ii. pendekatan teoritis

advertisement
II. PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa berarti suatu kegiatan menyampaikan pesan
melalui media dan media yang digunakan harus dapat dijangkau khalayak yang
kedudukannya tersebar luas, jumlahnya banyak atau bersifat massal, serta dalam
waktu bersamaan (Gunardi, dkk, 2004). Sebagaimana dikutip Rakhmat (2003),
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang, sementara menurut Gerbner dalam Rakhmat (2003),
komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan
lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam
masyarakat. Komunikasi massa melibatkan sejumlah besar orang yang heterogen
dan tidak dikenal oleh sumber pesan.
Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang melibatkan media
dalam menyampaikan informasi yang berasal dari sumber informasi kepada
penerima informasi, dimana penerima informasi ini tidak mencakup berada dalam
satu tempat dan pada waktu yang bersamaan (Jubido, 2007). Menurut De Vito
(1997), pengertian komunikasi massa adalah sejumlah variabel yang terdapat
dalam komunikasi massa yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses, konteks, dan
sarana-sarana dalam komunikasi massa yang paling banyak digunakan seperti
radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, koran, hasil rekaman audio-kaset dan
internet.
Wright dalam Gunardi, dkk (2004) menyatakan bahwa komunikasi massa
merupakan jenis khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi
pengoperasian terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat
komunikatornya. Komunikasi massa dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi
informasi, membujuk orang lain, menciptakan persepsi atas masalah-masalah
serta mempertimbangkan solusinya. Komunikasi massa merupakan bentuk
adaptasi akan lingkungan.
2.1.2 Siaran Televisi
Televisi merupakan bagian dari perkembangan media massa. Melalui
televisi, masyarakat dapat mengetahui kejadian yang terjadi di luar sana, baik
kejadian yang terjadi di Indonesia maupun di luar negeri. Hampir tidak ada berita
yang tidak dapat diketahui oleh masyarakat karena televisi. Masyarakat Indonesia
khususnya dapat menikmati suguhan acara-acara yang ditayangkan baik televsi
pemerintah maupun swasta. Untuk acara televisi swasta saat ini, cukup disenangi
di hampir semua lapisan masyarakat.
Televisi dapat diartikan sebagai pemancar televisi yang berfungsi untuk
mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar secara bersama-sama dengan
sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi
penerima pada jarak jauh (Setyobudi dalam Shanti, 2008). Menurut Kuswandi
dalam Syarief (2008), televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran
yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu berita dan informasi
yang sangat tepat, cepat, dan audiovisual yang dapat meningkatkan pemahaman
seseorang akan informasi yang ditayangkan.
Komunikasi massa bersifat periodik dan penyelenggara komunikasi ini
bukan perorangan melainkan sekelompok organisasi yang kompleks dengan
pembiayaan yang sangat besar. Televisi sebagai bagian media massa
menunjukkan bahwa setiap pesan yang disampaikan memiliki tujuan untuk
mendapatkan khalayak penonton serta mengharapkan adanya umpan balik baik
secara langsung maupun tidak langsung (Shanti, 2008)
Pada awalnya televisi ditemukan oleh mahasiswa Jerman (dalam bentuk
electrische teleskop) yang bernama Paul Nipkov yang dijuluki “bapak” televisi
untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain. Kelebihan
televisi antara lain menyampaikan pesan seolah-olah langsung antara komunikator
dengan komunikan. Media televisi bersifat hanya meneruskan sehingga pesanpesan yang disampaikan tersebut hanya dapat didengar dan dilihat sekilas. Isi
pesan media televisi berasal dari sumber resmi tentang suatu isu yang terjadi di
masyarakat.
Selain itu, pesan yang disampaikan pula harus singkat dan jelas, intonasi
dan artikulasi harus tepat dan baik. Kelemahan televisi yang bersifat hanya
meneruskan ini membuat isi pesan televisi tersebut tidak dapat ditangkap jelas
oleh khalayak. Media televisi terikat oleh waktu dan tidak dapat melakukan kritik
sosial dan pengawasan secara langsung dan vulgar (Kuswandi dalam Kurniasih
2006).
Televisi merupakan bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk
berinteraksi satu sama lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan
dan persamaan persepsi tentang adanya suatu isu yang berkembang dan terjadi di
berbagai belahan bumi ini. Akan tetapi dengan kehadiran televisi ini, perlu
diwaspadai pula akan monopoli negara maju terhadap arus informasi. Dimana
dengan kemampuan media televisi untuk menarik perhatian massa berarti bahwa
media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis (Shanti,
2008).
Menurut Hofmann dalam Kurniasih, 2006, terdapat lima teori fungsi
televisi. Pertama fungsi pengawasan situasi masyarakat dan dunia yang disebut
juga fungsi informasi, dimana televisi berfungsi mengamati kejadian dalam
masyarakat dan melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.
Informasi-informasi yang diberitakan umumnya berkaitan dengan kebutuhan
manusia, seperti informasi cuaca, finansial, atau produk barang, Kedua,
menghubungkan hasil yang satu dengan yang lain: televisi tidak hanya
berkesinambungan, tetapi dapat pula menghubungkan hasil pengawasan yang satu
dengan hasil pengawasan lainnya secara lebih mudah daripada sebuah dokumen
tertulis, Ketiga, menyalurkan kebudayaan: televisi tidak hanya mencari, tetapi ikut
juga mengembangkan kebudayaan. Fungsi ini disebut juga fungsi pendidikan,
Keempat, fungsi hiburan: saat ini hiburan semakin dianggap sebagai kebutuhan
manusia, dimana tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar, Kelima,
pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat: jika terjadi wabah
penyakit di suatu daerah, televisi tentu akan menayangkan berita tentang daerah
tersebut, sehingga masyarakat dapat mengetahui berita tentang adanya bahaya
suatu penyakit. Berdasarkan fungsinya, maka televisi disebut sebagai pengawas.
Televisi harus proaktif memberikan motivasi dan menganjurkan pada masyarakat
agar orang-orang mau dibantu dan membantu.
Jika dikaitkan dengan media massa, khalayak atau receiver pesan selalu
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Khalayak bukanlah suatu ide yang
abstrak. Secara umum, khalayak dapat didefinisikan bahwa khalayak dikaitkan
dengan skala dan spesifitas (specifity). Khalayak merupakan komponen penting
dalam komunikasi massa, karena jika tidak ada khalayak maka komunikasi massa
pun tidak ada pula. Dengan kata lain, khalayak diartikan sebagai orang-orang
yang berada dalam komunikasi massa.
Suatu tayangan televisi dapat memiliki mutu yang baik yang dinilai dari
beberapa kriteria atau kebijakan. Setiap stasiun televisi memiliki kebijakan
tersendiri untuk menciptakan suatu program yang bermutu. Materi atau isi
program yang bermutu merupakan keunggulan suatu program, yang dapat
ditentukan oleh beberapa faktor, seperti (1) materi yang aktual, faktual dan sesuai
dengan kebutuhan khalayak, dan (2) kemasan acara yang menarik dan memikat
khalayak. Selain itu, presenter atau penyiar yang membawakan program (jika
ada), harus berpenampilan menarik dan berwawasan luas sehingga dapat
menyuguhkan informasi pada khalayak. Sebagaimana dikutip Jubido (2007),
Masduki menyatakan bahwa presenter atau penyiar harus memiliki sikap, bahasa
dan memiliki wawasan professional. Selain itu, faktor biologis juga menentukan
presenter yang baik menurut khalayak.
Kesesuaian jam tayang program serta jumlah jam tayang suatu program
yang baik dapat meningkatkan mutu tayangan program tersebut. Stasiun televisi
harus dapat ‘membaca’ khalayak, kapan waktu khalayak (dengan umur, jenis
kelamin tertentu) menonton suatu acara.
Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang
ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi
program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan
berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan formatformat umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk
show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, dan lain-lain. Berdasarkan isi,
program televisi berbentuk berita dapat diklasifikasikan antara lain berupa
program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi
berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam hard news atau berita-
berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan soft news yang
mengangkat berita bersifat ringan.2 Feature sebenarnya merupakan bagian dari
soft news.
2.1.3 Program Jelajah di Trans TV
Terdapat sejumlah program siaran di Trans TV, diantaranya adalah siaran
acara berita, hiburan seperti komedi, infotainment sampai sinetron. Program acara
tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga departemen, yaitu: Departemen
Magazine,
Departemen
Buletin,
dan
Departemen
Operasional.
Untuk
Departemen Magazine biasanya memuat acara-acara mingguan sementara
Departemen Buletin menyajikan acara-acara harian.
Salah satu program yang di bawah tangung jawab Departemen Magazine
adalah Jelajah. Program ini pertama kali ditayangkan pada tanggal 1 Desember
2001, sebelum launching Trans TV tanggal 15 Desember 2001. Semenjak itu
Jelajah tayang seminggu sekali setiap hari Sabtu dengan durasi 30 menit. Setelah
itu jam tayang dan durasi Jelajah beberapa kali mengalami perubahan. (Riyadi,
2008)
Program ini merupakan alternatif lain bentuk berita atau news feature yang
unik dan menarik. Jelajah dikemas dalam bentuk story-line yang komunikatif dan
menghibur namun tetap seimbang dan tajam. Jelajah sangat luas lingkupnya
antara lain membahas tema hobi, gaya hidup, profesi, travel, budaya, kepercayaan,
lingkungan, masalah perkotaan, sosial-ekonomi, penemuan, petualangan, misteri,
dan kesehatan. 3
2.1.4 Khalayak Siaran Televisi
Khalayak massa adalah suatu fenomena dalam media khususnya pada abad
ke-19. Orang-orang beramai-ramai membaca atau menonton produk yang sama.
Televisi memiliki banyak khalayak untuk program acara yang berbeda-beda.
Orang-orang yang sama tidak akan konsisten menonton pro4gram yang sama.
2
3
http://www.id.wikipedia.com. Diakses tanggal 22 Maret 2009
ibid
Dilain pihak, terdapat pula tipe-tipe khalayak yang serupa untuk program acara
tertentu.
Khalayak-khalayak tersebut bersifat spesifik dan saling melengkapi: (1)
khalayak yang didefiniskan menurut majalah, rekaman, film tertentu yang akan
mereka konsumsi, (2) terdapat khalayak spesifik untuk suatu tipe produk tertentu
seperti majalah komputer, musik jazz modern dan lain sebagainya, (3) khalayakkhalayak yang dispesifikasikan menurut profil/ karakteristik mereka, berdasarkan
faktor-faktor seperti usia, kelas, jenis kelamin, tingkat pendapatan, gaya hidup dan
seterusnya (Burton, 2008).
Selain karakteristik khalayak, terdapat pula istilah media exposure, yaitu
usaha untuk mencari data-data khalayak tentang penggunaan media, baik jenis
media, frekuensi maupun durasi. Disamping itu terdapat juga istilah audience
rating yang digunakan untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap media, jenis
informasi, format acara, dan komunikator yang menjadi favorit khalayak.
Menurut Caldwell dalam Shanti (2008), khalayak dibedakan ke dalam
empat stage, antara lain seperti: the elite stage, the mass stage, the specialized
stage, dan the interactive stage. The elite audience stage merupakan khalayak
yang berada pada skala relative kecil dan merefleksikan segmentasi dalam
komunitas. The mass audience stage merupakan khalayak yang berada hampir di
seluruh populasi khalayak dengan berbagai segmentasi, sementara the specialized
audience stage adalah khalayak yang tersegmentasi dari suatu khalayak yang
memiliki minat yang sama. Adapun The interactive audience stage merupakan
individu yang selektif terhadap jenis acara apa yang ditontonnya.
Secara garis besar ada dua tipe khalayak massa, yaitu general public
audience dan specialized audience. General public audience merupakan khalayak
yang sangat luas, heterogen dan anonim. Sedangkan specialized audience
dibentuk dari beberapa macam kepentingan bersama anggota-anggotanya
sehingga lebih homogennya. Pada prinsipnya, ada tiga sub kelompok dasar
khalayak, yaitu the illiterate, the pragmatis, dan the intellectual. The illiterate
merupakan kelompok khalayak yang lebih tertarik pada media audio visual
dengan orientasi pada pesan superficial dan full action program, mereka kurang
berorientasi pada ide. The pragmatis mencakup khalayak yang senang melibatkan
diri pada masyarakat, memiliki mobilitas cukup tinggi, berpendidikan menengah
atas, berpendapatan cukup dan bergaya hidup modern. Sementara The intellectual
merupakan segmen terkecil dari khalayak massa (Sari, 1993)
Dengan demikian terdapat khalayak yang sangat spesifik untuk programprogram tertentu bagi kaum wanita dan sebaliknya. Mungkin pula terdapat
khalayak yang dideskripsikan untuk materi media yang dianggap menarik
perhatian kaum wanita secara umum atau pria secara umum pula.
Blumer dalam Sari (1993), menegaskan empat komponen sosiologis yang
dapat dipertimbangkan sebagai profil/ identitas khalayak massa, yaitu: berasal dari
berbagai strata sosial (usia, tingkat pendidikan, jabatan, pendapatan, dan gaya
idup), kelompok anonim yang terdiri dari individu-individu yang tidak saling
mengenal, karena secara fisik terpisah maka hanya ada sedikit kemungkinan untuk
berinteraksi, serta tidak terorganisasi sehingga mungkin untuk digerakkan demi
kepentingan tertentu.
2.1.5 Perilaku Menonton Televisi
Kehadiran televisi di tengah-tengah khalayak pada zaman ini telah berubah
dan bergeser peranannya dari media komunal menjadi media individual. Dimana
pada awalnya orang-orang selalu beramai-ramai menonton televisi yang
dikarenakan pada zaman dulu kepemilikan televisi masih jarang ditemui.
Sementara pada zaman ini hampir disetiap rumah memiliki televisi. Perbedaan
tersebut membentuk perilaku khalayak pada pola menontonnya, yang dulunya
lebih bersosialisasi kini menjadi lebih individual. Keinginan khalayak untuk
menonton televisi didasari oleh beberapa hal, salah satunya adalah motivasi.
Motivasi merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan
dorongan untuk berbuat/ melakukan kegiatan. Motivasi adalah sesuatu yang
menjadi pendorong tingkah laku untuk menuntut/ mendorong
orang untuk
memenuhi suatu kebutuhan. Pengaruh motivasi individu untuk menonton
disebabkan adanya faktor dari dalam diri individu (intrinsik) tersebut, seperti usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita,
serta tingkat pengetahuan dan pengalaman terhadap suatu acara televisi (Juariah,
dalam Meilani, 2007). Purwati (2003) menyatakan bahwa motivasi seseorang
dalam menonton televisi tergantung pada kekuatan motifnya, seperti kebutuhan,
keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri individu atau dengan kata lain
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu.
Berdasarkan pengertian motivasi menurut Juariah dalam Meilani, (2007),
dapat diartikan bahwa motivasi seseorang akan tayangan televisi akan
mempengaruhi perilaku menonton khalayak. Perilaku khalayak dapat diartikan
sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan, tidak hanya
dari fisik manusia seperti badan atau ucapan. Perilaku khalayak merupakan
perilaku yang kelihatan berupa tindakan nyata.
Menurut William J. Mc.Guire dalam Purwati (2003), ada dua motif
khalayak yang menjadi dasar penggunaan media khususnya televisi, yaitu motif
kognitif dan motif afektif. Motif kognitif menekankan proses penerimaan
informasi dan pengetahuan seseorang dan penciptaan ide-ide tertentu dari
informasi yang diterimanya, sementara motif afektif lebih pada perasaan
seseorang akan informasi yang diterimanya yang dapat mempengaruhi kondisi
emosional seseorang.
Penelitian Neilsen Media Research dalam Morrisan (2003) melaporkan
bahwa perbandingan khalayak pria dan wanita adalah wanita lebih banyak
menonton dibandingkan pria. Wanita banyak menghabiskan waktunya di rumah,
sehingga alokasi waktu untuk menonton televisi lebih tinggi diabnding laki-laki.
Sehingga wanita lebih mudah terpengaruh acara televisi dibanding pria. Dari sisi
umur, penonton berusia dibawah 25 tahun adalah pemirsa potensial televisi (26
%). Jumlah terbesar kedua adalah pemirsa berusia 25 – 29 tahun (15 %).
Motif-motif khalayak dalam menonton tayangan televisi dapat dibedakan
menjadi empat kategori, yaitu: information, entertainment, social utility, dan
personal identity. Kuswarno (1993) menyebutkan bahwa khalayak berjenis
kelamin laki-laki memiliki motivasi rendah untuk memenuhi kebutuhan kognitif
dengan menonton televisi, sebaliknya khalayak perempuan memiliki motivasi
sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan kognitif dengan menonton televisi.
Untuk kategori usia, disebutkan bahwa semakin rendah usia khalayak maka
semakin rendah pula motivasi menonton televisi mereka, dan semakin tinggi usia
khalayak berarti semakin mereka membutuhkan informasi dari televisi.
Pernyataan diatas yang mengemukakan bahwa semakin rendah usia
seseorang memiliki motivasi menonton yang rendah tidak selamanya benar.
Khalayak yang memiliki usia sekolah dasar biasanya memiliki motivasi menonton
yang sangat tinggi. Jumlah jam menonton mereka lebih tinggi dibandingkan
jumlah kegiatan mereka yang lain seperti belajar. Sementara khalayak remaja
juga memiliki tingkat menonton yang cukup bervariatif. Motivasi menonton
mereka dikarenakan ingin menonton salah satu acara favorit mereka dan tidak
ingin ketinggalan cerita acara televisi tersebut. Selain itu motivasi mereka
disebabkan karena pengaruh teman sepermainan mereka.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kebutuhan akan informasi dari
televisi juga semakin besar (Bajari, 1995). Menurut Sudarsono (1997), kategori
pekerjaan juga menentukan tingkat motivasi seseorang akan televisi. Berbedanya
jenis pekerjaan seseorang menyebabkan perbedaan daya beli, pola pemanfaatan
waktu luang dan rekreasi sehingga akan mempengaruhi pola pemilihan acara dan
akan mengakibatkan efek yang berbeda pula. Sementara pendapat Budyatana
(1994), ada perbedaan pola menonton antara wanita yang bekerja dan tidak
bekerja yang diakibatkan adanya perbedaan pola pemanfaatan waktu luang.
Tingkat sosio-ekonomi seseorang akan mempengarui pembentukan pola
menonton mereka. Khalayak yang tinggal di desa berbeda pola menontonnya
dengan khalayak yang tinggal di kota karena berbedanya aktivitas, pekerjaan
ataupun ekonomi mereka. Bagi khalayak desa yang tingkat ekonominya rendah
memiliki pola menonton sangat rendah karena mereka disibukkan dengan bekerja
di sawah. Sementara bagi khalayak kota yang tingkat ekonominya cukup tinggi
memiliki pola menonton yang beragam, tetapi tidak sampai batas pola menonton
rendah.
Selain itu pula, pola menonton khalayak dipengaruhi dari lamanya
menonton (durasi), seringnya menonton (frekuensi) dan jumlah acara yang
ditonton setiap harinya. Beragamnya acara yang ditayangkan oleh televisi
merupakan faktor yang mempengaruhi pola menonton seseorang. Semakin
beragam suatu acara membuat khalayak dapat memilih jenis acara yang
diinginkan. Khalayak tidak menyukai siaran televisi yang menayangkan berita
yang sama dan ‘itu-itu saja’ dalam satu hari. Khalayak juga kurang menyukai
program acara dengan tema yang sama. Saat ini banyak stasiun televisi yang
menayangkan acara dengan tema yang hampir sama dengan stasiun televisi lain.
Kondisi seperti ini akan menimbulkan kesan persepsi khalayak bahwa televisi
tidak kreatif dalam menayangkan suatu acara. Televisi tidak dapat memuaskan
pemirsanya dengan tayangan mereka.
2.1.6 Persepsi Khalayak tentang Siaran Televisi
Dalam kehidupan sehari-hari, kesadaran kita selalu dipengaruhi oleh
indera. Melalui indera, kita dapat menerima informasi, kemudian mengolahnya
dan kita merespon informasi tersebut. Proses pengolahan ini merupakan proses
komunikasi antarpersonal yang sering kita alami. Komunikasi antarpersonal yang
terjadi tersebut dipengaruhi oleh orang-orang yang tinggal di sekitar kita. Semakin
beragam budaya seseorang maka komunikasi yang terjadi pun akan semakin
beragam. Komunikasi yang dimaksud disini adalah persepsi seseorang akan
sesuatu yang terjadi. Perbedaan persepsi ini dapat menimbulkan konflik yang
dikarenakan ketidaktahuan tentang keterbatasan kemampuan perseptual. Jika
seseorang menyadari bahwa penginderaanya dapat salah, tentu tidak terlalu sulit
untuk mengakui bahwa persepsinya keliru (Tubbs dan Moss, 1996).
Menurut Tubbs dan Moss (1996), persepsi adalah suatu proses aktif,
dimana seseorang akan memperhatikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan
semua pengalamannya secara selektif. Setiap orang memilih stimulus (ransangan),
bergantung pada minat, motivasi, keinginan dan harapannya. Persepsi adalah
suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita
serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai
kesadaran (DeVito, 1996). Sementara menurut Sarwono (1999) menjelaskan pula
bahwa persepsi dalam pengertian psikologis adalah proses pencarian informasi
untuk dipahami. Alat yang digunakan untuk memperoleh informasi
tersebut
adalah indera dan untuk memahaminya menggunakan kesadaran atau kognitif
seseorang. Dalam mempersepsi benda maupun seseorang dapat ditinjau dari tiga
unsur: pengamat, objek persepsi, dan konteks yang berkaitan dengan objek yang
diamati (Tubbs dan Moss, 1996).
Menurut DeVito (1996) pula, ada enam proses yang mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap sesuatu, yaitu: (1) teori kepribadian implisit, (2)
primasi-resensi, (3) aksentuasi perseptual, (4) ramalan yang terpenuhi dengan
sendirinya, (5) konsistensi, (6) stereotipe. Proses-proses ini sangat mempengaruhi
apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita lihat, apa yang kita simpulkan dan apa
yang tidak kita simpulkan tentang orang lain. Proses ini membantu menjelaskan
mengapa kita membuat perkiraan tertentu dan tidak membuat perkiraan yang lain
tentang orang. Keenam proses ini merupakan pula penghambat kita dalam
menentukan persepsi maupun berinteraksi dengan orang lain.
Ada dua faktor yang menentukan persepsi, yaitu: (1) faktor fungsional:
berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang disebut faktor
personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli tetapi
karakteristik orang yang memberikan respons stimuli. (2) faktor struktural: berasal
dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf
individu.
Dalam proses persepsi ini, proses atribusi pun perlu diperhatikan. Dari
proses atribusi ini akan “lahir’ konsep-konsep tentang memahami bagaimana
perilaku itu. Atribusi adalah proses dimana kita mencoba memahami perilaku
orang lain selain perilaku kita sendiri. Kita juga dapat memahami alasan atau
motivasi seseorang, apakah ada fakor-faktor tertentu yang mempengaruhi seperti
faktor internal seseorang ataupun faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi
seseorang.
Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat,
persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi akan tayangan
televisi disebabkan oleh variabel yang dibentuk oleh individu akan kemasan
tayangan tersebut. Kemasan acara-acara televisi tersebut berupa isi cerita, aktor/
aktris yang berlakon , dan jam tayang. Isi cerita merupakan faktor yang dapat
menimbulkan persepsi bagi khalayak. Cerita yang sarat dengan sisi humanis,
nyata seperti kehidupan manusia layaknya membuat dorongan dan motivasi
khalayak untuk berpersepsi akan tayangan tersebut. Tayangan-tayangan realita
akan membuat khalayak merasa terusik pikiran dan perasaannya sehingga akan
meninggalkan kesan akan ceria tayangannya. Contoh tayangan yang realita yang
cukup sering ditayangkan di televisi, yaitu tayangan tindak kriminal/ tindak
kekerasan. Tayangan tersebut menayangkan suatu kejadian yang benar-benar
terjadi di kehidupan masyarakat. Khalayak yang menonton tayangan tersebut
tidak saja dari kalangan orang dewasa/ itu tetapi kalangan anak-anak pun hampir
tidak terlewatkan.
Tayangan kekerasan itu akan menimbulkan suatu kesan dan membuat
suatu persepsi tersendiri bagi khalayak khususnya anak-anak. Bagi anak-anak
yang cukup mengerti dan diberi pengarahan oleh orang tua mereka, maka mereka
cenderung untuk tidak terpengaruh atau meniru. Lain halnya dengan khalayak
anak-anak yang tidak memperoleh pembinaan dari orang tuanya maka cenderung
untuk meniru. Artinya bahwa peranan keluarga dan latar belakang keluarga
menentukan pembentukan persepsi seseorang.
Karakteristik khalayak juga mempengaruhi penciptaan persepsi seseorang
akan sebuah tayangan televisi. Menurut McQuail dalam Sarwono, 1999) yang
menyatakan bahwa persepsi terhadap tayangan televisi dipengaruhi oleh usia,
tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
Semua persepsi yang ditimbulkan oleh khalayak setelah menonton suatu
tayangan akan menghasilkan suatu penilaian dan kepuasan tersendiri bagi
khalayak. Khalayak yang menggunakan televisi ditawarkan suatu kepuasan yang
diharapkan dan diramalkan oleh khalayak berdasarkan pengalaman mereka
sebelum menonton televisi.
Palmgreen dan Rayburn dalam McQuail dan Windahl (1995) menjelaskan
teori tentang suatu model kepuasan khalayak dalam menggunakan media televisi.
Perilaku khalayak dalam menggunakan media televisi yang terus menerus
cenderung akan meningkat setiap waktu. Bila kepuasan yang diperoleh khalayak
lebih besar daripada kepuasan yang diharapkan dari penggunannya maka dapat
dikatakan bahwa persepsi khlayak akan puas karena kebutuhannya terpenuhi dan
pada akhirnya berlanjut pada perhatian dan penghargaan yang besar pada acara
yang ditayangkan.
Masih menurut Palmgreen dan Rayburn dalam McQuail dan Windahl
(1995), kepuasan yang diharapkan melalui televisi berdasarkan pada keyakinan
terhadap isi tayangan televisi yang dapat memberikan hal-hal yang bermanfaat
bagi diri mereka. Isi tayangan televisi dapat dikategorikan menjadi: news and
public affairs yang berisi berita umum, berita buletin atau berita khusus yang
membahas kasus-kasus yang terjadi dalam masyarakat; features and documentary
yang berhubungan dengan aspek ilmu pengetahuan, sosial budaya, atau laporan
jurnal; education, yang tidak selamanya didefinisikan dengan pendidikan secara
formal melainkan mendidik secara umum, arts and music, children program,
drama, film, general entertainment, sport, religion, commercial (Williams, 1990).
2.2
Kerangka Pemikiran
Media massa khususnya televisi saat ini berperan sebagai pendukung bagi
terciptanya pembangunan di masyarakat khususnya mahasiswa. Bagi mahasiswa
media televisi merupakan sarana mereka untuk dapat mengakses informasi yang
sedang terjadi di belahan dunia mana pun. Informasi yang dibutuhkan tersebut
akan dipergunakan oleh mahasiswa tergantung pada tipe masyarakatnya.
Mahasiswa atau yang sering disebut khalayak bagi dunia pertelevisian, dapat
disegmentasi berdasarkan karakteristik khalayak tersebut, seperti usia, jenis
kelamin, sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, teman sepermainan, dan
uang saku.
Beragamnya
karakteristik
khalayak
Jelajah
akan
mempengaruhi
pembentukan perilaku mereka menonton. Perilaku mahasiswa dalam menonton
televisi, khususnya dalam hal ini program Jelajah dapat dilihat dari berapa
lamanya mereka duduk dan menonton tayangan televisi tersebut, seberapa
seringnya mereka menonton, apakah rutin setiap program tersebut ditayangkan
atau sesekali tergantung isi acaranya. Yang perlu diperhatikan pula adalah
motivasi mahasiswa ketika menonton. Teman, keluarga merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi dan menjadi motivasi seseorang untuk menonton. Selain itu,
faktor lainnya seperti isi cerita yang menarik, reporter/ presenter yang menarik
akan membuat khalayak termotivasi untuk menonton televisi, dalam hal ini
program Jelajah. Hal lain yang dapat diukur untuk mengetaui perilaku mahasiswa
menonton adalah bagaimana cara mereka menonton, apakah sendiri, bersamasama dengan teman atau keluarga. Selain itu lokasi menonton dan tingkat
keseriusan menonton harus diperhatikan untuk mengetahui pola perilaku
menonton mahasiswa.
Karakteristik mahasiswa ini juga mempengaruhi pembentukan persepsi
seseorang akan suatu tayangan televisi. Mahasiswa dapat berpersepsi tentang
kemasan (isi cerita), presenter/ reporter, tema/ objek tayangan, kesesuaian
penayangan, objek liputan, musik pengiring dan narasi. Selanjutnya, perilaku
menonton mahasiswa ini akan mempengaruhi pembentukan persepsi khalayak
juga.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Karakteristik khalayak
• Usia
• Jenis kelamin
• Semester
• Pekerjaan orangtua
• Pendapatan orang tua
• Uang saku
• Teman
Perilaku Menonton
Khalayak
• Lama menonton
(durasi)
• Tingkat keseringan
menonton (frekuensi)
• Sumber Dorongan
Menonton
• Motivasi menonton
• Cara menonton
• Lokasi menonton
• Tingkat keseriusan
menonton
•
•
•
•
•
•
•
Persepsi Khalayak
Kemasan (isi cerita)
Presenter/ reporter
Tema/ objek tayangan
Penayangan
Objek
Musik
Narasi
2.3
Hipotesis
Berdasarkan hasil kerangka pemikiran di atas, dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara karakteristik khalayak dengan perilaku khalayak
ketika menonton program Jelajah
2. Ada hubungan antara karakteristik khalayak dengan persepsi khalayak
dalam menonton program Jelajah
3. Ada hubungan antara perilaku menonton dengan persepsi khalayak
terhadap program Jelajah.
2.4
Definisi Operasional
Dalam mengukur variabel-variabel yang akan digunakan untuk penelitian
ini, maka perumusan dari masing-masing variabel akan dijabarkan dan dibatasi
secara operasional.
1. Karakteristik khalayak adalah unsur atau komponen yang menjadi faktor
pembentukan perilaku menonton dan persepsi responden setelah menonton
Jelajah. Karakteristik responden ini ditunjukkan melalui beberapa variabel,
meliputi:
a. Usia adalah lama hidup mahasiswa dan mahasiswi pada saat diwawancarai
(dalam satuan tahun).
b. Jenis kelamin adalah faktor biologis yang membedakan responden
kedalam kategori:
•
laki-laki
•
perempuan
c. Semester adalah tingkatan pada jenjang pendidikan formal yang diperoleh
responden untuk mengenyam dan memperoleh ilmu di bangku kuliah,
dalam hal ini, semester yang diukur adalah semester genap, yang dibagi
menjadi tiga kategori:
•
Semester 4
•
Semester 6
•
Semester 8
d. Pekerjaan orangtua adalah kegiatan yang dilakukan oleh orangtua (ayah
dan ibu) sebagai penghasil utama (nafkah) dalam keluarga, yang
dibedakan kedalam: bekerja swasta, pegawai negeri, wiraswasta dan tidak
bekerja.
e. Pendapatan orangtua adalah penghasilan (dalam rupiah) yang dihasilkan
oleh orangtua dari bekerja. Kategori pendapatan orangtua tersebut dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu:
•
Golongan rendah, dengan pendapatan orangtua < Rp 2.000.000,00
•
Golongan sedang, dengan pendapatan orangtua Rp 2000.000,00 Rp 4.000.000,00
•
Golongan tinggi, dengan pendapatan orangtua >Rp 4.000.000,00
f. Uang saku adalah jumlah uang (dalam hitungan rupiah) yang diterima
responden dari orangtua per bulannya, yang dibedakan dalam:
•
Rendah, dimana jumlah uang saku per bulan <Rp 500.000,00
•
Sedang, dimana jumlah uang saku per bulan Rp 500.000,00 – Rp
1.000.000,00
•
Tinggi, dimana jumlah uang saku per bulan >Rp 1.000.000,00
g. Teman adalah orang yang sering berinteraksi dengan responden dan
menghabiskan waktu dengan responden serta mempengaruhi responden
dalam menonton televisi. Variabel teman dapat diukur dalam beberapa
kategori, yaitu:
•
Teman kelas kuliah
•
Teman satu rumah selama di IPB
•
Teman di lingkungan rumah (tetangga)
2. Perilaku menonton khalayak adalah tindakan-tindakan spesifik khalayak
dalam menonton acara Jelajah, yang meliputi:
a. Sumber Dorongan: adanya orang lain yang mengajak responden untuk
menonton, yang dibedakan atas kategori: teman, keluarga, dan orang lain.
b. Motivasi: adanya dorongan responden untuk menonton program Jelajah
dengan alasan tertentu. Motivasi menonton ini dibedakan atas seperti
kebutuhan akan informasi, hiburan, atau pengisi waktu luang.
c. Durasi menonton: jumlah waktu atau lama waktu (dalam hitungan menit)
yang digunakan responden untuk menonton Jelajah setipa kalinya. Durasi
Jelajah setiap tayangnya adalah 30 menit, yang terdiri dari tiga segmen
yang berdurasi 20 menit dan iklan berdurasi 10 menit. Durasi menonton
responden ini dapat diukur dalam satuan menit yang kemudian
dikategorikan dalam dua kategori:
• Durasi sedang : < 15 menit
• Durasi lama
: 15 - 30 menit
d. Frekuensi menonton: tingkat keseringan responden (dalam hitungan kali)
menonton Jelajah selama satu minggu. Dalam hal ini, Jelajah memiliki tiga
jenis program Jelajah: Jelajah-Jelajah, Jelajah, dan Jelajah Dunia.
• Rendah: 1 kali seminggu
• Sedang: 2 kali seminggu
e. Cara menonton: kebiasaan khalayak dalam menonton, dengan siapa
responden menonton Jelajah, apakah menonton sendirian atau ditemani
dengan orang lain. Cara menonton responden ini dapat dikategorikan
menjadi:
•
Sendirian
•
Bersama teman
•
Bersama keluarga
•
Bersama-sama orang lain selain teman dan keluarga
f. Lokasi menonton: tempat responden menonton Jelajah. Lokasi menonton
responden dikategorikan menjadi:
•
Tempat tinggal selama di IPB
•
Rumah
•
Lainnya (kantin/ warung)
g. Tingkat keseriusan menonton: tingkat perhatian responden dalam
menonton Jelajah, apakah hanya khusus menonton program Jelajah (tanpa
melakukan kegiatan lain) atau menonton Jelajah sembari melakukan
kegiatan lain. Indikator serius menonton adalah responden dapat
menceritakan kembali isi cerita Jelajah secara lengkap. Keseriusan
responden dalam menonton Jelajah ini dapat dikategorikan:
•
Hanya menonton Jelajah tanpa melakukan kegiatan lain (menonton
sepenuhnya, dari awal sampai akhir tanpa mengganti-ganti
channel)
•
Hanya menonton Jelajah tanpa melakukan kegiatan lain, tetapi
mengganti-ganti channel
•
Menonton Jelajah sembari melakukan kegiatan lain, seperti belajar,
makan
:
3. Persepsi khalayak terhadap program Jelajah adalah pandangan dan pendapat
responden terhadap tayangan program Jelajah. Persepsi ini akan membahas
sejauh mana peran program Jelajah memberikan manfaat bagi responden
sebagai media hiburan, informasi dan pengetahuan. Persepsi responden ini
dapat diukur berdasarkan empat indikator:
a. Kemasan (isi cerita) adalah substansi yang terkandung dalam tayangan
program Jelajah. Indikator baik atau buruknya suatu materi cerita dinilai
dari:
•
Faktual cerita tersebut
•
Menarik dan tidak membuat bosan penontonnya.
•
Konsisten materi mulai dari awal tayangan sampai selesai.
•
Kesesuaian materi dengan kebutuhan khalayak
•
Cakupan materi seberapa luas dan dalam mengangkat dan
membahas suatu cerita
b. Presenter atau reporter adalah orang yang membawakan program Jelajah.
Berkualitas atau tidaknya seorang presenter atau reporter dapat diukur
dengan beberapa kategori, yaitu:
•
Jenis kelamin
•
Jumlah presenter/ repor.ter
•
Penguasaan materi: dapat menyampaikan informasi, tahu tentang
objek liputannya
•
Gaya bahasa: formal atau tidak formal
•
Gaya bicara: mampu berimprovisasi dengan baik
•
Penampilan fisik
•
Partisipasi dengan objek liputan
•
Dapat menghibur khalayak
c. Tema tayangan adalah jenis atau tema acara yang ditayangakan oleh
program Jelajah. Setiap satu episode program Jelajah, biasanya
menayangkan satu tema yang berbeda-beda. Tema-tema tersebut
dikategorikan atas budaya, sejarah, nature, petualangan, suku terasing,
animal, urban, lifestyle, dan leisure. Indikator suatu tema yang baik dapat
diukur dari menarik atau tidaknya tema Jelajah tersebut dan monoton atau
tidaknya acara tersebut.
d. Penayangan adalah waktu tayang program Jelajah dapat dilihat dari
kesesuaian penempatan waktu tayang Jelajah dengan program-program
lain dari stasiun televisi lain yang dapat mengakibatkan responden
memindahkan saluran televisinya. Pengukuran variabel penayangan ini
dapat dilihat berdasarkan:
•
Kesesuaian jam tayang dengan waktu khalayak menonton
•
Kecukupan jumlah durasi Jelaja
•
Lama slot iklan Jelajah
e. Objek Jelajah adalah apa atau siapa yang menjadi pusat liputan Jelajah,
seperti alam, hewan, tumbuhan, maupun manusia. Variabel ini dapat
diukur berdasarkan:
•
Menarik tidaknya objek
•
Kesesuaian objek
•
Kelayakan objek
f. Musik merupakan musik pengiring/ latar atau backsound dalam program
Jelajah. Baik atau tidaknya kualitas musik backsound dapat diukur
berdasarkan:
•
Menarik tidaknya musik pengiringnya
•
Kesesuaian musik dengan tema cerita dan setiap segmen cerita
•
Ear catching atau akrab tidaknya musik tersebut di telinga
responden
g. Narasi adalah serangkaian kalimat yang diceritakan secara lisan oleh
seorang narator untuk mengantarkan isi liputan. Pada umumnya yang
menjadi narator Jelajah adalah reporter atau presenter. Seorang narator
dapat menjadi pengaruh akan kualitas tayangan tersebut. Indikator seorang
narasi yang baik adalah:
•
Isi narasi menarik
•
Isi narasi sesuai dengan isi liputan
•
Suara yang menarik
•
Gaya bicara yang gaul
•
Pengucapannya jelas
•
Kecepatan suara sesuai
•
Tekanan/ pitch suara yang stabil
•
Dialek narator sesuai
Download