mbipb-12312421421421412-baihaki-865-10-r38-05-b

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008 adalah 227.779.100 orang. Tingkat
pertumbuhan penduduk pada tahun 2005-2010 diperkirakan sekitar 1,15% per tahun dan
pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 273.000.000 orang
(www.datastatistik-indonesia.com, 2008). Jumlah penduduk yang besar tersebut
berkaitan langsung dengan masalah ketahanan pangan dan berbagai masalah lainnya
seperti pendidikan, tenaga kerja, transportasi dan sebagainya. Undang-undang No. 7
tahun 1996 tentang Pangan mendefinisikan Ketahanan Pangan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah
dengan melakukan diversifikasi pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya
sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga upaya peningkatan
perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya saing
dalam percaturan globalisasi. Dari segi fisiologis, manusia untuk dapat hidup aktif dan
sehat memerlukan lebih 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan.
Tidak ada satupun jenis pangan yang lengkap gizinya kecuali air susu ibu
(ASI)(www.banten.litbang.deptan.go.id, 2008) .
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan gizi
masyarakat adalah mendorong berbagai pihak termasuk pihak swasta untuk memproduksi
makanan non beras seperti mengolah makanan berbasis jagung menjadi produk makanan
seperti bihun jagung. Bihun yang selama ini dikenal sebagai makanan turunan beras,
disubstitusi bahan bakunya dari pati jagung dengan produknya yang dikenal dengan nama
bihun jagung.
Pati jagung diharapkan dapat mengurangi pemakaian beras untuk bihun. Bukan
berarti ini akan menghilangkan pemakaian bihun dari tepung beras, tetapi untuk
menambah keragaman produk yang telah ada supaya dapat mengatasi tingginya minat
masyarakat terhadap pemakaian bahan pangan bihun. Bihun jagung dapat diandalkan
sebagai makanan utama dengan diolah menjadi bihun goreng dan bihun rebus. Hanya
saja perlu diperhatikan komposisi dan variasi masakan pendamping seperti lauk-pauk
(protein) dan sayuran untuk memenuhi kelengkapan gizi yang dibutuhkan. Misalnya, satu
porsi bihun goreng ditambah satu butir telur, 100 gram tahu, dan 50 gram sayuran cukup
untuk
memenuhi
porsi
makan
siang
ditambah
buah
sebagai
pelengkap
(www.cetak.kompas.com, 2008).
Bihun jagung ini dicetuskan dan dikembangkan pertama kali pada awal tahun
2005 oleh perusahaan lokal bernama PT. Subafood Pangan Jaya (PT. SPJ)
yang
berlokasi di Tangerang, Banten. Penamaan bihun jagung bertujuan untuk memudahkan
pengenalan kategori produk ini ke pasar. Perusahaan ini memutuskan untuk menamai
kategori produk ini bihun jagung karena proses produksinya mirip dengan proses
pembuatan bihun pada umumnya namun menggunakan bahan dasar pati jagung bukan
tepung beras. PT. SPJ memproduksi bihun jagung tersebut dalam upaya untuk
mendukung program pemerintah untuk pengembangan diversifikasi pangan yang berbasis
lokal dan mengurangi ketergantungan impor terutama yang berbahan dasar gandum.
Prospek bihun jagung sejak diproduksi pertama kali tahun 2006 mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat. Data produksi bihun jagung dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini :
Tabel 1. Produksi Bihun Jagung
Tahun
Produksi (ton/bln)
2006
200
2007
1.000
2008
6.000
2009
10.000
2010
15.000
Jumlah Produsen
2
4
10
Keterangan
Prediksi
Prediksi
Sumber : Tjokrosaputra, 2008.
Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa produksi produk bihun jagung setiap tahun meningkat
lebih dari dua kali lipat, yang berarti bihun jagung dapat diterima dan disukai oleh semua
lapisan masyarakat karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya lebih kenyal, lebih
tahan lama (tidak mudah basi), lebih sehat (tidak melalui proses penggorengan,
melainkan pengukusan), dan memiliki harga yang terjangkau. (Tjokrosaputra, 2008).
Pertumbuhan produksi bihun jagung yang tinggi belum diimbangi dengan
tumbuhnya industri yang mengolah jagung menjadi tepung/pati jagung yang diperlukan
sebagai bahan baku, menyebabkan kebutuhan bahan baku masih diimpor dari luar negeri
terutama dari Cina.
Sampai dengan akhir tahun 2008 tercatat 10 perusahaan yang
memproduksi bihun jagung dengan total produksi mencapai 72.000 ton. Kondisi ini
menyebabkan persaingan produksi bihun jagung menjadi semakin ketat.
Pangsa pasar bihun jagung PT. SPJ mencapai 20% dari seluruh produksi bihun
jagung nasional (Tjokrosaputra, 2008). Selain itu kondisi keuangan PT. SPJ dari tahun
2005-2008 yang masih mengalami kerugian, mendorong perusahaan untuk melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan inovasi dan daya saing.
Meningkatkan inovasi dan daya saing produk bihun jagung. Peran teknologi tidak
kalah pentingnya dari peran bisnis (agar produksi bihun jagung mencapai hasil yang
optimal). Pada kesempatan ini penulis melakukan kajian strategi bisnis dan teknologi
produksi bihun jagung yang diterapkan di PT. SPJ. Kajian teknologi meliputi penggunaan
komponen teknologi dikelompokkan sebagai technoware, humanware, inforware dan
orgaware (THIO) dan kemampuan teknologi
yang meliputi kemampuan operatif,
suportif, akuisitif, dan inovatif untuk menentukan status teknologi. Analisis lingkungan
internal dan eksternal dilakukan untuk menentukan strategi bisnis, kemudian dikaji
keterkaitan antara strategi bisnis dan teknologi untuk meningkatkan inovasi dan daya
saing perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi internal dan eksternal perusahaan yang meliputi kondisi politik,
ekonomi, sosial dan teknologi (PEST) ?
2. Bagaimana status komponen dan kemampuan teknologi yang dimiliki oleh PT. SPJ
agar mampu menghasilkan bihun jagung secara optimal ?
3. Bagaimana strategi bisnis dan teknologi untuk meningkatkan inovasi dan daya saing ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menganalisis kondisi internal dan eksternal perusahaan yang meliputi kondisi politik,
ekonomi, sosial dan teknologi (PEST)
2 Mengkaji status komponen dan kemampuan teknologi yang dimiliki oleh PT.SPJ agar
mampu menghasilkan bihun jagung secara optimal.
3 Memformulasikan strategi bisnis dan teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan
inovasi dan daya saing.
Untuk Selengkapnya Tersedia Di Perpustakaan MB-IPB
Download