5 2.1 Ruang Lingkup dan Manfaat Evaluasi Lahan Lahan dapat

advertisement
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Lingkup dan Manfaat Evaluasi Lahan
Lahan dapat diartikan bermacam-macam tergantung dari sudut pandang
orang mendefinisikannya. Lahan merupakan bagian dari bentang alam
(landscape) yang mencangkup pengertian lingkungan fisik termasuk tanah, iklim,
topografi, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami yang secara potensial
akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Informasi
sumberdaya lahan merupakan data dasar dalam evaluasi lahan secara tidak
langsung. Evaluasi lahan tidak menentukan bagaimana cara perubahan tataguna
lahan harus dilaksanakan, akan tetapi penyediaan data atau informasi sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan (Sitorus, 1985).
Evalusi sumberdaya lahan pada dasarnya adalah proses pendugaan potensi
sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan. Kerangka dasar dari evaluasi
sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang ada pada lahan
tersebut. Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian
tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan
kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang
dapat diharapkan berhasil. Dengan demikian manfaat yang mendasar dari evaluasi
sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan
tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan
lahan yang akan dilakukan. Evaluasi lahan merupakan penghubung antara
berbagai aspek dan kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan
tujuan sosial ekonomi. Ketidak cocokan penggunaan lahan yang menimbulkan
5
6
dampak negatif, memerlukan pendataan kesesuaian lahan secara fisik melalui
kegiatan evaluasi.
2.2 Ruang Terbuka Hijau Kota
Ruang terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik
sebagai penunjang ekologis dan fungsi ekstrinsik yaitu sebagai fungsi arsitektural
(estetika), fungsi sosial dan ekonomi. Ruang terbuka hijau dengan fungsi
ekologisnya bertujuan untuk menunjang keberlangsungan fisik suatu kota dimana
ruang terbuka hijau tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka hijau yang
berlokasi, berukuran dan memiliki bentuk yang pasti dalam suatu wilayah kota.
Sedangkan sementara itu ruang terbuka hijau untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial,
ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka hijau pendukung dan penambah
nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan
berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan,
rekreasi,dan pendukung arsitektur kota ( DPU, 2005).
Porsi 30% luasan ruang terbuka hijau kota merupakan ukuran minimal
untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota baik keseimbangan sistem
hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, ruang
terbuka bagi aktivitas publik serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika
kota ( Hakim,2004).
Struktur tenaga kerja di Kota Denpasar berbeda dengan struktur tenaga
kerja Provinsi Bali. Di Provinsi Bali sektor pertanian masih mendominasi dalam
penyerapan tenaga kerja, di Kota Denpasar pertanian hanya mampu menyerap
1,37 persen tenaga kerja. Jumlah ini semakin menurun dibandingkan dengan
7
tahun 2009 yaitu sebesar 1,92 persen. Menurunnya kontribusi tenaga kerja sektor
pertanian sejalan dengan semakin mengecilnya lahan pertanian di Kota Denpasar.
Pada tahun 2009 luas tanah sawah di Kota Denpasar adalah sekitar 2.695 Ha
namun pada tahun 2011 tanah sawah yang tersisa adalah sekitar 2.632 Ha ( BPS
2011).
Kedelai dan kacang tanah merupakan salah satu komoditas palawija yang
tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, karena hampir semua masyarakat
menggunakan olahan kedelai yaitu tempe. Dari hasil survei yang dilakukan ke
pasar tradisional para pedagang mengatakan permintaan kedelai dan kacang tanah
selalu meningkat setiap tahun. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari
dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian tempat
1000 – 1800 m diatas permukaan laut (dpl). Jagung merupakan tanaman palawija
yang berumur pendek, sehingga cepat mendatangkan hasil. Tanaman jagung yang
diambil hasilnya ialah buahnya yang berbentuk tongkol (Kartosaputra, 2000).
Selain itu meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap gaya hidup sehat
menciptakan peluang usaha yang bagus bagi petani jagung. Pasalnya, kebutuhan
jagung berkualitas juga ikut meningkat. Terlebih jika petani jagung membidik
pasar menengah ke atas dengan mengutamakan kualitas jagung tanpa
menggunakan pestisida. Biasanya, jagung ini dijual ke pasar modern dan
supermarket dengan harga yang lebih menguntungkan, sedangkan tanaman
kedelai dan kacang tanah juga mempunyai nilai jual yang bagus.
2.3 Kualitas lahan
Karakteristik lahan mencangkup faktor-faktor lahan yang dapat diuukur
atau ditaksir besarannya, seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, ketersediaan
8
air dan sebagainya (Hardjowigeno & Widiatmaka, 2007). Satu jenis karakteristik
lahan dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya
tekstur tanah dapat berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah tidaknya tanah
diolah, kepekaan erosi, dan lain-lain. Bila karakteristik lahan digunakan secara
langsung dalam evaluasi lahan, maka dapat timbul pengaruh terhadap lebih darri
satu jenis kualitas lahan, juga karena adanya interaksi dari beberapa karakteristik
lahan antara lain interaksi antara curamnya lereng, panjang lereng, permeabilitas,
struktur tanah, intensitas curah hujan dan sifat-sifat lain. Karena itu dianjurkan
agar dalam membandingkan sifat-sifat lahan dengan syarat-syarat penggunaan
lahan digunakan kualitas lahan, bukan karakteristik lahan (Hardjowigeno, dkk,
2007).
Kualitas lahan adalah sifat-sifat lahan yang mempunyai pengaruh nyata
terhadap kemampuan atau kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Menurut
Hardjowigeno dan Widiatmaka bahwa kualitas lahan adalah sifat-sifat lahan yang
dapat diukur langsung yang mempunyai pengaruh nyata terhadap kesesuaian
lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu oleh beberapa karakterstik lahan,
misalnya ketersediaan hara dapat ditentukan berdasarkan ketersediaan P dan K
dapat ditukar, dan sebagainya. Sebagai acuan untuk keperluam evaluasi
kesesuaian lahan menurut Djaenudin, dkk., (2003), beberapa ciri lahan yang
dikelompokkan ke dalam kualitas lahan adalah sebagai berikut:
1. Temperatur (tc) : temperatur rata-rata tahunan (0C).
2. Ketersediaan air (wa), terdiri dari : curah hujan (mm/tahun), bulan kering
(bln) dan kelembaban udara (%).
3. Ketersediaan oksigen (oa) : drainase.
9
4. Media perakaran (rc), terdiri dari : tekstur tanah, bahan kasar (%) dan
kedalaman tanah (cm).
5. Retensi hara (nr), terdiri dari : KTK (cmol), kejenuhan basa (%), pH tanah
H2O dan C-organik (%).
6. Toksisitas (xc) : salinitas (ds/m).
7. Bahaya erosi (eh), terdiri dari : lereng (% ) dan bahaya erosi.
8. Bahaya banjir (fh) : genangan.
9. Penyiapan lahan (lp), terdiri dari : batuan permukaan (%) dan singkapan
batuan (%).
2.4 Persyaratan Tumbuh Tanaman
Tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan
tertentu yang memungkinkan antara tanaman satu dengan tanaman lainnya
berbeda. Persyaratan tersebut antara lain meliputi : temperatur, ketersediaan
oksigen, media perakaran, retensi hara, toksisitas, bahaya erosi, bahaya banjir, dan
penyiapan lahan. Persyaratan tumbuh tanaman yang tergolong sebagai kualitas
lahan ketersediaan oksigen yaitu drainase sangat memegang peran penting dalan
persyaratan tumbuh tanaman. Ada tanaman yang memerlukan drainase terhambat
seperti jenis tanaman air termasuk padi sawah. Namun pada umumnya tanaman
menghendaki drainase yang baik, artinya di dalam tanah cukup tersedia oksigen
sehingga akar dapat berkembang dengan baik dan mampu menyerap unsur hara
secara optimal (Puslitanak, 1993).
Persyaratan tumbuh yang diperlukan oleh masing-masing tanaman
mempunyai batas minimum, optimum dan maksimum. Untuk keperluan evaluasi
lahan yaitu menentukan kesesuaian lahan, maka persyaratan tumbuh tanaman ini
10
dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kesesuaian lahan (Djaenudin, dkk.,
2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ada 2 yaitu
faktor baka dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan adalah rangkaian semua
persyaratan ( kondisi) luar yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan dan
perkembangan organisme. Misalnya faktor tersebut adalah : (1) suhu dan curah
hujan, (2) ketersediaan air, (3) energi surya, (4) mutu atmosfir, (5) struktur dan
komposisi udara tanah, (6) tanah, (7) organisme. Apabila kondisi tanah dan
lingkungan cukup serasi seperti tanah subur, gulma dan hama penyakit terkendali
maka pertumbuhan tanaman hibrid (unggul) maupun lokal dapat berproduksi
secara maksimal.
2.5 Tipe penggunaan lahan
Penggunaan lahan secara umum adalah penggolongan penggunaan lahan
secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian irigasi, padang rumput,
kehutanan, atau daerah rekreasi. Penggunaan lahan secara umum biasanya
ddigunakan untuk evaluasi lahan secara kualitatif atau dalam survei tinjau.
Penggunaan lahan adalah jenis-jenis penggunaan lahan yang diuraikan
secara lebih detail karena menyangkut pengelolaan, masukan yang diperlukan dan
keluaran yang diharapkan secara spesifik. Dalam evaluasi lahan setiap jenis
penggunaan lahan dirinci kedalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan
lahan bukan merupakan tingkat kategori dari klasifikasi penggunaan lahan, tetapi
mengacu kepada penggunaan lahan tertentu yang tingkatannya dibawah kategori
11
penggunaan lahan secara umum, karena berkaitan dengan aspek masukan,
teknologi, dan keluarannya (Djaenudin , ddk., 2003).
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka tipe penggunaan lahan adalah
tipe penggunaan lahan yang diperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk
suatu daerah dengan kedaan fisik dan sosial ekonomi tertentu. Pada keadaan
tertentu tipe-tipe penggunaan lahan secara terinci tidak hanya terdiri dari satu
macam tanaman saja, dikenal tipe penggunaan lahan tunggal, tipe penggunaan
lahan ganda, dan tipe penggunaan lahan majemuk.
Tipe penggunaan lahan tunggal adalah penggunaan lahan untuk satu jenis
tanaman saja, mislnya untuk perkebunan cengkeh, kopi, kakao, dan sebagainya.
Tipe penggunaan lahan ganda adalah penggunaan lahan untuk lebih dari satu jenis
tanaman sekaligus, dan tiap-tiap jenis tanaman membutuhkan input atau masukan
yang berbeda, syarat-syarat tumbuh dan memberikan hasil yang berbeda-beda,
sebagai contoh adalah hutan produksi yang sekaligus digunakan sebagai tempat
rekreasi. Tipe penggunaan lahan majemuk adalah penggunaan lahan lebih dari
satu jenis tanaman akan tetapi untuk tujuan evaluasi lahan dianggap sebagai satu
kesatuan, jenis penggunaan lahan yang berbeda mungkin saja terjadi dalam urutan
waktu tertentu, miaslnya rotasi tanaman atau terjadi dalam yang sama secara
simultan, akan tetapi di tempat yang berbeda dalam satu kesatuan lahan yang
sama.
Penggunaan lahan secara umum adalah penggolongan penggunaan lahan
secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian irigasi, padang rumput,
kehutanan, atau daerah rekreasi. Penggunaan lahan secara umum biasanya
ddigunakan untuk evaluasi lahan secara kualitatif atau dalam survei tinjau.
12
2.6 Evaluasi Kesesuaian Lahan
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka Evaluasi kesesuaian lahan adalah
membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang
diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang
digunakan. Dengan cara ini maka diketahui potensi lahan atau kesesuaian lahan
untuk jenis penggunaan lahan tersebut.
Potensi suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya
ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim,
tanah, terrai yang terdiri dari lereng, tofografi/bentuk wilayah, batuan di
permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan, hidrologi, dan
persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Kecocokan
antara sifat lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan lahan
atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa
lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut (Djaenudin,
dkk., 2003).
Pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu dapat dikenal dua
tahapan untuk menentukan lahan yang sesuai. Tahapan pertama adalah menilai
persyaratan tumbuh tanaman yang akan diusahakan atau mengetahui sifat-sifat
tanah dan lokasi yang pengaruhnya bersifat negatif terhadap tanaman. Tahapan
kedua adalah mengidentifikasi dan membatasi lahan yang mempunyai sifat-sifat
yang diinginkan tetapi tanpa sifat lain yang tidak diinginkan. Peta-peta tanah
membuat
kedua
tahap
ini
lebih
mudah
dilaksanakan.
Di
dalam
menginterpretasikan peta-peta tanah dalam hubungannya dengan kesesuaian lahan
sangat tergantung tanaman dan tindakan pengelolaan yang diperlukan, evaluasi
13
lahan sangat tergantung pada informasi-informasi yang diperoleh dari survei tanah
tersebut (Sitorus, 2004).
Kerangka FAO dapat dipakai untuk klasifikasikan kuantitatif maupun
kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah
pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya untuk tujuan penggunaan
tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Struktur dari sistem klasifikasi
kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan
generalisasi yang bersifat menurun yaitu (Djaenudin, dkk., 2003) :
1. Ordo kesesuaian lahan menunjukkan jenis/macam kesesuaian atau
keadaan kesesuaian secara umum.
2. Kelas kesesuaian lahan menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
3. Sub kelas kesesuaian lahan menunjukkan jenis pembatas atau macam
perbaikan yang diperlukan dalam kelas.
4. Unit kesesuaian lahan menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang
diperlukan dalam pengelolaan di dalam sub kelas.
Ordo kesesuaian menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu. Ordo kesesuaian lahan dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Ordo S (sesuai) : Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang
dapat dipergunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari,
tanpa atau dengan resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.
Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan
lebih masukaan yang diberikan.
14
2. Ordo N ( tidak sesuai) : Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai
pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya secara
lestari.
Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan
menggambarkan tingkat kesesuaian dari ordo. Maka pembagian kelas-kelas
tersebut adalah :
1. Kelas S1 (sangat sesuai) : lahan tidak mempunyai pembatas yang
berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai
pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata
terhadap produksinya serta tidak akan masukan dari apa yang telah
biasa diberikan.
2. Kelas S2 (cukup sesuai) : Lahan yang mempunyai pembatas agak
berat untuk suatu penggunan yang lestari. Pembatas akan
mengurangi produktivitas dan keuntungan serta meningkatkan
masukan yang diperlukan.
3. Kelas S3 ( sesuai marginal) : Lahan yang mempunyai pembatas
yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas
akan mengurangi produksivitas atau keuntungan dan perlu
menaikan masukan yang diperlukan.
2.7 Faktor Pembatas Lahan dan Perbaikan lahan
Pembatas lahan adalah kualitas lahan yang mempunyai pengaruh yang
merugikan bagi suatu jenis penggunaan lahan. Sifat pembatas ada yang bersifat
sementara dan tetap. Sifat pembatas yang bersifat sementara yaitu ketersediaan
15
oksigen (drainase), retensi hara, dan bahaya erosi (lereng kurang dari 45% dan
erosi). Sedangkan sifat pembatas yang bersifat tetap yaitu temperatur,
ketersediaan air, media perakaran (tekstur dan kedalaman tanah), dan bahaya erosi
(lereng lebih dari 45%).
Ketersediaan air (iklim) adalah faktor alam yang tidak dapat diubah dalam
peningkatan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian disuatu daerah
(Rahman, 1992). Perbaikan lahan adalah kegiatan-kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan yang menguntungkan terhadap kualitas lahan.
Perbaikan besar merupakan perbaikan yang memberikan efek besar, dengan biaya
besar dan bersifat permanen misalnya pembuatan jaringan irigasi atau pembuatan
saluran-saluran drainasi di daerah rawa. Perbaikam kecil adalah perbaikan yang
mempunyai efek kecil, dengan biaya kecil dan besifat tidak permanen, yang dapat
dilakukan sendiri oleh petani. Contohnya membersihkan batu-batu di permukaan,
pemberian pupuk dan sebagainya ( Hardjowigeno & Widiatmaka, 2007).
2.8 Arahan Penggunaan/ Pengelolaan Lahan
Setelah dilakukan evaluasi lahan, maka akan diperoleh hasil penilaian
yang berupa kelas kesesuaian lahan dalam kondisi aktul dan potensial yang
merupakan dasar penyusun arahan penggunaan lahan dan pengelolaan lahan.
Arahan penggunaan dan pengelolaan lahan berdasarkan atas potensi sumberdaya
lahan dan kesesuaian lahan bagi pengembangan komoditas tertentu guna
memperoleh manfaat penggunaan lahan yang optimal (Dirjen PU, 1990). Oleh
karena itu perencanaan tata guna lahan perlu dibuat untuk mengantisipasi
terjadinya kerusakan lahan.
16
Perencanaan adalah suatu proses yang mengubah proses lain, atau
mengubah suatu keadaan untuk mencapai maksud yang dituju oleh perencana atau
orang/badan yang diwakili oleh perencana itu (Jayadinata, 1992). Perencanaan
meliputi :
1. Analisis, yaitu interpretasi data, ramalan, pemikiran untuk masa depan
yang bertitik tolak dari keadaan masa kini.
2. Kebijaksanaan (policy), yakni pemilihan rencana yang baik untuk
pelaksanaan yang meliputi pengetahuan mengenai maksud dan kriteria
untuk menelaah alternatif-alternatif rencana.
3. Rancangan atau disain, yaitu rumusan dan sajiam rencana.
Proses perencanaan memerlukan kupasan data, oleh karena itu harus
didahului dengan pengumpulan data lewat telaah dan survei.
Perencanaan itu mendapat bantuan dari berbagai bidang ilmu dan
memberikan bantuan pula kepada berbagai ilmu.
2.9 Persyaratan Tumbuh Tanaman Padi dan Palawija
1. Persyaratan Tumbuh Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa)
Tanaman padi yang unggul haruslah memiliki sifat-sifat antara lain:
produksi gabah tinggi, umur tanam pendek, tahan terhadap hama/penyakit,
tahan rebah dan tidak mudah rontok. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah
yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik
rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah
hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik
untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk
tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.
17
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah
yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu
dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan
baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH
antara 4 -7.
Tanaman padi dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan cara
tanamnya, yaitu: tanaman padi sawah irigasi dan tanaman padi kering. Untuk
tanaman padi kering dapat dibagi lagi menjadi tiga kelompok, yaitu: padi
ladang, padi tegalan dan padi gogo rancah. Padi ladang adalah lahan kering
yang ditanam pada tanah hutan yang baru dibuka. Padi tegalan adalah lahan
kering yang ditanam pada tanah tegalan atau ladang sedangkan untuk padi
gogo rancah adalah padi kering yang ditanam ditegalan atau ladang tetapi
setelah selesai musim hujan sehingga kondisi tanah menyerupai kondisi tanah
di sawah irigasi (Kartosaputra, 1987).
2. Persyaratan Tumbuh Tanaman Kacang Tanah ( Arachis hypogeae L.)
Tanaman kacang
tanah cocok
ditanam
didataran
rendah
yang
berketinggian dibawah 500 m dpl. lklim yang dibutuhkan tanaman kacang tanah
adalah bersuhu tinggi antara 25°C - 32°C, kelembaban ( 65 % - 75 % ), curah
hujan 800 mm -1300 mm per tahun, tempat terbuka.
Media tanaman kacang tanah membutuhkan tanah yang
berstruktur
ringan, seperti tanah Regosol, Andosol, Latosol dan Alluvial. Kacang tanah dapat
dibudidayakan di lahan sawah berpengairan, sawah tadah hujan, lahan kering
(Kartosaputra, 1987).
18
3. Persyaratan Tumbuh Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Tanaman jagung membutuhkan curah hujan ideal sekitar 85-200
mm/bulan dan harus merata. Suhu optimum antara 23 0C – 30 0C. Jagung tidak
memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya
humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m
dpl. (Kartosaputra, 1987).
4. Persyaratan Tumbuh Tanaman Kedelai (Glycine max)
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok
bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung.
Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman
kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400
mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai
membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki
tanaman kedelai antara 21-340 C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan
tanaman kedelai 23-270 C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan
suhu yang cocok sekitar 300 C. Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah
yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman
indikator yang baik bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula
ditanami kedelai Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol,
latosol dan andosol. (Kartosaputra, 1987).
19
5. Persyaratan Tumbuh Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata)
Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman kacang hijau adalah tanah liat
berlempung banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik.
Struktur tanah gembur, dengan tingakt keasaman (pH) 5,8 - 7,0 pH optimal adalah
6,7. (Kartosaputra, 1987).
6. Persyaratan Tumbuh Tanaman Ketela Pohon (Manihot utilissima)
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon / singkong antara
1.000 - 2.500 mm/th. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon/singkong
sekitar 10 0C. Bila suhunya dibawah 10 0C menyebabkan pertumbuhan tanaman
sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang
sempurna. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon/singkong
antara 60 - 65%. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela
pohon/singkong sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan
perkembangan umbinya.
Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon/singkong adalah tanah yang
berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu porous serta kaya
bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik,
unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk
tanaman ketela pohon/singkong adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah
kuning, mediteran, grumosol dan andosol. pH tanah yang sesuai untuk budidaya
ketela pohon berkisar antara 4,5 - 8,0 dengan pH ideal 5,8. (Kartosaputra, 1987).
7. persyaratan Tumbuh Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
Iklim tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-
20
27 °C, daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah
yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar
tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu
tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang
pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi
dipanen.Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.
Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi
jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar
pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang
hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah
becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi
jalar kerdil, umbi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol. Derajat
keasaman tanah (pH) adalah 5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan kelembaban
tanah yang cukup. Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas
tanaman padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman
membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di
musim kemarau harus tersedia air yang memadai. (Kartosaputra, 1987).
Persyaratan tumbuh tanaman ini dijadikan dasar dalam menyusun kriteria
kesesuaian lahan Djaenudin. dkk (2003). Berikut ini akan dipaparkan syarat
tumbuh beberapa jenis tanaman padi dan palawija sesuai dengan kriteria
Djaenudin dkk (2003) telampir.
Download