hubungan antara asupan zat gizi mikro (zat besi, vitamin b12, dan

advertisement
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (ZAT BESI, VITAMIN B12,
DAN VITAMIN A) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMK NEGERI
1 SUKOHARJO JAWA TENGAH
Naskah Publikasi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi
Disusun Oleh :
ASIH APRILIANA WIRANTI
J 310 141 017
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
1
HALAMAN PERSETUJUAN
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Judul Penelitian
:
Hubungan antara Asupan Zat Gizi Mikro (Zat Besi,
Vitamin B12, dan Vitamin A) dengan Kejadian Anemia
pada Siswi SMK Negeri 1 Sukoharjo Jawa Tengah
Nama Mahasiswa
:
Asih Apriliana Wiranti
Nomor Induk Siswa
:
J 310 141 017
Telah diuji dan dinilai Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
pada tanggal 24 Februari 2016 dan layak untuk dipublikasikan.
Surakarta, 24 Februari 2016
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Ririn Yuliati, S.Si.T., M.Si
NIP : 196706261991032001
Luluk Ria Rakhma, S.Gz., M.Gizi
NIDN : 0615078801
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Setyaningrum Rahmawaty, A., M.Kes., Ph.D
NIK/NIDN : 744 / 06-2312-7301
2
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (ZAT BESI, VITAMIN B12, DAN
VITAMIN A) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMK NEGERI 1
SUKOHARJO JAWA TENGAH
Asih Apriliana Wiranti (J 310 141 017)
Pembimbing : Ririn Yuliati, S.Si.T., M.Si
Luluk Ria Rakhma, S.Gz., M.Gizi
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102
Email : [email protected]
ABSTRACT
ASIH APRILIANA WIRANTI. J 310 141 017
THE CORRELATION BETWEEN MICRONUTRIENT INTAKES (IRON, VITAMIN
B12 AND VITAMIN A) AND ANEMIA AMONG FEMALE STUDENTS OF STATE
VOCATIONAL HIGH SCHOOL 1 OF SUKOHARJO
Introduction : The government’s nutrition programs address public health
problems, one of them is focusing on anemia in adolescents. Specifically for
females, who have tenfold risks of anemia to boys. The prevalence of anemia in
State Vocational High School 1 of Sukoharjo in 2014 was still relatively high,
which was 39%. Micronutrients which play role in the formation of hemoglobin are
iron, vitamin B12 and vitamin A.
Objective : The purpose of the research was to determine the correlation
between micronutrient intakes (iron, vitamin B12, and vitamin A) and anemia
among female students of State Vocational High School 1 of Sukoharjo.
Research Methodes : The research used cross-sectional design. The total
subjects were 69 female students, who were selected through systematic
proportional random sampling of all female students in class XI who had
qualification of inclution and exlution criterias. Nutrient intake data were obtained
using Semi Quantitave-Food Frequency Questionnaires and hemoglobin level
data measured using HemoCue and performed by health professionals. Data
were analyzed with Pearson Product Moment and Rank Spearman Correlation
test.
Result : A total of 40,6% subjects suffered of anemia. Most of them had levels of
vitamin A and vitamin B12 intakes above Recommended Dietary Allowance for
Indonesians (AKG), which were 66,7% and 68,15%, respectively. A total of
66,7% subjects had iron intake below Recommended Dietary Allowance for
Indonesians (AKG). The result of correlation test between iron intake and anemia
were (ρ=0,01; r=0,306), vitamin B12 intake and anemia were (ρ=0,000; r=0,456),
and vitamin A intake and anemia were (ρ=0,457).
Conclusion : There was correlation between iron intake and anemia. There was
correlation between vitamin B12 intake and anemia. There was no correlation
between vitamin A intake and anemia.
Suggestion : Students are sugdgest to increase the intakes of iron and vitamin
B12 to prevent the anemia.
Keywords : iron, vitamin B12, vitamin A, anemia, female student
Bibliography: 60 : 1992-2014
3
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI
ABSTRAK
ASIH APRILIANA WIRANTI. J 310 141 017
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (ZAT BESI, VITAMIN B12
DAN VITAMIN A) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMK N 1
SUKOHARJO
Pendahuluan : Program gizi pemerintah adalah program untuk masalah
kesehatan masyaratakat, salah satunya terfokus pada permasalahan anemia
remaja. Remaja putri berisiko terkena anemia sepuluh kali lipat dibandingkan
dengan remaja putra. Prevalensi anemia di SMK Sukoharjo tahun 2014 masih
tergolong tinggi yaitu 39%. Zat gizi mikro yang berperan dalam proses
pembentukan hemoglobin antara lain zat besi, vitamin B12 dan vitamin A.
Tujuan : Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi mikro
(zat besi, vitamin B12 dan vitamin A) dengan kejadian anemia pada siswi SMK N
1 Sukoharjo.
Metode Penelitian : Rancangan penelitian cross-sectional. Jumlah sampel 69
siswi dipilih secara proportional random sampling dari seluruh siswi kelas XI yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data asupan zat gizi diperoleh dengan
wawancara menggunakan SQ-FFQ sedangkan data kejadian anemia diperoleh
menggunakan HemoCue. Data dianalisis dengan korelasi Rank Spearman dan
Pearson Product Moment.
Hasil : Sebanyak 40,6% subyek menderita anemia. Sebagian besar subyek
memiliki tingkat asupan Vitamin A dan Vitamin B12 di atas AKG, yaitu vitamin A
66,7% dan vitamin B12 68,1%. Sebanyak 66,7% subyek memiliki tingkat asupan
zat besi di bawah AKG. Hasil bivariat menunjukkan bahwa nilai ρ value asupan
zat besi dengan kejadian anemia adalah ρ=0,01; r=0,306, nilai ρ value asupan
vitamin B12 dengan kejadian anemia adalah ρ =0,000; r =0,456 dan nilai ρ value
asupan vitamin A dengan kejadian anemia adalah ρ =0,457.
Kesimpulan : Ada hubungan antara asupan zat besi dan vitamin B12 dengan
kejadian anemia. Tidak ada hubungan antara asupan vitamin A dengan kejadian
anemia.
Saran : Siswa perlu meningkatkan asupan zat besi dan vitamin B12 untuk
mencegah terjadinya anemia.
Kata kunci
Kepustakaan
: zat besi, vitamin B12, vitamin A, kejadian anemia
: 60 : 1992 – 2014
4
PENDAHULUAN
Salah
satu
program
gizi
Beberapa
pemerintah terfokus pada kelompok
adalah
remaja
produksi
putri
karena
merupakan
karena
sel
simpul strategis untuk memotong
peningkatan
masalah
merah,
gizi
terutama
anemia
penyebab
berkurangnya
darah
destruksi
serta
anemia
merah,
sel
darah
kehilangan
darah.
remaja. Remaja putri memiliki risiko
Penyebab anemia gizi antara antara
terkena anemia sepuluh kali
lipat
lain anemia gizi besi (defisiensi zat
dibandingkan dengan remaja putra.
besi) dan anemia karena defisiensi
Anemia merupakan suatu keadaan
non besi (defisiensi asam folat dan
kadar hemoglobin di dalam darah
B12) (Oehadian, 2012). Defisiensi
kurang dari angka normal sesuai
vitamin A menghambat penggunaan
dengan kelompok jenis kelamin dan
besi
umur. Kriteria anemia berdasarkan
mengganggu mobilisasi besi yang
WHO
dapat
menggunakan
kadar
hemoglobin, pada pria kurang dari 13
menyebabkan
serta
menurunnya
Hasil survey tahun 2014 yang
bawah 12 g/dL (Qin et all., 2013).
adalah
eritropoeiesis
kadar hemoglobin (Naluloba, 1999
g/dL sedangkan pada wanita di
Anemia
untuk
dilakukan pada siswi di sekolah
masalah
tersebut sebesar 39% mengalami
kesehatan masyarakat dunia yang
anemia, angka ini masih tergolong
dapat
tinggi jika dilihat dari data anemia
meningkatkan
angka
morbiditas dan mortalitas, terutama di
negara
berkembang
Nasional tahun 2013 yaitu 18,4%.
seperti
METODE PENELITIAN
Indonesia. Angka prevalensi anemia
masih tergolong tinggi, dibuktikan
Penelitian
ini
menggunakan
penelitian
observasional
dengan data WHO Regional Officer
desain
SEARO sebanyak 20-40% remaja
dengan pendekatan cross sectional.
putri
ringan
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
sampai berat di Asia Tenggara.
pada bulan Oktober 2015 di SMK N 1
(Tarwoto, dkk., 2010). Data yang
Sukoharjo.
diperoleh
adalah siswi kelas XI. Penentuan
mengalami
dari
anemia
Dinas
Kesehatan
Sampel
penelitian
Kabupaten Sukoharjo tahun 2014,
sampel
prevalensi anemia remaja putri SMA
proporsional random sampling yang
tergolong tinggi yaitu 46,58%.
memenuhi
4
dilakukan
ini
kriteria
dengan
inklusi
dan
eksklusi. Data identitas responden
yaitu teknik komputer dan jaringan,
ditanyakan
kepada
administrasi perkantoran akuntansi
bantu
serta pemasaran. Luas bangunan
kuesioner. Data asupan zat besi,
SMK Negeri 1 Sukoharjo secara
vitamin B12 dan vitamin A diperoleh
keseluruhan yaitu 8.519 m².
dengan
Jumlah siswa total tahun ajaran
2015/2016 adalah 1.071 siswa,
dengan distribusi 57 siswa laki-laki
dan
1.013
siswi
perempuan.
Sebagian besar siswa di SMK Negeri
1 Sukoharjo adalah perempuan yaitu
sebesar 94,58%. Hal ini dikarenakan
jurusan yang tersedia di SMK Negeri
1 Sukoharjo memang sebagian besar
diminati oleh perempuan.
Karakteristik Responden
langsung
responden
dengan
wawancara
alat
menggunakan
FFQ semi kuantitatif. Data kadar
Hemoglobin
diperoleh
dengan
metode Hemocue, darah di ambil
oleh
analis
kesehatan
petugas
puskesmas.
Analisis
univariat
dilakukan
dengan menyajikan data dalam tabel
distribusi frekuensi dari variabel yang
diteliti meliputi asupan
zat
besi,
Responden dalam penelitian ini
asupan vitamin B12, asupan vitamin
A
dan
kadar
HB
yaitu siswi kelas XI yang diambil
untuk
sesuai dengan kriteria inklusi dan
mendeskripsikan data yang diperoleh
eksklusi. data karakteristik responden
berupa distribusi dan persentase. Uji
meliputi distribusi berdasarkan usia
kenormalan data menggunakan uji
dan siklus menstruasi dapat dilihat
Shapiro-Wilk dengan program SPPS
pada Tabel 1 dan Tabel 2.
for Window 18.0. Analisis bivariat
Berdasarkan
menggunakan uji hubungan Pearson
Product
Moment
dan
usia adalah 16,39±0,49 tahun. Nilai
minimum
sedangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
kecamatan
1
menunjukkan bahwa mean (rata-rata)
Rank
Spearman’s.
SMK
Tabel
Negeri
1
Sukoharjo
Bendosari
Kabupaten
151Sukoharjo.
Sudirman
SMK
16
maksimum
tahun
usia
Tabel 1
Distribusi SUbyek berdasarkan
Umur
Usia
Frekuensi
Mean (rata-rata)
16,39
Nilai minimum
16
Nilai maximum
17
Std. Deviasi
0,49
Nomor
Negeri
nilai
adalah
adalah 17 tahun.
Sukoharjo yang beralamatkan di jalan
Jenderal
usia
1
Sukoharjo memiliki empat jurusan
jalan Jenderal Sudirman Nomor 151,
5
Tabel 2
Distribusi Subyek berdasarkan
Siklus Menstruasi
Siklus
Frekuensi
Menstruasi
Mean (rata29,42
rata)
Nilai minimum
22
Nilai maximum
36
Std. Deviasi
3,31
asupan zat besi subyek sebagian
besar
masih kurang dari Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan yaitu
26 mg/hari. Rata-rata asupan vitamin
B12
subyek
sebesar
3,55±1,82
µg/hari, asupan minimal 0,10 µg/hari
dan asupan maksimal 8,5 µg/hari.
Rata-rata asupan vitamin A subyek
Rata-rata
siklus
menstruasi
subyek
penelitian
ini
adalah
29,42±3,31 hari dimana siklus
menstruasi terpendek adalah 22 hari
dan terpanjang adalah 36 hari.
sebesar
dengan
982,78±788,34
asupan
minimal
µg/hari
sebesar
128,5 µg/hari dan asupan maksimal
subyek
sebesar
5.237,5
µg/hari.
Kadar hemoglobin minimal subyek
Karakteristik Subyek Penelitian
Tabel 3 menunjukkan rata-rata
yaitu 8 g/dL sedangkan maksimal
asupan zat besi sebesar 19,41±15,27
15,6 g/dL dengan nilai rata-rata
mg/hari, hal ini menunjukkan bahwa
sebesar 12,13±1,45 g/dL.
Tabel 3
Distribusi Subyek Berdasarkan Variabel Penilitian
Variabel
Rata-rata Minimal
Maksimal
Std.Deviasi
Zat Besi (mg)
19,41
2,5
83,0
15,27
Vitamin B12 (µg)
3,56
0,10
8,5
1,82
Vitamin A (µg)
982,78
128,5
5.237,5
788,34
Kadar HB (g/dL)
12,13
8,0
15,6
1,45
Asupan Zat Besi
Ada lebih banyak subyek yang
besi yang sering dikonsumsi subyek
tingkat asupan zat besinya di bawah
adalah
sumber
zat
besi
nabati
AKG yaitu sebanyak 46 subyek
seperti tahu 2-3x perhari, tempe 2-3x
(66,7%).Bahan makanan sumber zat
perhari.
Sumber zat besi hewani seperti
hati ayam 4-5x perminggu. Sebagian
telur ayam 1-2x perhari, daging
besar subyek mengkonsumsi teh 1-
ayam 1-2x/hari, telur puyuh 1-2x
3x perhari.
perhari, ikan 4-5x perminggu dan
6
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Asupan Zat Besi
Asupan Zat Besi
Frekuensi (n)
Presentase (%)
< AKG
46
66,7
>AKG
23
33,3
Total
69
100,0
Asupan Vitamin B12
ikan asin, telur puyuh, telur ayam, dan
Asupan vitamin B12 subyek pada
daging sapi. Sarden, hati ayam, telur
penelitian ini sebagian besar sudah di
bebek, kerang dikonsumsi 1-2x per
atas AKG yaitu sebesar 68,1%.
bulan.
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin
B12
Asupan
Frekuensi Presentase
Vitamin
(n)
(%)
B12
< AKG
22
31,9
>AKG
47
68,1
Total
69
100,0
Asupan Vitamin A
Asupan vitamin A sebagian besar
subyek sudah di atas anjuran Angka
Kebutuhan Gizi (AKG) 2013 yaitu 600
µg/hari sebesar 66,7%.
buahan seperti jeruk, jambu, mangga
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin
A
Asupan
Frekuensi Presentase
Vitamin A
(n)
(%)
< AKG
23
33,3
>AKG
46
66,7
Total
69
100,0
Sumber vitamin A yang sering
dan papaya. Tingginya asupan vitamin
dikonsumsi subyek berasal dari sayur-
A disebabkan karena hampir setiap
sayuran
hari subyek mengkonsumsi makanan
tomat,
sumber vitamin A.
buahan seperti jeruk, jambu, mangga
Sumber vitamin A yang sering
dikonsumsi subyek berasal dari sayursayuran
tomat,
seperti
daun
bayam,
singkong
kangkung,
dan
buah-
seperti
daun
bayam,
singkong
kangkung,
dan
buah-
dan papaya. Tingginya asupan vitamin
Sumber bahan makanan yang
yang
A disebabkan karena hampir setiap
dikonsumsi subyek berasal dari bahan
hari subyek mengkonsumsi makanan
makanan hewani dikonsumsi kurang
sumber vitamin A.
mengandung
vitamin
B12
dari 5 perminggu seperti ikan segar,
7
9
Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia
Tabel 7.
Hubungan antara Asupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia
Asupan Zat Besi
Kejadian Anemia
Total
Anemia
%
Tidak
%
Jumlah
Anemia
< AKG
26
56,5
20
43,5
46
>AKG
2
8,7
21
91,3
23
Total
28
40,6
41
59,4
69
Tabel 7 menunjukkan bahwa
kategori
kurang
dari
asupan
AKG
zat
yaitu
100
100
100
Zat besi adalah salah satu unsur yang
subyek yang anemia lebih banyak
dengan
%
sangat
penting
dalam
proses
besi
pembentukan sel darah merah atau
56,5%.
Sebaliknya subyek dengan kategori
eritrosit. Fungsi zat besi berhubungan
tidak anemia lebih banyak yang asupan
dengan pengangkutan, penyimpanan
zat besinya lebih dari AKG yaitu
dan
sebanyak 91,3%. Uji statistik dengan
Rank Spearman menujukkan adanya
pemanfaatan
oksigen
dalam
bentuk hemoglobin, miogloblin maupun
hubungan yang signifikan (ρ<0,05) dan
cytochrom (Briawan, 2014).
memiliki korelasi yang positif. Hal ini
menujukkan
bahwa
semakin
Hasil
tinggi
kadar
hemoglobin
bahwa
terdapat
peningkatan konsentrasi simpanan besi
(ρ=0,01;
(ferritin) setelah dilakukan suplementasi
r=0,306). Nilai OR= 13,65; 95% CI
besi
(2,85 - 65,16) yang artinya risiko
30
mg/hari
selama
6
bulan
(Duque, 2014). Simpanan besi ini akan
anemia pada orang yang memiliki
digunakan
asupan zat besi kurang dari AKG 13,65
sebagai
bahan
untuk
membentuk sel darah merah. Namun
kali lebih besar dibandingkan dengan
apabila simpanan besi di dalam tubuh
orang yang memiliki asupan zat besi
dalam jumlah yang kurang dan asupan
lebih dari AKG.
Hasil
Meksiko
menunjukkan
asupan zat besi maka semakin tinggi
pula
penelitian
penelitian
ini
zat besi yang diperoleh dari makanan
sejalan
juga
dengan Kirana (2011) yaitu terdapat
rendah,
maka
ketidakseimbangan
hubungan antara asupan zat besi
tubuh
sehingga
zat
besi
kadar
terjadi
dalam
hemoglobin
menurun, anemia ini disebut dengan
dengan kadar hemogloblin siswi SMK
anemia
di SMA Negeri 2 Semarang (ρ=0,000).
defisiensi
besi
mikrositik) (Soekirman, 2000).
89
(anemia
Hubungan Asupan Vitamin B12 dengan Kejadian Anemia
Tabel 8.
Hubungan antara Asupan Vitamin B12 dengan Kejadian Anemia
Asupan
Kejadian Anemia
Total
Vitamin B12
Anemia
%
Tidak
%
Jumlah
Anemia
< AKG
16
72,7
6
27,3
22
>AKG
12
25,5
35
74,5
47
Total
28
40,6
41
59,4
69
Berdasarkan
dapat
dilihat
Tabel
bahwa
tersebut
subyek
%
100
100
100
B12 kurang dari AKG 7,79 kali lebih
yang
besar dibandingkan dengan orang yang
anemia lebih banyak dengan kategori
memiliki asupan vitamin B12 lebih dari
asupan vitamin B12 kurang dari AKG
AKG. Hal ini sesuai dengan hasil
yaitu 72,7%. Sebaliknya subyek yang
penelitian
termasuk dalam kategori tidak anemia
Vitamin B12 dan asam folat
lebih banyak yang asupan vitamin B12
dibutuhkan
lebih dari AKG yaitu sebanyak 74,5%.
metabolisme sel dan diperlukan untuk
Hasil
Pearson
uji
Product
statistik
Moment
sebagai
kunci
dalam
dengan
perkembangan dari sel darah merah di
antara
dalam sumsum tulang. Vitamin B12
variabel asupan vitamin B12 dengan
bersamaan
kejadian anemia diperoleh hubungan
diperlukan dalam pematangan akhir sel
yang signifikan (ρ<0,05) dan memiliki
darah merah. Kekurangan vitamin ini
korelasi
menyebabkan
yang
positif.
Hal
ini
dengan
sel
asam
yang
folat
sedang
menunjukkan bahwa semakin tinggi
berkembang
tidak
asupan vitamin B12 semakin tinggi pula
memperbanyak
kadar hemoglobin (ρ =0,000; r =0,456).
pembelahan,
Nilai OR= 7,79; 95% CI (2,47 – 24,43)
Blood Cell) yang dihasilkan berukuran
artinya bahwa risiko anemia pada
besar (megaloblastik) (Barasi, 2007).
DNA
sehingga
mampu
sebelum
RBC
(Red
orang yang memiliki asupan vitamin
Hubungan Asupan Vitamin A dengan Kejadian Anemia
Tabel 9.
Hubungan antara Asupan Vitamin A dengan Kejadian Anemia
Asupan
Kejadian Anemia
Total
Vitamin A
Anemia
%
Tidak
%
Jumlah
Anemia
< AKG
7
30,4
16
69,6
23
>AKG
21
45,7
25
54,3
46
Total
28
40,6
41
59,4
69
8
%
100
100
100
Asupan
vitamin
subyek
Vitamin A yang terkandung di
sebagian besar termasuk dalam kriteria
dalam bahan makanan nabati dan
lebih dari AKG yaitu 66,7%. Walaupun
hewani berbeda. Vitamin A dalam
demikian, ternyata dari subyek dengan
bahan makanan hewani dalam bentuk
anemia lebih banyak yang asupan
performed
vitamin A di atas AKG sebesar 45,7%.
retinoid,
Sedangkan subyek yang tidak anemia
sedangkan vitamin A dalam bahan
sebagian
makanan
besar
A
asupan
vitamin
A
vitamin
retinol,
nabati
provitamin
yaitu 69,6%.
Bentuk performed
Pearson
uji
statistik
Product
dengan
Moment
(vitamin
dan
masuk dalam kategori di atas AKG
Hasil
A
A
A,
derivatnya)
dalam
bentuk
(karotenoid/karoten).
vitamin A tingkat
penyerapannya lebih tinggi yaitu 50%
antara
dibandingkan
dengan
provitamin
A
variabel asupan vitamin A dengan
hanya 10% yang dapat diubah menjadi
kejadian anemia diperoleh ρ=0,457
vitamin
(ρ>0,05)
ada
Keterbatasan dalam penelitian ini tidak
antara
membedakan sumber vitamin A hewani
yang
hubungan
artinya
secara
tidak
signifikan
asupan vitamin A dengan kejadian
A
(Naluloba,
1999).
dan nabati.
anemia. Hal ini tidak sejalan dengan
Faktor lainnya adalah adanya
penelitian yang dilakukan Kirana (2011)
infeksi cacing. Adanya cacing di dalam
pada
Semarang
usus
antara
yang
siswi
SMA
menunjukkan
di
signifikansi
dapat mengurangi jumlah besi
akan
digunakan
untuk
asupan zat besi dan vitamin A dengan
pembuatan sel darah merah. Perkiraan
kadar
adanya
jumlah cacing pada setiap orang yang
hubungan antara asupan vitamin A
terinfestasi rata-rata 350 ekor. Jumlah
dengan
zat
hemoglobin.
kadar
Tidak
hemoglobin
dapat
besi
dihitung
berdasarkan
disebabkan karena beberapa faktor
banyaknya telur cacing yang terdapat
salah
dalam tinja, jumlah zat besi yang hilang
vitamin
satunya
A.
faktor
Penyerapan
penyerapan
vitamin
A
perseribu telur adalah sekitar 0,8 mg
tergantung tingkat konsumsi protein,
(untuk Necator americanus) sampai 1,2
karena vitamin A diangkut oleh RBP
mg (untuk Ancylostoma duodenale)
sehingga apabila protein rendah maka
sehari. Banyaknya besi yang diserap
penyerapan vitamin A pun berkurang
cacing
walaupun asupan vitamin A dalam
dalam pembentukan sel darah merah
jumlah yang cukup (Briawan, 2014).
berkurang sehingga jumlah sel darah
109
mengakibatkan
suplai
besi
merah yang dihasilkanpun berkurang,
Saran
sehingga
terjadi
1. Untuk penelitian lebih lanjut perlu
anemia (Arisman, 2007). Penelitian ini
mengendalikan faktor infeksi seperti
tidak
infeksi
TBC,
terjadi
kecacingan.
dapat
berakibat
mengontrol
kecacingan,
faktor
sehingga
faktor
anemia pada subye kemungkinan tidak
2. Untuk
malaria,
mengendalikan
hanya dari asupan vitamin A yang
kecacingan,
kurang namun dapat juga terjadi karena
subyek
infeksi kecacingan.
terlebih dahulu.
Persentase kandungan hemo-
3. Hasil
ISPA
sebelum
infeksi
penelitian
diberikan obat
penelitian
ini
dan
cacing
didapatkan
globin 67% adalah zat besi. Pada
asupan zat besi siswi masih dalam
penelitian ini, sebagian besar subyek
kategori kurang yaitu 66,7%, oleh
asupan zat besi masuk dalam kategori
karena itu diharapkan siswi mampu
kurang sebanyak 66,7%. Vitamin A
meningkatkan asupan zat besi.
berperan
dalam
proses
membatu
penyerapab besi dan mobilisasi besi,
DAFTAR PUSTAKA
bukan zat yang mengandung besi
Barasi, M. E., 2007. At a Glance Ilmu
Gizi. Alih Bahasa : Hermin
Halim. Jakarta : Erlangga.
sehingga asupan vitamin A menjadi
tidak berarti jika tidak disertai dengan
asupan zat besi yang tinggi.
Briawan, D. 2014. Anemia Masalah
Gizi pada Remaja Wanita.
Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
PENUTUP
kejadian anemia pada siswi SMK
Dewoto HR. 2007. Vitamin dan Mineral.
dalam Farmakologi dan Terapi
edisi
kelima.Departemen
Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta : Gaya Baru.
Negeri 1 Sukoharjo
Duque,
Kesimpulan
1. Ada hubungan antara asupan zat
besi
dan
vitamin
B12
dengan
2. Tidak ada hubungan antara asupan
vitamin A dengan kejadian anemia
pada siswi SMK Negeri 1 Sukoharjo
X., et.al. 2014. Effect of
Supplementation with Ferrous
Sulfate or Iron Bis-Glycinate
Chelate
on
Ferritin
Concentration
in
Mexican
Schoolchildern : a Randomozed
Controlled
Trial.
Nutrition
Journal
Naluloba, R., Nestel P. 1999. The
Effect of Vitamin A Nutrition on
Health : A Review ILSI and
11
11
11
9
USAID. Washington D. C. USA.
: ILSI Press.
Oehadian, A. 2012. Pendekatan Klinis
dan Diagnosis Anemia. CDK194, Vol. 39, No. 6.
Qin, Y. et. al.. 2013. Anemia in relation
to body mass index and waist
circumference among chinese
women. Nutrition Journal, 12(1),
p.1. Available at: Nutrition
Journal.
Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya untuk Keluarga dan
Masyarakat.
Jakarta
:
Departemen
Pendidikan
Nasional
Syatriani, S. dan Astrina Aryani, 2010.
Konsumsi
Makanan
dan
Kejadian Anemia pada Siswi
Salah Satu SMP di Kota
Makasar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 4, No.
6.
Tarwoto, dkk., 2010.
Kesehatan
Remaja problem dan Solusinya.
Jakarta : Salemba Medika.
12
10
Download