penerapan analisis abc dalam pengendalian persediaan bahan

advertisement
PENERAPAN ANALISIS ABC DALAM PENGENDALIAN
PERSEDIAAN BAHAN BAKU MASTERBATCH DSD
PADA PT. MUTU GADING TEKSTIL DI KARANGANYAR
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Syarat - syarat Mencapai Sebutan
Ahli Madya Manajemen Industri
Oleh:
Feri Sugiyanto
F.3507084
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 MANAJEMEN INDUSTRI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan perkembangan zaman
dan kemajuan diberbagai
bidang IPTEK dewasa ini sangat berpengaruh pada aktivitas
kehidupan, diantaranya adalah dunia bisnis, terutama disektor industri
sehubungan dengan hal tersebut maka perusahaan juga dituntut agar
dapat menghasilkan produk-produk yang berkualitas baik, agar dapat
selalu berkompetisi dipasar nasional maupun internasional.
Kegiatan industri harus memperhatikan berbagai faktor. Bahan
baku merupakan salah satu faktor yang penting bagi perusahaan
dalam
melakukan proses produksi. Oleh karena itu dibutuhkan
penanganan yang baik pada bagian persediaan bahan baku.
Pengendalian bahan baku juga dapat
dilakukan dengan berbagai
metode, salah satunya adalah dengan mengunakan metode Analisis
ABC.
Analisis ABC membedakan berdasarkan nilai investasi yang
terpakai dalam suatu periode. Biasanya persediaan di klasifikasikan ke
dalam
tiga kelas, yaitu ABC. Analisis ABC merupakan aplikasi
persediaan
yang
menerapkan
prinsip
pareto,
idenya
untuk
memfokuskan pengendalian persediaan terhadap persediaan yang
bernilai tinggi dari pada yang bernilai rendah. Analisis ABC membagi
persediaan dalam
tiga kelas berdasarkan atas nilai (volume)
2
persediaan. Kriteria masing-masing kelas dalam Analisis ABC adalah
sebagai berikut:
1. Kelas A- persediaan yang memilki nilai volume tahunan rupiah yang
tinggi. Persediaan yang termasuk kelas ini memerlukan perhatiaan
yang tinggi dalam pengadaanya karena berdampak pada biaya
yang tinggi dan pemeriksaan yang tinggi dan pemeriksaan
dilakukan secara intensif.
2. Kelas B-persediaan dengan nilai volume tahunan rupiah yang
menengah. Dalam kelas ini diperlakukan teknik yang moderat.
3. Kelas C-persediaan yang nilai volume tahunan rupiah rendah,yang
hanya sekitar 10% dari total nilai persediaan. dalam kelas ini
diperlukan teknik pengendaliaan
yang sederhana, pemeriksaan
hanya dilakukan sekali-sekali.
Dengan mengetahui kelas-kelas tersebut, dapat diketahui item
persediaan tertentu yang harus mendapat perhatiaan lebih intensif
atau serius dibandingkan item lain. Analisis ABC juga membantu untuk
penerapan kebijakan persediaan.
Render dan Heizer (2005:60) menjelaskan bahwa, persediaan
merupakan salah satu aset yang termahal bagi banyak perusahaan,
dan berjumlah sekitar 50% dari total modal yang ditanamkan. Para
manajer operasi diseluruh dunia telah mengetahui bahwa manajemen
persediaan yang baik sangat penting. Pada satu sisi, sebuah
perusahaan dapat menurunkan biaya dengan mengurangi persediaan.
Pada sisi lain, produksi terhenti dan pelanggan tidak puas ketika
pesananya
tidak
tersedia.
Perusahaan
harus
dapat
mengatur
3
keseimbangan antara investasi persediaan dan layanan pelanggan.
Perusahaan tidak akan pernah mencapai biaya rendah tanpa
manajemen persediaan yang baik.
Kegiatan operasi perusahaan memerlukan
pengendaliaan
persediaan. Persediaan bahan baku yang terlalu besar bila dilihat dari
proses produksi maka tidak akan mengalami ganguan, karena
persediaan bahan baku selalu ada. Namun di sisi lain, persediaan
bahan baku yang terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana yang
mengangur
yang
besar
(yang
tertanam
dalam
persediaan),
meningkatnya biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang
besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko
terjadinya kekurangan persediaan (stock-out) karena sering kali barang
tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang
dibutuhkan,
yang
menyebabkan
terhentinya
proses
produksi,
tertundanya keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan.
Pengamatan yang dilakukan penulis, PT.Mutu Gading Tekstil
yang berlokasi di jalan raya, Solo-Purwodadi km 11, GondangrejoKaranganyar, selama ini belum mengunakan kebijakan pengendaliaan
persediaan secara baik. Sehingga penulis ingin membuktikan tingkat
efektivitas
pengendaliaan persediaan perusahaan mengunakan
analisis ABC, dengan meneliti masalah “PENERAPAN ANALISIS
ABC DALAM PENGENDALIAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
MASTERBATCH DSD PADA PT. MUTU GADING TEKSTIL DI
KARANGANYAR”
4
B. Rumusan Masalah
Pengendaliaan persediaan
memiliki peranan yang penting
dalam suatu perusahaan terlebih pada perusahaan industri seperti
PT.Mutu Gading Tekstil. Persediaan merupakan komponen
sangat penting yang harus tersedia agar proses
yang
produksi dapat
berjalan lancar tanpa ada kekurangan persediaan (out of stock). Dalam
pengadaan persediaan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga
persediaan
harus
Berdasarkan latar
menunjang
kelancaran
proses
produksi.
belakang yang telah dikemukakan diatas maka
penulis mengambil pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa jumlah volume penjualan dan harga bahan baku?
2. Bagaimana analisis ABC digunakan dalam pengelompokan bahan
baku?
3. Saran apa yang diperlukan untuk pengelolaan persediaan?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, batasan-batasan
yang
digunakan penulis adalah:
1. Barang yang diteliti adalah bahan baku masterbatch DSD.
2. Bahan baku yang diteliti adalah bahan baku yang paling banyak
varianya dalam produksi benang polyester.
3. Periode yang diteliti tahun 2009.
5
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan volume penjualan dan menentukan harga bahan baku.
2. Melakukan analisis ABC untuk mengetahui pengelompokan bahan
baku.
3. Memberikan masukan dalam pengelolaan persediaan.
E. Manfaat Penelitian
Pembahasan
masalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak, antara lain:
1. Bagi penulis
Mampu
menambah pengetahuaan dan wawasan bagi penulis,
karena penulis
mampu menerapkan
materi yang diperoleh di
bangku kuliah dengan dunia kerja yang sesenguhnya dalam
perusahaan.
2. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
PT. Mutu Gading Tekstil dalam membuat keputusan atau kebijakan
dalam hal pengadaan persediaan bahan baku.
3. Bagi pihak lain.
Hasil penelitian ini semoga dapat menambah bahan referensi dan
memberikan manfaat bagi semua pihak.
6
F. Kerangka Pemikiran
Langkah awal menentukan bahan baku (masterbatch) untuk
penelitian, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku periode
tahun 2009 dan menentukan harga bahan baku sebelum mengunakan
metode yang akan akan digunakan.
Kebutuhan bahan baku untuk awal produksi akan berbeda
jumlahnya, yaitu menentukan volume penjualan, prosentase dalam
nilai uang yang akan mengunakan analisis ABC, dan hasilnya dapat
digunakan untuk kebijakan pengendalian persediaan bahan baku
secara optimal. Penjelasan mengenai kerangka pemikiran dapat
digambarkan seperti gambar berikut:
7
Menentukan bahan baku
(masterbatch)
Menentukan kebutuhan bahan baku dalam 1 tahun
Menentukan harga bahan baku
Analisis ABC
Hasil analisis
Usulan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
G. Metode Penelitian.
1. Desain penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode studi
kasus
dengan
analisis
ABC
yang
merupakan
penerapan
persediaan dari prinsip pareto, yaitu mengambil suatu masalah
kemudian menganalisisnya, penelitian dilakukan pada PT. Mutu
Gading Tekstil.
8
2. Objek dan lokasi penelitian.
Penelitan dilakukan di PT.Mutu Gading Tekstil yang
merupakan salah satu
perusahaan pembuat benang polyester.
Perusahaan yang berlokasi di jalan Raya Solo-Purwodadi km 11,
Gondangrejo-Karanganyar.
3. Jenis dan Sumber Data.
a. Jenis Data
1) Data kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka, meliputi:
a) Sejarah berdirinya perusahaan
b) Struktur organisasi perusahaan
c) Gambaran umum perusahaan
d) Data jenis kebutuhan bahan baku untuk produksi benang
polyester.
2) Data kuantitatif yaitu data data yang berupa angka, meliputi:
a) Harga bahan baku.
b) Volume pengunaan bahan baku per tahun.
b. Sumber data
1) Data Primer
Data primer bersumber dari observasi dan wawancara
dengan karyawan yang langsung terlibat dalam pelaksanaan
pengendalian persediaan yaitu:
a) Proses produksi benang.
b) Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang tenaga kerja
9
c) Spesifikasi benang.
2) Data Skunder
Data sekunder bersumber dari hasil laporan maupun
catatan- catatan dokumen yang dimiliki perusahaan. Data
sekunder pada PT.Mutu Gading Tekstil, yaitu:
a) Sejarah berdirinya PT.Mutu Gading Tekstil.
b) Stuktur organisasi PT.Mutu Gading Tekstil.
c) Daftar kebutuhan bahan baku masterbach 2009.
d) Daftar harga bahan baku masterbach 2009.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Penulis mengunakan metode pengumpulan data yaitu:
a. Interview atau wawancara.
Yaitu cara pengumpulan data dengan tanya jawab langsung
kepada pihak perusahaan, yaitu staff dan karyawan perusahaan
yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
b. Metode Pembahasan Dokumentasi.
Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mencatat data yang diperoleh dari perusahaan.
c. Studi Pustaka.
Yaitu mencari informasi dengan mempelajari buku, dan artikel
lain yang membantu memecahkan masalah yang berkaitan
dengan penelitian.
10
5. Metode Pembahasan
Teknik pembahasan ini berupa:
a. Pembahasan Deskriptif.
Yaitu teknik dengan membuat deskriptif atau paparan secara
sistematis dan akurat berkaitan erat dengan persediaan bahan
baku di PT. Mutu Gading Tekstil.
b. Optimasi Keputusan.
Yaitu teknik untuk melakukan sintesa suatu keputusan optimal
dalam bidang manajemen industri.
Ishak
(2010:184)
menjelaskan
sejumlah
prosedur
untuk
mengelompokan material-material inventory kedalam kelas A, B, dan
C antara lain:
1) Tentukan pengunaan volume per periode waktu (biasanya per
tahun) dari material-material yang ingin diklasifikasikan .
2) Gandakan atau kalikan volume penggunaan per periode waktu (per
tahun) dari setiap material dengan biaya per unitnya. Guna
memperoleh nilai total pengunaan biaya per periode waktu ( per
tahun) untuk setiap material itu.
3) Jumlahkan nilai total
pengunaan biaya dari semua material
inventory itu untuk memperoleh nilai total pengunaan biaya agregat
(keseluruhan).
4) Bagi nilai total pengunaan biaya dari setiap biaya inventory itu
dengan nilai total pengunaan biaya agregat, untuk menentukan
11
prosentase nilai total pengunaan biaya dari setiap material
inventory itu.
5) Datakan material-material itu dalam rank prosentase nilai total
pengunaan biaya dengan urutan menurun dari terbesar sampai
terkecil.
6) Klasifikasikan material-material inventory itu ke dalam kelas A,B
dan C dengan Kriteria 20% dari jenis material diklafikasikan ke
dalam kelas A, 30% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam
kelas B, dan 50% jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas C.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERSEDIAAN
1. Definisi persediaan
Persediaan adalah segala sesuatu atau sumber dayasumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya
terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan digunakan atau
dijual pada masa yang akan datang (Handoko,1999:333).
Zulfikarijzan
(2005:4)
menjelaskan
bahwa,
persediaan
adalah stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi
produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis
persediaan
meliputi : bahan baku, barang dalam proses dan
barang jadi.
Ishak
(2010:152)
menerangkan
bahwa,
persediaan
(inventory) dalam konteks produksi, dapat diartikan sebagai sumber
daya mengangur (idle resources). Sumber daya mengangur ini
belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang
dimaksud dengan proses lebih lanjut disini dapat berupa kegiatan
produksi seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegiatan
konsumsi seperti pada sistem rumah tangga.
Dari pengertiaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
persediaan adalah barang-barang yang membutuhkan penanganan
13
lebih lanjut dan bernilai ekonomis. Persediaan juga harus dikelola
dengan baik.
2. Fungsi persediaan
Render dan Heizer (2005:60) menerangkan bahwa, persediaan
(inventory)
dapat
melayani
beberapa
fungsi
yang
akan
menambahkan fleksibilitas operasi perusahaan. Empat fungsi
persediaan adalah:
a. Untuk men-“decouple” atau memisahkan beragam bagian
produksi. Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan
berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan tambahan
untuk men-decouple proses produksi dari pemasok.
b. Untuk men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan, dan
menyediakan
persediaan
barang-barang
yang
akan
memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini
umumnya terjadi pada pedagang eceran.
c. Untuk
mengambil
keuntungan
diskon
kuantitas,
sebab
pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya
produksi atau pengiriman barang.
d. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.
Ishak (2010:167) menjelaskan fungsi utama persediaan,
yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan
distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan, yaitu
14
sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. Lebih
spesifik, persediaan dapat dikategorikan berdasarkan sebagai
berikut:
a. Persediaan dalam lot size
Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk
penyediaan (replishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang
besar
atau
dengan
kecepatan
sedikit
lebih
cepat
dari
permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan
ekonomis antara lain biaya setup, biaya persiapan produksi atau
pembeliaan dari biaya transport.
b. Persediaan cadangan
Pengendaliaan persediaan timbul berkenaan dengan ketidak
pastiaan. Peramalan permintaan konsumen biasanya disertai
kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time)
mungkin lebih dalam dari yang diperediksi, jumlah produksi
yang ditolak (reject) hanya bisa diprediksi dalam proses.
Persediaan cadangan
mengamankan kegagalan mencapai
permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur
tepat pada waktunya.
c. Persediaan antisipasi
Persediaan
untuk
mengantisipasi
terjadinya
penurunan
persediaan (supply) dan kenaikan permintaan (demand ) atau
kenikan harga. Stock menjaga kontinuitas pengiriman produk ke
15
konsumen, suatu perusahaan dapat memelihara persediaan
dalam rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya
pemogokan tenaga kerja.
d. Persediaan pipeline
Sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan
tempat (stock point) dengan aliran di antara tempat persediaan
tersebut. Pengendaliaan persediaan terdiri dari pengendaliaan
aliran. Persediaan dan jumlah persediaan akan terakumulasi
ditempat persediaan, jika aliran melibatkan perubahan fisik
produk, seperti
komponen
perlakuaan panas atau perakitan beberapa
persediaan
dalam
aliran
tersebut
persediaan
setengan jadi (work in proses). Jika suatu produk tidak dapat
berubah secara fisik tetapi dipindahkan dari suatu tempat
penyimpanan ke tempat penyimpanan lain, persediaan tersebut
ialah
persediaan
transportasi.
Jumlah
dari
persediaan-.
persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi disebut
persediaan pipeline. Persediaan pipeline merupakan total
investasi perubahan dan harus dikendalikan.
e. Persediaan lebih
Persediaan lebih ialah persediaan yang tidak dapat digunakan
karena kelebihan atau kerusakan fiisik terjadi.
Yamit (1998:216) menjelaskan fungsi persediaan timbul karena:
16
1) Adanya unsur ketidak pastian permintaan (permintaan yang
mendadak).
2) Adanya unsur ketidak pastiaan pasokan dari supplier.
3) Adanya unsur ketidak pastian tenggang waktu pemesanan.
3. Jenis Persediaan
Render dan Heizer (2005:61) menjelaskan fungsi persediaan
perusahaan memiliki empat jenis persediaan, yaitu:
a. Persediaan bahan baku (raw material inventory) dibeli tetapi
tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk mendeuple (memisahkan) para pemasok dari proses produksi.
Bagaimana pun, pendekatan yang lebih baik disukai adalah
menghapus keragaman mutu, kuantitas atau waktu pengiriman
pemasok pemisahan tidak lagi diperlukan.
b. Persedian barang setengah jadi (work-in-proces WIP inventory)
adalah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami
beberapa perubahan tetapi belum selesai. Adanya WIP
disebakan oleh waktu-waktu yang dibutuhkan untuk mebuat
suatu produk (cyle time). Mengurangi siklus waktu berarti
mengurangi persediaan, sering kali tugas ini mudah. Proses
sebagiaan besar waktu yang digunakan sebuah produk ketika
sedang dibuat, sebenarnya produk tersebut tidak mengalami
proses apapun.
17
c. MRO adalah persediaan yang diperuntukan bagi pasokan
(maintenanance / repair / operating) yang diperlukan untuk
menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif.
MRO tetap ada karena kebutuhan waktu pemeliharaan dan
perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui. Kenyataan
permintaan persediaan MRO sering merupakan sebuah fungsi
jadwal
pemeliharaan,
permintaan
MRO
lain
yang
tidak
dijadwalkan harus diantisipasi.
d. Persediaan barang jadi (finished goods inventory) adalah
produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang
jadi bisa saja disimpan karena permintaan pelanggan di masa
masa depan tidak diketahui.
Ristono (2009:7) menjelaskan jenis persediaan berdasarkan
proses manufaktur. Persediaan di bagi dalam tiga kategori dalam
proses manufaktur, yakni:
a. Persediaan bahan baku dan penolong.
b. Persediaan bahan setengah jadi.
c. Persediaan bahan jadi.
4. Tujuan persediaan
Ishak (2010:169) menerangkan bahwa, divisi yang berbeda
dalam industri manufaktur akan memiliki tujuan pengendaliaan
yang berbeda. Tujuan pengendaliaan persediaan adalah:
18
a. Pemasaran
ingin
melayani
konsumen
secepat
mungkin
sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.
b. Produksi
ingin
mengimplikasikan
beroperasi
order
secara
produksi
efisien.
yang
tinggi
Proses
akan
menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set
mesin), disamping itu juga produk menginginkan persediaan
bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup,
sehingga proses produksi tidak tergangu karena kekurangan
bahan .
c. Pembelian
(purchasing)
dalam
rangka
efisiensi
,juga
menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah
sedikit, dari pada pesanan yang kecil dalam jumlah yang
banyak. Pembeliaan juga ingin ada persediaan sebagai
pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.
d. Keuangan (finance) menginginkan minimasi semua bentuk
investasi persediaan, karena biaya investasi dan efek negatif
yang terjadi pada perhitungan pengembalian asset (return of
asset) perusahaan.
e. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan
adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan
tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.
19
f. Rekayasa (engineering) menginginkan persediaan minimal
untuk mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa pada
suatu produk.
Yamit (1998:216) menjelaskan tujuan persediaan sebagai berikut:
a. Memberikan layanan yang terbaik pada pelanggan.
b. Memperlancar proses produksi.
c. Mengantisipasi
kemungkinan
terjadinya
kekurangan
persediaan (stok out).
d. Menghadapi fluktuasi harga.
Pencapaian tujuan tersebut menimbulkan konsekuensi bagi
perusahaan, yaitu harus menangung biaya maupun resiko
yang berkaitan dengan keputusan persediaan. Oleh karena itu,
sasaran
akhir
menghasilkan
dari
manajemen
keputusan
tingkat
persediaan
adalah
persedian,
yang
menyeimbangkan tujuan diadakanya persediaan adalah untuk
menimbulkan total biaya dalam perubahaan tingkat biaya.
B. PENGENDALIAAN PERSEDIAAN
1. Pengendaliaan persediaan
Pengendaliaan persediaan merupakan tindakan yang sangat
penting. Pengendaliaan menghitung beberapa jumlah optimal
tingkat persediaan yang diharuskan, serta kapan saatnya mulai
mengadakan pemesanan kembali (Rangkuti, 2002:19).
20
Baroto (2006:52) menjelaskan pengendaliaan persediaan
merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bila persediaan
dilebihkan, biaya penyimpanan dan modal yang diperlukan akan
bertambah. Bila perusahaan menanam terlalu banyak modalnya
dalam
persediaan,
menyebabkan
biaya
penyimpanan
yang
berlebihan. Kelebihan persediaan juga membuat modal menjadi
mandek, semestinya modal tersebut dapat di investasikan pada
sektor lain
yang lebih menguntungkan (opportunity cost).
Sebaliknya jika persediaan dikurangi, suatu ketika bisa mengalami
stock out (kehabisan barang). Bila perusahaan
tidak memiliki
persediaan yang mencukupi, biaya pengadaan darurat akan lebih
mahal. Efek lain ialah, kemungkinan kosongnya barang di pasaran
dapat membuat konsumen kecewa dan lari ke merk lain.
2. Tujuan pengendaliaan persediaan
Pengendaliaan persediaan bertujuan untuk menentukan, dan
menjamin tersedianya persediaan. Ketepatan dalam kualitas, dan
waktu yang tepat adalah prioritas (Herjanto,1999:220).
Ristono (2009:4) menjelaskan Tujuan Pengendalian persediaan
yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat
(memuaskan konsumen).
21
b. Menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan
tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan
terhentinya proses produksi, hal ini dikarenakan alasan :
1) Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi
langka sehingga sulit diperoleh.
2) Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang
dipesan.
c. Mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan
dan laba perusahaan .
d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari,
karena mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.
e. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besarbesaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.
C. KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN PERSEDIAAN
Sasaran akhir dari manajemen persediaan ialah meminimumkan
biaya dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk mempertahankan
tingkat persediaan yang optimum, diperlukan jawaban atas dua
pertanyaan mendasar sebagai berikut :
1) Kapan melakukan pemesanan ?
2) Berapa jumlah yang harus dipesan dan kapan melakukan
pemesanan kembali?
Untuk
menjawab
pertanyaan
tersebut,
menurut
Atmadji
(1999:33) “kapan” dan “berapa banyak” adalah dua keputusan utama
22
yang seharusnya manajer operasi lakukan. Suatu keputusan harus
dibuat seperti kapan seharusnya memesan kembali persediaan, atau
disebut atau titik pemesanan kembali ditentukan baik dalam istilah
tingkat persediaan atau dalam istilah kalender waktu. Kapan suatu
pesanan segera dilakukan, suatu keputusan harus juga dibuat sebagai
ukuran pesanan tersebut. Dua keputusan itu harus dibuat saat
menangani maksud perusahaan.
Yamit
(1998:219)
menjelaskan
biaya
dalam
keputusan
persediaan terdapat lima kategori. Biaya-biaya yang mempengaruhi
dalam manajemen persediaan, sebagai berikut :
a. Biaya pemesanan ( ordering cost)
adalah biaya yang berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan
bahan baku atau barang dari luar.
b. Biaya penyimpanan (cariying cost atau holding cost)
Adalah biaya yang memiliki komponen utama yaitu biaya modal,
biaya simpan, dan biaya resiko.
c. Biaya kekurangan persediaan ( stock-out cost)
Adalah biaya yang terjadi apabila persediaan tidak tersedia di
gudang ketika dibutuhkan untuk produksi atau ketika langanan
memintamya.
d. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas
Adalah biaya yang terjadi karena perubahaan dalam kapasitas
produksi.
23
e. Biaya bahan atau barang itu sendiri
Adalah harga yang harus di bayar pada item yang dibeli. biaya ini
akan dipengaruhi oleh besarnya diskon yang diberikan oleh
supplier.
D. BAHAN BAKU
1. Pengertian bahan baku
Prasetyawan dan Nasution (2008:113) menjelaskan bahwa,
bahan baku adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok
(supplier). Bahan-baku digunakan atau diolah menjadi produk jadi
yang akan dihasilkan oleh perusahaan.
Ristono (2009:5) menerangkan bahwa, ada dua macam
bahan-baku yang berpengaruh pada proses produksi. Kelompok
bahan baku tersebut, yaitu:
a) Bahan baku langsung (direct materal), yaitu bahan yang
membentuk dan merupakan bagian dari barang jadi yang biaya
dengan mudah bisa ditelusuri dari biaya barang jadi tersebut.
Jumlah bahan baku langsung bersifat variabel, artinya sangat
tergantung atau dipengaruhi oleh besar kecilnya volume
produksi atau perubahan out put.
b) Bahan baku tak langsung (indirect material), yaitu bahan baku
yang dipakai dalam proses produksi, tetapi sulit menelusuri
biayanya pada setiap barang jadi, contoh: Masterbach adalah
bahan baku yang digunakan dalam industri benang polyester.
24
2. Arti penting bahan baku
Prasetyawan
dan
Nasution
(2008:118)
menerangkan
pengembangan masalah dalam persediaan bahan baku adalah
persediaan bahan baku berupa komponen tertentu yang diproduksi
secara masal, dan dipakai sendiri sebagai sub komponen tertentu
produk jadi oleh suatu perusahaan. Dalam hal ini, komponen harus
dibuat lebih dahulu dengan kecepatan produksi yang tepat,
kemudiaan digunakan kedalam proses lebih lanjut.
3. Faktor-faktor yang mepengaruhi persediaan bahan baku
Ristono (2009:6) menjelaskan besar kecilnya persediaan
bahan baku dipengaruhi banyak faktor. Tiga faktor yang secara
garis besar, dan sering dijumpai adalah:
a. Volume atau Jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan
untuk menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi
semakin banyak jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka
akan semakin besar tingkat persediaan bahan baku. Volume
produksi yang direncanakan ditentukan oleh penjualan, semakin
tinggi volume produksi yang direncanakan berarti mem
butuhkan bahan baku yang lebih banyak yang berakibat pada
tingginya tingkat persediaan bahan baku.
b. Kontinuitas produksi tidak terhenti diperlukan tingkat persediaan
bahan baku yang tinggi, dan sebaliknya.
25
c. Sifat bahan baku atau penolong, apakah cepat rusak (durable
good) atau tahan lama (undurable good). Barang yang
diperlukan tergolong
tidak tahan disimpan lama, tidak perlu
disimpan dalam jumlah yang banyak.
4. Model Analisis ABC
Yamit (2003:246) menjelaskan bahwa, sistem
klasifikasi
ABC merupakan suatu prosedur sederhana yang didasarkan pada
nilai rupiah pembelian. Klasifikasi sistem ABC merupakan petunjuk
bagi manajemen dalam
memberikan prioritas pengawasan
persediaan. Item kelompok A harus dilakukan pengawasan secara
lebih ketat dibandingkan dengan item kelompok B maupun C.
Render dan Heizer (2005:62) menjelaskan analisis ABC
(ABC analysis) membagi persediaan yang dimiliki kedalam tiga
golongan berdasarkan pada volume nilai uang tahunan. Analisis
ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip Pareto . Prinsip
Pareto menyatakan bahwa terdapat “sedikit hal yang penting dan
banyak hal yang sepele” tujuanya adalah membuat kebijakan
persediaan yang memusatkan sumber daya pada komponen
persediaan penting yang sedikit, dan bukan banyak tetapi sepele.
Tidak realistis untuk memonitor persediaan yang murah dengan
intensitas yang sama dengan persediaan yang sangat mahal.
Untuk menentukan volume nilai uang tahunan analisis ABC,
permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dihitung, dan
26
dikalikan dengan harga per unit . Barang kelas A adalah barang –
barang dengan volume nilai uang tahunan tinggi, walaupun barang
seperti kelas A mungkin hanya mewakili sekitar 15% dari total
persediaan barang, mereka mereprentasikan 70-80% dari total
pemakaian nilai uang. Kelas B adalah untuk barang-barang
persediaan yang memiliki volume nilai uang tahunan menengah,
barang ini mempresentasikan sekitar 30% barang persediaan dan
15% hingga 25% dari total nilai uang. Barang-barang yang mewakili
volume tahunan rendah adalah kelas C, yang mungkin hanya
mempresentasikan 5% dari volume nilai uang
tahunan, tetapi
sekitar 55% dari total barang persediaan.
Kebijakan yang mungkin didasarkan pada analisis ABC
meliputi hal berikut:
a. Pembeliaan
sumber
daya
yang
dibelanjakan
pada
pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A
dibandingkan barang C.
b. Barang A, tidak seperti barang B dan C, perlu memiliki control
persediaan fisik yang lebih ketat, mungkin mereka dapat
diletakkan pada tempat yang lebih aman, dan mungkin akurasi
catatan persediaan untuk barang A harus lebih sering
diverifikasi.
c. Prediksi
barang
A
perlu
lebih
dijamin
keabsahanya
dibandingkan dengan prediksi barang B dan C.
27
Metode investasi ABC, adalah metode pengolahan inventory
dengan cara mengelompokan inventory berdasarkan nilai penggunaan.
Prasetyawan dan Nasution (2008:237) menjelaskan bahwa, teori Pareto
mengklasifikasikan barang-barang untuk
analisis persediaan ABC,
mengunakan kriteria-kriteria umum sebagai berikut:
Kelas A
: Barang-barang dengan jumlah unit 10-20% tetapi nilai
investasinya 30%-70% dari total investasi tahunan persediaan.
Kelas B
: Barang-barang dengan jumlah unit 20%-30% dengan nilai
investasi 20%-30% dari total investasi tahunan persediaan.
Kelas C : Barang-barang dengan jumlah unit 30-70% dengan nilai
investasi 10%-20% dari total investasi tahunan persediaan.
28
BAB III
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PERUSAHAAN.
PT. Mutu Gading Tekstil adalah perusahaan tekstil yang
membuat benang sintesis. Pembangunan pada pertengahan tahun
1996, dan berdiri secara resmi pada tanggal 6 januari 1997
berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman RI dengan Undangundang
No 7 tahun 1995, yaitu Undang-undang yang mengatur
tentang perseroaan terbatas (PT), dan diresmikan pada tanggal 8
november 1998 oleh menteri negara investasi
kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal, bapak Hamzah Haz. Pada awal tahun
1997 PT. Mutu Gading Tekstil sudah melakukan proses produksi dan
ekspor perdananya.
Ketika bangsa Indonesia mengalami krisis moneter, dengan
segala semangat, optimism, dan kerja keras dari pemilik perusahaan,
yaitu bapak Marimutu Ganesan, bersama seluruh staff dan karyawan
PT. Mutu Gading Tekstil, akhirnya perusahaan dapat melalui masamasa berat tersebut dan tetap eksis sampai saat ini. Walaupun banyak
perusahaan yang mengalami kebangkrutan akibat tingkat inflasi yang
tinggi.
PT. Mutu Gading Tekstil dibangun diatas
dengan
bahan
baku
olahan
serat
sintetis
tanah
yaitu
chips
30 Ha
yang
29
menghasilkan produk Benang Polyester, sesuai dengan standart
internasional, dengan kapasitas hasil produksi rata-rata 90 ton/hari
pada tanggal 18 januari 2002 perusahaan ini resmi
mendapatkan
sertifikat ISO 9001-2000 atas prestasi yang diraih dalam kurun waktu 6
tahun. Sertifikat tersebut dapat memicu semangat PT. Mutu Gading
Tekstil untuk terus menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan
standarisasi dan permintaan pasar secara internasional.
Hasil produksi
PT. Mutu Gading Tekstil
dipasarkan baik
dalam negeri (40%), maupun ke luar negeri (60%) yang meliputi
kurang lebih di 25 negara yang tersebar di 5 benua yaitu Asia, Afrika,
Amerika, Australia maupun Eropa. Dengan kemampuan yang dicapai
selama ini diharapkan dimasa mendatang PT. Mutu Gading Tekstil
dapat berkembang pesat, dan tidak hanya memproduksi benang tetapi
juga dapat memproduksi kain atau pakaian jadi.
B. Lokasi Perusahaan
PT. Mutu Gading Tekstil berada di jalan Raya Solo-Purwodadi
Km 11, Kecamatan Godangrejo, Kabupaten Karanganyar, dengan luas
area 30 hektar dengan surat ijin lokasi No. 400/035/1 lok/96 (30 hektar)
BPN Karanganyar. Melihat lokasinya yang terletak dipingir jalan raya
yang merupakan jalur bus dan truk maka akan sangat menguntungkan
bagi perusahaan, karena dengan letak pabrik dipingir jalan raya .
artinya dapat menunjang akses dalam bidang pengangkutan, dan tentu
30
ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi
perusahaan benang polyester di Karanganyar, adalah sebagai berikut :
1. Harga tanah
Karena letak pabrik dipinggir kota, maka harga tanah pada
waktu itu masih cukup tergolong murah dibandingkan dengan
harga tanah didalam kota. Pabrik memerlukan tanah yang luas,
maka akan menghemat biaya bila perusahaan dibangun dipinggir
kota.
2. Tenaga kerja
Banyaknya tenaga kerja di daerah sekitar, tentunya menjadi
pertimbangan utama perusahaan. kesesuaian upah minimum
regional karanganyar juga turut mendukung berdirinya perusahaan.
3. Fasilitas air dan listrik
Tersedianya akses air bersih di sekitar lokasi pabrik menjadi
salah satu faktor pertimbangan berdirinya PT. Mutu Gading Tekstil.
Akses listrik menjadi prioritas, karena untuk proses produksi
benang polyester di PT. Mutu Gading Tekstil masih tergantung
pada energi listrik, untuk mengerakan mesin-mesin produksi.
4. Lingkungan
Pabrik terletak di jalan Raya Solo-Purwodadi Km 11,
Karanganyar. Lingkungan di sekitar pabrik yang mayoritas berupa
sawah, memungkinkan untuk perluasan pabrik .
31
C. Visi, dan Misi Perusahaan
1. Visi
PT. Mutu Gading Tekstil akan menjadi sebuah organisasi
kelas dunia yang berkembang, dan terus belajar serta dilengkapi
dengan konsep konsep
manajemen terkini. PT Mutu
Gading
Tekstil akan membidik dengan akurasi tinggi dalam
semua
kegiatanya seraya tetap mengedepankan keselamatan, lingkungan
dan peraturan pemerintah. PT
Mutu Gading Tekstil akan tetap
teratas dalam persaingan, dan dalam menuju proyek-proyek baru
yang inovatif, menguntungkan visi.
2. Misi
PT Mutu Gading Tekstil memproduksi, dan mengirimkan
tepat waktu benang polyester filament
yang bervariasi, inovatif,
kualitas yang konsinten untuk membuat kagum pelanggan industri
pembuat kain, baik lokal maupun asing. Kegiatan prosesnya, akan
diterapkan teknologi terbaru dengan sinergi para pekerjanya
dibarengi dengan perangkat manajemen terbaik, dan disertai
kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku sehingga
meningkatkan nilai sahamnya.
D. Rancangan Organisasi
Perusahaan benang polyester PT. Mutu Gading Tekstil,
merupakan perusahaan
yang menerapkan sistem organisasi garis
atau lini dalam hubungan wewenang, yaitu atasan mendelegasikan
32
wewenang kepada bawahanya dimulai dari vice president sampai
karyawan paling bawah. PT. Mutu Gading Tekstil juga menerapkan
GKM (gugus kendali mutu), yaitu program pengendaliaan mutu secara
keseluruhan organisasi sehingga karyawan paling bawah juga dapat
meberikan feedback atau umpan balik berupa saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kemajuan perusahaan.
E. Struktur Organisasi
Setiap
organisasi
membutuhkan
individu-individu
untuk
melaksanakan kegiatan operasionalnya. Individu-individu tersebut
perlu dikoordinasikan agar membentuk satu-kesatuan yang secara
bersama-sama mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Guna
memudahkan pengkoordinasian maka suatu organisasi perlu membuat
struktur organisasi yang harus sesuai dengan kondisi dan situasi
dalam organisasi tersebut.
Struktur organisasi merupakan gambaran secara sistematis
tentang tugas, dan tanggung jawab serta hubungan antara bagianbagian dalam perusahaan. Dalam struktur organisasi dapat diketahui
wewenang dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh masingmasing personil yang memangku jabatan dalam struktur organisasi,
sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing- masing.
33
Jika satu bagian dalam struktur organisasi tidak berfungsi dengan baik,
maka akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kemampuan dari
tiap-tiap bagian dalam organisasi untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah kunci sukses kestabilan perusahaan.
34
Berikut ini adalah gambar struktur organisasi dari perusahaan PT. Mutu Gading Tekstil:
PRESIDENT
DIRECTOR
GENERAL
MANAGER
MARKETING
FINANCE
HUMAN
RESOURSE
MANAGEMENT
/HRM
TOTAL
PRODUCTIVE
MAINTENANCE &
ENGINEERING/
TPM-E
TOTAL QUALITY
MANAGEMENT &
CONTOL/TQM-C
MATERIAL
CONTROL
SPINNING
TEXTURIZING
Gambar III.1
Struktur Organisasi
35
Dari
struktur
organisasi
tersebut,
dapat
dijelaskan
mengenai tugas dan wewenang dari masing-masing bagian secara
garis besar. Struktur organisasi PT. Mutu Gading Tekstil, dijelaskan
sebagai berikut:
1. Presiden Director
a) Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan produksi,
dan manajemen perusahaan.
b) Memberi
pandangan,
dan
nasehat
kepada
pimimpinan
perusahaan.
c) Menentukan kebijaksanaan perusahaan, baik yang bersifat
umum, maupun yang bersifat khusus.
2. General manager
a) Memimpin dan mengkoordinasikan semua manager.
b) Bertangung jawab kepada direktur, atas seluruh kegiatan
operasional perusahaan.
c) Membentuk
dan
mecari
konsep,
strategi
dalam
rangka
pengembangan perusahaan.
d) Mengadakan rapat-rapat evaluasi setiap penyelesaiaan proyek.
3. Finance
a) Mengatur semua hal perencanaan, dan perencairan anggaran
perusahaan setiap periode.
b) Melakukan koordinasi pada setiap bagian, mengenai keluarmasuk keuangan.
36
c) Memberikan laporan kepada GM, mengenai keadaan keuangan
setiap periode.
4. Accounting
a) Mencari data kuantitatif besaran keluaran, dan masukan
keuangan.
b) Mencari titik balance keuangan per periode.
c) Memberikan laporan kepada manager finance mengenai hasil
accounting keuangan tiap periode.
5. Costing
a) Mengatur semua pengeluaran yang menyangkut pembiayan
perusahaan.
b) Melakukan koordinasi antar department, mengenai pembiayaan
perusahaan.
c) Memberikan laporan kepada maneger finance, mengenai hasil
costing keuangan tiap periode.
6. Commercial
a) Mendata segala hal yang memiliki nilai komersial di dalam
perusahaan.
b) Melakukan
koordinasi
dengan
departemen
marketing
menyangkut hasil hasil penjualan produk.
c) Memberikan laporan kepada maneger finance, mengenai hasil
Commercial keuangan tiap periode.
37
7. Taxation
a) Mengatur segala hal tentang perpajakan di dalam perusahaan.
b) Memberikan laporan kepada maneger finance, mengenai hasil
Taxation tiap periode.
8. Information Technology
a) Merawat sistem jaringan komputer internal perusahaan.
b) Merawat dan mengatur segala jenis publikasi perusahaan,
melalui jaringan internet.
c) Memberikan laporan kepada maneger finance, mengenai hasil
information technology tiap periode.
9. Human resourse management
a) Koordinator staff HRD.
b) Mediator komunikasi antar karyawan, dan perusahaan.
c) Fasilitator proses penyaringan karyawan baru.
d) Menerbitkan surat pengankatan, pemberhentiaan, mutasi dan
peringatan kepada karyawan.
e) Bertangung jawab kepada GM atas seluruh permasalahan
kekaryawanan, dan rumah tangga perusahaan.
f) Menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar.
10. Recruitment & Training
a) Mengatur dan Merencanakan segala hal yang menyangkut
penerimaan calon tenaga kerja baru, sesuai kebutuhan
perusahaan.
38
b) Mendukung
kegiatan
perusahaan
melalui
pelatihan,
dan
pengembangan sumber daya manusia.
c) Memberikan laporan
kepada maneger HRM mengenai hasil
Recruitment & Training tiap periode.
11. Administration.
a) Melaksanakan seluruh administrasi, bagi seluruh karyawan
perusahaan.
b) Mengatur Kompensasi, promosi, dan demosi bagi karyawaan.
c) Memberikan laporan
kepada maneger HRM mengenai hasil
kegiatan administrasi tiap periode.
12. Public Relation
a) Menjalin hubungan dengan masyarakat luas terutama penduduk
sekitar perusahaan.
b) Sebagai mediator jika terjadi masalah-masalah menyangkut
eksternal perusahaan.
c) Memberikan laporan kepada manajer, mengenai kondisi terkini
hubungan perusahaan dengan masyarakat umum.
13. Safety
a) Melakukan
segala
tindakan
mengenai
kesehatan,
dan
keselamatan kerja.
b) Memberikan laporan tentang kondisi-kondisi kesehatan kerja,
dan tindakan-tindakan preventif apabila teridentifikasi adanya
potensi bahaya dilingkungan di lingkungan kerja.
39
14. Security
a) Menjaga keamanan di lingkungan perusahaan.
b) Melaporkan jika terjadi penyimpang-penyimpangan tenaga
kerja kepada Departemen HRM.
c) Meberikan laporan
kepada maneger HRM mengenai hasil
Kemanan lingkungan perusahaan tiap periode
15. Total Productive Maintenance and Engineering
a) Melakukan
Electrical,
segala
perawatan
Elektronic,
Utilities,
dan
perbaikan
dan
Civil
di
Mengenai
lingkungan
perusahaan.
b) Memberikan laporan mengenai kondisi dan rencana perawatan
dan perbaikan dalam departemen TPM-E kepada General
Manager.
16. Eletrical
a) Melakukan
perawatan
dan
perbaikan
yang menyangkut
kelistrikan.
b) Menjaga agar akses listrik berjalan secara optimal untuk proses
produksi
c) Meberikan laporan
kepada maneger TPM-E mengenai
electrical di lingkungan perusahaan tiap periode.
17. Electronics
a) Melakukan
perawatan
dan
perbaikan
yang
menyangkut
perangkat-perangkat electronics.
40
b) Mendukung aktifitas perusahaan dengan memberikan fasilitas
eletronis secara optimal.
c) Memberikan laporan
kepada maneger TPM-E mengenai
electronis di lingkungan perusahaan tiap periode.
18. Utilities
a) Menjaga dan menyiapkan akses air bersih sesuai kebutuhan
perusahaan.
b) Mengolah limbah air menjadi air bersih.
c) Memberikan laporan kepada Manajer TPM-E mengenai utilities
di lingkungan perusahaan tiap periode.
19. Civil
a) Melakukan
perawatan
dan
perbaikan
yang
menyangkut
bangunan, jalan, taman di dalam perusahaan.
b) Mendukung pengembangan proyek-proyek perusahaan yang
berhubungan dengan civil.
c) Memberikan laporan kepada Manajer TPM-E mengenai civil di
lingkungan perusahaan tiap periode.
20. Total Quality Management & Control
a) Bertanggung jawab untuk berkoordinasi dengan marketing
sehubungan dengan production plan dan product development
b) Melakukan review dan menyetujui semua aktivitas QC.
c) Bertanggung
jawab
untuk
semua
aktivitas
teknik
yang
berhubungan dengan peningkatan kualitas produk
41
d) Bertanggung jawab untuk semua aktivitas pengujian, dan
analisa yang berhubungan dengan produk.
21. Process Control
a) Merencanakan dan mengorganisir segala aktivitas proses
control sesuai dengan kebutuhan, dan melakukan koordinasi
dengan departemen lain, yang berhubungan dengan aktivitas
proses control.
b) Memantau setiap hari terhadap hasil produksi meliputi produk
dan kualitasnya, sehingga dapat segera melakukan tindakan
perbaikan bila ditemui adanya penyimpangan.
c) Melaporkan perkembangan proses, dan problem yang dihadapi
kepada atasan.
22. Lab Tekstile
a) Merencanakan dan mengorganisir test atau pengujiaan sesuai
dengan quality plan.
b) Memastikan bahwa test dilakukan sesuai dengan prosedur
kerja yang telah ada, dan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
c) Melakukan komunikasi dengan departemen lain sehubungan
dengan abnormalisasi.
d) Memberikan inforamasi tentang progress kerja, dan masalah
yang timbul secara kontinyu kepada atasan.
42
23. Customer Tehnical Services
a) Memberikan informasi tentang pabrik, dan QA yang dilakukan
sehubungan dengan adanya pengaduan atau komplain dari
konsumen. Melakukan analisa terhadap penyebab komplain
dengan menggunakan semua informasi dan data yang ada,
dan lebih banyak memberikan dukungan secara teknik
terhadap konsumen.
b) Melakukan kunjungan ke pelanggan bila diperlukan, tergantung
pada jenis komplain atau pengaduan dan setelah koordinasi
dengan
marketing
dengan
membawa
jawaban
untuk
penyelesaian terhadap masalah atau komplain yang diajukan.
Dan
berdasarkan
hasil
kunjungan
Tehnical
Services,
mengambil tindakan selanjutnya setelah disetujui atasan.
24. Production Planning and control
a) Merencanakan produksi berdasarkan keberadaan mesin, stock
dan kebutuhan marketing.
b) Melakukan monitor setiap hari terhadap hasil produksi, kualitas
produk, dan kebijaksanaan yang telah diambil terhadap produk,
sehingga dapat segera memberikan informasi kepada merketing
jika terdapat penyimpangan, untuk segera dapat diambil
tindakan selanjutnya
c) Membuat
laporan
harian,
dan
bulanan
sesuai
dengan
kebutuhan.
43
25. MIS
a) Mengorganisasikan korespondensi untuk departemen.
b) Bertanggung jawab terhadap laporan harian, dan bulanan.
c) Membuat summary laporan analisa sesuai kebutuhan.
26. Lab Chemical
a) Merencanakan, dan mengorganisir test atau pengujiaan sesuai
dengan quality plan.
b) Memastikan bahwa test dilakukan sesuai dengan prosedur
kerja yang telah ada, dan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
c) Melakukan komunikasi dengan departemen lain, sehubungan
dengan abnormalisasi.
d) Memberikan informasi tentang progress kerja, dan masalah
yang timbul secara kontinyu kepada atasan.
27. Material Control
a) Mengatur semua hal tentang alur bahan baku, maupun bahan
jadi dalam perusahaan.
b) Melakukan koordinasi di setiap bagian tentang keluar-masuk
material.
c) Memberikan laporan kepada GM mengenai keadaan atau
kondisi material setiap periode.
44
28. Purchase
a) Merencanakan dan merealisasikan pengadaan bahan baku
yang dibutuhkan dalam perusahaan.
b) Melakukan negoisasi mengenai bahan baku, dan mencari
kualitas bahan baku sesuai permintaan perusahaan ke pada
supplier.
c) Memberikan laporan kepada manager MC mengenai data-data
purchase setiap periode .
29. Store
a) Menjaga persediaan bahan baku dalam gudang agar tidak
hilang atau rusak.
b) Turut serta memperlancar penempatan dan pengambilan dan
pengembaliaan bahan baku .
c) Memberikan
laporan
kepada
manager
material
control
mengenai pendataan inventaris bahan baku dalam gudang.
30. Despatch.
a) Menjaga produk jadi dalam gudang agar tidak hilang atau rusak.
b) Mempersiapkan
produk
jadi
dengan
baik
agar
dapat
memperlancar proses pengangkutan menuju konsumen.
c) Memberikan
laporan
kepada
manager
material
control
mengenai data produk jadi, dan data pengiriman barang.
45
31. Spinning
a) Mengatur dan merencanakan segala hal yang meyangkut
proses produksi poy.
b) Memastikan proses persiapan pra produksi sesuai target
perusahaan.
c) Mengelola waste produksi, terutama yang benilai jual.
d) Mengawasi jalanya proses produksi agar sesuai dengan target
perusahaan.
32. Papertube Preparation
a) Mempersiapkan papertube sebelum digunakan proses di dalam
proses winder.
b) Mendata semua papertube dari supplier.
c) Memberikan laporan kepada manager spinning mengenai data
papertube.
33. Proses production
a) Memperlancar jalanya proses produksi dari chips sampai take
up poy.
b) Melakukan tindakan preventif sebelum terjadi problem proses
produksi.
c) Melakukan koordinasi antar lini dalam proses spinning.
34. Work Shop Poy
a) Merawat dan memperbaiki mesin-mesin yang digunakan dalam
proses spinning.
46
b) Mendukung kelancaran proses produksi dengan berusaha
mencapai peforma secara optimal, terhadap mesin produksi.
c) Memberikan laporan kepada manajer spinning
mengenai
kondisi mesin-mesin produksi .
35. Burn Out
a) Menjaga cetakan burn out sesuai kebutuhan produksi dengan
meberikan perawatan.
b) Mendata burn out yang rusak untuk segera diadakan order baru.
c) Memastikan kondisi oli berjalan baik berjalan baik, sebelum
proses produksi.
d) Memberikan laporan kepada manajer spinning
mengenai
kondisi burn out setiap periode yang ditentukan.
36. Pop Corn atau Waste
a) Melakukan pengumpulan pop corn, atau limbah produksi untuk
dijual kembali.
b) Memberikan laporan kepada manajer spinning mengenai pop
corn
37. Take up poy
a) Melakukan
pembersihan benang poy mengunakan splacing
gun agar benang poy rapi, dan bersih.
b) Memberikan kode ke semua item produk.
c) Menimbang berat poy sebelum diserahkan ke departemen
TQM.
47
d) Memberikan laporan kepada manajer spinning mengenai hasil
data take up poy.
38. Texturizing
a) Mengatur dan merencanakan segala hal yang menyangkut
proses produksi DTY.
b) Mengawasi jalanya proses produksi agar sesuai dengan target
perusahaan.
c) Memberikan laporan kepada GM mengenai
jalanya proses
produksi di departemen Texturizing.
39. Operation
a) Memperlancar jalanya proses produksi dari chips sampai take
up poy.
b) Melakukan tindakan preventif sebelum terjadi problem proses
produksi.
c) Melakukan koordinasi antar lini dalam proses spinning.
40. Work shop DTY
a) Merawat dan memperbaiki mesin-mesin yang digunakan dalam
proses Texturizing .
b) Mendukung kelancaran proses produksi dengan berusaha
peforma secara optimal terhadap mesin produksi.
c) Memberikan laporan kepada manajer Texturizing mengenai
kondisi mesin-mesin produksi.
48
41. Packing DTY
a) Melakukan barcode pada produk DTY.
b) Melakukan proses packing sebelum di tempatkan ke Despact.
c) Memberikan laporan kepada manajer Texturizing mengenai
kondisi Packing produk akhir.
42. Marketing
a) koordinator staf pemasaran dan tenaga pemasaran.
b) Bertangung jawab kepada General manager atas seluruh
kegiatan pemasaran.
c) Mencari gagasan dan inovasi untuk meningkatkan pendapatan
perusahaan.
d) Mengontrol,mengawasi,dan menyetujui perkiraan harga jual
setiap job order.
43. Exsport
a) Mengatur semua hal tentang kepentingan exsport perusahaan.
b) Merealisasikan target-target penjualan perusahaan.
44. Local
a) Mengatur semua hal tentang kepentingan pemasaran produk
untuk dalam negeri.
b) Merealisasikan target-target penjualan perusahaan.
49
F. Aspek Tenaga Kerja
1. Tenaga kerja
Tenaga kerja di PT. Mutu Gading Tekstil telah memenuhi
ketentuan-ketentuan ketenagakerjaan yang diatur departemen
Tenaga Kerja RI, antara lain mengenai jam kerja, sistem
kompensasi jaminan sosial, dan lain-lain. Pengembangan sumber
daya manusia secara menyeluruh dilakukan perusahaan guna
mengoptimalkan
kinerja
sumber
daya
yang
ada
dengan
memberikan kesempatan kepada seluruh karyawan untuk latihan
dan pendidikan guna meningkatkan kemampuan.
Jumlah tenaga kerja PT. Mutu Gading Tekstil
+863
karyawan yang terdiri dari 863 laki - laki dan 19 perempuan, dan
berpendidikan paling banyak SMA. Didalam perusahaan PT. Mutu
Gading Tekstil.
PT. Mutu Gading Tekstil dalam menjalankan kegiatan
mempekerjakan
tenaga kerja sebanyak 882 orang dengan
perincian sebagai berikut :
50
Tabel III.I
Data Tenaga Kerja PT. Mutu Gading Tekstil
Tahun 2010
Jenis kelamin
klasifikasi pekerja
laki-laki
perempuan
Jumlah
Presiden direktor
1
1
General manajer
1
1
Manajer
8
8
assistan manajer
8
8
senior eskutive
30
5
35
junior eskutive
60
7
67
Operator
730
7
737
Security
15
15
Sopir
10
10
Total
873
19
882
Sumber :Departemen HRM PT. Mutu Gading Tekstil
2. Stafing
Sasaran dari perekrutan adalah untuk menyediakan tenaga
kerja yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, untuk
itu perlu adanya proses seleksi guna memperoleh personel yang
tepat bagi kontribusi perusahaan. Proses seleksi sangatlah
menekankan
pada
memilih
orang
yang
memenuhi
kriteria
persyaratan untuk mengisi posisi yang kosong.
Proses penerimaan karyawan pada PT. Mutu Gading Tekstil
dilakukan jika dirasa perusahaan memerlukan tambahan tenaga
kerja. Proses penerimaan karyawan dilakukan sebagai berikut:
51
a) PT. Mutu Gading Tekstil merekomendasikan HRM atau bagian
personalia untuk menyelengarakan proses seleksi penerimaan
karyawan baru.
b) Untuk dapat diterima sebagai karyawan PT. Mutu Gading Tekstil
harus memenuhi spesifikasi persyaratan sebagai berikut:
1) Berusia diatas 18 tahun.
2) Mengajukan surat
persyaratan
yang
lamaran tertulis yang dilengkapi dengan
telah
ditentukan
perusahaan
sesuai
kebutuhan perusahaan.
3) Lulus tes yang dilaksanakan oleh perusahaan.
4) Dinyatakan sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan
surat keterangan sehat dari dokter.
3. Training
Pelamar yang telah lulus seleksi dan terpilih menjadi calon
karyawan selanjutnya menjalani proses training atau masa
percobaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Selama 3 bulan pertama dalam hubungan kerja dianggap
sebagai masa percobaan dengan fasilitas konsumsi.
b) Hubungan kerja dalam masa percobaan dapat diputuskan oleh
kedua pihak setiap saat.
c) Calon karyawan memiliki kewajiban yang sama dengan
karyawan yang sudah diangkat, sedangkan hak-haknya belum
dapat sepenuhnya diberikan.
52
d) Calon karyawan yang telah menyelesaikan masa percobaan
serta dinilai baik atau memenuhi syarat yang ditentukan dapat
diangkat sebagai karyawan tetap.
4. Sistem Pengupahan
Manajemen PT. Mutu Gading Tekstil mengunakan sistem
gaji bulanan. Adapun besar gaji karyawan di perusahaan PT. Mutu
Gading Tekstil
telah sesuai dengan upah minimum kota
Karanganyar, yakni sebesar Rp.750.000,00 dan gaji pokok tersebut
akan selalu mengalami kenaikan setiap tahun sesuai dengan grade
yang diperoleh masing-masing karyawan. Tunjangan jabatan
diberikan
kepada
karyawaan
sesuai kedudukan
mereka di
perusahaan, ditambah gaji lembur jika perusahaan tetap beroperasi
di hari libur Nasional atau karyawaan bekerja melebihi jam kerja
yang ditentukan perusahaan.
5. Sitem jam kerja
Pembagiaan sistem jam kerja karyawan karyawan PT. Mutu Gading
Tekstil adalah sebagai berikut:
a) Jam kerja untuk karyawan esekutive sift adalah :
·
Hari Senin-Jum”at
; 08.00-16.30 WIB
·
Hari Sabtu
: 08.00-12.00 WIB
·
Waktu istirahat
: 12.00-13.00 WIB
11.30- 13.00 (hari jum’at)
53
b) Jam kerja untuk karyawan operator sift adlah :
·
Shift pagi
: 06.00-14.00WIB, istirahat jam 10.00-10.30WIB
·
Shift siang
: 14.00-22.00WIB, istirahat jam 18.00-18.30WIB
·
Shift malam : 22.00-06.00WIB, istirahat jam 02.00-02.30WIB
Pada prinsipnya karyawan bekerja selama 8 jam,
selebihnya dari 8 jam dihitung lembur. Waktu istirahat untuk
setiap bagian dan operator tidak sama, hal ini bertujuan untuk
menjaga agar produksi tetap jalan, dan tidak berdesak-desakan
saat istirahat di kantin.
6. Fasilitas Perusahaaan
Perusahaan
menyediakan
berbagai
fasilitas
yang
dibutuhkan oleh karyawan, sehingga dapat untuk meningkatkan
semangat dan kinerja karyawan. Fasilitas yang disediakan antara
lain :
a) Transportasi
Untuk sarana transportasi PT. Mutu Gading Tekstil
menyediakan bus karyawan. Kegiatan antar jemput yang
melalui rute pabrik-terminal Tirtonadi dan untuk eksekutive
disediakan mobil dan supir pribadi.
b) Poliklinik
Poliklinik
beserta dokter perusahaan disediakan untuk
menunjang kesehatan di dalam internal perusahaan. Poliklinik
gratis untuk setiap karyawan perusahaan.
54
c) Asuransi
Sesuai
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah
dalam UU No.3 Tahun 1992, maka PT. Mutu Gading Tekstil
mengasuransikan karyawan
karyawanya . Asuransi ini
diberikan kepada karyawan tetap di lingkungan perusahaaan.
Pemberiaan asuransi ini diberikan kepada karyawan tetap
dilingkungan perusahaan, pemberiaan asuransi yang diberikan
karyawan meliputi:
1) Jaminan hari tua
2) Jaminan kematiaan
3) Jaminan kecelakaan kerja
d) Pakaian seragam
Setiap tahunya karyawan PT. Mutu Gading Tekstil
mendapat pakaian seragam dinas lengkap secara gratis.
Meskipun pakaian tahun lalu masih dalam kondisi baik.
e) Mushola
Perusahaan juga menyediakan mushola yang digunakan
karyawan untuk menunaikan ibadah sholat. Karyawan tidak
perlu keluar dari lingkungan pabrik untuk menunaikan ibadah.
f) Kantin
Kantin di PT. Mutu Gading Tekstil diadakan melalui
tender proyek kepada masyarakat sekitar perusahaan, dengan
55
ketentuan bangunan berada di dalam perusahaan, sehingga
mudah
dijangkau
karyawan
saat
istirahat.
Karyawan
mendapatkan kupon gratis untuk sekali makan di kantin setiap
harinya.
7. Keselamatan dan kesehatan kerja
Kegiatan
produksi
sangat
berpotensi
menimbulkan
kecelakaan kerja, sehingga manajemen PT. Mutu Gading Tekstil
menerapkan K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) untuk semua
karyawan,
terutama
operator
yang
secara
langsung
mengoperasikan mesin, dan alat-alat berat. Tindakan preventif
untuk keselamatan kerja dilakukan dengan cara pemberian
prosedur operasi kerja yang ditempel di setiap dinding, dan fasilitas
pengaman seperti, sarung tangan, penutup telinga, masker, helm,
dan lain-lain.
Karyawan yang sakit dalam jam kerja diwajibkan untuk
berobat ke poliklinik perusahaan,
sedangkan di luar jam kerja
dapat berobat ke rumah sakit terdekat. Perusahaan memberikan
bantuan biaya, yang besarnya disesuaikan dengan kemampuaan
anggaran perusahaan dengan melapor ke HRM atau bagian
personalia. Hal ini dilakukan untuk menunjang kesehatan karyawan
selain pemberian menu makanan yang bergizi.
56
G. Aspek Produksi
1. Jenis produk
Jenis produk yang dihasilkan oleh PT.Mutu Gading Tekstil
adalah benang polyester yarn yang terdiri dari :
a) Benang POY (Partially Oriented Yarn)
Benang ini hasil produksinya, adalah benang setengah
jadi (POY), ciri-ciri dari benang ini adalah belum mengalami
elastisitas atau kemuluran dan masih membutuhkan proses
lebih lanjut.
b) Benang DTY (Draw Texturized yarn)
Benang DTY hasil produksinya adalah benang yang
sudah siap untuk dipasarkan (DTY), cirri-ciri dari benang ini
adalah sudah mengalami kemuluran dan sudah elastis.
2. Bahan Baku dan Bahan Pembantu
a) Bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan untuk operasional
perusahaan
atau
proses
produksi
adalah
chips
dan
masterbatch.
1) Chips
Chips adalah bentuk lain dari serat sintetik polyester
yaitu tepung dari pengasapan minyak bumi yang membentuk
asam tertalat digabung dengan etilen glikol yang sifatnya
kental. Chips terdiri dari 3 jenis yaitu:
57
a. Semidull
Chips yang bewarna putih agak buram
b. Full Dull
Chips yang bewarna putih buram
c. Optical Semidull
Chips yang bewarna putih kilap.
2) Masterbatch
Masterbatch adalah Pewarna sintetik untuk campuran
polyester yarn pada 2 jenis benang sebagai berikut :
a. DSD (Dope Dyed polyester yarn)
Benang yang bewarna kecuali hitam, dan putih
b. BSD (Black Semidull)
Benang yang bewarna hitam
b) Bahan Pelengkap
Bahan yang digunakan untuk pelengkap produk
benang polyester saat proses produksi yaitu sebagai berikut:
1) Tube
Tube adalah bahan yang berbentuk tabung,
dengan ukuran 10cm-30cm yang berfungsi sebagai
pengikat benang polyester saat proses winding. Tube
terdiri 2 jenis yaitu:
58
a. Papertube
Papertube adalah tube yang terbuat dari kertas
carton biasanya untuk benang warna.
b. Soft tube
Soft tube adalah tube yang terbuat dari bahan
plastik biasanya untuk benang warna putih, Tujuanya
agar tidak basah atau rusak saat proses pencelupan
pewarnaan benang.
2) Coning oil
Coning oil adalah minyak sintetik yang digunakan
pada roil oil sebelum proses winding agar benang
terhindar dari gesekan listrik statis yang mengakibatkan
kualitas benang turun akibat daya tarik sesama benang.
Sifat coning oil yaitu water base yaitu bisa larut dalam air
sehingga tidak mengangu proses pewarnaan.
3. Mesin dan Peralatan Produksi
PT. Mutu Gading Tekstil mempunyai beberapa mesin
produksi dengan perincian sebagai berikut :
59
Tabel III.2
Jumlah Mesin Produksi PT. Mutu Gading Tekstil
Tahun 2010
Mesin
Crystallizer
Dryer
Extruder
Winder
Textur
Merk
Barr Rosain
Buhler
Barr Rosain
Barmag
Barmag Evo
Barmag Convensional
Rieter
Murata
Barmag
unit
2
2
1
3
16
64
1
3
21
asal negara
Inggris
Swiss
Inggris
Jerman
Jerman
Jerman
Prancis
Jepang
Jerman
Sumber :Departemen PPIC PT. Mutu Gading Tekstil
4. Proses Produksi
Proses produksi
untuk benang polyester dimulai dari bagian
spinning, yaitu mengolah chips sampai produk setengah jadi atau
POY dengan alur produksi sebagai berikut :
60
Top
extruder
hopper
Crystallizer
Dryer
Bottom
extruder
hopper
Air lock
(IV)
Crystallize
Extruder
Hopper
CPF (continus polymer filter)
Air lock (III)
Wet chips
silo
Spin pump
Spinning beam
Chip
charging
hopper
Air lock (II)
Spin pack
Air flow
Godet roll
Air lock
winding machine
Take up
POY
Gambar III.2
Urutan Proses Produksi spining
61
Penjelasan:
a) Chip charging hopper
Proses awal ini bahan baku chips pertama kali ditempatkan
pada wadah yang berbentuk corong. Tahap ini menampung
sementara bahan baku chips sebelum proses lebih lanjut .
b) Air lock (I)
Air lock(I) adalah kompresor yang bertekanan tinggi untuk
melontarkan chips menuju Wet chips silo yang berada diatas
Chips charging hopper. Pada tahap ini chips ditampung
pertama.
c) Wet chips silo
Wet chips silo ialah wadah yang berbentuk tabung untuk
menampung chips sama halnya dengan Chip charging hopper.
Wet chips silo juga disebut tampungan kedua yang memiliki
perangkat pendeteksi kapasitas chips secara otomatis, dan
terkomputasi sehingga bahan baku chips akan terjamin
kestabilanya.
d) Air lock (II)
Air
lock (II) sama halnya air lock (I) yang berfungsi
melontarkan chips. Pada tahap ini chips dilontarkan menuju
crystallizer hopper untuk ditampung di crystallizer hopper.
62
e) Crystallizer hopper
Crystallizer hopper adalah wadah yang berbentuk tabung
seperti Chip charging
hopper. Crystallizer hopper berfungsi
sebagai penyimpan chips sebelum menuju mesin Crystallizer.
f) Air lock (III)
Air
lock (III)
berfungsi melontarkan chips. Hanya saja
pada tahap ini chips, dilontarkan menuju Crystallizer untuk
proses lebih lanjut.
g) Crystallizer
Crystallizer adalah mesin penjernih chips yang berfungsi
meghilangkan kadar air dalam chips. Pada tahap ini chips
mengalami pengayakan, dan pemanasan pertama tetapi tidak
sampai meleleh.
h) Dryer
Pada tahap ini chips dikeringkan agar kadar opu (oil
pickup)
sesuai
standart
produksi.
Pemanasan
dengan
temperatur sekitar 190-200 celcius berupa panas angin.
i) Air lock (IV)
Air
lock (IV) sama halnya Air lock sebelumnya yang
berfungsi melontarkan chips kering. Hanya saja pada tahap ini
chips dilontarkan menuju Top extruder hopper yang berada
pada lantai atas setelah proses dryer.
63
j) Top extruder hopper
Top extruder hopper adalah
wadah penampung chips
pertama sebelum menuju extruder. Pada tahap ini masterbacth
dicampur
dengan
bahan
baku
chips
dengan
sistem
komputerisasi untuk menentukan prosentase komposisi.
k) Bottom extruder hopper
Bottom extruder hopper adalah wadah penampung chips
kedua yang terletak dibawah Top extruder hopper. Dalam
wadah ini juga mengunakan perangkat pendeteksi kapasitas
chips secara otomatis, dan terkomputasi sehingga bahan baku
chips akan terjamin kestabilanya.
l) Extruder
Extrtruder adalah mesin untuk melelehkan chips. Bahan
dipanaskan pada temperatur tinggi sekitar 235-260 celcius dan
digiling agar menjadi bentuk polimer.
m) CPF ( continus polymer filter)
CPF adalah alat penyaring polimer chips dengan ukuran
dibawah 0,1 micron agar adonan benang polyester lembut. CPF
berfungsi menghindari chips yang belum leleh secara sempurna
masuk menuju spin pump.
n) Spin pump
Spin pump adalah alat yang berbentuk seperti pompa air yang
memompa polimer chips menuju spinning beam.
64
o) Spinning beam
Spinning beam adalah kotak persegi panjang yang
menampung polimer sebelum menuju spin pack.
p) Spin pack
Spin pack atau spinneret ialah cetakan yang berbentuk
seperti shower yang lubangnya berukuran micron untuk
membentuk filament pada benang polyester.
q) Air flow
Air flow adalah kotak yang mengeluarkan
udara dingin
yang letaknya disamping keluaran pertama serat-serat benang
polyester. dibawah Air flow juga mengeluarkan oiling nozzle
untuk membantu melicinkan goddet roll.
r) Godet roll
Godet roll adalah alat penarik benang POY menuju winding
machine.
s) winding machine.
winding machine adalah mesin pengulung benang POY.
Pada tahap ini paper tube dipasang terlebih dahulu pada pipa
pemutar winding mesin sebelum proses lebih lanjut.
t) Take up POY
Pada
tahap
ini
benang
POY
dilakukan
proses
pembersihan mengunakan splacing gun setelah itu dilakukan
65
penimbangan digital, dan pemberiaan bar code sebelum
dimasukan troly menuju Departemen TQM.
Proses pada Departemen TQM adalah menguji standart
kualitas benang polyester jenis POY maupun DTY dengan alur
kegiatan sebagai berikut :
Ultraviolet
Room
Sinkriling
Tenacity
Pengujian
bws
Pengujian
snarling
Gambar III.3
Urutan Proses Produksi TQM
Penjelasan:
a) Ultraviolet Room
Ultraviolet Room adalah proses untuk mendetksi warna
benang agar sesuai standarisasi perusahaan yang terletak di
tengah parkir troli Departemen TQM.
66
b) Sinkriling
Sinkriling adalah proses untuk mengukur berat denier
yang berbentuk pengulung dan alat penimbang elektrik.
c) Tenacity
Sebagai kekuatan tarik dan elongation adalah nilai
prosentase
kemuluran
setelah
penarikan
dari
pada
gunakan
untuk
benang.yang mengunakan sistem komputerisasi.
d) Pengujian bws
BWS
(boiking
water
shirkage)
di
pengukuran benang setelah mengalami pemanasan pada suhu
air mendidih dan dinyatakan dalam tingkat %, BWS perlu
diketahui
karena
sangat
berpengaruh
terhadap
proses
pembuatan kain.
e) Pengujian snarling
Untuk mengetahui arah putaran (Twist tester) dan
snarling untuk benang texture DTY. Twist tester 2type YT-2100
adalah alat yang diunakan untuk mendeteksi yang bebentuk
tabung.
67
Setelah melalui departemen TQM proses selanjutnya adalah
mebuat bentuk benang dari benang setengah jadi (POY) menjadi
benang jadi (DTY) di bagian Texturizing dengan alur produksi
sebagai berikut :
United
Roil 2
Tiriction
Jet nozzle
unit
Secondary
heater
Colling
Plate
Primary
Heater
POY
Roil 3
Roil 1
Roil oil
Take up
Gambar III.4
Urutan Proses Produksi Texturizing
Penjelasan:
a) Mengambil poy
Pada tahap ini POY diambil dari area parkir troly.
Kemudian diletakan pada
mesin textur untuk proses lebih
lanjut.
68
b) Roil ( I)
Pada tahap ini benang benang
POY ditarik menuju
primary heater.
c) primary heater
primary heater adalah komponen dari mesin textur yang
berbentuk lempengan plat panjang yang mengapit benang POY.
primary heater memiliki temperature 150-220 celcius
yang
berfungsi memanaskan benang POY saat melewati lempengan
plat agar membantu proses pembentukan benang DTY.
d) Cooling plate
Cooling plate adalah lempengan plat panjang seperti
primary heater tetapi fungsinya sebagai pendingin benang POY
setelah melalui primary heater agar benang POY tidak mudah
putus saat penarikan.
e) Tiriction unit
Tiriction unit adalah
komponen mesin textur yang
berfungsi memutir benang POY agar menjadi bentuk benang
DTY.
f) United
United adalah alat yang berbentuk kotak kecil yang
dipasang pada mesin textur untuk mendeteksi benang putus
saat proses penarikan. United mengunakan sistem sensor yang
69
terhubung ke ruang operator sehingga alur benang dapat selalu
terkontrol lewat komputer.
g) Roil (II)
Roil (II) pada dasarnya sepertiu roil (i) tetapi biasanya
daya tariknya sering di setting sesuai besaran denier yang
dikehendaki pada DTY.
h) Jet nozzel
Jet nozzle adalah mesin pembentuk intermingle pada
benang dengan mengunakan sistem penjepit dan memberikan
tekanan tinggi pada benang sehinga membuyarkan bagian
benang yang berada pada posisi di dalam alat penjepit.
i) Secondary heater
Secondary heater pada dasarnya seperti primary heater
memberikan panas pada benang tetapi temperaturnya lebih
rendah yaitu 150-170 celius yang bertujuan agar benang stabil
dan mengembang.
j) Roil (III)
Pada Roil (III) benang ditarik seperti biasa dari
Secondary heater menuju take up.
k) Roil oil
Pada roil oil benang ditarik menuju coning oil yaitu
minyak yang bersifat water base atau minyak yang bisa larut
70
dalam air untuk menghindari benang dari listrik statis yaitu daya
tarik sesama benang.
l) Take up.
Pada tahap ini benang DTY dilakukan proses proses
pengecekan
produk
akhir
dengan
penimbangan
digital.
Pemberiaan bar code sebelum packing menuju despact.
H. ASPEK PEMASARAN
1. Harga
Pada PT. Mutu Gading Tekstil penentuaan harga tidak di
publikasikan secara umum, namun hanya terbatas kepada
customer
yang
akan
membeli
benang
polyester,
karena
perusahaan menerapkan sistem negoisasi yang memungkinkan
konsumen satu dengan yang lainya memperoleh harga yang
bebeda tergantung penawaranya. PT. Mutu Gading Tekstil juga
melayani partai kecil yang hanya membeli 5 ton saja. Tinggi
rendahnya harga biasanya dipengaruhi hal-hal sebagai berikut:
a) Denier
Denier adalah ukuran gram / 9000(m) pada benang
polyester. Semakin besar ukuran denier semakin mahal
harganya, karena pengaruh terhadap kebutuhan bahan baku.
b) Filament
Filament adalah jumlah serat dalam benang. semakin
banyak jumlah filament harganya juga semakin mahal.
71
c) Intermingel
Intermingel adalah gelembung-gelembung benang yang
biasanya berpengaruh pada kemampuan menahan gesekan
pada proses pembuatan kain. Semakin tinggi intermingel
semakin mahal harganya. Jenis intermingel meliputi :
1) Non intermingel adalah benang lurus
2) Soft intermingel
adalah tingkat kemuluran benang
sebesar 75 knot/ meter
3) intermingel adalah tingkat kemuluran benang sebesar 8090 knot/ meter
4) high intermingle adalah tingkat kemuluran benang sebesar
100 knot/ meter
d) tipe
Type benang adalah kelompok warna pada benang
yang mempengaruhi harga. Type benang meliputi :
1) SD (semidull) adalah benang putih yang biasanya
harganya standart.
2) BSD (black semidull) adalah benang warna hitam yang
harganya diatas benang putih (semidull).
3) DSD(dope dyed semidull) adalah benang warna yang
harganya cenderung mahal dan variatif. Semakin langka
warnanya harga juga semakin mahal.
72
2. Daerah pemasaran
PT. Mutu Gading Tekstil dalam pemasaranya meliputi
daerah lokal dan mancanegara yang perbandinganya 40%untuk
lokal dan 60% untuk mancanegara. Untuk daerah lokal meliputi
Bandung, Jakata, Karawang,Solo dan Surabaya. Sedangkan
pemasaran mancanegara meliputi negara-negara di benua Amerika
antara lain Canada, Brasil, dan Argentina. Untuk benua Asia antara
lain India, Jepang, Pakistan, serta beberapa negara dibenua Eropa,
dan yang paling banyak yaitu dari benua Afrika terutama negara
Afrika selatan.
3. Proses Distribusi
Untuk pengiriman barang keluar negeri PT. Mutu Gading
Tekstil menghubungi EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) guna
memesan container yang akan berangkat ke luar negeri melalui
Tanjung Mas di Semarang. Sedangkan pengiriman barang dalam
negeri menghubungi jasa transportasi truk diantaranya TTB,
sahabat,JL dan lainya.
PT. Mutu Gading Tekstil mengunakan dua macam distribusi
yaitu saluran distribusi langsung dan saluran distribusi tidak
langsung. saluran distribusi langsung digunakan apabila ada
pemesan yang langsung datang ke perusahaan, sedangkan
saluran distribusi tidak langsung digunakan perusahaan dengan
73
membuka cabang atau perwakilan dagang di daerah-daerah yang
digunakan sebagai agen- untuk menjual produk perusahaan.
I. Laporan Magang kerja
1. Pengertian magang kerja
Magang adalah kerja
praktek
yang dilakukan untuk
membandingkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan. Kegitan
magang wajib
dilakukan oleh mahasiswa diploma tiga jurusan manajemen industri
semester akhir. Lamanya pelaksanaan magang minimal satu bulan.
Karena
referensi
magang
juga
membantu
mahasiswa
menyelesaikan tugas akhir. Perusahaan yang menjadi
tujuan
magang yaitu perusahaan yang bersifat produksi dengan magang
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang telah
didapat pada perusahaan.
2. Tempat dan waktu pelaksanaan magang
Lamanya pelaksanaan magang selama satu bulan yaitu dari
tgl 1 februari 2010 sampai dengan tanggal 27 februari 2010 atau
selama liburan semester V. waktu pelaksanaan adalah :
Senin- jum”at :
Sabtu
pukul 08.00-16.30
:
pukul 08.00-12.00
Kegiatan magang mengambil lokasi pada PT.Mutu Gading
Tekstil di Jalan Raya Solo-Purwodadi km 11, Gondangrejo-
74
Karanganyar. Selama magang aturan-aturan-aturan yang harus
ditepati mahasiswa adalah:
a. Datang dan pulang tepat pada waktunya melalui pos security.
b. Mengunakan pakaian rapi dan sepatu.
c. Dilarang merokok diarea PT.Mutu Gading Tekstil.
d. Dilarang mondar-mandir selain area yang dituju.
e. Dilarang membawa orang yang tidak berkepentingan ke area
PT.Mutu Gading Tekstil.
3. Tujuan Magang Kerja
Membandingkan
ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku
perkuliahan dengan aplikasi di lapangan yang dilaksanakan di
PT.Mutu Gading Tekstil.
a. Mahasiswa dapat melihat secara langsung aplikasi dari
berbagai teori yang telah dipelajari dalam bangku perkuliahan
b. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dan pengetahuaan
langsung mengenai berbagai aktivitas dalam dunia kerja.
c. Setelah lulus diharapkan mahasiswa
mampu mengatasi
permasalahan-permasalahan di dunia kerja.
4. Keuntungan magang kerja
Keuntungan menempuh magang kerja dalam rangka
penyelesaian studi program Diploma tiga adalah sebagai berikut:
a. Kemudahan dalam identifikasi tugas akhir.
75
b. Kemudahan dalam akses data pada instasi terkait untuk
keperluaan penulisan tugas akhir.
c. Memperoleh relasi dari tingkat operator sampai tingkat ekskutif.
4. Kegiatan magang kerja
Pelaksanaan Kegiatan selama magang di PT.Mutu Gading Tekstil.
Antara lain sebagai berikut:
a) Tanggal 1-3 Februari 2010
Membuat surat pernyataan magang dan wawancara
dengan staf HRM mengenai rencana penelitian.
b) Tanggal 4-13 Februari 2010
Penempatan
magang
di
Departemen
TQM
yang
kemudian dilanjutkan dengan perkenalan dengan pembimbing
magang sebelum
mempelajari ragkaian pekerjaan di bagian
PPIC,lab tekstil, dan lab kimia.
c) Tanggal 15-20 Februari 2010
Penempatan magang di Departemen Spinning yang
kemudian dilanjutkan dengan perkenalan dengan pembimbing
magang sebelum mempelajari proses produksi benang POY,
dengan metode wawancara dan mencatat data yang dibutuhkan
untuk penulisan tugas akhir.
d) Tanggal 22-25 Februari 2010
Penempatan magang di Departemen Texturzing yang
kemudian dilanjutkan dengan perkenalan dengan pembimbing
magang sebelum
mempelajari ragkaian pekerjaan dan
76
mengunakan waktu sisa untuk pengumpulan data-data yang
berhubungan dengan tugas akhir.
e) Tanggal 27 Februari 2010
Melaksanakan perpisahan kepada pembimbing, dan
karyawan-karyawan
PT.Mutu Gading Tekstil yang telah
membantu dalam proses penelitian. penyerahan cindera mata
kepada staf HRM yang telah membantu perizinan magang di
PT. Mutu Gading Tekstil
J. Pembahasan Masalah
1. Kebutuhan bahan baku chips
Selama ini PT. Mutu Gading Tekstil memperoleh bahan baku
dari supplier, seperti halnya perusahaan pada umumnya PT. Mutu
Gading Tekstil
memperlakukan bahan baku sama bobotnya,
sehingga
menerapkan
tidak
analisis
pengelompokan bahan baku chips
ABC
untuk
kebijakan
dengan alasan tidak begitu
banyak stok yang disediakan. Kebijakan pengelompokan bahan
baku dilakukan dengan perkirakan sesuai bahan baku yang ada.
Kebutuhan bahan baku chips pada PT. Mutu Gading Tekstil
cukup tinggi terlihat dalam data yang diperoleh penulis. Jumlah
data produk benang DSD di PT. Mutu Gading Tekstil sebenarnya
lebih dari 50 varian. penulis mengambil bahan bahan baku DSD,
sebanyak 29 item saja dengan pertimbangan melihat bahan baku
yang diproduksi pada tahun 2009. Berikut ini adalah tabel
77
kebutuhan bahan baku chips pada PT. Mutu Gading Tekstil tahun
2009.
TABEL.3.3
Daftar Bahan Baku Masrterbacth Dobe Dyed Semidul
Tahun 2009
Spesifikasi YARN
150/48/1 DSD DH NI
150/48/1 DSD DH NI Total
70/36/1 DSD DH HIM
70/36/1 DSD DH HIM Total
150/48/1 DSD DH HIM
DSD PRODUCT
LOT No.
WARNA
E023394
DOPE BLUE
E023396
DOPE BLUE
E240244
STEEL GREY
E033357
E133369
E133399
E153373
E163374
E173376
E173381
E173390
E193377
E203378
E213379
E293307
E303315
E363323
E363326
E363359
E363382
E383383
E403395
E413392
E423324
E423393
E423397
E433325
E463398
E843348
E853329
E863362
E873363
E923322
E933327
E943328
E953329
DARK BLUE
BEIGE_MD
BEIGE_MD
LIGHT FANN
CITRICO
CAFÉ
CAFÉ
CAFÉ
AREIA CREAM
Dark Vermelho
FUMO
YELLOW
PD.GREEN
CHOCOLATE
CHOCOLATE
CHOCOLATE
CHOCOLATE
BEIGE_MD
OCRE
TEAK BROWN
AREIA CREAM
AREIA CREAM
AREIA CREAM
FENDI
Dark Vermelho
Romantic Blue
TEAK BROWN
BEIGE
DARK BLUE
FENDI
AREIA CREAM
LIGHT FANN
MOSTARDA
Grand Total
642
17
659
520
520
161
1666
1503
278
1
377
514
1182
475
264
439
1755
856
1471
84
58
1753
319
1072
247
70
243
675
296
803
283
356
219
73
979
835
504
234
78
LANJUTAN TABEL.3.3
150/48/1 DSD DH HIM Total
100/36/1 DSD DH HIM
100/36/1 DSD DH HIM Total
285/96/2 DSD DH HIM
285/96/2 DSD HTDH HIM Total
150/48/3 DSD DH HIM
150/48/3 DSD DH HIM Total
150/96/2 DSD DH SIM
150/96/2 DSD DH SIM Total
150/48/2 DSD DH HIM
150/48/2 DSD DH HIM Total
300/96/2 DSD DH HIM
300/96/2 DSD DH HIM Total
75/36/1 DSD DH HIM
75/36/1 DSD DH HIM Total
300/96/1 DSD DH HIM
300/96/1 DSD DH HIM Total
300/96/1 DSD DH SIM
300/96/1 DSD DH SIM Total
150/36/2 DSD DH HIM
E604238
E654260
E664261
LIGHT STEEL GRAY
LIGHT STEEL GRAY
LIGHT STEEL GRAY
E01q801
E02q802
E03q803
TEAK BROWN
BROWN COFFE
TEAK BROWN
E038789
E038790
E358770
E358771
E378784
E398785
GOLDEN YELLOW
GOLDEN YELLOW
MANGO
MANGO
MANGO
GOLDEN YELLOW
E607801
E617802
OCRE
AREIA CREAM
E107581
E237580
E247579
E397582
MOSTARDA
ARMY BROWN
BAMBOO YELLOW
GOLDEN YELLOW
E229855
E259854
E269856
CITRICO
MOSTARDA
DARK LARANJA
E250250
STEEL GREY
E027589
GLADSOME
E017587
BEIGE_MD
E287484
E297485
MALACA BEIGE
IRON STONE
150/36/2 DSD DH HIM Total
Grand Total
Sumber : Departemen PPIC PT. Mutu Gading Tekstil.
20045
29
949
1876
2854
91
401
2752
3244
202
98
1415
455
723
1136
4029
236
413
649
50
45
87
1504
1686
155
152
139
446
1890
1890
484
484
145
145
92
121
213
36864
Sedangkan kebutuhan bahan Dobe Dyed Semidul yang penulis
jumlahkan adalah sebagai berikut:
79
TABEL.3.4
Data kebutuhan Bahan Baku Masrterbacth Dobe Dyed Semidul
Tahun 2009
NO
WARNA
Grand Total (Kg)
1
DOPE BLUE
659
2
STEEL GREY
2410
3
DARK BLUE
234
4
BEIGE_MD
3633
5
LIGHT FANN
782
6
CITRICO
156
7
CAFÉ
2073
8
AREIA CREAM
2711
9
Dark Vermelho
1067
10
FUMO
439
11
YELLOW
1755
12
PD.GREEN
856
13
CHOCOLATE
3366
14
OCRE
1308
15
TEAK BROWN
3446
16
FENDI
1275
17
Romantic Blue
283
18
BEIGE
219
19
LIGHT STEEL GRAY
2854
20
MOSTARDA
436
21
BROWN COFFE
401
22
GOLDEN YELLOW
2940
23
MANGO
2593
24
ARMY BROWN
45
25
BAMBOO YELLOW
87
26
DARK LARANJA
139
27
GLADSOME
484
28
MALACA BEIGE
92
29
IRON STONE
121
Sumber :Departemen PPIC PT. Mutu Gading Tekstil
Harga (Rp/Kg)
103040
60720
101200
92000
55200
121900
55200
55200
111320
91080
67160
86480
64400
56120
70840
94760
80960
106720
80040
61640
69920
73600
78200
57960
65320
59800
119600
57040
66240
2. Pembeliaan bahan baku
Pembeliaan bahan baku yang dilakukan oleh PT. Mutu
Gading Tekstil selama ini mempunyai frekuensi pemesanan yang
cukup tinggi. Perusahaan membeli
menungu permintaan konsumen
bahan baku dengan cara
atau order terlebih dahulu.
Pembelian tersebut dilakukan dengan alasan bahwa
PT. Mutu
80
Gading Tekstil
tidak berani berinvestasi besar di bahan baku
terutama bahan baku yang bernilai tinggi.
Dengan demikian berarti perusahaan kurang memperhatikan
pengelolaan bahan baku yang optimal. Hal tersebut dapat
mengakibatkan frekuensi pembelian bahan baku yang tidak teratur
dan terencana dengan baik. Selama ini perusahaan
juga tidak
melakukan pengelompokan bahan baku dengan teratur, kelompok
bahan baku mana yang memerlukan penanganan yang lebih
intesif. Perusahaan terkadang akan mengalami kekurangan bahan
baku yang tampaknya tidak penting padahal bahan baku tersebut
sangat dibutuhkan dalam proses produksi dan kegiatan distribusi
barang juga menjadi terhambat atau tidak lancar.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan harus
mengeluarkan biaya-biaya persediaan bahan baku yang meliputi
biaya pemesanan bahan baku dan biaya penyimpanan bahan
baku. Besarnya biaya persediaan bahan-baku. Sangat tergantung
frekuensi pembeliaan bahan baku.
Apabila frekuensi pembelian
bahan baku tidak teratur, mengakibatkan pengeluaran biaya
persediaan yang tidak teratur pula, bahkan dapat menyebabkan
pemborosan. Biaya pemesanan bahan baku di PT. Mutu Gading
Tekstil
dapat dikatakan biaya yang besar dibandingkan dengan
biaya penyimpanan karena melihat sistem yang diterapkan di PT.
81
Mutu Gading Tekstil, setiap ada permintaan konsumen baru
melakukan pemesanan bahan baku.
3. Analisis ABC
Saat melakukan penelitiaan mengenai persediaan bahan
baku masterbatch pada
PT. Mutu Gading Tekstil, penulis
mengunakan metode analisis ABC dengan perhitungan komputer.
Adapun software yang digunakan untuk membantu perhitungan
Analisis ABC ialah production and operation management ( POM
for Windows). Analisis ABC merupakan aplikasi persediaan yang
mengunakan prinsip pareto: the critical few ad trivial many. Idenya
untuk memfokuskan pengendaliaan yang bernilai tinggi (critical)
dari pada yang bernilai rendah (trivial). Prinsip Pareto menyatakan
bahwa terdapat “sedikit hal yang penting dan banyak hal yang
sepele” tujuanya adalah membuat kebijakan persediaan yang
memusatkan sumber daya pada komponen persediaan penting
yang sedikit, dan bukan banyak tetapi sepele. Klasifikasi ABC
membagi persediaan dalam
tiga kelas berdasarkan atas nilai
persediaan. dengan mengetahui kelas-kelas itu, dapat diketahui
item persediaan tertentu yang harus mendapatkan perhatian lebih
intensif atau serius dibandingkan item lain. Langkah-langkah yang
penulis gunakan adalah sebagai berikut :
a) Menentukan volume tahunan dalam nilai uang.
b) Menentukan presentase volume tahunan dalam nilai uang.
82
Setelah nilai uang untuk semua item persediaan diketahui
diketahui, item diurutkan berdasarkan prosentase nilai uang
persediaan. Hasil Analisis ABC terlihat pada tabel dibawah ini :
TABEL III.5
HASIL ANALISIS ABC
Demand
Price
Dollar Volume
percent
of $-Vol
Comulty
of $-Vol %
Category
BEIGH MD
3633
92000
334236000
12.2
12.2
A
TEAK BROWN
LIGHT STELL
GRAY
CHOCOLATE
GOLDEN YELLOW
MANGGO
ARIEA CREAM
STELL GREY
FENDI
DARK VERMELO
YELOW
CAFÉ
PD GREEN
OCRE
DOPE BLUE
GLADSOME
LIGHT FANN
FUMO
BROWN COFEE
MOSTARDA
DARK BLUE
BEIGE
ROMANTIC BLUE
CITRCIO
DARK LARANJA
IRON STONE
BAMBOO YELLOW
MALACA BEIGE
AMRY BROWN
3446
70840
244114600
8.91
21.1
A
2854
80040
228434200
8.33
29.44
A
3366
2940
2593
2711
2410
1275
1067
1755
2073
856
1308
659
484
782
439
401
436
234
219
283
156
139
121
87
92
45
64400
73600
78200
55200
60720
94760
111320
67160
55200
86480
56120
103040
119600
55200
91080
69920
61640
101200
106720
80960
121900
59800
66240
65320
57040
57960
216770400
216384000
202772600
149647200
146335200
120819000
118778400
117865800
114429600
74026880
73404960
67903360
57886400
43166400
39984120
28037920
26875040
23680800
23371680
22911680
19016400
8312200
8015040
5682840
5247680
2608200
7.91
7.9
7.4
5.46
5.34
4.41
4.33
4.3
4.18
2.7
2.68
2.48
2.11
1.58
1.46
1.02
0.98
0.86
0.85
0.84
0.69
0.3
0.29
0.21
0.19
0.1
37.35
45.24
52.64
58.1
63.44
67.85
72.18
76.48
80.66
83.36
86.04
88.51
90.63
92.2
93.66
94.68
95.66
96.53
97.38
98.22
98.91
99.21
99.51
99.71
99.9
100
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
Item name
TOTAL
36864
2740719000
83
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa :
a) Kelas A memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar (45,24%)
dari total volume tahunan nilai rupiah persediaan, yang sejumlah
Rp. 2.740.719.000,00
terdiri dari 5 item (20%) dari total
persediaan, yaitu : beigh md,
teak brown, light stell gray,
chocolate, golden yellow.
b) Kelas B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar (40,8%)
dari total volume tahunan nilai rupiah persediaan, yang sejumlah
Rp. 2.740.719.000,00
terdiri dari
9 item (30%) dari total
persediaan, yaitu : manggo, ariea cream, stell grey, fendi,
dark vermelo, yelow, cafe, pd green, ocre.
c) Kelas C memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar (13,96%)
dari total volume tahunan nilai rupiah persediaan, yang
sejumlah Rp. 2.740.719.000,00 terdiri dari 15 item (50%) dari
total persediaan, yaitu : dope blue, gladsome, light fann, fumo,
brown cofee, mostarda,
dark blue,
beige,
romantic blue,
citrcio, dark laranja, iron stone, bamboo yellow, malaca beige,
amry brown.
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, dapat dilihat lebih jelas
berapa besarnya proporsi kelas A dibandingkan dengan kelas B
dan C seperti pada gambar berikut ini:
84
50
Prosentase dalam nilai uang
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
20
50
100
Prosentase dari keseluruhan butir persediaan
Gambar III.5
Grafik Analisis ABC
Kebijakan yang dapat diambil berdasarkan pada Analisi
ABC
mencakup hal-hal dibawah ini :
1) Kelompok A
a) Modal
perusahaan
yang
digunakan
untuk
membeli
persediaan Kelompok A, sebaiknya harus lebih tinggi
dibandingkan kelompok B, dan kelompok C.
b) Pengendaliaan persediaan kelompok A, harus dikendalikan
lebih
intensif,
dan
harus
sering
diverifikasi
catatan
persediaanya.
85
2) Kelompok B.
a) Modal
perusahaan
yang
digunakan
untuk
membelii
persediaan Kelompok B sebaiknya dalam kuantitas sedang.
b) Pengendaliaan persediaan dan verifikasi catatan persediaan
kelompok B harus berlangsung secara normal.
3) Kelompok C.
a) Modal
perusahaan
yang
digunakan
untuk
membeli
persediaan kelompok C sebaiknya dalam kuantitas kecil.
b) Pengendaliaan persediaan dan verifikasi catatan persediaan
kelompok C sebaiknya dilakukan secara longgar.
4. Pengendalian persediaan bahan baku
Setelah mengunakan analisis ABC, pengendalian bahan
baku pada PT. Mutu Gading Tekstil diharapkan dapat dikelola
secara optimal. Perusahaan dapat melakukan pembeliaan bahan
baku dengan frekuensi yang lebih teratur dan terencana. Dengan
demikian biaya peyimpanan bahan baku juga dapat diatur dengan
baik tanpa adanya pemborosan.
Dengan mengunakan Analisis ABC maka persediaan bahan
baku dikelompokan agar dapat diketahui persediaan mana yang
memerlukan penanganan lebih intensif. Perusahaan juga tidak
akan mengalami kelangkaan bahan baku yang dapat menghambat
proses produksi, sehingga kegiatan produksi dapat terus berjalan
dan kegiatan distribusi barang juga lebih lancar dan teratur.
Selain itu, PT. Mutu Gading Tekstil
sebaiknya mengelompokan
kelas-kelas sesuai dengan Analisis ABC, yang kemudian digunakan
86
sebagai pedoman dalam pembeliaan
bahan baku dari supplier,
pengelompokan kelas-kelas itu meliputi :
1) Pengendalian untuk bahan baku yang diklasifikasikan A
Pengendaliaan yang intensif untuk bahan baku kelas A,
secara berkelanjutan dengan porsi volume pembelian yang
besar, karena kelas A mempunyai nilai investasi sebesar
45,24% dari total investasi bahan baku DSD. Porsi tersebut
sebagai prioritas utama persediaan, oleh karena itu Tingkat
persediaan minimum harus dipertahankan untuk menjaga
terhadap kemungkinan terhentinya pasokan bahan baku dari
supplier yang dapat memberikan peluang kerugian besar.
2) Pengendalian untuk bahan baku yang diklasifikasikan B
Pengendaliaan yang sedang untuk bahan baku kelas B,
secara berkelanjutan dengan porsi volume pembelian yang
secukupnya sesuai kebutuhan persediaan. Pengendaliaan yang
sedang pada tahap penerapanya tidak terlalu intensif dan tidak
terlalu longgar, karena kelas B mempunyai nilai investasi
sebesar 40,8% dari total investasi bahan baku DSD. Sehingga
porsi tersebut juga sesuai untuk prioritas utama persediaan,
meskipun dilakukan secara normal (tidak terlalu intensif).
Tingkat persediaan minimum juga dipertahankan untuk berjaga
terhadap kemungkinan terhentinya pasokan bahan baku dari
supplier yang dapat memberikan peluang kerugian.
3) Pengendalian untuk bahan baku yang diklasifikasikan C
87
Pengendaliaan yang tidak terlalu fokus (longar) untuk
bahan baku kelas C dengan porsi volume pembelian yang kecil
karena kelas C mempunyai nilai investasi sebesar 13,96% dari
total investasi bahan baku DSD. Porsi tersebut tidak sesuai
untuk prioritas utama persediaan, karena kelas C biasanya
banyak item tetapi memberikan dampak kerugian kecil apabila
bahan baku tidak terpenuhi. Oleh karena itu saat suplai
mencapai titik pemesanan kembali, pemesanan baru kembali
dilakukan.
88
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis data dan pembahasan yang penulis uraikan pada
bab III secara garis besar dapat diambil kesimpulan :
1. Volume penjualan dan harga bahan baku masterbatch DSD pada
PT. Mutu Gading Tekstil.
PT. Mutu Gading Tekstil membutuhkan 29 Item masterbatch
untuk memproduksi benang polyester DSD. Total volume penjualan
sebesar 36.864 kg, dengan harga tertingi sebesar Rp 121.900,-/kg
pada item citrio, dan harga terendah sebesar Rp 55.200,-/kg pada
item light fann, café, ariea cream.
2. Pengelompokan persediaan menurut Analisis ABC.
a. Kelas A memiliki nilai volume tahunan sebesar 45,24% dari total
nilai persediaan, yang terdiri dari 5 item (20%) persediaan, yaitu:
item beigh md, item teak brown, item light stell gray, item
chocolate, item golden yellow.
b. Kelas B memiliki nilai volume tahunan sebesar 40,8% dari total
nilai persediaan, yang terdiri dari 9 item (20%) persediaan, yaitu:
item manggo, item ariea cream, item stell grey, item fendi, item
dark vermelo, item yelow, item cafe, item pd green, item ocre.
89
c. Kelas C memiliki nilai volume tahunan sebesar 13,96% dari total
nilai persediaan, yang terdiri dari 15 item (20%) persediaan,
yaitu: dope blue, gladsome, light fann, fumo, brown cofee,
mostarda, dark blue, beige, romantic blue, citrcio, dark laranja,
iron stone, bamboo yellow, malaca beige, amry brown.
B. Saran
Setelah penulis mengadakan perhitungan dan menganalisis
masalah yang dihadapi oleh PT. Mutu Gading Tekstil, maka penulis
dapat mengajukan saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
dan kebijaksanaan pengelompokan bahan baku, adapun saran-saran
itu adalah :
1. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan pengunaan Analisis
ABC supaya dapat mempermudah dalam menetapkan kebijakan
dan pengendaliaan untuk setiap kelas yang ada.
2. Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup halhal dibawah ini :
a. Kelompok A
1) Modal
perusahaan
yang
digunakan
untuk
membeli
persediaan Kelompok A sebaiknya harus lebih tinggi
dibandingkan kelompok B, dan kelompok C.
2) Pengendaliaan persediaan kelompok A harus dikendalikan
lebih
intensif
dan
harus
sering
diverifikasi
catatan
persediaanya.
90
b. Kelompok B.
1) Modal
perusahaan
yang
digunakan
untuk
membeli
persediaan Kelompok B sebaiknya dalam kuantitas sedang.
2) Pengendaliaan persediaan dan verifikasi catatan persediaan
kelompok B harus berlangsung secara normal.
c. Kelompok C.
1) Modal
perusahaan
yang
digunakan
untuk
membeli
persediaan kelompok C sebaiknya dalam kuantitas kecil.
2) Pengendaliaan persediaan dan verifikasi catatan persediaan
kelompok C sebaiknya dilakukan secara longgar.
Penerapan
kebijakan pada PT. Mutu Gading Tekstil
sebaiknya mengelompokan bahan baku sesuai dengan nilai, dan
kebutuhanya dengan mengunakan Analisis ABC agar perusahaan
lebih efektif, dalam mengendalikan kebutuhan bahan baku benang
polyester DSD.
91
DAFTAR PUSTAKA
Atmadji,1990. Pokok-Pokok Manajemen Produksi dan Operasi. Surakarta:
Salemba Empat.
Baroto,Teguh.2002. Perencanaan dan Pengendaliaan Produksi. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Handoko, Hani T .1999. Dasar-Dasar Manajemen Manajemen Produksi dan
Operasi . Edisi Pertama.Surakarta: UNS PRESS
Herjanto, Eddy.1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi kedua. Jakarta:
PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Ishak, Aulia.2010. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nasution, Arman Hakim dan Prasetyawan Yudha.2008. Perencanaan dan
Pengendaliaan Produksi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rangkuti, Freddy. 2002. Manajemen Persediaan. Jakarta: PT. Gramedia Widia
Sarana Indonesia.
Render, Barry dan Jay Heizer. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi.
Jakarta: Salemba Empat.
Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sari, Devita. 2009. Analisis Pengendaliaan Pesediaan Bahan Pembuatan
Lembar Kerja Siswa Dengan Metode ABC Pada Percetakan CV.
Harapan Baru. Tugas Akhir (tidak diterbitkan). Surakarta: FE UNS.
Yamit, Zulian. 1998. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonosia FE-UII.
Zulfikarijzan, Fien. 2005. Manajemen Persediaan. Malang: UMM PRESS.
92
Download