR A’01, semua ak.2001 dan para
senior yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Sukses
selalu, Allah Meridhoi, Salam!
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan ini. Maka
apabila di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Baik itu dalam penulisan nama, gelar, maupun nama tempat,
dan lain-lain. Karena penulis sadar betul penulisan ini masih jauh dari kata
sempurna dengan keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh
karena itu, koreksi dan saran serta perbaikan sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan
memberikan manfaat dan memberikan kontribusi yang positif bagi kajian ilmu
komunikasi serta dapat memperkaya wacana tentang efektifitas komunikasi.
Jakarta, Juli 2008
Penulis
Irama Dhamayanti
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PESETUJUAN SKRIPSI……………………………………………...ii
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI…………………………………………….iii
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI………………………………………..iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………x
ABSTRAKSI......................................................................................................xi
BAB I
: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang masalah ..................................................1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................6
1.4. Signifikansi Penelitian…………………………………...6
1.4.1. Signifikansi Akademis.........................................6
1.4.2. Signifikansi Praktis..............................................6
BAB II
: KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Komunikasi.....................................................................8
2.2. Komunikasi Organisasi…………………………………..9
2.3. Komunikasi Internal……………………………………..11
2.4. Hubungan Masyarakat…………………………………...14
2.3.1. Pengertian Humas……………………………….14
2.3.2. Tugas dan Fungsi Humas………………………..15
2.5. Employee Relations………………………………………17
2.6. Efektifitas Komunikasi Internal.......................................21
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian .......................................23
3.2. Metode Penelitian………………………………………...24
3.3. Teknik Pengumpulan Data……………………………….24
3.3.1. Primer…………………………………………….24
3.3.2. Sekunder………………………………………….25
3.4. Populasi dan Sampel……………………………………..25
3.5. Definisi dan Operasionalisasi
Konsep……………………27
3.5.1. Definisi Konsep…………………………………..27
3.5.2. Operasionalisasi Konsep…………………………27
3.6. Teknik Analisa Data........................................................29
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ............................................31
4.2.
4.3.
BAB V
4.1.1. Sejarah Singkat Pidi Project……………………...31
4.1.2. Lokasi..................................................................33
4.1.3. Tujuan Perusahaan……………………………….33
viii Perusahaan………………………...34
4.1.4. Misi dan Visi
4.1.5. Strategi Pidi Project………………………………34
4.1.6. Motto Perusahaan………………………………...34
4.1.7. Acitivity…………………………………………..34
4.1.8. Speciality…………………………………………35
4.1.9. Product…………………………………………...35
Hasil Penelitian…………………………………………..36
4.2.1. Identitas Responden……………………………...36
4.2.2. Efektifitas Komunikasi Internal antara Pimpinan
dengan Karyawan PT Pidi Visual Project……..…42
4.2.2.1. Keterbukaan (openness) ……………….42
4.2.2.2. Empati (empathy) ……………………...46
4.2.2.3. Kepositifan (positiveness) ……………..51
4.2.2.4. Dukungan (supportiveness) ……………55
4.2.2.5. Kesamaan (equality) …………………...57
Pembahasan .....................................................................66
: KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .....................................................................71
5.2. Saran...............................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
: Operasionalisasi Konsep Efektifitas
Komunikasi Internal.......................................................27
Tabel 4.1.
: Jenis Kelamin Responden..................................................36
Tabel 4.2.
: Usia Responden.................................................................38
Tabel 4.3.
: Status Perkawinan Responden...........................................39
Tabel 4.4.
: Tingkat Pendidikan Responden.........................................40
Tabel 4.5.
: Lama bekerja Responden...................................................41
Tabel 4.6.
: Keterbukaan Adalah Sikap Saling Terbuka di antara
Pelaku Komunikasi dalam Melangsungkan
Komunikasinya..................................................................42
Tabel 4.7.
: Ada Sikap Saling Terbuka antara Pimpinan dengan
Karyawan...........................................................................43
Tabel 4.8.
: Ada Komunikasi Secara Tatap Muka antara Pimpinan
dengan Karyawan................................................................44
Tabel 4.9.
: Dengan Adanya Sikap Saling Terbuka antara Pimpinan
dengan Karyawan akan menciptakan Komunikasi
yang Efektif........................................................................45
Tabel 4.10. : Empati Adalah Kemampuan Seseorang untuk
memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain..............46
Tabel 4.11. : Organisasi atau Perusahaan Berempati Terhadap
Responden Ketika ada Masalah dalam Pekerjaan..............47
Tabel 4.12. : Empati yang Diberikan Sesuai dengan Harapan................48
Tabel 4.13. : Organisasi atau Perusahaan Memberi Perhatian
kepada Responden Ketika Ada Masalah dengan
Pekerjaan............................................................................49
Tabel 4.14. : Organisasi atau Perusahaan Memberi Perhatian,
Baik Ketika ada Masalah Maupun Ketika
Tabel 4.15.
Tabel 4.16.
Tidak Ada Masalah............................................................50
: Organisasi atau Perusahaan Bersikap Positif
Terhadap Responden........................................................51
x
: Responden Bersikap Positif Terhadap Organisasi
Perusahaan........................................................................52
Tabel 4.17.
: Ada Dorongan Positif dalam Bentuk Pujian dari Pimpinan
Kepada Karyawan............................................................53
Tabel 4.18.
: Ada Dorongan Positif dalam Bentuk Pujian dari
Pimpinan Kepada Karyawan.............................................54
Tabel 4.19.
: Ada Dukungan yang Diberikan Pimpinan Kepada
Karyawan.........................................................................55
Tabel 4.20.
: Karyawan Juga Memberikan Dukungan Kepada
Pimpinan...........................................................................56
Tabel 4.21.
: Kesamaan atau Equality adalah Unsur Kesamaan yang
Dimiliki
Pihak-Pihak
yang
Berkomunikasi......................57
Tabel 4.22.
: Adanya Unsur Kesamaan Bahasa antara Pihak-Pihak
yang
Berkomunikasi
di
dalam
Perusahaan.......................58
Tabel 4.23.
: Sering Terjadi Kesalahpahaman dalam Menyampaikan
Informasi..........................................................................59
Tabel 4.24.
: Sering Terjadi Kesalahpahaman Karena Perbedaan
Bahasa..............................................................................60
Tabel 4.25.
: Ada Kesamaan Latar Belakang Budaya antara Anggota
Organisasi atau Perusahaan..............................................61
Tabel 4.26.
: Sering Terjadi Kesalahpahaman Karena Perbedaan
Latar Belakang Budaya....................................................62
Tabel 4.27.
: Skor Rata-Rata Efektifitas Komunikasi Internal antara
Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi Visual Project........63
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 2
: Instrumen Kuesioner
Lampiran 3
: Struktur Organisasi
Lampiran 4
: Company Profile PT Pidi Visual Project
Lampiran 5
: Kliping dari Tabloid Cek & Ricek
Lampiran 6
: Press Release ”Tujuh Hari Menuju Taubat”
Lampiran 7
: Surat Permohonan Izin Liputan
Lampiran 8
: Script ”Tujuh Hari Menuju Taubat” edisi spesial
Lampiran 9
: Sript ”Penampakan”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Kebutuhan komunikasi sudah ada sejak manusia dilahirkan. Seorang
bayi akan menangis jika ia merasakan sesuatu, dari tangisan tersebut orang tua
akan mengetahuinya, maka telah terjadi komunikasi antara anak dengan orang
tuanya. Lewat komunikasi, manusia dapat menyampaikan isi hati, pikiran, sikap
ataupun informasi kepada sesama dan mendapatkan timbal balik.
Proses komunikasi dapat berlangsung pada diri seseorang dan organisasi
atau perusahaan. Komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi dikenal juga
dengan komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi menurut Zelco dan Dance
seperti yang dikutip oleh Arni Muhammad adalah suatu sistem yang saling
bergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.1
Dalam suatu organisasi, komunikasi berperan sangat penting untuk
mendukung operasionalisasi perusahaan sehari-hari demi tercapainya tujuan
organisasi. Kerjasama akan sulit tercipta karena ketiadaan komunikasi. Seorang
pemimpin dalam perusahaan harus dapat melaksanakan kepemimpinannya secara
efektif. Untuk itu ia harus mampu melakukan komunikasi secara efektif. Seorang
manajer dikatakan berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat karyawan
1
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hal 66.
1
2
melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan dan kegembiraan
Tanpa komunikasi yang baik, mustahil akan tercipta suasana kerja yang kondusif.
Hubungan antar sesama karyawan jadi terganggu dan itu dapat membuat
karyawan merasa tidak nyaman dan tidak termotivasi dalam meningkatkan
kinerjanya.
Efektifitas komunikasi juga diperlukan dalam kehidupan berorganisasi.
Karena proses komunikasi yang efektif merupakan kunci kesuksesan suatu
organisasi atau perusahaan. Efektifitas adalah hal yang berhubungan dengan
apakah tujuan yang telah ditetapkan berhasil atau tidak. Dengan terciptanya
komunikasi yang efektif di lingkungan internal perusahaan atau organisasi, maka
akan berdampak pada terciptanya hubungan internal (internal relations) yang
baik. Internal relations akan tercipta jika internal communication (komunikasi
internal) yang terjadi berlangsung secara dua arah.
Komunikasi internal di sini membahas khususnya komunikasi dengan
karyawan. Dimana karyawan dalam sebuah perusahaan bersifat heterogen, dengan
latar belakang, kepentingan, kebutuhan dan pemikiran berbeda yang belum tentu
hal tersebut dapat diberikan dan dipahami oleh perusahaan tempatnya bekerja.
Latar belakang masing-masing karyawan yang berbeda inilah yang dapat
menjadi masalah mendasar penyebab perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat
yang tidak selaras dapat mengakibatkan ketidakharmonisan antar karyawan. Jika
hal ini sampai terjadi, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan. Untuk itu perlu
dilakukan pembinaan karyawan antara lain melalui kegiatan-kegiatan internal
perusahaan untuk lebih mempererat hubungan antara anggota dalam organisasi.
3
Melalui kegiatan-kegiatan komunikasi internal, peran seorang Humas
sangat diperlukan. Humas berperan sebagai penyampai informasi kepada
publiknya sekaligus sebagai mediator yang menjembatani pihak perusahaan atau
top manajemen dengan karyawannya. Humas perusahaan harus mampu
menciptakan suasana kerja dan hubungan yang harmonis antar karyawan. Hal ini
dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan formal maupun informal perusahaan,
antara lain gathering&raker, ulang tahun perusahaan, makan siang bersama awal
bulan, nonton bioskop bersama, olah raga, halal bihalal, dan sebagainya. Kegiatan
ini dilakukan agar karyawan tidak jenuh dalam melakukan pekerjaannya di kantor
dan dapat mengurangi kepenatan.
Untuk
memenuhi
kebutuhan
para
karyawan
akan
kebutuhan
komunikasinya, terdapat fungsi manajemen yang mampu menyampaikan
komunikasi secara dua arah dan terbuka antara pihak perusahaan dan karyawan.
Fungsi manajemen ini masuk dalam divisi Public Relations dan orang yang
bekerja di dalamnya adalah seorang Public Relations Officer. Praktek kehumasan
merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun
ke luar, antara suatu organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan yang spesifik yang berlandaskan saling pengertian.2
PT Pidi Visual Project sebagai obyek penelitian, merupakan perusahaan
rumah produksi yang sudah banyak menghasilkan program-program tv.
Diantaranya yaitu ”Tujuh Hari Menuju Taubat” yaitu reality show yang bukan
hanya sekedar mengajak seseorang untuk bertaubat dalam tujuh hari saja, tapi
2
Frank Jefkins, Public Relations, Erlangga, Jakarta, 1992, hal. 9.
4
juga menginspirasi dengan jalan kebaikan dengan kisah per episodenya yang
mengharukan. 3
”Penampakan” yaitu acara reality show yang menayangkan penampakan
makhluk-makhluk gaib melalui media kamera video. Kemudian ”Hot Kuliner”
yaitu liputan tentang makanan-makanan penambah vitalitas, lalu ”Top Five” yaitu
tayangan yang beisi tentang informasi lima urutan tempat-tempat wisata di
Indonesia yang wajib dikunjungi, ”Adrenalin” yaitu liputan olahraga dan aktivitas
yang memacu adrenalin, ”Aneh Tapi Ada” yaitu tayangan keanehan dan keajaiban
yang ada di sekitar kita, semuanya tayang di TV One; ”Seleb De Sitter” yaitu
acara reality show yang menghadirkan selebritis dan pasangannya sebagai
pengasuh anak balita, ”MTV Usil”, keduanya tayang di Global TV; lalu ada
sitkom ”Cagur Naik Bajaj”” dan reality show ”Pacar Usil” yang tayang di ANTV.
Komunikasi internal di Pidi Project menarik untuk diteliti karena Pidi
Project sebagai salah satu perusahaan rumah produksi yang sedang berkembang di
dunia entertainment ini mempunyai cara sendiri untuk membangun komunikasi
internal yang baik dengan banyak mengadakan kegiatan yang melibatkan
karyawannya. Pidi Project meyakini bahwa karyawan adalah aset yang sangat
berharga,
jika
mereka
diperlakukan
dengan
baik
maka
mereka
akan
memperlakukan publik perusahaannya dengan baik pula.
Para karyawan juga sangat memberikan respon yang positif dengan ikut
berpartisipasi dengan menjadi bagian kegiatan-kegiatan internal tersebut. Tetapi
dari hasil pengamatan peneliti, terkadang komunikasi internal yang berlangsung di
3
Indah Wahyu Utami, Tidak Malu Bertobat di Lativi, Cek & Ricek, 07-13 Maret 2007, hal. 11.
5
dalam
perusahaan
kurang
berjalan
dengan
baik.
Khususnya
upward
communication (komunikasi ke atas) yaitu komunikasi dari bawahan ke atasan.
Terkadang karyawan merasa di bawah tekanan dengan sikap pimpinan
yang cenderung otoriter. Pidi Project pada operasionalnya sehari-hari dipimpin
oleh sepasang suami istri. Komunikasi yang dilancarkan oleh sang bos perempuan
cenderung berlangsung satu arah dan otoriter kepada karyawannya, dengan hanya
bisa mengkritik tanpa memberi solusi yang baik ketika ada masalah dalam
pekerjaan. Pekerjaan yang kadang mempunyai tingkat stres yang tinggi
seharusnya disikapi dengan kerjasama semua pihak termasuk pimpinan.
Meskipun sistem kerja yang diterapkan adalah kekeluargaan sesuai dengan
motto Pidi Project, yaitu Creative & Entertainment melalui sistem kerja yang
kekeluargaan, bebas, santun dan interaktif 4; Tapi terkadang terdapat gap atau
kesenjangan dalam komunikasi dari bawahan ke atasan. Sistem kekeluargaan di
sini adalah sistem kerja yang penuh tenggang rasa dan kebersamaan dengan
kompromi yang tidak terlalu memberatkan karyawan misalnya dalam segi waktu
maupun materi pekerjaan. Alur komunikasi di Pidi Project, dari bawahan ke
atasan kurang berjalan dengan baik dan seimbang. Karyawan tidak dapat secara
bebas dan langsung menyampaikan aspirasi, pendapat dan masukannya yang
berkaitan dengan produksi suatu acara. Misalnya tentang bagaimana suatu
pekerjaan seharusnya dilakukan. Semua harus berdasarkan perintah bos, padahal
terkadang karyawan lebih tahu secara praktek bagaimana memproduksi sebuah
tayangan atau program karena mereka lah yang menjalankan produksi sehari-hari.
4
Company Profile Pidi Visual Project, Jakarta 2007.
6
Kecuali ketika dimintai pendapat saat diadakan rapat-rapat kerja yang biasanya
diadakan seminggu sekali pada awal minggu atau sesuai kebutuhan perusahaan.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka secara
spesifik rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
“ Bagaimana efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT
Pidi Visual Project.”
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi antara pimpinan
dengan karyawan PT Pidi Visual Project.
1.4.
Signifikansi Penelitian
1.4.1. Signifikansi Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi
penelitian selanjutnya, khususnya bidang Humas yang berkaitan dengan
kegiatan komunikasi internal.
1.4.2 Signifikansi Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
berupa masukan dan saran kepada PT Pidi Visual Project dalam
melaksanakan
kegiatan
komunikasi
internal
khususnya
upward
7
communication yaitu komunikasi dari bawahan kepada atasannya,
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam memperbaiki
kekurangan yang ada, baik untuk kepentingan karyawan maupun untuk
kepentingan manajemen Pidi Project.
8
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Komunikasi
Pengertian komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian
pesan dari sumber kepada penerima. Namun demikian, dalam kehidupan nyata
proses komunikasi tidak hanya terbatas sampai pada diterimanya pesan oleh
penerima, tetapi juga sampai pada kajian bagaimana tanggapan penerima atas
pesan yang disampaikan oleh sumber.5
Menurut Brent D. Ruben, seperti yang dikutip oleh Ninik Rejeki dan Anita
Herawati, ”komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu dalam
hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat
menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk koordinasi
lingkungan dengan orang lain.”6
Sedangkan menurut Harold Lasswell seperti yang dikutip oleh Onong
Uchjana Effendy, cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan ”Who Says What In Which Channel With What Effect”.
Berdasarkan paradigma Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu.7
5
Arni Muhammad, Ibid., hal. 3.
MC Ninik Sri Rejeki dan F. Anita Herawati, Dasar-Dasar Komunikasi untuk Penyuluhan
Penerbitan Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 1999. hal. 5.
7
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung,
1990, hal. 10.
6
8
9
Jadi inti pengertian komunikasi adalah hubungan antara manusia secara
individu maupun kelompok melalui proses penyampaian pesan baik melalui
media atau tidak dengan maksud agar pesan diterima dengan baik dan
menimbulkan feedback atau umpan balik.
Tujuan sentral komunikasi menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules
dalam bukunya Techniques for Effective Communication seperti yang dikutip oleh
Onong Uchjana Effendy, adalah:
1. To secure understanding (memastikan pemahaman).
2. To establish acceptance (memantapkan penerimaan).
3. To motivate action (memotivasi tindakan).8
Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatankesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan.
Sedangkan fungsi komunikasi antara lain, menyampaikan informasi (to
inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan untuk
mempengaruhi (to influence).9
2.2.
Komunikasi Organisasi
Proses komunikasi dapat berlangsung pada diri seseorang dan organisasi
atau perusahaan. Proses komunikasi dalam organisasi dikenal juga dengan
komunikasi organisasi. Komunikasi menjadi sarana yang menghubungkan semua
individu dalam organisasi untuk mencapai tujuan.
8
Onong Uchjana Effendy, Humas Suatu Studi Komunikologis, Remaja Rosdakarya, Bandung,
1999, hal. 49.
9
Onong Uchjana Effendy, Op. Cit., hal. 8..
10
Setiap individu yang terlibat dalam sebuah organisasi membutuhkan
komunikasi yang efektif. Dapat dibayangkan bila komunikasi yang dilakukan
sebuah organisasi berlangsung tidak efektif dan tidak berjalan dengan baik maka
organisasi bukan hanya tidak berkembang, tetapi dapat menuju ke pintu
kehancuran.
Di dalam organisasi terdapat interaksi sosial yang dilandasi adanya
pertukaran makna untuk mengintegrasikan tindakan-tindakan antar anggota
organisasi. Suatu organisasi apapun bentuk dan bidang kegiatannya, baik profit
maupun nonprofit, akan melibatkan komunikasi dalam upaya pertukaran dan
penyebaran informasi sebagai langkah untuk mencapai tujuan utama organisasi.
Terdapat
banyak
definisi
mengenai
komunikasi
organisasi
yang
dikemukakan oleh para pakar Ilmu Komunikasi maupun Ilmu Manajemen.
Menurut Zelco dan Dance seperti yang dikutip oleh Arni Muhammad,
”komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling bergantung yang
mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Yang dimaksud
dengan komunikasi internal di sini adalah komunikasi dalam organisasi itu
sendiri seperti komunikasi dari atasan ke bawahan, komunikasi dari bawahan
ke atasan, dan komunikasi antar sesama karyawan. Sedangkan komunikasi
eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan
luar, seperti komunikasi dalam penjualan produk, pembuatan iklan,
komunikasi dengan komunitas sekitar dan sebagainya.”10
”Komunikasi organisasi menurut Goldhaber adalah sebagai arus pesan
yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of message
within a network of interdependent relationship), yaitu bahwa arus komunikasi
dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal.”11
10
11
Arni Muhammad, Op. Cit., hal. 66.
Djuarsa Sendjaja, et. al., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 1998, hal 133.
11
Dari dua definisi komunikasi organisasi di atas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi adalah komunikasi antara orang-orang yang berada di
dalam organisasi itu sendiri dan orang-orang yang berada di dalam dengan
khalayak luar yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal dan
saling bergantung satu sama lain.
Terdapat dua arus infomasi dalam komunikasi organisasi, yaitu:
1. Komunikasi Internal
Mencakup downward communication (informasi mengalir dari atasan
kepada bawahan yang dilakukan melalui metode oral atau lisan,
written atau tulisan, pictorial atau gambar, skema atau bagan dan
kombinasi oral-written-pictorial); upward communication (informasi
yang terjadi dari bawahan kepada atasan yang berfungsi sebagai
penyampaian tentang pekerjaan atau tugas yang sudah dilakukan, yang
tidak dapat diselesaikan, dan penyampaian saran-saran perbaikan dari
bawahan); komunikasi horizontal (arus informasi yang terjadi secara
mendatar atau sejajar diantara para pekerja dalam satu unit kerja yang
sama); dan yang terakhir cross-channel communication (komunikasi
yang terjadi diantara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain
berbeda kedudukan dan bagian).
2. Komunikasi Eksternal
Yaitu komunikasi antara orang-orang yang berada di dalam dengan
publik di luar organisasi. Komunikasi dari organisasi kepada
publik/khalayak eksternalnya bersifat informatif yakni untuk
menyampaikan informasi tentang organisasi sehingga khalayak luar
mengetahui informasi tentang perusahaan dengan baik (well inform).
Hal ini bisa dilakukan melalui komunikasi yang bersifat tatap muka
(face to face) ataupun menggunakan media massa.12
2.3.
Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah komunikasi yang berlangsung antara orang-
orang yang berada di dalam organisasi. Di dalam struktur organisasi terdapat
12
Yenny Ratna Suminar et al., Komunikasi Organisasional, Universitas Terbuka, Jakarta, 2004,
hal. 1.3.
12
jenjang kepangkatan dan kekuasaan yang berbeda. Dengan demikian komunikasi
yang dilakukan pun akan berbeda-beda pula.
Komunikasi internal didefinisikan Lawrence D. Brennan dan dikutip oleh
Onong Uchjana Effendy, sebagai :
”Interchange of ideas among the administrators and its particular
structure (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically
within the firm which gets work done (operation and management).” Yaitu
pertukaran gagasan diantara para administrator dan para karyawan dalam
suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahahaan
atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan
pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau
jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan
manajemen).13
Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertikal dan
komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah
(downward communication) dan komunikasi dari bawah ke atas (upward
communication) secara timbal balik (two-way traffic communication). Pimpinan
memberi instruksi, petunjuk, informasi maupun penjelasan-penjelasan kepada
bawahannya, sedangkan bawahan memberikan laporan, saran maupun pengaduan
kepada pimpinan.
Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar antara anggota
staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan yang seringkali berlangsung
secara informal. Seperti komunikasi pada waktu istirahat, sedang rekreasi, atau
pada waktu pulang kerja. Komunikasi yang terjadi seringkali disertai dengan
desas-desus yang cepat sekali menyebar mengenai hal-hal yang menyangkut
pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka. Antara komunikasi
13
Onong Uchjana Effendy, op. cit., hal. 122.
13
vertikal dan komunikasi horizontal tersebut kadang-kadang terjadi apa yang
disebut
komunikasi
diagonal
atau
komunikasi
silang
(cross
channel
communication), misalnya antara divisi ataupun level yang berbeda14
Kegiatan komunikasi internal dapat mempererat hubungan antara
pimpinan dengan karyawan maupun dengan semua publik internal perusahaan.
Komunikasi internal itu dapat menjadi komunikasi yang efektif yaitu bila:
1. Adanya keterbukaan manajemen perusahaan (open management
system) terhadap karyawannya.
2. Saling menghormati atau menghargai (mutual appreciation) antara
satu sama lain, baik ia bertindak sebagai pimpinan atau sebagai
bawahan demi tercapainya tujuan perusahaan.
3. Adanya kesadaran atau pengakuan dari pihak perusahaan akan nilainilai dari arti pentingnya suatu ”komunikasi timbal balik” dengan para
karyawannya.
4. Keberadaan seorang Humas yang tidak hanya memiliki kemampuan
(skill) dan pengalaman sebagai komunikator, mediator hingga
persuador, tetapi juga harus didukung dengan sumber-sumber daya
teknis yang canggih sekaligus sebagai media komunikasinya, seperti
kemampuan mengelola dan membuat: House PR Journal, Internal
Magazine, Video and Casettes Recording, Slide Film Presentation,
Special Event Programs, dan media pertemuan lainnya.15
Internal relations akan tercipta jika terjadi internal communications yang
berlangsung secara dua arah. Tidak hanya karyawan yang memperhatikan
manajemen, tapi manajemen juga harus memperhatikan karyawannya. Dengan
begitu akan terjalin komunikasi internal yang positif, dimana keadaan ini akan
sangat berguna bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya dan juga dalam
penyelesaian krisis yang terjadi.
14
Ibid., hal. 122-125.
14
2.4.
Hubungan Masyarakat
2.4.1 Pengertian Humas
Humas merupakan kependekan dari Hubungan Masyarakat yang
berasal dari bahasa Inggris Public Relations, terdiri dari dua kata yaitu
Public dan Relations. Pengertian Public adalah “Sekelompok orang yang
menaruh perhatian pada suatu hal yang sama, mempunyai minat dan
kepentingan yang sama. Sedangkan istilah Relations merupakan prinsip
dari Public Relation, yang mengandung arti adanya hubungan timbal
balik. Istilah Public Relations sudah memasyarakat di Indonesia dan telah
digunakan secara luas oleh departemen, jawatan, perusahaan, badan,
lembaga, dan organisasi.”16
Rumusan yang paling lengkap menurut Lex Harlow dan dikutip
oleh Rosady Ruslan, berbunyi :
“Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan
mendukung pembinaan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi
dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian,
penerimaan dan kerjasama, melibatkan manajemen dalam persoalan dan
permasalahan, membantu manajemen mampu menanggapi opini publik,
mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan
secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam
mengantisipasi kecenderungan menggunakan penelitian serta teknik
komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”.17
Humas dapat dikatakan juga sebagai mata, telinga dan mulut
perusahaan. Dikatakan sebagai “mata” perusahaan karena Humas harus
15
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1992, hal. 281-282.
16
Oemi Abdurrahman. Dasar-Dasar Public Relations. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hal. 28
17
Rosady Ruslan, Op. Cit., hal. 17.
15
mampu melihat dan mengamati apa yang terjadi di sekitarnya dan
khususnya apa yang terjadi di dalam lingkungan perusahaannya.
Jika Humas diibaratkan sebagai “telinga” dari perusahaan, Humas
harus mampu mendengar apa yang terjadi di sekitar lingkungan internal
maupun eksternal perusahaan. Sedangkan fungsi Humas sebagai “mulut”
adalah sebagai juru bicara yang mewakili perusahaan.
2.4.2 Tugas dan Fungsi Humas
Tugas-tugas pokok seorang Humas dalam perusahaan seperti yang
dikutip oleh Coulin Coulson-Thomas adalah:
1. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, baik perusahaan
sendiri maupun perusahaan saingan, juga ancaman dan peluangnya;
mendiagnosis masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui saranasarana Humas; mengidentifikasi masyarakat yang dituju dan saluransaluran yang paling efektif digunakan untuk menjangkau mereka.
2. Memberi nasihat kepada pihak manajemen di semua tingkatan,
terutama mengenai perkembangan intern dan ekstern, yang mungkin
dapat mempengaruhi reputasi perusahaan dalam hubungannya dengan
kelompok-kelompok lain yang menjadi sasaran komunikasi
perusahaan.
3. Menjadi ahli depositor karena itu harus mengetahui semua aspek
komunikasi perusahaan, baik intern maupun ekstern. Dengan cara
mempertahankan para ahli, baik yang sudah ada maupun yang baru
masuk, sehubungan dengan teknik-teknik yang relevan dan
kemudahan-kemudahan serta kontak-kontak yang mungkin digunakan
mereka.
4. Membuat kontak dengan para pengambil keputusan ekstern yang
penting, juga para pencetus-pencetus ide dan sumber-sumber informasi
lain.
5. Memastikan arus informasi yang efektif untuk kelompok-kelompok
masyarakat terpilih guna memanfaatkan saluran-saluran komunikasi
yang cocok seperti buku, majalah keluarga, surat kabar, radio, televisi,
brosur, wawancara dan lain sebagainya.
6. Membentuk komisi-komisi riset untuk proyek-proyek khusus agar
dapat menentukan situasi dan masalah atau mengukur efektivitas
program yang telah dilakukan.
7. Mengevaluasi masalah-masalah dan aktivitas Humas sehingga dapat
memberikan laporan yang teratur kepada pihak manajemen.
16
8. Merencanakan dan mengatur kegiatan-kegiatan delegasi perusahaan
seperti pameran, kunjungan pertemuan dan lain sebagainya.
9. Membantu bagian-bagian lain dengan menganalisis masalah-masalah
komunikasi, menulis dan menerbitkan, memberi keterangan dengan
audio visual ataupun sarana-sarana pendukung lain dan bekerjasama
menanggulangi masalah-masalah.
10. Memastikan seluruh bagian/divisi dalam perusahaan untuk tidak
melakukan sesuatu yang dapat mencemarkan nama baik perusahaan.18
Sedangkan
Humas
memiliki
fungsi,
menumbuhkan
dan
mengembangkan hubungan baik antar lembaga atau organisasi dengan
publiknya, intern maupun ekstern, dalam rangka menanamkan pengertian,
menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan
iklim pendapat yang menguntungkan lembaga.19
Dalam sebuah perusahaan, seorang Humas harus mampu
mengkoordinasikan
dan
mengkomunikasikan
pesan-pesan
yang
diperolehnya dari karyawan maupun pimpinan, serta mengaplikasikannya
melalui lisan ataupun dengan media agar tercipta sebuah pemahaman yang
sama.
Menurut Cutlip & Center and Canfield seperti yang dikutip oleh
Rosady Ruslan, fungsi Public Relations dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan
bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga atau organisasi).
2. Membina hubungan yang harmonis antar badan atau organisasi dengan
pihak publiknya, sebagai khalayak sasarannya.
3. Mengidentifikasikan yang menyangkut opini, persepsi dan tanggapan
masyarakat terhadap badan atau organisasi yang diwakilinya atau
sebaliknya.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbangan saran
kepada pimpinan manajemen demi untuk tujuan dan manfaat bersama.
18
Coulin Coulson-Thomas, penerjemah: Lucas Ginting, Public Relations Pedoman Praktis Untuk
PR, Bumi Aksara, 1996, hal. 18.
19
F. Rachmadi, Public Relations Dalam Teori Dan Praktek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1994, hal. 21.
17
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke
publiknya atau terjadi sebaliknya demi tercapai citra positif bagi kedua
belah pihak. 20
Dapat disimpulkan bahwa kehadiran Humas sangat penting bagi
kelangsungan suatu organisasi. Karena Humas adalah proses atau kegiatan
yang kontinyu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh pengertian
dari publiknya (intern maupun ekstern) yang meliputi aktivitasnya mulai
dari pembenahan organisasi itu sendiri, sehingga kegiatan yang bersifat
membangun atau menciptakan citra perusahaan yang positif.
Dalam membina hubungan dengan publik internalnya, Humas
berkomunikasi timbal balik untuk menciptakan saling pengertian dan
dukungan positif demi tercapainya tujuan organisasi.
Kedudukan Humas di Pidi Project sudah berdiri sendiri dalam
Divisi Marketing and Public Relations yang dipegang langsung oleh
pimpinan.
2.5.
Employee Relations
Employee atau pekerja atau karyawan adalah seseorang yang dipekerjakan
oleh seorang employer (perusahaan atau pemerintah atau perorangan) dan dibayar
untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas yang dinyatakan secara rinci dalam
kontrak kerja.21
20
Rosady Ruslan, Op Cit., hal. 20.
Christopher Pass and Bryan Iowes. Kamus Lengkap Bisnis Edisi Kedua, Erlangga. Jakarta,
1997, hal. 189.
21
18
Hubungan karyawan atau employee relations mengatur hubungan khusus
antara manajemen dan pekerja, agar selalu dalam keadaan baik dan harmonis.
Hubungan karyawan mengusahakan dengan berbagai macam usaha dan programprogram untuk mencapai pengertian, saling percaya, tolong-menolong dan
kerjasama antara kedua pihak.
Pada umumnya, hubungan karyawan bertujuan untuk:
1. Memberikan spirit atau semangat dan kekuatan batin pada organisasi.
2. Membentuk suatu pengabdian atau loyalitas yang baik pada pegawaipegawai dan bawahannya seluruhnya dalam perusahaan.
3. Mengatur kerjasama antara berbagai pegawai dan berbagai macam
pekerjaan.22
Karyawan atau pekerja merupakan aset yang sangat penting dalam suatu
perusahaan. Diantara para karyawan itu sendiri terdapat perbedaan-perbedaan
mendasar dalam lingkungan hidupnya masing-masing, termasuk tentang
pengalaman, pendidikan dan kemampuan.
Tetapi kalau disimak secara prinsip, karyawan memiliki keinginan yang
sama terhadap pimpinan atau perusahaan, yaitu:
1. Upah yang diberikan cukup dan layak.
2. Ingin mendapatkan perlakuan yang adil dan sama dalam hal kesempatan
untuk berkarir dan meraih prestasi kerja yang maksimal sesuai
kemampuan.
3. Iklim kerja yang kondusif dan penuh ketenangan serta mendapatkan
penghargaan yang baik dari pimpinan.
4. Keinginan-keinginan atau perasaan yang mendapat saluran positif dan
diakui atau dihargai oleh perusahaan atau pimpinan. 23
22
23
S. K. Bonar, Hubungan Masyarakat Modern, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal. 56.
Ibid.,hal. 54.
19
Kegiatan employee relations dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat
dilaksanakan dalam bentuk aktivitas atau program, antara lain:
1. Program Pendidikan dan Pelatihan
Dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kinerja dan keterampilan (skill)
karyawan, dan kualitas maupun kuantitas pemberian jasa pelayanan.
2. Program Motivasi Kerja Berprestasi
Dikenal dengan istilah Achievement Motivation Training (AMT), dimana
dalam pelatihan tersebut diharapkan dapat mempertemukan antara
motivasi dan prestasi (etos) kerja serta disiplin karyawan dengan harapanharapan atau keinginan dari perusahaan dalam mencapai produktivitas.
3. Program Penghargaan
Dilakukan untuk memberi penghargaan kepada karyawan, baik yang
berprestasi kerja maupun yang cukup lama masa bekerjanya dan
sebagainya. Penghargaan akan menimbulkan loyalitas dan rasa memilki
(sense of belonging) yang tinggi terhadap perusahaan.
4. Program acara khusus (special events)
Merupakan program khusus yang dirancang di luar bidang pekerjaan
sehari-hari, misalnya mengadakan acara ulang tahun perusahaan, acara
keagamaan, lomba, olahraga sampai piknik bersama yang dihadiri oleh
pimpinan dan seluruh karyawan.
5. Program Media Komunikasi Internal
Seperti buletin, majalah, dinding dan majalah internal perusahaan yang
berisikan pesan, informasi dan berita yang berkaitan dengan kegiatan antar
karyawan atau perusahaan dengan pimpinan.24
Pelaksanaan program employee relations tersebut merupakan sarana teknis
yang mampu mengelola sumber daya manusia (karyawan) demi tercapainya
tujuan organisasi atau perusahaan.
Aktivitas dan program kerja yang telah diuraikan di atas mempunyai
maksud dan tujuan antara lain:
- Sebagai sarana komunikasi internal secara timbal balik dalam organisasi
atau perusahaan.
- Sebagai sarana saluran atau alat komunikasi dalam upaya menjelaskan
kebijaksanaan, peraturan dan ketatakerjaan dalam organisasi atau
perusahaan.
24
Rosady Ruslan, Op. Cit.,hal.283.
20
- Sebagai media komunikasi internal bagi karyawan untuk menyampaikan
keinginan, sumbang saran, informasi dan laporan kepada pihak
manajemen atau pimpinan. 25
Media komunikasi yang berguna dalam employee relations ini terutama
adalah:
1. Majalah perusahaan yang diterbitkan perusahaan itu dan diasuh oleh
petugas-petugas Public Relations.
Perlu juga dikeluarkan pengumuman-pengumuman atau buletin di
papan pengumuman.Usaha lain ialah penerbitan laporan tahunan, buku
pegangan bagi pegawai lapangan atau tata usaha, dan sebagainya.
2. Pertemuan-pertemuan antara pimpinan dan bawahan perlu diadakan,
baik berupa rapat formal maupun informal secara tatap muka.
Karyawan dapat menunjukkan prestasi kerjanya masing-masing. Dapat
juga diadakan pertemuan keluarga pegawai, malam-malam
kebudayaan, pertunjukkan film dan lain-lain untuk mempererat
hubungan antara manajemen dan karyawan.26
2.6.
Efektifitas Komunikasi
Secara etimologis efektifitas berasal dari akar kata ”efek”. Efek adalah
salah satu unsur penting dalam keseluruhan unsur penting komunikasi. Efek
bukan hanya sekedar umpan balik dan reaksi penerima komunikasi terhadap pesan
yang disampaikan oleh komunikator, melainkan paduan sejumlah ”kekuatan”
yang bekerja dalam masyarakat, dimana komunikator hanya menguasai satu
kekuatan yaitu pesan. Efektifitas adalah kemampuan untuk menentukan sasaran
yang tepat dan melakukan pekerjaan yang benar.
Untuk efektifitas komunikasi, kriteria yang digunakan adalah siapa
penerima atau pemakai (receiver or user), isi pesan (content), format pesan
25
26
Ibid., hal. 282.
S. K. Bonar , Op. Cit., hal. 57-58.
21
(format), ketepatan waktu (timing), media komunikasi atau saluran (media), dan
sumber (source) yaitu orang yang melakukan atau yang bertanggung jawab.27
Lima
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
efektifitas
komunikasi
interpersonal dari segi humanistik menurut Joseph DeVito seperti yang dikutip
oleh Ninik Sri Rezeki dan Anita Herawati, adalah:
1. Keterbukaan (openness), yaitu keterbukaan menunjukkan adanya sikap
untuk saling terbuka di antara pelaku komunikasi dalam melangsungkan
komunikasinya.
2. Empati (empathy), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan
dirinya dalam peran orang lain.
3. Kepositifan (positiveness), yaitu sikap yang positif terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain.
4. Dukungan (supportiveness), yaitu sikap pelaku komunikasi yang
mendukung terjadinya komunikasi tersebut. Kalau pihak yang diajak
berkomunikasi menolak maka komunikasi yang diharap tidak akan terjadi.
5. Kesamaan (equality), yaitu adanya unsur kesamaan yang dimiliki pihakpihak yang berkomunikasi. Misalnya adanya kesamaan bahasa dan budaya
akan memudahkan terjadinya komunikasi yang efektif.28
Komunikasi interpersonal yang efektif antara pimpinan dan karyawan
diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi, saling pengertian (mutual
understanding) dan kualitas hubungan yang lebih baik. Karena ketepatan
penyampaian informasi ditentukan oleh pengertian, pengaruh sikap dan hubungan
yang semakin baik disertai dengan tindakan.29
Richard C. Huseman, Cal. M. Logue, dan Dwight L. Fresley dalam
bukunya Interpersonal and Organizational Communication dan dikutip oleh
Onong Uchjana Effendy, mengatakan bahwa agar efektif atau diterima karyawan,
komunikasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
27
Andre Hardjana, Audit Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 1992, hal. 23-24.
MC Ninik Sri Rejeki dan F. Anita Herawati, Op. Cit., hal. 8.
29
Universitas Multimedia Nusantara, Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan Kerja dalam
Organisasi, unimedia.ac.id/page.php, 2008, hal. 2.
28
22
1. Pesan dapat dimengerti.
2. Pada saat keputusan diambil, karyawan percaya bahwa komunikasi
yang dilancarkan cocok dengan tujuan organisasi.
3. Komunikasi cocok dengan kepentingan pribadi karyawan.
4. Secara mental dan fisik, karyawan mampu melaksanakannya.30
Efektifitas komunikasi di sini adalah hal yang berhubungan dengan
keberhasilan dan keefektifan pelaksanaan komunikasi internal dalam perusahaan.
Komunikasi yang efektif akan sangat berguna jika suatu saat perusahaan
mengalami krisis, kesolidan dan kebersamaan para karyawan akan sangat
diperlukan untuk bahu-membahu menyelesaikan krisis yang terjadi.
30
Onong Uchjana Effendy, Op. Cit., hal. 130.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Tipe dan Pendekatan Penelitian
“Riset atau penelitian disebut juga sebagai kegiatan pengumpulan data
yang merupakan sarana fundamental untuk memahami kesulitan, dan menemukan
penyelesaian bagi suatu masalah secara ilmiah.”31
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.32
Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak
mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat
prediksi.33
Sedangkan pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, yaitu “Pengumpulan data dengan cara mencacah
pengukuran data yang dikumpulkan. Pengujian kuantitatif menguji datanya
dengan cara menghitung dengan cara statistik.”34
31
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi : Riset Sosial, Mandor Maju, Bandung, 1996, hal. 18.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2004, hal. 11.
33
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal.
24.
34
Petrus Paryono, Mengelola Data Statistik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1984,
hal. 233.
32
23
24
3.2.
Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode survei dalam penelitian ini, karena survei
adalah metode yang tepat untuk mengukur efektifitas. Dalam survei, informasi
dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Penelitian survei
adalah ”penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.”35 Akan tetapi, dalam
survei juga dapat diajukan pertanyaan kepada semua anggota populasi.36
Survei biasanya dilakukan pada sebagian dari populasi atau sampel
sehingga biasa disebut sample survey. Tapi survei juga dapat dilakukan pada
seluruh anggota populasi.37
3.3.
Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama,
misalnya dari individu atau perseorangan.38 Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu berupa suatu daftar pertanyaan
dengan pilihan jawaban yang sudah ditentukan dan diberikan kepada
responden pada saat pertemuan dengan responden (karyawan).
Responden dapat memilih jawaban berdasarkan alternatif jawaban
yang ada dalam kuesioner. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-
35
Masri Singarimbun dan Sofian Effendy, Metode Penelitian Survai, LP3S, Yogyakarta, 1987,
hal. 3.
36
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, hal. 53.
37
Ibid., hal. 54.
38
Husein Umar, Metode Riset Komunikasi Organisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002,
hal. 81.
25
data akurat yang diperlukan dari responden untuk menunjang data dalam
penelitian ini.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan dengan tujuan untuk melengkapi data primer.39
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
Studi Pustaka, Peneliti menggunakan studi pustaka dari hasil penelitian
yang pernah dilakukan, dari buku-buku yang penulis miliki, dari bukubuku di perpustakaan Universitas Mercu Buana dan data dari perusahaan
untuk melengkapi dan menunjang teori-teori ataupun konsep-konsep
dalam penulisan penelitian.
3.4.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Obyek pada populasi diteliti, hasilnya dianalisis,
disimpulkan, dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi. Penelitian
populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subyeknya tidak
terlalu banyak.40
Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah karyawan yang
bekerja di kantor Pidi Project Jakarta dengan jumlah karyawan 21 orang.
39
Nurprapti W.W. et. Al., Buku Panduan Skripsi, Fikom Universitas Mercu Buana, Jakarta, 2004,
hal. 11.
26
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”41 Tetapi tidak
semua penelitian menggunakan sampel sebagai sasaran penelitian. Pada beberapa
penelitian kuantitatif berskala kecil, tidak diperlukan sampel penelitian. Hal
tersebut karena keseluruhan obyek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. Dalam
istilah penelitian kuantitatif, obyek penelitian yang kecil ini disebut sebagai
sampel total, yaitu keseluruhan populasi merangkap sebagai sampel penelitian.42
Teknik pengambilan sampel secara garis besar terbagi atas dua jenis yaitu
pengambilan sampel probabilitas dan nonprobabilitas. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling, yang masuk ke
dalam teknik pengambilan sampel probabilitas, yaitu dimana setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untukl dipilih menjadi anggota sampel.43
Total sampling atau bisa juga disebut sampling jenuh adalah teknik
pengambilan sampel yang digunakan bila semua anggota populasi dipakai sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
orang.44
Jadi teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling
dengan sampel berjumlah 21 orang.
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V, Rineka
Cipta, Jakarta,1993, hal. 108-109.
41
Ibid., hal. 109.
42
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta, 2005, hal. 101.
43
Husein Umar, Op. Cit., hal.128.
44
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2004, hal. 61.
27
3.5.
Definisi dan Operasionalisasi Konsep
3.5.1. Definisi Konsep
1.
Efektifitas yaitu kemampuan untuk menentukan sasaran yang
tepat dan melakukan pekerjaan yang benar.
2.
Komunikasi Internal yaitu komunikasi dan pertukaran
gagasan yang berlangsung dalam organisasi yang menyebabkan
pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).
3.
Karyawan (employee) yaitu seseorang yang dipekerjakan oleh
seorang
employer
(perusahaan
atau
pemerintah
atau
perorangan) dan dibayar untuk melakukan sesuatu pekerjaan
atau tugas yang dinyatakan secara rinci dalam kontrak kerja.
3.5.2. Operasionalisasi Konsep
Tabel 3.1
Operasionalisasi Konsep Efektifitas Komunikasi
Variabel
Efektifitas
Komunikasi
Interpersonal
Dimensi
1. Keterbukaan
(openness):
Indikator
1) Sikap saling
terbuka antara
pelaku komunikasi
dalam organisasi
Skala
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Biasa saja
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
2. Empati
(empathy):
1) Kemampuan
untuk
memproyeksikan
diri dengan peran
orang lain
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Biasa saja
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
28
1) Sikap positif
pada diri sendiri
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Biasa saja
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
2) Sikap positif
pada diri orang
lain
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Biasa saja
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
4. Dukungan
(supportiveness):
1) Adanya sikap
pelaku komunikasi
yang mendukung
komunikasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Biasa saja
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
5. Kesamaan
(equality):
1) Adanya
kesamaan bahasa
dalam
berkomunikasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Biasa saja
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
2) Adanya
kesamaan budaya
dalam
berkomunikasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Biasa saja
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
3) Adanya unsur
kesamaan yang
dimiliki akan
memudahkan
terjadinya
komunikasi yang
efektif
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Biasa saja
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
3. Kepositifan
(positiveness):
29
3.6.
Teknik Analisa Data
Dalam konteks riset, analisis merupakan suatu proses kerja dari rentetan
tahapan pekerjaan sebelum riset didokumentasikan melalui tahapan penulisan
laporan.45
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.46
Langkah pertama dalam analisa data adalah dengan menyusun tabel
frekuensi untuk semua variabel penelitian dan disusun secara tersendiri. Setelah
data dikumpulkan, dilakukan pemeriksaan apakah responden telah mengisi
kuesioner dengan benar atau tidak. Setelah itu data diklarifikasi sesuai jenis dan
tingkatannya dan kemudian dihitung. Berikutnya, data dianalisis berdasarkan
analisis klarifikasi jawaban yang dijabarkan dalam tabel tunggal dengan sistem
persentase, lalu diinterpretasikan jawabannya terhadap masalah penelitian.
Selanjutnya digunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi dengan menjabarkannya menjadi komponen yang terukur kemudian
dijadikan titik tolak jawaban dan diberi skor 5 sampai 1.47
Dengan jawaban dan skornya diurutkan sebagai berikut :
Sangat setuju diberi skor
”5”
Setuju diberi skor
”4”
Biasa saja diberi skor
”3”
Tidak setuju diberi skor
”2”
45
Husein Umar, Op. Cit., hal. 140.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Op. Cit., hal. 263.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung, 2001. hal. 57.
46
30
Sangat tidak setuju, skornya ”1”
Untuk mengukur persentase opini responden, penulis menggunakan rumus
Weight Mean Score48 yaitu:
∑ ni × i
100 %
n×5
Keterangan :
ni
= Banyaknya responden yang memberi skor i
i
= Kategori / skor opini ( 5, 4, 3, 2, 1 )
n
= Jumlah keseluruhan responden
Kemudian, untuk menafsirkan range Efektifitas Komunikasi, dapat
berpedoman pada :
48
Sangat efektif
= 80 % - 100 %
Efektif
= 70 % - 79 %
Biasa saja
= 60 % - 69 %
Kurang efektif
= 50 % - 59 %
Sangat tidak efektif
= < 50 %
Fredy Rangkunti, Teknik Mengukur dan Strategi, Gramedia Pustaka Utama, 2003, hal. 94-96.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PT Pidi Visual Project
Dengan berkembangnya dunia entertainment dan hadirnya
beberapa televisi swasta nasional, maka muncul juga para sumber daya
manusia penunjang yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Sedemikian
pesat tumbuhnya stasiun-stasiun televisi di Indonesia harus diimbangi
dengan penyajian program-program dan tayangan yang menarik. Program
acara televisi tersebut biasanya diproduksi langsung oleh stasiun televisi
yang bersangkutan, tapi banyak juga diproduksi oleh perusahaanperusahaan production house rekanan yang sudah biasa mengolah sebuah
program untuk dijadikan tayangan yang menarik dan mampu menyerap
banyak animo dan perhatian masyarakat. Salah satunya yaitu Pidi Visual
Project.
Untuk melanjutkan visi dan misi yang sama, maka terbentuklah
Pidi Project sebuah Production House di bawah PT Pidi Visual Project
yang bergerak di bidang entertainment, meliputi produksi dan pemasaran.
Pidi Project sebagai salah satu perusahaan rumah produksi yang sedang
berkembang dan memantapkan posisinya di kancah dunia entertainment dan
televisi ini sudah banyak memproduksi program-program antara lain “Rahasia
Malam” yang kemudian berganti nama menjadi “Fatamorgana” lalu ada ”Pasutri”,
tapi keduanya sudah tidak tayang lagi. Kemudian “Penampakan” yaitu program
31
32
reality show yang mampu menampilkan penampakan makhluk-makhluk gaib
melalui media video, “Tujuh Hari Menuju Taubat” yaitu program acara reality
show yang murni dilakukan tanpa rekayasa. Visi acara Tujuh Hari Menuju Taubat
adalah bukan hanya sekedar mengajak seseorang untuk bertaubat dalam waktu
tujuh hari saja, tapi juga menginspirasi pemirsanya untuk menuju jalan kebaikan
dengan menyaksikan kisah per episodenya yang mengharukan. Acara yang mulai
tayang sejak 19 Agustus 2006 ini ditayangkan TVOne (dahulu Lativi) setiap hari
kamis pukul 23.00 WIB. Tapi meski ditayangkan pada malam hari, ternyata
respon dan minat yang diberikan masyarakat cukup besar. Ratingnya kadang 1,82.5 dengan share antara 12-18. ”Top Five” yaitu tayangan yang berisi tentang
informasi lima urutan tempat-tempat wisata di Indonesia yang wajib dikunjungi,
”Adrenalin” yaitu liputan olahraga dan aktivitas yang memacu adrenalin, ”Aneh
Tapi Ada” yaitu tayangan keanehan dan keajaiban yang ada di sekitar kita,
semuanya tayang di TV One; ”Seleb De Sitter” yaitu acara reality show yang
menghadirkan selebritis dan pasangannya sebagai pengasuh anak balita, ”MTV
Usil”, keduanya tayang di Global TV; lalu ada sitkom ”Cagur Naik Bajaj”” dan
reality show ”Pacar Usil” yang tayang di ANTV.
Pidi Project mempunyai office hour atau waktu kerja dari senin sampai
jum’at dimulai dari pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB, hari sabtu
libur tapi selanjutnya akan disesuaikan dengan kebutuhan syuting, stok gambar,
liputan-liputan khusus dan promo off air yang dapat saja dilakukan di luar jam
kantor, bahkan pada hari sabtu dan minggu.
33
Pidi project didirikan pada 1 Februari 2006, oleh Suwandi dan
Novia Rizkamalinda yang merupakan suami dan istri, mereka bekerja
sama dengan Yana Marlianty dan Anita yang duduk sebagai komisaris di
Pidi Project. Nama Pidi diambil dari kependekan nama panggilan Novia
Rizkamalinda dan Suwandi yaitu oPI dan wanDI. Bos Wandi dan Bunda
Ophie mendirikan perusahaan rumah produksi ini berdasarkan pengalaman
mereka yang luas sebagai wartawan di beberapa stasiun televisi dan rumah
produksi dengan menangani berbagai program acara televisi seperti
infotainment, reality show dan sebagainya. Koneksi yang luas dan
hubungan yang baik dengan para pelaku dunia jurnalistik dan
entertainment juga sebagai bahan pertimbangan majunya mereka
mendirikan usaha production house ini.
4.1.2. Lokasi
Pidi Visual Project berlokasi di Jln Kecapi Raya No 16 RT 001/05
Jagakarsa Jakarta Selatan, Telp: (021) 7864205, 70633369.
4.1.3. Tujuan Perusahaan
Untuk
memberdayakan
para
sumber
daya
manusia
yang
mempunyai daya pikir dan kreatif berbeda, maka Pidi Project bertujuan
untuk melahirkan berbagai produk entertainment yang dikemas dalam
berbagai bentuk.
34
4.1.4. Visi dan Misi Perusahaan
Selain menyemarakkan dunia entertaint, juga mengembangkan
perusahaan menjadi semakin besar dan mampu bersaing dengan rumah
produksi yang sudah ada.
4.1.5. Strategi Pidi Project
Di tengah perkembangan industri broadcast dan entertainment di
Indonesia, Pidi Project siap bersaing dengan rumah produksi yang lain. Ide
kreatif yang dilahirkan harus memiliki karakteristik yang khas, berbeda
dan mempunyai image yang kuat, sehingga mampu menjadi brand bagi
pecinta dunia hiburan.
4.1.6. Motto Perusahaan
Dengan
motto
Creative
&
Entertainment,
Pidi
Project
mengedepankan sistem kerja kekeluargaan, bebas, santun dan interaktif.
4.1.7. Activity
Selain memproduksi program On Air di stasiun TV, Pidi Project
juga aktif membuat acara Off Air berupa Talk Show dan kegiatan religi
yang kerap dipenuhi undangan dari masyarakat atau instansi tertentu. Pidi
Project juga bergerak dalam kegiatan sosial dan olah raga di masyarakat.
35
4.1.8. Speciality
TV PROGRAM : Infotainment, Reality Show, Talk Show, Drama,
Variety Show dll.
TV Commercial
Idea & Creative
Equipment Rental
Editing Rental
Event Organizer
Documentary
4.1.9. Product
TV Magazine RAHASIA MALAM atau FATAMORGANA
Reality Show Religi TUJUH HARI MENUJU TAUBAT
Reality Show PENAMPAKAN
SitKom BAJAJ GAUL
TV Magazine HOT KULINER
TV Magazine TOP FIVE
TV Magazine ADRENALIN
TV Magazine ANEH TAPI ADA
Reality Show SELEB DE SITTER
Reality Show PACAR USIL
SitKom CAGUR NAIK BAJAJ
Reality Show MTV USIL
36
4.2.
Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei dan hasil penelitian diperoleh
melalui penyebaran kuesioner terhadap seluruh populasi yaitu 21 orang karyawan
(responden) Pidi Visual Project. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 14–
29 Juli 2008.
Berikut ini akan diuraikan hasil dan analisa data tentang Efektifitas
Komunikasi antara Pimpinan dengan Karyawan PT Pidi Visual Project.
4.2.1. Identitas Responden
Dalam penelitian ini, identitas responden perlu dijelaskan untuk
mengetahui kepada siapa penelitian ini dilakukan. Identitas responden itu
sendiri meliputi jenis kelamin, usia, status perkawinan, tingkat pendidikan,
dan lama bekerja.
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
n = 21
No.
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1.
Laki –laki
19
90.5 %
2.
Perempuan
2
9.5 %
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner A no. 1
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden yang
diteliti mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 19 orang
(90.5%) dan hanya 2 orang (9.5%) yang berjenis kelamin perempuan.
37
Mayoritas karyawan yang berjenis kelamin laki-laki menunjukkan bahwa
dalam
hal
perekrutan
karyawan,
Manajemen
Pidi
Project
turut
mempertimbangkan pekerjaan-pekerjaan yang kerap Tim Pidi Project lakukan;
pekerjaan seringkali memerlukan kondisi fisik yang kuat dan fit, pekerjaan juga
banyak berlangsung di luar kantor dengan jam kerja yang tidak tentu, kadang
sampai dini hari maupun sampai harus menginap. Laki-laki tentunya lebih
memiliki fleksibilitas dalam waktu bekerja di luar kantor dibandingkan dengan
perempuan.
38
Tabel 4.2
Usia Responden
n = 21
No.
Usia
1.
20 – 29 tahun
7
33.3 %
2.
30 – 39 tahun
12
57.2 %
3.
> 40 tahun
2
9.5 %
Jumlah
21
100 %
Frekuensi Persentase
Sumber : Kuesioner A no. 2
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden yang
diteliti terdapat 12 orang berusia 30 – 39 tahun dengan persentase 57.2%, 7 orang
berusia 20 – 29 tahun dengan persentase 33.3% dan 2 orang berusia lebih dari 40
tahun dengan persentase 9.5%.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berada pada
usia dewasa yang produktif yaitu usia 30 sampai 39 tahun. Pada usia tersebut,
seseorang sudah cukup matang dalam pengalaman hidup, berpikiran matang dan
sudah cukup memiliki pengalaman kerja di bidangnya masing-masing.
39
Tabel 4.3
Status Perkawinan Responden
n = 21
No.
Status Perkawinan
1.
Belum Menikah
10
47.6 %
2.
Menikah
11
52.4 %
Jumlah
21
100 %
Frekuensi Persentase
Sumber : Kuesioner A no. 3
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden yang
diteliti terdapat sebanyak 11 orang responden yang sudah menikah dengan
persentase 52.4% dan 10 orang responden belum menikah dengan persentase
47.6%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status perkawinan juga
berpengaruh pada tingkat kematangan dan kedewasaan seseorang, termasuk dalam
cara berpikir dan bertindak yang nantinya dapat mempengaruhi keefektifan
komunikasi.
40
Tabel 4.4
Tingkat Pendidikan Responden
n = 21
No.
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase
1.
SMU / sederajat
7
33.3 %
2.
Diploma
9
42.9 %
3.
S1
5
23.8 %
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner A no. 4
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden yang
diteliti terdapat 9 orang yang berpendidikan Diploma dengan persentase 42.9%,
yang berpendidikan SMU/sederajat ada 7 orang dengan persentase 33.3%, dan 5
orang responden dengan persentase 23.8% berpendidikan Strata-1 (S1).
Dengan lebih banyaknya responden yang berpendidikan Diploma,
diharapkan komunikasi yang terjadi berjalan secara efektif dan dua arah. Karena
tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap cara seseorang berkomunikasi,
sampai dengan cara mereka menghadapi suatu masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan.
41
Tabel 4.5
Lama Bekerja Responden
n = 21
No. Lama Bekerja Frekuensi Persentase
1.
< 1 tahun
3
14.3 %
2.
1 – 5 tahun
18
85.7 %
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner A no. 5
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh keterangan bahwa mayoritas dari 21
responden sudah bekerja selama 1 – 5 tahun sejak Pidi Project didirikan tahun
2006 yaitu sebanyak 18 orang dengan persentase 85.7% dan sisanya 3 orang
responden (14.3%) baru bekerja kurang dari satu tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden merupakan karyawan
yang loyal dan kerasan bekerja sejak Pidi Project didirikan. Sedangkan responden
dengan lama kerja kurang dari satu tahun, menunjukkan bahwa responden tersebut
merupakan karyawan yang baru bekerja di Pidi.
42
4.2.2 Efektifitas Komunikasi antara Pimpinan dengan Karyawan
Pidi Project
Efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi
Visual Project di dalam penelitian ini mengacu pada adaptasi DeVito yang
menyebutkan bahwa ada lima kualitas yang mempengaruhi efektifitas
komunikasi
interpersonal,
yaitu
keterbukaan
(openness),
empati
(empathy), kepositifan (positiveness), dukungan(supportiveness) dan
kesamaan (equality).
4.2.2.1
Keterbukaan (openness)
Tabel 4.6
Keterbukaan Adalah Sikap Saling Terbuka di antara Pelaku
Komunikasi dalam Melangsungkan Komunikasinya
n = 21
No.
Kategori Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
16
76.2 %
2.
Setuju
5
23.8 %
3.
Biasa Saja
0
0
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 1
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh keterangan bahwa mayoritas responden
sebanyak 76.2% menjawab sangat setuju dan 23.8% menjawab setuju. Hal ini
43
menunjukkan bahwa mereka semua setuju dan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengertian dari keterbukaan (openness), yaitu sikap saling terbuka di
antara pelaku komunikasi dalam melangsungkan komunikasinya.
Tabel 4.7
Ada Sikap Terbuka antara Atasan kepada Bawahannya
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
15
71.4 %
3.
Biasa Saja
6
28.6 %
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 2
Menurut tabel 4.7, dari 21 responden terdapat 71.4% responden yang
menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa antara pimpinan dan karyawan
terdapat suasana keterbukaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Sedangkan 28.6% responden yang menjawab biasa saja menunjukkan bahwa
terkadang keterbukaan itu tidak muncul, khususnya sikap terbuka dari pimpinan
kepada bawahannya.
44
Tabel 4.8
Ada Komunikasi Secara Tatap Muka antara Pimpinan dengan Karyawan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
10
47.6 %
2.
Setuju
11
52.4 %
3.
Biasa Saja
0
0
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 3
Tabel 4.8 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, diperoleh nilai
persentase 52.4% yang menyatakan sangat setuju dan 47.6% setuju. Hal ini berarti
bahwa komunikasi secara tatap muka sering dilancarkan di dalam komunikasi
sehari-hari. Dengan komunikasi secara tatap muka, pimpinan dapat mengetahui
secara terbuka apa yang dialami karyawan ketika sedang bekerja dan pimpinan
dapat secara langsung menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaa
tanpa ada yang disembunyikan.
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menyatakan biasa saja, tidak setuju atau sangat tidak setuju.
45
Tabel 4.9
Dengan Adanya Sikap Saling Terbuka antara Pimpinan dengan
Karyawannya akan Menciptakan Komunikasi yang Efektif
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
18
85.7 %
2.
Setuju
3
14.3 %
3.
Biasa Saja
0
0
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 4
Dari tabel 4.9 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, mayoritas
responden yaitu 85.7% menjawab sangat setuju dan 14.3% menjawab setuju. Hal
ini berarti bahwa sebagian besar karyawan menyadari bahwa keterbukaan itu
penting bagi terwujudnya komunikasi internal yang efektif.
Tabel 4.10 juga menyatakan bahwa tidak ada responden yang menjawab
biasa saja, tidak setuju apalagi sangat tidak setuju.
46
Empati (empathy)
4.2.2.2
Tabel 4.10
Empati adalah Kemampuan Seseorang untuk Memproyeksikan
Dirinya dalam Peran Orang Lain
n = 21
No.
Kategori Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
1
4.8 %
2.
Setuju
20
95.2 %
3.
Biasa Saja
0
0
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 5
Dari tabel 4.10 diperoleh keterangan bahwa sebagian besar dari 21
responden yaitu 95.2% menjawab setuju dan 1 responden (4.8%) menjawab
sangat setuju. Hal ini berarti bahwa semua karyawan memiliki pengertian yang
sama terhadap arti dati empati, yaitu berarti kemampuan seseorang untuk
memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain.
Tidak ada responden yang memilih jawaban biasa saja, tidak setuju
ataupun sangat tidak setuju.
47
Tabel 4.11
Organisasi atau Perusahaan Berempati Terhadap Responden
Ketika Ada Masalah dalam Pekerjaan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
10
47.6 %
3.
Biasa Saja
7
33.3 %
4.
Tidak Setuju
4
19.1 %
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 6
Dari data yang disajikan di tabel 4.11 diperoleh keterangan bahwa dari 21
responden, diperoleh nilai persentase tertinggi yaitu 47.6% yang menyatakan
setuju terhadap pernyataan bahwa perusahaan berempati ketika ada masalah
dalam pekerjaan, 33.3%nya menyatakan biasa saja dan 19.1% responden
menjawab tidak setuju. Hal ini berarti bahwa lebih dari setengah dari responden
atau karyawan menyatakan bahwa perusahaan kurang menunjukkan empatinya
kepada karyawan ketika ada masalah dengan pekerjaan.
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab sangat setuju dan sangat tidak setuju.
48
Tabel 4.12
Empati yang Diberikan Sesuai dengan Harapan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
8
38.1 %
3.
Biasa Saja
8
38.1 %
4.
Tidak Setuju
5
23.8 %
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 7
Dari data yang disajikan oleh tabel 4.12 diperoleh keterangan bahwa dari
21 responden, diperoleh nilai persentase yang sama antara responden yang
menjawab setuju dan biasa saja yaitu sebanyak 38.1% responden. Sedangkan
sisanya yaitu 23.8% responden memilih menjawab tidak setuju terhadap
pernyataan tentang kesesuaian empati dengan harapan responden.
Hal ini berarti bahwa sebagian besar karyawan menganggap perusahaan
kurang berempati kepada karyawannya. Ketika ada masalah dalam pekerjaan,
karyawan dituntut untuk memperbaikinya hingga selesai meski dengan
keterbatasan waktu, misal ketika materi tayangan harus diserahkan ke stasiun TV
keesokan harinya.
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab sangat setuju atau sangat tidak setuju.
49
Tabel 4.13
Organisasi atau Perusahaan Memberi Perhatian kepada
Responden Ketika ada Masalah dengan Pekerjaan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
8
38.1 %
3.
Biasa Saja
7
33.3 %
4.
Tidak Setuju
6
28.6 %
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 8
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 21 responden, terdapat 38.1%
menjawab setuju, 33.3% menjawab biasa saja dan 28.6% tidak setuju. Keterangan
di atas menyatakan bahwa perusahaan perlu memberi perhatian lebih kepada para
karyawan terutama ketika ada masalah pekerjaan. Perhatian yang diberikan
pimpinan tidak sesuai dengan harapan responden. Kadang responden mendapat
teguran yang tidak sepantasnya, malah ada yang sampai menangis.
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab sangat setuju maupun sangat tidak setuju.
50
Tabel 4.14
Organisasi atau Perusahaan Memberi Perhatian, Baik ketika
Ada Masalah Maupun ketika Tidak Ada Masalah
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
8
38.1 %
3.
Biasa Saja
8
38.1 %
4.
Tidak Setuju
5
23.8 %
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 9
Dari data yang disajikan di tabel 4.14 diperoleh keterangan bahwa dari 21
responden terdapat nilai persentase sama yaitu 38.1% antara responden yang
menjawab setuju dan biasa saja terhadap pernyataan bahwa perusahaan memberi
perhatian kepada responden, baik ketika ada masalah maupun ketika tidak ada
masalah dengan pekerjaan. Sedangkan sebanyak 23.8% menjawab tidak setuju
terhadap pernyataan tersebut di atas. Hal ini berarti bahwa perusahaan kurang
perhatian terhadap karyawannya baik ketika ada masalah ataupun tidak. Padahal
dengan sedikit perhatian yang baik dan mendukung dapat meningkatkan kinerja
karyawan karena mereka merasa dihargai dan diperhatikan.
Dengan demikian diperoleh keterangan bahwa tidak ada responden yang
memilih jawaban sangat setuju dan sangat tidak setuju.
51
4.2.2.3
Kepositifan (positiveness)
Tabel 4.15
Organisasi atau Perusahaan Bersikap Positif Terhadap Responden
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
17
80.9 %
3.
Biasa Saja
4
19.1 %
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 10
Dari keterangan yang diperoleh di tabel 4.15 terdapat sebanyak 80.9% dari
21 responden yang menjawab setuju dan 19.1% lainnya menjawab biasa saja. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup bersikap positif terhadap para
karyawannya, hanya sebagian kecil yang menganggap perusahaan kurang
memberi dukungan yang positif yang sifatnya membangun
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
52
Tabel 4.16
Responden Juga Bersikap Positif Terhadap
Organisasi atau Perusahaan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
5
23.8 %
2.
Setuju
16
76.2 %
3.
Biasa Saja
0
0
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 11
Dari tabel 4.16 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden, terdapat
sebanyak 76.2% responden yang menjawab setuju dan 23.8% menjawab sangat
setuju. Hal ini menyatakan bahwa responden atau karyawan menunjukkan sikap
yang positif dan tidak berprasangka buruk terhadap perusahaan..
Dari tabel ini juga diperoleh keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab biasa saja, tidak setuju apalagi sangat tidak setuju.
53
Tabel 4.17
Ada Dorongan Positif dalam Bentuk Pujian yang
Diberikan Pimpinan Kepada Karyawan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
19
90.5 %
3.
Biasa Saja
2
9.5 %
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 12
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 21 responden, mayoritas responden
yaitu dengan persentase 90.5% menjawab setuju dan sisanya yaitu 9.5%
menjawab biasa saja. Hasil ini mendukung pernyataan bahwa pimpinan suka
memberi doroongan positif berupa pujian kepada karyawan dan hanya sebagian
kecil responden yang kurang setuju dengan pernyataan tersebut di atas. Dorongan
positif akan mendukung citra pribadi dan membuat karyawan merasa lebih baik .
Dengan demikian tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, tidak
setuju ataupun sangat tidak setuju.
54
Tabel 4.18
Ada Dorongan Positif dalam Bentuk Penghargaan yang
Diberikan Pimpinan Kepada Karyawan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
16
76.2 %
3.
Biasa Saja
5
23.8 %
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 13
Dari data yang disajikan oleh tabel 4.18 diperoleh keterangan bahwa dari
21 responden, diperoleh nilai persentase tertinggi pada jawaban setuju yaitu
sebanyak 76.2% dan 23.8% menjawab biasa saja. Hal ini berarti bahwa ada
dorongan positif berupa penghargaan yang diberikan pimpinan kepada
karyawannya, yaitu berupa bonus per enam bulan dan makan-makan bersama di
luar kantor ketika rating program Pidi mencapai rating satu.
Dengan demikian tidak ada responden yang menjawab sangat setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
55
4.2.2.4
Dukungan (supportiveness)
Tabel 4.19
Ada Dukungan yang Diberikan Pimpinan kepada Karyawan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
5
23.8 %
2.
Setuju
13
61.9 %
3.
Biasa Saja
3
14.3 %
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 14
Dari data yang disajikan di tabel 4.19 diperoleh keterangan bahwa dari
21 responden, diperoleh nilai persentase tertinggi yaitu sebanyak 61.9% yang
menyatakan setuju bahwa ada dukungan yang diberikan pimpinan kepada
karyawannya, 23.8% menjawab sangat setuju dan 14.3% menjawab biasa saja.
Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan cukup memberikan dukungan yang positif
tapi kurang maksimal.
Dari tabel ini juga diperoleh keterangan bahwa tidak ada responden
yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.
56
Tabel 4.20
Karyawan Juga Memberi Dukungan yang positif Kepada Pimpinan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
9
42.9 %
2.
Setuju
10
47.6 %
3.
Biasa Saja
2
9.5 %
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 15
Berdasarkan tabel 4.20 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden,
47.6% menjawab setuju dengan pernyataan bahwa karyawan juga menunjukkan
sikap mendukung terhadap pimpinan, missal dalam penentuan kebijakan baru,
42.9% responden menjawab sangat setuju dan hanya 9.5% responden menjawab
biasa saja, karena mereka tidak setuju dengan kebijakan atau peraturan baru yang
dikeluarkan pimpinan, misal ketika jam masuk kerja dimajukan satu jam menjadi
pukul 09.00 pagi, karena hal ini dinilai memberatkan karyawan khususnya yang
rumahnya jauh dari kantor.
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.
57
Kesamaan (equality)
4.2.2.5
Tabel 4.21
Kesamaan atau Equality adalah Unsur Kesamaan yang Dimiliki
Pihak–Pihak yang Berkomunikasi
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
21
100 %
3.
Biasa Saja
0
0
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 16
Menurut tabel 4.21 ternyata diperoleh keterangan bahwa dari 21
responden, semua responden yaitu 100% menjawab setuju. Hal ini berarti bahwa
semua karyawan memiliki pemahaman yang sama akan pengertian dari kesamaan
atau
equality
berkomunikasi.
yaitu
unsur
kesamaan
yang
dimiliki
pihak-pihak
yang
58
Tabel 4.22
Adanya Unsur Kesamaan Bahasa antara Pihak–Pihak
yang Berkomunikasi di dalam Perusahaan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
16
76.2 %
3.
Biasa Saja
5
23.8 %
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 17
Menurut tabel 4.22 diperoleh keterangan bahwa sebagian besar dari 21
responden yaitu sebanyak 76.2% responden memilih jawaban setuju dan 23.8%
memilih biasa saja. Sebagian besar karyawan berkomunikasi menggunakan
bahasa indonesia yang baik dengan benar ketika dalam situasi formal, tapi
terkadang bahasa daerah masih digunakan dalam percakapan sehari-hari, sesuai
daerah asalnya masing-masing, seperti bahasa Sunda dan Jawa.
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pernyataan di atas
berarti bahwa sebagian besar responden setuju bahwa terdapat kesamaan bahasa
antara anggota organisasi atau perusahaan.
59
Tabel 4.23
Sering Terjadi Kesalahpahaman dalam Menyampaikan Informasi
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
0
0
3.
Biasa Saja
3
14.3 %
4.
Tidak Setuju
13
61.9 %
5.
Sangat Tidak Setuju
5
23.8 %
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 18
Berdasarkan tabel 4.23 diperoleh keterangan bahwa dari 21 responden,
sebagian besar responden yaitu 61.9% menjawab tidak setuju, 23.8% menjawab
sangat tidak setuju dan 14.3% responden menjawab biasa saja. Hal ini berarti
bahwa konflik atau kesalahpahaman jarang terjadi di internal perusahaan.
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab sangat setuju dan setuju. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
responden menyatakan bahwa di dalam perusahaan jarang dan hampir tidak
pernah terjadi kesalahpahaman dalam penyampaian infomasi.
60
Tabel 4.24
Sering Terjadi Kesalahpahaman Karena Perbedaan Bahasa
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
0
0
3.
Biasa Saja
0
0
4.
Tidak Setuju
18
85.7 %
5.
Sangat Tidak Setuju
3
14.3 %
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 19
Dari data yang disajikan di tabel 4.24 diperoleh keterangan bahwa
sebagian besar dari 21 responden yaitu sebanyak 85.7% menjawab tidak setuju
dan sisanya 14.3% menjawab sangat tidak setuju terhadap pernyataan bahwa
sering terjadi kesalahpahaman karena perbedaan bahasa. Hal ini berarti bahwa
tidak pernah terjadi kesalahpahaman karena perbedaan bahasa.
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab sangat setuju, setuju dan biasa saja.
61
Tabel 4.25
Ada Kesamaan Latar Belakang Budaya antara Anggota
Organisasi atau Perusahaan
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
8
38.1 %
3.
Biasa Saja
13
61.9 %
4.
Tidak Setuju
0
0
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 20
Menurut tabel 4.25 diperoleh keterangan bahwa sebanyak 61.9% dari 21
responden menjawab biasa saja dan 38.1% menjawab setuju terhadap pernyataan
bahwa ada kesamaan latar belakang budaya antara anggota organisasi atau
perusahaan. Hal ini berarti bahwa ada keanekaragaman latar belakang budaya
antara responden, antara lain ada orang Sunda, orang Jawa, orang Betawi, orang
Sumatera sampai orang Bali.
Dari tabel ini juga didapat keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
62
Tabel 4.26
Sering Terjadi Kesalahpahaman karena Perbedaan
Latar Belakang Budaya
n = 21
No.
Kategori Jawaban
frekuensi
Persentase
1.
Sangat Setuju
0
0
2.
Setuju
0
0
3.
Biasa Saja
2
9.5 %
4.
Tidak Setuju
19
90.5 %
5.
Sangat Tidak Setuju
0
0
Jumlah
21
100 %
Sumber : Kuesioner B no. 21
Dari data yang disajikan di tabel 4.26 diperoleh keterangan bahwa dari 21
responden terdapat mayoritas responden yang menjawab tidak setuju yaitu
sebanyak 90.5% dan sisanya 9.5% menjawab biasa saja. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak benar kalau sering terjadi
kesalahpahaman karena perbedaan latar belakang budaya. Hanya sebagian kecil
yang menyatakan biasa saja, karena perbedaan latar belakang budaya akan
membentuk karakter seseorang jadi berbeda-beda pula. Tapi perbedaan ini tidak
sampai membuat konflik atau kesalahpahaman.
Dari tabel ini juga diperoleh keterangan bahwa tidak ada responden yang
menjawab sangat setuju, setuju dan sangat tidak setuju.
63
Kemudian, untuk mengetahui secara keseluruhan nilai atau score rata–rata
per variabel dapat dihitung dengan rumus Weight Mean Score yang dapat dilihat
pada tabel 4.27 berikut ini :
Tabel 4.27
Skor Rata-Rata Efektifitas Komunikasi antara Pimpinan dengan
Karyawan PT Pidi Visual Project
n = 21
No.
Efektifitas Komunikasi Internal
5
4
3
2
1
%
Keterbukaan adalah sikap saling 16
5
0
0
0
95.2 %
0
15
6
0
0
74.3 %
10
11
0
0
0
89.5 %
18
3
0
0
0
97.1 %
1
20
0
0
0
80.9 %
0
10
7
4
0
65.7 %
0
8
8
5
0
62.8 %
Keterbukaan (openness)
1
terbuka
di
antara
pelaku
komunikasi
2
Ada sikap saling terbuka antara
pimpinan dengan karyawan
3
Ada
komunikasi
tatap
muka
antara pimpinan dengan karyawan
4
Dengan
adanya
terbuka
akan
sikap
saling
menciptakan
komunikasi yang efektif
Empati (empathy)
5
Empati
adalah
kemampuan
seseorang untuk memproyeksikan
dirinya dalam peran orang lain
6
Perusahaan
berempati
dengan
anda ketika ada masalah dalam
pekerjaan
7
Empati yang diberikan sesuai
64
dengan harapan responden
8
Perusahaan
0
8
7
6
0
61.9 %
0
8
8
5
0
62.8 %
positif
0
17
4
0
0
76.2 %
Responden juga bersikap positif
5
16
0
0
0
84.8 %
0
19
2
0
0
78.1 %
2
5
14
0
0
68.6 %
5
13
3
0
0
81.9 %
9
10
2
0
0
86.7 %
0
21
0
0
0
80 %
0
16
5
0
0
75.2 %
0
0
3
13
5
38.1 %
ketika
memberi
ada
perhatian
masalah
dalam
pekerjaan
9
Perusahaan
memberi
perhatian
baik ketika ada masalah maupun
ketika tidak ada masalah
Kepositifan (positiveness)
10
Perusahaan
bersikap
terhadap responden
11
terhadap perusahaan
12
Responden
bersikap
positif
terhadap rekan kerja di divisi atau
level yang sama
13
Responden
bersikap
positif
terhadap bawahan
Dukungan (supportiveness)
14
Ada dukungan yang diberikan
pimpinan kepada karyawan
15
Karyawan
juga
memberikan
dukungan yang positif kepada
pimpinan
Kesamaan (equality)
16
Kesamaan yaitu adanya unsur
kesamaan yang dimiliki pihak
yang berkomunikasi
17
Adanya kesamaan bahasa antara
anggota organisasi/perusahaan
18
Sering
terjadi
kesalahpahaman
65
dalam menyampaikan informasi
pada atasan/rekan kerja/bawahan
19
Sering
terjadi
kesalahpahaman
0
0
0
18
3
37.1 %
0
8
13
0
0
67.6 %
0
0
2
19
0
41.9 %
karena perbedaan bahasa
20
Ada kesamaan latar belakang
budaya
antara
anggota
organisasi/perusahaan
21
Sering
terjadi
kesalahpahaman
karena perbedaan latar belakang
budaya
Sumber : kuesioner B no 1 s/d 24
Rata-rata
= 1506.4 % = 71.7 %
21
Berdasarkan tabel 4.27 dapat dilihat jawaban secara akumulatif dari 21
responden dengan 21 pernyataan tentang Efektifitas Komunikasi antara Pimpinan
dengan Karyawan PT Pidi Visual Project adalah 1506.4 %, kemudian dibagi 21
pernyataan sehingga mendapatkan hasil score rata-rata71.7 %.
Untuk menafsirkan range Efektifitas Komunikasi dapat berpedoman pada :
Sangat Efektif
80 % - 100 %
Efektif
70 % - 79 %
Biasa Saja
60 % - 69 %
Kurang Efektif
50 % - 59 %
Sangat Tidak Efektif
< 50 %
Dari akumulatif jawaban responden diperoleh score rata-rata :
1506.4 = 71.7 %
21
66
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Komunikasi Internal Karyawan di
PT Pidi Visual Project termasuk dalam range efektif.
4.3
Pembahasan
Komunikasi merupakan kebutuhan kodrati tiap manusia baik sebagai
makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Lewat komunikasi, manusia
dapat menyampaikan isi hati, pikiran, sikap maupun informasi kepada orang lain.
Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Komunikasi akan berhasil dan efektif apabila pikiran disampaikan dengan
menggunakan perasaan yang disadari.
Komunikasi yang efektif mempunyai peranan yang amat penting dalam
suatu organisasi atau perusahaan demi tercapainya tujuan. Komunikasi yang
terjadi di dalam organisasi adalah komunikasi internal. Fungsi komunikasi
internal itu sendiri adalah penyampaian informasi yang diharapkan dapat
menciptakan saling pemahaman (mutual understanding) dan kerjasama antara
anggota organisasi atau perusahaan. Atau dengan kata lain yaitu untuk
mempererat hubungan antara atasan dengan bawahan, antar sesama karyawan
maupun dengan semua yang terlibat dalam publik internal.
Karyawan memiliki kebutuhan informasi dan keinginan untuk mengetahui
tugas-tugasnya dan mengerti seluruh tujuan dan strategi perusahaan. Keterbukaan
dan kejujuran harus dibangun oleh pimpinan dan harus diterima oleh setiap
bawahan. Komunikasi dari manajemen-karyawan, karyawan ke manajeman harus
67
dibangun atas dasar kepercayaan untuk membangun semangat kerja demi
kemajuan perusahaan. Organisasi harus selalu memberikan informasi tentang
program-program perusahaan, masalah yang dihadapi perusahaan, perubahan
yang dilakukan beserta alasannya atau segala hal yang menarik minat karyawan.
Untuk mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi antara pimpinan
dengan karyawan PT Pidi Visual Project, dapat dilihat melalui data hasil
penyebaran kuesioner kepada karyawan (responden) Pidi Project berdasarkan
indikator yang mempengaruhi efektifitas komunikasi interpersonal menurut
Joseph DeVito, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), kepositifan
(positiveness), dukungan (supportiveness) dan kesamaan (equality)..
Berdasarkan identitas responden, mayoritas responden berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 90.5%. Hal ini membuktikan bahwa sebuah perusahaan
rumah produksi seperti Pidi Project didukung oleh mayoritas karyawan laki-laki
karena mengingat pekerjaan yang lebih banyak berlokasi di luar kantor dengan
waktu yang tidak tentu kadang sampai dini hari, tentunya akan memerlukan
kondisi fisik yang prima dengan fleksibilitas waktu yang baik. Hal ini tidak
menutup kemungkinan bahwa karyawan perempuan juga pantas untuk
diperhitungkan seperti halnya karyawan pria.
Mengenai usia, status perkawinan dan lama bekerja responden, diperoleh
hasil bahwa mayoritas responden berada pada usia produktif yaitu 30-39 tahun.
Kemudian sebanyak 52.4% responden sudah menikah dan mayoritas responden
sudah bekerja sejak Pidi Project didirikan pada tahun 2006 yaitu sebanyak 85.7%.
Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah relatif matang dalam usia maupun
68
pengalaman kerja dan dapat dikatakan pula bahwa responden relatif loyal dan
kerasan bekerja di Pidi Project.
Untuk mencapai kualitas komunikasi yang efektif, ada lima faktor yang
mempengaruhinya yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), kepositifan
(positiveness), dukungan (supportiveness) dan kesamaan (equality).
Keterbukaan dan kepercayaan diperlukan dalam membangun kerjasama dan
bersinergi dengan orang lain. Karena tanpa keterbukaan akan menimbulkan sikap
saling curiga yang dapat menurunkan semangat dan antusiasme dalam kelompok
atau tim kita dalam suatu perusahaan. Keterbukaan juga berarti bahwa pimpinan
bersedia menerima kritikan dan saran dari karyawan.
Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas responden yaitu sebanyak
95.2% memiliki pemahaman yang sama akan pengetian dari keterbukaan
(openness) yaitu sikap saling terbuka di antara pelaku komunikasi dalam
melangsungkan komunikasinya. Mayoritas dari responden setuju bahwa dengan
adanya sikap saling terbuka akan menciptakan komunikasi yang efektif.
Dari hasil penelitian dengan rata-rata 74.3% sampai 97.1%, diperoleh
keterangan bahwa di dalam perusahaan terdapat sikap saling terbuka (tidak ada
yang ditutupi atau disembunyikan) dan sering terjadi komunikasi tatap muka
antara pimpinan dengan karyawan.
Komunikasi yang efektif perlu didukung oleh sikap empati dari pihak-pihak
yang berkomunikasi. Pemberian empati dan perhatian merupakan salah satu
wujud nyata dari kegiatan komunikasi internal dalam upaya pendekatan
komunikasi pada para karyawan. Rata-rata responden yaitu 80.9% memiliki
69
pemahaman yang sama akan pengertian dari empati, yaitu kemampuan seseorang
untuk memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain.
Komunikasi yang efektif perlu didukung oleh sikap empati dari pihak-pihak
yang berkomunikasi. Rasa empati akan membuat kita dapat berkomunikasi
dengan cara dan sikap yang mudah untuk diterima lawan bicara kita. Rasa empati
akan menimbulkan respek atau penghargaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun teamwork. Kondisi empati dapat terwujud bila pimpinan bersedia
memberi perhatian pada karyawan dan dapat mengetahui apa yang dialami
karyawan yang berkaitan dengan masalah pekerjaan. Pidi Project berempati dan
cukup memberikan perhatian kepada responden baik ketika ada masalah ataupun
tidak ada masalah dalam pekerjaan. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata
61.9% sampai 65.7%.
Kemudian tentang kepositifan, yaitu sikap positif terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain. Dorongan positif dapat berupa pujian atau
penghargaan. Ditunjukkan dengan skor rata-rata 76.2% sampai 84.8% responden
yang menyatakan setuju bahwa di antara organisasi dan responden terdapat sikap
positif atau dorongan yang positif antara pimpinan dengan karyawan. Berikutnya
tentang dukungan atau supportiveness yaitu sikap pelaku komunikasi yang
mendukung terjadinya komunikasi tersebut.. Suportif merupakan sikap yang
mengurangi sikap defensif. Karena orang yang defensif akan lebih melindungi diri
dari ancaman daripada untuk memahami komunikasi itu sendiri. Dari hasil
penelitian diperoleh skor rata-rata 81.9% sampai 86.7% yang menyatakan bahwa
70
di dalam perusahaan terdapat sikap saling mendukung antara pimpinan dan
karyawan.
Istilah komunikasi bersumber dari kata communis yang berarti sama makna.
Komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dibicarakan. Kesamaan bahasa maupun kesamaan latar belakang budaya belum
tentu menimbulkan kesamaan makna, tapi kesamaan tersebut paling tidak dapat
membuat percakapan lebih komunikatif. Kesamaan adalah adanya unsur-unsur
kesamaan yang dimiliki pihak-pihak yang berkomunikasi. Adanya kesamaan
bahasa dan latar belakang ditunjukkan dengan rata-rata 67.6% sampai 75.2%.
Adanya sedikit perbedaan jangan sampai menjadikan kita tidak bisa
berkomunikasi satu sama lain. Seharusnya kita secara bersama-sama mencari
persamaan yang dapat membuat komunikasi menjadi lebih efektif. Karena
sesungguhnya komunikasi internal akan lebih efektif bila suasananya setara
dimana ada pengakuan bahwa kedua belah pihak sama bernilai atau sama
berharganya.
Berdasarkan jawaban responden secara keseluruhan, diperoleh persentase
1506.4% dibagi 21 pernyataan didapatkan skor rata-rata 71.7%. Hal ini berarti
bahwa range efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi
Visual Project masuk dalam kategori efektif
Setelah dibahas satu persatu yang menjadi indikator dalam penelitian ini,
diharapkan situasi atau keadaan komunikasi yang efektif ini dapat terjadi dan terus
dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan di dalam komunikasi internal
perusahaan, khususnya upward communication.
71
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan mengenai efektifitas
komunikasi antara pimpinan dengan karyawan PT Pidi Visual Project, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Komunikasi antara pimpinan dengan karyawan di Pidi Project secara
keseluruhan dinilai efektif dengan skor rata-rata 71.7%. Komunikasi
antar pimpinan dan karyawan dinilai efektif dari segi keterbukaan
(openness) yaitu dengan tumbuhnya suasana keterbukaan komunikasi
antara atasan, bawahan dan rekan kerja.
2. Komunikasi berempati (empathy) dinilai biasa saja dengan kurangnya
empati dan perhatian yang diberikan pimpinan kepada karyawan.
3. Kepositifan (positiveness) dinilai efektif dengan adanya sikap dan
dorongan positif berupa pujian dan penghargaan yang diberikan
pimpinan kepada para karyawan.
4. Dari segi dukungan (supportiveness) dinilai efektif dengan adanya sikap
saling mendukung pimpinan dengan karyawan.
5. Sedangkan dari segi kesamaan (equality) dinilai efektif dengan adanya
kesamaan bahasa dan latar belakang budaya.
Komunikasi yang efektif dan kondusif antara pimpinan dan karyawan
akan menghasilkan kepuasan, produktivitas dan tercapainya tujuan perusahaan.
71
72
5.2
Saran
Setelah menganalisa dan menyimpulkan, maka dapat dikemukakan saran-
saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi pimpinan, manajemen dan karyawan
Pidi Project. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pimpinan perusahaan harus membuka jalan dan memfasilitasi terhadap
keikutsertaan karyawan dalam operasional perusahaan karena dengan
dukungan tersebut akan mengarahkan karyawan dalam memaksimalkan
potensi yang dimiliki. Sikap dukungan yang positif dapat terwujud
dalam perusahaan jika pimpinan menghargai ide atau pendapat
karyawan.
2. Pimpinan perusahaan harus dapat memfasilitasi kondisi munculnya
keterbukaan dengan berinteraksi secara jujur karena keterbukaan
mengisyaratkan bahwa pimpinan bersedia menerima kritikan maupun
saran yang disampaikan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrahman, Oemi. Dasar-dasar Public Relations. Citra Aditya Bakti, Bandung:
1990.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi
V. Rineka Cipta. Jakarta: 1993.
Bonar, S. K. Hubungan Masyarakat Modern. Rineka Cipta. Jakarta: 1993.
Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kuantitatif. Kencana. Jakarta: 2005.
Coulson-Thomas, Coulin. Public Relations Pedoman Praktis Untuk PR. Bumi
Aksara. Jakarta: 1996.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja
Rosdakarya. Bandung: 1990.
______________________. Humas
Rosdakarya. Bandung: 1999.
Suatu
Studi
Komunikologis.
Remaja
Hardjana, Andre. Audit Komunikasi. Grasindo. Jakarta: 1992.
Jefkins, Frank. Public Relations. Erlangga. Jakarta: 1992.
Kartono, Kartini. Pengantar Metodologi : Riset Sosial. Mandor Maju. Bandung:
1996.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta: 2004.
Paryono, Petrus. Mengelola Data Statistik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta: 1984.
Pass, Christopher and Bryan Iowes. Kamus Lengkap Bisnis Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta: 1997.
Rachmadi, F. Public Relations Dalam Teori dan Praktek. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta: 1994.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung: 2000.
Rangkunti, Fredy. Teknik Mengukur dan Strategi.Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta: 2003.
Rejeki, MC Ninik Sri dan F. Anita Herawati. Dasar-Dasar KomunikasiUntuk
Penyuluhan. Penerbitan Universitas Atma Jaya. Jakarta: 1999.
Ruslan, Rosady. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan
Aplikasinya). Raja Grafindo Persada, Jakarta: 1992.
Sendjaja, Djuarsa. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta: 1998.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. LP3S. Jakarta:
1987.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Remaja Rosdakarya. Bandung:
1995.
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung: 2004.
_______, Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung: 2004.
Suminar, Yenny Ratna, et. al. Komunikasi Organisasional. Universitas Terbuka,
Jakarta: 2004.
Umar, Husein. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta: 2002.
W. W., Nurprapti et al. Buku Panduan Skripsi. Fikom Universitas Mercu Buana.
Jakarta: 2004.
Lain-lain
Wahyu Utami, Indah. Tidak Malu Bertobat di Lativi. Cek & Ricek. Jakarta: 07-13
Maret 2007.
Company Profile PT Pidi Visual Project. Jakarta: 2007.
Universitas Multimedia Nusantara. Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan
Kerja dalam Organisasi. Unimedia.ac.id/page.php. 2008.
CURRICULLUM VITAE
PERSONAL DATA
Name
: Irama Dhamayanti
Birth Place
: Jakarta
Birth Date
: October 23, 1981
Religion
: Moslem
Marital Status : Married
Address
: Komplek Minagapura A-4 No 6
Joglo, Kembangan, Jakarta Barat 11640
Email
: [email protected] / [email protected]
Phone Number : 0816 88 57 11 / 021 920 456 55
FORMAL EDUCATION
1987 – 1993
SDN 01 PAGI Kebon Jeruk, Jakarta Barat
1993 – 1996
SMPN 75 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
1996 – 1999
SMUN 112 Pesanggrahan, Jakarta Barat
2001 – 2008
Public Relations, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas
Mercu Buana
NON-FORMAL EDUCATION
1995 – 1998
General English in LIA, Kampus Universitas Mercu Buana,
Jakarta
Basic to Certificate in Advanced English Level
1999 – 2000
PR Intensive Course 6 Months, School of Public Relations
Interstudi, Sahid Jaya Hotel, Jakarta
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
PENELITIAN TENTANG EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL
KARYAWAN DI PT PIDI VISUAL PROJECT JAKARTA
Keterangan :
1. Kuesioner ini dimaksudkan untuk mengetahui apa yang benar dan yang
salah ataupun sebaliknya, maka dalam pengisiannya diharapkan menurut
kenyataan yang sebenarnya (apa adanya).
2. Pengisian
Kuesioner
ini
tidak
berpengaruh
terhadap
karir
Bapak/Ibu/Saudara di masa yang akan datang karena semata-mata hanya
untuk kepentingan ilmiah dan penelitian di lingkungan terbatas.
3. Kerahasiaan kuesioner ini dijamin sepenuhnya. Oleh karena itu
Bapak/Ibu/Saudara tidak perlu mencantumkan nama.
4. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner ini berhubungan
dengan kegiatan yang relatif rutin dilakukan Bapak/Ibu/Saudara.
5. Cara Pengisian : Bapak/Ibu/Saudara dipersilahkan memilih salah satu
jawaban
yang
dianggap
paling
sesuai
atau
tepat
menurut
Bapak/Ibu/Saudara dengan membuat tanda silang (x) pada tempat yang
telah disediakan.
6. Alternatif jawaban yang tersedia dengan lima skala sebagai berikut :
5
=
Sangat Setuju
4
=
Setuju
3
=
Biasa Saja
2
=
Tidak Setuju
1
=
Sangat Tidak Setuju
6. Pengisian kuesioner dengan lengkap dan dikembalikan secepatnya akan
sangat membantu dan memberikan kontribusi dalam penelitian ini.
KUESIONER DATA RESPONDEN
Tanggal
:
Nomor responden
:
A. IDENTITAS RESPONDEN
1) Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
2) Usia
a. 20-29 tahun
b. 30-39 tahun
c. > 40 tahun
3) Status Perkawinan
a. Belum Menikah
b. Menikah
4) Tingkat Pendidikan
a. SMA / Sederajat
b. Diploma
c. S1
5) Lama Bekerja
a. < 1 tahun
b. 1-5 tahun
B. EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERNAL
Keterbukaan (Openness)
1. Keterbukaan adalah sikap saling terbuka di antara pelaku komunikasi
dalam melangsungkan komunikasinya.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
2. Ada sikap saling terbuka antara pimpinan dengan karyawannya.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
3. Ada komunikasi secara tatap muka antara pimpinan dengan karyawannya .
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
4. Dengan adanya sikap saling terbuka antara atasankaryawan dan antara
pimpinan dengan karyawan akan menciptakan komunikasi yang efektif.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
Empati (Empathy)
5. Empati adalah kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya
dalam peran orang lain.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
6. Organisasi atau perusahaan berempati dengan anda ketika ada masalah
dalam pekerjaan.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
7. Empati yang diberikan sesuai dengan harapan anda.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
8. Organisasi atau perusahaan memberikan perhatian kepada anda ketika ada
masalah dengan pekerjaan.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
9. Organisasi atau perusahaan memberikan perhatian kepada anda baik ketika
ada masalah atau ketika tidak ada masalah.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
Kepositifan (Positiveness)
10. Organisasi atau perusahaan bersikap positif terhadap anda.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
11. Anda juga bersikap positif terhadap organisasi atau perusahaan.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
12. Ada dorongan positif berupa pujian yang diberikan pimpinan kepada
karyawan.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
13. Ada dorongan positif berupa penghargaan yang diberikan pimpinan
kepada karyawan.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
Dukungan (Supportiveness)
14. Ada dukungan yang diberikan pimpinan kepada karyawannya.
a. Setuju Setuju
b. Setuju
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
15. Karyawan juga memberikan dukungan kepada pimpinan .
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
Kesamaan (Equality)
16. Kesamaan yaitu adanya unsur kesamaan yang dimiliki pihak-pihak yang
berkomunikasi.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
17. Adanya kesamaan bahasa antara anggota organisasi atau perusahaan.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
18. Sering terjadi kesalahpahaman dalam menyampaikan informasi.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
19. Sering terjadi kesalahpahaman karena perbedaan bahasa.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
20. Ada kesamaan latar belakang budaya antara anggota organisasi atau
perusahaan.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
21. Sering terjadi kesalahpahaman karena perbedaan latar belakang budaya.
a. Setuju Setuju
d. Tidak Setuju
b. Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
c. Biasa Saja
- Terima Kasih -
Download