KEBIJAKAN LUAR NEGERI TIONGKOK TERHADAP AMERIKA SERIKAT DALAM KAITANNYA DENGAN TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional oleh : ABD. MALIK RUSMAN E 131 12 011 DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 ii iii KATA PENGANTAR Segala Puji dan ungkapan rasa Syukur dimunajatkan kepada Allah S.W.T atas segala limpahan nikmat dan karunia yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat merangkai kata, menyusun kalimat serta merumuskan konsep pemikiran untuk menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai tugas akhir yang paling monumental dari semua proses perkuliahan dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Tiongkok Terhadap Amerika Serikat dalam Kaitannya dengan TransPacific Partnership” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP). Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu saya Hj. Hasnah Bengnga, Ayah saya H. Rusman Masse dan Kakek saya H. Masse Badawi. 2. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA. selaku Rektor Universitas Hasanuddin. 3. Bapak Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin beserta jajarannya. 4. Bapak Drs. H. Darwis, MA., Ph.D selaku ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. iv 5. Ibu Seniwati, Ph.D sebagai Pembimbing I dan Ibu Pusparida Syahdan, S.Sos, M.Si. sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, membagi banyak pengalaman dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi. 6. Seluruh dosen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Drs. Patrice Lumumba, MA., Drs. H. M. Imran Hanafi, MA., M.Ec., Drs. Aspiannor Masrie, Dr. H. Adi Suryadi B., MA., Drs. Munjin Syafik Asy’ari, M.Si., Muhammad Nasir Badu, Ph.D, Drs. H. Husain Abdullah, M.Si., Agussalim, S.IP., MIRAP., Ishaq Rahman, S.IP., M.Si., Burhanuddin, S.IP., M.Si., Muh. Ashry Sallatu, S.IP., M.Si., Nur Isdah, S.IP., MA. dan Aswin Baharuddin, S.IP., MA. serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kak Rahma dan Bunda yang telah membantu segala proses administrasi selama menempuh perkuliahan. 7. Teman-teman angkatan 2012 tanpa terkecuali yang selama ini banyak memberikan semangat, khususnya Ahyan Haeruddin, Alfryarnes Pongtiku, Andi Ilham Bustaman, Andi Muh. Irvandi, Andi Muhammad Mardatillah, Fachran Adi Suryadi, Ferwino Rachman, Gadis Putri Amalia, Maldini Budianto, Mercy Tangdilassu, Miftahul Fauzan, Mochammad Rivaldi Lanti, Muh. Kharji Muhajir, Muhammad Afif, Muhammad Bahri, Muhammad Fahmi Masda, Muhammad Nizar Syarief, Raditio dan Syarif Hidayat. Terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini. v 8. Perempuan yang banyak berjasa bagi penulis, Rizqa Fajriyah. Terima kasih karena telah meluangkan banyak waktu sedari awal hingga terselesaikannya skripsi ini. 9. Teman-teman KKN Angkatan 90 Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang tanpa terkecuali, Bapak Kent Mukti Ali M. selaku Camat Patampanua, Andi Ichsan dan Bapak/Ibu Posko Kelurahan Benteng. 10. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak sempat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tulisan ini sebagai sebuah karya ilmiah. Pada akhirnya, besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi para pembaca. Makassar, Agustus 2016 Penulis, Abd. Malik Rusman vi ABSTRAK Abd. Malik Rusman, E131 12 011, dengan skripsi berjudul “Kebijakan Luar Negeri Tiongkok Terhadap Amerika Serikat dalam Kaitannya Dengan Trans-Pacific Partnership”, di bawah bimbingan Seniwati, Ph.D selaku Pembimbing I dan Pusparida Syahdan, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II pada Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Tulisan ini (skripsi) bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari munculnya Trans-Pacific Partnership di kawasan Asia Tenggara terhadap perekonomian Tiongkok, yang mana pembahasan tentang TPP secara umum dimulai dari proses awal hingga perjanjian dagang ini ditandatangani pada 4 Februari 2016 di Selandia Baru. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sikap Tiongkok dalam menanggapi pengaruh Amerika Serikat melalui Trans-Pacific Partnership di kawasan Asia Tenggara sebagai bentuk kebijakan luar negeri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitik. Dalam metode ini dijelaskan secara sistematis mengenai fenomena, fakta-fakta maupun variabel-variabel yang berkaitan dengan kebijakan luar negeri Tiongkok terhadap Amerika Serikat dalam kaitannya dengan kerjasama kemitraan TransPacific Partnership. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan sekunder yang diperoleh dari studi literatur, seperti buku, jurnal, surat kabar, artikel, majalah dan situs-situs pendukung lainnya yang dianggap sesuai dengan isi tulisan. Teknik pengumpulan data berupa telaah pustaka melalui literaturliteratur yang sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas sesuai dengan objek penelitian, baik berupa buku, jurnal, artikel-artikel yang bersumber dari internet dan surat kabar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur kemudian dihubungkan antara data-data yang ada, kemudian permasalahan yang ada dijelaskan dan dianalisa berdasarkan data-data yang ada dan disusun dalam suatu tulisan serta ditarik suatu kesimpulan akhir dari data dan fakta yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kehadiran TPP yang mencoba memasuki kawasan Asia Tenggara memunculkan dampak yang membuat perekonomian Tiongkok khususnya di sektor ekspor semakin mengalami penurunan pasca terkena dampak dari krisis finansial global 20072008 yang sampai saat ini masih menimbulkan dinamika terhadap perekonomian Tiongkok sendiri. Sikap Tiongkok dalam Menanggapi Pengaruh Amerika Serikat melalui TPP ditunjukkan dalam kebijakan luar negeri yang juga melakukan pembentukan blok dagang yang saat ini sangat aktif dipromosikan, yaitu Regional Comprehensive Economic Partnership. Kata Kunci : Asia Tenggara, Ekspor, Kebijakan Luar Negeri, Regional Comprehensive Economic Partnership, Trans-Pacific Partnership. vii ABSTRACT Abd. Malik Rusman, E131 12 011, with a research entitled "Foreign Policy of China Against United States In Relation With TransPacific Partnership", under the guidance of Seniwati, Ph.D as Supervisor I and Pusparida Syahdan, S.Sos, M.Si as Supervisor II in the Department of International Relations, Faculty of Social and Political Sciences, University of Hasanuddin. This study aims to determine the impact of the emergence of the Trans Pacific Partnership in Southeast Asia to the Chinese economy, which discussion of TPP in general starting from the beginning to the trade agreement was signed on February 4, 2016 in New Zealand. In addition, this study also aims to determine the attitude of China in response to the influence of the United States through the Trans-Pacific Partnership in East Asia as a form of foreign policy . In this study, the authors use descriptive-analytic method. In this method systematically explained the phenomenon, facts and variables related to the foreign policy of China to the United States in relation to Trans-Pacific Partnership. In this study the author uses primary and secondary data obtained from literature, such as books, journals, newspapers, articles, magazines and other supporting sites which are considered in accordance with the contents of the writing. The technique of collecting data is a literature review through the literature appropriate to the subject matter discussed in accordance with the object of research, both in the form of books, journals, articles sourced from the Internet and newspapers. Data analysis technique used is descriptive qualitative analysis, namely data obtained from the literature is then connected between the data exists, then the existing problems described and analyzed based on the data available and compiled in writing and drawn a final conclusion on the data and facts. The results of this study indicate that the presence of TPP trying to enter the Southeast Asian region led to effects that make the Chinese economy, especially in the export sector increasingly affected by declining post from the 2007-2008 global financial crisis is still causing the dynamics of the Chinese economy itself. The influence of China in response to the attitude of the United States through the TPP indicated in the foreign policy establishment who also did the trade block that is currently very actively promoted, the Regional Comprehensive Economic Partnership. Keywords : Southeast Asia, Exports, Foreign Policy, Regional Comprehensive Economic Partnership, Trans-Pacific Partnership. viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. ii HALAMAN EVALUASI SKRIPSI .................................................................... iii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv-vi ABSTRAKSI........................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix-x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1-8 B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................... 8-9 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 10-11 D. Kerangka Konseptual .................................................................... 11-14 E. Metode Penelitian .......................................................................... 14-15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Neorealisme ......................................................................... 16-22 B. Konsep Politik Luar Negeri........................................................... 22-30 BAB III GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN TIONGKOK DAN SIKAPNYA TERHADAP PENGARUH AMERIKA SERIKAT A. Bangkitnya Perekonomian Tiongkok ............................................ 31-34 A.1. Strategi yang Dilakukan Tiongkok dalam Pengembangan Kapasitas Ekonomi ..................................... 35-41 A.2. Faktor Kebangkitan Perekonomian Tiongkok ..................... 41-56 ix B. Kebijakan Ekonomi Amerika Serikat di Asia ............................... 56-63 C. Trans-Pacific Partnership ............................................................. 63-79 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Dampak yang ditimbulkan dari munculnya Trans-Pacific Partnership di kawasan Asia Tenggara terhadap perekonomian Tiongkok ............................................................... 82-92 B. Sikap Tiongkok dalam Menanggapi Pengaruh Amerika Serikat melalui Trans-Pacific Partnership di kawasan Asia Tenggara ...................................................................................... 92-107 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................ 108-110 B. Saran .......................................................................................... 110-111 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 112-118 x DAFTAR TABEL 1. Tabel 1. Nilai Ekspor dan Impor antara Negara ASEAN dengan Tiongkok Tahun 2011-2012............................................................................99 2. Tabel 2. Hubungan Perdagangan Tiongkok dengan Negara ASEAN Tahun 2010 ..............................................................................................101 xi DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.a. Data Ekspor Tiongkok Tahun 2011-2014 ..................................50 2. Gambar 1.b. Data Ekspor Tiongkok Tahun 2014-2016 ..................................51 3. Gambar 2.a. Data Perdagangan Valuta Asing Tiongkok Tahun 2011-2014 ..53 4. Gambar 2.b. Data Perdagangan Valuta Asing Tiongkok Tahun 2014-2016 ..53 5. Gambar 3.a. Data Investasi Asing Tiongkok Tahun 2011-2014.....................55 6. Gambar 3.b. Data Investasi Asing Tiongkok Tahun 2014-2016 ....................55 7. Gambar 4. Data Ekspor Tiongkok ke ASEAN Tahun 2014-2015 ................102 xii DAFTAR SINGKATAN ACFTA ANZUS APEC ASEAN EHP FTAs GDP GFI IPRs ISDS NAFTA OPEC RCEP RTAs SEZs SLOCs SOE TEAM TPP TPSEP USD WOT WTO = ASEAN-China Free Trade Agreement = Australia, New Zealand, United States Security Treaty = Asia Pacific Economic Cooperation = Association of South-East Asian Nations = Early Harvest Programme = Free Trade Agreements = Gross Domestic Product = Global Future Institute = Intellectual Property Rights = Investor-State Dispute Settlement = North America Free Trade Agreement = Organization of the Petroleum Exporting Countries = Regional Comprehensive Economic Partnership = Regional Trade Agreements = Special Economic Zones = Sea-Lanes of Communications = State-Owned Enterprises = Trade Enhancing Access to Medicines = Trans-Pacific Partnership = Trans-Pacific Strategic Economic Partnership = United States Dollar = War on Terrorism = World Trade Organization xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika internasional yang ditandai oleh makin kuatnya kecenderungan globalisasi di semua sektor mengharuskan setiap negara untuk benar-benar memikirkan posisi yang tepat, sehingga tidak tertinggal dari dinamika tersebut, namun juga tidak menjadi korban dari arah perkembangan global yang dapat merugikan kepentingan nasionalnya. Krisis finansial global yang melanda dunia dalam periode 2008-2009 dan disusul dengan krisis ekonomi berkepanjangan di zona euro memberikan pelajaran yang berharga bahwa negara-negara yang selama ini diperhitungkan sebagai kekuatan ekonomi besar pun tidak terlepas dari kemungkinan ancaman krisis yang bisa datang secara tidak terduga. Hal ini tidak terlepas dari kondisi Amerika Serikat yang juga pada saat itu terkena dampak dari krisis. Kecenderungan peningkatan kerjasama ekonomi antarnegara sejak krisis finansial global diwarnai dengan keinginan untuk menata ulang sistem ekonomi dan finansial global yang lebih mencerminkan suatu tata kelola (global governance) yang tidak hanya mengutamakan kebebasan transaksi dalam sistem ekonomi internasional, namun juga menekankan keharusan untuk lebih memastikan bahwa tatanan ekonomi yang tercipta juga harus diwarnai kestabilan dan kesinambungan. Gejala proteksionisme yang meningkat dalam berbagai bentuk, terutama dalam bentuk non-tariff barrier, menandakan bahwa pada umumnya setiap negara berupaya untuk lebih mendahulukan kepentingan dan keamanan ekonomi domestiknya di tengah 1 ketidakpastian global yang terus berjalan,1 tak terkecuali dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan salah satu negara dengan perekonomian terkuat di dunia. Bukti kekuatan ekonomi itu terlihat dari data statistik yang dikeluarkan oleh World Bank di tahun 2013 bahwa sejak tahun 1961 hingga 2012, Gross Domestic Product (GDP) Amerika Serikat selalu mengalami pertumbuhan dan juga mempunyai jumlah terbanyak dari seluruh negara di dunia dengan USD 539 milyar pada tahun 1961 dan USD 16.244 milyar pada tahun 2012.2 Jika melihat perkembangan dari masa ke masa, kebijakan ekonomi internasional Amerika Serikat terus mengalami perubahan. Pada tahun 1960-an kebijakan ekonomi internasional Amerika Serikat terpusat di Eropa dikarenakan saat itu kawasan tersebut merupakan kawasan industri dunia. Pada tahun 1970-an fokus Amerika Serikat berpindah ke negara-negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dikarenakan terjadinya krisis minyak dunia. Dengan munculnya dua negara industri di tahun 1980an yaitu Korea Selatan dan Taiwan, fokus Amerika Serikat kemudian beralih ke dua negara tersebut. Tahun 1990-an berpindah ke Meksiko melalui North 1 LEMHANNAS RI. (2013), Edisi 16, Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional, hal. 63, diakses melalui http://docplayer.info/69729-Implikasi-kerjasama-trans-pacific-partnership-gunameningkatkan-peran-indonesia-di-kawasan-asean-dalam-rangka-ketahanan-regional.html pada 6 Maret 2016. 2 Andri, “Kebijakan Amerika Serikat untuk Memenuhi Kepentingan Ekonominya Melalui TransPacific Partnership Periode 2011-2013”, Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013, hal. 1, diakses melalui http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24085/3/ANDRI%20%20HI%20-%20FISIP%20-%20109083000032_NoRestriction.pdf pada 5 Maret 2016. 2 America Free Trade Agreement (NAFTA) dan negara kawasan Asia Pasifik melalui forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).3 Dalam konstelasi politik dan ekonomi internasional, hingga kini Amerika Serikat masih memegang posisi dominan. Akan tetapi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini muncul beberapa pesaing yang menyebabkan pengaruh Amerika Serikat mulai sedikit berkurang. Pesaing yang memiliki kesempatan besar untuk menjadi pemain dominan dalam politik dan ekonomi internasional adalah Tiongkok, sebuah negara dengan jumlah penduduk mencapai 1,3 milyar dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat. Sebagai sebuah negara, saat ini Tiongkok telah menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru di dunia internasional. Setelah kebijakan Tiongkok yang mengembangkan pembangunan ekonomi dan mulai melakukan modernisasi, Tiongkok kemudian berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut antara lain terjadi dari sisi perdagangan, manufaktur, investasi, tingkat tabungan dan berbagai perkembangan lain.4 Kebangkitan ekonomi Tiongkok telah menyebabkan berbagai redistribusi kekuatan ekonomi dari Asia Tenggara ke Tiongkok, dari Jepang ke Tiongkok serta dari Jepang dan Amerika Serikat ke Tiongkok.5 3 Ibid. Munculnya Cina sebagai Pesaing Amerika Serikat dan Prediksi Hubungan Cina-Amerika Serikat di Masa Depan, melalui http://dokumen.tips/documents/munculnya-cina-sebagai-pesaing-amerikaserikat-dan-prediksi-hubungan-cina-amerika-serikat-di-masa-depan.html pada 5 Maret 2016. 5 Ibid. 4 3 Saat ini dunia telah masuk ke dalam rezim perdagangan bebas. Baik negara maupun organisasi internasional telah menggagas perdagangan bebas yang diimplementasikan ke dalam bentuk perjanjian-perjanjian perdagangan bebas. Salah satu perjanjian yang paling penting dan mempunyai pengaruh cukup besar adalah perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang berlaku sejalan dengan tahapan-tahapan hingga 2018. ACFTA merupakan perwujudan dari konsep interdepedensi antar negara, khususnya negara-negara anggota ASEAN dan Tiongkok. Hal ini khususnya terwujud dalam hal interdependensi ekonomi, dimana tiap-tiap negara memiliki spesialisasi masing-masing dalam memproduksi komoditas tertentu sehingga akan lebih efisien bagi negaranegara tersebut apabila melakukan kegiatan ekspor dan impor. Selain itu, peluang pasar beserta ikatan geografis juga menjadi faktor utama interdepedensi negara-negara ASEAN dan Tiongkok. Tiongkok melihat peluang pasar yang besar dari negara-negara anggota ASEAN, begitu pula sebaliknya negara-negara ASEAN termasuk Indonesia juga melihat peluang pasar yang besar dari Tiongkok. Hal inilah yang menjadi latar belakang dari tercetusnya ide ACFTA.6 Asia Tenggara merupakan kawasan yang strategis bagi Amerika Serikat maupun Tiongkok sebagai pangsa pasar yang besar. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok di pasar Asia Tenggara kemudian memunculkan reaksi Amerika Serikat. Perang kepentingan antara kedua negara tersebut terlihat 6 Makalah Cina ACFTA, diakses melalui https://www.academia.edu/7348006/Makalah_ Cina_ACFTA. 4 melalui kerjasama kemitraan yang digagas oleh kedua negara, Tiongkok dengan blok perdagangan yang dibentuknya serta Amerika Serikat dengan kerjasama kemitraan yang diupayakan saat ini adalah Trans-Pacific Partnership (TPP). TPP merupakan sebuah perjanjian kemitraan yang dirundingkan oleh Australia, Brunei Darussalam, Chili, Kanada, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, Amerika Serikat dan Vietnam pada Agustus 2013. Awalnya TPP merupakan kerjasama kemitraan yang dirundingkan oleh Brunei Darussalam, Singapura, Chili dan Selandia Baru dengan tujuan untuk mempererat hubungan diplomatik dan kerjasama antar-anggota melalui liberalisasi dan investasi untuk menciptakan kemitraan strategis di kawasan Asia Pasifik yang dikenal dengan nama Trans-Pacific Strategic Economic Partnership (TPSEP). Bergabungnya beberapa negara anggota APEC dengan TPSEP kemudian dikenal dengan perjanjian dagang TPP. Menurut jurnal kajian Lembaga Pertahanan Nasional edisi 16 yang dikutip oleh kompas.com, perjanjian TPP bersifat komprehensif. Selain meliputi liberalisasi di semua sektor dengan sifat terjadwal dan mengikat, TPP juga membahas isu lain seperti Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), kebijakan kompetisi (competition policy), belanja pemerintah (government procurement) dan fasilitasi perdagangan.7 Amerika Serikat saat ini telah memegang posisi sentral atas TPP meski secara historis bukanlah negara yang 7 Apa Alasan AS "Membajak" Trans-Pacific Partnership, diakses melalui http://bisniskeuangan .kompas.com/read/2015/11/12/061400826/Apa.Alasan.AS.Membajak.TransPacific.Partnership pada 6 Maret 2016. 5 menggagas terbentuknya kerjasama kemitraan ini. Djisman Simanjuntak menyatakan pendapat tentang peran utama Amerika Serikat dalam kerjasama kemitraan TPP, yaitu : 1. Tiongkok saat ini telah menjadi salah satu negara berstatus global power, 2. Amerika Serikat melihat turunnya intensitas hubungan bilateral antara Tiongkok dan Jepang, 3. Terjadi disintegrasi politik luar negeri antar negara-negara ASEAN, 4. Adanya keinginan Amerika Serikat untuk menanamkan kembali pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik pasca perang Vietnam.8 Segala upaya yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap kawasan Asia Pasifik adalah sebagai bentuk prioritas politik luar negerinya. Strategi ini memfokuskan pada beberapa bagian, diantaranya adalah pengembangan kerjasama ekonomi, penguatan terhadap negara aliansi dan jaminan keamanan bersama melalui institusi regional untuk membantu menangani sengketa terkait batas wilayah secara damai. Pivot to Asia atau yang secara resmi disebut dengan strategi rebalancing bersifat luas, tidak terbatas pada elemen pertahanan militer tetapi juga ekonomi, sosial, politik dan diplomasi yang diyakini oleh beberapa pihak akan menimbulkan resiko 8 Ibid. 6 terhadap hubungan negara-negara di Asia Pasifik, terutama terkait dengan munculnya persepsi ancaman dari negara lain. Munculnya pendapat pro dan kontra mengikuti penetapan strategi Amerika Serikat ke kawasan Asia Pasifik ini, terutama munculnya berbagai spekulasi mengenai hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Tiongkok secara khusus disebutkan sebagai tantangan bagi keberhasilan strategi yang sedang dijalankan oleh Amerika Serikat. Tentunya kehadiran Amerika Serikat ke kawasan Asia Pasifik ini dipicu oleh meningkatnya kapabilitas Tiongkok yang menjadi kekuatan baru di kawasan baik di bidang ekonomi, diplomasi maupun militer.9 Dengan menguatnya Tiongkok yang bukanlah negara aliansi serta memiliki potensi untuk mendominasi kawasan Asia Pasifik, relatif mengancam Amerika Serikat terhadap kredibilitas pengaruhnya di kawasan. Ancaman tersebut tidak hanya langsung bagi Amerika Serikat, tetapi juga negara aliansinya yang secara geografis berada dekat dengan Tiongkok, sehingga merasa perlu melakukan penguatan kembali dengan upaya menekan perkembangan Tiongkok.10 Tidak hanya sebatas kawasan Asia Pasifik, rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok yang dikerucutkan di kawasan Asia Tenggara saat ini mulai terlihat dari sikap masing-masing negara terkait dengan didirikannya TPP yang saat ini digagas oleh Amerika Serikat dan perjanijan dagang yang 9 Vanilla Planifolia, Rebalancing Strategic Amerika Serikat di Kawasan Asia-Pasifik, diakses melalui https://www. academia.edu/12073957/Rebalancing_Strategic_Amerika_Serikat_di_Kawasan_Asia-Pasifik pada 6 Maret 2016. 10 Ibid. 7 saat ini dipromosikan oleh Tiongkok. Amerika Serikat yang merasa dominasinya terancam oleh Tiongkok yang menguasai pasar Asia Tenggara kemudian menjadikan TPP sebagai kerjasama kemitraan tandingan dari blok dagang gagasan Tiongkok yang dinilai dapat merebut pasar yang selama ini dikuasai oleh pihak Tiongkok. Tentunya Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi baru saat ini tidak membiarkan Amerika Serikat merebut pangsa pasar miliknya. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mengajukan penelitian dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Tiongkok terhadap Amerika Serikat dalam Kaitannya dengan Trans-Pacific Partnership” B. Batasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, Amerika Serikat sebagai salah satu negara dengan perekonomian terkuat di dunia saat ini harus berhadapan head to head dengan Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru beserta kepentingannya di kawasan, baik itu Asia Pasifik maupun Asia Tenggara. Perjanjian TPP oleh Amerika Serikat mulai digarap pada tahun 2010 dan mengalami beberapa kali putaran perundingan dan negosiasi selama lima tahun untuk mencapai kesepakatan di antara 12 negara anggota, hingga pada akhirnya perjanjian kemitraan ini ditandatangani pada tanggal 4 Februari 2016 di Atalanta. TPP yang mencakup kawasan Asia Pasifik 8 membuat sektor perdagangan Tiongkok mengalami ketidakstabilan. Adapun hal yang menjadi sorotan utama Tiongkok adalah sektor ekspor-impor. Perekonomian Tiongkok terlihat mengalami ketidakstabilan terutama pada saat negara-negara yang menjadi mitra dagang Tiongkok juga ikut berpartisipasi dalam kerjasama kemitraan TPP. Sehingga, negara mitra dagang Tiongkok sedikit demi sedikit melakukan strategi reorientasi pasar yang awalnya dengan Tiongkok kemudian berorientasi ke pasar Amerika Serikat atas dasar ekspansi perdagangan. Hal ini kemudian membuat Tiongkok mengambil langkah kebijakan yang dapat menstimulasi dan meningkatkan kembali nilai ekspor mereka di pasar internasional. Demi kepentingan penelitian, maka penulis mengambil hanya pada saat masa pemerintahan Barrack Obama, yaitu saat TPP dimulai dalam tahap negosiasi pada tahun 2011 hingga saat TPP ditandatangani pada tanggal 4 Februari 2016 di Selandia Baru. Berasarkan hal tersebut, maka penulis dapat merumuskan pertanyaan sebagai berikut : 1. Apa dampak yang ditimbulkan dari munculnya Trans-Pacific Partnership di kawasan Asia Tenggara terhadap perekonomian Tiongkok ? 2. Bagaimana sikap Tiongkok dalam menanggapi pengaruh Amerika Serikat melalui Trans-Pacific Partnership di kawasan Asia Tenggara ? 9 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari munculnya Trans-Pacific Partnership di kawasan Asia Tenggara terhadap perekonomian Tiongkok. 2. Untuk mengetahui sikap Tiongkok dalam menanggapi pengaruh Amerika Serikat melalui Trans-Pacific Partnership di kawasan Asia Tenggara. 2. Kegunaan Penelitian Adapun tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan orang-orang yang memiliki kepentingan ataupun yang berminat pada permasalahan yang diteliti oleh penulis, yakni dampak munculnya TPP di kawasan Asia Tenggara dan pengaruhnya terhadap perekonomian Tiongkok serta sikap Tiongkok dalam menghadapi pengaruh TPP di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu, secara khusus tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai beikut : 1. Kegunaan Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan informasi bagi mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional pada khususnya dan para pemerhati masalah-masalah internasional pada umumnya mengenai kerjasama kemitraan seperti yang diangkat oleh penulis. 10 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan mengimplementasikan dalam kebijakan merumuskan menyangkut dan kerjasama kemitraan. D. Kerangka Konseptual 1. Neorealisme Neorealisme atau realisme struktural adalah teori hubungan internasional yang dicetuskan oleh Kenneth Waltz pada tahun 1970an, sebagai respon tantangan yang dikemukakan oleh teori independensi dan sebagian lain sebagai koreksi terhadap pengabaian realisme tradisional terhadap kekuatan ekonomi.11 Dalam wilayah hubungan internasional secara tradisional, Kenneth Waltz berusaha untuk memasukkan pendekatan yang saintifik dan metodologis seperti antropologi dan ekonomi yang dijadikan sebagai kritik terhadap realisme tradisional.12 Bagi neorealisme, negara adalah para pencari kekuasaan dan sadar keamanan, bukan karena sifat dasar manusia tetapi lebih disebabkan karena struktur sistem internasional yang mendorong mereka melakukan demikian. Waltz mempokokkan diri pada kondisi anarkis dunia internasional yang mengesankan akumulasi kekuasaan sebagai 11 Scott Burchill & Andrew Linklater. 1996. Teori-Teori Hubungan Internasional (terjemahan). Bandung : Nusamedia, hal. 113. 12 Ibid. 11 sebuah syarat yang sistemis bagi sebuah negara.13 Dalam sistem anarkis, perang selalu memiliki posibilitas untuk muncul. Oleh karena itu Waltz mengklasifikasikan sistem internasional ke dalam dua bentuk, yaitu bipolar dan multipolar. Bipolar dianggap lebih stabil karena dianggap bahwa dua negara berkekuatan besar lebih mampu untuk bertindak dan memelihara sistem.14 Teori neorealisme Waltz tidak memberikan arah kebijakan yang eksplisit bagi para pemimpin negara ketika mereka menghadapi masalah-masalah taktis politik dunia. Hal tersebut disebabkan karena mereka hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki pilihan sama sekali, karena struktur internasional yang membatasi di mana mereka harus bergerak.15 2. Politik Luar Negeri Politik luar negeri adalah studi manajemen hubungan eksternal dan aktifitas negara-bangsa, seperti yang dibedakan dari kebijakan dalam negerinya. Politik luar negeri melibatkan cita-cita, strategi, tindakan, metode, panduan, arahan, pemahaman, kesepakatan dan sebagainya, yang dengannya pemerintah nasional saling melakukan hubungan internasional dengan organisasi internasional serta aktor-aktor non pemerintah. Semua pemerintah nasional diwajibkan untuk melaksanakan 13 Ibid., hal. 116. Robert Jacson & Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 111. 15 Robert Jackson & Georg Sorensen. 2014. Pengantar Studi Hubungan Internasional: Teori dan Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cetakan 1. Edisi 5, hal. 138. 14 12 kebijakan luar negeri yang diarahkan pada pemerintah luar negeri dan aktor-aktor internasional lain.16 Kebijakan luar negeri terdiri dari tujuan-tujuan dan tindakantindakan yang dimaksudkan untuk memandu keputusan dan tindakan pemerintah menyangkut urusan-urusan eksternal, terutama hubungan dengan negara-negara asing.17 Teori pada level sistemik yang dikemukakan oleh Waltz menerangkan kebijakan luar negeri dengan menunjuk pada kondisi dalam sistem internasional yang memaksa atau menekan negara untuk bertindak dengan cara tertentu. Oleh Karena itu, teori sistemik terlebih dahulu perlu mengatakan sesuatu tentang kondisi yang berlangsung dalam sistem intenasional. Politik luar negeri sering dipahami sebagai kelanjutan politik dalam negeri atau kepentingan nasional. Oleh karena itu, kebijakan negeri suatu negara tidaklah berada di ruang yang kosong, melainkan merupakan sebuah interaksi dinamis dalam masyarakat internasional serta interaksi antara persoalan-persoalan lokal dan global.18 Menurut Yanyan Mochamad Yani, salah satu cara untuk memahai konsep politik luar negeri adalah dengan mengklasifikasikannya ke dalam dua komponen, yaitu politik dan luar negeri. Politik (policy) adalah seperangkat keputusan yang menjadi pedoman untuk bertindak, atau seperangkat aksi yang bertujuan untuk mencapai sasaran-sasaran yang 16 Ibid., hal 439 Ibid. 18 Ganewati Wuryandari, dkk. 2011. Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Cetakan 1, hal. 140. 17 13 telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan gagasan mengenai kedaulatan dan konsep wilayah akan membantu upaya memahami konsep luar negeri (foreign). Kedaulatan berarti kontrol atas wilayah yang dimiliki oleh suatu negara.19 Jadi, politik luar negeri berarti seperangkat pedoman untuk memilih tindakan yang ditujukan ke luar wilayah suatu negara. Politik luar negeri menurut Yanyan merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh pembuat kebijakan dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.20 E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penlitian yang penulis gunakan adalah deskriptif-analitik. Dalam metode ini dijelaskan secara sistematis mengenai fenomena, fakta-fakta maupun variabel-variabel yang berkaitan dengan kebijakan luar negeri Tiongkok terhadap Amerika Serikat dalam kaitannya dengan kerjasama kemitraan Trans-Pacific Partnership. 2. Sumber Data Penulis dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang diperoleh dari studi literatur, seperti buku, jurnal, surat kabar, 19 Yanyan Mochamad Yani, Politik Luar Negeri, diakses melalui http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf pada 6 Maret 2016. 20 Ibid., hal. 3. 14 artikel, majalah dan situs-situs pendukung lainnya yang dianggap sesuai dengan isi tulisan. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang pustaka melalui dilakukan oleh penulis yaitu telaah literatur-literatur yang sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas sesuai dengan objek penelitian, baik berupa buku, jurnal Hubungan Internasional, artikel-artikel yang bersumber dari internet dan surat kabar. Adapun bahan-bahan tersebut akan diperoleh melalui : 1. Perpustakaan Nasional di Jakarta; 2. Perpustakaan Universitas Hasanuddin di Makassar. 3. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin di Makassar. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari berbagai literatur kemudian dihubungkan antara data-data yang ada, kemudian permasalahan yang ada dijelaskan dan dianalisa berdasarkan data-data yang ada dan disusun dalam suatu tulisan serta ditarik suatu kesimpulan akhir dari data dan fakta yang ada. Pokok analisa dalam tulisan ini adalah kebijakan luar negeri Tiongkok terhadap Amerika Serikat dalam kaitannya dengan Trans-Pacific Partnership dalam wujud berupa kebijakan luar negeri. 15 BAB III GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN TIONGKOK DAN SIKAPNYA TERHADAP PENGARUH AMERIKA SERIKAT A. Bangkitnya Perekonomian Tiongkok Tiongkok adalah negara ketiga terbesar di muka bumi dengan luas 3.719.275 mil persegi dan perbatasan dengan negara lain yang seluruhnya mencapai lebih dari 117.445 mil. Batas-batas geografis Tiongkok adalah Korea Utara dan Rusia di sebelah timur; Rusia dan Republik Rakyat Mongolia di sebelah utara; Kazakhstan, Kyrgystan, Afghanistan, Pakistan dan India di sebelah Barat; Nepal, Bhutan, Myanmar, Vietnam dan Laos di sebelah selatan. Sekitar 66 persen wilayah Tiongkok terdiri atas pegunungan, perbukitan dan padang rumput luas tanpa pepohonan. Permukaan daratan Tiongkok secara geografis dapat dibedakan menjadi tiga zona. Zona pertama terletak di bagian barat di mana terdapat dataran tinggi Qinghai-Tibet. Zona kedua adalah bagian timur pegunungan Kunlun dan legokan Tarim, stepa setengan kering dari Mongolia Dalam, plato luas dari tanah kuning, yang terkenal dengan istilah loess di dataran Tiongkok utara dan Provinsi Sichuan serta dataran tinggi Yunnan Guizhou. Zona ketiga meliputi wilayah ke arah timur hingga ke pantai, yang pada umumnya datar. Daerah ini merupakan tempat kelahiran peradaban Tiongkok.21 Republik Rakyat Tiongkok (RRT) terdiri atas 22 provinsi dan lima daerah otonom. Sebagian besar provinsi dan daerah otonom itu terletak di 21 James Dananjaja. 2007. Folklor Tionghoa: Sebagai Terapi Penyembuh Amnesia terhadap Suku Bangsa dan Budaya Tionghoa. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti. Cetakan 1, hal. 1-2. 16 bagian timur RRT. Pemerintah Tiongkok telah memberikan otonomi pada beberapa wilayah yang mayoritas didiami oleh etnik minoritas. Di Tiongkok ada 55 etnik minoritas yang diakui secara resmi oleh pemerintah pusat. Mereka yang terbesar adalah etnik-etnik Mongol, Hui (yang memeluk agama Islam), Uighur, Tibet dan Zuang. Hubungan etnik minoritas dengan pemerintah pusat terjalin baik, akan tetapi secara politik dan militer mengalami situasi yang dinamis. Penyebabnya adalah wilayah mereka berbatasan dengan negara-negara yang mempunyai hubungan diplomatik yang kurang harmonis dengan Tiongkok. Negara-negara tersebut adalah bekas Uni Soviet (U.S.S.R), Afghanistan, Pakistan, India, Nepal, Bhutan, Vietnam serta Mongolia Dalam.22 Berdasarkan sejarah, Tiongkok sempat mengalami masa keterpurukan pada abad ke-19. Di bawah kekaisaran dinasti Qing, Tiongkok takluk oleh kekuatan imperialis yang dimulai pada Perang Candu Pertama (1829-1842) yang menyebabkan Tiongkok tidak dapat berbuat apa-apa dan harus menyerahkan pulau Hongkong kepada Inggris, kemudian diteruskan pada Perang Candu Kedua (1856-1860).23 Setelah Perang Candu, kekaisaran Dinasti Qing dihadapkan pada pemberontakan Taiping. Pemberontakan tersebut dapat ditumpas dengan bantuan negara-negara Barat. Sebagai imbalannya, pemerintah Manchu mengakui hak ekstrateritorial bangsa-bangsa 22 Ibid., hal. 4-5 Michael Wicaksono. 2015. Republik Tiongkok (1912-1949). Jakarta: Elex Media Komputindo, hal. 5 23 17 Barat di negeri itu.24 Pada tahun 1949 Tiongkok mengalami penderitaan karena kedaulatannya yang terus menyempit selama lebih dari satu abad lamanya. Setelah tahun 1911, Tiongkok tidak hanya memiliki kedaulatan yang terbatas, akan tetapi bermacam-macam masalah lainnya ketika pemerintah pusat harus berbagi otoritas dengan kekuatan-kekuatan pendudukan (kolonialisme) maupun saingan-saingan domestiknya. Saat itu Tiongkok dihadang dengan tiga masalah yang saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu mengembalikan kedaulatan negara, reunifikasi Tiongkok dan pemulihan pemerintahan kesatuan.25 Salah satu kebijakan luar negeri (pasca kekaisaran dinasti Qing dan Yuan Shikai) yang dilaksanakan oleh dinasti Chiang setelah berhasil menguasai pemerintahan adalah membatalkan semua perjanjian-perjanjian yang dianggap timpang yang diwarisi dari pemerintahan sebelumnya sampai pada pemerintahan Beiyang. Menteri Wang Zhengting menjalankan tugasnya dan pada tanggal 15 Juni dan 7 Juli, dia telah mengeluarkan maklumat sebanyak dua kali berisi desakan kepada pihak asing untuk mempertibangkan tentang kepatutan dan etika diplomatik, serta meminta mereka untuk mau memperbarui perjanjian-perjanjian tidak adil yang dibuat antara pihak asing dengan Tiongkok. Di tahun 1928, pemerintah Tiongkok berhasil mengambil alih hak pemungutan bea impor yang dahulunya dipegang oleh negara-negara asing. Tahun 1929 sampai 1930, pemerintah juga berhasil menyukseskan 24 Masa Kebangkitan Cina, diakses melalui http://www.sejarah-negara.com/masa-kebangkitancina/ pada 9 Mei 2016. 25 Martin Jacques. 2011. When China Rules the World: Kebangkitan Dunia Timur dan Akhir Dunia Barat). Jakarta: Buku Kompas, hal. 100. 18 negosiasi yang membatalkan hak asing untuk melakukan intersepsi terhadap keputusan pengadilan Tiongkok. Hingga pada tahun 1931, Tiongkok berhasil menghapuskan semua hak-hak istimewa yang dimiliki oleh pasukan asing yang mendiami wilayah Tiongkok, sekaligus mengambil alih semua wilayah konsesi asing di Tiongkok (kecuali wilayah-wilayah yang sudah menjadi teritori penuh pihak asing seperti Hongkong, Macao dan Taiwan).26 Tiongkok secara resmi memulai reformasi pada oktober 1978 di bawah kendali Deng Xiaoping yang berhasil maju ke puncak pimpinan pasca wafatnya Mao Zedong. Deng merupakan salah seorang tokoh Partai Komunis Tiongkok dari faksi reformis yang membawa sistem perekonomian Tiongkok menuju pola persaingan liberal. Setelah melewati berbagai sistem trial and error, negara itu menggeser investasi dari yang berpusat pada turisme menjadi industri elektronik, dari kebijakan yang memaksa investor asing untuk menerima mitra perusahaan Tiongkok menjadi kebijakan yang menerima perusahaan asing secara terbuka, dan dari fase mengejar mencapai keberhasilan bersama.27 26 Michael Wicaksono. 2015. Op. Cit., hal 329. Eka Prasetya, “Agresifitas Politik Luar Negeri Republik Rakyat Cina dalam Sengketa Perbatasan di Kawasan Asia Pasifik”, Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013, diakses melalui http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/39557/3/Chapter%20II.pdf pada 9 Mei 2016. 27 19 A.1. Strategi yang Dilakukan Tiongkok dalam Pengembangan Kapasitas Ekonomi Republik Rakyat Tiongkok mencirikan ekonominya sebagai Sosialisme. Sejak akhir 1978, kepemimpinan Tiongkok telah memperbarui ekonomi dari ekonomi terencana Soviet ke ekonomi yang berorientasi pasar, akan tetapi masih dalam kerangka kerja politik yang kaku dari Partai Komunis. Untuk itu para pejabat meningkatkan kekuasaan pejabat lokal dan memasang manajer dalam industri, mengizinkan perusahaan skala-kecil dalam jasa dan produksi ringan, kemudian membuka ekonomi terhadap perdagangan asing dan investasi. Pengawasan harga juga telah dilonggarkan hingga mengakibatkan Tiongkok daratan berubah dari ekonomi terpimpin menjadi ekonomi campuran. Reformasi sektor ekonomi Tiongkok terutama yang digagas oleh Deng Xiaoping yang pada masa revolusi kebudayaan, mengalami pengasingan dari panggung politik, pada tahun 1977-an, mulai muncul kembali dengan dukungan dari kelompok-kelompok pragmatis-realis. Deng dapat menyalurkan kembali pemikirannya mengenai pembangunan ekonomi di Tiongkok. Deng Xiaoping dengan pemikiran-pemikirannya yang berbeda dengan Mao Zedong yang terus menyalurkan pemikirannya untuk pembangunan sosialis Tiongkok. Sepeninggal Mao, kelompok pragmatisrealis lah yang mendominasi dalam kepartaian juga pemerintahan di Tiongkok.28 28 Ibid 20 Deng Xiaoping dikenal sebagai “bapak Tiongkok modern” karena perannya yang besar selaku pembuat kebijakan yang berorientasi modernitas dan persaingan global, tetapi di sisi yang lain tetap mengusung semangat konfusionisme dan budaya luhur Tiongkok dari masa lalu. Deng Xiaoping membalikkan paradigma Mao Zedong yang ideologis-utopis menjadi empiris-pragmatik. Konsep pemikiran marxisme-leninisme yang diimpor Mao Zedong dari Uni Soviet secara radikal telah dihapuskan sejak Deng Xiaoping berkuasa. Salah satu konsep reformasi ekonomi Tiongkok adalah penghapusan perencanaan terpusat, digantikan dengan pemberian otoritas kepada provinsi untuk mengatur sendiri ekonominya termasuk memberi kebebasan untuk mengundang masuk investasi asing. Kebebasan pengaturan ekonomi ini berjalan berdampingan dengan pemberlakuan sistem ekonomi pasar dan penghapusan ekonomi komando. Perubahan yang begitu besar tersebut telah menyebabkan makin terpojoknya ideologi MarxismeLeninisme dan memunculkan ideologi versi baru dan yang lebih dikenal dengan nama “Kapitalisme Sosialis”. Sikap pragmatik Deng Xiaoping sangat dirasakan pun dalam kebijakan dan komunikasi politik yang berusaha mengkombinasikan kebijakan top-down dan botttom-up. Pemerintah dan negara tetap kuat mengendalikan politik dan kebijakan ekonomi, tetapi dalam waktu yang sama pemerintah mendorong desentralisasi sehingga rakyat memiliki peluang partisipasi dalam menentukan arah pembangunan serta terjadi 21 kompetisi antar provinsi. Deng Xiaoping lebih memilih asas-asas dan inti ajaran Konfusianisme dan diinternalisasikan ke dalam kebijakan-kebijakan negara, khususnya kebijakan ekonomi politik Tiongkok. Berikut kebijakan-kebijakan ekonomi politik Tiongkok yang menjadi kunci keberhasilan pembangunan dan kemajuan Tiongkok di era modern. Ajaran-ajaran ini terinspirasi dari internalisasi ajaran-ajaran Konfusius yang sudah menjadi ajaran yang sentralistik bagi rakyat Tiongkok. 1. Penghapusan Sistem Komune Rakyat Komune rakyat adalah wadah kolektivitas produksi pertanian dengan skala besar. Komune rakyat menjalankan beberapa fungsi penting. Pertama, komune menyelenggarakan administrasi di tingkat pedesaan, meliputi administrasi kelahiran, kematian dan pernikahan. Kedua, komune juga merupakan unit produksi. Negara memobilisasikan petani untuk menghasilkan bahan makanan untuk penduduk kota dan bahan baku untuk industri di kota. Negara memaksa petani untuk menyerahkan tanah, alat-alat pertanian dan hewan kepada komune. Ketiga, komune merupakan unit yang menyelenggarakan pendidikan dan kesehatan. Fungsi-fungsi ini memperlihatkan bahwa komune merupakan sebuah organisasi besar dan kompleks yang mengatur hampir semua segi kehidupan rakyat. Keberhasilan Deng Xiaoping dalam melakukan reformasi pada sektor pertanian merupakan 22 tahap awal dari kelanjutan reformasi untuk melakukan reformasi pada sektor lainnya. 2. Penghapusan Monopoli Negara Konsep reformasi selanjutnya yang dijalankan oleh Deng Xiaoping selanjutnya setelah keberhasilannya dalam melakukan reformasi terhadap sektor pertanian melalui mekanisme zerenzhi29 ialah melakukan penghapusan terhadap monopoli negara. Di masa sebelumnya, perekonomian nasional selain didasarkan pada prinsip pemilihan umum atas semua perusahaan dan alat-alat produksi, juga didasarkan pada prinsip perencanaan memusat. Hal ini berarti proses perencanaan fisik seperti pengalokasian barang-barang dan faktorfaktor produksi tidak melalui mekanisme harga atau kekuatan pasar, tetapi melalui jalur administrasi dan sarana-sarana birokrasi. Sampai pada akhir tahun 1984, yang merupakan tahun terakhir dari penerapan sistem monopoli negara, pemerintah Tiongkok masih menentukan kuota yang harus diproduksi dan membeli 90 persen dari produk pertanian. Melalui penghapusan monopoli negara dan pemberlakuan mekanisme pasar, harga barang-barang kini tidak ditetapkan oleh pemerintah tetapi berdasarkan mekanisme pasar. 3. Pintu Terbuka terhadap Modal Asing Kebijakan ekonomi politik yang benar-benar mengubah Tiongkok dalam konstelasi politik internasional adalah kebijakan pintu 29 Zerenzhi adalah konsep tanggung jawab yang diterapkan oleh Tiongkok dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri rakyatnya. 23 terbuka (open door policy) terhadap asing. Semenjak tahun 1979, Deng Xiaoping memberikan kebijakan di mana setiap daerah yang telah diberikan otonomi khusus dari pemerintah dapat mengundang atau mengelola modal asing. 4. Integrasi Ekonomi Internasional Tidak hanya open door policy, sejak tahun 1980-an Deng Xiaoping membawa Tiongkok untuk pro-aktif dalam percaturan perekonomian internasional. Tiongkok tidak hanya mentolerir pendekatan kapitalis terhadap kebijakan ekonomi domestiknya, tetapi juga terhadap kebijakan ekonomi luar negerinya. Hal ini menjadikan Tiongkok lebih progresif untuk mencapai kepentingannya Selain Deng Xiaoping, ada pula tokoh yang berperan penting terhadap perkembangan kapasitas perekonomian Tiongkok, yaitu Hu Jintao. Hu adalah kader Partai Komunis Tiongkok yang dipromosikan langsung oleh Deng Xiaoping. Adanya jarak antara kelas masyarakat miskin dan kaya yang terjadi di Tiongkok dan tingginya angka korupsi serta gangguan keamanan yang dialami Tiongkok mengharuskan Hu Jintao melakukan beberapa strategi untuk tetap mempertahankan keutuhan Tiongkok sebagai negara yang besar. Kebijakan yang dirumuskan oleh Hu Jintao tersebut adalah sebagai berikut : 1. Konsep Harmoni Sosial Konsep ini sebenarnya kritik terhadap konsep pendekatan pembangunan ekonomi yang hanya berorientasi pada pertumbuhan. 24 Pendekatan itu dinilai terlalu elitis karena hanya terfokus pada perluasan pembangunan di perkotaan, mengundang investasi dan perdagangan asing serta hanya berkonsentrasi pada kelompok bisnis. Hu Jintao kemudian merumuskan pendekatan harmoni sosial yang kerangka konseptualnya juga dari ajaran konfusius yang ditujukan untuk memperdalam reformasi sistem politik dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Dalam kebijakan luar negerinya, konsep harmoni sosial ini terlaksana ke dalam relasi Tiongkok dengan negara lain untuk membangun hubungan diplomatik. 2. Konsep Usaha Bersama Langkah kebijakan berikutnya yang diterapkan oleh Hu Jintao dalam mereformasi ekonomi di Tiongkok adalah dengan menerapkan konsep usaha patungan atau usaha bersama. Kebijakan ini merupakan dukungan nyata pemerintahan Hu Jintao terhadap perusahaan lokal agar dapat memainkan peran penting di pasar internasional. Upaya ini bertujuan untuk menciptakan merek dagang Tiongkok di Pasar Internasional. 3. Modernisasi Lintas Sektor Aspek yang paling penting dalam modernisasi suatu masyarakat dalam konteks peningkatan kapabilitas ekonomi adalah pergantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern yang tertuang dalam pengertian revolusi industri. Modernisasi industri di Tiongkok berhasil mendongkrak perkembangan industri 25 otomotif, farmasi dan telekomunikasi. Kebijakan ini sebagai hasil dari konsep usaha patungan atau industri bersama dengan mitra luar.30 A.2. Faktor Kebangkitan Perekonomian Tiongkok Dalam teori ekonomi terdapat istilah The Asian Miracle yang menandakan proses pertumbuhan ekonomi Asia yang begitu cepat. Sebelumnya, di pertengahan abad 20, negara-negara di Asia menghadapi situasi yang kacau dimana peperangan, kemiskinan dan kelaparan melanda negara-negara di kawasan tersebut. Tiongkok adalah salah satu negara yang berada dalam kondisi terpuruk pada waktu itu karena mengalami masa peperangan, revolusi hingga kelaparan. Pada tahun 1960, penghasilan satu orang Jepang sama dengan 1/8 pendapatan satu orang Amerika, perekonomian Korea Selatan tidak lebih kaya daripada Sudan serta perekonomian Taiwan yang setara dengan Zaire. Namun pada empat dekade terakhir, ekonomi Asia bertransformasi. Saat ini, Asia merupakan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat dibandingkan seluruh kawasan di dunia. Bahkan sekalipun dilanda krisis finansial dan resesi pada akhir 90an, Asia dengan cepat bangkit dan kini merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi dunia. Fenomena The Asian Miracle ini tidak terlepas dari peran Tiongkok sebagai ekonomi terbesar di Asia dan kedua di dunia setelah Amerika. Tiongkok memperluas pengaruh dengan memanfaatkan kekuatan 30 Emsan. 2014. Filosofi-Filosofi Warisan Tiongkok Kuno: Aktualisasi Pemikiran peradaban Tiongkok terhadap Dunia Modern. Yogyakarta: Laksana, hal. 208-230. 26 ekonominya melalui kerjasama perdagangan, bantuan infrastruktur, investasi dan strategi ekonomi. Seiring dengan kekuatan ekonomi yang terus berkembang, Tiongkok kini juga ingin memainkan peran yang lebih dominan dalam Hubungan Internasional. Sebagai emerging power, Tiongkok mulai membuat inisiatif-inisiatif tatanan baru di mana Tiongkok tidak hanya ada didalamnya, akan tetapi juga ikut terlibat di dalam proses pembuatan aturan-aturan sistem global yang selama abad modern ini hampir tidak pernah mengikutsertakan Tiongkok.31 Beberapa dekade terkahir merupakan masa kejayaan bagi Tiongkok dalam perkembangan ekonominya. Luasnya jaringan dagang, stabilnya peningkatan GDP, juga interaksi dengan dengan dunia internasional merupakan faktor yang menentukan pesatnya perkembangan ekonomi Tiongkok saat ini. Perkembangan ekonomi yang luar biasa tersebut telah diarahkan melalui perubahan kebijakan ekonomi pemerintah Tiongkok yang secara progresif memberi kekuasaan yang lebih besar pada kekuatan pasar. Perubahan itu dimulai dari sektor pertanian lebih dari dua dekade yang lalu dan berlanjut pada sektor industri dan lebih luas lagi di sektor jasa. Selama periode itu pemerintah mengenalkan sebuah aturan hukum soal perusahaan yang pertama kali memberi izin pada aktor swasta untuk memiliki hak milik pada perusahaannya walaupun masih terbatas.32 31 Forum Kajian Pertahanan dan Maritim. (2015), Kebangkitan Kekuatan China di Awal Abad 21. Raditia Sapta Chandra. Makalah Ekonomi Politik di Asia Timur. Kebangkitan China: Sebuah Integrasi Asia Timur. Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta, diakses melalui https://www.academia.edu/10030898/KEBANGKITAN_CHINA_SEBUAH_INTEGRASI_ASIA _TIMUR pada 13 Mei 2016. 32 27 Tiongkok memulai pembangunannya sejak Revolusi Kebudayaan yang dicetuskan oleh Mao Tse Tung. Setelah invasi Jepang pada Perang Dunia II dan perang sipil yang berakhir tahun 1949, Tiongkok melakukan Revolusi Kebudayaan dengan langkah cepat untuk meningkatkan infrastruktur pendidikan, pembangunan dan kesejahteraan. Revolusi Kebudayaan di Tiongkok menjadi pengalaman ekonomi, politik, sosial dan budaya yang paling berbahaya di dunia. Orientasi ini kemudian berputar balik pada tahun 1979 ketika Deng Xiaoping menggulingkan kekuasaan militer di bawah Mao Zedong. Deng Xiaoping dan kekuatan neokapitalis lainnya dengan Partai Komunis Tiongkok kemudian melakukan neoliberalisasi perdagangan melalui investasi dari perusahaan transnasional, aktifitas keuangan global, pengaruh imperalis yang mengendalikan institusi seperti Bank Dunia dan World Trade Organization (WTO) serta saluran ideologi dan budaya. Tiongkok kemudian lebih bergantung pada investasi dari negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat dan Jerman. Kebijakan pro-pasar ini mengalami kesuksesan yang ditandai dengan keberhasilan Tiongkok mencapai catatan pertumbuhan ekonomi yang terbesar sepanjang sejarah selama satu per empat abad terakhir.33 Deng Xiaoping membangun Tiongkok dengan cara yang modern, bertahap dan tidak revolusioner. Setelah selesai melakukan reformasi di bidang pertanian, Deng Xiaoping mengeksekusi sektor industri dengan membentuk Special Economic Zones (SEZs), suatu wilayah terbatas dimana 33 Griendra Qomara. Jurnal Hubungan Internasional, Universitas Airlangga. (2015), Edisi VIII, No. 2, Kebangkitan Tiongkok dan Relevansinya terhadap Indonesia, hal 32. 28 pemerintah Tiongkok tidak lagi menerapkan peraturan anti-bisnis dengan mengeluarkan kebijakan pajak rendah dan dukungan penuh terhadap barang produksi yang akan dijual ke luar negeri. Untuk pertama kalinya, zona ekonomi khusus hanya diterapkan di Provinsi Fujian dekat Taiwan dan Provinsi Guangdong dekat Hongkong. Namun kemudian pada tahun 1984, setelah melihat pencapaian tersebut, pembangunan dilanjutkan dengan mendirikan berbagai zona sejenis secara terintegrasi di empat belas kota sepanjang pantai Tiongkok. Deng Xiaoping pada dasarnya tetap berpedoman pada teknik perencanaan yang dibuat oleh Mao Zedong, namun Deng memodifikasinya dengan pendekatan pembangunan Singapura, yaitu memulai dengan membuat blok-blok bangunan sebagai infrastruktur dasar. Memasuki tahun 1980-an, Tiongkok membangun tambang batu-bara untuk mensuplai peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik. Di tahun 1990-an, mereka beralih untuk meningkatkan produksi gas dan minyak bumi.34 Terkait dengan pembangunan, serta tata ekonomi dan politik dunia yang baru, Tiongkok mengharapkan dunia internasional bisa damai dalam jangka waktu panjang yang dapat mendukung pembangunan semua negara di dunia. Untuk itu, Tiongkok juga menegaskan komitmennya untuk mendukung lima prinsip hidup berdampingan secara damai, yaitu saling menghormati kedaulatan dan integritas wilayah; tidak saling menyerang; 34 Pan Mohammad Faiz. 2008. Cindonesia: Membangun Kekuatan Triumvirat Asia. 29 tidak mencampuri urusan dalam negeri; kesetaraan dan keuntungan bersama dan hidup berdampingan secara damai. Perkembangan kebijakan luar negeri Tiongkok sendiri secara signifikan dipengaruhi oleh dua peristiwa besar seiring Tiongkok memasuki tahun 1990-an. Pertama, dampak sanksi negara-negara Barat terhadap Tiongkok akibat represi terhadap demonstrasi tahun 1989. Kedua, rubuhnya Tembok Berlin dan kehancuran Partai Komunis Soviet. Hal ini membuat Tiongkok mencapai kepentingan nasionalnya lewat kebijakan luar negeri yang bebas tanpa mengacu kepada negara adidaya maupun pertimbangan ideologis. Intinya, Tiongkok memfokuskan keterlibatannya dalam kancah global karena kebutuhan ekonomi pragmatis daripada faktor ideologis yang mendesak. Ada beberapa karakteristik yang melandasi kebijakan luar negeri Tiongkok. Karakteristik ini juga pernah diutarakan kembali dalam pidato Perdana Menteri Tiongkok Li Peng di Konferesi Antar Parlemen pada 19 September 1996. Berikut karakteristik kebijakan luar negeri Tiongkok : a. Menjaga kemandirian. Tiongkok menentukan posisi dan kebijakannya sesuai dengan nilai masing-masing kasus. Tiongkok juga tidak akan menyerah pada tekanan dari major powers, masuk dalam aliansi dengan kekuatan besar ataupun blok manapun. b. Memelihara perdamaian dunia. Dalam hal ini, Tiongkok tidak melakukan perlombaan senjata atau melakukan ekspansi militer. Tiongkok juga menentang hegemonisme, agresi dan ekspansi dalam berbagai bentuknya. 30 c. Hubungan yang bersahabat dan kerja sama. Tiongkok tidak pernah mendasarkan hubungannya pada sistem sosial atau ideologi apapun. d. Bertetangga baik dan hubungan yang bersahabat. Dalam hal ini Tiongkok menjunjung upaya damai untuk menyelesaikan permasalahan perbatasan maupun wilayah, baik itu melewati negosiasi dan konsultasi. e. Meningkatkan kesatuan dan kerja sama dengan negara-negara berkembang. Tiongkok selalu melihat faktor ini sebagai batu loncatan kebijakan luar negerinya dengan melakukan kerja sama yang saling melengkapi dengan negara-negara berkembang, baik dalam bidang ekonomi, perdagangan, teknologi maupun ilmiah. f. Kebijakan yang terbuka, dimana Tiongkok membuka dirinya untuk kerja sama dengan negara-negara maju dan berkembang berdasarkan kesetaraan dan manfaat bersama dalam rangka mendorong pembangunan bersama dalam upaya membangun tata ekonomi dan politik dunia baru yang adil dan sejajar berdasarkan perdamaian dan stabilitas. Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dilihat dalam beberapa contoh penerapan kebijakan luar negeri Tiongkok. Misalnya, terkait kebijakan yang menentang hegemoni dan keberpihakan pada negara lain, di mana Tiongkok pernah mengalaminya pada masa Perang Dingin dengan Uni Soviet saat itu. Atau tentang pentingnya hubungan baik dengan negaranegara berkembang juga ditunjukkan oleh komitmen Tiongkok yang ditegaskan juga pada masa pimpinan Deng Xiao Ping, yang menekankan 31 bahwa Tiongkok sosialis milik Negara Dunia Ketiga dan akan selalu membela Negara Dunia Ketiga dengan memperkuat persatuan dan kerja sama dengan negara-negara berkembang.35 Kapabilitas ekonomi Tiongkok yang semakin berkembang dan lebih terintegrasi dengan perdagangan dan lingkungan global telah membuat Tiongkok melihat perubahan perannya dari obyek menuju subyek ekonomi internasional. Dari aktor ekonomi yang ingin mengundang investasi asing dan memperluas pasar, sampai lahir sebagai pemain utama di pertengahan tahun 1990-an, yang melakukan negosiasi lebih agresif sebagai upaya untuk masuk ke WTO tanpa melepaskan status sebagai negara berkembang. Dalam hal ini, Partai Komunis Tiongkok menekankan kekuatan ekonominya sebagai alat diplomasi terutama dalam menghadapi tekanan ekonomi dari Amerika Serikat, misalnya dengan keterlibatan Tiongkok dalam APEC.36 Sejak diumumkannya Reformasi Keterbukaan, Tiongkok telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama 30 tahun secara berturut-turut. Satu-satunya negara yang bisa menyamai prestasi Tiongkok adalah Korea Selatan yang juga mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama 30 tahun dengan rata-rata 8,5 persen per tahun. Dari data yang sama dari World Bank juga dapat dilihat bahwa sejak tahun 1978 hingga 2007, tingkat perkembangan sumber daya manusia Tiongkok juga mencatat peningkatan sebanyak sembilan kali lipat dan pendapatan perkapita tiap 35 Adinda Tenriangke Muchtar, Kebangkitan dan Kebijakan Luar Negeri Cina: Antara Persepsi dan Pilihan. (2011). Vol. 6, No. 2, MAARIF Institute for Culture and Humanity, hal. 32-33. 36 Ibid., hal. 36-37. 32 daerah meningkat sebanyak lima kali lipat. Perdagangan dan investasi asing memainkan peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi negeri yang begitu signifikan. Tercatat sebesar 2,7 persen dari total 9,7 persen rata-rata GDP Tiongkok berasal dari Foreign Direct Investment (FDI). Pada tahun 2003, total FDI yang masuk ke Tiongkok adalah sebesar USD 54 milyar, jauh mengungguli Amerika Serikat yang hanya mencatat sebesar USD 40 milyar. Sebanyak 23.500.000 lapangan pekerjaan tercipta dari sektor ini dan lebih dari 20,7 persen total pajak negeri berasal dari perusahaan investasi asing yang berada di Tiongkok pada tahun 2005. Pada tahun 2004, total dari nilai perdagangan produk-produk Tiongkok meningkat dua kali lipat. Hal ini menjadikan Tiongkok sebagai negara kedua eksportir terbesar dan importir ketiga terbesar di dunia. Lebih dari setengah volume perdagangan dilakukan oleh badan-badan investasi asing. Sepanjang tahun 2006 sendiri, sebanyak 594,445 perusahaan investasi asing terdaftar dengan lebih dari 480 perusahaan multinasional teratas dunia memasuki negara tersebut. Pada tahun 2008 total FDI yang masuk ke negara tersebut sebesar USD 92 milyar. Tiongkok kini tercatat sebagai negara tujuan FDI terbesar ketiga di dunia. Dengan mengkombinasikan surplus perdagangan, aliran FDI dan pembelian berskala besar dari mata uang asing telah menjadikan Tiongkok memegang pertukaran asing terbesar dengan total USD 1,9 milyar di akhir 2008. Lebih spesifik, Tiongkok memproduksi 70 persen total mainan dunia dan 10 persen dari total peralatan telekomunikasi perusahaan 33 dunia. Sekitar 60-70 persen dari total produksi di ekspor untuk kebutuhan asing. Meskipun krisis finansial global memberikan dampak yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian dunia, pada tahun 2009 pertumbuhan GDP negara Tiongkok masih tercatat sebesar 8,9 persen pada kuartal ketiga, meningkat dari 7,9 persen pada kuartal kedua. Ketika pada tahun 1989 Deng Xiaoping mengucapkan ”strategi 28 aksara”, kata-kata tersebut masih menjadi pegangan bagi para petinggi Tiongkok hingga sekarang. Strategi ini kemudian diwujudkan dalam serangkaian kebijakan. Pada tahun 2001, Tiongkok resmi menjadi anggota WTO setelah sebelumnya terdaftar sebagai anggota APEC, South Africa Regional (SACU), South America Regional, mendirikan Shanghai Cooperation Organization (SCO), ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN-Europe Meeting (ASEM) dan lain-lain. Dalam lingkup kawasan Asia Pasifik, Tiongkok sejak Oktober 2004 telah merangkul ASEAN sebagai mitra dagang.37 Tiongkok merupakan negara yang bergantung pada kegiatan ekspor. Oleh karena itu, kegiatan ekspor-impor Tiongkok selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Di kawasan, Tiongkok merupakan negara yang paling diuntungkan berdasarkan aspek geopolitiknya dikarenakan jarak yang berdekatan dengan Asia Tenggara dan negara-negara Asia Timur sehingga ketika Tiongkok melakukan kegiatan 37 Raditia Sapta Chandra. Makalah Ekonomi Politik di Asia Timur. Kebangkitan China: Sebuah Integrasi Asia Timur. Op. Cit. 34 perdagangan berupa ekspor ke negara mitra perdagangannya, maka tidak akan mengeluarkan biaya yang terlalu besar bila dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang dilakukan oleh Amerika dan Eropa di kawasan yang sama. Oleh karena itu, harga barang dari Tiongkok bisa sangat kompetitif di kawasan tersebut. Di pasar internasional, produk dengan peminat terbanyak adalah yang memiliki harga kompetitif. Untuk saat ini, Tiongkok-lah yang memiliki harga produk yang sangat kompetitif dari negara lainnya. Berikut ini adalah data ekspor, perdagangan valuta asing dan investasi asing Tiongkok yang dikerucutkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir (20112016). Gambar 1.a. Data Ekspor Tiongkok Tahun 2011-2014.38 38 Lihat http://www.tradingeconomics.com/china/exports, diakses pada 21 Juli 2016. 35 Gambar 1.b. Data Ekspor Tiongkok Tahun 2014-2016.39 Pertumbuhan ekspor telah menjadi komponen utama yang mendukung ekspansi perekonomian Tiongkok yang pesat. Berdasarkan data yang ada pada diagram di atas, dapat dilihat bahwa ekspor Tiongkok secara relatif mengalami perkembangan yang dimulai pada pertengahan tahun 2011 hingga akhir tahun 2014. Dalam waktu 2 tahun terakhir, tingkat ekspor Tiongkok mengalami penurunan karena melemahnya permintaan global, akan tetapi proporsi Tiongkok dari total ekspor global naik menjadi 13,8 persen di tahun 2015 dari yang awanya 12,3 persen di tahun 2014. Ekspor utama Tiongkok adalah produk mekanik dan listrik (41 persen dari total ekspor), produk berteknologi tinggi atau hi-tech (20 persen), industri padat karya seperti pakaian, tekstil, alas kaki, furnitur, produk plastik dan keramik (16 persen), motor dan generator (5 persen) serta sirkuit terpadu (5 persen). 39 Ibid. 36 Mitra dagang utama Tiongkok adalah Amerika Serikat (18 persen dari total ekspor), Hong Kong (15 persen), Uni Eropa (16 persen, diantaranya dari negara seperti Jerman, Inggris dan Belanda masing-masing sebanyak 3 persen), negara-negara ASEAN (12 persen, diantaranya Vietnam menyumbang sebanyak 3 persen), Jepang (6 persen), Korea Selatan (4 persen) dan India (3 persen). Secara umum, ekspor dari Tiongkok mengalami penurunan sebanyak 4,8 persen dari tahun ke tahun menjadi USD 180,3 Milyar. Pada bulan Juni 2016, lebih buruk dari ekspektasi pasar yang juga mengalami penurunan hingga 4,1 persen. Dalam dua belas bulan terakhir, ekspor hanya mengalami peningkatan pada Maret (10,7 persen). Dalam hal denominasi yuan, ekspor mengalami pertumbuhan sebanyak 1,3 persen dari tahun ke tahun di bulan Juni, menyusul kenaikan sebanyak 1,2 persen di bulan Mei.40 40 Ibid. 37 Gambar 2.a. Data Perdagangan Valuta Asing Tiongkok Tahun 2011-2014.41 Gambar 2.b. Data Perdagangan Valuta Asing Tiongkok Tahun 2014-2016.42 41 Lihat http://www.tradingeconomics.com/china/foreign-exchange-reserves, diakses pada 21 Juli 2016. 42 Ibid. 38 Dirilis oleh Bank Rakyat Tiongkok, cadangan devisa Tiongkok saat ini menjadi USD 3.21 triliun pada bulan Juni 2016, mengalami kenaikan dari sebelumnya yaitu USD 3,19 triliun pada bulan Mei dan berada di atas ekspektasi pasar, yakni sebesar USD 3,17 triliun. Namun, setahun sebelumnya, cadangan devisa Tiongkok lebih tinggi USD 3,69 triliun. Hal ini tidak terlepas dari kegiatan perdagangan Tiongkok yang mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk melakukan devaluasi. Berdasarkan bagan di atas, dapat kita lihat bahwa dari bulan Juni 2011 hingga bulan Juni 2014, perdagangan valuta asing Tiongkok mengalami peningkatan yang signifikan hingga Agustus 2014. Akan tetapi, pada bulan September justru mengalami penurunan hingga Tahun 2015 yang berada pada level tertinggi di bulan Januari, Februari dan April yang berada pada kisaran USD 3,78 milyar hingga yang tertinggi mencapai USD 3,8 milyar. Dapat dilihat pada bagan bahwa pada tahun 2015, perdagangan valuta asing Tiongkok mengalami penurunan yang sangat signifikan. Di tahun 2016, perdagangan valuta asing tidak lebih baik dari tahun sebelumnya, karena mengalami penurunan yang cukup drastis pada bulan Januari mencapai USD 3,25 milyar dan cenderung stagnan hingga bulan Juni 2016.43 43 Ibid. 39 Gambar 3.a. Data Investasi Asing Tiongkok Tahun 2011-2014.44 Gambar 3.b. Data Investasi Asing Tiongkok Tahun 2014-2016.45 44 China Foreign Direct Investment http://www.tradingeconomics.com/china/foreign-directinvestment, diakses pada 21 Juli 2016. 45 Ibid. 40 Menurut departemen perdagangan Tiongkok, investasi asing di Tiongkok meningkat 5,1 persen dari tahun ke tahun menjadi USD 69,42 milyar dalam enam bulan pertama 2016. Investasi asing di sektor jasa naik 8 persen menjadi USD 48,90 milyar, mewakili 70,4 persen dari total investasi asing Tiongkok. Sebaliknya, investasi asing di sektor manufaktur yang menyumbang 28,3 persen pangsa pasar menyusut 2,8 persen menjadi USD 19,5 milyar. Amerika Serikat, Inggris dan Jerman merupakan tiga dari 10 sumber investasi utama Tiongkok. Pada bulan Juni, investasi asing mengalami kenaikan hingga 9,7 persen. Bagan di atas menggambarkan bahwa pada tahun 2015, insvestasi asing di Tiongkok mengalami peningkatan dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.46 B. Kebijakan Ekonomi Amerika Serikat di Asia Dalam kajian politik luar negeri, perkembangan dan bahkan perubahan baik yang terjadi di lingkungan internasional (eksternal) dan internal suatu negara merupakan faktor-faktor signifikan yang perlu diperhatikan oleh para pengambil keputusan. Perubahan-perubahan fundamental yang terjadi dalam hubungan internasional, seperti berakhirnya Perang Dingin dan bubarnya Uni Soviet, secara faktual telah memaksa aktor negara-bangsa untuk mengubah agenda politik luar negerinya. Secara teoritis, perubahan mendasar dalam sistem internasional terjadi ketika aktor berupa negara-negara besar melalui politik luar negeri yang dijalankannya 46 Ibid. 41 mengubah aturan dan norma-norma dalam interaksi internasional mereka. Pola hubungan diplomatik antar negara tersebut tidak saja mempengaruhi hierarki dan stuktur aktor akan tetapi memunculkan tingkatan yang berbeda dalam tindakan (outcomes) politik luar negerinya.47 Setiap kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat tentu telah melalui berbagai pertimbangan. Pertimbangan tersebut tentu dipengaruhi oleh faktor internal seperti karakteristik pemimpin dan sistem pemerintahan internal Amerika Serikat, sedangkan faktor eksternal dapat dipengaruhi oleh kondisi perpolitikan internasional. Dari dinamika dan sejarah Amerika Serikat, dapat dilihat bagaimana kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat sempat mengalami perubahan paradigma. Berbagai doktrin yang ditanamkan pemimpin yang ada saat itu secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi arah kebijakan luar negeri negara tersebut. Masing-masing doktrin yang ada mampu membawa negara Amerika Serikat menjadi sebuah negara yang isolasionis atau cenderung menutup diri. Namun ada kalanya pula di mana Amerika Serikat berusaha mengintervensi berbagai kejadian politik di negara lain karena dianggap dapat mempengaruhi kondisi perpolitikan negaranya.48 Kebijakan luar negeri Amerika Serikat sebelum masa pemerintahan Barrack Hussein Obama berorientasi di Kawasan Timur 47 Winda Kusuma Wardani Roni, 2011, Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Terorisme Di Asia Tenggara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar, hal. 34. 48 Eric Wicaksono. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat: Kronologi Sejarah dan Perspektif dari Masa ke Masa, diakses melalui http://ericwicaksono.com/2016/03/12/kebijakan-luar-negeriamerika-serikat-kronologi-sejarah-dan-perspektif-dari-masa-ke-masa/ pada 16 Mei 2016. 42 Tengah. Hal ini didasarkan pada Bush Doctrine yang membuat Amerika Serikat mengeluarkan dana untuk anggaran pertahanan di Timur Tengah yang pada saat itu mengalami dinamika politik yang tidak stabil. Tahun 2002 Amerika Serikat mengawali operasi militernya di Afghanistan dengan agenda War on Terrorism (WOT), kemudian di tahun 2003 Amerika Serikat menginvasi Irak terkait isu kepemilikan senjata pemusnah massal di Irak. Selain ingin membuktikan tuduhannya mengenai kepemilikan dan pengembangan senjata pemusnah massal terhadap Irak, pada dasarnya ada motif lain yang kuat di balik invasi Amerika Serikat ke Irak. Motif inilah yang membuat Amerika Serikat tidak ingin meninggalkan kawasan tersebut. Adalah motif ekonomi yang merupakan penyebab Amerika Serikat untuk tetap menanamkan pengaruhnya di kawasan ini. Irak merupakan negara yang memiliki cadangan minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi sehingga hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Amerika Serikat. Pada tahun 2008, Amerika Serikat mengadakan pemilihan umum presiden. Barrack Hussein Obama yang merupakan presiden terpilih, pada masa-masa kampanyenya saat masih sebagai salah satu kandidat presiden Amerika Serikat sedikit menyinggung mengenai perang di Timur Tengah. Salah satu janjinya ialah komitmennya untuk segera menyelesaikan perang di Timur Tengah. Karena perang tersebut dianggap telah banyak menghabiskan anggaran pertahanan Amerika Serikat. Perang di Timur Tengah adalah salah satu penyebab krisis ekonomi Amerika Serikat. Oleh karena itu, ia bertekad untuk membawa Amerika Serikat keluar dari krisis 43 perekonomian global, salah satu caranya ialah dengan menghentikan perang di Timur Tengah. Obama yang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat mulai menata agenda-agenda pemerintahannya, termasuk agenda politik dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.49 Kawasan Asia Pasifik menjadi fokus dari perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat karena dianggap mengalami perkembangan yang signifikan, terutama dalam bidang ekonomi dan militer. Perkembangan tersebut memunculkan kemungkinan akan dampak politik dan keamanan, baik kemungkinan konflik ataupun kerjasama antar negara di kawasan, mengingat banyaknya peluang dan tantangan di era globalisasi. “Here, we see the future. As the world’s fastest-growing region-and home to more than have the global economy—the Asia Pacific is critical to achieving my highest priority : creating jobs and opportunity for the American people. With most of the world’s nuclear powers and some half of humanity, Asia will largely define whether the century ahead will be marked by conflict or cooperation, needless suffering or human progress.” Pidato Presiden Obama di atas menunjukkan bagaimana kawasan Asia Pasifik dipandang sebagai pusat aktivitas dunia internasional di Abad ke-21.50 Berdasarkan pernyataan resmi Amerika Serikat, Asia Pivot merupakan sebuah ungkapan atas strategi yang difokuskan ke kawasan Asia 49 Alfisyahrianti, Kebijakan Asia Pivot Amerika Serikat di Bawah Pemerintahan Obama, hal. 2-4 diakses melalui http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4250/JURNAL%2 0SKRIPSI%20NEW.pdf?sequence=1 pada 16 Mei 2016. 50 Vanilla Planifolia, Rebalancing Strategic Amerika Serikat di Kawasan Asia-Pasifik, Op. Cit., hal 2. 44 Pasifik. Strategi tersebut berupa konsentrasi arah kebijakan luar negeri yang merupakan kelanjutan dari kepentingan nasional Amerika Serikat. Upaya yang diterapkan oleh Amerika Serikat adalah sebagai bentuk prioritas politik luar negerinya ke kawasan Asia Pasifik. Strategi ini memfokuskan pada beberapa bagian, diantaranya adalah pengembangan kerjasama ekonomi, penguatan terhadap negara aliansi dan jaminan keamanan bersama melalui institusi regional untuk membantu menangani sengketa terkait batas wilayah secara damai. Pada masa pemerintahan George W. Bush, Amerika Serikat telah melakukan penguatan aliansi di kawasan Asia, kemudian lebih diperkuat lagi oleh pemerintahan Obama dengan menempatkan pasukan dan peralatan militer ke Australia dan Singapura.51 Asia Pivot dapat diartikan sebagai serangkaian kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang menekankan pada pencapaian kepentingan nasionalnya, baik untuk mencapai kepentingan politik maupun kepentingan ekonomi di wilayah Asia Pasifik. Asia Pivot Amerika Serikat di bawah pemerintahan Obama menandai kembalinya Amerika Serikat ke wilayah Asia Pasifik. Kawasan Asia kembali ditempatkan sebagai kawasan strategis yang cukup lama telah diabaikan oleh Amerika Serikat dikarenakan aktivitasnya yang terkonsentrasi dengan perang di kawasan Timur Tengah. Asia Pivot resmi diumumkan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Obama pada akhir tahun 2011, di Australia. Pada dasarnya, Asia Pivot telah mulai dirumuskan sejak awal kepemimpinan Obama di tahun 2009, 51 Ibid. 45 kemudian dikemukakan pada November 2011 ketika Obama tengah melakukan kunjungan kenegaraannya sekaligus memperingati 60 tahun ANZUS, pakta pertahanan antara Amerika Serikat bersama Australia dan Selandia Baru, ketika berada di sanalah Amerika Serikat mengeluarkan serangkaian pengumuman kebijakan luar negerinya. Asia Pivot mengindikasikan adanya perubahan haluan kebijakan luar negeri Amerika Serikat ke kawasan Asia Pasifik. Melalui Asia Pivot ini, Amerika Serikat akan semakin mengintensifikasikan perannya di kawasan Asia. Barack Obama selaku presiden Amerika Serikat dalam kunjungan kenegaraannya di Australia pada November 2011, mengemukakan tujuan dari dikeluarkannya Asia Pacific Pivot, yaitu: 1. Amerika Serikat akan memainkan peran yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang panjang akan ikut membentuk masa depan kawasan Asia Pasifik. 2. Untuk mempromosikan kepentingan-kepentingan Amerika Serikat. 3. Untuk ikut terlibat dalam membentuk norma dan aturan kawasan AsiaPasifik. 4. Untuk memastikan bahwa kawasan Asia Pasifik menghormati hukum internasional dan norma-norma yang berlaku. 5. Untuk memastikan bahwa perdagangan dan kebebasan navigasi tidak terhambat. 46 6. Pengaruh Amerika Serikat tidak akan hilang seiring dengan munculnya kekuatan-kekuatan baru.52 Selain kawasan Asia Pasifik, terdapat pula kawasan Asia Tenggara yang menjadi orientasi kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Selama masa perang dingin, kawasan Asia Timur lebih menyita perhatian pemerintah Amerika sendiri dengan isu perlombaan senjata nuklir. Akan tetapi perkembangan saat ini memperlihatkan bagaimana Tiongkok yang muncul sebagai sebuah kekuatan ekonomi dan politik yang berpengaruh khususnya di kawasan Asia Pasifik. Bahkan secara ekonomi, Tiongkok mampu menguasai pasar hingga ke kawasan Asia Tenggara. Fenomena kekuatan Tiongkok ini kemudian menjadi salah satu faktor yang mendorong Amerika Serikat untuk kembali meningkatkan perannya di Asia Tenggara.53 Asia Tenggara merupakan kawasan yang sangat diuntungkan oleh letaknya yang strategis. Posisi Asia Tenggara tepat di persimpangan antara konsentrasi industri, teknologi dan kekuatan militer di Asia Timur laut ke utara, sub-kontinental dan sumber-sumber minyak di Timur Tengah ke timur, dan Australia ke selatan. Secara ekonomi Asia Tenggara merupakan bagian perdagangan dengan volume yang tinggi bagi Amerika Serikat bila dibandingkan dengan Jepang, Korea, Taiwan dan Australia, termasuk impor minyak, transit Sea-lanes of Communications (SLOCs) negara-negara 52 Alfisyahrianti, Kebijakan Asia Pivot Amerika Serikat di Bawah Pemerintahan Obama, Op. Cit., hal 4-5. 53 Dewi Triwahyuni. (2015), Signifikansi Kawasan Asia Tenggara dalam Kepentingan Amerika Serikat. Jurnal Majalah Ilmiah UNIKOM bidang Sosial Politik. Vol. 9, No. 1, Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIKOM, hal. 33-34. 47 tersebut di Asia Tenggara. Sedangkan dalam perspektif militer, jalur laut Asia Tenggara sangat penting untuk pergerakan angkatan bersenjata Amerika Serikat dari Pasifik Barat ke Samudra Hindia dan Teluk Persia. Dengan jumlah penduduk yang sangat besar secara otomatis Asia Tenggara merupakan pasar yang luas tidak hanya untuk produk tetapi juga bagi industri jasa Amerika Serikat.54 Amerika Serikat berkomitmen dan memprioritaskan Asia dalam politik luar negerinya. Pergeseran fokus politik luar negeri Obama ini menekankan bagaimana pentingnya Asia Pasifik untuk mencapai prioritas tertingginya demi menciptakan lapangan pekerjaan untuk rakyat Amerika. Strategi rebalancing atau Asia Pivot yang dikeluarkan oleh Obama adalah usaha Amerika Serikat untuk mengembangkan kerjasama ekonominya di Asia-Pasifik melalui perjanjian kemitraan Trans-Pacific Partnership (TPP).55 C. Trans-Pacific Partnership Sebuah negara tidak luput dari kegiatan ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan nasional, negara perlu menjalankan kegiatan ekonomi. Tentu saja kegiatan ekonomi tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Sebuah negara perlu partner, rekan atau relasi dalam menjalankan kegiatan ekonominya. Bagaimanapun, ruang lingkup ekonomi tidak hanya 54 Ibid., hal 34. Vanilla Planifolia, Rebalancing Strategic Amerika Serikat di Kawasan Asia-Pasifik, Op. Cit., hal. 2. 55 48 seputar dalam negeri saja, namun juga merangkap ke luar negeri. Oleh karena itu, negara-negara di penjuru dunia mendeklarasikan sebuah perjanjian atau serikat dagang yang dinamakan kerjasama ekonomi internasional, yaitu gabungan dua atau lebih negara yang melakukan suatu kerjasama. Salah satu hasil dari kerjasama itu adalah adanya kemudahan kegiatan ekspor-impor. Sebuah negara tentunya tidak mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, adakalanya sebuah negara memerlukan komoditas lain yang tidak ada dan tidak diproduksi di dalam negeri, caranya dengan malakukan impor. Dan sebaliknya, negara dapat melakukan ekspor untuk komoditas yang tidak diproduksi di negara tujuan yang tergabung di dalam serikat dagang, sehingga bisa menambah pendapatan dan berkolerasi positif terhadap peningkatan cadangan devisa.56 Kerjasama internasional tentu sangat krusial dan dibutuhkan oleh setiap negara karena dengan bergabungnya suatu negara dengan kongsikongsi dagang diluar negeri akan memberi manfaat diantaranya menghilangkan hambatan perdagangan internasional, mempererat hubugan persaudaraan, mendorong pertumbuhan ekonomi negara, pemerataan pendapatan dan stabilitas ekonomi nasional. Perkembangan arsitektur regional di kawasan Asia Pasifik dalam beberapa dekade terakhir bergulir dengan pesat. Bahkan kawasan ini merupakan forefront pembentukan Free 56 Nita Julianti (dkk). Makalah Perekonomian Indonesia: Kerjasama Ekonomi Trans Pasifik. STIE Dr. Khez. Muttaqien, diakses melalui https://www.academia.edu/19202054 /Perekonomian_Indonesia_Analisis_Trans_Pacific_Partnership pada 19 Mei 2016. 49 Trade Agreements (FTAs)/ Regional Trade Agreements (RTAs). Tercatat hingga tahun 2010, kurang lebih 111 FTAs/RTAs telah dibentuk di kawasan dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah sejalan dengan semakin kuatnya dorongan negara-negara di kawasan untuk semakin mengintegrasikan ekonomi kawasan.57 Salah satu kerjasama internasional yang digagas saat ini adalah Trans-Pacific Partnership (TPP). TPP merupakan konsep perdagangan bebas dalam sektor barang, jasa dan investasi dan menjadikan lautan pasifik sebagai perputaran perdagangan. Kemitraan diartikan sebagai teman atau rekan kerja yang berarti setiap negara anggota yang bergabung dalam Kemitraan Trans Pasifik saling bekerja sama dalam konsep perdagangan bebas yang diatur oleh Kemitraan Trans Pasifik sendiri.58 TPP merupakan perjanjian perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang dibentuk pada 18 Juli 2005. Pada awalnya hanya antara Selandia Baru, Brunei Darussalam, Chili dan Singapura, namun seiring berjalannya waktu telah terjadi perluasan keanggotaan, Amerika Serikat, Australia, Peru, Vietnam, Malaysia, Meksiko, Kanada dan Jepang telah menyatakan diri untuk bergabung dalam TPP. Ekonomi kawasan Asia Pasifik memiliki kemampuan untuk menjadi salah satu pemain utama ekonomi dunia, didukung dengan kenyataan tentang ketahanan kawasan tersebut terhadap dinamika ekonomi akibat 57 Angga Handian Putra. 2011, Edisi IV. Peluang, Tantangan dan Implikasi Trans Pacific Partnership. Buletin Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, hal. 17. 58 Ratnawilis & Indra Pahlawan. 2015, Vol. 2, No. 1. Kepentingan Nasional Indonesia untuk Tidak Bergabung dalam Trans-Pacific Partnership Agreement (TPP) Di Asia Pasifik Tahun 2011. Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau, hal. 2. 50 resesi global. Saat ini, kawasan Asia Pasifik sedang berusaha maksimal untuk mewujudkan Free Trade Area melalui TPP.59 TPP adalah kesepakatan besar baik secara ekonomi maupun politik. TPP-9 memiliki PDB gabungan sekitar USD 17 triliun dan USD 7 triliun dalam perdagangan barang dan jasa (impor ditambah ekspor), didominasi oleh Amerika Serikat yang menyumbang lebih dari 85 persen dari PDB agregat dan lebih dari 60 persen dari total perdagangan negaranegara TPP. Dengan menambahkan Kanada, Meksiko, Korea dan Jepang akan memperluas PDB agregat USD 28 triliun atau 40 persen dari GDP dunia dan akan meningkatkan perdagangan barang dan jasa menjadi USD 12,6 triliun, atau sekitar 28 persen dari total dunia. Dengan demikian, nilai TPP jauh melampaui dorongannya bagi perdagangan dan investasi. 60 Sejak bergabungnya Amerika Serikat dengan TPP pada tahun 2008, kemudian diikuti oleh Vietnam, Australia dan Peru pada putaran pertama perundingan TPP agreement tahun 2009, perundingan telah dilaksanakan delapan putaran. Putaran delapan dilaksanakan pada tanggal 10-15 September 2011 di Chicago, Amerika Serikat. Hasil perundingan putaran delapan yaitu: 1. Kemajuan pada penyusunan legal text TPP agreement dengan membahas 30 bab yang meliputi: Customs, Technical Barriers to Trade, Telecommunications, Government Procurement dan isu-isu horizontal 59 Inriani Margaretha Sitohang. 2014. Penolakan Indonesia Bergabung dalam Trans Pasific Partnership (TPP). Jurnal Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. 60 Trade Conference 2013: Para Ahli Bicara Tentang Perdagangan Bebas dan Terbuka, diakses melalui http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/02/01/trade-conference-2013-para-ahli-bicaratentang-perdagangan-bebas-dan-terbuka-id0-1359689781.pdf pada 19 Mei 2016. 51 seperti small and medium-sized enterprises, regulatory coherence, competitiveness also development, Intellectual Property and Investment. 2. Kemajuan mengenai packages akses pasar terhadap pasar produkproduk industri, pertanian, TPT serta pengadaan pemerintah. Perundingan rinci ini membutuhkan kesepakatan tiap negara pada 11.000 (RoO) serta hal yang terkait lainnya, seperti: trade and investment pada semua sektor jasa, dari telekomunikasi dan jasa keuangan hingga energi serta jasa penyaluran tenaga profesional serta akses pasar secara reciprocal pada pengadaan barang pemerintah. Amerika Serikat mengusulkan text mengenai tenaga kerja dan BUMN. 3. Kerangka dasar agreement akan selesai pada pelaksanaan APEC Leaders Meeting di Honolulu 4. Pada putaran ini, Amerika Serikat memaparkan makalah dengan judul “Trade Enhancing Access to Medicines (TEAM).” TEAM dirancang untuk menjelaskan kebijakan perdagangan untuk mempromosikan dan mengurangi hambatan akses terhadap obat-obatan generik dan inovatif serta mendorong inovasi untuk mengembangkan obat baru dan terobosan medis lainnya.61 61 Angga Handian Putra. 2011, Edisi IV. Peluang, Tantangan dan Implikasi Trans Pacific Partnership. Op. Cit., hal. 25. 52 Selain itu, terdapat pula isu-isu kontroversial dalam TPP yang membuatnya jadi perdebatan di negara-negara maju, yaitu : 1. Akses Pasar TPP mengatur agar negara-negara anggota memangkas tarifnya hingga 0 persen secara bertahap untuk 11.000 komoditas. Jadwal pemangkasan tarif untuk masing-masing negara berbeda-beda, tergantung kesepakatan mereka secara bilateral satu sama lain. Jika pejanjian dagang bebas yang lain umumnya memungkinkan negara anggota untuk melindungi komoditas sensitif seperti produk pertanian, TPP meniadakan kemungkinan tersebut. Implikasinya, semua produk tanpa kecuali harus dibebaskan. Dalam kondisi negara tersebut dapat bersaing, aturan itu akan menguntungkan. Namun jika produkproduknya tidak kompetitif, negara itu hanya akan jadi pasar bagi produk-produk negara lain. Industri dalam negeri pun sangat mungkin menjadi korban karena tidak mampu bersaing dengan barang-barang impor. 2. Investasi TPP mengatur agar negara membentuk Investor-State Dispute Settlement (ISDS) guna menyelesaikan sengketa antara investor asing dengan pemerintah. Dengan ISDS, perusahaan asing bisa menuntut negara jika terjadi perselisihan. Mekanisme ini dikhawatirkan dapat mereduksi kedaulatan negara dalam berhadapan dengan korporasi. Negara cenderung melihat kepentingannya sebagai kepentingan publik, 53 sementara korporasi cenderung mementingkan diri sendiri. Tuntutan terhadap negara oleh korporasi berpotensi mengancam kepentingan publik yang ingin dilindungi oleh negara. 3. Government Procurement Government procurement atau pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah merupakan sektor industri yang amat besar. WTO memperkirakan secara rata-rata sektor itu mencakup 15-20 persen dari GDP tiap negara. Pada umumnya, seperti halnya di Indonesia, sektor itu tertutup untuk asing guna melindungi industri dalam negeri. Namun TPP menghendaki agar sektor itu dibuka untuk asing. 4. Intellectual Property Rights (IPRs) TPP menghendaki pengaturan yang lebih ketat untuk IPRs, seperti copyright dan paten. Misalnya, copyright untuk buku diperpanjang dari 50 tahun menjadi 70 tahun sejak kematian penulis sehingga mempersulit akses publik terhadap konten bersangkutan. Paten untuk obat dapat diperpanjang jadi lebih dari 20 tahun sehingga menyulitkan akses publik terhadap obat-obat generik murah. Aturan itu dipandang terlalu pro-korporasi farmasi dengan mengorbankan kepentingan publik. 5. State-Owned Enterprises TPP melarang negara memberikan keistimewaan kepada state-owned enterprises (SOEs) atau badan usaha milik negara (BUMN). Bagi 54 Indonesia yang memiliki banyak BUMN dan kerap memberikan perlakuan khusus terhadap BUMN, hal ini dapat amat merugikan. 6. Regulatory Convergance Konsekuensi dari bergabung dengan TPP adalah negara yang baru saja ingin bergabung seperti Indonesia harus mengubah seluruh peraturan perundang-undangnya yang bertentangan dengan aturan-aturan TPP. Dengan kata lain, Indonesia harus mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh negara lain, dan lagi-lagi kedaulatan menjadi isu yang sensitif. Aturan TPP belum tentu baik buat Indonesia, dan mengubahnya demi TPP dengan mengorbankan kepentingan Indonesia tentunya tidak dikehendaki oleh publik.62 Dokumen resmi TPP dirilis secara online pada Kamis, 5 November 2015 pasca kesepakatan dicapai pada 5 Oktober 2015 lalu di Atlanta, Amerika Serikat. Berikut adalah rangkuman dari isi perjanjian TPP dalam 30 bab yang diunggah oleh United States Trade Representative. 1. Initial Provisions and General Definitions TPP tetap mengakui kehadiran perjanjian perdagangan bebas sebelumnya yang sudah ada. TPP tetap mampu berjalan beriringan dengan perjanjian kerjasama sebelumnya seperti WTO, perjanjian bilateral dan kerjasama regional. 62 Shohib Masykur. Trans-Pacific Partnership dan Artinya bagi Indonesia, diakses melalui http://news.detik.com/kolom/3075190/trans-pacific-partnership-dan-artinya-bagi-indonesia pada 20 Mei 2016. 55 2. Trade in Goods Negara-negara anggota TPP telah sepakat untuk mengurangi dan menghilangkan hambatan tarif dan non-tarif di sketor barang-barang industri dan melonggarkan kebijakan terhadap sektor pertanian. Penghapusan kebijakan tarif di sektor barang industri negara-negara anggota TPP akan segera dilaksanakan. Negara-negara anggota TPP akan mempublikasikan informasi tarif dan yang berkaitang dengan perdagangan sehubungan dengan kepastian para pengusaha baik mikro maupun makro agar dapat memperoleh keuntungan dari perjanjian ini. 3. Textiles and Apparel Negara-negara anggota TPP sepakat untuk mengeliminir tarif di sektor tekstil yang menjadi kontributor terhadap pertumbuhan ekonomi anggota TPP. Bab ini juga membahas tentang peraturan khusus agar menggunakan bahan baku yang diperoleh hanya dari negara-negara anggota TPP yang disebut sebagai mekanisme “short supply list”. Selain itu, juga dimuat tentang komitmen negara-negara anggota TPP untuk bekerjasama dalam bidang kepabeanan dan cukai untuk menghindari penggelapan dan penyelundupan. 4. Rules of Origin Untuk menciptakan aturan yang sederhana dan memastikan bahwa negara-negara anggota TPP mendapatkan manfaat, maka diciptakan kesepakatan tentang orisinilitas sebuah produk yang memenuhi persyaratan. 56 5. Customs Administration and Trade Facilitation Sebagai perjanjian yang serupa dengan WTO, untuk memfasilitasi perdagangan, maka ditetapkan aturan yang meningkatkan transparansi dalam prosedur kepabeanan (bea masuk). Aturan ini akan berguna bagi usaha mikro, karena adanya kelonggaran bea masuk. 6. Sanitary and Phytosanitary (SPS) Measures Dalam mengembangkan aturan SPS, negara-negara anggota TPP memastikan adanya transparansi, aturan-aturan yang non-diskriminatif dan menegaskan tentang perlindungan atas hak asasi manusia, kesehatan dan kelestarian hewan serta tumbuhan hidup. TPP dibangun di atas aturan WTO SPS untuk mengatur dan mengelola dengan cara melonggarkan kebijakan yang menghambat aturan perdagangan kerjasama ini. 7. Technical Barriers to Trade (TBT) Dalam mengembangkan aturan TBT, negara-negara anggota TPP telah sepakat untuk bersikap transparan dalam melaksanakan peraturanperaturan yang sifatnya teknis. Mereka sepakat untuk bekerjasama dan memastikan agar tidak lagi ada persyaratan-persyaratan administratif yang dianggap tidak perlu yang dapat menghambat kegiatan perdagangan setiap negara anggota TPP. TPP memastikan pengusaha dapat dengan meudah menjangkau pasar negara-negara anggota TPP tanpa perlu mencemaskan aturan-aturan teknis. 57 8. Trade Remedies Bab ini membahas tentang proses dan upaya hukum agar diterapkan dalam perdagangan melalui penerapan langsung tanpa mempengaruhi posisi negara-negara anggota TPP yang bergabung dalam WTO. Bab ini juga menyediakan mekanisme transisi sebagai upaya anggota TPP untuk mengamankan kegiatan perdagangannya apabila impor meningkat yang diakibatkan oleh pemotongan tarif. 9. Investment Dalam menetapkan aturan investasi, negara-negara anggota TPP merumuskan kebijakan investasi dan perlindungan yang memiliki landasan hukum untuk mencapai tujuan mereka. TPP menyediakan aturan perlindungan investasi yang juga ada pada perjanjian investasi lain. 10. Cross-Border Trade in Services Mengingat bahwa sektor jasa merupakan hal yang penting, negaranegara anggota TPP kemudian membagi kepentingannya untuk liberalisasi perdagangan dalam area internal TPP. TPP menginput kebijakan yang diterapkan seperti dalam WTO dan perjanjian perdagangan lainnya, seperti perlakuan negara, perlakuan khusus bagi pihak tertentu serta akses pasar yang tidak menetapkan hambatan kuota. 58 11. Financial Services Pada bab ini dijelaskan tentang aksesibilitas terhadap peluang investasi antar negara-negara anggota TPP yang dianggap sebagai suatu hal yang penting yang dapat menjamin kapasitas dalam mengatur siklus pasar dan institusi dalam negeri agar mengambil langkah pengamanan ketika terjadi krisis. 12. Temporary Entry for Business Persons Negara-negara anggota TPP sepakat untuk menjamin ketersediaan akses informasi melalui aplikasi berbasis online yang memuat konten berupa ketetapan izin masuk sementara atau visa yang digunakan sebagai akses bagi pelaku usaha. 13. Telecommunications Negara-negara anggota TPP memiliki kepentingan yang sama untuk menjamin efisiensi dan jaringan telekomunikasi yang dapat diandalkan di negara masing-masing anggota yang berguna bagi pelaku usaha baik yang berskala kecil maupun besar dalam menyediakan layanan. 14. Electronic Commerce Dalam bab ini dijabarkan mengenai setiap negara-negara anggota TPP berkomitmen untuk menjamin kebebasan akses informasi secara global seperti data, serta kebijakan publik berupa perlindungan informasi pribadi. Bagian ini melarang adanya pembebanan biaya bea masuk terhadap penjualan barang-barang elektronik serta larangan bagi 59 anggota TPP untuk menerima barang produksi dari negara tertentu dengan cara-cara yang diskriminatif. 15. Government Procurement Negara-negara anggota TPP berkomitmen untuk melaksanakan perlakuan nasional non-diskriminatif. Selain itu, telah ada kesepakatan mengenai penerbitan informasi yang cepat untuk memberikan waktu yang cukup bagi penyedia agar mengajukan penawaran yang bersifat jujur dan adil serta demi menjaga kerahasiaan penawaran. 16. Competition Policy Setiap negara anggota TPP memiliki kepentingan yang sama dalam memastikan adanya sebuah kerangka dalam menciptakan sebuah kompetisi yang adil dalam kawasan melalui penerapan sejumlah aturan yang bersumber dari peraturan TPP. 17. State-Owned Enterprises (SOEs) and Designated Monopolies TPP menyadari manfaat yang dapat diperoleh dari kerangka aturan BUMN. TPP sepakat untuk menjamin bahwa seluruh BUMN menciptakan daya beli dan penjualan atas dasar pertimbangan komersial. 18. Intellectual Property Bab ini mencakup tentang hak paten, merek dagang, hak cipta, rancangan industri, indikasi geografis, rahasia perdagangan, pelaksanaan hak kekayaan intelektual dan bentuk lain dari itu. Negaranegara anggota TPP sepakat untuk menerapkan perlindungan hak 60 kekayaan intelektual terhadap pelaku bisnis di negaranya dengan tujuan perlindungan. 19. Labour Negara-negara anggota TPP merupakan anggota dari International Labour Organization (ILO) dan menyadari sepenuhnya untuk mendukung hak buruh yang diakui secara internasional. Oleh karena itu, negara anggota TPP sepakat untuk melaksanakan dan mempertahankan aturan yang mengatur tentang hak-hak dasar buruh berdasarkan deklarasi ILO tentang kebebasan berasosiasi dan berunding, penghapusan buruh paksa, pelarangan buruh anak-anak dan penghapusan diskriminasi pekerjaan. 20. Environment TPP berkomitmen dalam melindungi kelestarian lingkungan. Seluruh negara anggota TPP sepakat untuk pro-aktif dalam mengawal penerapan aturan hukum tentang lingkungan hidup. 21. Cooperation and Capacity Building TPP terdiri dari negara dengan profil yang berbeda. Beberapa negara anggota TPP terdiri atas negara berkembang yang akan kesulitan untuk menerapkan aturan-aturan dan mendapatkan keuntungan. Sehingga, didirikan sebuah komite kerjasama dan pembangunan kapasitas untuk mengidentifikasi dan meninjau kembali area potensial untuk pembangunan kapasitas. Oleh karena itu, semua pihak akan ikut berpartisipasi di dalamnya. 61 22. Competitiveness and Business Facilitation Dalam bab ini diatur tentang mekanisme formal untuk mengkaji ulang dampak dari TPP terhadap daya saing negara-negara anggota, melalui cara berupa dialog dengan pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat. TPP kemudian sepakat untuk membentuk komite khusus yang akan bertemu dalam jangka waktu tertentu demi membahas dampak TPP terhadap daya saing nasional dan kawasan. 23. Development Negara TPP memastikan perjanjian ini merupakan standar tertinggi sebagai bentuk perdagangan dan integrasi ekonomi serta secara khusus memastikan agar negara-negara anggota memperoleh keuntungan darinya. 24. Small and Medium-Sized Enterprises Negara-negara anggota TPP memiliki kepentingan yang sama untuk mendukung partisipasi usaha berskala kecil hingga menengah dan memastika mereka memperoleh manfaat dari TPP. 25. Regualtory Coherence Bab ini membahas mengenai kepastian akan keterbukaan, keadilan dan lingkungan regulasi yang jelas bagi operasi bisnis dalam pasar TPP dengan mendorong transparansi, keterbukaan dan koordinasi antar negara. Bab ini memberikan deskripsi bahwa TPP memberikan fasilitas regulasi yang terhubung dengan negara anggota. 62 26. Transparency and Anti-Corruption Dalam bab ini, TPP menjamin bahwa setiap regulasi dan administrasi harus diketahui oleh publik, bahkan dalam level tertentu, seluruh regulasi yang memberikan dampak pada perdagangan dan investasi harus memiliki ruang diskusi. Anggota TPP sepakat untuk menjamin proses penegakan hak bagi aktor TPP sehubungan dengan pelaksanaan administratif. Selain itu, TPP juga sepakat untuk menerapkan hukum terhadap tindak kriminal korupsi. 27. Administrative and Institutional Provisions TPP akan membentuk komite yang akan meninjau hubungan ekonomi dan kemitraan di antara negara-negara anggota untuk menjamin bahwa perjanjian dapat menjawab tantangan dalam perdagangan dan investasi. 28. Dispute Settlement Pada bab ini dijabarkan mengenai mekanisme penyelesaian sengketa yang memperbolehkan tiap pihak dengan cepat mengambil langkah kebijakan berdasarkan aturan TPP. TPP akan mengambil pendekatan penyelesaian sengketa melalui kerjasama dan konsultasi atau alternatif lainnya yang dianggap relevan. 29. Exceptions Pengecualian dalam TPP menjamin adanya fleksibilitas yang menjamin seluruhnya untuk mengatur kepentingan publik, termasuk bagaimana kepentingan keamanan dari semua anggota. 63 30. Final Provisions Bab ini membahas bagaimana TPP akan diimplementasikan, mekanisme amandemen, mekanisme keluar sebagai negara anggota TPP dan bahasa yang digunakan.63 63 Summary of the Trans-Pacific Partnership Agreement, diakses melalui https://ustr.gov/aboutus/policy-offices/press-office/press-releases/2015/october/summary-trans-pacific-partnership pada 22 Juli 2016. 64 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sampai saat ini keberadaan ASEAN dan sentralitas ASEAN masih dianggap berguna oleh Tiongkok maupun oleh kekuatan-kekuatan utama yang khawatir terhadap kebangkitan Tiongkok. Hal yang menciptakan disintegritas di ASEAN adalah TPP dan RCEP. Keterlibatan Amerika Serikat sejak tahun 2008 bukan hanya untuk kepentingan ekonomi semata. Pertama, para anggota TPP merupakan mitra dagang sekunder bagi kawasan Amerika Serikat, dan Amerika Serikat telah menyepakati Free Trade Area (FTA) dengan Australia, Chili, Peru dan Singapura. Kedua, TPP mnargetkan kesepakatan dengan standar yang tinggi dan menyeluruh, mulai dari 100 persen pemotongan tarif hingga liberalisasi di berbagai sektor seperti jasa, investasi, hak kekayaan intelektual, pengadaan barang pemerintah, lingkungan dan lain-lain. Artinya, TPP dapat dilihat sebagai upaya Amerika Serikat untuk masuk kembali ke dalam arsitektur perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik (dalam mekanisme ASEAN yang ada, Amerika Serikat mengalami dampak eksklusi dari regionalisme sehingga pangsanya menurun di ASEAN, sementara Tiongkok justru meningkat). Pada saat yang bersamaan, melalui standar yang tinggi, Amerika Serikat juga secara preventif mengeksklusi Tiongkok dari perjanjian perdagangan bebas yang komprehensif tersebut. 65 Sementara itu, negara-negara ASEAN sendiri sedang melakukan proses negosiasi untuk RCEP. Tujuannya adalah membentuk sinergi baru dari sepuluh negara anggota ASEAN dengan mintra perjanjian perdagangan bebas ASEAN, yaitu Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru. Jika RCEP berhasil disepakati, maka kawasan perdagangan bebas yang besar akan tercipta tanpa Amerika Serikat sebagai bagian darinya. Berdasarkan apa yang menjadi temuan penulis, maka penulis menarik beberapa kesimpulan yang merupakan hasil elaborasi dari penelitian ini, yaitu : 1. Kawasan Asia Pasifik secara umum, dan kawasan Asia Tenggara secara spesifik merupakan kawasan yang strategis bagi Amerika Serikat dan Tiongkok melalui perjanjian perdagangan TPP dan RCEP. Asia Tenggara merupakan pangsa pasar yang cukup besar bagi kedua negara ini. Oleh karena itu, baik Amerika Serikat maupun Tiongkok sama-sama ingin menanamkan pengaruhnya lebih kuat di kawasan ini, yang tentunya akan berdampak besar tidak hanya dari sisi ekonomi, melainkan dari sisi politiknya. 2. Amerika Serikat melalui TPP membuat skenario untuk membendung pengaruh Tiongkok di Asia Tenggara selain dari upaya rebalancing. Hanya saja, RCEP menjadi faktor penghambat bagi hadirnya TPP oleh karena aturan main RCEP sangat jelas dan fleksibel bagi negara anggota, khususnya negara-negara berkembang. Selain itu, RCEP lebih menguntungkan bagi negara-negara di Asia Tenggara yang tergabung 66 dalam ASEAN dikarenakan perjanjian perdagangan ini menempatkan ASEAN sebagai posisi sentral. Hal ini justru berbeda dengan TPP yang cenderung meninggalkan ASEAN sebagai key driver. Inilah yang membuat integritas ASEAN saat ini mengalami dualisme yang justru lebih menguntungkan pihak Tiongkok. 3. Ada sekitar 20 isu nontarif yang dibahas di dalam perjanjian perdagangan TPP (dan ada isu-isu sensistif seperti hak kekayaan intelektual dan pertanian) yang menjadikan standar perjanjian ini sangat tinggi sehingga sulit bagi negara-negara berkembang untuk melampaui standar tersebut. Berbeda dengan RCEP yang hanya membahas 6 isu nontarif. Selain itu, RCEP memiliki cakupan geografis yang lebih dekat dengan Tiongkok karena beberapa negara ASEAN berbatasan dengan negara Tiongkok sehingga akan lebih mudah bagi Tiongkok mempertahankan eksistensinya. B. Saran 1. ASEAN sebagai organisasi regional sebaiknya menunjukkan sikap netral atas pengaruh yang diberikam oleh Amerika Serikat dan Tiongkok melalui perjanjian perdagangan TPP dan RCEP agar tidak terjadi dualisme yang dapat menimbulkan disintegrasi antar negara-negara anggota ASEAN. 2. Baik TPP maupun RCEP sebagai perjanjian perdagangan agar tidak menutup proses industrialisasi negara-negara berkembang di ASEAN ke 67 depannya, karena komitmen dari perjanjian perdagangan ini adalah meliberalisasi pasar sebelum sektor industri stabil. 68 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Afadlal, dkk. 2011. Ekonomi Politik Kemitraan ASEAN: Sebuah Potret Kerja Sama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cetakan I. Banyu Perwita, Anak Agung & Yanyan Mochammad Yani. 2014. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cetakan 4. Burchill, Scott & Andrew Linklater. 1996. Teori-Teori Hubungan Internasional (terjemahan). Bandung : Nusamedia. Carlton Clymer Rodee (dkk). 2014. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Pers. Edisi 1. Cetakan 11. Choiruzzad, Shofwan Al Banna. 2015. ASEAN di Persimpangan Sejarah: Politik Global, Demokrasi, & Integgrasi Ekonomi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Edisi 1. Cipto, Bambang. 2010. Hubungan Internasional di Asia Tenggara: Teropong terhadap Dinamika, Kondisi Riil dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cetakan II. Dananjaja, James. 2007. Folklor Tionghoa: Sebagai Terapi Penyembuh Amnesia terhadap Suku Bangsa dan Budaya Tionghoa. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti. Cetakan 1. Emsan. 2014. Filosofi-Filosofi Warisan Tiongkok Kuno: Aktualisasi Pemikiran peradaban Tiongkok terhadap Dunia Modern. Yogyakarta: Laksana Ikbar, Yanuar. 2014. Metodologi dan Teori Hubungan Internasional. Bandung: Refika Aditama. Jackson, Robert & Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ----------. 2014. Pengantar Studi Hubungan Internasional: Teori dan Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cetakan 1. Edisi 5. Jacques, Martin. 2011. When China Rules the World: Kebangkitan Dunia Timur dan Akhir Dunia Barat). Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 69 Wardhani, Baiq L.S.W.. 2015. Kajian Asia Pasifik: Politik Regionalisme dan Perlindungan Manusia di Pasifik Selatan Menghadapi Kependingan Negara Besar dan Kejahatan Transnasional. Malang: Intrans Publishing. Wicaksono, Michael. 2015. Republik Tiongkok (1912-1949). Jakarta: Elex Media Komputindo. Wuryandari, dkk. 2011. Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Arus Perubahan Politik Internasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Cetakan 1. B. Jurnal, Buletin, Skripsi Cui, Susan. 2016. Volume 1, No. 3. The Implications of the Trans-Pacific Partnership on Canada-China Relations. Forum Kajian Pertahanan dan Maritim. (2015). Kebangkitan Kekuatan China di Awal Abad 21. LEMHANNAS RI. (2013), Edisi 16, Implikasi Kerjasama Trans-Pacific Partnership guna Meningkatkan Peran Indonesia di Kawasan ASEAN dalam rangka Ketahanan Regional. Mohammad Faiz, Pan. (2008). Cindonesia: Membangun Kekuatan Triumvirat Asia. Putra, Angga Handian. (2011). Edisi IV. Peluang, Tantangan dan Implikasi Trans Pacific Partnership. Buletin Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Ratnawilis & Indra Pahlawan. (2015). Vol. 2, No. 1. Kepentingan Nasional Indonesia untuk Tidak Bergabung dalam Trans-Pacific Partnership Agreement (TPP) Di Asia Pasifik Tahun 2011. Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau. Roni,Winda Kusuma Wardani. (2011). Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Terorisme Di Asia Tenggara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar. (Skripsi tidak diterbitkan). 70 Sitohang, Inriani Margaretha. (2014). Penolakan Indonesia Bergabung dalam Trans Pasific Partnership (TPP). Jurnal Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Tenriangke Muchtar, Adinda. (2011). Kebangkitan dan Kebijakan Luar Negeri Cina: Antara Persepsi dan Pilihan. Vol. 6, No. 2, MAARIF Institute for Culture and Humanity. Triwahyuni, Dewi. (2015). Signifikansi Kawasan Asia Tenggara dalam Kepentingan Amerika Serikat. Jurnal Majalah Ilmiah UNIKOM bidang Sosial Politik. Vol. 9, No. 1, Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIKOM. Qomara, Griendra. Jurnal Hubungan Internasional, Universitas Airlangga. (2015). Edisi VIII, No. 2, Kebangkitan Tiongkok dan Relevansinya terhadap Indonesia. Yuan, Wen Jin. 2012. The Trans-Pacific Partnership and China’s Corresponding Strategies. Freeman Chair in China Studies. Center For Strategic & Internasional Studies C. Website Agustinus, Michael. Menimbang Pasar Bebas Tawaran Obama yang Disambut Jokowi, diakses melalui http://finance.detik.com/read/2015/11/04/080558/3061368/459/me nimbang-pasar-bebas-tawaran-obama-yang-disambut-jokowi pada 30 Juli 2016. Alfisyahrianti, Kebijakan Asia Pivot Amerika Serikat di Bawah Pemerintahan Obama, hal. 2-4 diakses melalui http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4250 /JURNAL%2 0SKRIPSI%20NEW.pdf?sequence=1 pada 16 Mei 2016. Andri. 2013. Kebijakan Amerika Serikat untuk Memenuhi Kepentingan Ekonominya Melalui Trans-Pacific Partnership Periode 20112013, Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta (skripsi tidak diterbitkan), diakses melalui http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ bitstream/123456789/24085/3/ANDRI%20-%20HI%20-%20FISIP %20-%20109083000032_NoRestriction.pdf pada 5 Maret 2016. 71 Apa Alasan AS "Membajak" Trans-Pacific Partnership, diakses melalui http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/11/12/061400826/Ap a.Alasan.AS.Membajak.Trans-Pacific.Partnership pada 6 Maret 2016. Chandra, Raditia Sapta. Makalah Ekonomi Politik di Asia Timur. Kebangkitan China: Sebuah Integrasi Asia Timur. Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta, diakses melalui https://www.academia.edu/10030898/KEBANGKITAN_CHINA_ SEBUAH_INTEGRASI_ASIA_TIMUR pada 13 Mei 2016. China Export to ASEAN, diakses melalui http://www.tradingeconomics.com/china/exports-to-asean pada 24 Juli 2016. Djumena, Erlangga, Jokowi Tegaskan Indonesia Tak Ingin Sekadar Jadi Pasar Bagi Negara Besar, diakses melalui http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/11/102451526/ Jokowi.Tegaskan.Indonesia.Tak.Ingin.Sekadar.Jadi.Pasar.Bagi.Neg ara.Besar pada 30 Juli 2016. Ervianto, Toni. Cina Lebih Kuat Dibanding Amerika Serikat, diakses melalui http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id= 11964&type=111#.V2YdFhLxT2s pada 19 Juni 2016. Hendrajit, AS dan Skema TPP Bendung Pengaruh Cina dan Rusia di Asia Pasifik, diakses melalui theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=17120&type=99#.V1 UGpSHxT2s pada 6 Juni 2016. ----------. Skema Trans Pacific Partnership (TPP) Amerika Serikat Tanamkan Pengaruh Ekonominya di ASEAN lewat ASEAN Charter-AFTA, diakses melalui http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=9519&type=99#.V1U FKCHxT2t pada 6 Juni 2016. http://www.tradingeconomics.com/china/exports, diakses pada 21 Juli 2016. http://www.tradingeconomics.com/china/foreign-direct-investment, pada 21 Juli 2016. diakses 72 http://www.tradingeconomics.com/china/foreign-exchange-reserves, diakses pada 21 Juli 2016. Indonesia di Antara TPP dan RCEP, diakses melalui http://www.dpd.go.id/artikel-783-indonesia-diantara-tpp-dan-rcep pada 8 Juni 2016. Jenkins, Nash. China Expresses Hesitant Support for the Trans-Pacific Partnership, diakses melalui http://time.com/4062442/tpp-chinafree-trade-deal/ pada 21 Juli 2016. Julianti (dkk). Makalah Perekonomian Indonesia: Kerjasama Ekonomi Trans Pasifik. STIE Dr. Khez. Muttaqien, diakses melalui https://www.academia.edu/19202054 /Perekonomian_Indonesia_Analisis_Trans_Pacific_Partnership pada 19 Mei 2016. KTT APEC Sepakati FTAAP, Angin Segar Tiongkok, diakses melalui http://www.beritametro.co.id/internas/ktt-apec-sepakati-ftaapangin-segar-tiongkok pada 30 Juli 2016. Makalah Cina ACFTA, diakses melalui 7348006/Makalah_ Cina_ACFTA. https://www.academia.edu/ Maruli, Leonart. Paradigma Neo-Realisme dalam Ilmu Hubungan Internasional. Diakses melalui http://www.kompasiana.com/l eonart_maruli/paradigma-neo-realisme-dalam-ilmu-hubunganinternasional_54f3f73c745513a22b6c819c pada 28 April 2016. Masa Kebangkitan Cina, diakses melalui http://www.sejarahnegara.com/masa-kebangkitan-cina/ pada 9 Mei 2016. Masykur, Shohib. Trans-Pacific Partnership dan Artinya bagi Indonesia, diakses melalui http://news.detik.com/kolom/3075190/transpacific-partnership-dan-artinya-bagi-indonesia pada 20 Mei 2016. Mendorong Pembentukan Pakta Perdagangan Selatan-Selatan, diakses melalui http://sscindonesia.org/ksst/indexfe02.html?news=mendorongpembentukan-pakta-perdagangan-selatan-selatan pada 8 Juni 2016. 73 Mochammad Yani, Yanyan, Politik Luar Negeri, diakses melalui http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/poli tik_luar_negeri.pdf pada 6 Maret 2016. Munculnya Cina sebagai Pesaing Amerika Serikat dan Prediksi Hubungan Cina-Amerika Serikat di Masa Depan, melalui http://dokumen.tips/documents/munculnya-cina-sebagai-pesaingamerika-serikat-dan-prediksi-hubungan-cina-amerika-serikat-dimasa-depan.html pada 5 Maret 2016. Planifolia, Vanilla. Rebalancing Strategic Amerika Serikat di Kawasan AsiaPasifik, diakses melalui https://www.academia.edu/12073957/Rebalancing_ Strategic_Amerika_Serikat_di_Kawasan_Asia-Pasifik pada 6 Maret 2016. Prasetya, Eka. Agresifitas Politik Luar Negeri Republik Rakyat Cina dalam Sengketa Perbatasan di Kawasan Asia Pasifik, Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013, diakses melalui http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/39557/3/Chapter %20II.pdf pada 9 Mei 2016. Puspitasari dan Sulusi Prabawati. Peluang Memperkuat Daya Saing Hortikultura dalam Kerangka Asean - China Free Trade Agreement (ACFTA), diakses melalui http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/memperkuat_dayasaing_p roduk_pe/BAB-IV-2.pdf pada 14 Juni 2016. Rachmanto, Deo. Indonesia dan ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA), diakses melalui https://www.academia.edu/7166605/Indonesia_dan_ASEAN_Chin a_Free _Trade_Agreement_ACFTA_ pada 19 Juni 2016. Rabed, Aaron Jed. 2015. China’s Counter-Pivot Response, diakses melalui http://intpolicydigest.org/2015/05/11/china-s-counter-pivotresponse/ pada 20 Juli 2016. Regular Press Conference of the Ministry of Commerce on February 3, 2016, diakses melalui http://english.mofcom.gov.cn/article/newsrelease/press/201602/201 60201256420.shtml pada 22 Juli 2016. 74 Rencana Strategis 2015-2019, diakses melalui http://www.kemlu.go.id/AKIP/Rencana%20Strategis%20Kemlu%2 02015-2019.pdf pada 24 Juli 2016. Summary of the Trans-Pacific Partnership Agreement, diakses melalui https://ustr.gov/about-us/policy-offices/press-office/pressreleases/2015/october/summary-trans-pacific-partnership pada 22 Juli 2016. The State Council The People’s Republic of China. China reviewing effects of TPP, diakses melalui http://english.gov.cn/state_council/ministries/2015/11/06/content_2 81475229236784.htm pada 21 Juli 2016. Trade Conference 2013: Para Ahli Bicara Tentang Perdagangan Bebas dan Terbuka, diakses melalui http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/02/01/trade-conference2013-para-ahli-bicara-tentang-perdagangan-bebas-dan-terbuka-id01359689781.pdf pada 19 Mei 2016. Wicaksono, Eric. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat: Kronologi Sejarah dan Perspektif dari Masa ke Masa, diakses melalui http://ericwicaksono.com/2016/03/12/kebijakan-luar-negeriamerika-serikat-kronologi-sejarah-dan-perspektif-dari-masa-kemasa/ pada 16 Mei 2016. Wishnu, Dinna. Apa Kabar TPP dan RCEP ?, diakses melalui http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=2&date=2016-0518 pada 8 Juni 2016. 75