15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan antibodi terhadap AI dari sampel serum menunjukan bahwa ayam yang digunakan dalam penelitian memiliki maternal antibodi yang rendah dengan titer 21.7. Antibodi yang terukur merupakan antibodi asal induk (maternal antibody). Antibodi tersebut berasal dari dalam darah induk yang ditransfer ke dalam kuning telur untuk melindungi anak ayam pada hari-hari pertama setelah menetas. Zat kebal yang diperoleh anak ayam ini dikenal dengan antibodi maternal (Tizard 2004). Ayam yang baru menetas memiliki antibodi maternal sampai berumur kurang lebih 12-14 hari. Kualitas maupun kuantitas maternal antibodi pada anak ayam tergantung pada kekebalan yang dimiliki induknya. Vaksinasi yang pertama kali dianjurkan tidak terlalu dini sebab masih terdapat antibodi maternal di dalam tubuh anak ayam. Antibodi maternal dalam tubuh anak ayam yang tinggi dapat menetralisasi antigen vaksin (Prabowo 2003). Tabel 2 Rataan titer antibodi anti AI dari ayam yang divaksinasi dengan AI-ND Inaktif Titer AI pada umur ayam ke 0 Minggu 2 Minggu* 4 Minggu 6 Minggu* 8 Minggu 10 Minggu Kelompok ayam yang divaksinasi 21.7±1.01 20.2±0.66 22.5±0.72 21.1±1.56 26.7±1.74 23.2±1.41 Kelompok ayam yang tidak divaksinasi 21.7±1.01 0 0 0 21.2±1.09 0 *waktu pemberian vaksin Antibodi maternal ini akan menurun dengan cepat seiring meningkatnya umur ayam. Hal ini nampak dari hasil pengujian titer antibodi pada ayam umur dua minggu, titer antibodi kedua kelompok sudah mulai menurun (Tabel 2). Dengan menurunnya antibodi maternal saat umur dua minggu maka vaksinasi dengan vaksin inaktif pada penelitian ini dilakukan pada ayam umur dua minggu. Dua minggu setelah vaksinasi pertama atau saat ayam berumur empat minggu kelompok ayam yang divaksin mulai menunjukan adanya peningkatan antibodi 16 dengan rataan titer 22.5. Hasil ini menunjukkan bahwa vaksin yang diberikan mampu menggertak terbentuknya antibodi terhadap AI. Namun titer yang terbentuk belum mencapai titer protektif. Menurut Deptan (2006) titer HI protektif terhadap AI H5N1 adalah ≥ 4 log 2 atau 24 (≥16). Titer antibodi yang masih rendah diakibatkan karena vaksin yang digunakan merupakan vaksin inaktif, sehingga antigen yang masuk tidak memperbanyak diri tetapi langsung memacu jaringan limfoid tubuh untuk membentuk kekebalan. Menurut standar OIE (2008) vaksin inaktif optimal membentuk kekebalan tiga minggu setelah vaksinasi. Titer antibodi yang terbentuk minimal setinggi 24, sehingga dalam waktu dua minggu titer yang terbentuk sebesar 22.5 dinyatakan rendah. Pada saat ayam berumur enam minggu (empat minggu setelah vaksinasi pertama) titer mulai menurun dan mencapai titer 21.1. Pada kondisi titer mulai menurun dilakukan vaksinasi ulang. Dua minggu setelah vaksinasi kedua titer antibodi mencapai titer optimal dengan rataan sebesar 26.7 dan 90% populasi ayam memiliki titer protektif (Tabel 3). Tingginya titer antibodi tersebut karena vaksinasi tersebut merupakan vaksinasi ulangan. Menurut Tizard (2004) vaksin inaktif menghasilkan kekebalan yang lemah karena virus inaktif tidak mampu bereplikasi di dalam tubuh, sehingga memerlukan vaksinasi yang berulang kali agar dapat mempertahankan titer antibodi protektif. Pemaparan oleh antigen yang sama untuk kedua kalinya akan menginduksi pembentukan respon imun sekunder dalam waktu singkat dan peningkatan titer antibodi lebih tinggi dari sebelumnya (Wibawan & Soejoedono 2003). Empat minggu setelah vaksinasi ke-2 titer antibodi mulai menurun dan hanya 40% ayam yang masih memiliki titer antibodi protektif. Menurut Malole (1988) titer antibodi protektif akan mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya waktu paruh antibodi. Rendahnya antibodi dapat disebabkan oleh beberapa hal yang terkait dengan proses vaksinasi dan respon tanggap kebal hewan. Rendahnya antibodi bisa disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan ekternal (Fadilah 2007). Faktor internal berupa kandungan antigen, kualitas vaksin, jumlah dosis, dan rute vaksin (prosedur vaksinasi). Faktor eksternal berupa vaksinator, kondisi dan jenis ayam yang divaksin, serta lingkungan. 17 Tabel 3 Prosentase populasi ayam dengan titer antibodi protektif terhadap AI H5 Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Persentase ayam dengan titer protektif (%) 0 Titer AI Pada Umur Ayam Minggu Ke4 6 8 2 10 2 21 23 22 20 22 22 22 22 20 AV 20 20 22 20 20 20 20 20 20 20 AK 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 AV 23 23 21 23 23 22 22 23 23 22 AK 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 AV 20 20 23 22 20 20 24 20 20 22 AK 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 AV 28 26 25 28 28 27 23 26 28 28 AK 21 22 22 21 21 22 23 20 20 20 AV 25 25 24 24 23 23 23 22 23 20 AK 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 0 0 0 0 0 10 0 90 0 40 0 3 Ayam kontrol tidak menunjukan adanya antibodi terhadap AI pada minggu ke-2, ke-4, ke-6 dan ke-10. Hal ini menunjukan tidak adanya kontaminasi virus AI di lingkungan pemeliharaan. Pada minggu ke-8 beberapa ekor ayam kontrol menunjukan adanya antibodi terhadap AI sebesar 21.2 namun antibodi yang terbentuk sangatlah rendah bila dibandingkan dengan ayam kelompok vaksinasi. Antibodi yang terdeteksi itu diduga merupakan antibodi maternal yang masih berada pada individu tersampling. Hal tersebut terjadi karena adanya variasi individu dari ayam yang diambil mengingat pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pada penelitian ini ayam divaksinasi dengan vaksin kombinasi AI-ND. Hasil pengamatan menunjukkan vaksin kombinasi ini mampu menginduksi titer antibodi terhadap AI dan ND yang protektif, biladibandingkan dengan vaksinasi tunggal AI yang dilakukan Azhari (2011) menunjukkan antibodi terhadap AI tidak berbeda antara vaksinasi AI-ND dan AI tunggal (Tabel 4). Pada penelitian Ardhiani (2011) menunjukkan bahwa ayam yang divaksinasi ND-AI ini mampu menghasilkan titer antibodi terhadap ND yang protektif. Hal ini sejalan dengan penelitian Ebrahimi (2000) yang menyatakan bahwa vaksin kombinasi dapat 18 diberikan pada unggas dan keduanya berhasil menginduksi antibodi dengan titer yang cukup protektif. Tabel 4 Hasil serologis serum darah ayam yang divaksinasi AI Inaktif Titer AI pada umur ayam ke 0 Minggu 2 Minggu* 4 Minggu 6 Minggu* 8 Minggu 10 Minggu Kelompok ayam yang divaksinasi 22.4±1.1 20.5±1.3 22.0±1.2 20.8±1.0 24.2±1.4 21.3±1.1 Kelompok ayam yang tidak divaksinasi 22.4±1.1 0 0 0 0 0 *waktu pemberian vaksin (sumber: Azhari 2011)