9 Bab 2 Landasan Teori Teori yang akan dipergunakan dalam

advertisement
Bab 2
Landasan Teori
Teori yang akan dipergunakan dalam skripsi ini untuk mendukung analisis
bab 3 saya adalah teori pengkajian fiksi yaitu teori tokoh / penokohan, teori
ketergantungan, teori kecemasan Sigmund freud, teori depresi dan teori bunuh diri.
Penjelasan mengenai semua teori di atas akan saya jelaskan sebagai berikut :
2.1 Teori Pengkajian fiksi
Burhan Nurgiyantoro (2002:3) dalam teori pengkajian fiksi, mengatakan bahwa
fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan
Tuhan. Fiksi menawarkan ”model-model” kehidupan sebagaimana diidealkan oleh
pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik
dominan. Oleh karena itu, bagaimanapun, fiksi merupakan sebuah cerita, dan
karenanya terkandung juga didalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca
di samping adanya tujuan estetik.
Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk
memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan
kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fisik haruslah tetap merupakan cerita yang
menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai
tujuan estetik (Wellek & Warren,1956:212).
Wellek & Warren (1989:278-9) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi
merupakan ilusi kenyataan dan kesan menyakinkan yang ditampilkan, namun tidak
selalu merupakan kenyataan sehari-hari. Sarana untuk menciptakan ilusi yang
9
dipergunakan untuk memikat pembaca agar mau memasuki situasi yang tidak
mungkin atau luar biasa, adalah dengan cara patuh pada detil-detil kenyataan
kehidupan sehari-hari.
2.1.1 Teori Tokoh / Penokohan
Di dalam sebuah fiksi (Karya naratif), tokoh dan penokohan merupakan salah satu
unsur yang terpenting. Meskipun unsur dan plot juga tidak bisa kita abaikan begitu
saja karena kejelasan tentang tokoh dan penokohan dalam banyak hal bergantung
pada plot dalam cerita.
Istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan / karakter dan karakteristik secara
bergantian dengan menunjuk pengertian yang sama. Istilah-istilah tersebut
sebenarnya tak menyaran pada tokoh cerita, dan pada “ teknik ” pengembangannya
dalam sebuah cerita.
Nurgiyantoro (2002:165) dalam buku Teori Pengkajian fiksi, mengatakan bahwa :
Istilah “ tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita dan istilah tokoh cerita.
Watak, perwatakan, karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang
ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.
Abrams dalam Nurgiyantoro mengatakan juga berpendapat bahwa tokoh cerita
merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam bentuk
tindakan.
Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan
kata-kata (verbal) dan tingkah laku (non verbal).
10
Tokoh-tokoh dalam cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa
jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Jenis-jenis
penamaan tokoh adalah sebagai berikut:
A. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Tokoh yang disebut utama adalah tokoh utama cerita yang tergolong penting
sehingga mendominasi sebagian besar cerita sedangkan tokoh tambahan adalah
tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali.
B. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara
populer disebut hero, tokoh yang ideal dengan apa yang kita sukai sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh yang merupakan penyebab terjadinya konflik dalam sebuah
novel.
C. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Tokoh sederhana adalah dalam bentuknya yang asli hanya memiliki satu kualitas
pribadi tertentu atau sifat-watak yang tertentu saja. Sedangkan tokoh bulat adalah
tokoh yang kompleks, memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Tokoh bulat lebih menyerupai
kehidupan manusia yang sesungguhnya karena disamping memiliki berbagai
kemungkinan
sikap
dan
tindakan,
ia
juga
sering
memberikan
kejutan
(Abrams,1981:20-1).
D. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang
Tokoh statis adalah tokoh yang secara esensial tidak mengalami perubahan.
Tokoh jenis ini tampak kurang terlibat dan tak berpengaruh terhadap perubahan
lingkungan yang terjadi antara hubungan antar manusia. Tokoh berkembang adalah
11
tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan watak sejalan dengan
perkembangan peristiwa yang dikisahkan.
2.2 Teori Kecemasan Menurut Sigmund Freud
Kecemasan menurut Freud dalam Semiun (2006) adalah suatu keadaan perasaan
afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang
memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak
menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan
itu sendiri selalu dirasakan. Kecemasan berfungsi mekanisme yang melindungi ego
karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak
dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego
dikalahkan. Kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi dengan tindakan yang efektif
disebut traumatik. Ia menjadikan individu dalam keadaan tak berdaya. Dalam model
neurologis awalnya tentang “Project for Scientific Pschylogy”, Freud dalam Semiun
(2006), mengemukakan gagasan bahwa kecemasan disebabkan oleh perasaan tidak
berdaya yang luar biasa .
2.2.1 Kecemasan Neurotik
Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap suatu bahaya yang tidak diketahui.
Orang mungkin mengalami kecemasan neurotik terhadap kehadiran seorang guru,
majikan, atau terhadap suatu figur kekuasaan lain karena ia sebelumnya mengalami
perasaan tidak sadar akan destruktivitas terhadap salah satu atau kedua orangtuanya.
Selama masa kanak-kanak, perasaan bermusuhan ini sering diiringi oleh ketakutan
akan hukuman, dan ketakutan ini berkembang menjadi kecemasan neurotik yang
tidak disadari. Freud dalam Hall dan Lindzey (1993), mengemukakan kecemasan
12
merupakan rasa takut jangan-jangan insting-insting akan akan lepas dari kendali dan
menyebabkan sang pribadi berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum.
Kecemasan neurotik mempunyai dasar dalam kenyataan, sebab dunia sebagaimana
diwakili oleh orangtua dan autoritas lain.
2.2.2 Kecemasan Realistik
Kecemasan realistik dikenal sebagai kecemasan objektif, hampir serupa dengan
ketakutan. Kecemasan realistik ini dapat didefinisikan sebagai perasaan yang tidak
menyenangkan dan tidak spesifik terhadap suatu bahaya yang mungkin terjadi.
Misalnya, kita mungkin mengalami kecemasan pada waktu mengemudi mobil di lalu
lintas yang sangat ramai pada sebuah kota yang belum kita kenal, suatu situasi yang
penuh bahaya yang real dan objektif. Freud dalam Hall dan Lindzey (1993),
menambahkan bahwa kecemasan realistik merupakan kecemasan realitas atau rasa
takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar.
2.3 Teori Ketergantungan Menurut James Morrison
Menurut James Morrison (1996), ketergantungan disebabkan oleh adanya
kedekatan hubungan antara satu orang dengan yang lain. Karena kedekatan tersebut
telah menciptakan sebuah keterikatan secara tidak sadar. Orang yang mengalami
penyakit ketergantungan ini pada umumnya membutuhkan lebih banyak perhatian
dan selalu mempunyai rasa takut akan perpisahan juga ditinggalkan. Mereka begitu
berharap pada orang lain yang telah membantu mereka selama ini. Kedekatan dapat
tercipta dari kedekatan hubungan yang di dasari oleh cinta kasih. Ciri-ciri orang yang
mengalami ketergantungan adalah
13
1. Membutuhan penentraman hati dan nasihat yang berlebihan untuk mengambil
keputusan sehari-hari.
2. Memerlukan pihak lain untuk memperhatikan dan bertanggung jawab atas diri kita
sendiri.
3. Rasa takut meningkat pada saat kehilangan seseorang yang sangat kita harapkan
4. Mempunyai kepercayaan diri yang sangat rendah serta motivasinya untuk
menjalani hidup kurang baik.
5. Jika kehilangan orang yang diandalkan maka kita akan mencari orang lain untuk
dijadikan tumpuan hidup kita.
6. Menyerah dengan keadaan diri sendiri dan diserahkan kepada orang lain untuk
mengurus hidup kita.
Seseorang yang mengalami ketergantungan pada awalnya karena kita merasa deat
dengan orang itu. Perasaan dekat tersebut membuat kita terbiasa dengan orang yang
kita andalkan. Lalu jika orang yang kita andalkan hilang karena meninggal atau
berpisah dengan kita maka kita akan merasa tidak tenang dan ketakutan.
2.4 Teori Cinta Kasih Menurut Robert Sternberg
Sternberg (2007), mengemukakan bahwa cinta kasih adalah emosi yang paling
diinginkan oleh setiap manusia.
Menurutnya cinta bisa dipahami melalui tiga komponen, yang terlihat membentuk
segitiga, yaitu intimacy (keintiman), passion (hasrat) dan commitment/ decision
(komitmen/ keputusan). Intimacy merujuk pada perasaan kedekatan, keterhubungan
dan keterikatan dalam suatu hubungan. Sternberg mengidentifikasi 10 tanda
keintiman dalam suatu hubungan : (1) keinginan untuk mensejahterakan orang yang
dicintai, (2) merasakan kebahagiaan bersama orang yang dicintai, (3) menghargai
14
orang yang dicintai, (4) dapat mengandalkan orang yang dicintai saat sedang
membutuhkan, (5) mampu saling memahami, (6) berbagi diri serta kepemilikan
dengan orang yang dicintai, (7) menerima dukungan emosional dari orang yang
dicintai, (8) memberikan dukungan emosional pada orang yang dicintai, (9)
mengalami komunikasi yang hangat dengan orang yang dicintai, dan (10) menilai
pentingnya orang yang dicintai dalam kehidupan.
Passion adalah dorongan yang berujung pada percintaan, ketertarikan fisik,
hubungan seksual, dan rasa suka dalam suatu hubungan cinta. Kebutuhan seksual
adalah bagian utama komponen ini, namun dalam banyak hubungan, kebutuhan akan
harga diri, tergabung dengan orang lain serta aktualisasi diri, juga turut berperan di
dalamnya.
Komponen ketiga, yaitu commitment/decision terdiri dari dua aspek; jangka
pendek dan jangka panjang. Aspek jangka pendek yaitu keputusan seseorang
mencintai seorang lainnya. Sedang aspek jangka panjangnya adalah komitmen untuk
membina atau menjaga cinta tersebut. Dua aspek ini tak selalu muncul bersamaan,
kadang keputusan untuk mencinta seseorang tak diikuti munculnya komitmen
terhadap cinta tersebut. Kadang, seseorang berkomitmen terhadap cinta dari orang
lain, tapi tanpa mencintai orang tersebut. Namun biasanya, keputusan untuk
mencintai selalu muncul sebelum adanya komitmen.
2.5 Teori Depresi Menurut Philip L. Rice
Menurut Rice (1992), Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh
seseorang tidak kunjung reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian
dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang, misalnya kematian
seseorang yang sangat dicintai atau kehilangan pekerjaan yang sangat dibanggakan.
15
Depresi adalah masalah yang bisa dialami oleh siapapun di dunia ini. Menurut
sebuah penelitian di Amerika, 1 dari 20 orang di Amerika setiap tahun mengalami
depresi, dan paling tidak 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi sepanjang sejarah
kehidupan mereka. Di Indonesia, banyak kasus depresi terjadi sebagai akibat dari
krisis yang melanda beberapa tahun belakangan ini. Masalah PHK, sulitnya mencari
pekerjaan, sulitnya mempertahankan pekerjaan dan krisis keuangan adalah masalah
yang sekarang ini sangat umum menjadi pendorong timbulnya depresi di kalangan
profesional.
Menurut seorang ilmuwan terkemuka Rice (1992), depresi adalah gangguan
mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental
(berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang
secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
2.5.1 Penyebab Depresi
Menurut Rice (1992:22), Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis
(seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan,
penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual
atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga) .
Ada pendapat yang menyatakan bahwa masalah keturunan punya pengaruh
terhadap kecenderungan munculnya depresi.
2.5.2 Gejala Depresi
Menurut Rice (1992:23), Individu yang terkena depresi pada umumnya
menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti murung,
sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat
16
kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya
tahan. Sebelum kita menjelajah lebih lanjut untuk mengenali gejala depresi, ada
baiknya jika kita mengenal apakah artinya gejala. Gejala adalah sekumpulan
peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada
waktu yang bersamaan. Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan
perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Namun yang
perlu diingat, setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang
memungkinkan suatu peristiwa atau perilaku dihadapi secara berbeda dan
memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Gejalagejala depresi ini bisa kita lihat dari tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik,
psikis dan sosial. Secara lebih jelasnya, kita lihat uraian di bawah ini.
2.5.2.1 Gejala Fisik Depresi
Menurut Rice (1992:25), gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai
rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang
dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif
mudah dideteksi. Gejala itu seperti :
A. Sulit tidur, (terlalu banyak atau terlalu sedikit)
B. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku
yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti
nonton TV, makan, tidur
C. Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan
perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka
juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan
yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti
17
misalnya ngemil, melamun, merokok terus menerus, sering menelpon
yang tak perlu. Yang jelas, orang yang terkena depresi akan terlihat dari
metode kerjanya yang menjadi kurang terstruktur, sistematika kerjanya
jadi kacau atau kerjanya jadi lamban.
D. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh
motivasi kerjanya. Sebabnya, dia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan
kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan
motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula. Oleh karena itu,
keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya semakin kehilangan
energi
karena
energi
yang
ada
sudah
banyak
terpakai
untuk
mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya. Mereka
mudah sekali lelah, capai padahal belum melakukan aktivitas yang berarti.
E. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang
menyimpan perasaan negatif maka jelas akan membuat letih karena
membebani pikiran dan perasaan serta ia harus memikulnya di mana saja
dan kapan saja, suka maupun tidak suka.
2.5.2.2 Gejala Psikis Depresi
Gejala Psikis depresi Menurut Rice (1992:27), seperti berikut ini :
A. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami
depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk
menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan antara
dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai,
beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih
diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya.
18
B. Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala
sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering
peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh
mereka, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka mudah tersinggung,
mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain (yang sebenarnya
tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung, dan lebih suka menyendiri.
C. Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena
mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau
lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. Misalnya, seorang manajer
mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam
persepsinya, pemutasian itu disebabkan ketidakmampuannya dalam
bekerja dan pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi
sesuai dengan yang diharapkan.
D. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran
orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang
menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan
mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan
menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.
E. Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas
kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa
terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.
19
2.5.2.3 Gejala Sosial Depresi
Menurut Rice (1992:29), Jangan heran jika masalah depresi yang berawal dari
diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas
rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku
orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah,
tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang
terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau
bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga
seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa
tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu
untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan
sekalipun ada kesempatan.
2.6 Teori Bunuh Diri
Menurut Encyclopedia of Sociology (1992), dalam bahasa Inggris istilah bunuh
diri disebut juga Suicide, tetapi sebenarnya kata ini berasal dari bahasa latin, yaitu sui
yang artinya diri sendiri dan cide yang berarti membunuh. Bunuh diri adalah
tindakan mencabut nyawa sendiri dengan menggunakan segala macam cara.
Kegagalan atau kekecewaan biasanya membangkitkan dorongan untuk melakukan
tindakan bunuh diri. Tindakan bunuh diri dapat dilakukan dengan beberapa cara atau
pola. Bunuh diri dengan pola keras atau kasar dilakukan dengan cara menggantung
diri, memotong urat nadi dan sebagainya. Bunuh diri dengan pola halus dilakukan
dengan cara meminum racun, mengkonsumsi obat-obatan tertentu dengan dosis
berlebihan dan sebagainya. Menurut Naka dalam skripsi Adhana (2007), pada
umumnya pelaku bunuh diri karena dilanda keputusasaan dan depresi karena cobaan
20
hidup dan tekanan lingkungan. Sedangkan di kalangan wanita, secara umum, bunuh
diri disebabkan oleh perentangan dan ketegangan yang terjadi dalam hubungan antar
manusia, seperti kekecewaan dan depresi karena cinta, masalah rumah tangga dan
masalah perkawinan.
Menurut Iga dalam Adhana (2007), menyatakan bahwa :
Suicide is eminently an individual matter. Based on one’s own definition of
the situation that is one’s attempt to find the best available means for
attaining a certain goal under certain apparently unchangeable condition.
When one sees no other way out. Suicide may take place. The conversion of
motivation to action is determined by such individual traits as self-restraint.
Perception of social resource and views of life, death, and suicide.
Bunuh diri benar-benar merupakan masalah seorang individu, yang di dasari
pada pengertian masing-masing individu terhadap suatu situasi dimana
seorang individu mencoba menemukan arti yang terbaik untuk mencapai
suatu tujuan tertentu dibawah kondisi tertentu yang jelas-jelas tidak dapat
diubah. Saat seorang individu tidak melihat adanya suatu jalan keluar, bunuh
diri mungkin saja terjadi. Perubahan dari sebuah motivasi menjadi suatu
perbuatan ditentukan oleh perilaku seorang individu seperti penguasaan diri,
pandangan terhadap sumber-sumber sosial dan pandangan tentang hidup,
kematian dan bunuh diri.
Bunuh diri yang telah dipelajarinya dari sudut pandang psikologi secara umum
terbagi atas lima hal, yaitu :
A. Sifat kepribadian
Berupa kecintaan pada diri sendiri, rasa ketergantungan dan pembalasan dendam
secara nyata atau memikirkan tentang penyerahan diri.
B. Keadaan emosi
Berupa kemarahan dan depresi
C. Dorongan jiwa
Berupa keinginan untuk membunuh, keinginan untuk dibunuh atau keinginan
untuk mati dan keinginan untuk lahir kembali.
D. Gangguan pada pola kesadaran
21
Berupa sesuatu yang berakhir dengan kekacauan
E. Mekanisme penyesuaian diri yang tidak efektif dan pola yang tidak dapat berubahubah.
Bunuh diri merupakan salah satu masalah sosial yang timbul akibat tingkah laku
menyimpang. Perasaan yang tidak aman dan ketegangan yang umumnya dirasakan
oleh kaum muda dianggap sebagai masalah sosial apabila dia menimbulkan tingkah
laku menyimpang atau anti sosial. Pada umumnya bunuh diri dianggap fenomena
khas Jepang. Disebut khas karena bunuh diri ini dilakukan untuk menghapus rasa
bersalah, rasa malu atas segala sesuatu yang dianggap buruk atau dipandang buruk
oleh masyarakan Jepang. Bunuh diri paling banyak dilakukan dengan cara
menabrakkan diri pada kereta api, menggantung diri dan mengiris pergelangan
tangannya sendiri. Didukung oleh Lebra dalam Adhana (2007) mengemukakan
bahwa melalui bunuh diri ini, korban mencoba berkomunikasi dan memberi pesan
terhadap orang yang nantinya akan menemukan mereka. Pesannya dapat berupa agar
mereka tidak melakukan perbuatan kejam lagi terhadap dirinya dan paling banyk
pesannya agar orang yang menemukannya dapat memaafkan dirinya atas kesalahan
yang sudah diperbuatnya.
22
Download