BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian Heny Subekti (2009) dengan judul skripsi
‖Hubungan antara pengetahuan Ibu Tentang Diare dengan Tindakan
penanganan pada
Balita Di Rsud Dr. Sayidiman Magetan “
membuktikan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu
adalah
baik, yaitu sebanyak 13 responden (43,3%). Kemudian tindakan
penanganan ibu dalam penanganan balita diare sebagian besar adalah
baik, yaitu sebanyak 13 responden (43,33%). Berdasarkan uji Spearman
Rank dengan SPSS 12 dengan tingkat signifikan 5%, diperoleh angka
korelasi penghitungan sebesar 0,7 yang menunjukkan adanya korelasi .
Kemudian angka probabilitas hubungan antar variabel adalah sebesar 0,0,
dimana 0,0< 0,05,maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Hal
ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare
dengan tindakan penanganan pada balita.
Dari hasil penelitian Kiran Kumar et al. (2016) yang dilakukan di
kota Kalaburagi India, dengan responden ibu yang memiliki anak balita
di daerah tersebut, dengan metode penelitian cross sectional dengan
menggunakan kuisioner menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat
antara status pendidikan dan praktek yang tepat dalam menangani diare
(p<0,001). Oleh karena itu pendidikan kesehatan harus digunakan sebagai
alat untuk mempromosikan pengetahuan dan praktek yang baik dan
mengurangi morbiditas & mortalitas.
Hal serupa juga disampaikan dalam penelitian Dr. Omar Yousof
(2016) yang melakukan penelitian dikota Shendi India, dengan
menggunakan kuisioner terhadap ibu yang memiliki anak balita
diwilayah tersebut, membuktikan bahwa jumlah kasus diare yang tinggi
4
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
pada anak balita hanya dapat dikurangi dengan mengubah pengetahuan,
sikap dan praktek ibu terhadap penyakit diare, hal itu dapat dicapai
melalui program intervensi (pengendalian dan pencegahan).
Yang menjadi perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah metode penelitian yang digunakan dan tempat
dilakukannnya penelitian. Pada penelitian terdahulu untuk mengumpulkan
data menggunakan alat kuisioner, dengan melakukan intervensi terhadap
responden. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan alat kuisioner
terhadap ibu yang memiliki anak balita di wilayah Kecamatan Kalibagor
tanpa melakukan intervensi apapun, serta melakukan Wawancara singkat,
agar dapat menggali lebih dalam lagi sejauh mana pengetahuan ibu-ibu di
wilayah kecamatan Kalibagor terhadap penyakit diare dan tatalaksana
terapi yang dilakukan di rumah untuk menangani penyakit diare pada
balita.
Sedangkan yang menjadi persamaan pada penelitian terdahulu dengan
penelitian kali ini adalah tujuan dilakukannya penelitian, yaitu untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
diare dengan tatalaksana terapi diare di rumah yang dilakukan terhadap
balita.
B. Landasan Teori
1. Konsep Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata
(Notoatmodjo, 2012).
5
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
Berdasarkan bahasa, pengetahuan merasa,bersikap dan bertindak.
Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan
lewat kegiatan merasa dan berfikir (Notoatmodjo,2009).
Berdasarkan Notoatmodjo (2007) perilaku baru seseorang dapat
terbentuk dimulai dari tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau objek disekitarnya sehingga menimbulkan
pengetahuan dan selanjutnya menimbulkan respon lebih lanjut berupa
tindakan atau praktik. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh
pengetahuan maka perilaku akan bersifat langgeng (long lasting).
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi pula tingkat
pengetahuannya dan ini diperoleh dari pengalaman seseorang
(Notoatmodjo,2012).
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan
faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial
budaya. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui
atau disadari oleh seseorang (Agus, 2013).
b. Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks
kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian
perilaku kesehatan.
Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut :
1) Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam
dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang
tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan
prinsip.
2) Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan
eksplisit
adalah
pengetahuan
yang
telah
didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam
6
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata diwujudkan dalam
tindakan-tindakan
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
(Agus,2013).
c. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami
diartikan
sebagai
sesuatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentangobyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang
telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan. Contoh: menyimpulkan,meramalkan dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materiyang
telah
dipelajari
pada
situasi
dan
kondisireal
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus,metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen,tetapi masih
7
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
didalam satu struktur organisasi,danmasihada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
keda,
seperti
dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau
menghubungkan
bagian-bagian untuk
melakukan
justification atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
penilaian. Penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk, melakukan
justification
atau
penilaian
terhadap
suatu
materi
atau
objek. Penelitian-penelitian itu berdasarkan suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun
nonformal), berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan nonformal.
2) Informasi/media massa
Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan,
menyiapkan,
menyimpan,
memanipulasi,
8
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga
membawa
pesan-pesan
yang
berisi
sugesti
yang
dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
3) Sosial,budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status
sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
6) Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang,
semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap
dan
pola
pikirnya
sehingga
pengetahuan
yang
diperolehnya semakin membaik (Agus,2013).
e. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian
atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan
rumusan kalimat pertanya menurut tahapan pengetahuan (Agus, 2013).
9
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka
yang menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan
yaitu kolom menunjukkan letak ini maka sebagai konsekuensinya
setiap centangan pada kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu.
Dengan demikian analisa data dilakukan dengan mencermati
banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu
mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yang bersangkutan.
Disini peneliti hanya menggunakan 2 pilihan yaitu: ―Benar‖ (B) dan
―Salah‖ (S). Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu pemberian
angka atau skor yang harus diberikan pada setiap kategori respon
perskalaan. Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam
mengategorikan
jenjang/
peringkat
dalam
penelitian
biasanya
dituliskan dalam persentase. Misalnya, pengetahuan: baik = 76 –
100%; cukup = 56 – 75%; dan kurang < 56% (Arikunto,2010).
Menurut Skinner (2007) didalam buku Agus (2013: 8) pengukuran
tingkat pengetahuan dilakukan bila seseorang mampu menjawab
mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka
dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan
jawaban yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan.
2. Konsep Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas
masing-masing (Notoatmodjo,2007).
Menurut Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa perilaku
kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang
berhubungan dengan sistem pelayanan kesehatan, sakit, penyakit,
makanan,
minuman,
serta
lingkungan.
Hasil
dari
beberapa
pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat)
10
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya perilaku kesehatan,
diawali dengan pengalaman- pengalaman seseorang serta adanya
faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik). Pengalaman dan
lingkungan tersebut kemudian diketahui, dipersepsikan atau diyakini
seseorang sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak yang
akhirnya diwujudkan dengan perilaku, termasuk perilaku sehat.
b. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama,yaitu;
1) Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencangkup : pengetahuan
dan
masyarakat
kepercayaan
terhadap
kesehatan,
tradisi
dan
sikap
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor-faktor ini mencangkup ketersedian sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih,
tempat
pembuangan
sampah,
tempat
pembuangan
tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk
juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,
poliklinik, Posyandu,polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
praktek swasta, dan sebagainya.
3) Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para
petugas termasuk petugas kesehatan. Selain ketiga faktor tersebut
yang mempengaruhi terbentuknya perilaku terdapat juga faktor
lain, yakni faktor inter dan esktern.Faktor intern, mencangkup:
pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya
yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.Sedangkan
faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar,baik fisik maupun non
11
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
fisik seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
c. Domain Perilaku Kesehatan
Perilaku
dibagi dalam
3
dominan (ranah/kawasan), yaitu ranah
kognitif
(cognitifdomain),ranah
afektif
(affectivedomain),
ranah
psikomotor (psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya
oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil
pendidikan, ketiga domain ini diukur dari:
1) Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan (knowledge).
2) Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan
yang diberikan (attitude).
3) Praktek atau tindakan yang dilakukan peserta didik sehubungan
materi pendidikan yang diberikan (pratice). Praktik atau tindakan
mempunyai beberapa tingkatan yaitu:
a) Persepsi(perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
b) Respon terpimpin (guided response).
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dansesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik
tingkat kedua.
c) Mekanisme(mekanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara
otomatis,atau
sesuatu
itu
sudah
merupakan
kebiasaan,maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption).
Adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran
12
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden
(Notoatmodjo, 2010).
d. Pengukuran Perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui
dua cara yaitu:
1) Secara langsung (observasi)
Yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka
memelihara kesehatannya.
2) Secara tidak langsung
Yaitu menggunakan metode mengingat kembali (recall),
metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap
subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan
obyek tertentu (Notoatmodjo,2007).
3. Konsep Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh, dan pendidik bagi
anak- anaknya. Pola asuh ibu adalah pemberian kasih sayang, perhatian,
rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga dan memungkinkan anak
tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Kebutuhan dasar
untuk tumbuh kembang anak dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
asuh ,asih dan asah.
1) Asuh
adalah kebutuhan fisik–biomedis yang meliputi: nutrisi yang
mencukupi dan seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian,
perumahan, hygiene diri
dan lingkungan, dan kesegaran jasmani
(olah ragadan rekreasi).
13
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
2) Asih
adalah pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang. Ikatan emosi dan
kasih sayang yang erat antara ibu dengan anak sangatlah penting, karena
berguna untuk menentukan perilaku anak di kemudian hari, merangsang
perkembangan otak anak,serta merangsang perhatian anak terhadap dunia
luar.
3) Asah
adalah kebutuhan stimulasi yang merupakan kebutuhan yang sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (Nursalam,
2008).
4. Konsep Anak Balita
Anak balita adalah anak yang berumur dibawah lima tahun (1-4
tahun). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita,
karena pada
masa
balita
tersebut pertumbuhan dasar yang
akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada
masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas,
kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya. Sehingga setiap kelainan
atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi dan ditangani
secara baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak
kemudian hari. Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena
pada masa ini anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Beberapa
kondisi yang menyebabkan anak balita rawan gizi dan rawan kesehatan
antara lain:
a.
Biasanya anak balita sudah mempunyai adik, atau ibu yang bekerja
penuh, sehingga perhatian ibu berkurang.
b. Anak balita sudah mulai bermain di tanah yang memungkinkan untuk
terinfeksi berbagai macam penyakit. (Notoatmojo, 2007).
Penyebaran imunisasi banyak menurunkan angka penyakit utama pada
masa kanak-kanak bahkan menjadi hampir musnah dinegara-negara
14
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
industri barat. Akan tetapi di negara berkembang, penyakit yang sudah
ditangkal oleh vaksin seperti campak, batuk rejan, dan tuberkulosis masih
menelan korban dalam jumlah besar. Infeksi diare bertanggung jawab
atas1/5 dari 11,2 juta jiwa anak-anak yang meninggal pada usia dibawah
lima tahun pada daerah ini tiap tahunnya (Papalia, 2008).
Penyakit-penyakit utama biasa berlangsung beberapa hari dan
terkadang menjadi cukup serius sehingga membutuhkan bantuan dokter.
Karena paru-paru belum berkembang dengan sempurna, masalah
pernafasan umum dijumpai. Anak berusia 3-5 tahun biasanya menderita
tujuh sampai delapan kali flu dan penyakit pernafasan lain tiap tahun.
Disisilain penyakit- penyakit tersebut sebenarnya merupakan hal yang
baik bagi anak-anak, sebab dapat membantu membangun imunitas alami
(ketahanan terhadap berbagai penyakit) (Papalia,2008).
5. Konsep Diare
a. Definisi diare
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan
volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah
(Alimul,2012).
b. Jenis diare
Secara klinis diare dapat dibedakan menjadi tiga macam sindrom,
yaitu:
1) Diare Akut (Gastroenteritis)
Diare akut terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare akut berlangsung singkat dalam beberapa
jam sampai 7 hari atau 14 hari. Diare akut disebabkan oleh virus
atau kuman, akibat efek samping obat atau gejala dari gangguan
saluran cerna. Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara
fekal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Peluang
untuk mengalami diare akut antara laki-laki dan perempuan
15
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
hamper sama. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila
asupan makanan berkurang juga mengakibatkan kurang gizi, dan
kematian dapat diakibatkan oleh dehidrasi.
2) Disentri
Disentri
adalah
diare
yang
disertai
darah
dalam
feses,
menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kerusakan mukosa usus akibat bakteri invasif.
3) Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya akut, tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari. Kejadian dapat dimulai sebagai
diare cair atau disentri. Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan
berat badan yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang
banyak
sehingga
pasien
beresiko
mengalami
dehidrasi
(Sodikin,2012).
c. Penyebab Diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1) Faktor Infeksi
a) Infeksi Enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Misalnya; Infeksi
bakteri E.coli, infeksi Rotavirus, dan infeksi Parasit (cacing dan
protozoa).
b) Infeksi Parenteral, yaitu infeksi diluar alat pencernaan
makanan. Misal ; otitis media akut, yaitu suatu penyakit infeksi
atau peradangan telinga bagian tengah yang biasanya
disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorokan dan
biasanya sering terjadi pada bayi dan anak berumur dibawah
dua tahun.
2) Faktor Malabsorpsi
a) Malabsorpsi Karbohidrat
b) Malabsorpsi Lemak
16
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
c) Malabsorpsi Protein
3) Malabsorpsi Protein Faktor Makanan
a) Makanan Basi
b) Makanan Beracun
c) Alergi terhadap makanan
4) Faktor Psikologis
a) Karena rasa takut
b) Karena rasa cemas
d. Patogenesis Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1) Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
mengeluarkan sehingga timbul diare.
2) Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
3) Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
e. Penyebaran kuman penyebab diare
Kuman
penyebab
diare
menyebar
melalui
mulut
(orofekal),
diantaranya melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh feses
dan/atau kontak langsung dengan feses penderita. Beberapa perilaku
khusus menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan
risiko terjadinya diare, yaitu:
17
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
1) Tidak memberi ASI eksklusif selama 4-6 bulan pertama
kehidupan. Risiko menderita diare berat beberapa kali lebih besar
pada bayi yang tidak mendapat ASI dibandingkan bayi yang
mendapat ASI eksklusif. Risiko kematian karena diare juga lebih
besar.
2) Menggunakan botol susu yang tidak bersih
Sewaktu susu dimasukan kedalam botol yang tidak bersih, terjadi
kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum, kuman dapat
berkembang baik di dalamnya.
3) Menyimpan makanan matang pada suhu kamar. Jika makanan
disimpan beberapa jam pada suhu kamar, kuman dapat
berkembang biak di dalamnya.
4) Menggunakan air minum tercemar bakteri yang berasal dari feses.
Air mungkin terpajan pada sumbernya atau pada saat disimpan
dirumah.
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang feses, atau sebelum memasak makanan.
6) Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar
(Sodikin,2012).
f. Diagnosis Diare
1) Anamnase
Dari penderita atau keluarga diperoleh keterangan :
Lamanya sakit
a) Frekuensinya
b) Warnanya
c) Baunya
d) Ada tidaknya batuk,panas dan kejang
e) Jenis, bentuk, banyaknya makanan dan minuman sebelum dan
sesudah sakit
f) Berat badan sebelum sakit
2) Gejala Klinis
18
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
Gambaran awal diare dimulai dengan bayi atau anak menjadi
cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair
mungkin mengandung darah dan/lendir, dan feses berubah menjadi
kehijauan karena bercampur empedu. Gejala dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare. Bila penderita sudah banyak mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi. Berat
badan turun, pada bayi ubun-ubun besar, tonus otot dan turgor kulit
menurun, dan selaput lendir mulut serta bibir terlihat kering
(Sodikin,2012).
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan Tinja, meliputi pemeriksaan :
(1) Makroskopis dan mikroskopis
(2) PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus
(3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
b) Pemeriksaan gangguan keseimbangan gangguan asam basa
dalam darah,dengan menentukan pH dan cadangan alkali.
c) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
d) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium,
kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita
diare disertai kejang).
e) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad
renik atau parasit (terutama pada penderita diare kronik).
g. Pencegahan Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare pada balita
yang benar dan
efektif yang dapat dilakukan adalah:
1) Perilaku Sehat
a) Pemberian ASI
19
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI bersifat
steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan
yang dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian
ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri
dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan
seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI
Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka
berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya,
pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan
makanan lain ( proses menyapih). ASI mempunyai khasiat
preventif secara imunologik dengan adanya antibody dan zatzat
lain
yang
dikandungnya.
ASI
turut
memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir,
pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lndung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui
mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare untuk susu
formula, beresiko tinggi menyebabkan diare yang dapat
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
b) Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa.
Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik
meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana
makanan pendamping ASI diberikan.
c) Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
mulut. Kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk kedalam
20
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
mulut melalui makanan, minuman,atau benda yang tercemar
dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah
atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare
yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air
tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah.
d) Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air
besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47%).
e) Menggunakan Jamban
Pengalaman dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak
mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus
buang air besar di jamban.
f) Membuang Tinja Bayi Yang benar
Tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan
orang tuanya, sehingga tinja bayi harus dibuang secara benar.
g) Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk
mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang
sakit campak sering disertai diare, seingga pemberian imunisasi
campak juga dapat mencegah diare. Imunisasi campak
diberikan segera setelah bayi berumur 9 bulan.
21
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
2) Penyehatan Lingkungan
a) Penyediaan Air Bersih
Untuk mencegah terjadinya penyakit diare, penyediaan air
bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia.
Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.
b) Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang
biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb.
Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk
mencegah penularan penyakit diare.
c) Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus
segera dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber
penuaran penyakit. Sarana pemuangan air limbah yang tifak
memenuhi syarat akan menimbulkan bau, menganggu estetika
dan
dapat
menjadi
tempat
perindukan
nyamuk
dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan
penyakit (Kemenkes RI, 2011).
h. Penataksanaan Diare
Melaksanakan tatalaksana diare yang standar melalui Lima Langkah
Tuntaskan Diare (LINTAS Diare ),meliputi :
1) Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, yang
dapat mengurangi mual dan muntah. Apabila tidak tersedia,
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa
minum harus segera dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapat
pertolongan cairan melalui infus.
22
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
Cara membuat dan memberikan oralit di rumah:
- 1 bungkus oralit masukan ke dalam 200 ml (1gelas) air
matang.
- Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok apabila muntah
tunggu 10 menit,kemudian berikan lagi.
- Berikan setiap habis buang air besar.
Cara membuat Larutan Garam-Gula (LGG) dan Larutan GaramTajin (LGT):
- Larutan Garam-Gula (LGG):
Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat
sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200ml) air matang.
Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan
garam-gula yang siap digunakan.
- Larutan Garam-Tajin :
Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok makan munjung
(100gram) tepung beras, 1 (satu) sendok teh (5gram) garam
dapur, 2 (dua) liter air. Setelah dimasak hingga mendidih
akan diperoleh larutan garam-tajin yang siap digunakan
(Ronald H. Sitorus, 2008).
Derajat Dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi, yaitu :
a) Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini
atau lebih :

Keadaan umum
: Baik

Mata
: Normal

Rasa haus
: Normal, minum biasa

Turgor kulit
: Kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi, yaitu :

Umur < 1 tahun
: ¼ - ½ gelas setiap kali anak
mencret
23
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017

Umur 1-4 tahun
: ½ - 1 gelas setiap kali anak
mencret

: 1 – 1 ½ gelas setiap kali
Umur diatas 5 tahun
anak mencret
b) Diare dehidrasi ringan / sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda
dibawah ini atau lebih :

Keadaan Umum
: Gelisah, rewel

Mata
: Cekung

Rasa haus
: Haus, ingin minum banyak

Turgor Kulit
: Kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/KgBB
dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti
diare tanpa dehidrasi.
c) Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda dibawah ini atau
lebih :

Keadaan Umum
: Lesu, lunglai, atau tidak sadar

Mata
: Cekung

Rasa haus
: Tidak bisa minum atau malas
minum

Turgor kulit
: Kembali sangat lambat (lebih dari
2 detik )
Penderita yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk di Infus.
2) Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh.
Pemberian
Zinc
selama
diare
terbukti
mampu
mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta
menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
24
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
berikutnya. Semua anak diare harus diberi Zinc segera saat
anak mengalami diare. Zinc tetap diberikan selama 10 hari
walaupun diare sudah berhenti.
Dosis pemberian Zinc pada balita :

Umur < 6 bulan
: ½ tablet ( 10 mg ) per hari
selama 10 hari

Umur > 6 bulan
: 1 tablet ( 20 mg ) per hari
selama 10 hari
Cara pemberian tablet Zinc
:
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak diare.
3) Pemberian ASI / Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan
gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan
tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang
masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit demi sedikit dan lebih
sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan.
4) Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.
Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan
darah ( sebagian besar karena shigellosis ), suspek kolera.
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak
yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat
5) Pemberian Nasehat
25
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus
diberi nasehat tentang :

Cara memberikan cairan dan obat dirumah

Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan
bila:
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan/minum sedikit
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari ( Kemenkes RI, 2011 ).
C. Kerangka Konseptual
Faktor yang mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan:
perilaku:
a. Usia
a. Faktor Predisposisi
b. Pendidikan
b. Faktor Pemungkin
c. Pekerjaan
c. Faktor Penguat
d. Budaya
e. Sosial ekonomi
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Pengetahuan ibu tenteng diare
Keterangan:
Tindakan ibu dalam melakukan
tata laksana terapi diare pada balita
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1Kerangka konsep pengetahuan dan tindakan ibu dalam melakukan tata
laksana terapi diare pada balita di Kecamatan Kalibagor
26
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
D. Hipotesis
Menurut penelitian Heny Subekti (2009) yang membuktikan bahwa
sebagian besar tingkat pengetahuan ibu adalah baik, Kemudian
tindakan ibu dalam penanganan balita diare sebagian besar adalah
baik maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Hal ini
berarti terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare
dengan tindakan penanganan diare pada balita.
27
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ...,MARIA SURININGSIH, FARMASI, UMP 2017
Download