GAMBARAN UMUM AKUNTANSI & PELAPORAN KEUANGAN BLU (PMK 76/PMK.06/2008) DAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL (PP 71 TAHUN 2010) GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN BLU Dasar Hukum UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 68-69: BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan. Pembinaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri teknis yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan. Pembinaan keuangan BLU pemerintah daerah dilakukan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh satuan perangkat pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan. Dasar Hukum UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 68-69: • Rencana kerja dan anggaran (RKA), LK dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/Lembaga/pemerintah daerah. • Pendapatan dan belanja BLU dalam RKA tahunan dikonsolidasikan dalam RKA kementerian negara /lembaga/pemerintah daerah. • Pendapatan yang diperoleh BLU merupakan pendapatan negara/daerah. • Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLU yang bersangkutan. Pengertian • Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, yang pengelolaan keuangannya diselenggarakan sesuai dengan peraturan pemerintah terkait. (Sesuai dengan PP No. 23 tahun 2005) Kaidah Manajemen Keuangan Negara • ORIENTASI PADA HASIL (Performance Based) • PROFESIONALITAS (Let the Managers Manage) • AKUNTABILITAS & TRANSPARANSI (Accountability & Transparency) Jenis BLU • BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain; • BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi otorita pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan • BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola dana bergulir, dana UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai. Mengapa BLU • Peningkatan Pelayanan Publik dengan mewiraswastakan Pemerintah UU 17/2003 • Unit pemerintah yang tugas pokok memberikan pelayanan dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksible UU 1/2004 • Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dengan penerapan praktek bisnis yang sehat • Pengamanan Aset Negara yang dikelola. Tujuan BLU Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas Penerapan praktek bisnis yang sehat. Psl 2 PP 23/2005 Karakteristik BLU 1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang dipisahkan) 2. Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/ sebagian dijual kepada publik 3. Tidak bertujuan mencari keuntungan (laba) 4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas a la korporasi 5. Rencana kerja/anggaran dan pertanggung jawaban dikonsolidasikan pada instansi induk 6. Pendapatan & sumbangan dpt digunakan langsung 7. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Non-PNS 8. Bukan sebagai subyek pajak Persyaratan BLU • Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi utama yang berhubungan dengan: • menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum; • Mengelola wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau untuk layanan umum; dan/atau • Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat • Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat operasional yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public goods); • Dalam melakukan kegiatannya tidak mengutamakan pencarian keuntungan. Persyaratan substantif BLU, fungsi dasar pelayanan publik • kinerja pelayanan layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan menteri/pimpinan lembaga; • kinerja keuangan satker yang bersangkutan sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU. Persyaratan teknis BLU diatur oleh Kementerian/Lemb aga teknis • Persyaratan administratif digunakan oleh Kementerian Keuangan untuk menentukan suatu unit pemerintah dapat diberikan status Kandidat BLU atau BLU Penuh atau Bertahap. • pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat; • pola tata kelola; • rencana strategis bisnis ; • laporan keuangan pokok; • standar pelayanan minimum; dan • laporan audit terakhir (bila telah diaudit) atau membuat pernyataan bersedia diaudit secara independen. Persyaratan keuangan/administratif diatur oleh Menteri Keuangan Penetapan BLU Instansi/ calon BLU Menteri Teknis/ Pimpinan Lembaga Persyaratan substantif tidak Tidak diusulkan usulan usulan ya memenuhi Menteri Keuangan Usulkan BLU Teliti Persyaratan teknis tidak Tdk diusulkan ya Usulkan diteruskan penuh Teliti Persyaratan administrasi Penetapan BLU Penuh ya sebagian tidak Penetapan BLU bertahap Tdk disetujui Pencabutan BLU Perbandingan BLU & Satker lain Perbandingan BLU & BUMN URAIAN BLU (PP 23 th 2005) Satker Biasa BUMN (UU 19/2003) Anggaran Bagian dari RKA K/L RKA Bagian dari RKA K/L RBA Bukan merupakan RKA K/L Rencana Kerja Perusahaan Pelaksanaan Anggaran DiPA Penarikan dana dengan SPM Pendapatan disetor ke Kas Negara Tidak boleh mengelola kas Pengadaan brg/jasa keppres 80 Tidak boleh mengelola utang Penyerahan jasa/barang dengan kas Tidak boleh melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang DiPA Penarikan dana dengan SPM Pendapatan digunakan lgs Boleh mengelola kas Pengadaan brg/jasa dari pendapatan boleh tidak mengikuti Keppres 80 Boleh mengelola utang Penyerahan jasa/barang dengan kredit (piutang) Boleh melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang Pelaksanaan Anggaran sesuai dengan aturan perusahaan yang berpedoman pada praktek bisnis yang sehat Kinerja pelayanan kepada masyarakat Kinerja pelayanan kepada masyarakat Mengurangi tekanan APBN Bagian laba BUMN/dividen yang disetor ke pemerintah Kontribusi kepada Pemerintah • Remunerasi • Sesuai dengan sistem penggajian PNS • Berdasarkan tingkat tanggungjawab dan profesionalisme Berdasarkan tingkat tanggungjawab dan profesionalisme Perbandingan BLU & BUMN URAIAN BLU (PP 23 th 2005) Satker Biasa BUMN (UU 19/2003) Akuntansi dan Pertanggungjawaban Akuntansi sesuai Akuntansi sesuai Akuntansi sesuai dengan dengan SAP LK merupakan bagian LK kementerian/lembaga dengan SAK LK merupakan bagian LK kementerian/lembaga SAK LK merupakan bukan bagian LK kementerian/lembaga Pembinaan • Pembina Teknis • Menteri/Pimpinan Lembaga ybs adalah Menteri/ Pimpinan Lembaga ybs Pembina Keuangan adalah Menteri Keuangan Pengawasan/ Pemeriksaan Pengawas internal (APIP) Pengawas eksternal (BPK) Standar Akuntansi SAP SAK konversi SAP SPI APIP Pengawas eksternal Dewas untuk Konsolidasi Pembina adalah Menteri Negara BUMN SPI Pengawas eksternal Dewan Komisaris • SAK Perencanaan dan Anggaran BLU membuat rencana bisnis lima tahunan mengacu ke Renstra KL/ RPJMD BLU menyusun RBA tiap tahun berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disertai dengan standar pelayanan minimum dan biaya dari output yang dihasilkan. RBA BLU merupakan bagian dari RKA KL/RKA SKPD Dokumen Pelaksanaan dan Anggaran RBA yang disetujui sebagai dasar untuk membuat dokumen pelaksanaan anggaran. Dokumen pelaksanaan anggaran disahkan oleh Menteri Keuangan/pejabat pengelolaan keuangan daerah Dokumen pelaksanaan anggaran merupakan lampiran dari perjanjian kerja antara pimpinan BLU dengan kementerian/kepala daerah Dokumen pelaksanaan anggaran menjadi dasar penarikan dana dari APBN/APBD Sumber Pendapatan Penarikan dana dgn SPM Alokasi APBN Imbalan Jasa BLU PNBP K/L Hasil Kerjasama Dgn Pihak Lain Hibah Terikat Dapat dikelola langsung sesuai RAB Sesuai persyaratan pemberi hibah Belanja Pengelolaan belanja fleksibel sesuai dengan ambang batas yang ditetapkan dalam RBA Jika melampaui ambang batas hrs mendapat persetujuan Menkeu/kepala daerah Jika terjadi kekurangan anggaran, dapat diajukan ke Menkeu/kepala daerah Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa di kementerian/lembaga/pemerintah daerah Pengelolaan Kas Investasi Pengelolaan kas berdasarkan praktek bisinis yang sehat Penarikan dana APBN dengan SPM Rekening bank BLU dibuka di bank umum oleh pimpinan BLU BLU dapat melakukan investasi jangka pendek dalam rangka cash management. BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang kecuali atas ijin Menkeu/ kepala daerah. Keuntungan dari investasi pendapatan BLU. Pengeloaan Piutang dan Utang • BLU dapat memberikan piutang terkait dengan kegiatannya. • Piutang dikelola sesuai dengan praktek bisnis yang sehat • Piutang dapat dihapus secara berjenjang sesuai dengan kewenangan. • Kewenangan penghapusan piutang diatur oleh Menkeu/kepala daerah PIUTANG • BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasionalnya/perikatan peminjaman dengan pihak lain • Utang dikelola sesuai dengan praktek bisnis yang sehat • Utang jangka pendek untuk belanja operasional • Utang jangka panjang untuk belanja modal • Perikatan peminjaman sesuai dengan jenjang kewenangan yang diatur oleh Menkeu/kepala daerah • Pembayaran utang merupakan tanggungjawab BLU UTANG Pengelolaan Barang Pengadaan barang berdasarkan prinsip efisien dan ekonomis sesuai dengan praktek bisnis yang sehatdapat dibebaskan seluruhnya atau sebagian dari ketentuan yang berlaku bila terdapat alasan efektivitas dan efisiensi Kewenangan pengadaan barang secara berjenjang berdasarkan nilai yang diatur oleh Menkeu/kepala daerah. Barang inventaris dapat dialihkan dan dihapuskan oleh BLU dan dilaporkan secara berkala kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah. BLU tidak dapat mengalihkan/menghapuskan Aset tetap kecuali ijin pejabat yang berwenang. Pengalihan/penghapusan aset tetap dilakukan secara berjenjang berdasarkan nilai dan jenis barang yang sesuai dengan peraturan perundangan. Pengalihan/penghapusan aset tetap dilaporkan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD Tanah dan bangunan disertifikat atas nama Pemerintah RI Standar Akuntansi pmk76/PMK.05/2013 (1) (2) (3) BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya. DALAM HAL TIDAK TERDAPAT STANDAR AKUNTANSI SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) , BLU DAPAT MENGEMBANGKAN STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI YANG SPESIFIK DENGAN MENGACU PADA PEDOMAN AKUNTANSI BLU SEBAGAIMANA DITETAPKAN DALAM LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN Standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan menteri/pimpinan lembaga setelah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan PSAP dan PSAK PSAP PSAK Pernyataan Standar yang digunakan mengatur tatacara Pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Pernyataan Standar yang digunakan untuk menyusun Laporan Keuangan BLU (PSAK 45) yang selanjutnya disesuaikan dengan bidang Industri PSAP dan PSAK URAIAN SAP SAK PERLAKUAN DALAM LK K/L PENDAPATAN Basis Kas Basis Akrual Konversi sesuai SAP BELANJA Basis Kas Basis Akrual Konversi sesuai SAP PENYUSUTAN DAN AMORTISASI Diakui tetapi belum diterapkan Diakui dan diterapkan Tidak masuk dalam Neraca K/L ASET Akrual Akrual Dibukukan dalam LK K/L sebelum disusutkan (harga perolehan) LAPORAN LRA NERACA CaLK LBMN LO NERACA LAK CaLK Konversi kecuali Neraca, dan LAK tidak dikonsolidasikan dalam LK K/L Posisi LK BLU dalam LKPP Transaksi Keuangan Konsolidasian Pertanggungjawaban Standar Akuntansi SAP Standar Akuntansi LRA Neraca CaLK LO Neraca LAK CaLK SAK LK – K/L PP No.23 Konsolidasi Lampiran UU No. 1/2004 PP No.8 Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK Neraca; Laporan Arus Kas; Catatan Atas Laporan Keuanga; dan disertai Laporan Kinerja LAPORAN KEUANGAN Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional; Rekonsiliasi BLU melakukan rekonsiliasi atas pendapatan dan belanja dengan kppn tiap triwulan Penyampaian Laporan Keuangan 1. Laporan keuangan disampaikan secara berjenjang kepada menteri/pimpinan lembaga kepada menteri keuangan c.q Direktur Jenderal Perbendaharaan setiap triwulan, semester, dan tahun 2. Laporan triwulan terdiri dari LRA/LO, LAK, CALK dan laporan kinerja 3. Laporan semesteran, tahunan LRA/LO, LAK, neraca, CALK dan laporan kinerja 4. Penyampaian laporan keuangan : • Triwulanan paling lambat tgl 15 setelah triwulan berakhir • Semesteran palin lambat tgl 10 setelah semester berakhir • Tahuan paling lambat tgl 20 setelah tahun berakhir • Apabila tgl tersebut hari libur paling lambat disampaikan hari kerja berikutnya Akuntansi dan Pelaporan BLU - 1 Laporan Keuangan unit BLU dikonsolidasikan dan menjadi lampiran LK BLU Laporan Keuangan tersebut disampaikan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah paling lambat 1 bulan setelah periode pelaporan berakhir LK BLU dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan K/L dan dilakukan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan LK dan Lapoaran Kinerja BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam LK dan Kinerja K/L. Akuntansi dan Pelaporan BLU - 2 BLU menyelenggaran akuntansi sesuai dengan SAK yang diterbitkan asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Jika tidak ada standar akuntasi, dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan Laporan Keuangan terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK disertai laporan kinerja. Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah secara berkala LK tersebut menjadi bagian dari LK kementerian/ lembaga/pemerintah daerah. LK sebagai LPJ BLU diaudit oleh auditor eksternal. Akuntansi dan Pelaporan BLU LAP. KEU BLU Lampiran/ Dikonsolidasikan LAP. KEU K/L Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan menjadi lampiran Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. (PASAL 2 PERDIRJEN 67/PB/2007) BLU selaku pengelola kekayaan negara yang tidak dipisahkan adalah entitas akuntansi dan wajib menyusun laporan keuangan yang disusun berdasarkan Stándar Akuntansi Pemerintahan. (PASAL 3 PERDIRJEN 67/PB/2007) Laporan Keuangan BLU – Konsolidasi KL • Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga • Dalam rangka konsolidasi LK BLU dengan LK kementerian lembaga BLU menyampaikan laporan sesuai SAP setiap Semester dan tahunan • Laporan tersebut adalah LRA, Neraca, Calk dilampiri LK sesuai SAK/standar akuntansi industri spesifik • Tata cara konsolodasi sesuai pedirjen Perbendaharaan Pengesahan SPM dan SP2D PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BELANJA BLU YANG SUMBER DANANYA BERASAL DARI PENDAPATAN BLU DISAHKAN PALING SEDIKITNYA SETIAP TRIWULAN UNTUK SELURUH PENDAPATAN DAN BELANJANYA KEPADA KPPN SIFAT SPM PENGESAHAN BLU TIDAK NIHIL MENGGUNAKAN MATA ANGGARAN YANG SESUAI DENGAN PERDIRJEN PERBENDAHARAAN NO.67/PB/2007 SELISIH ANTARA PENDAPATAN BLU DENGAN BELANJANYA DIAKUI SEBAGAI KAS DIBLU (DANA LANCAR BLU) Konversi Akrual Akrual Neraca Kas,Piutang,Persediaan, AT, Investasi, Utang Depresiasi, Bad Debt, Tax Aktiva Bersih SPM Pengesahan COA – PMK 91 Neraca Kas,Piutang,Persediaan, AT, Investasi, Utang Depresiasi, Bad Debt, Tax Aktiva Bersih Memo Penyesuaian KPPN COA - BLU Kas (Operasional) Penyampaian Kas (APBN - Operasional ) Standar Akuntansi Pemerintah Pendapatan - Belanja KONVERSI Standar Akuntansi Keuangan Pendapatan - Belanja Standar Akuntansi •Akun untuk menampung hasil konversi laporan neraca BLU yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan ke dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.; •Akun untuk menampung semua penerimaan PNBP BLU yang dapat digunakan langsung untuk belanja operasional BLU.; •Akun untuk menampung belanja yang bersumber dari pendapatan BLU yang langsung dipergunakan untuk kegiatan operasional, sedangkan belanja yang bersumber dari APBN mempergunakan akun yang umum digunakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.; AKUN NERACA AKUN PENDAPATAN AKUN BELANJA Sistem Akuntansi BLU Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan laporan Keuangan Berdasarkan SAK Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan Laporan keuangan untuk tujuan Konsolidasi Sistem Akuntansi BLU dapat menghasilkan ADK yang dapat digunakan untuk proses penggabungan di Eselon I maupun untuk Rekonsiliasi dengan KPPN Sistem Akuntansi yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada BLU Sistem Akuntansi BLU Sistem Akuntansi Keuangan, yang menghasilkan Laporan Keuangan Pokok untuk keperluan akuntabilitas, manajemen, dan transparansi; Sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan Laporan aset tetap untuk keperluan manajemen aset tetap Sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan (unit cost) per unit layana, pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain yantu kepentingan manajerial Sistem Akuntansi BLU Sistem Akuntansi BLU Estimasi Pendapatan APBN MP PAGU Belanja DIPA-APBN KL (PA) LRA SPM BLU/KPA Aplikasi DIPA-PEND OPR NERACA SPM/SP2D Rekening Oprasional BLU SPM Pengesahan Pengel Pot Belanja Penerimaan LRA PA LRA BELANJA SPM/SP2D PENGESAHAN KPPN Mapping SAP LAK LRA NERACA Pelaporan BLU Dit. APK LK Ringkasan,Face UAPA Ringkasan,Face LK Keterangan SAK SAP Ringkasan UAPPA-E1 LK KPPN Ringkasan,Face LK LK BLU LK Dit. PPKBLU Standar Akuntansi BLU • BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya. • Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, BLU dapat mengembangkan standar akuntansi industri yang spesifik dengan mengacu pada pedoman akuntansi BLU sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini. • Standar akuntansi industri spesifik ditetapkan menteri/pimpinan lembaga setelah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan. • Sistem Akuntansi BLU • • • Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib. Periode akuntansi BLU meliputi masa 1 (satu) tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Sistem Akuntansi BLU terdiri dari: • • • • sistem akuntansi keuangan, yang menghasilkan Laporan Keuangan pokok untuk keperluan akuntabilitas, manajemen, dan transparansi; sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk keperluan manajemen aset tetap; dan sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan (unit cost) per unit layanan, pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain untuk kepentingan manajerial. BLU dapat mengembangkan sistem akuntansi lain yang berguna untuk kepentingan BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dan ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga. Sistem Akuntansi BLU • • • Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib. Periode akuntansi BLU meliputi masa 1 (satu) tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Sistem Akuntansi BLU terdiri dari: • • • • sistem akuntansi keuangan, yang menghasilkan Laporan Keuangan pokok untuk keperluan akuntabilitas, manajemen, dan transparansi; sistem akuntansi aset tetap, yang menghasilkan laporan aset tetap untuk keperluan manajemen aset tetap; dan sistem akuntansi biaya, yang menghasilkan informasi biaya satuan (unit cost) per unit layanan, pertanggungjawaban kinerja ataupun informasi lain untuk kepentingan manajerial. BLU dapat mengembangkan sistem akuntansi lain yang berguna untuk kepentingan BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dan ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga. Sistem Akuntansi Keuangan BLU Dirancang untuk menyajikan : informasi posisi keuangan blu, informasi kemampuan blu untuk memperoleh sumberdaya ekonomi dan beban dlm satu periode, informasi sumber dan penggunaan dana, informasi pelaksaan anggaran, informasi ketaatan peraturan per uu Lap keu BLU menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAK Karakteristik : basis akrual, pembukuan berpasangan, berpedoman pada prinsip pengendalian intern sesuai praktek bisnis yang sehat Untuk integrasi dengan Lap Keu K/L BLU mengembangkan sub sistem akuntansi sesuai SAP Sistem Akuntansi Aset BLU Sistem Akuntansi Aset Tetap minimal mampu menghasilkan : informasi jenis,kuantitas, nilai mutasi, kondisi aset tetap milik blu dan bukan milik blu yang ada di dalam penguasaan BLU BLU dapat menggunakan sistem akuntasi BMN yang ditetapkan Kemenkeu Sistem Akuntansi BLU • Sistem akuntansi keuangan BLU paling sedikit menyajikan: – – – – – • • Sistem akuntansi keuangan BLU menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAK/standar akuntansi industri spesifik BLU. Sistem akuntansi keuangan BLU memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut: – – – • • informasi posisi keuangan secara akurat dan tepat waktu; informasi kemampuan BLU untuk memperoleh sumber daya ekonomi berikut beban yang terjadi selama suatu periode; informasi sumber dan penggunaan dana selama suatu periode; informasi pelaksanaan anggaran secara akurat dan tepat waktu; dan informasi ketaatan pada peraturan perundang-undangan basis akuntansi pengelolaan keuangan BLU adalah basis akrual; sistem akuntansi dilaksanakan dengan sistem pembukuan berpasangan; dan sistem akuntansi BLU disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern sesuai praktek bisnis yang sehat. Dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga, BLU mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai SAP. Pengelolaan Aset BLU Tanah Dan Bangunan Disertifikasi Atas Nama Pemerintah RI/Pemerintah Daerah Aset Blu Dicatat Dan Dilaporkan Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Blu Sepanjang Belum Memiliki Sistem Pencatatan Aset Dapat Menggunakan Simakbmn Dengan Melakukan Penyusutan Nilai Aset Tetap Dalam Konsolidasi Neraca K/L Dibukukan Sebesar Nilai Yang Telah Dilakukan Penyusutan Dan Amortisasi Pengelolaan Aset BLU Menteri/Pimpinan Lembaga Sebagai Pengguna Barang Milik Negara Wajib Menyajikan Laporan Pertanggungjawaban Berupa Laporan Barang Pengguna Semester/Tahunan BMN Yang Dikelola Oleh BLU Merupakan Bagian Dari BMN Kementerian Negara/Lembaga Yang Akan Dikonsolidasikan Menjadi BMN Kementerian Negara/Lembaga Satuan Kerja BLU Dapat Menggunakan SABMN Dalam Menyusun Laporan Pertanggungjawaban BMN Satker BLU Barang Inventaris BLU Dapat Dialihkan Dan/Atau Dihapuskan Kepada Pihak Lain Dengan Cara Dijual, Dipertukarkan, Dihibahkan Berdasarkan Pertimbangan Ekonomis Dan Dilaporkan Secara Berkala Kepada K/L BLU Tidak Dapat Mengalihkan/Menghapuskan Aset Tetap Kecuali Atas Persetujuan Pejabat Yang Berwenang Penerimaan Hasil Penjualan Barang Inventaris/Aset Tetap Merupakan Pendapatan BLU Sistem Akuntansi Biaya BLU Sistem akuntansi biaya BLU paling sedikit mampu menghasilkan: • informasi tentang harga pokok produksi; • informasi tentang biaya satuan (unit cost) per unit layanan; dan • informasi tentang analisis varian (perbedaan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya). Sistem akuntansi biaya menghasilkan informasi yang berguna dalam: • perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional BLU; • pengambilan keputusan oleh Pimpinan BLU; dan • perhitungan tarif layanan BLU. Sistem Akuntansi Biaya BLU Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya, BLU menyusun dan menyajikan: • Laporan Keuangan; dan • Laporan Kinerja. Laporan Keuangan paling sedikit terdiri dari: • Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional; • Neraca; • Laporan Arus Kas; dan • Catatan atas Laporan Keuangan. Reviu dan Audit Audit Laporan Keuangan BLU sebelum disampaikan kepada entitas pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan intern. Dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan intern, reviu dilakukan oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/lembaga. Reviu dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan Laporan Keuangan BLU. Laporan Keuangan tahunan BLU diaudit oleh auditor eksternal. PEDOMAN UMUM AKUNTANSI & PELAPORAN KEUANGAN BLU (PMK 76/PMK.06/2008)) PEDOMAN UMUM BAB I PENDAHULUAN BAB II AKUNTANSI BLU BAB III LAPORAN KEUANGAN BAB IV AKUNTANSI PENDAPATAN BAB V AKUNTANSI BIAYA BAB VI AKUNTANSI ASET BAB VII AKUNTANSI KEWAJIBAN PENDAHULUAN Latar Belakang • Berdasarkan PP No. perlu menetapkan suatu pedoman akuntansi BLU sebagai pedoman pengembangan standar akuntansi di bidang industri spesifik dan/atau pedoman pengembangan sistem akuntansi Badan Layanan Umum (BLU). Tujuan Pedoman Akuntansi BLU bertujuan untuk: • Acuan dalam pengembangan standar akuntansi BLU dalam hal belum terdapat standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia yang dapat diterapkan oleh BLU. • Acuan dalam pengembangan dan penerapan sistem akuntansi keuangan BLU sesuai dengan jenis industrinya. Ruang Lingkup • Pedoman ini menjelaskan gambaran umum, jenis dan ilustrasi format laporan keuangan, akuntansi pendapatan, akuntansi biaya, akuntansi aset, akuntansi kewajiban, dan akuntansi ekuitas. Sistem Akuntansi BLU Sistem Akuntansi BLU • Sistem akuntansi Keuangan. • Sistem Akuntansi Aset Tetap • Sistem Akuntansi Biaya Komponen Sistem Akuntansi Keuangan BLU • • • • Kebijakan Akuntansi Sub sistem Akuntansi Prosedur Akuntansi Bagan Akun Standar. Laporan Keuangan Tujuan Laporan Keuangan BLU • menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, operasional keuangan, arus kas BLU yang bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan ekonomi. Tanggung Jawab Laporan Keuangan • Pimpinan BLU bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLU yang disertai dengan surat pernyataan tanggung jawab yang berisikan pernyataan bahwa pengelolaan anggaran telah dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi keuangan, dan kebenaran isi laporan keuangan merupakan tanggung jawab pimpinan BLU. Laporan Keuangan Komponen Laporan Keuangan • • • • Laporan Realisasi Anggaran / Laporan Operasional Neraca Laporan Arus Kas Catata atas Laporan Keuangan Penyajian Laporan Keuangan • Nama BLU, Cakupan laporan • Tanggal, mata uang pelaporan rupiah, satuan mata uang Konsolidasi LK BLU ke dalam LK Kementerian / Lembaga • Laporan menggunakan SAP • Mapping klasifikasi Ilustrasi dan Format Laporan Keuangan • l Laporan Aktivitas Laporan Aktivitas Laporan Aktivitas Catatan atas Laporan Keuangan Pendahuluan a. Sejarah pembentukan BLU; b. Dasar hukum pembentukan BLU; c. Alamat kantor pusat BLU, unit vertikal BLU, dan unit usaha BLU; d. Keterangan mengenai hakikat operasi dan kegiatan utama BLU; e. Nama pejabat pengelola dan dewan pengawas BLU; f. Jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah karyawan selama periode yang bersangkutan. Kebijakan Akuntansi Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktikpraktik spesifik yang dipilih oleh BLU dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Biaya • Biaya Pelayanan: biaya pegawai; biaya bahan; biaya jasa layanan; biaya pemeliharaan; biaya daya dan jasa; dan lainlain. • Biaya Umum dan Administrasi : biaya pegawai; biaya administrasi perkantoran; biaya pemeliharaan; biaya langganan daya dan jasa; biaya promosi; lain-lain. • Biaya Lainnya : biaya bunga; biaya administrasi bank; dan lain-lain. Ekuitas Ekuitas BLU diklasifikasikan menjadi: • Ekuitas Tidak Terikat, yang terdiri atas: ekuitas awal; surplus & defisit tahun lalu; surplus & defisit tahun berjalan; ekuitas donasi; • Ekuitas Terikat Temporer; dan • Ekuitas Terikat Permanen. Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan a. Pendahuluan; b. Kebijakan akuntansi; c. Penjelasan atas pos-pos Laporan Realisasi Anggaran/laporan operasional; d. Penjelasan atas pos-pos neraca; e. Penjelasan atas pos-pos laporan arus kas; f. Kewajiban kontinjensi; g. Informasi tambahan dan pengungkapan lainnya. Pendapatan • Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan; • Hibah terikat dan tidak terikat; • Pendapatan Usaha Lainnya, meliputi hasil kerja sama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga keuangan, dan lain-lain; • Pendapatan dari APBN, meliputi Pendapatan APBN Operasional dan APBN Investasi. • Aset lancar, mencakup: kas dan setara kas; investasi jangka pendek; • piutang usaha; persediaan; • uang muka; dan biaya dibayar di muka. • Investasi Jangka Panjang • Aset tetap, mencakup: tanah; gedung dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya; konstruksi dalam pengerjaan. • Aset lainnya mencakup: aset kerja sama operasi; aset sewa guna usaha; aset tak berwujud; dan aset lain-lain. • Kewajiban jangka pendek: utang usaha, utang pajak, biaya dibayar dimuka, pendapatan diterima dimuka, bagian lanjar utang jangka panjang, utang jangka panjang lainnya. • Kewajiban jangka panjang • Komponen-komponen pelaporan arus kas • Kewajiban Kontijensi • Informasi Tambahan Akuntansi Pendapatan Pengertian • arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas BLU selama satu periode yang mengakibatkan penambahan ekuitas bersih. Klasifikasi • • • • • • Pendatan usaha dari jasa layanan Hibah Pendapatan APBN Pendapatan usaha lainnya Keuntungan penjaulan aset non lancar Pendapatan dari kejadian luar biasa Pengakuan • Pada saat diterima atau hak menagih timbul Pengukuran • Usaha nilai wajar; APBN pengeluaran bruto, hibah nilai wajar / kas • Azas bruto Pengungkapan • Disajikan terpisah untuk setiap jenis pendapatan • Rincian jenis pendapatan Akuntansi Biaya Pengertian • penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar kas atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas bersih.. Klasifikasi • • • • • Biaya layanan Biaya umum dan adminisrasi Biaya lainnya Rugi penjaulan aset non lancar Biaya dari kejadian luar biasa Pengakuan • pada saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi masa depan Pengukuran • Jumlah kas yang dibayarkan; biaya berjalan yang dibayar di masa depan, • alokasi sistematis, jumlah kerugian terjadi Pengungkapan • Disajikan terpisah untuk setiap jenis biaya • Rincian jenis biaya pada catatan atas laporan keuangan Akuntansi Aset Pengertian • sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh BLU sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh serta dapat diukur dalam satuan uang, dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Jenis • • • • • • • • • • Kas dan setara kas Investasi jangka pendek Piutang usaha Piutang lain-lain Persediaan Uang Muka Biaya dibayar Dimuka Investasi jangka panjang Aset tetap Aset lainnya Akuntansi Kewajiban Pengertian • utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi BLU. • Penyelesaian kewajiban: pembayaran, penyerahan aset, pemberian jasa dan penggantian kewajiban dengan kewajiban lain Kewajiban Jangka Pendek • kewajiban yang diharapkan akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal neraca • Utang usaha • Utang pajak • Biaya yang masih harus dibayar • Pendapatan diterima dimuka • Bagian lancar utang jangka panjang • Utang jangka pendek lainnya Kewajiban Jangka Panjang • kewajiban yang diharapkan akan dibayar/diselesaikan atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca Akuntansi Ekuitas Pengertian • hak residual BLU atas aset setelah dikurangi seluruh kewajiban yang dimiliki. Ekuitas BLU terdiri atas ekuitas tidak terikat, ekuitas terikat temporer, dan ekuitas terikat permanen. Ekuitas • Ekuitas tidak terikat ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu. • Ekuitas terikat temporer ekuitas berupa sumber daya ekonomi yang penggunaannya dan/atau waktunya dibatasi untuk tujuan tertentu dan/atau jangka waktu tertentu oleh pemerintah atau donatur. Pembatasan tersebut dapat berupa pembatasan waktu dan/atau pembatasan penggunaan ekuitas tersebut oleh BLU • Ekuitas terikat permanen ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya dibatasi secara permanen untuk tujuan tertentu oleh pemerintah/donatur. GAMBARAN UMUM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL (PP 71 TAHUN 2010) HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2012 PEMERINTAH DAERAH Sumber: IHPS BPK, Untuk tahun 2013, berdasarka datan Rakerna Akuntanasi 2014, WTP 65,WDP 19 dan 3 TMP Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014: “opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk mencapai good governance dalam pengelolaan keuangan pemerintah”. Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK (UU 15/2004) Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Permasalahan Yang Mempengaruhi Opini OPINI LKP 2013 DASAR HUKUM Psl 1 UU17/2003 Psl 36 ayat (1) UU 17/2003 Psl 70 ayat (2) UU 1/2004 • Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih • Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih • Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun • Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008 PENYUSUNAN SAP AKRUAL • SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam PP 24/2005 dengan mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi Indonesia. • Pertimbangan: – SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005 berbasis ”Kas Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual, – Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP 24/2005 dapat melihat kesinambungannya. KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL • Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan • Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi 74 TUJUAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL Meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban pemerintah Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset PENGATURAN PP 71 / 2010 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN LAMPIRAN I BASIS AKRUAL PP 71 2010 Menjadi PP71/2010 LAMPIRAN II BASIS CTA PP24/2005 • SAP Berbasis Akrual Lampiran I • Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan • Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dan 12 PSAP • Berlaku paling lambat TA 2015 • SAP Berbasis Kas Menuju Akrual Lampiran II (PP 24/2005) • Berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP • Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dan 11 PSAP • Tidak berlaku mulai TA 2015 76 PUSAP (PASAL 6) • Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Sistem Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. • Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri. PMK No 238/PMK.05/2011 Tentang PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN PENERAPAN BASIS AKRUAL (PASAL 7) • Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat • • dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri PERUBAHAN PSAP (PASAL 5) • Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP, perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan • Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam penyusunan SAP STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL (LAMPIRAN I) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP): 1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan; 2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; 3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; 4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; 5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; 6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; 7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; 8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan; 9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban; 10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa; 11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; 12. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional. STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL (LAMPIRAN II) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP): 1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan; 2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; 3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; 4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; 5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; 6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; 7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; 8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan; 9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban; 10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa; 11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; KONSEPSI ANGGARAN DAN AKUNTANSI LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan ANGGARAN BASIS KAS LRA SILPA/SIKPA Laporan Perubahan SAL AKUNTANSI BASIS AKRUAL LO Surplus/ Defisit-LO Laporan Perubahan Ekuitas Ekuitas Neraca 82 KOMPONEN LK – PP 71/2010 1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) 3. 4. 5. 6. 7. Neraca Laporan Arus Kas Laporan Operasional Laporan Perubahan Ekuitas Catatan atas Laporan Keuangan LAPORAN PERUBAHAN SAL • Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut : – Saldo Anggaran Lebih awal, – Penggunaan Saldo Anggaran Lebih, – Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan, – Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya, – Saldo Anggaran Lebih Akhir. PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah) NO URAIAN 1 Saldo Anggaran Lebih Awal 20X1 20X0 XXX XXX (XXX) (XXX) XXX XXX 4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX 5 XXX XXX 6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX 7 Lain-lain XXX XXX 8 XXX XXX 2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan 3 Subtotal (1 - 2) Subtotal (3 + 4) Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) 85 LAPORAN OPERASIONAL • LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam – – – – – Pendapatan-LO dari kegiatan operasional Beban dari kegiatan operasional Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada Pos luar biasa, bila ada Surplus/defisit-LO KONSEPSI BASIS • Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap dalam CaLK • Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultasi • Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan surplus/defisit LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada periode pelaporan. KONSEPSI BASIS PP 24/2005 CTA Opsional (Laporan Kinerja Keuangan) COST LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya Performace Estimation Equity PP 71/2010 AKRUAL Laporan pendapatan dan beban akrual Besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam menjalankan pelayanan Operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan laporan secara komparatif Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan penurunan ekuitas (bila defisit operasional) 88 PERANAN LAPORAN OPERASIONAL • Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan pelayanan Laporan Operasional Beban pegawai Perhitungan Cost Labor cost Beban belanja barang Beban bunga Beban subsidi Material cost Beban hibah Beban bantuan sosial Beban penyusutan Beban transfer Beban lain-lain Overhead cost COST untuk setiap program/ kegiatan PERANAN LAPORAN OPERASIONAL Konsep VFM digunakan untuk menilai apakah suatu organisasi telah mencapai benefit maksimal, dengan mengunakan sumber daya yang ada. Evaluasi kinerja berdasarkan konsep Value for Money (ekonomi, efisien & efektif) Outcome (Hasil) efektivitas Output (keluaran) efisien Input (cost dari program/ kegiatan) Laporan Operasional ekonomi Laporan Kinerja PERANAN LAPORAN OPERASIONAL UU 1/2004 & PP 8/2006 Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan kuantitas dan kualitas terukur Manajemen Kinerja Manajemen Keuangan Aset & Kewajiban Pendapatan Beban Cost Kinerja Mengaitkan cost dengan kinerja LAPORAN KEUANGAN EVALUASI KINERJA LAPORAN KINERJA STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL • Hak pemerintah • Diakui sebagai penambah ekuitas • Dalam tahun anggaran yg bersangkutan • Tidak perlu dibayar kembali • Sifatnya tidak rutin, termasuk surplus/defisit dari penjualan aset non lancar dan penyelesaian kewajiban jangka panjang PendapatanLO (dari kegiatan operasional) Kegiatan Non Operasional Beban (dari kegiatan operasional) Pos Luar Biasa • Penurunan manfaat ekonomi/potensi jasa dalam periode pelaporan • menurunkan ekuitas • berupa pengeluaran/ konsumsi aset atau timbulnya kewajiban • Pendapatan/Beban yg bukan n operasi biasa • Tidak diharapkan sering/rutin terjadi • Di luar kendali/ pengaruh entitas ybs • Sifat & jumlah diungkap dalam CalK 92 STRUKTUR DAN ISI – Menyajikan berbagai unsur • pendapatan-LO, • beban, • surplus/defisit dari operasi, • surplus/defisit dari kegiatan non operasional, • surplus/defisit sebelum pos luar biasa, • pos luar biasa, • surplus/defisit-LO, – Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara wajar IDENTIFIKASI Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara jelas, dan, jika dianggap perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut: a) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya; b) cakupan entitas pelaporan; c) periode yang dicakup; d) mata uang pelaporan; dan e) satuan angka yang digunakan. INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN • Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber pendapatan. • Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan. • Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis beban. • Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. PENDAPATAN LO • Pendapatan-LO pendapatan. diklasifikasikan menurut sumber • Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). • Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan. • Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. AKUNTANSI BEBAN AKUNTANSI BEBAN • Beban diakui pada saat: – timbulnya kewajiban; – terjadinya konsumsi aset; – terjadinya penurunan manfaat potensi jasa. ekonomi atau • Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. • Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. AKUNTANSI BEBAN • Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundangundangan. • Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas. SURPLUS DEFISIT KEGIATAN OPERASIONAL • Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan. • Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan. • Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional. KOMPONEN LAPORAN OPERASIONAL SURPLUS DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL • Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non operasional. • Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa. POS LUAR BIASA • Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa. • Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan. SURPLUS / DEFISIT LO • Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian luar biasa. TRANSAKSI MATA UANG ASING • Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah. • Jika tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dijabarkan dalam mata uang rupiah dengan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi. • Jika tidak tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh valuta asing tersebut. • Jika mata uang asing tersebut dibeli dengan menggunakan mata uang asing\, maka: a) Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan menggunakan kurs transaksi b) Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral tanggal transaksi. TRANSAKSI DALAM BENTUK BARANG DAN JASA • Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. • Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan beban. LAPORAN OPERASIONAL • Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan pelaporan. • Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan laporan kinerja • Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga : – Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan – Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan laporan kinerja keuangan – Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan tertentu – Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 22 23 24 25 26 28 29 30 31 32 33 URAIAN KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Pendapatan Asli Daerah Lainnya Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) 20X1 20X0 Kenaikan/ Penurunan (%) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx 104 PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah) 35 BEBAN 36 Beban Pegawai 37 Beban Persediaan 38 Beban Jasa 39 Beban Pemeliharaan 40 Beban Perjalanan Dinas 41 Beban Bunga 42 Beban Subsidi 43 Beban Hibah 44 Beban Bantuan Sosial 45 Beban Penyusutan 46 Beban Transfer 47 Beban Lain-lain 48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL Surplus Penjualan Aset Nonlancar Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Defisit Penjualan Aset Nonlancar Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya JUMLAH SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx POS LUAR BIASA Pendapatan Luar Biasa Beban Luar Biasa POS LUAR BIASA ( 62-63) SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx 105 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS • LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos: – – – – ekuitas awal, surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, ekuitas akhir. • Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll. PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah) NO URAIAN 20X1 20X0 1 EKUITAS AWAL XXX XXX 2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX 3 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR: 4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX 5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX 6 LAIN-LAIN XXX XXX 7 EKUITAS AKHIR XXX XXX 107 HUBUNGAN ANTAR LAPORAN Laporan Finansial: LO Laporan Perubahan Ekuitas Neraca Laporan Pelaksanaan Anggaran: LRA Laporan Perubahan SAL KETERKAITAN LAPORAN Laporan Operasional Pendapatan 500 Beban (200) Surplus/Defisit Opr 300 Kegiatan non operasional 60 Surplus/Defisit LO 360 LRA Pendapatan Belanja Surplus/(defisit) Pembiayaan SILPA 450 (0) 450 1.000 1.450 Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan SAL Ekuitas Awal Surplus/Defisit LO Ekuitas Akhir 1.000 360 1.360 Neraca Aset Kewajiban Ekuitas 2.000 640 1.360 SAL Awal Penggunaan SAL SILPA SAL Akhir 100 (30) 1.450 1.520 TRANSAKSI YANG HARUS DIPERHATIKAN • TRANSAKSI KAS PELAKSANAAN ANGGARAN • Pendapatan masih harus diterima • Pendapatan diterima dimuka • Beban yang masih harus dibayar • Beban dibayar dimuka • Beban Penyusutan PENYESUAIAN CTA - AKRUAL Pendapatan LRA dan Pendapatan LO LO LRA Belanja dan Beban Belanja Sekaligus Beban Pendapatan-LO Sekaligus Pendapatan-LRA Pend. Diterima Dimuka Pendapatan LO sudah diterima Kasnya LO LRA Piutang Pendapatan Belanja Dibayar Dimuka Beban sudah dikeluarkan Kas-nya/ Dibayar Utang atas Belanja (YMHD) Sistem Akuntansi Instansi (SAI) sebagai Subsistem dari Sistem Akuntansi dan Pelaporan keuangan Pemerintah Pusat (SAPP) SAI Akuntansi dan Pelaporan Keuangan KELUARAN Akuntansi dan Pelaporan Barang Milik Negara Laporan Keuangan dan laporan barang kementerian negara/lembaga • Diselenggarakan oleh Kementerian Negara/Lembaga dengan menggunakan Sistem Aplikasi Terintegrasi (SAKTI) • Untuk masa transisi di 2015 digunakan Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) Gambaran Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat √ mengatur prinsip2 akuntansi dan pertanggungjawaban pemerintah melalui SAPP √ untuk digunakan sbg pedoman penyelenggara akuntansi, serta pengguna laporan keuangan. √ Basis akuntansi yang digunakan adalah basis akrual. Namun, basis kas masih digunakan untuk LRA sepanjang anggaran disusun berdasarkan basis kas. 1. Kebijakan Akuntansi digunakan sebagai penetapan pilihan atau penjelasan rinci atas prinsip atau metode akuntansi yang diatur dalam SAP. 2. Pengaturan mengenai pilihan metode akuntansi atau petunjuk teknis pencatatan yang belum diatur atau PMK KABA diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan lainnya 3. Kementerian Negara/Lembaga dapat menetapkan petunjuk teknis akuntansi di Lingkungan Kementerian Negara/Lembaga dengan melalui pertimbangan dari Menteri Keuangan cq. Ditjen Perbendaharaan PROSES BISNIS SAIBA 1. GAMBARAN PROSES BISNIS SAIBA 2. BUKU BESAR KAS DAN BUKU BESAR AKRUAL 3. MIGRASI SALDO AWAL; 4. TRANSAKSI ANGGARAN: a) b) c) d) e) DIPA; SETORAN PENDAPATAN; BELANJA (SPM/SP2D); UANG PERSEDIAAN; PENGEMBALIAN 5. MAPPING AKUN DAN TAMPILAN LO 6. PENYESUAIAN 7. REKLASIFIKASI 8. KOMPLEKSITAS TRANSAKSI 9. LAPORAN KEUANGAN Proses Bisnis SAIBA Standar, Kebijakan, dan Sistem Akuntansi Input Dokumen Sumber Transaksi Process Proses Akuntansi - Analisa Transaksi - Jurnal / Entries - Posting Saldo Awal Transaksi Anggaran Transaksi Akrual Transaksi Lainnya Transaksi Berjalan Output -LRA -LO - Neraca - LAK - CaLK -Relevan -Andal -Dpt dibandingkan -Dpt dipahami Buku Besar Kas dan Buku Besar Akrual No Buku Besar kas Buku Besar Akrual 1. Mencatat transaksi realisasi anggaran seperti: • Est. Pendapatan yg dialokasikan • Alotmen Belanja • Realisasi Pendapatan LRA • Realisasi Belanja • Pengembalian Pendapatan LRA • Pengembalian Belanja Mencatat transaksi akrual seperti: • Realisasi Pendapatan-LO • Realisasi Beban • Kas di Bendahara Pengeluaran • Kas di Bendahara Penerimaan • Penyusutan dan Amortisasi • Penyesuaian Lainnya 2. Menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Menghasilkan Laporan Operasional (LO),Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Neraca Migrasi Saldo Awal 1. Saldo Akhir Neraca basis CTA menjadi Saldo Awal Neraca Basis Kas 2. Neraca pada basis akrual menganut konsep ekuitas tunggal,Akun ekuitas yang akan tersaji pada neraca hanya satu. Neraca pada basis kas menuju akrual yang menggunakan konsep berpasangan, yang artinya setiap akun aset akan memiliki akun pasangan pada kewajiban atau ekuitas. 3. Diperlukan migrasi pada awal pertama kali SAP berbasis akrual diterapkan dengan penyatuan struktur ekuitas pada basis CTA menjadi ekuitas tunggal Migrasi Saldo Awal No Akun CTA Mapping Akun Akrual 1. Aset Aset 2. Kewajiban (kecuali akun Pendapatan Ditangguhkan) Kewajiban 3. Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Lainnya Ekuitas Sistem Jurnal Anggaran pada Buku Besar KAS Transaksi Pencatatan Anggaran Pendapatan KAS Uraian Dr Estimasi Pendapatan XXX yang Dialokasikan X Utang Kepada KUN Piutang dari KUN Pencatatan Anggaran Belanja/ Beban ACCRUAL Allotment Belanja Pegawai Allotment Belanja Barang Allotment Belanja Modal Cr X X X X X Uraian Dr Cr Sistem Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke Buku Besar Akrual untuk Transaksi Berjalan Transaksi Pendapatan Buku Besar Kas Uraian Dr Utang kepada KUN X Pendapatan Pajak Pendapatan PNBP Pendapatan Hibah Buku Besar Akrual Cr X X X Uraian Dr Diterima DEL X Pendapatan Pajak Pendapatan PNBP Pendapatan Hibah Cr X X X Sistem Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke Buku Besar Akrual untuk Transaksi Berjalan Transaksi Belanja/ Beban Buku Besar Kas Belanja Pegawai Belanja Barang X X Belanja Bunga Utang Belanja Subsidi Bantuan Sosial Belanja Hibah Belanja lain-Lain X X X X X Piutang dari KUN Buku Besar Akrual Beban Pegawai Beban Persediaan Beban Jasa Beban Pemeliharaan Beban Perjalanan Beban Brg. Diserahkan Kepada Masyarakat Beban Bunga Utang Beban Subsidi Bantuan Sosial Beban Hibah Beban lain-Lain X Ditagihkan KEL X X X X X X X X X X X X Sistem Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke Buku Besar Akrual untuk Transaksi Berjalan Transaksi Belanja Modal Buku Besar Kas Belanja Modal XXX Piutang dari KUN Buku Besar Akrual X Aset Tetap Sbl Diregister Aset Lainnya Sbl Diregister X X X Ditagihkan KEL Penyediaan Uang Persediaan (UP/TUP) Kas di Bendahara Pengeluaran Pengembalian Uang Persediaan (UP/TUP) Uang Muka dari KPPN X X Uang Muka dari KPPN X X Kas di Bendahara Pengeluaran Pengembalian Pendapatan Pendapatan PNBP Pendapatan PNBP Utang Kepada KUN Diterima DEL Pengembalian Belanja Piutang dari KUN Ditagihkan KEL Belanja Beban X X X X X FORMULA DAN TAMPILAN LO Surplus/Defisit LO pada LO diperoleh dari perhitungan realisasi pendapatan dan beban, sementara itu pos Surplus/Defisit LO pada LPE diperoleh dari perhitungan jurnal tutupan akun-akun pendapatan dan beban, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu mekanisme check and balance pada masing-masing laporan; Beban Barang dikonversi ke dalam Beban Persediaan, Beban Jasa, Beban Pemeliharaan, Beban Perjalanan dan Beban Lainnya sesuai peruntukannya. Penyajian persediaan menggunakan pendekatan beban, sehingga belanja-belanja yang berpotensi menghasilkan persediaan langsung dimapping ke beban persediaan, dan pada akhir periode dilakukan penyesuaian atas nilai persediaan pelaporan. Selain itu, persediaan yang berasal dari transfer, pengakuan bebannya terdapat pada entitas yang menerima persediaan. Ditambahkan pos Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi pada LPE untuk menampung transaksi koreksi nilai aset tetap yang tidak berasal dari kegiatan revaluasi; Terdapat penambahan beberapa akun baru guna mengakomodasi penyajian pada LO dan LPE. Perubahan Tabel Referensi Realisasi 8. Dilakukan perubahan pada tabel referensi posting rules realisasi dan tabel referensi posting rules neraca. Kolom perksai merupakan kolom existing dan tidak mengalami perubahan. Kolom perksai berfungsi sebagai cash ledger dan nantinya akan digenerate menjadi LRA Kolom perkkor sebelumnya adalah kolom korolari. Pada SAIBA kolom perkkor diisi dengan posting rules akrual, sehingga berfungsi sebagai accrual ledger yang nantinya digenerate menjadi LO, LPE, dan Neraca. Perubahan Tabel Referensi Realisasi • Secara umum, jurnal realisasi pendapatan sebagai berikut: PENDAPATAN Cash Ledger D Utang kepada KUN K Pendapatan XXX Accrual Ledger D Due From K Pendapatan XXX PENDAPATAN BLU Cash Ledger D Utang kepada Kas BLU K Pendapatan XXX Accrual Ledger D Kas BLU K Pendapatan XXX Perubahan Tabel Referensi Realisasi • Secara umum, jurnal realisasi beban sebagai berikut: BELANJA Cash Ledger D Belanja XXX K Piutang dari KUN Accrual Ledger D Beban XXX K Due To BELANJA BLU Cash Ledger D Belanja XXX BLU K Piutang dari Kas BLU Accrual Ledger D Beban XXX BLU K Kas BLU BELANJA MODAL Cash Ledger D Belanja Modal K Piutang dari KUN Accrual Ledger D Aset Tetap Belum Diregister K Due To BELANJA MODAL BLU Cash Ledger D Belanja Modal BLU K Piutang dari Kas BLU Accrual Ledger D Aset Tetap Belum Diregister K Kas BLU Kelompok Transaksi Akrual/Deferal Dengan Jurnal Penyesuaian Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan yang masih harus diterima/Piutang Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran Pendapatan diterima di muka Belanja dibayar di muka Uang muka belanja Belanja yang masih harus dibayar Persediaan Penyisihan Piutang Penyusutan dan Amortisasi Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan Akrual – Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Satker yang masih ada pada akhir periode pelaporan mengindikasikan masih adanya penerimaan negara yang belum disetor ke Kas Negara. Penerimaan tersebut belum dapat diakui sebagai pendapatan LRA, tetapi sudah harus diakui sebagai pendapatan dalam Laporan Operasional. Transaksi JURNAL PADA BUKU BESAR AKRUAL Uraian Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan PNBP-LO Dr Cr X X Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan Akrual – Pendapatan Yang Masih Harus Diterima Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan pajak/atau bukan pajak yang seharusnya sudah dibayarkan oleh wajib bayar namun belum diterima pembayarannya atau belum disetor ke kas negara Transaksi JURNAL PADA BUKU BESAR AKRUAL Uraian Pendapatan Piutang PNBP Yang Masih Harus Diterima Pendapatan PNBP Dr Cr X X Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan Akrual – Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran Kas lainnya di bendahara pengeluaran merupakan kas selain yang berasal dari Uang persediaan, dapat berupa Bunga jasa giro yang belum disetor kas negara, uang pihak ketiga yang belum diserahkan seperti honorarium pegawai, atau pajak yang belum disetor Transaksi Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran JURNAL PADA BUKU BESAR AKRUAL Uraian Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran Dr Cr X Pendapatan PNBP X Utang Kepada Pihak III X Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan Akrual – Pendapatan Diterima Di Muka Pendapatan yang diterima di muka adalah pendapatan pajak/atau bukan pajak yang sudah diterima di rekening kas Negara tetapi belum menjadi hak pemerintah sepenuhnya karena masih melekat kewajiban pemerintah untuk memberikan barang/jasa di kemudian hari kepada pihak ketiga atau adanya kelebihan pembayaran oleh pihak ketiga tetapi belum dikembalikan Transaksi ACCRUAL Uraian Pendapatan DiterimaDi Muka Pendapatan Pajak/PNBP Pendapatan Pajak/PNBP Diterima Di Muka Dr Cr X X Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan Akrual – Belanja Dibayar Di Muka Belanja dibayar dimuka adalah pengeluaran belanja pada tahun berjalan tetapi manfaatnya melampaui tahun anggaran berjalan, sehingga pada tahun berikutnya masih ada manfaat yang akan diterima akibat pembayaran tersebut. Untuk mengidentifikasi belanja dibayar dimuka perlumelihat dokumen pengadaan barang dan jasa menyangkut masa kontrak atau waktu pelayanan jasa yang akan diberikan khususnya jasa Transaksi ACCRUAL Uraian Belanja Dibayar Dimuka Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) Beban XXXX Dr Cr X X Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan Akrual – Uang Muka Belanja Uang Muka Belanja adalah pembayaran dimuka atas belanja yang diberikan terlebih dahulu sebelum pegawai/rekanan menyerahkan hasil pekerjaan/jasa. Apabila ada pembayaran Uang Muka Belanja sedangkan prestasi pekerjaan belum diselesaikan seluruhnya atau sebagian, atau pembayaran tersebut belum dikembalikan, maka terhadap pengeluaran belanja tersebut pada tanggal pelaporan dicatat sebagai Uang Muka belanja dan mengkredit akun beban yang sesuai Transaksi ACCRUAL Uraian Uang Muka Belanja Uang Muka Belanja Beban XXXX Dr Cr X X Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan Akrual – Belanja Yang Masih harus Dibayar Belanja yang masih harus dibayar adalah tagihan pihak ketiga atau kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga yang pada tanggal pelaporan keuangan belum dapat dibayarkan Transaksi ACCRUAL Uraian Belanja Yang Masih harus Dibayar Beban xxxxxxx Belanja xxxxxxx Yang Masih harus Dibayar Dr Cr X X Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan Akrual – Penyisihan Piutang, Penyusutan, dan Amortisasi Transaksi ACCRUAL Uraian Penyisihan Piutang tak Tertagih Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih Dr X X Penyisihan Piutang Tak Tertagih Penyusutan Beban Penyusutan X X Akumulasi Penyusutan Amortisasi Beban Amortisasi Akumulasi Amortisasi Cr X X Reklasifikasi – Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang Pada pos aset apabila terdapat aset non lancar yang kemungkinan dapat dicairkan dalam masa satu periode pelaporan dilakukan reklasifikasi ke dalam bagian lancar aset nonlancar.Termasuk dalam akun yang memerlukan reklasifikasi ini misalnya Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Ganti rugi dan Tuntutan Perbendaharaan Transaksi ACCRUAL Uraian Reklasifikasi Bagian :Lancar Bagian lancar TP/TGR Piutang Jangka Panjang TP/TGR Dr Cr X X Jurnal Neraca : Reklasifikasi dan Jurnal Aset Pada pos aset apabila terdapat aset non lancar yang kemungkinan dapat dicairkan dalam masa satu periode pelaporan dilakukan reklasifikasi ke dalam bagian lancar aset nonlancar Tanggal Des 31 Jurnal Akrual Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) Debet Kredit XXX Tagihan Penjualan Angsuran XXX Untuk mencatat reklafifikasi aset Tagihan Penjualan Angsuran Bagian Lancar TP/TGR Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi Untuk mencatat reklafifikasi aset TP/TGR XXX XXX Jurnal Aset • Saldo awal • Pembelian, atau pengadaan langsung • Perolehan/Pegembangan Konstruksi Dalam Pengerjaan • Penyelesaian KDP • Transfer Keluar • • • • • • Transfer Masuk Penghentian Aset Penggunaan kembali Aset Hibah Masuk Hibah Keluar Rampasan/Sitaan Saldo Awal Aset Transaksi saldo awal dalam basis akrual diakui sebagai bagian dari koreksi. Pencatatan aset tersebut akan menambah ekuitas pada periode berjalan. Dengan demikian pencatatannya adalah sebagai berikut: Tanggal 1-31 XX 20X1 Jurnal Akrual Aset Tetap Koreksi Saldo Awal Untuk mencatat Saldo Awal Aset Debet Kredit XXX XXX Pembelian dan pengadaan aset tetap: Pembelian aset tetap yang belum dicatat dalam SIMAK BMN (diregistrasi) dan merupakan aset intrakomtabel maka dalam SAIBA akan dicatat sebagai berikut: Tanggal Jurnal Akrual Aset Tetap Aset Tetap yang belum diregister Debet Kredit XXX XXX KOMPLEKSITAS TRANSAKSI a) b) c) d) Pendapatan Penjualan Aset Tetap (Kegiatan Non Operasional pada LO) Persediaan dan Beban Persediaan Pendapatan atas recovery Piutang Tak Tertagih Jurnal Penyesuaian atas Kiriman ADK SIMAK-BMN dan Persediaan. Contoh: Transaksi SIMAK-BMN Uraian Transfer Masuk Peralatan dan Mesin Diinvestasikan Dalam AT SAK-BA (Buku Besar Akrual) Dr Cr X Uraian Peralatan dan Mesin X Transfer Masuk Dr Cr X X