1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara besar dengan jumlah penduduk
yang terbilang padat di dunia. Dari jumlah penduduk Indonesia kurang lebih
253.609.643 jiwa memiliki karakteristik dan juga gaya hidup yang berbeda-beda.
Salah satu karakteristik masyarakat Indonesia yang menonjol adalah sikap
konsumtif. Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumtif terbesar ke dua
setelah Singapura, hal ini terlihat dari jumlah nilai transaksi kartu kredit sebesar
250 triliun setiap tahunnya (forum.idws.id, diakses 28 September 2016). Dengan
demikian, tidak hanya masyarakat yang memiliki penghasilan menengah ke atas
saja yang menghabiskan pendapatannya untuk membeli barang-barang mewah
yang sedang menjadi tren, namun masyarakat ekonomi menengah ke bawah juga
mulai melakukan hal yang sama.
Bank Dunia menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia kelas menengah
ke atas memiliki nilai belanja yang sangat fantastis yaitu untuk belanja pakaian
dan alas kaki pada tahun 2010 mencapai Rp 113,4 triliun, belanja untuk rumah
tangga dan jasa sebesar Rp 194,4 triliun, belanja di luar negeri sebesar Rp 50
triliun dan biaya transportasi Rp 283,6 triliun (www.kompasiana.com, diakses 20
September 2016). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia semakin konsumtif dan mulai meninggalkan kebiasaan menabung. Hal
ini tercermin dari menurunnya Marginal Propensity to Save (MPS) dalam 3 tahun
1
2
terakhir dan naiknya Marginal Prosperity to Consume (MPC)
(bisniskeuagan.kompas.com, diakses 20 September 2016). Sifat konsumtif
tersebut akan berdampak pada kesejahteraan keluarga apabila dalam keluarga
terdiri dari individu-individu dengan tingkat konsumtif yang tinggi. Masyarakat
Indonesia tidak akan bisa mencapai kesejahteraan hidupnya apabila tidak dapat
mengelola keuangannya dengan baik. Keterbatasan mengenai pengelolaan
keuangan keluarga dan ketidakpedulian terhadap pengetahuan dasar keuangan
dapat menyebabkan kurangnya perencanaan pensiun dan kurangnya kesejahteraan
dalam keluarga tersebut (Norma Yulianti dan Meliza Silvy, 2013).
Pengelolaan keuangan keluarga adalah cara seseorang mengatur dan
menggunakan uang dan harta dalam keluarga tersebut. Pengelolaan uang
(manajemen uang) adalah suatu proses dimana seseorang dapat menguasai dan
menggunakan aset secara produktif (Ida dan Cinthia Yohana Dwinta, 2010).
Sebuah keluarga akan mendapatkan kehidupan secara keuangan lebih baik jika
dapat mengelola keuangannya dengan baik. Pengelolaan keuangan yang baik akan
menghindarkan kita terhadap perilaku berkeinginan yang tidak terbatas (Norma
Yulianti dan Meliza Silvy, 2013). Sehingga, mengelola keuangan dengan baik
dalam suatu keluarga merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan dengan
kehidupan keuangan sehari-hari dan masa depan.
Literasi keuangan merupakan faktor yang memiliki pengaruh terhadap
pengelolaan keuangan keluarga. Literasi keuangan adalah pengetahuan mengenai
keuangan yang dimiliki oleh seseorang. Nujmatul Laily (2013) mendefinisikan
literasi keuangan sebagai pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam
3
mengelola keuangan. Pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan
menghasilkan beberapa perbedaan. Nujmatul Laily (2013) menyatakan bahwa
literasi keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku keuangan
mahasiswa. Hal yang serupa juga terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh
Mahdzan dan Tabiani (2013) yang menemukan bukti bahwa literasi keuangan
dengan tingkat tertinggi berpengaruh secara positif terhadap simpanan individu,
yang artinya bahwa literasi keuangan berpengaruh terhadap pengelolaan
keuangan. Namun, NailaAl Kholilah dan Rr. Iramani(2013) menyatakan bahwa
tidak ada efek langsung dari pengetahuan keuangan dan pendapatan terhadap
perilaku manajemen keuangan. Hal ini berarti bahwa penelitian yang dilakukan
oleh Naila Al Kholilahdan Rr. Iramani (2013) menjelaskan jika literasi keuangan
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan. Sedangkan
dalam penelitian Hastings dan Mitchell (2011) menyatakan bahwa literasi
keuangan berkorelasi lemah dengan kekayaan dalam pengambilan keputusan
investasi.
Hasil penelitian yang tidak konsisten seperti yang diuraikan di atas dapat
mengindikasikan adanya variabel yang memoderasi pengaruh literasi keuangan
terhadap pengelolaan keuangan. Variabel moderasi adalah variabel yang memiliki
dampak yang kontijensi yang kuat terhadap hubungan variabel bebas dan variabel
terikat (Mudrajad Kuncoro, 2013:50). Variabel yang dapat memoderasi pengaruh
literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga adalah variabel etnis
untuk mengetahui hubungan literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan.
4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etnis adalah kelompok sosial
dalam sistem sosial atau kebudayaan yang memiliki kedudukan tertentu karena
perbedaan keturunan, adat, bahasa, agama, dan lainnya (kbbi.co.id, diakses 22
Oktober 2016). Robb dan Woodyard (2011) mengatakan bahwa terdapat
perbedaan perilaku keuangan terutama oleh ras atau etnis. Semua orang yang
berasal dari etnis yang berbeda tidak menutup kemungkinan memiliki tingkat
literasi keuangan yang sama, namun hanya saja terdapat beberapa hal yang
membedakan salah satunya adalah pendapatan. Beberapa etnis minoritas memiliki
pendapatan yang berbeda dengan etnis mayoritas. Aizcorbe (2003) dalam sampel
penelitiannya menjelaskan bahwa orang Amerika keturunan Afrika memiliki
pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan kalangan kulit putih.
Perbedaan pendapatan antar etnis tersebut akan menyebabkan perbedaan dalam
pengelolaan keuangan. Kaum etnis mayoritas yang memiliki pendapatan tinggi
dengan literasi keuangan yang baik akan dengan mudah mengelola keuangannya
tanpa ada rasa khawatir akan kekurangan uang. Hal ini akan berbeda dengan kaum
etnis minoritas yang memiliki literasi keuangan baik tetapi pendapatannya rendah,
mereka akan cenderung kesulitan untuk mengelola keuangannya dengan baik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa etnis memiliki pengaruh terhadap pengelolaan
keuangan. Perry dan Morris (2005) menyebutkan bahwa etnis memoderasi
hubungan antara pengetahuan keuangan dan perilaku keuangan yang bertanggung
jawab.
Subjek dalam penelitian ini adalah daerah Jawa khusunya wilayah
Karesidenan Madiun yang terdiri dari Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo,
5
Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan dan daerah wilayah
Kota Makassar. Peneliti mengambil wilayah Karesidenan Madiun karena kelima
kota dan kabupaten tersebut terletak di paling barat dari daerah Jawa Timur.
Masyarakat di wilayah Karisedean Madiun masih tergolong sebagai masyarakat
kota kecil yang memiliki beberapa perbedaan gaya hidup jika dibandingkan
dengan masyarakat yang tinggal di daerah kota-kota besar di Jawa Timur,
mengingat secara geografis kota-kota kecil tersebut juga terdiri dari pegununganpengunungan sehingga banyak masyarakat yang tinggal di daerah pelosok dan
desa. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui apakah masyarakat wilayah
Karesidenan Madiun memiliki literasi keuangan yang baik untuk mengelola
keuangannya.
Selain itu, masyarakat di wilayah Karesidenan Madiun merupakan bagian
dari masyarakat Jawa yang memiliki karakteristik dan prinsip tersendiri ketika
menjalani kehidupan. Menurut Elisabet Titik Murtisari (2013), salah satu ciri
masyarakat Jawa adalah mereka memiliki prinsip untuk selalu menerima nasib
mereka (narima ing pandum). Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Jawa
selalu berpasrah dan menerima apa adanya segala kehidupan yang ada pada
dirinya. Baik dari segi ekonomi maupun non ekonomi. Masyarakat Jawa selalu
memiliki anggapan bahwa urip kuwi mung sakderma nglakoni yang berarti bahwa
hidup hanya tinggal menjalankan saja apa yang sudah dikehendaki oleh Yang
Maha Kuasa. Sehingga dari hal ini masyarakat Jawa gampang menyerah dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Apa yang didapatkan dari usahanya maka itulah
yang digunakan. Begitupula apabila mendapat uang ataupun pekerjaan,
6
masyarakat Jawa hanya akan menjalani pekerjaannya dengan apa adanya tanpa
ada usaha yang lebih lagi, tidak berani untuk mengambil resiko dalam hal
keuangan dan tidak berani untuk berhutang demi kebutuhan hidupnya.
Karakter masyarakat Jawa ini sangat berbeda sekali dengan karakteristik
masyarakat Makassar.Menurut www.kompasiana.com (diakses pada tanggal 31
Oktober 2016), suku Makassar memiliki prinsip hidup seperti tidak pasrah pada
keadaan (tidak nrimo), hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Makassar akan
terus berjuang dan berusaha keras untuk dapat memenuhi segala kebutuhan
hidupnya agar menjadi lebih baik. Masyarakat Makassar akan bekerja dengan giat
dan berani mengambil resiko berhutang demi untuk keberhasilan usahanya yang
nantinya akan memberikan penghasilan untuk memenuhi hidupnya. Masyarakat
Makassar cenderung pantang menyerah dalam mencukupi kebutuhannya baik
secara materi maupun non materi.
Dari banyaknya perbedaan secara karakteristik antara masyarakat Jawa
dengan masyarakat Makassar, peneliti ingin mengetahui secara mendalam apakah
masyarakat Makassar memiliki literasi keuangan dan juga pengelolaan keuangan
yang baik atau tidak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengambil judul “Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Pengelolaan
Keuangan Keluarga Dengan Etnis Sebagai Variabel Moderasi” (Studi
Komparatif Di Wilayah Karesidenan Madiun dan Kota Makassar)
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan yang dapat diambil
dalam penelitian ini adalah :
7
1.
Apakah literasi keuangan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan
keluarga di wilayah Karesidenan Madiun dan kota Makassar?
2.
Apakah pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga
di masyarakat Karesidenan Madiun dan kota Makassar dimoderasi oleh
etnis?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1.
Untuk menguji dan menganalisis pengaruh literasi keuangan terhadap
pengelolaan keuangan keluarga di wilayah Karesidenan Madiun dan kota
Makassar.
2.
Untuk menguji dan menganalisis peran moderasi etnis pada pengaruh
literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan keluarga di wilayah
Karesidenan Madiun dan kota Makassar.
1.4
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh untuk
berbagi pihak yaitu :
1.
Untuk masyarakat di wilayah Karesidenan Madiun.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai literasi keuangan kepada seluruh masyarakat di
wilayah Karesidenan Madiun. Selain itu, masyarakat juga diharapkan dapat
menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari penelitian ini dalam
8
kehidupan sehari-harinya terutama untuk pengelolaan keuangan keluarga,
sehingga dapat mengelola keuangan keluarganya dengan baik dan tepat.
2.
Untuk masyarakat di kota Makassar
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai literasi keuangan dan pengelolaan keuangan untuk masyarakat
yang berada di wilayah kota Makassar, sehingga dapat mengetahui seperti
apa karakteristik etnis Jawa dalam pengelolaan keuangan.
3.
Untuk keluarga dan masyarakat umum.
Penelitian ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat dan pengetahuan
kepada masyarakat Karesidenan Madiun dan kota Makassar saja. Tetapi
juga untuk keluarga dan masyarakat umum yang lain yang masih belum
sadar
akan
pentingnya
pengelolaan
keuangan
keluarga.
Sehingga
masyarakat yang berada di wilayah selain Karesidenan Madiun juga dapat
menerapkan pengetahuan dari penelitian ini dalam kehidupan keluarganya.
4.
Untuk pembaca dan peneliti selanjutnya.
Memberikan pengetahuan kepada para pembaca yang belum memahami
mengenai pengelolaan keuangan keluarga, sehingga dapat mempelajari dan
mendapatkan informasi yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Serta melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya agar dapat
memberikan informasi-informasi yang nantinya dibutuhkan untuk penelitian
selanjutnya.
9
5.
Untuk peneliti.
Dengan adanya penelitian ini, dapat menambah wawasan peneliti sehingga
dapat mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh literasi keuangan
terhadap pengelolaan keuangan keluarga yang menggunakan variabel
moderasi etnis dan nantinya peneliti dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, peneliti juga dapat mengetahui karakteristik dari etnis
Jawa dan etnis Bugis di kota Makassar dalam hal literasi keuangan dan
pengelolaan keuangan.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan
skripsi STIE Perbanas Surabaya untuk BAB I hingga BAB III dan mengacu pada
pedoman penulisan STIM Nitro Makassar untuk BAB IV dan BAB V. Dalam
penelitian ini terdapat beberapa bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab
uraian dan juga penjelasan. Bab tersebut meliputi:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan juga sistematika
penulisan penelitian.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan mengenai penelitian terdahulu yang disertai
dengan landasan teori yang mendasari dan juga mendukung penelitian. Landasan
teori dijelaskan secara sistematis sehingga peneliti dapat menyusun kerangka
10
pemikiran yang nantinya dapat mengantarkan peneliti untuk merumuskan
hipotesis penelitian.
BAB III: METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai tahap-tahap penyelesaian masalah dari
penelitian. Tahapan penyelesaian masalah diawali dari rancangan penelitian,
batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran
variabel, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian,
data dan metode pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum dari unit penelitian,
hasil penelitian, dan juga pembahasan.
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang berisi jawaban dari
permasalahan yang diperoleh penulis dari hasil penelitian, dan juga saran yang
ditujukan kepada pihak-pihak terkait dengan hasil penelitian.
Download