Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan

advertisement
JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334
Diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES
Volume 4 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2013
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik
Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
Hidayah, I.1; Sugiarto2; dan Sutarto, H.3
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran Matematika
Sekolah Dasar (SD) dengan penguatan tahapan enaktif-ikonik-simbolik berbantuan serangkaian pertanyaan produktif. Perangkat pembelajaran berupa Panduan Guru sebagai suplemen dalam mengembangkan rancangan pembelajaran tematik kompetensi dasar (KD) Matematika kelas IV semester gasal. Penelitian ini telah menghasilkan Panduan Guru dengan
perangkatnya, yaitu alat peraga sebagai representasi enaktif; media visual dalam bentuk powerpoint sebagai representasi ikonik; lembar kegiatan peserta didik (LKPD) dan lembar tugas peserta didik (LTPD), serta kartu masalah (contextual problem). Produk yang telah dihasilkan akan membantu guru dalam mengembangkan rancangan pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013. Hasil implementasi menunjukkan bahwa produk penelitian berupa Suplemen Panduan Guru membantu guru dalam mengembangkan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah. Penyempurnaan Suplemen difokuskan
pada keterpaduan aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kata kunci: suplemen panduan guru; pembelajaran tematik KD Matematika; contextual
problem
Abstract
The purpose of this research is to develop elementary mathematics learning devices with
reinforcement stages enactive-iconic-symbolic aidednquestion series of productive to
strengthen the ability of solving Mathematics problem students since early. A learning device Teacher’s Guide as a supplement in developing basic competencies thematic lesson
plan fourth grade Math odd semester. This research has produced a Teacher’s Guide with
the device; witch is a representation enactive prop; visual media in the form of PowerPoint
as iconic representations; students’ activity sheets (LKPD) and students’ task sheet
(LTPD), and card problems (contextual problem). The benefit of this research that has
been produced to assist teachers in developing lesson plan curriculum implementation in
2013. Research products in the form of Teacher's Guide Supplement to help teachers in developing the design and implementation of learning with a scientific approach. Suggested
improvements focused integration aspects of attitudes, skills, and knowledge.
Keywords:
supplement of teacher guides, thematic learning of Mathematics based
competencies, contextual problems.
Informasi Tentang Artikel
Diterima pada
: 25 Juli 2013
Disetujui pada
: 10 Oktober 2013
Diterbitkan
: Desember 2013
115
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
nerja peserta didik dalam pemecahan masalah, mengukur kemampuan peserta didik
dalam merespon situasi tidak rutin. (2)
Empat dari lima peserta didik di negaranegara OECD setuju atau sangat setuju
bahwa mereka merasa senang di sekolah
atau mereka mempunyai rasa memiliki sekolah. (3) Peserta didik yang terbuka untuk
memecahkan masalah matematika mampu
mencetak point lebih tinggi dalam matematika dibandingkan peserta didik yang
kurang terbuka untuk memecahkan masalah. Peserta didik yang terbuka adalah
yang merasa bahwa mereka dapat menangani banyak informasi, cepat untuk memahami sesuatu, mencari penjelasan tentang sesuatu, dapat dengan mudah menghubungkan fakta bersama, dan ingin memecahkan masalah yang kompleks.
Dalam Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses dijelaskan
bahwa salah satu tugas guru adalah mengembangkan perencanaan pembelajaran
yang meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media
dan sumber belajar, perangkat penilaian
pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Implementasi Kurikulum 2013 di lapangan, guru mengembangkan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentukan media, dan skenario pembelajaran mengacu pada Buku Guru (BG) dan Buku
Siswa (BS). Agar tujuan pembelajaran
Matematika sekolah efektif, mampu mewujudkan tujuan pembelajaran matematika
sekolah, maka kaidah pembelajaran Matematika tetap harus ditaati meskipun pelaksanaan pembelajaran Matematika dilakukan secara terpadu dalam bentuk pembelajaran tematik bersama dengan mata pelajaran lain. Kunci Pembelajaran bermutu ada pada guru. Sebagaimana dinyatakan oleh Jalal (2007), bahwa keberadaan guru
yang bermutu merupakan syarat mutlak
hadirnya sistem dan praktik pendidikan
yang bermutu.
Hasil pengamatan terhadap kegiatan
peerteaching pembelajaran tematik para
guru SD peserta PLPG Rayon 12 Universitas negeri Semarang, menunjukkan bah-
PENDAHULUAN
Banyak penelitian untuk meningkatkan keterampilan memecahkan masalah
peserta didik dalam mata pelajaran matematika telah dilakukan, namun keterampilan pemecahan masalah matematika peserta
didik belum memenuhi harapan. Permasalahan terjadi baik di tingkat pendidikan
dasar (SD/MI-SMP/MTs) maupun tingkat
pendidikan lanjut (SMA/MAN atau SMK).
Dibandingkan dengan negara lain,
mutu pendidikan Indonesia masih berada
pada ranking bawah. Salah satu indikator
yang menunjukkan hal tersebut adalah, hasil penilaian mutu akademik antar bangsa
melalui Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2003 untuk
bidang Matematika (fokus PISA tahun
2003) dan kemampuan membaca, Indonesia menempati peringkat ke-39 dari 41 negara peserta. Tahun 2006 Indonesia menempati ranking 50 dari 57 untuk kemampuan Matematika; (http://www.pisa 2006).
PISA 2009, skore Matematika yang dicapai Indonesia adalah 371 dibawah rata-rata
OECD (Organisation For Economic CoOperation And Development), yaitu 496;
dan dalam PISA 2012, Indonesia berada
pada rangking 2 dari bawah, tercatat 75.7
berprestasi rendah dalam matematika (di
bawah level 2).
Laporan The Third International
Mathematics Science Study TIMSS tahun
1999 menunjukkan bahwa kemampuan
siswa kelas dua SMP (eighth grade) Indonesia relatif lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur,
akan tetapi sangat lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan
dengan pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan
generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta
yang diberikan (Herman, 2006).
Dalam PISA 2012 Results in Focus
(OECD, 2012) disebutkan beberapa hal
yang menjadi perhatian dan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika bermutu. Beberapa hal tersebut antara lain: (1) PISA mengukur ki-
116
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
wa dalam kegiatan tersebut pembelajaran
tematik kompetensi dasar (KD) Matematika sangat mengkhawatirkan terhadap ketercapaian target kompetensi dasar yang
telah dirumuskan. Lebih jauh ketercapaian
tujuan Matematika sekolah. Pembelajaran
tematik KD Matematika pada umumnya
belum dilaksanakan sesuai dengan karakteristik pembelajaran Matematika. Pembelajaran tersebut cenderung pada pemberitahuan. Pemanfaatan alat bantu pembelajaran yang dapat berupa alat peraga,
lembar kegiatan siswa, serangkaian pertanyaan produktif (good questions) tidak
muncul. Pembelajaran belum memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif,
beraktivitas, menemukan konsep-konsep
atau prinsip yang dipelajari. Seiring dengan tahap awal implementasi Kurikulum
2013 KD Matematika diperlukan suatu
tindakan atau strategi yang dapat membantu guru sehingga mampu melaksanakan
pembelajaran sesuai amanat Kurikulum
2013.
Penilaian hasil belajar dalam pembelajaran dengan Kurikulum 2013 mencakup sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Dengan demikian proses pembelajaran juga dikembangkan sehingga menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Hasil belajar pembelajaran
sebagai implementasi Kurikulum 2013
diharapkan mampu melahirkan peserta
didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Terkait dengan ranah kognitif, tahapan Taxonomy Bloom juga telah mengalami revisi (Anderson, & Krathwohl,
2001; Krathwohl, 2002). Menurut revisi
Taxonomy Bloom, tahapan pemahaman
menjadi: remembering, understanding, applying, analysing, evaluating, dan creating. Adapun indikator dari tiap tahap adalah sebagai berikut. Remembering: pengenalan dan mengingat kembali; understanding: menafsirkan, memberikan contoh,
mengelompokkan, menghafal, meng-ambil
kesimpulan, membandingkan, menjelaskan; applying: melaksanakan dan menggu-
nakan; analysing: membedakan, evaluating: mengoreksi dan mengevaluasi; dan
creating: menghasilkan, merencanakan,
dan menciptakan.
Peserta didik yang mampu melakukan tahapan creating, berarti juga telah
menggunakan tahapan-tahapan sebelumnya. Tahapan pertama hingga tahapan terakhir menghasilkan Higher Order Thinking Skill (HOTS). Revisi ini telah memperhatikan perolehan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognisi.
Hal ini sesuai dengan salah satu amanah
Kurikulum 2013 yang menuntut agar pembelajaran menumbuhkembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) yang biasa disebut dengan 5M,
meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Salah satu pembelajaran untuk memunculkan 5M adalah pembelajaran berbasis masalah. Problem based learning
memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk melakukan inkuiri, investigasi,
penelitian, dan resolusi. Dalam pembelajaran disajikan masalah kontekstual, peserta didik bekerja dalam kelompok untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real
world). Dengan demikian pembelajaran
yang berlangsung diharapkan mampu merangsang peserta didik untuk belajar. Model pemecahan masalah bahkan telah dipromosikan sebagai sarana untuk meningkatkan penilaian dan intervensi dalam
praktik bagi peserta didik penyandang cacat dan orang-orang yang berisiko pendidikan (Telzrow, 2000).
Pembelajaran Matematika mengacu
pada beberapa teori, yaitu Piaget, Brunner,
dan Ausuble, sehingga pembela-jaran Matematika dirancang dengan memperhatikan kondisi mental peserta didik, memperhatikan aspek perkembangan pe-serta
didik.
117
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
Matematika adalah ilmu yang abstrak, sementara peserta didik SD pada umumnya masih berada pada taraf ber-pikir
operasional konkrit. Peserta didik akan
mampu berpikir dengan dibantu bendabenda konkrit. Menurut Brunner, pembelajaran akan bermakna bila peserta didik
mengalami pola berpikir dari konkrit menuju abstrak, yaitu dengan tahapan enaktifikonik-simbolik. Proses pembela-jaran matematika akan berlangsung se-cara optimal
apabila proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif (Hawa, 2007).
Tahap enaktif, yaitu suatu tahap penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek. Pada tahap ini anak belajar
secara aktif, dengan menggunakan bendabenda konkret atau menggunakan situasi
yang nyata.
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sedemikian hingga pengetahuan
direpresentasikan dalam bentuk bayangan
visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan
konkret atau situasi konkret yang terdapat
pada tahap enaktif.
Tahap Simbolis, pada tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-simbol atau lambanglambang. Peserta didik pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil.
Laporan penelitian Sugiarto (2010)
menjelaskan bahwa proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh pada
peserta didik, yang berarti proses pembelajaran terjadi secara optimal jika pengetahuan yang dipelajari dalam tiga model
tahapan yaitu model tahap enaktif, tahap
ikonik dan tahap simbolik.
Fakta di lapangan masih banyak ditemukan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita,
demikian juga guru mengalami kesulitan
bagaimana mampu membantu peserta didik dalam hal tersebut.
Hasil penelitian Booth R.D.L. dan
Thomas M.O.J. (1999) menunjukkan bahwa kelompok individu dengan keahlian vi-
sio-spasial yang tinggi secara signifikan
lebih baik dalam menyelesaikan masalah
aritmetika. Hasil penelitian Pantziara
(2009) memberika saran penggunaan diagram (sebagai representasi visual-tahap ikonik) secara efisien dalam memecahkan
masalah non rutin.
Pengembangan rancangan pembelajaran selain mengacu pada hal-hal yang
sudah diuraikan di atas, kegiatan bertanya
merupakan kegiatan penting dalam pembelajaran berbasis inkuiri. Kebenaran pentingnya good questions dalam pembelajaran dikuatkan oleh Orton (1991) yang
menyatakan bahwa “Good questions are
important in facilitating learning”. Serangkaian pertanyaan yang baik dapat mengantarkan peserta didik membangun sendiri pengetahuan yang dipelajari (konstruktivis).
Serangkaian pertanyaan guru dikatakan produktif apabila: (a) menggali informasi akademis, (b) mengecek pemahaman peserta didik, (c) membangkitkan respon kepada peserta didik, (d) mengetahui
sejauh mana rasa ingin tahu peserta didik,
(e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui peserta didik, (f) memfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang sudah diketahui peserta didik, (g) membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari
peserta didik, dan (h) menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik (Turmudi
2007).
METODE
Pengembangan perangkat pembelajaran sebagai suplemen bagi guru dalam
merangcang pembelajaran telah dilakukan
dengan tahapan: (1) Kajian Kurikulum
(Standar Isi)- Kurikulum 2013; (2) Analisis pustaka pendukung, lingkungan; (3)
Pemetaan tahapan enaktif-ikonik-simbolik,
dan penyusunan good quetions dalam
rencana pembelajaran; (4) Identifikasi alat
peraga, media visual, dan setting contextual problems; (5) Pengembangan perangkat pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan perangkatnya,
yaitu: skenario pembelajaran, Lembar Ker-
118
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
ja Peserta Didik (LKPD), Lembar Tugas
Peserta Didik (LTPD); (6) Pembuatan prototipe alat peraga; desain media visual (CD
pembelajaran); (7) Validasi ahli panduan
guru; dan (8) revisi panduan guru, dan (9)
melakukan ujicoba terbatas implementasi
perangkat pembelajaran di kelas 4 SD Sekaran Negeri 02. Metode yang digunakan
adalah metode dokumenter (Kurikulum
2013: Salinan Lampiran Permendikbud
nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum SD dan
Madrasah Ibtidaiyyah; Salinan Lampiran
Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar proses pendidikan dasar dan
menengah; Buku Guru dan Buku Siswa
Kelas 4).
2. Barang dan Jasa
Sumber: (Hidayah, 2013)
Mengacu pada hasil kajian Kurikulum 2013, Buku Guru dan Buku Siswa,
serta literatur pendukung, Suplemen Panduan Guru disusun dengan sistematika:
Tema, Subtema, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Sumber Belajar dan Media/Alat Peraga, Skenario Pembelajaran yang mengakomodir standar proses dengan pendekatan saintifik, dengan
penguatan tahapan enaktif-ikonik-simbolik, dengan serangkaian pertanyaan produktif, dengan penyajian contextual problems dan penyelesaian yang kontekstual.
Mengacu pada hasil pemetaan dan
suplemen panduan guru (Hidayah, 2013),
desain dan prototype alat peraga yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil kajian dalam penelitian
(Hidayah, 2013) diperoleh pemetaan pembelajaran tematik KD Matematika yang selanjutnya akan dikembangkan dalam suplemen panduan guru. Pemetaan tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Hasil Identifikasi Alat Peraga dalam
Pembelajaran Tematik KD Matematika
Kode
Nama Alat Peraga
Tema: Indahnya Kebersamaan
AP 1.1.2.1 Alat Peraga Sudut dan Macam Sudut
AP 1.2.3.1 Alat Peraga Pengubinan
Tema: Selalu Berhemat Energi
AP 2.2.4.1 Mistar FPB-KPK
Tema: Peduli terhadap Makhluk Hidup
AP 3.1.1.1 Alat Peraga Pecahan Senilai
AP 3.1.4.1 Alat Peraga Pecahan Tidak Senilai
AP 3.2.3.1 Alat Peraga Penjumlahan Bilangan
Peecah Berpenyebut Sama
AP 3.2.4.1 Alat Peraga Pengurangan bilangan
Pecah Berpenyebut Sama
Tema: Berbagai Pekerjaan
AP 4.1.3.1 Alat Peraga Luas Daerah Persegi
Panjang
AP 4.1.3.2 Alat Peraga Keliling Persegipanjang
AP 4.2.2.1 Alat Peraga Keliling dan Luas
daerah segitiga
Tabel 1. Hasil Pemetaan Materi KD Matematika
dalam Pembelajaran Tema
Tema
1. Indahnya
Kebersam
aan
2. Selalu
Berhemat
Energi
Subtema
1. Keberagaman
Budaya Bangsaku
2. Kebersamaan
dalam
Keberagaman
1. Pemanfaatan
Energi
2. Gerak dan
Gaya
3. Peduli
terhadap
Makhluk
Hidup
1.
2.
4. Berbagai
Pekerjaan
Hewan dan
Tumbuhan di
Lingkungan
Rumahku
Keberagaman
Makhluk Hidup
di
Lingkunganku
1. Jenis-jenis
Pekerjaan
Luas
Persegipanjang
Pembelajaran
keliling dan Luas
Segitiga
Materi
Pembelajaran
Sudut dan
macamnya
Pembelajaran
Pengubinan
Pembelajaran
Kelipatan
Persekutuan
Terkecil (KPK)
Pembelajaran
Faktor
Persekutuan
Terbesar (FPB)
Pembelajaran
Pecahan Senilai
dan Tidak
Senilai
Pembelajaran
Penjumlahan
Pecahan
Berpenyebut
Sama
Pengurangan
Pecahan
Berpenyebut
Sama
Pembelajaran
Keliling dan
Sumber: Hidayah (2013)
Hasil validasi ahli terhadap Suplemen Panduan Guru lengkap dengan perangkatnya, diperoleh skor rata-rata penilaian sebesar 4,86 dari skor maksimal 5.
Kriteria skala penilaian yang digunakan adalah 1 untuk kriteria sangat kurang; 2 untuk kriteria kurang, 4 untuk kriteria baik;
dan 5 untuk kriteria sangat baik. Sedang-
119
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
kan hasil ujicoba terbatas (2 kali pembelajaran, 1 kelas), diperoleh data hasil pengamatan observer (rata-rata penilaian) yang
dapat dilihat pada Tabel 3.
titas dan kualitas sajian dalam tiap pembelajaran, penyelesaian contextual problems yang kontektual juga perlu ditambahkan, karena dari sajian contextual
problems yang sudah menarik bagi peserta
didik dan memudahkan peserta didik memahami terhadap masalah tersebut, menjadi kesulitan untuk menyelesaikan lebih
lanjut saat penyelesaiannya tidak kontekstual (Hidayah, 2013).
Sedangkan hasil isian angket guru
setelah melaksanakan pembelajaran mengacu pada Suplemen Panduan Guru memberikan skor penilaian sebesar 82 dari skor
tertinggi 100, dan dari penilaian oleh angket peserta didik terhadap pelaksanaan
pembelajaran sebesar 90 dari skor tertinggi
100 (Hidayah, 2013).
Tabel 3. Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran KD
Matematika dalam Ujicoba Terbatas
Komponen
Kesesuaian pembelajaran
dengan karakteristik peserta
didik
Kesesuaian pembelajaran
dengan karakeristik
pembelajaran matematika
Pembelajaran sesuai dengan
standar proses Kurikulum
2013
Pengembangan sikap
Pengembangan
keterampilan
Pengembangan pengetahuan
Pembelajaran sebagai
PAIKEM
Pemanfaatan teknologi IT
Pendekatan Contextual
Problem dan tematik
Hasil Penilaian
(rata-rata)
4,92
5,00
4,92
4.04
4,23
4,318
4,00
SIMPULAN
Produk penelitian berupa Suplemen
Panduan Guru membantu guru dalam mengembangkan rancangan dan pelaksanaan
pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013. Aktivitas peserta didik mengamati, menanya, mencoba, menalar, membentuk jejaring muncul dalam pembelajaran.
Keterbatasan dari penelitian ini nilainilai karakter pembelajaran Matematika
belum terdesain secara eksplisit menyeluruh dalam setiap pembelajaran KD Matematika. Penyempurnaan Suplemen Panduan Guru di tahun kedua, difokuskan keterpaduan aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan, lengkap dengan penilaian ketiga aspek tersebut.
4,37
2,70
Sumber: Hidayah (2013)
Dengan memperhatikan perolehan
skor rata-rata penialian observer terhadap
pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan
memberikan hasil “baik”, namun demikian
untuk perolehan komponen utama kajian
penelitian terkait dengan pemanfaatan atau
penguatan pendekatan contextual problem
harus mendapat perhatian khusus dalam
penyempurnaan Suplemen Panduan Guru
sebelum pelaksanaan implementasi (ujicoba) di tahun kedua. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dan ditindaklanjuti terkait Contekstual problems adalah: kuan-
Journal of Mathematical Behavior,
Volume 18(2), pp. 169-190.
Hawa, S. 2007. Kegiatan Eksperimen pada
Pengajaran Matematika sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Matematika. Forum Kependidikan Vol. 25(2).
Herman, T. (2006). Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. & Krathwohl, D. R. 2001. A
Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of
Bloom's Taxonomy of Educational
Objectives. Allyn & Bacon.
Booth R.D.L.; Thomas M.O.J. 1999.
Visualization
in
Mathematics
Learning:
Arithmetic
ProblemSolving and Student Difficulties.
120
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi
Doktor pada PPS UPI: Tidak
Diterbitkan
Hidayah, I, Sugiarto, dan Cahyono, A.N.
2013. Penguatan Tahapan EnaktifIkonik-Simbolik dengan Serangkaian
Pertanyaan Produktif sebagai Fondasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik. Laporan Penelitian Hibah Bersaing.
Jalal, F. 2007. Sertifikasi Guru untuk
Mewujudkan
Pendidikan
yang
Bermutu? Makalah disampaikan
pada Seminar Pendidikan yang
diselenggarakan oleh PPs Unair,
pada tanggal 28 April 2007 di
Surabaya.
Krathwohl, D. R. 2002. A revision of
Bloom’s taxonomy: An overview.
Theory into Practice, Vol. 41(4), pp.
212-218.
OECD. 2012. PISA 2012 RESULTS IN
Focus. What 15 year-olds know and
what they can do with what the
know. Programme for International
Student Assessment Problem Solving
for Tomorrow’s World First
Measures
of
Cross-Curricular
Competencies from PISA 2003
(OECD)
Orton, A.. 1991. Learning Mathematics:
Issues, Theory and Classroom
Practice. Caseel: University of leeds
Centre for Studies Science and
Mathematics Education.
Pantziara, M., Gagatsis, A., Elia, L. 2009.
Using Diagram as Tools for Solution
of
Non-Rutien
Mathematical
Problems. Educ Stud Math. 72:3960. DOI 10.1007/s10649-009-91815. Publised online: 10 Februari 2009.
Sugiarto. 2010. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Geometri Berbasis
Enaktif Ikonik Simbolik (Eis) Untuk
Menumbuhkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Peserta Didik Sekolah
Dasar. Tesis: UNNES
Telzrow, C.F. 2000. Fidelity of ProblemSolving Implementation and Relationship to Student Performance.
Shool Psychology Review. Vol 29(3),
pp. 443-461.
Turmudi. 2007. Landasan Filsafat dan
Teori Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Leuser Cita Pustaja
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor
65 Tahun 2013 Tentang Standar
Proses
Pendidikan dasar dan
Menengah
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor
67 tahun 2013 Tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurkulum
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyyah
Salinan Lampiran Permendikbud RI
Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru untuk Pendidikan dasar dan
menengah.
121
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
LAMPIRAN (Contoh Bagian Suplemen Panduan Guru)
1
1.1.
Tema : 1. Indahnya Kebersamaan
nkebersamaan
Subtema : 1. Keberagaman Budaya Bangsaku
A. Pembelajaran
:2
B. Kompetensi Dasar Matematika:
3.4 Membandingkannya dengan sudut yang berbeda
4.1 Mempresentasikan sudut lancip dan sudut tumpul dalam bangun datar
C. Indikator:
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk sudut
2. Membedakan jenis sudut lancip, tumpul, dan siku-siku
3. Mengukur besar sudut dengan menggunakan busur
D.
Tujuan Pembelajaran:
Melalui penggunaan alat peraga sudut, media visual, dan pendekatan saintifik, peserta
didik dapat:
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk sudut
2. Membedakan jenis sudut lancip, tumpul, dan siku-siku
3. Mengukur besar sudut dengan menggunakan busur
E.
Sumber Belajar dan Media
1. Buku Guru dan Buku Siswa Sekolah Dasar kelas 4
2. Alat Peraga AP 1.1.2.1; Media Visual (MV) 1.1.2.1
3. Lembar Tugas Peserta Didik (LTPD 1.1.2.1)
F. Skenario Pembelajaran
Ayo menemukan dengan cara mengamati, menanya, mencoba, dan
menalar
1. Kegiatan 1 (klasikal)
Guru menayangkan MV 1.1.2.1 dalam bentuk media visual powerpoint , peserta
didik melakukan kegiatan sbb:
a) mengamati model sudut dalam bentuk ikonik
b) menjawab serangkaian pertanyaan produktif
c) menalar menemukan deskripsi sudut
122
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
2.
Kegiatan 2 (kelompok)
1) Setiap peserta didik diminta untuk menyiapkan selembar kertas, kemudian
dibimbing untuk mengubah kertas tersebut menjadi pojok siku-siku.
2) Dengan menggunakan pojok siku-siku tersebut peserta didik diberi
kesempatan untuk mencoba dan menalar melalui kegiatan mengerjakan tugas
pada Lembar Tugas Peserta Didik (LTPD 1.1.2.1)
3) Guru menayangkan MV 1.1.2.1 dalam bentuk media visual powerpoint
peserta didik melakukan kegiatan sbb:
a) Membandingkan besar ukuran sudut pada LTPD 1.1.2.1
b) Menentukan setiap sudut termasuk sudut siku-siku, lancip, atau tumpul
c) Menalar menentukan perbedaan sudut siku-siku, lancip dan tumpul
3.
Kegiatan 3 (kelompok)
1) Setiap peserta didik diminta untuk menyiapkan busur derajat, kemudian
dibimbing menggunakannya untuk mengukur besar sudut
2) Dengan menggunakan busur derajat
tersebut peserta didik diberi
kesempatan mencoba dan menalar melalui kegiatan untuk menentukan besar
sudut dan macam sudut pada Lembar Tugas Peserta Didik (LTPD 1.1.2.1)
3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok
4) peserta didik dibimbing untuk membuat simpulan bahwa:
a. Sudut termasuk bangun datar, terbentuk dari dua ruas garis yang
berpotongan
b. Sudut sisku-siku adalah sudut yang besar sudutnya 90 0
c. Sudut lancil adalah sudut yang besar < 900
d. Sudut tumpul adalah sudut yang besar > 900
e. Sudut lurus adalah sudut yang besar 180 0
G.
Contextual Problems
Batik merupakan warisan budaya Indonesia, gambar di atas merupakan contoh motif
batik yang ada. Tunjukkan dan lingkari jenis-jenis sudut yang ada pada motif batik di
atas
123
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
ALAT PERAGA
SUDUT DAN MACAM SUDUT
(AP.1.1.2.1)
Spesifikasi
1.
2.
3.
4.
Alat peraga sudut terbuat dari kawat dengan panjang kaki-kaki sudut 12 cm s.d 16 cm
Alat peraga daerah sudut terbuat dari kertas BC yang dilaminating dengan panjang kaki-kaki sudut
12 cm s.d 16 cm
Busur derajat kecil dari plastik
Busur derajat besar dari kayu
Kegunaan
Sebagai sarana pembelajaran :
Kelas
:4
Mapel
: Matematika
Tema
: 1. Indahnya kebersamaan
Subtema
: 1. Keberagaman Budaya Bangsaku
Pembelajaran
:1
Indikator
: 1) Mendeskripsikan bentuk sudut
2) Membedakan fenis sudut siku-siku, lancip dan Tumpul
3) Mengukur besar sudut dengan menggunakan Busur
Tujuan
: Melalui penggunaan alat peraga dan pendekatan saitifik peserta didik dapat :
1) Mendeskripsikan bentuk sudut
2) Membedakan fenis sudut siku-siku, lancip dan tumpul
3) Mengukur besar sudut dengan menggunakan bus
124
Hidayah, I.; Sugiarto; dan Sutarto, H. :
Suplemen Panduan Guru dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
Kelompok ...
Ketua : ..................................
Anggota 1 : ..............................
Anggota 2 : ...............................
Anggota 3 : ...............................
LEMBAR TUGAS PESERTA DIDIK
(LTPD 1.1.2.1)
Petunjuk
1. Amatilah dan ukurlah kemudian tentukanlah sudut pada gambar berikut ini
manakah yang siku-siku, lancip, tumpual, dan sudut lurus (dengan menggunakan
pojok siku-siku)
2. Ukurlah masing-masing sudut berikut bini dengan busur derajat, kemudian
tentukanlah sudut pada gambar berikut ini manakah yang siku-siku, lancip,
tumpul, dan sudut lurus
3. Waktu 5 menit
(c)
(b)
(a)
(f)
(e)
(d)
Setelah melakukan pengukuran catatlah hasilnya pada tebel berikut
No
Gambar
1
2
3
4
5
6
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Dengan Pojok Siku-siku
Macam-macamnya
125
Dengan Busur Derajat
Besar
Macam Sudut
sudutnya
Download